SlideShare a Scribd company logo
1 of 23
ELEKTRO KARDIOGRAM
Hamka
Bagian Cath lab. Cardiac Centre RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo
a. Pengertian
Elektrokardiogram (EKG)adalah suatu gambaran secara grafis mengenai aktifitas
elektris dari serabut otot jantung. Yang secara sederhana sebagai alat untuk
memeriksa penderita yang mempunyai gejala atau tanda yang mengarah pada
penyakit kardiovaskular.
b. Dasar Fisiologik EKG
EKG dapat digunakan menurut jalan pemikiran ini dengan sedikit pengertian
tentang proses fisiologik yang terlibat.
Aktifitas listrik dari jantung mempunyai keunikan dan setiap bagian dari jantung
mempunyai karakteristik elektrofisiologis yang khas.
Gambar 1. Gambaran potensial aksi yang berbeda pada setiap jaringan jantung
1
+50
0
-50
-100
+50
0
-50
-100
+50
0
-50
-100
+50
0
-50
-100
+50
0
-50
-100
+50
0
-50
-100
300 msec
SA NODE ATRIUM AV NODE
VENTRICLEPURKINJE
NETWORK
BUNDLE OF HIS
Membranepotential(mV)
Dengan pemahaman ini diharapkan bahwa dasar-dasar aktifitas listrik
jantung baik pada keadaa normal maupun pada berbagai gangguan irama jantung
dapat dipahami.
Aktifitas listrik jantung didasari oleh adanya arus pergerakan ion dari luar
sel ke dalam sel atau sebaliknya melalui saluran ion atau ion channel.
Masukya ion-ion melalui salurannya bersifat pasif dan arahnya ditentukan oleh
perbedaan konsentrasi ion-ion diluar dan di dalam sel.
Komposisi
Ekstrasel
Intrasel
Plasma Interstitiel
Kation
Na+
K+
Ca++
Mg++
143,0
4,2
1,3
1,3
140,0
4,0
1,2
0,7
14,0
140,0
<1
20,0
Anion
Cl-
HCO3-
HPO4-
Protein
108,0
24,0
2,0
1,2
108,0
28,3
2,0
0,2
4,0
10,0
11,0
4,0
Tabel 1. Komposisi cairan ekstrasel dan intrasel (mEq/liter)
Proses terbukanya dan tertutupnya saluran ion dikenal sebagai proses Gating.
Proses gatingi salurang ion selalu berada dalam tiga keadaan fungsional yang
dinamis.
- Tertutup
- Terbuka (aktivasi)
- Refrakter (in aktivasi)
2
Kanal-kanal ion bersifat relative spesifik terhadap ion-ion tertentu misalnya :
- Kanal kalsium terutama dilalui Ca++
- Kanal kalium terutama dilalui K+
- Kanal natrium terutama dilalui Na+
Kanal-kanal tersebut dikontrol oleh suatu mekanisme “Pintu Gerbang”
sehingga dapat membuka dan menutup tergantung pada kondisi transmembran.
Terbukanya kanal tersebut akan mengakibatkan ion mengalir melewati
membran menurut konsetrasi gradiennya (Concentration Gradients) yaitu dari sisi
konsentrais tinggi ke sisi konsetrasi rendah.
Pada waktu sel tidak aktif (resting potensial) tingakat permeability
membran sel jantung terhadap berbagai elektrolit juga berbeda.
Membran sel jantung sangat permeabel terhadap K+
dan Cl, sedikit
permeabel terhadap Na+
dan tidak permeabel anion organic.
Untuk mmeprtahankan gradien tertentu agar ion-ion dapat kontinyu
berdifusi melalui kanal ion, pada membrane sel terdapat suatu carrier transport
system ( Na+
, K+
, ATP- ase) yang dikenal sebagai pompoa sodium, yang
berfungsi memompa Na+
keluar dan K+
masuk ke dalam sel, maka bila sel dalam
keadaan tidak aktif, terjadilah distribusi yang tidak seimbang dari ion –ion
dimana Na+
dan Cl-
lebih banyak berkumpul di dalam membran sel.
Karena ion-ion yang sejenis cenderung membentuk persamaan elektron di
dalam dan di luar sel, maka distribusi yang tidak seimbang ini menimbulkan gaya
tarik menarik antara ion-ion dimana ion negatif berkumpul di permukaan dalam,
3
sedangkan ion positif berkumpul di permukaan luar membrane sel, keadaan ini
dikatakan sel dalam keadaan stadium polarisasi.
Karena ion-ion memiliki muatan listrik, maka pada waktu sel tidak aktif,
terdapat perbedaan potensial (resting membrn potensial) antara permukaan dalam
dan luar membaran sel sebesar kira-kira 95 mv dimana muatan intra seluler lebih
negatif dibandingkan muatan ekstraseluler sehingga ditulis -95 mv.
Gambar 2. A. Potensial Aksi Otot Ventrikel
B. Petensial Aksi Nodus SA
4
+20
0
-40
-80
1 2 30
Detik
Serat otot
ventrikel
Serat nodus sinus
Ambang batas untuk pelepasan
potensial aksi
“Potensial istirahat”
Potensialmembrane
(mV)
20
0
20
40
60
80
100
4
0
(A)
1
2
3
+
mV
–
95
0 1 2 mdet
4
0
1
2
3
(B)
Na+
Ca++
K+
Na+
K+
Apabila membran mengadakan depolarisasi dari – 95 mv mencapai thressold
(Nilai Ambang Potensial) untuk sel otot jantung yaitu – 70 mv, maka perubahan
oiltase ini akan menjadi trigger untuk membuka kanal ion Na+
secara mendadak,
sehingga terjadilah pengaliran Na+
yang sekonyong-konyong masuk ke dalam sel.
Perpindahan muatan positif yang tiba-tiba masuk dari luar ke dalam sel
mengakibatkan potensial membran secara mendadak pula berubah dari nilai negatif
menjadi positif. Ini disebut proses depolarisasi.
Setelah fase depolarisasi berlalu, membrane sel akan mengalami proses
redistribusi ion-ion kembali ke stadium istirahat yang disebut sebagai proses repolarisasi.
Jadi setiap faktor yang tiba-tiba merubah permeabilitas membrane sel
terhadap ion Na+
, dapat memulai suatu rangkaian perubahan yang berlangsung dalam
waktu yang sangat singkat dan nantinya kembali ke keadaan semula. Kejadian ini
disebut “ Action Potential”.
C. Sistem Konduksi Jantung
I. Nodus SA
Nodus sinus merupakan kepingan otot khusus, kecil, tipis, dan berbentuk elips,
dengan lebar kira-kira 3 milimeter, panjangnya 15 mili meter dan tebalnya 1 mili
meter, yang terletak di dalam dinding lateral superior dari atrium kanan tepat
disebelah bawah dan sedikit lateral VCS. Serat –serat sinus secara langsung
berhubungan dengan serat-serat atrium, sehingga setiap potensial aksi yang mulai di
dalam nodus sinus akan menyebar ke dalam atrium.
5
Gambar 3. Sistem Konduksi Jantung.
Perhatikan bahwa potensial nodus sinus mempunyai muatan negatif antara
lepasan hanya sebesar -55 sampai – 60 milivolt,sedangkan serat ventrikel mempunyai
– 85 sampai -95 milivolt. Penyebab dari berkurangnya muatan negatif ini adalah
membrane sel sinus membocorkan ion-ion natrium.
Pada tingkat negativitas kurang dari -60 milivolt maka sebagian besar, saluran
cepat, natrium sudah menjadi inaktif. Dan jika potensial mencapai ambang batas
voltase kira-kira -40 mv mak yang terbuka adalah saluran lambat kalsium – natrium
yang dapat menyebabkan potensial aksi. Jadi pada dasarnya sifat pembocoran dari
serat-serat nodus sinus terhadap ion-ion natrium menyebabkan timbulnya
peransangan sendiri.
Perhatikan gambar fase 4 pada otot ventrikal itu datar adanya samapai ada
ransangan berikutnya. Tetapi pada nodus SA, fase 4 mengalami depolarisasi lambat
atau depolarisasi diastolic spontan. Yang dikenal sebagai pacemaker potensial.
6
Pacemaker potensial ini mempersiapkan depolarisasi selalu dalam keadaan siap untuk
mencapai nilai ambang rangsang, karasteristik potensial aksi nodus SA lainnya adalah
bahwa potensial membran istirahat lebih positif, fase 0 yang landai, fase 2 yang
pendek, dan fase repolarisasi yang lebih cepat.
Dasar ionis dari potensial aksi ini akibat pengaruh yang dominan oleh saluran Ca2+
