Laporan ini membahas hasil observasi bimbingan konseling di SMA Negeri 6 Mataram. Jenis masalah yang diidentifikasi meliputi akademik, sosial, pribadi, dan karir. Masalah yang paling sering muncul adalah akademik dan pribadi. Peran guru BK dan wali kelas dalam penanganan masalah meliputi konsultasi, mediasi, dan koordinasi dengan orang tua siswa beserta pihak sekolah. Penyebab masalah terkait fak
Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docx
Laporan hasil observasi bk
1. LAPORAN HASIL OBSERVASI
BIMBINGAN KONSELING SMA N 6 MATARAM
DISUSUN OLEH:
ASRORI AHYAN
BAIQ WULAN DAYANTI
LIAN YULIANTI
LIDZATIL JANNAH
RIZKI FITRIANI
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MATARAM
2016
2. BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bimbingan adalah bantuan yang diberikan kepada siswa dalam rangka upaya
menentukan pribadi, mengenal lingkungan, dan merencanakan masa depan. Dalam
bimbingan dibutuhkan tenaga ahli untuk melakukannya, bimbingan sekolah berlaku
untuk semua siswa yang sekolah di sekolah tersebut, bukan hanya untuk siswa yang
bermasalah maupun yang merasa kesulitan belajar.
Bimbingan dan Konseling merupakan mata kuliah yang wajib dikuasai oleh calon guru,
mengingat peran guru di sekolah sebagai pembimbing yang harus bisa mengarahkan
anak didiknya dalam pembelajaran sehingga tercapai tujuan dari pendidikan.
Sebagaimana kita ketahui bahwa anak didik di sekolah bersifat unik, karenanya guru
dituntut untuk bisa mengakomodasi seluruh keunikan peserta didik dengan memberikan
bimbingan secara individual serta mengarahkannya kepada hal yang positif.
Tugas ini merupakan bagian dari tugas Bimbingan dan Konseling. Dengan tugas
ini diharapkan mahasiswa mengetahui dan belajar secara langsung tentang pelaksanaan
bimbingan dan konseling di suatu sekolah, serta menganalisis permasalahan dan
solusinya. Observasi ini merupakan pembelajaran bagi mahasiswa sebagai calon
pendidik sebelum terjun langsung pada dunia pendidikan yang sesungguhnya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja jenis jenis masalah yang terdapat di SMA 6 Mataram?
2. Apa saja masalah yang paling sering ditemukan di SMA 6 Mataram ?
3. Bagaimana peran bk atapun guru di SMA 6 Mataram dalam menindak masalah
tersebut?
4. Apa saja yang melatarbelakangi terjadinya masalah tersebut?
5. bagaimana peran guru kimia mengenai masalah belajar siswa?
3. C. Tujuan Observasi
Berdasarkan latar belakang diatas, maka Tujuan penyusunan observasi ini adalah
sebagai berikut:
1. Dapat mengetahui jenis jenis masalah yang terdapat di SMA 6 Mataram
2. Dapat mengetahui masalah yang paling sering ditemuka di SMA 6 Mataram
3. Dapat mengetahui peran bk atapun guru di SMA 6 Mataram dalam menindak masalah
tersebut
4. Dapat mengetahui penyebab masalah tersebut
5. Dapat mengeahui peran dari guru kimia mengenai masalah belajar pada siswa
D. Waktu Kegiatan
Sesuai kesepakatan dengan narasumber wawancara dilakukan pada tanggal 17
Mei 2016 pada pukul 17.00 bertempat di kediaman ibu Emy di BTN green . ibu emy
selaku narasumber adalah guru BK yang mengajar di SMA 6 Mataram.
