3. SEJARAH KEFARMASIAN
• Ilmu resep telah ada semenjak timbulnya
penyakit.
• Dengan adanya manusia dimuka bumi ini,
mulai timbul peradaban dan mulai terjadi
penyebaran penyakit yang dilanjutkan dengan
usaha manusia untuk melakukan usaha
pencegahan terhadap penyakit.
4. Orang-orang yang berjasa dalam perkembangan ilmu
farmasi dan kedokteran :
Hipocrates (460-370)
Memperkenalkan
dunia farmasi dan
kedokteran secara
ilmiah.
Dioscorides
Orang pertama yang
menggunakan
tumbuh-tumbuhan
sebagai ilmu farmasi
terapan.
“De Materia
Medika”
Galen (130-200 SM)
Memperkenalkan
obat-obatan yang
berasal dari alam,
formula dan
sediaan farmasi
yang disebut
FARMASI GALENIK
FARMASI
FISIKA
KIMIA
BIOLOGI
FARMAKOLOGI
5. REFERENSI BAGI PHARMASIST
• FARMAKOPE INDONESIA
• UNITED STATE PHARMACOPE
(USP)
• BRITISH PHARMACOPE (BP)
• NETHERLAND PHARMACOPE
• FARMAKOPE INTERNASIONAL
Di Indonesia sebelum mempunyai
FARMAKOPE, yang berlaku adalah
FARMAKOPE BELANDA. Baru pada
tahun 1962 pemerintah RI
menerbitkan Farmakope Indonesia
Ed I
6. • Buku resmi (ditetapkan secara hukum)
• Memuat standardisasi obat dan persyaratan, identitas,
kadar, kemurnian, metode analisis dan resep standar
sediaan farmasi
• Disusun oleh negara masing-2 (sesuai perkembangan
kondisi alam dan IPTEK) ≈ FDA, WHO
• Memuat tentang persyaratan kemurnian, sifat kimia dan
fisika, cara pemeriksaan, serta beberapa ketentuan lain
yang berhubungan dengan obat-obatan.
Farmakope
7. DEFINISI
Farmasi berasal dari kata Yunani: Farmakon
yang artinya medika / obat.
Farmasi
adalah ilmu yg mempelajari cara membuat, mencampur,
meracik, memformulasi, mengidentifikasi, mengkombinasi,
menganalisis serta menstandarkan obat & pengobatan
juga sifat-sifat obat beserta pendistribusian &
penggunaannya scr aman.
Farmasetika
adalah ilmu yg mempelajari ttg cara penyediaan obat; meliputi
pengumpulan, pengenalan, pengawetan & pembakuan bhn obat-
obatan; seni peracikan obat; serta pembuatan sediaan farmasi mjd
btk ttt hingga siap digunakan sbg obat; serta perkembangan obat
yg meliputi ilmu dan teknologi pembuatan obat dlm btk sediaan yg
dpt digunakan & diberikan kepada pasien
8. PERAN FARMASIS DALAM BIDANG
KEFARMASIAN
1. Memenuhi
kebutuhan
obat yang
aman dan
bermutu
2. Pengaturan dan
Pengawasan
Distribusi Obat-
obatan yang
beredar
dimasyarakat
3. Meningkatkan
peranan dalam
bidang
penyelidikkan
dan
pengembangan
Obat-Obatan
11. Sediaan Farmasi
Sediaan Farmasi adalah obat, bahan obat,
obat tradisional dan kosmetika
Undang-Undang No.36 tahun 2009 tentang kesehatan
12. Peran Obat
1. Penetapan Diagnosis
2. Pencegahan Penyakit
3. Menyembuhkan penyakit
4. Memulihkan (rehabilitasi) kesehatan
5. Mengubah fungsi normal tubuh untuk tujuan
tertentu
6. Peningkatan kesehatan
7. Mengurangi rasa sakit
13. PENGGOLONGAN OBAT
BERDASARKAN NAMA
• Chemical Names : the name used by organic chemists to
indicate the chemical structure of the drug
• Generic names : the establised, nonproprietary, or common
name of the active drug in a drug product
• Proprietary names/brand name : the trade name of the drug
15. BERDASARKAN JENIS SEDIAANNYA
Sediaan
Padat
(Tablet, Kapsul, Kaplet, Pillulae dan
Serbuk)
Sediaan
Semi Padat
(Salep, Krim, Gel, Pasta)
Sediaan
Cair
(Syrup, Emulsi, Suspensi, Guttae, Injeksi,
Gargle, Infus)
16. BERDASARKAN CARA PEMBERIAN
• Enteral : oral, sublingual, bukal, rektal
• Parenteral : iv, im, sk
• Lainnya : inhalasi, intranasal, intratekal, topikal,
transdermal
18. BERDASARKAN EFEK YANG DITIMBULKAN
1. Sistemik : Obat atau zat aktif yang masuk ke dalam
peredaran darah.