tipe T dan Ik. Dan ini semua memberi konstribusi terhadap aktifitas jaringan ini
sebagai Pemacu Jantung.
II. Traktus Internodal
Terdiri atas : - Traktus internodal anterior
- Tractus media (Wenckebach)
- Tractus posterior (Thorel)
Penyebab kecepatan konduksi yang tinggi dalam berkas-berkas ini adalah sejumlah
serat-serat konduksi khusus yang mirip serabut purkinje yang bercampur dengan otot
atrium.
III. Nodus A-V
Nodus ini terletak pada dinding posterior septum atrium kanan, tepat di belakang
katup trikuspidalis dan berdekatan dengan pembukaan sinus koronarius.
Setelah berjalan melalui jalur internodus, impuls akan mencapai nodus A-V kira-kira
0,03 detik dari Nodus Sinus, kemudian terjadi penundaan lebih lanjut selama 0,09
detik di dalam nodus AV sendiri sebelum impuls masuk ke bagian penembusan
berkas A-V. penundaan terakhir selama 0,04 detik terjadi di dalam penembusan
berkas A-V ini. Sehingga jumlah penundaan seluruhnya 0,16 detik.
7
Tujuan penundaan ini adalah :
1. Pengisian ventrikel secara optimal selama kontraksi atrium.
2. Optimalisasi kontraksi ventrikel dengan jalan stabilisasi daun katup dan
septum sebelum kontraksi.
3. Memaksimalkan proses ejeksi dengan menyamakan aktivasi kontraksi pada
dinding ventrikel.
IV. Serabut Purkinje
Serabut purkinje ini berjalan dari nodus A-V melalui berkas A-V dan
membelah menjadi berkas cabang kiri dan kanan yang terletak di bawah endokardium
pada kedua sisi septum. Tiap-tiap cabang menyebar ke bawah menuju apeks
ventrikel, secara bertahap akan memecah menjadi cabang-cabang yang lebih kecil,
yang berjalan mengelilingi tiap ruang ventrikel dan kembali menuju basis jantung.
Serat purkinje merupakan serat yang sangat besar daripada serat otot ventrikel
normal yang menjalarkan potensial aksi dengan kecepatan 2 – 4,0 m/detik. Keadaan
ini memungkinkan penjalaran yang cepat impuls jantung ke seluruh system
ventrikular.
Jaringan Kecepatan Konduksi
Frekuensi rangsang
Yang dihasilkan (koli/menit)
Nodus SA
Otot Atrial
Nodus AV
Berkas His
Serabut Purkinje
Otot Ventrikel
0,05
1,0 – 1,2
0,02 – 0,05
1,2 – 2,0
2,0 – 4,0
0,3 – 1,0
60 – 100
–
40 – 45
–
25 – 40
–
Tabel 2. Kecepatan konduksi pada jaringan jantung (Modifikasi dari ganong WF,
1999 dan Katz, AM 1997)
8
Gambar 4. Depolarisasi dari atrium kanan dan kiri pada bidang frontal
dengan vektor-vektor yang juga diproyeksikan pada segitiga
einthoven.
Gambar 5. Perjalanan depolarisasi yang bertahap dari ventrikel kiri dan
kanan, dengan potensial 1a, 1b, 2b, 2c, 2d, 3a, 3b, dan 3c.
Penjelasan :
- Depolarisasi dimulai dari sisi kiri septum ventrikulorum dan kemudian sisi
kanannya (1a + 1b = vector 1)
- Kemudian depolarisasi pad apeks 2a + 2b ; lalu menyusul depolari dinding
bebas ventrikel 2c + 2d (2a + 2b + 2c + 2d = vektor 2)
9
2d
2b 2a
1b
1a
3a
3b3c
R
L 2c
LA
RA
I
III
II
- Bagian terakhir adalah konus arteriosus, bosal septum dan posterobosal
ventrikel kiri (3a + 3b + 3c = vector 3)
Gambar 6. Depolarisasi dari kedua ventrikel yang digambarkan secara
skematis, sebagai tiga vektor potensial yang sudah dipadukan
Gambar 7. Segi tiga Einthoven dengan ketiga vector pada bidang frontal
10
3
1 2
+–
–
R L
–
1
3
22
3 1
2II III
+ +
I
1
2
3
D. Prinsip Dasar EKG
Jaringan tubuh berperan sebagai penghantar listrik yang baik karena
mengandung elektrolit. Perubahan aktifitas listrik pada otot jantung akan dibesarkan
kepermukaan tubuh dan dicatat oleh EKG. EKG mencatat perbedaan potensial listrik
antara dua elektrode yang diletakkan pada permukaan tubuh.
Bila jantung dalam keadaan diastol membrane sel otot jantung mengalami
polarisasi-muatan positif lebih banyak di luar sel dan muatan negatif lebih banyak di
dalam sel. Pada saat tersebut, electrode pada permukaan tubuh tidak mendeteksi
adanya perbedaan listrik, karena semua bagian jantung mengalami polarisasi. Jadi
pencatatan pada EKG tidak memperlihatkan adanya defeksi dari garis potensial nol.
11
+ + + + + + + + + +
– – – – – – – – – –
+–
A.
– – – – – – + + + +
+ + + + + + – – – –
+–
B.
– – – – – – – – – –
+ + + + + + + + + +
+–
Istirahat
Sedang
depolarisasi
C.
Setelah
depolarisasi
Gambar 8. Pengaruh depolarisasi dan repolarisasi terhadap defleksi EKG.
Eksitasi pada jantung menyebabkan sel-sel otot jantung mengalami
depolarisasi. Bagian luar dari sel menjadi lebih bermuatan negatif. Jadi, terjadi
perbedaan potensial antara sel yang mengalami depolarisasi dan sel yang belum
tereksitasi. Perbedaan potensial ini dicatat oleh elektroda dipermukaan tubuh, dan
arah defleksi tergantung dari polaritas elektroda. Bila seluruh sel otot jantung telah
mengalami depolarisasi, semua bagian luar sel telah bermuatan negatif, dan defleksi
EKG akan kembali menjadi nol.
Bila proses repolarisasi mempunyai arah yang sama dengan proses
depolarisasi, defleksi EKG akan berlawanan selama proses repolarisasi. Hasil
pencatatan dikenal sebagai biphasic action potential oleh karena kedua gelombang
mempunyai defleksi yang berlawanan.
Potensial permukaan, atau besarnya arus listrik yang terekam di permukaan
tubuh tergantung dari posisi elektroda, orientasi dan besarnya dipole. Menurut
12
+ + + + + – – – – –
– – – – – + + + + +
+–
D.
+ + + + + + + + + +
– – – – – – – – – –
+–
E.
Sedang
repolarisasi
Setelah
repolarisasi
kesepakatan, gelombang depolarisasi yang mendekati elektroda positif akan
memberikan defleksi keatas (positif) pada pencatatan EKG. Gelombang depolarisasi
yang mendekati elektroda negatif akan memberikan defleksi kebawah (negatif). Bila
gelombang depolarisasi tegak lurus terhadap elektroda tidak terjadi defleksi. Pada
gambar 9 dapat dilihat hubungan antara gelombang depolarisasi dan defleksi yang
sangat penting dalam melakukan analisa perekaman EKG.
Gambar 9. Defleksi EKG. (A) gelombang depolarisasi mendekati elektroda
posistif menimbulkan defleksi keatas. (B) gelombang depolarisasi
mendekati elektroda negatif menimbulkan defleksi negatif. (C)
gelombang depolarisasi tegak lurus terhadap elektroda tidak
`menimbulkan defleksi.
`
13
2
2
31
1,3
0
A.
– +
311,3
0
B.
– +
2 2
1,4
0
C.
– +
3
2 41
3
2
E. Pencatatan EKG
Oleh einthoven telah diperkenalkan tiga sadapan standar (standar limb lead) :
I. ↔ lengan kanan (negatif) – lengan kiri (positif)
II. ↔ lengan kanan (negatif) – tungkai kiri (positif)
III. ↔ lengan kiri (negatif) – tungkai kiri (positif)
Pada sadapan I, diukur perbedaan potensial antara lengan kanan dan lengan
kiri, pada sadapan II dan III, berturut-turut antara lengan kanan – kaki kiri, dan lengan
kiri – kaki kiri. (gamb. 10)
Gambar 10. Ketiga sadapan standar dari Einthoven
Wilson memperkenalkan elektrokardiografi unipoler. Di sini diukur antara
terminal sentral (CT) dan suatu titik pada permukaan tubuh (satu pool = satu kutub).
CT diperoleh dengan cara menghubungkan ketiga ekstremitas dengan pertolongan
14
RA
I
II
III
LA
LF
- +
+
–
+
–