4. BAB II
PEMBAHASAN
Hasil Wawancara :
A. Jenis – jenis masalahyang di temukan oleh guru BK
Menurut Prayitno dalam Badarudin (2011), masalah adalah sesuatu yang tidak
disukai adanya, menimbulkan kesulitan bagi diri sendiri dan atau orang lain, ingin atau
perlu dihilangkan. Pada kenyataanya kehidupan kita di dunia ini tidak lepas dari yang
namanya masalah, bahkan segala aktivitas yang kita kerjakan selalu akan ada masalah
dan cobaan. di dalam sekolah ada namanya Bimbingan konseling yang bertugas untuk
menyelesaikan masalah tersebut. Untuk mengetahui bagaimana kebutuhan siswa atau
siswi disekolah sebagai konselor perlu untu mengetahui masalah yang sedang dihadapi
oleh murid, sedang sebagai guru nantinya harus peka terhadap masalah yang menimpa
murid kita. Masalah yang terdapat di dalam sekolah ada banyak sekali, seperti yang
dipaparkan oleh narasumber kami selau guru BK di SMA 6 Mataram. Jenis jenis masalah
yang ditangani oleh guru BK adalah masalah akademik, masalah sosial, maslah pribadi,
dan masalah karir,.
Dalam penangan masalah ini terdapat kasus dengan masalah berat, ringan, dan
sedang namun narasumber hanya memberikan kasus ringan dan sedang saja seperti
bolos, tidak hadir tanpa keterangan, bertengkar, malas belajar, pakaian tidak seragam dll.
Sedangkan untuk masalah yang sudah besar penangananya tidak lagi dilakukan oleh BK
namun lebih lanjut lagi oleh wakasek kesiswan. Menurut narasumber masalah yang
paling sering terjadi yang cepat untuk diketahui adalah mengenai masalah kehadiran.
Sesui dengan program sekolah alfa atau ketidak hadiran hanya boleh sampai 14x,
kemudian masalah pola belajar yang baik, para siswa banyak menemuka masalah dengan
proes belajar yang dilakukan oleh guru, menurut narasumber ada beberapa faktor yang
menjadi latar belakang yang mempengaruhi pola belajar tersebut.
B. Masalah yang sering ditemukan di SMA 6 Mataram
5. Dari berbagai jenis masalah yang di dapat, menurut narasumber selaku guru BK
masalah yang paling sering ditanagani adalah masalah pribadi dan masalah akademik,
masalah akademik meliputi masalah belajar dan juga masalah mengenai penjurusan.
Terkait dengan masalah siswa di sekolah, Badarudin (2011) berpendapat bahwa dalam
interaksi belajar mengajar, siswa merupakan kunci utama keberhasilan belajar selama
proses belajar yang dilakukan. Namun demikian, tidak semua murid dapat mencapai
tujuan atau sasaran belajar itu dengan cepat dan tepat. Menyimpulkan dari pendapat
Badarudin (2011), dapat dikatakan bahwa terdapat sesuatu yang janggal dalam proses
belajar siswa, sehingga sesuatu yang janggal tersebut dapat disebut sebagai masalah
belajar bagi siswa. Dalam konsultasi yang pernah dilakukan oleh narasumber terhapa
murid di SMA 6 Mataram, banyak murid mengaku bermasalah dalam belajar mata
pelajaran eksak yaitu matematika, kimia, biologi dan fisika hal ini disebakan karena
mata pelajaran eksak lebih berfokuskan pada hitung-hitungan dan konsep berpikir yang
pasti.
Kemudian untuk masalah pribadi menurut Yusuf dalam Yusuf (2014)
menemukan beberapa masalah siswa dalam penelitiannya. Beberapa contoh
permasalahan pribadi
Beberapa permasalahan yang dialami siswa terkait masalah pribadi antara lain:
Kurang memiliki kemampuan untuk bersabar dan bersyukur
Masih memiliki kebiasaan berbohong
Masih memiliki kebiasaan menyontek
Kurang disiplin
Masih kekanak – kanakan
Belum dapat menghormati orang tua secara ikhlas
Masih kurang mampu menghadapi situasi frustasi
Masih kurang mampu mengambil keputusan berdasarkan pertimbangan yang
matang
Masih suka melakukan suatu perbuatan tanpa pertimbangan baik buruknya, atau
untung-ruginya
Saat wawancara, narasumber memaparkan bahwa banyak siswa yaang
bermasalah dengan penampilan dan juga ketidakhadiran, menurut Ibu Emy tidak sedikit
siswa ditemukan membolos saat jam pelajaran dengan alasan izin ke kantin, kamar
mandi, bahkan uks namun tidak ikut proses beljar lagi. Kemudian untuk kasus tidak
6. hadir tanpa keterangan biasa ditemukan oleh guru bidang studi kemudian brulah
melapor kepada wali kelas/ guru BK.