2. Lokal : Obat atau zat aktif yang hanya berefek atau
menyebar atau mempengaruhi bagian tertentu
tempat obat tersebut berada, seperti pada hidung,
mata, kulit, dan lain lain.
19. PENGGOLONGAN OBAT
Berdasarkan Peraturan Pemerintah
Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor
917/Menkes/Per/X/1993 yang telah
diaturan kembali dalam aturan
perubahan Nomor
949/Menkes/Per/VI/2000.
Penggolongan obat ini terdiri dari :
1. Obat Bebas
2. Obat Bebas Terbatas
3. Obat Wajib Apotek
4. Obat Keras
5. Obat Psikotropika dan Narkotika
20. OBAT BEBAS
adalah obat yang dapat dijual bebas kepada umum
diapotek tanpa resep dokter, tidak termasuk daftar
narkotika, psikotropika, obat keras, obat bebas terbatas,
dan sudah terdaftar di DEPKES RI.
Penandaan obat bebas diatur berdasarkan SK
Menkes RI Nomor 2380/A/SKA/I/1983 tentang tanda
khusus untuk obat bebas dan obat bebas terbatas
21. OBAT BEBAS TERBATAS
adalah obat keras yang dapat diserahkan kepada
pemakaiannya tanpa resep dokter, bila
penyerahannya memenuhi persyaratan sebagai
berikut :
a. Hanya boleh dijual dalam bungkusan asli dari
pabriknya
b. Pada penyerahannya oleh pembuat atau penjual
harus mencantumkan tanda peringatan yang
tercetak sesuai contoh. Tanda peringatan tersebut
berwarna hitam, berukuran panjang 5 cm, lebar 2 cm
dan memuat pemberitahuan berwarna putih
22. Penandaan untuk obat bebas terbatas :
P No. 1 :
Awas ! Obat Keras
Bacalah Aturan Pemakaiannya
P No. 2 :
Awas ! Obat Keras
Hanya untuk kumur, jangan ditelan.
P No. 3 :
Awas ! Obat Keras
Hanya untuk bagian luar dari badan
P No. 4 :
Awas ! Obat Keras
Hanya untuk luka bakar
P No. 5 :
Awas ! Obat Keras
Tidak boleh ditelan
P No. 6 :
Awas ! Obat Keras
Obat wasir, jangan ditelan
23. OBAT KERAS
Obat daftar G menurut
bahasa belanda “G”
singkatan dari “Gevaarlijk”
artinya berbahaya jika
pemakaiannya tidak
berdasarkan resep dokter.
24. NARKOTIKA
Undang-Undang Nomor 22 Tahun
1997 tentang narkotika,
adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman
atau bukan tanaman baik sintesis maupun
semisintesis yang menyebabkan penurunan atau
perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi
sampai menghilangkan nyeri dan dapat
menimbulkan ketergantungan yang dibedakan ke
dalam golongan I, II dan III
25. Tidak digunakan dalam terapi hanya digunakan untuk ilmu pengetahuan. Potensi
ketergantungan sangat tinggi.
GOLONGAN I
Dapat digunakan dalam terapi dan ilmu pengetahuan. Potensi ketergantungan sangat tinggi.
Banyak digunakan dalam terapi dan ilmu pengetahuan. Potensi ketergantungan ringan.
26. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997
tentang Psikotropika,
adalah zat atau obat baik alamiah maupun sintesis
bukan narkotika yang berkhasiat psikoaktif melalui
pengaruh selektif pada susunan syaraf pusat yang
menyebabkan perubahan khas pada aktifitas
mental dan perilaku.
27. Tidak digunakan dalam terapi hanya digunakan untuk ilmu pengetahuan. Potensi
ketergantungan sangat tinggi.
GOLONGAN I
Dapat digunakan dalam terapi dan ilmu pengetahuan. Potensi ketergantungan sangat
tinggi.
Banyak digunakan dalam terapi dan ilmu pengetahuan. Potensi ketergantungan sedang.
Sangat luas digunakan dalam terapi dan ilmu pengetahuan. Potensi ketergantungan
ringan.