suatu saklar-hambatan tertentu, melalui mana kita dapat memperoleh satu titik,
dengan potensial yang konstan, yang mempunyai nilai mendekati nol.
Elektroda yang menjelajah (explore) (unipoler) diletakkan pada pundak
Kanan (VR), pada pundah kiri (VL), dan pada kaki kiri atau pinggul (VF).
Dengan cara memutuskan hubungan antara CT dan ekstremitas yang
bersangkutan, kita akan memperoleh hasil diperkuat (augmented = a), berturut-turut
aVR, aVL dan AVF (gamb. 11, 12 dan 13).
Gambar 11. Sadapan pundak kanan (VR) dan yang dihantarkan (aVR).
Gambar 12 Sadapan pindak kiri (VL) dan yang dihantarkan (aVL)
15
RA LA
CT
LF
RA LA
CT
LF
RA LA
CT
LF
RA LA
CT
LF
Gambar 13. Sadapan kaki kiri (VF) dan yang dihantarkan (aVF)
Dalam keadaan yang sebenarnya, elektroda tidak diletakkan pada pundak
dan/atau pinggul, tetapi berturut-turut pada pergelangan tangan dan pergelangan kaki;
sebab, pergelangan tangan atau pergelangan kaki, adalah sama saja seperti pundak
atau pinggul, karena lengan atau tungkai bawah yang terletak di antaranya, adalam
merupakan ”sambungan kawat elektroda”.
Terdapat enam sadapan unipoler pada dinding toraks yang diketahui. Dengan
cara ini, kita mengukur perbedaan potensial antara titik CT dan elektroda yang
menjelajah, pada dinding toraks (Gamb. 14). Elektroda dipasang pada enam tempat
yang berbeda-beda pada dinding toraks (gamb. 15):
V1 : sela interkostal keempat kanan, bersebelahan dengan stermum,
V2 : sela interkostal keempat kiri, bersebelahan dengan stermum,
V3 : diantara V2 dan V4
V4 : pada garis medioklavikuler dalam sela interkostal kelima,
16
RA LA
CT
LF
RA LA
CT
LF
V5: diantara V4 dan V6
V6 : pada garis aksiler dan tengah, setelah kiri horizontal dari V4.
Gambar -14 .Titik CT dan elektroda yang menjelajah
Gambar -15.Keenam lokasi yang berbeda-beda dari sadapan
pada dinding thorax
F. Segitiga Einthoven
Elektrokardiogram dapat juga merupakan perpaduan dari ketiga vektor dalam
bidang frontal (lihat gambar - 6). Untuk itu digunakan suatu segi tiga sama sisi. Segi
tiga ini adalah ciptaan Einthoven sebagai bentuk khayal untuk menggambarkan
keterkaitan antara sadapan I, II dan III.
RA LA
LF
CT
17
v
Jantung dianggap sebagai titik khayal yang terletak di tengah-tengah segitiga.
Aktivasi otot jantung secara elektris menyebabkan terjadinya vektor yang tergambar
sebagai panah dalam segitiga.
Karena proyeksi dari ketiga vektor tersebut (gambar – 7 ) pada sisi-sisi
segitiga, maka dapat dihitung bagaimana wujud dari sadapan I, II dan III itu (lihat
juga gambar – 5 dan 6 ). Alat EKG sudah disambungkan sedemikian rupa, sehingga
apabila pundah kiri menjadi positif, maka defleksi pada sadapan I mengarah ke atas.
Begitu pula, apabila kaki kiri menjadi positif, maka defleksi pada sadapan II dan III
juga mengarah ke atas (gambar. 16).
Gambar -16. A. Sadapan I., B. Sadapan II, C. Sadapan III
Pada gambar 7 , vektor 1 mengarah ke kanan dengan begitu menyebabkan
terjadinya gelombang negatif (gelimbang Q) pada sadapan I, yang mempunyai
elektroda positif pada lengan kirinya.
Vektor 2 menuju ke arah kiri bawah, dan menyebabkan puncar R yang relatif
besar, pada sadapan I dan II, tetapi tidak pada sadapan III.
Akhirnya vektor 3 menuju ke arah kanan atas, dan dengan begitu menyebabkan
gelombang S pada sadapan I, II dan III. Dengan ini, konfigurasi dari sadapan I, II dan
III, seperti yang diperlihatkan pada gambar 16, telah dapat dijelaskan.
18
BA C
Sadapan V1 s/d V6 adalah sadapan aVR, aVL dan aVF telah diperkuat secara
artifisial (buatan), dan karena itu sebenarnya tidak lagi unipoler, tetapi walaupun
demikian, mereka dapat dianggap unipoler.
Vektor yang mengarah pada elektroda yang menjelajah, direkam positif 9ke
atas), dan sebaliknya vektor yang menjauhi elektroda yang menjelajah, direkam
negatif (gamb. 17).
Gambar 17. Ketiga Vektor pada bidang frontal, dengan sadapan unipoler
aVR, aVL, V1, V6.
Sadapan aVR. Sadapan ini memperlihatkan terutama suatu defleksi yang
negatif. Vektor kedua mengarah menjauhi elektroda, vektor ketiga mengarah menuju
ke elektroda. Dengan begitu terjadi pertama-tama suatu defleksi negatif yang besar
(gelombang Q), diikuti oleh gelombang positif yang kecil (puncak r): terdapatlah
suatu kompleks Qr (gambar (18A).
19
aVLaVR
aVF
3
2
1
V1
V6
Gambar 18. (A) Sadapan aVR, (B) Sadapan aVL, (C) Sadapan aVF
Sadapan aVL. Vektor pertama direkam negatif, yang kedua dapat terekam
positif yang cukup kuat, apabila sumbu elektrisnya mengarah ke horisontal, atau
bahkan bila mengarah ke kiri atas. Kita melihat suatu kompleks qR (gamb. 18B).
Sadapan AVF. Vektor pertama boleh darinya dalam konfigurasi aVF. Vektor
kedua, tergantung dari kedudukan sumbu elektrisnya, akan menyebabkan puncak R
(pada sumbu vertikal) atau suatu gelombang S (pada sumbuh horisontal). Vektor
ketiga, berperan pada pembentukan gelombang S. Suatu kompleks Rs (gamb. 18C).
Sadapan V1. Vektor pertama direkan positif, yang
kedua negatif, yang ketiga kadang-kadang masih agak
positif. Terdapat suatu kompleks rS, kadang-kadang
kompleks rSr’ (gambar 19).
Gambar 19. Sadapan V1
20
A B C
A
Sadapan V6. Vektor pertama direkam negatif, kedua
positif, ketiga negatif. Terdapat suatu kompleks qRs
(gambar 20 ).
Gambar 20. Sadapan V6
G. Penamaan Gelombang EKG
Gambar. 21. Potensial aksi yang diplot menjadi kompleks EKG
21
B
P
TQ S
Otot Ventrikel
Atrium
- Gelombang P adalah depolarisasi atrium
- Gelombang Q, R, S membentuk kompleks QRS adalah depolarisasi ventrikel
Diukur dari awal gelombang Q sampai akhir gelombang S
- Gelombang T adalah repolarisasi ventrikel
- Gelombang Q adalah defleksi negatif pertama
- Gelombang R adalah defleksi positif pertama
- Gelombang S adalah defleksi negatif sesudah R
- Defleksi ke dua pisitif disebut R’
- Huruf kecil q, r dan s dan berturut-turut r’ dan s’ digunakan bila defleksi kecil
- Gelombang U adalah defleksi yang mengikuti gelombang T dan timbul sebelum P
berikutnya.
- PR Interval diukur dari awal gelombang P sampai awal gelombang Q/R
- QT Interval diukur dari awal gelombang Q sampai akhir gelombang T
- ST segment diukur dari akhir gelombang S sampai awal gelombang T
Gambar 22. EKG dengan puncak, segmen dan jarak – waktu
22
Jarak waktu QT
Titik J
DAFTAR PUSTAKA
1. Katheleen Dracup, RN, DNSc. In : Meltzer’s Intensive Coronary Care : a manual
for nurses : Los Angeles, California, 1995.
2. A. A. H. Meurs, A.C Arntzenius : Practische Elektrocardiografie. Jakarta, 1995.
3. Mary. M. Canibbio, RN, MN. In : Cardiovascular Disorders . Los Angeles,
California. 1990.
4. John. R. Hampton, In : The ECG in Practice, London, 1989.
5. Guyton & Hall, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran : Edisi 9 EGG, Jakarta, 2000.
6. Dr. Sjukri Karim, Dr. Peter Kabo : EKG dan Penanggulangan beberapa
Penyakit Jantung untuk Dokter Umum. Jakarta, 2001.
7. Dr. Irawan Yusuf, PhD. Sistem Kardiovaskuler. Makassar, 2001.
23