C. Peran BK dan guru dalam menangani masalah
Sebagai seorang guru tentunya menjadi tugas penting untuk membantu murid
dalam menyelesaikan masalah, sedangkan untuk guru BK merupakan tugas pokok
seorang konselor untuk membantu muridmenyelesaikan masalahnya. Menurut
narasumber, bimbingan konseling yang dilakukan di SMA 6 Mataram adalah dengan
melakukan bimbingan kelompok yang bertujuan untuk mengetahui masalah yang
terjadi dan kebutuhan yang diinginkan, dalm bimbingan kelompok tersebut murid akan
ditanya mata pelajaran yang paling sulit, lalu apa penyebabya kemudian barulah
didiskusikan. Dalam wawancara ibu emy menatakan kalau “kebanyakan remaja tidak
mau disalahkan” jadi Ibu Emy berpesan sebagai guru nantinya, harus lebih dekat
dengan murid sehingga terjalin kepercayaan satu sama lain sehingga murid nantinya
akan mudah untuk terbuka tentang masalahnya. Seperti yang disampaikan diatas
masalah yang sering ditemukan adlah masalah kehadiran, dalam kasus ini seorang guru
akan menjadi orang pertamma yang mengetahui hal tersebut sehingga sangat perlu
kemampuan bagi seorang guru untuk mengatasi masalah tersebut.
Seperti yang dijelaskan oleh Ibu Emy sekolah dan para guru telah sepakat
bahwa maksimal alfa yang dimiliki oleh tiap murid sebanyak 14 kemudian untuk 3-4
langkah yang diambil dengan memanggil orang tua murid kemudian bersama-sama
mencari solusi, selanjutnya untuk 10 alfa dilaukan negosiasi, namun jika tetap
melakukan alfa lagi barulah diadakan rapat dengan wakasek kesiswaan dan kepala
sekolah kemudian akan ada keputusan tetap tinggal, atau dipindah ke sekolah lain
dengan alasan memerlukan tempat yang lebih baik lagi. Dalam menangani kasus atau
masalah masalah yang dihadapi murid “perlu adanya peran pentng antara wali murid,
guru bidang studi/BK dan lingkunganya, karena peran guru saja tidak cukup dalam
membentuk pribadi murid, karena murid lebih banyak menghabiskan waktu diluar
sekolah yaitu dirumah” tutur Ibu Emy saat di wawancara. Kenyataanya banyak siswa
yang mengalami masalah broken home, yang menyebabkan proses belajar menurur,
sering bolos dan juga pemuat onar, menurut narasumber palingg banyak 3-4 murid.
“Untuk siswa yang belum bermasalah belum tentu tidak memiliki masalah sedangkan
yang memiliki masalah kita pacu dan kita dorong menjadi lebih baik lagi “ tegas Ibu
7. Emy dalam wawancaranya. Kemudian untuk siswa yang bermasalah dengan program
penjurusan, nantinya Bk akan melakukan penilaian terhadap riwayat belajar siswa
untuk program tujuan dengan di bantu oleh guru bidang studi kemudian dipandu dan
diperoleh nilai yang terkontrol yang dapat memenuhi syarat.
