2. Dodik kurniawan
Diana Aristanti
Luluk Hidayati
Novita Widianingsih
Tegar Dian Febrianto
(130710101007)
(130710101022)
(130210205038)
(130210402078)
(130810201253)
F. Hukum
F. Hukum
FKIP
FKIP
F. Ekonomi
3. Menurut Van Romondt (Haryoto, 1986:386), pada dasarnya alun-alun
itu merupakan halaman depan rumah, namun dalam ukuran yang lebih
besar. Lebih jauh Thomas Nix (1949:105-114) menjelaskan bahwa alunalun merupakan lahan terbuka dan terbentuk dengan membuat jarak
antara bangunan-bangunan gedung.
Alun-alun Jember merupakan alun-alun yang terlatak dipusat kota
Jember. Sebagai tempat acara besar dan penting bagi masyarakat
jember, alun-alun tidak luput dari berbagai masalah, salah satu
diantaranya adalah masalah kesenjangan sosial. Diantara banyak
masalah kesenjangan sosial di kota Jember ini, Pengemis merupakan
permasalahan yang tiada habis-habisnya. Oleh sebab itu kami disini
akan mencoba memberikan solusi terhadap masalah tersebut.
5. Pengertian Pengemis
Menurut kamus besar bahasa indonesia,
Pengemis adalah orang yang minta-minta;
pengemis.
Berdasar uraian tersebut, Pengemis adalah
orang-orang yang mendapatkan penghasilan
dengan meminta-minta, melalui berbagai cara
dan alasan untuk mengharap belas kasihan dari
orang lain.
6. Pengemis Sebagai Tindakan Sosial
Tindakan berupa usaha untuk mendapatkan
perhatian dari orang lain yang dilakukan oleh
pengemis merupakan suatu tindakan sosial.
Setiap orang memiliki pandangan berbeda
terhadap pengemis. Ada diantara mereka,
merasa malu bekerja sebagai pengemis, ada
yang menganggap mengemis merupakan
pekerjaan yang tidak berbeda dari pekerjaan
yang lainnya
Hal ini menyebabkan lingkungan yang
masyarakatnya berpikir demikian dapat
melakukan kegiatan mengemis.
7. Pengemis Sebagai Tindakan Ekonomi
Manusia
bekerja
untuk
memenuhi
kebutuhan hidup dan keluarganya masingmasing. Berbagai macam cara digunakan
guna kebutuhan tersebut terpenuhi. Salah
satu tujuan para pengemis yang ada di
alun-alun Jember yakni memperoleh
pendapatan atau penghasilan dengan cara
menengadahkan tangan pada orang lain.
8. Penanganan Pengemis
Penanganan menurut buku pedoman rehabilitasi
gelandangan dan pengemis (2001:5) adalah usaha
yang dilakukan secara terencana dan terarah baik
oleh
pelaksana
di
Provinsi
maupun
Kabupaten/kota untuk mencegah, merehabilitasi
dan memberdayakan.
Usaha tersebut menyangkut upaya pencegahan,
rehabilitisi memberdayakan pengemis beserta
keluarganya.
Penanganan
pengemis yang meliputi usaha
preventif, represif dan rehabilitatif bertujuan agar
tidak terjadi pengemis dan mencegah meluasnya
pengaruh pengemis.
9. Faktor Keberadaan Pengemis
Menurut Buku Standar Pelayanan Minimal
pelayanan dan rehabilitasi Sosial Pengemis,
disebutkan beberapa hal yang mempengaruhi
seseorang menjadi pengemis:
1.
2.
3.
4.
Tingginya Tingkat Kemiskinan
Rendahnya Tingkat Pendidikan
Kurangnya keterampilan Kerja
Faktor Sosial Budaya
10. Lanjutan...
Faktor Budaya yang Mempengaruhi, yaitu:
1. Rendahnya Harga diri pada sekelompok orang,
mengakibatkan tidak dimilikinya rasa malu untuk
meminta-minta.
2. Sikap pasrah pada nasib. Mereka menganggap bahwa
kemiskinan dan kondisi mereka sebagai pengemis adalah
nasib, sehingga tidak ada kemauan untuk melakukan
perubahan.
3. Kebebasan dan kesenangan hidup mengemis. Ada suatu
kenikmatan sendiri karena mereka tidak merasa terikat
oleh aturan atau norma yang kadang-kadang membebani
mereka, sehingga mengemis menjadi salah satu mata
pencaharian.
11. Usaha Dalam Menanggulangi Pengemis
Penanggulangan pengemis dilakukan dengan berbagai usaha
antara lain :
1. Usaha preventif dimaksudkan untuk mencegah timbulnya
pengemis didalam masyarakat, yang ditunjukkan baik pada
perorangan maupun kelompok masyarakat.
2. Usaha represif yaitu tindakan penyisiran dimaksudkan untuk
mengurangi bahkan meniadakan pengemis baik perorangan
maupun kelompok.
3. Usaha rehabilitatif (pemberdayaan) terhadap pengemis
meliputi usaha penampungan, penyeleksian, penyantunan
dan tindak lanjut. Itu semua bertujuan agar fungsi sosial
mereka berfungsi kembali sebagai warga masyarakat.
12. 1. Hilangkan Budaya Mengemis
Memasukkan pengemis ke “Motivation Camp” untuk dibina.
2. Anak-Anak Pengemis Harus Belajar
Berikan Beasiswa Penuh
Tempatkan di asrama
3. Berantas Kemiskinan dengan Pendidikan
Pemberian Pelatihan,
Pemberdayaan, Pembinanan dan
Peluang
Jangan Memberikan Raskin, BLT
dan BLSM kepada para pengemis
14. • Pelatihan yang sesuai dengan
kemauan, kemampuan, jenis kelamin,
serta usia.
• Lansia dimasukkan ke Panti Sosial /
Jompo.
• Pemberian sertifikat lulus uji
keterampilan, dan perjanjian tidak
mengemis lagi.
1. Pelatihan Keterampilan
Sesuai Kemampuan Mereka
2. Buka Lapangan Kerja di
Desa
• Kerawat desa bersama pemerintah daerah
(dinas sosial) menciptakan lapangan
pekerjaan.
• Pulangkan pengemis ke desa asal masingmasing, pekerjakan mereka di tempat yang
disediakan (baik milik pemerintah maupun
swasta).
• Jika sudah mampu mengelola sendiri,
diharapkan membuka lapangan pekerjaan
sendiri.