More Related Content

Similar to materi ekag 2

biolistrik keperawatan.ppt
biolistrik keperawatan.pptbiolistrik keperawatan.ppt
biolistrik keperawatan.ppthuntari harahap
 
Fisiologi Kardiovaskuler
Fisiologi KardiovaskulerFisiologi Kardiovaskuler
Fisiologi KardiovaskulerDedi Kun
 
Anatomi fisiologi jantung
Anatomi fisiologi jantungAnatomi fisiologi jantung
Anatomi fisiologi jantungMiftahul ulum
 
Anatomi dan fisiologi sistem saraf serta mekanisme penghantaran implus
Anatomi dan fisiologi sistem saraf serta mekanisme penghantaran implusAnatomi dan fisiologi sistem saraf serta mekanisme penghantaran implus
Anatomi dan fisiologi sistem saraf serta mekanisme penghantaran implusSilaturrahman Nurse
 
Sistem koordinasi atau Saraf pada manusia
Sistem koordinasi atau Saraf pada manusiaSistem koordinasi atau Saraf pada manusia
Sistem koordinasi atau Saraf pada manusiaMustofa Hidayat
 
LISTRIK SEARAH by wandra.pdf
LISTRIK SEARAH by wandra.pdfLISTRIK SEARAH by wandra.pdf
LISTRIK SEARAH by wandra.pdfWandraApriyoza
 
Kelistrikan tubuh Kelompok sepni tidasari,yetta suriani,,wiji kurniawati
Kelistrikan tubuh Kelompok sepni tidasari,yetta suriani,,wiji kurniawatiKelistrikan tubuh Kelompok sepni tidasari,yetta suriani,,wiji kurniawati
Kelistrikan tubuh Kelompok sepni tidasari,yetta suriani,,wiji kurniawatiAri Sulistianto
 
Anfis Kardiologi.ppt
Anfis Kardiologi.pptAnfis Kardiologi.ppt
Anfis Kardiologi.pptdian575649
 
Konsep ekg, listrik dan magnet dalam tubuh
Konsep ekg, listrik dan magnet dalam tubuhKonsep ekg, listrik dan magnet dalam tubuh
Konsep ekg, listrik dan magnet dalam tubuhOkta-Shi Sama
 
Neuron, impuls saraf & sinaps (2).pptx
Neuron, impuls saraf & sinaps (2).pptxNeuron, impuls saraf & sinaps (2).pptx
Neuron, impuls saraf & sinaps (2).pptxBennyHamonangan
 
Fungsi dasar sistem saraf
Fungsi dasar sistem saraf Fungsi dasar sistem saraf
Fungsi dasar sistem saraf Dedi Kun
 
PPT Biologi Manusia.pptx
PPT Biologi Manusia.pptxPPT Biologi Manusia.pptx
PPT Biologi Manusia.pptxArdiKa9
 
Makalah biolistrik
Makalah biolistrikMakalah biolistrik
Makalah biolistrikA'al Hardian
 
Modul : Basic Concept of Electrotherapy
Modul : Basic Concept of ElectrotherapyModul : Basic Concept of Electrotherapy
Modul : Basic Concept of Electrotherapyaditya romadhon
 

Similar to materi ekag 2 (20)

biolistrik keperawatan.ppt
biolistrik keperawatan.pptbiolistrik keperawatan.ppt
biolistrik keperawatan.ppt
 
biolistrik tari.ppt
biolistrik tari.pptbiolistrik tari.ppt
biolistrik tari.ppt
 
Fisiologi Kardiovaskuler
Fisiologi KardiovaskulerFisiologi Kardiovaskuler
Fisiologi Kardiovaskuler
 
Anatomi fisiologi jantung
Anatomi fisiologi jantungAnatomi fisiologi jantung
Anatomi fisiologi jantung
 
Anatomi dan fisiologi sistem saraf serta mekanisme penghantaran implus
Anatomi dan fisiologi sistem saraf serta mekanisme penghantaran implusAnatomi dan fisiologi sistem saraf serta mekanisme penghantaran implus
Anatomi dan fisiologi sistem saraf serta mekanisme penghantaran implus
 
Sistem saraf
Sistem saraf Sistem saraf
Sistem saraf
 
Makalah Biolistrik
Makalah BiolistrikMakalah Biolistrik
Makalah Biolistrik
 
Sistem koordinasi atau Saraf pada manusia
Sistem koordinasi atau Saraf pada manusiaSistem koordinasi atau Saraf pada manusia
Sistem koordinasi atau Saraf pada manusia
 
LISTRIK SEARAH by wandra.pdf
LISTRIK SEARAH by wandra.pdfLISTRIK SEARAH by wandra.pdf
LISTRIK SEARAH by wandra.pdf
 
Bab ii ok
Bab ii okBab ii ok
Bab ii ok
 
Target of-drug-action
Target of-drug-actionTarget of-drug-action
Target of-drug-action
 
Kelistrikan tubuh Kelompok sepni tidasari,yetta suriani,,wiji kurniawati
Kelistrikan tubuh Kelompok sepni tidasari,yetta suriani,,wiji kurniawatiKelistrikan tubuh Kelompok sepni tidasari,yetta suriani,,wiji kurniawati
Kelistrikan tubuh Kelompok sepni tidasari,yetta suriani,,wiji kurniawati
 
Anfis Kardiologi.ppt
Anfis Kardiologi.pptAnfis Kardiologi.ppt
Anfis Kardiologi.ppt
 
Konsep ekg, listrik dan magnet dalam tubuh
Konsep ekg, listrik dan magnet dalam tubuhKonsep ekg, listrik dan magnet dalam tubuh
Konsep ekg, listrik dan magnet dalam tubuh
 
Neuron, impuls saraf & sinaps (2).pptx
Neuron, impuls saraf & sinaps (2).pptxNeuron, impuls saraf & sinaps (2).pptx
Neuron, impuls saraf & sinaps (2).pptx
 
Fungsi dasar sistem saraf
Fungsi dasar sistem saraf Fungsi dasar sistem saraf
Fungsi dasar sistem saraf
 
PPT Biologi Manusia.pptx
PPT Biologi Manusia.pptxPPT Biologi Manusia.pptx
PPT Biologi Manusia.pptx
 
ECG
ECGECG
ECG
 
Makalah biolistrik
Makalah biolistrikMakalah biolistrik
Makalah biolistrik
 
Modul : Basic Concept of Electrotherapy
Modul : Basic Concept of ElectrotherapyModul : Basic Concept of Electrotherapy
Modul : Basic Concept of Electrotherapy
 

More from Lilin Rosyanti Poltekkes kemenkes kendari

Depression in patients undergoing conventional maintenance hemodialysis the d...
Depression in patients undergoing conventional maintenance hemodialysis the d...Depression in patients undergoing conventional maintenance hemodialysis the d...
Depression in patients undergoing conventional maintenance hemodialysis the d...Lilin Rosyanti Poltekkes kemenkes kendari
 
Depression and suicide risk in hemodialysis patients with chronic renal failure
Depression and suicide risk in hemodialysis patients with chronic renal failureDepression and suicide risk in hemodialysis patients with chronic renal failure
Depression and suicide risk in hemodialysis patients with chronic renal failureLilin Rosyanti Poltekkes kemenkes kendari
 
Depression and cognitive impairment in peritoneal dialysis a multicenter cros...
Depression and cognitive impairment in peritoneal dialysis a multicenter cros...Depression and cognitive impairment in peritoneal dialysis a multicenter cros...
Depression and cognitive impairment in peritoneal dialysis a multicenter cros...Lilin Rosyanti Poltekkes kemenkes kendari
 
Association of inadequate health literacy with health outcomes in patients wi...
Association of inadequate health literacy with health outcomes in patients wi...Association of inadequate health literacy with health outcomes in patients wi...
Association of inadequate health literacy with health outcomes in patients wi...Lilin Rosyanti Poltekkes kemenkes kendari
 