D. Penyebab Masalah Yang Terjadi Tersebut
Tentunya masalah yang timbul pasti ada penyebabnya, dari hasil wawancara
kami dengan narasumber menjelaskan bahwa ada beberapa faktor yang menyebabkan
siswa melanggar aturan dan melakukan masalah diekolah yang pertama karena faktor
pribadi yaitu broken home, baik karena kedua orang tuanya berbisah, ibu/bapak kawin
lagi ataupun tidak tinggal dengan kedua orang tua hal inilah yang menjadi alasan siswa
bertindak onar dikelas, karena kebutuhan akan kasih sayang yang ia miliki masih
kurang, kemudian faktor teman sebaya juga sangat berpengaruh, seorang murid
memiliki kebiasaan untuk mengikuti kemauan temanya hal ini akan bermasalah jika
terjadi pada saat penjurusan, karena murid ini hanya mengikuti kemauan temanya
bukan berdasarkan minat dan bakat yang dia miliki sehingga proses belajarnya menjadi
terhambat dan bermasalah dalam penerimaan materri nantinya. Itulah beberapa
penyebab umum yang didapat berdasakan wawancara dengan guru BK, adapun
beberapa faktor penyebab timbulnya masalah pada siswa diantaranya metode belajar
guru bidang studi yang sulit dipahami, hubungan sosial, faktor ekonomi dan faktor
psikologis
E. Peran Guru Kimia Mengenai Masalah Belajar Siswa
Menurut Ahmadi dan Supriyono (2004, h.77) menyatakan bahwa kesulitan
belajar adalah dalam keadaan dimana anak didik/siswa tidak dapat belajar sebagaimana
mestinya. Sedangkan menurut Djamarah (2002, h.200) kesulitan belajar adalah masalah
yang mengganggu keberhasilan siswa dalam keberhasilan belajarnya. Dengan demikian
dapat dikatakan bahwa kesulitan belajar adalah suatu keadaan siswa yang memiliki
masalah sehingga tidak bisa belajar sebagaimana mestinya yang berdampak pada
keberhasilan belajar. Dalam hasil wawancara kami masalah yang biasanya dihadapi
oleh guru kimia di SMA 6 Mataram adalah kebanyakan murid bermasalah pada
pelajaran hitung-hitungan seperti matematika, fisika dan juga kimia. Ada juga masalah
yang biasa ditemua oleh guru bidang studi di kelas adalah masalah mengenai daftar
8. hadir, biasanya murid yang yang terlalu sering tidak hadir tanpa keterangan diberi
tanda, dan guru bertanya pada siswa, namun jika ketidakhadiran sudah terlalu lamu
barulah guru bekerjasama dngan wali kelas dan juga guru BK. Peran guru kimia dalam
bimbingan konseling adalah sebagai pembantu koselor dalam terlaksanya bimbingan
konseling di sekolah. Dari hasil wawancara kami untuk melakukan suatu bimbingan
seorang guru harus mempunyai rasa salig percaya antara guru dan murid sehingga
murid merasa terbuka akan masalah yang sedang di hadapi. Seorang guru juga harus
peka terhadap berkembangan peserta didik. Menurut W.H. Burton (Syamsu Yusuf LN
dkk., 1992) factor internal yang mengakibatkan kesulitan belajar adalah sebagai
berikut.
1. Ketidakseimbangan mental atau gangguan fungsi mental: (a) kurangnya
kemampuan mental yang bersifat potensial (kecerdasan); (b) kurangnya kemampuan
mental, seperti kurang perhatian, adanya kelainan, lemah dalam berusaha, menunjukkan
kegiatan yang berlawanan, kurangnya energy untuk bekerja karena kekurangan
makanan yang bergizi, kurangnya penguasaan terhadap kebiasaan belajar dan hal-hal
fundamental; (c) kesiapan diri yang kurang matang.
2. Gangguan fisik: (a) kurang berfungsinya organ-organ perasaan, alat-alat bicara;
dan (b) gangguan kesehatan (sakit-sakitan).