Association between depression and mortality in patients receiving long term ...
Association between depression and mortality in patients receiving long term ...Association between depression and mortality in patients receiving long term ...
Association between depression and mortality in patients receiving long term ...Lilin Rosyanti Poltekkes kemenkes kendari
 
Association of depression with selenium deficiency and nutritional markers in...
Association of depression with selenium deficiency and nutritional markers in...Association of depression with selenium deficiency and nutritional markers in...
Association of depression with selenium deficiency and nutritional markers in...Lilin Rosyanti Poltekkes kemenkes kendari
 
Anxiety and depressive symptoms and medical illness among adults with anxiety...
Anxiety and depressive symptoms and medical illness among adults with anxiety...Anxiety and depressive symptoms and medical illness among adults with anxiety...
Anxiety and depressive symptoms and medical illness among adults with anxiety...Lilin Rosyanti Poltekkes kemenkes kendari
 
Anxiety and depressive disorders in dialysis patient association to health re...
Anxiety and depressive disorders in dialysis patient association to health re...Anxiety and depressive disorders in dialysis patient association to health re...
Anxiety and depressive disorders in dialysis patient association to health re...Lilin Rosyanti Poltekkes kemenkes kendari
 
An interdisciplinary approach to dialysis decision making in the ckd patient ...
An interdisciplinary approach to dialysis decision making in the ckd patient ...An interdisciplinary approach to dialysis decision making in the ckd patient ...
An interdisciplinary approach to dialysis decision making in the ckd patient ...Lilin Rosyanti Poltekkes kemenkes kendari
 
Burden of depressive disorders by country, sex, age, and year findings from t...
Burden of depressive disorders by country, sex, age, and year findings from t...Burden of depressive disorders by country, sex, age, and year findings from t...
Burden of depressive disorders by country, sex, age, and year findings from t...Lilin Rosyanti Poltekkes kemenkes kendari
 
Acute or chronic stress induce cell compartment specific phosphorylation of g...
Acute or chronic stress induce cell compartment specific phosphorylation of g...Acute or chronic stress induce cell compartment specific phosphorylation of g...
Acute or chronic stress induce cell compartment specific phosphorylation of g...Lilin Rosyanti Poltekkes kemenkes kendari
 

More from Lilin Rosyanti Poltekkes kemenkes kendari (20)

Seminar nasiona konawe penelusuran e jurnal, sitasi
Seminar nasiona konawe penelusuran e jurnal, sitasiSeminar nasiona konawe penelusuran e jurnal, sitasi
Seminar nasiona konawe penelusuran e jurnal, sitasi
 
Aspek seksualitas dalam_keperawatan_ok
Aspek seksualitas dalam_keperawatan_okAspek seksualitas dalam_keperawatan_ok
Aspek seksualitas dalam_keperawatan_ok
 
Menjadi muslimah idaman suami
Menjadi muslimah idaman suamiMenjadi muslimah idaman suami
Menjadi muslimah idaman suami
 
Memilih pasangan idaman (istri&amp;suami)
Memilih pasangan idaman (istri&amp;suami)Memilih pasangan idaman (istri&amp;suami)
Memilih pasangan idaman (istri&amp;suami)
 
Birul walidain.pptx1
Birul walidain.pptx1Birul walidain.pptx1
Birul walidain.pptx1
 
Depression in patients undergoing conventional maintenance hemodialysis the d...
Depression in patients undergoing conventional maintenance hemodialysis the d...Depression in patients undergoing conventional maintenance hemodialysis the d...
Depression in patients undergoing conventional maintenance hemodialysis the d...
 
Depression in chronic kidney disease
Depression in chronic kidney diseaseDepression in chronic kidney disease
Depression in chronic kidney disease
 
Depression and suicide risk in hemodialysis patients with chronic renal failure
Depression and suicide risk in hemodialysis patients with chronic renal failureDepression and suicide risk in hemodialysis patients with chronic renal failure
Depression and suicide risk in hemodialysis patients with chronic renal failure
 
Depression and cognitive impairment in peritoneal dialysis a multicenter cros...
Depression and cognitive impairment in peritoneal dialysis a multicenter cros...Depression and cognitive impairment in peritoneal dialysis a multicenter cros...
Depression and cognitive impairment in peritoneal dialysis a multicenter cros...
 
Association of inadequate health literacy with health outcomes in patients wi...
Association of inadequate health literacy with health outcomes in patients wi...Association of inadequate health literacy with health outcomes in patients wi...
Association of inadequate health literacy with health outcomes in patients wi...
 
Association between depression and mortality in patients receiving long term ...
Association between depression and mortality in patients receiving long term ...Association between depression and mortality in patients receiving long term ...
Association between depression and mortality in patients receiving long term ...
 
Association of depression with selenium deficiency and nutritional markers in...
Association of depression with selenium deficiency and nutritional markers in...Association of depression with selenium deficiency and nutritional markers in...
Association of depression with selenium deficiency and nutritional markers in...
 
Anxiety and depressive symptoms and medical illness among adults with anxiety...
Anxiety and depressive symptoms and medical illness among adults with anxiety...Anxiety and depressive symptoms and medical illness among adults with anxiety...
Anxiety and depressive symptoms and medical illness among adults with anxiety...
 
Depresi
DepresiDepresi
Depresi
 
Anxiety and depressive disorders in dialysis patient association to health re...
Anxiety and depressive disorders in dialysis patient association to health re...Anxiety and depressive disorders in dialysis patient association to health re...
Anxiety and depressive disorders in dialysis patient association to health re...
 
An interdisciplinary approach to dialysis decision making in the ckd patient ...
An interdisciplinary approach to dialysis decision making in the ckd patient ...An interdisciplinary approach to dialysis decision making in the ckd patient ...
An interdisciplinary approach to dialysis decision making in the ckd patient ...
 
Burden of depressive disorders by country, sex, age, and year findings from t...
Burden of depressive disorders by country, sex, age, and year findings from t...Burden of depressive disorders by country, sex, age, and year findings from t...
Burden of depressive disorders by country, sex, age, and year findings from t...
 
Acute or chronic stress induce cell compartment specific phosphorylation of g...
Acute or chronic stress induce cell compartment specific phosphorylation of g...Acute or chronic stress induce cell compartment specific phosphorylation of g...
Acute or chronic stress induce cell compartment specific phosphorylation of g...
 
Skala nilai depresi dari hamilton 1
Skala nilai depresi dari hamilton 1Skala nilai depresi dari hamilton 1
Skala nilai depresi dari hamilton 1
 
konsep DEpresi
konsep DEpresikonsep DEpresi
konsep DEpresi
 

Recently uploaded

LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptLATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptPpsSambirejo
 
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKAKELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKAppgauliananda03
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxsukmakarim1998
 
algoritma dan pemrograman komputer, tugas kelas 10
algoritma dan pemrograman komputer, tugas kelas 10algoritma dan pemrograman komputer, tugas kelas 10
algoritma dan pemrograman komputer, tugas kelas 10maulitaYuliaS
 
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...Kanaidi ken
 
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)MustahalMustahal
 
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdfKanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdfAkhyar33
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikaAtiAnggiSupriyati
 
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfAksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfJarzaniIsmail
 
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat UI 2024
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat  UI 2024Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat  UI 2024
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat UI 2024editwebsitesubdit
 
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxMODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxSlasiWidasmara1
 
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptxSusanSanti20
 
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfMAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfChananMfd
 
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...pipinafindraputri1
 
Stoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.ppt
Stoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.pptStoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.ppt
Stoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.pptannanurkhasanah2
 
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxdpp11tya
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDNurainiNuraini25
 
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdf
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdfModul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdf
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdfKartiniIndasari
 
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaIntegrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaAtiAnggiSupriyati
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSovyOktavianti
 

Recently uploaded (20)

LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptLATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
 
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKAKELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
 
algoritma dan pemrograman komputer, tugas kelas 10
algoritma dan pemrograman komputer, tugas kelas 10algoritma dan pemrograman komputer, tugas kelas 10
algoritma dan pemrograman komputer, tugas kelas 10
 
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
 
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
 
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdfKanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
 
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfAksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
 
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat UI 2024
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat  UI 2024Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat  UI 2024
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat UI 2024
 
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxMODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
 
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
 
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfMAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
 
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
 
Stoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.ppt
Stoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.pptStoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.ppt
Stoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.ppt
 
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
 
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdf
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdfModul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdf
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdf
 
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaIntegrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
 

materi ekag 2

  • 1. ELEKTRO KARDIOGRAM Hamka Bagian Cath lab. Cardiac Centre RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo a. Pengertian Elektrokardiogram (EKG)adalah suatu gambaran secara grafis mengenai aktifitas elektris dari serabut otot jantung. Yang secara sederhana sebagai alat untuk memeriksa penderita yang mempunyai gejala atau tanda yang mengarah pada penyakit kardiovaskular. b. Dasar Fisiologik EKG EKG dapat digunakan menurut jalan pemikiran ini dengan sedikit pengertian tentang proses fisiologik yang terlibat. Aktifitas listrik dari jantung mempunyai keunikan dan setiap bagian dari jantung mempunyai karakteristik elektrofisiologis yang khas. Gambar 1. Gambaran potensial aksi yang berbeda pada setiap jaringan jantung 1 +50 0 -50 -100 +50 0 -50 -100 +50 0 -50 -100 +50 0 -50 -100 +50 0 -50 -100 +50 0 -50 -100 300 msec SA NODE ATRIUM AV NODE VENTRICLEPURKINJE NETWORK BUNDLE OF HIS Membranepotential(mV)
  • 2. Dengan pemahaman ini diharapkan bahwa dasar-dasar aktifitas listrik jantung baik pada keadaa normal maupun pada berbagai gangguan irama jantung dapat dipahami. Aktifitas listrik jantung didasari oleh adanya arus pergerakan ion dari luar sel ke dalam sel atau sebaliknya melalui saluran ion atau ion channel. Masukya ion-ion melalui salurannya bersifat pasif dan arahnya ditentukan oleh perbedaan konsentrasi ion-ion diluar dan di dalam sel. Komposisi Ekstrasel Intrasel Plasma Interstitiel Kation Na+ K+ Ca++ Mg++ 143,0 4,2 1,3 1,3 140,0 4,0 1,2 0,7 14,0 140,0 <1 20,0 Anion Cl- HCO3- HPO4- Protein 108,0 24,0 2,0 1,2 108,0 28,3 2,0 0,2 4,0 10,0 11,0 4,0 Tabel 1. Komposisi cairan ekstrasel dan intrasel (mEq/liter) Proses terbukanya dan tertutupnya saluran ion dikenal sebagai proses Gating. Proses gatingi salurang ion selalu berada dalam tiga keadaan fungsional yang dinamis. - Tertutup - Terbuka (aktivasi) - Refrakter (in aktivasi) 2
  • 3. Kanal-kanal ion bersifat relative spesifik terhadap ion-ion tertentu misalnya : - Kanal kalsium terutama dilalui Ca++ - Kanal kalium terutama dilalui K+ - Kanal natrium terutama dilalui Na+ Kanal-kanal tersebut dikontrol oleh suatu mekanisme “Pintu Gerbang” sehingga dapat membuka dan menutup tergantung pada kondisi transmembran. Terbukanya kanal tersebut akan mengakibatkan ion mengalir melewati membran menurut konsetrasi gradiennya (Concentration Gradients) yaitu dari sisi konsentrais tinggi ke sisi konsetrasi rendah. Pada waktu sel tidak aktif (resting potensial) tingakat permeability membran sel jantung terhadap berbagai elektrolit juga berbeda. Membran sel jantung sangat permeabel terhadap K+ dan Cl, sedikit permeabel terhadap Na+ dan tidak permeabel anion organic. Untuk mmeprtahankan gradien tertentu agar ion-ion dapat kontinyu berdifusi melalui kanal ion, pada membrane sel terdapat suatu carrier transport system ( Na+ , K+ , ATP- ase) yang dikenal sebagai pompoa sodium, yang berfungsi memompa Na+ keluar dan K+ masuk ke dalam sel, maka bila sel dalam keadaan tidak aktif, terjadilah distribusi yang tidak seimbang dari ion –ion dimana Na+ dan Cl- lebih banyak berkumpul di dalam membran sel. Karena ion-ion yang sejenis cenderung membentuk persamaan elektron di dalam dan di luar sel, maka distribusi yang tidak seimbang ini menimbulkan gaya tarik menarik antara ion-ion dimana ion negatif berkumpul di permukaan dalam, 3
  • 4. sedangkan ion positif berkumpul di permukaan luar membrane sel, keadaan ini dikatakan sel dalam keadaan stadium polarisasi. Karena ion-ion memiliki muatan listrik, maka pada waktu sel tidak aktif, terdapat perbedaan potensial (resting membrn potensial) antara permukaan dalam dan luar membaran sel sebesar kira-kira 95 mv dimana muatan intra seluler lebih negatif dibandingkan muatan ekstraseluler sehingga ditulis -95 mv. Gambar 2. A. Potensial Aksi Otot Ventrikel B. Petensial Aksi Nodus SA 4 +20 0 -40 -80 1 2 30 Detik Serat otot ventrikel Serat nodus sinus Ambang batas untuk pelepasan potensial aksi “Potensial istirahat” Potensialmembrane (mV) 20 0 20 40 60 80 100 4 0 (A) 1 2 3 + mV – 95 0 1 2 mdet 4 0 1 2 3 (B) Na+ Ca++ K+ Na+ K+
  • 5. Apabila membran mengadakan depolarisasi dari – 95 mv mencapai thressold (Nilai Ambang Potensial) untuk sel otot jantung yaitu – 70 mv, maka perubahan oiltase ini akan menjadi trigger untuk membuka kanal ion Na+ secara mendadak, sehingga terjadilah pengaliran Na+ yang sekonyong-konyong masuk ke dalam sel. Perpindahan muatan positif yang tiba-tiba masuk dari luar ke dalam sel mengakibatkan potensial membran secara mendadak pula berubah dari nilai negatif menjadi positif. Ini disebut proses depolarisasi. Setelah fase depolarisasi berlalu, membrane sel akan mengalami proses redistribusi ion-ion kembali ke stadium istirahat yang disebut sebagai proses repolarisasi. Jadi setiap faktor yang tiba-tiba merubah permeabilitas membrane sel terhadap ion Na+ , dapat memulai suatu rangkaian perubahan yang berlangsung dalam waktu yang sangat singkat dan nantinya kembali ke keadaan semula. Kejadian ini disebut “ Action Potential”. C. Sistem Konduksi Jantung I. Nodus SA Nodus sinus merupakan kepingan otot khusus, kecil, tipis, dan berbentuk elips, dengan lebar kira-kira 3 milimeter, panjangnya 15 mili meter dan tebalnya 1 mili meter, yang terletak di dalam dinding lateral superior dari atrium kanan tepat disebelah bawah dan sedikit lateral VCS. Serat –serat sinus secara langsung berhubungan dengan serat-serat atrium, sehingga setiap potensial aksi yang mulai di dalam nodus sinus akan menyebar ke dalam atrium. 5
  • 6. Gambar 3. Sistem Konduksi Jantung. Perhatikan bahwa potensial nodus sinus mempunyai muatan negatif antara lepasan hanya sebesar -55 sampai – 60 milivolt,sedangkan serat ventrikel mempunyai – 85 sampai -95 milivolt. Penyebab dari berkurangnya muatan negatif ini adalah membrane sel sinus membocorkan ion-ion natrium. Pada tingkat negativitas kurang dari -60 milivolt maka sebagian besar, saluran cepat, natrium sudah menjadi inaktif. Dan jika potensial mencapai ambang batas voltase kira-kira -40 mv mak yang terbuka adalah saluran lambat kalsium – natrium yang dapat menyebabkan potensial aksi. Jadi pada dasarnya sifat pembocoran dari serat-serat nodus sinus terhadap ion-ion natrium menyebabkan timbulnya peransangan sendiri. Perhatikan gambar fase 4 pada otot ventrikal itu datar adanya samapai ada ransangan berikutnya. Tetapi pada nodus SA, fase 4 mengalami depolarisasi lambat atau depolarisasi diastolic spontan. Yang dikenal sebagai pacemaker potensial. 6
  • 7. Pacemaker potensial ini mempersiapkan depolarisasi selalu dalam keadaan siap untuk mencapai nilai ambang rangsang, karasteristik potensial aksi nodus SA lainnya adalah bahwa potensial membran istirahat lebih positif, fase 0 yang landai, fase 2 yang pendek, dan fase repolarisasi yang lebih cepat. Dasar ionis dari potensial aksi ini akibat pengaruh yang dominan oleh saluran Ca2+ tipe T dan Ik. Dan ini semua memberi konstribusi terhadap aktifitas jaringan ini sebagai Pemacu Jantung. II. Traktus Internodal Terdiri atas : - Traktus internodal anterior - Tractus media (Wenckebach) - Tractus posterior (Thorel) Penyebab kecepatan konduksi yang tinggi dalam berkas-berkas ini adalah sejumlah serat-serat konduksi khusus yang mirip serabut purkinje yang bercampur dengan otot atrium. III. Nodus A-V Nodus ini terletak pada dinding posterior septum atrium kanan, tepat di belakang katup trikuspidalis dan berdekatan dengan pembukaan sinus koronarius. Setelah berjalan melalui jalur internodus, impuls akan mencapai nodus A-V kira-kira 0,03 detik dari Nodus Sinus, kemudian terjadi penundaan lebih lanjut selama 0,09 detik di dalam nodus AV sendiri sebelum impuls masuk ke bagian penembusan berkas A-V. penundaan terakhir selama 0,04 detik terjadi di dalam penembusan berkas A-V ini. Sehingga jumlah penundaan seluruhnya 0,16 detik. 7
  • 8. Tujuan penundaan ini adalah : 1. Pengisian ventrikel secara optimal selama kontraksi atrium. 2. Optimalisasi kontraksi ventrikel dengan jalan stabilisasi daun katup dan septum sebelum kontraksi. 3. Memaksimalkan proses ejeksi dengan menyamakan aktivasi kontraksi pada dinding ventrikel. IV. Serabut Purkinje Serabut purkinje ini berjalan dari nodus A-V melalui berkas A-V dan membelah menjadi berkas cabang kiri dan kanan yang terletak di bawah endokardium pada kedua sisi septum. Tiap-tiap cabang menyebar ke bawah menuju apeks ventrikel, secara bertahap akan memecah menjadi cabang-cabang yang lebih kecil, yang berjalan mengelilingi tiap ruang ventrikel dan kembali menuju basis jantung. Serat purkinje merupakan serat yang sangat besar daripada serat otot ventrikel normal yang menjalarkan potensial aksi dengan kecepatan 2 – 4,0 m/detik. Keadaan ini memungkinkan penjalaran yang cepat impuls jantung ke seluruh system ventrikular. Jaringan Kecepatan Konduksi Frekuensi rangsang Yang dihasilkan (koli/menit) Nodus SA Otot Atrial Nodus AV Berkas His Serabut Purkinje Otot Ventrikel 0,05 1,0 – 1,2 0,02 – 0,05 1,2 – 2,0 2,0 – 4,0 0,3 – 1,0 60 – 100 – 40 – 45 – 25 – 40 – Tabel 2. Kecepatan konduksi pada jaringan jantung (Modifikasi dari ganong WF, 1999 dan Katz, AM 1997) 8
  • 9. Gambar 4. Depolarisasi dari atrium kanan dan kiri pada bidang frontal dengan vektor-vektor yang juga diproyeksikan pada segitiga einthoven. Gambar 5. Perjalanan depolarisasi yang bertahap dari ventrikel kiri dan kanan, dengan potensial 1a, 1b, 2b, 2c, 2d, 3a, 3b, dan 3c. Penjelasan : - Depolarisasi dimulai dari sisi kiri septum ventrikulorum dan kemudian sisi kanannya (1a + 1b = vector 1) - Kemudian depolarisasi pad apeks 2a + 2b ; lalu menyusul depolari dinding bebas ventrikel 2c + 2d (2a + 2b + 2c + 2d = vektor 2) 9 2d 2b 2a 1b 1a 3a 3b3c R L 2c LA RA I III II
  • 10. - Bagian terakhir adalah konus arteriosus, bosal septum dan posterobosal ventrikel kiri (3a + 3b + 3c = vector 3) Gambar 6. Depolarisasi dari kedua ventrikel yang digambarkan secara skematis, sebagai tiga vektor potensial yang sudah dipadukan Gambar 7. Segi tiga Einthoven dengan ketiga vector pada bidang frontal 10 3 1 2 +– – R L – 1 3 22 3 1 2II III + + I 1 2 3
  • 11. D. Prinsip Dasar EKG Jaringan tubuh berperan sebagai penghantar listrik yang baik karena mengandung elektrolit. Perubahan aktifitas listrik pada otot jantung akan dibesarkan kepermukaan tubuh dan dicatat oleh EKG. EKG mencatat perbedaan potensial listrik antara dua elektrode yang diletakkan pada permukaan tubuh. Bila jantung dalam keadaan diastol membrane sel otot jantung mengalami polarisasi-muatan positif lebih banyak di luar sel dan muatan negatif lebih banyak di dalam sel. Pada saat tersebut, electrode pada permukaan tubuh tidak mendeteksi adanya perbedaan listrik, karena semua bagian jantung mengalami polarisasi. Jadi pencatatan pada EKG tidak memperlihatkan adanya defeksi dari garis potensial nol. 11 + + + + + + + + + + – – – – – – – – – – +– A. – – – – – – + + + + + + + + + + – – – – +– B. – – – – – – – – – – + + + + + + + + + + +– Istirahat Sedang depolarisasi C. Setelah depolarisasi
  • 12. Gambar 8. Pengaruh depolarisasi dan repolarisasi terhadap defleksi EKG. Eksitasi pada jantung menyebabkan sel-sel otot jantung mengalami depolarisasi. Bagian luar dari sel menjadi lebih bermuatan negatif. Jadi, terjadi perbedaan potensial antara sel yang mengalami depolarisasi dan sel yang belum tereksitasi. Perbedaan potensial ini dicatat oleh elektroda dipermukaan tubuh, dan arah defleksi tergantung dari polaritas elektroda. Bila seluruh sel otot jantung telah mengalami depolarisasi, semua bagian luar sel telah bermuatan negatif, dan defleksi EKG akan kembali menjadi nol. Bila proses repolarisasi mempunyai arah yang sama dengan proses depolarisasi, defleksi EKG akan berlawanan selama proses repolarisasi. Hasil pencatatan dikenal sebagai biphasic action potential oleh karena kedua gelombang mempunyai defleksi yang berlawanan. Potensial permukaan, atau besarnya arus listrik yang terekam di permukaan tubuh tergantung dari posisi elektroda, orientasi dan besarnya dipole. Menurut 12 + + + + + – – – – – – – – – – + + + + + +– D. + + + + + + + + + + – – – – – – – – – – +– E. Sedang repolarisasi Setelah repolarisasi
  • 13. kesepakatan, gelombang depolarisasi yang mendekati elektroda positif akan memberikan defleksi keatas (positif) pada pencatatan EKG. Gelombang depolarisasi yang mendekati elektroda negatif akan memberikan defleksi kebawah (negatif). Bila gelombang depolarisasi tegak lurus terhadap elektroda tidak terjadi defleksi. Pada gambar 9 dapat dilihat hubungan antara gelombang depolarisasi dan defleksi yang sangat penting dalam melakukan analisa perekaman EKG. Gambar 9. Defleksi EKG. (A) gelombang depolarisasi mendekati elektroda posistif menimbulkan defleksi keatas. (B) gelombang depolarisasi mendekati elektroda negatif menimbulkan defleksi negatif. (C) gelombang depolarisasi tegak lurus terhadap elektroda tidak `menimbulkan defleksi. ` 13 2 2 31 1,3 0 A. – + 311,3 0 B. – + 2 2 1,4 0 C. – + 3 2 41 3 2
  • 14. E. Pencatatan EKG Oleh einthoven telah diperkenalkan tiga sadapan standar (standar limb lead) : I. ↔ lengan kanan (negatif) – lengan kiri (positif) II. ↔ lengan kanan (negatif) – tungkai kiri (positif) III. ↔ lengan kiri (negatif) – tungkai kiri (positif) Pada sadapan I, diukur perbedaan potensial antara lengan kanan dan lengan kiri, pada sadapan II dan III, berturut-turut antara lengan kanan – kaki kiri, dan lengan kiri – kaki kiri. (gamb. 10) Gambar 10. Ketiga sadapan standar dari Einthoven Wilson memperkenalkan elektrokardiografi unipoler. Di sini diukur antara terminal sentral (CT) dan suatu titik pada permukaan tubuh (satu pool = satu kutub). CT diperoleh dengan cara menghubungkan ketiga ekstremitas dengan pertolongan 14 RA I II III LA LF - + + – + –
  • 15. suatu saklar-hambatan tertentu, melalui mana kita dapat memperoleh satu titik, dengan potensial yang konstan, yang mempunyai nilai mendekati nol. Elektroda yang menjelajah (explore) (unipoler) diletakkan pada pundak Kanan (VR), pada pundah kiri (VL), dan pada kaki kiri atau pinggul (VF). Dengan cara memutuskan hubungan antara CT dan ekstremitas yang bersangkutan, kita akan memperoleh hasil diperkuat (augmented = a), berturut-turut aVR, aVL dan AVF (gamb. 11, 12 dan 13). Gambar 11. Sadapan pundak kanan (VR) dan yang dihantarkan (aVR). Gambar 12 Sadapan pindak kiri (VL) dan yang dihantarkan (aVL) 15 RA LA CT LF RA LA CT LF RA LA CT LF RA LA CT LF
  • 16. Gambar 13. Sadapan kaki kiri (VF) dan yang dihantarkan (aVF) Dalam keadaan yang sebenarnya, elektroda tidak diletakkan pada pundak dan/atau pinggul, tetapi berturut-turut pada pergelangan tangan dan pergelangan kaki; sebab, pergelangan tangan atau pergelangan kaki, adalah sama saja seperti pundak atau pinggul, karena lengan atau tungkai bawah yang terletak di antaranya, adalam merupakan ”sambungan kawat elektroda”. Terdapat enam sadapan unipoler pada dinding toraks yang diketahui. Dengan cara ini, kita mengukur perbedaan potensial antara titik CT dan elektroda yang menjelajah, pada dinding toraks (Gamb. 14). Elektroda dipasang pada enam tempat yang berbeda-beda pada dinding toraks (gamb. 15): V1 : sela interkostal keempat kanan, bersebelahan dengan stermum, V2 : sela interkostal keempat kiri, bersebelahan dengan stermum, V3 : diantara V2 dan V4 V4 : pada garis medioklavikuler dalam sela interkostal kelima, 16 RA LA CT LF RA LA CT LF
  • 17. V5: diantara V4 dan V6 V6 : pada garis aksiler dan tengah, setelah kiri horizontal dari V4. Gambar -14 .Titik CT dan elektroda yang menjelajah Gambar -15.Keenam lokasi yang berbeda-beda dari sadapan pada dinding thorax F. Segitiga Einthoven Elektrokardiogram dapat juga merupakan perpaduan dari ketiga vektor dalam bidang frontal (lihat gambar - 6). Untuk itu digunakan suatu segi tiga sama sisi. Segi tiga ini adalah ciptaan Einthoven sebagai bentuk khayal untuk menggambarkan keterkaitan antara sadapan I, II dan III. RA LA LF CT 17 v
  • 18. Jantung dianggap sebagai titik khayal yang terletak di tengah-tengah segitiga. Aktivasi otot jantung secara elektris menyebabkan terjadinya vektor yang tergambar sebagai panah dalam segitiga. Karena proyeksi dari ketiga vektor tersebut (gambar – 7 ) pada sisi-sisi segitiga, maka dapat dihitung bagaimana wujud dari sadapan I, II dan III itu (lihat juga gambar – 5 dan 6 ). Alat EKG sudah disambungkan sedemikian rupa, sehingga apabila pundah kiri menjadi positif, maka defleksi pada sadapan I mengarah ke atas. Begitu pula, apabila kaki kiri menjadi positif, maka defleksi pada sadapan II dan III juga mengarah ke atas (gambar. 16). Gambar -16. A. Sadapan I., B. Sadapan II, C. Sadapan III Pada gambar 7 , vektor 1 mengarah ke kanan dengan begitu menyebabkan terjadinya gelombang negatif (gelimbang Q) pada sadapan I, yang mempunyai elektroda positif pada lengan kirinya. Vektor 2 menuju ke arah kiri bawah, dan menyebabkan puncar R yang relatif besar, pada sadapan I dan II, tetapi tidak pada sadapan III. Akhirnya vektor 3 menuju ke arah kanan atas, dan dengan begitu menyebabkan gelombang S pada sadapan I, II dan III. Dengan ini, konfigurasi dari sadapan I, II dan III, seperti yang diperlihatkan pada gambar 16, telah dapat dijelaskan. 18 BA C
  • 19. Sadapan V1 s/d V6 adalah sadapan aVR, aVL dan aVF telah diperkuat secara artifisial (buatan), dan karena itu sebenarnya tidak lagi unipoler, tetapi walaupun demikian, mereka dapat dianggap unipoler. Vektor yang mengarah pada elektroda yang menjelajah, direkam positif 9ke atas), dan sebaliknya vektor yang menjauhi elektroda yang menjelajah, direkam negatif (gamb. 17). Gambar 17. Ketiga Vektor pada bidang frontal, dengan sadapan unipoler aVR, aVL, V1, V6. Sadapan aVR. Sadapan ini memperlihatkan terutama suatu defleksi yang negatif. Vektor kedua mengarah menjauhi elektroda, vektor ketiga mengarah menuju ke elektroda. Dengan begitu terjadi pertama-tama suatu defleksi negatif yang besar (gelombang Q), diikuti oleh gelombang positif yang kecil (puncak r): terdapatlah suatu kompleks Qr (gambar (18A). 19 aVLaVR aVF 3 2 1 V1 V6
  • 20. Gambar 18. (A) Sadapan aVR, (B) Sadapan aVL, (C) Sadapan aVF Sadapan aVL. Vektor pertama direkam negatif, yang kedua dapat terekam positif yang cukup kuat, apabila sumbu elektrisnya mengarah ke horisontal, atau bahkan bila mengarah ke kiri atas. Kita melihat suatu kompleks qR (gamb. 18B). Sadapan AVF. Vektor pertama boleh darinya dalam konfigurasi aVF. Vektor kedua, tergantung dari kedudukan sumbu elektrisnya, akan menyebabkan puncak R (pada sumbu vertikal) atau suatu gelombang S (pada sumbuh horisontal). Vektor ketiga, berperan pada pembentukan gelombang S. Suatu kompleks Rs (gamb. 18C). Sadapan V1. Vektor pertama direkan positif, yang kedua negatif, yang ketiga kadang-kadang masih agak positif. Terdapat suatu kompleks rS, kadang-kadang kompleks rSr’ (gambar 19). Gambar 19. Sadapan V1 20 A B C A
  • 21. Sadapan V6. Vektor pertama direkam negatif, kedua positif, ketiga negatif. Terdapat suatu kompleks qRs (gambar 20 ). Gambar 20. Sadapan V6 G. Penamaan Gelombang EKG Gambar. 21. Potensial aksi yang diplot menjadi kompleks EKG 21 B P TQ S Otot Ventrikel Atrium
  • 22. - Gelombang P adalah depolarisasi atrium - Gelombang Q, R, S membentuk kompleks QRS adalah depolarisasi ventrikel Diukur dari awal gelombang Q sampai akhir gelombang S - Gelombang T adalah repolarisasi ventrikel - Gelombang Q adalah defleksi negatif pertama - Gelombang R adalah defleksi positif pertama - Gelombang S adalah defleksi negatif sesudah R - Defleksi ke dua pisitif disebut R’ - Huruf kecil q, r dan s dan berturut-turut r’ dan s’ digunakan bila defleksi kecil - Gelombang U adalah defleksi yang mengikuti gelombang T dan timbul sebelum P berikutnya. - PR Interval diukur dari awal gelombang P sampai awal gelombang Q/R - QT Interval diukur dari awal gelombang Q sampai akhir gelombang T - ST segment diukur dari akhir gelombang S sampai awal gelombang T Gambar 22. EKG dengan puncak, segmen dan jarak – waktu 22 Jarak waktu QT Titik J
  • 23. DAFTAR PUSTAKA 1. Katheleen Dracup, RN, DNSc. In : Meltzer’s Intensive Coronary Care : a manual for nurses : Los Angeles, California, 1995. 2. A. A. H. Meurs, A.C Arntzenius : Practische Elektrocardiografie. Jakarta, 1995. 3. Mary. M. Canibbio, RN, MN. In : Cardiovascular Disorders . Los Angeles, California. 1990. 4. John. R. Hampton, In : The ECG in Practice, London, 1989. 5. Guyton & Hall, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran : Edisi 9 EGG, Jakarta, 2000. 6. Dr. Sjukri Karim, Dr. Peter Kabo : EKG dan Penanggulangan beberapa Penyakit Jantung untuk Dokter Umum. Jakarta, 2001. 7. Dr. Irawan Yusuf, PhD. Sistem Kardiovaskuler. Makassar, 2001. 23