3. Gangguan emosi: (a) merasa tidak aman; (b) kurang bisa menyesuaikan diri, baik
dengan orang, situasi, maupun kebutuhan; (c) adanya perasaan yang kompleks (tidak
karuan), perasaan takut yang berlebihan (phobi), perasaan ingin melarikan diri atau
menghindar dari masalah yang dialami; dan (d) ketidak matangan emosi.
b. Faktor Eksternal
Faktor ini meliputi aspek-aspek sosial dan nonsosial. Yang dimaksud dengan faktor
social adalah faktor manusia, baik yang hadir secara langsung (bertatap muka atau
berkomunikasi langsung), maupun kehadirannya secara tidak langsung, seperti: berupa
foto,suara (nyanyian, pembicaraan), dalam radio, TV, dan tape recorder . sedangkan
yang termasuk faktor nonsosial adalah: keadaan suhu udara (panas, dingin), waktu
(pagi, siang, malam), suasana lingkungan (sepi, bising, atau ramai), keadaan tempat (
kualitas gedung, luas ruangan, kebersihan, ventilasi, dan kelengkapan mebeler),
kelengkapan alat-alat atau fasilitas belajar (ATK, alat peraga, buku-buku sumber, dan
9. media komunikasi belajar lainnya). Jadi jelas bahwa dalam kegiatan belajar ini banyak
masalah-masalah yang timbul terutama yang dirasakan oleh siswa sendiri. Sekolah
mempunyai tanggung jawab yang besar dalam membantu siswa agar mereka berhasil
dalam belajar. Untuk itu hendaknya sekolah memberikan bantuan kepada siswa dalam
kegiatan belajar. Disinilah penting dan perlunya program bimbingan dan konseling
untuk membantu agar mereka berhasil dalam belajar. Layanan bantuan yang
seyogianya diberikan kepada para siswa adalah bimbingan belajar.
10. BAB III
KESIMPULAN dan SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil wawancara tentang “masalah – masalah yang dialami siswa di
SMA 6 Mataram” kesimpulan yang kami dapat, kepada calon guru bidang studi
nantinya dapat mengetahui tentang beberapa masalah yang biasa terjadi pada siswa –
siswa di sekolah (terutama masalah belajar), sehingga seorang guru nantinya, khususnya
kami calon guru kimia dapat melakukan tindakan preventif pada siswa dengan memilih
pendekatan, model, dan metode pembelajaran yang sesuai dengan siswa – siswa yang
memiliki latar belakang, karakteristik, dan permasalahan yang berbeda. Selain itu, jika
seorang guru menemukan beberapa siswa yang terlihat kurang bersemangat dalam kelas,
guru melakukan beberapa pendekatan terlebih dahulu kemudian guru mugkin dapat
membantu terhadap permasalahan yang dialami beberapa siswa tersebut dengan strategi
– strategi tertentu, sebelum permasalahan tersebut ditangani oleh guru BK (hal tersebut
mungkin harus dilakukan, karena guru bidang studi merupakan guru yang sehari –
harinya bertatap muka/bertemu langsung dengan siswa, lebih – lebih untuk seorang wali
kelas yang kedudukannya sebagai orang tua siswa dalam kelas tertentu.
B. Saran
Kepada guru bidang studi khususnya guru kimia untuk lebih memahami
bagaimana karateristik, kebutuhan dan berkembangan dari peserta didik, sehingga
nantinya dapat terwujud proses belajar yang efekif dan efisien demi tercapainya dunia
pendidikan yang lebih baik lagi, terima kasih.
11. DAFTAR PUSTAKA
Badarudin. 2011. Materi Bahan Ajar Kuliah: Bimbingan dan Konseling di Sekolah Dasar.
Purwokerto: tidak diterbitkan
Djamarah, SB. 2002. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Nurihsan, Achmad Juntika. 2006. Bimbingan dan Konseling dalam Berbagai Latar
Kehidupan. Bandung: PT. Refika Aditama.
Widiharto, Chr Argo. 2009. Psikologi Belajar. Semarang: FIP IKIP PGRI SEMARANG.
Yusuf L. N., Syamsu. 2014. Program Bimbingan dan Konseling di sekolah. Bandung:
Rizqi Press.
Yusuf, Syamsu dan Juntika Nurihsan.2008. Landasan Bimbingan dan Konseling.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya