Teks tersebut membahas peran sosiologi dalam menangani konflik antara KPK dan Polri yang disebabkan oleh ego pejabat publik. Sosiologi dapat mempelajari sifat manusia dan sumber konflik, lalu membantu menengahi kedua lembaga tersebut agar dapat bekerja sama kembali demi kepentingan rakyat.
2. Pandangan Seorang Siswa Terhadap Polemik yang terjadi antara Pejabat Publik
WongMikir.com
“Sosiologi adalah ilmu yang terutama mempelajari manusia sebagai
makhluk yang mempunyai naluri untuk senantiasa hidup bersama dengan
sesamanya.” – Auguste Comte
3. Pandangan Seorang Siswa Terhadap Polemik yang terjadi antara Pejabat Publik
WongMikir.com
Sosiologi
Sosiologi mempelajari segala aspek kehidupan bersama yang terwujud
dalam asosiasi-asosiasi, lembaga-lembaga dan peradaban. Sosiologi
berperan aktif sebagai seorang teknisi pemikiran manusia, konsultan
kebijakan, ahli riset dan pakar pendidikan. Ilmu sosiologi berkaitan
dengan nilai dan norma yang membentuk sebuah kepribadian yang siap
untuk bergaul dan hidup bersama dalam sebuah naskah drama
kehidupan.
Dalam sosiologi dijelaskan pula bahwa setiap manusia memiliki sifat
dan karakter yang berbeda-beda. Setiap manusia tidak luput dari
kesalahan dan ego yang terpendam dalam jiwa. Dalam hal ini, banyak
sekali konflik yang terjadi karena ego yang tidak dapat ditahan,
meskipun tidak semua konflik dan masalah didasari pada ego. Namun
yang pasti, bahwa setiap konflik dan masalah muncul akibat sifat dan
sikap negatif dari pada setiap insan manusia.
4. Pandangan Seorang Siswa Terhadap Polemik yang terjadi antara Pejabat Publik
WongMikir.com
Cicak Vs Buaya
Januari 2015, merupakan lembaran baru untuk sebuah Negara
kepulauan terbesar di dunia. Sebuah awal tahun yang dapat digunakan
untuk memperbaiki dan terus mengembangkan kesejahteraan bangsa
dari ideologi Trisakti, dimana seorang panglima tertinggi Negara dapat
menjadikan Indonesia berdaulat di bidang politik, berdikari di bidang
ekonomi dan berkepribadian dalam budaya.
Namun sebuah masalah baru muncul pada awal tahun 2015 yang
mengancam mengganggu kedaulatan di bidang politik. Dua institusi besar
di Indonesia, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan Kepolisian
Republik Indonesia (Polri), sedang mengalami keretakan persahabatan.
Dua institusi ini yang sudah sepatutnya bersinergi untuk menjaga
kedaulatan NKRI justru memberikan kesan negatif.
Beberapa tahun sebelumnya, dua institusi ini juga pernah mengalami
konflik serupa hingga munculnya jargon ‘cicak vs buaya’ pada tahun
2008.
Berbagai macam cara telah ditempuh oleh berbagai pihak-pihak
terkait dan non-terkait untuk menyelesaikan konfrontasi dari dua
institusi ini. Presiden tidak tanggung-tanggung terjun langsung demi
mendamaikan dua badan Negara yang kelewat malu.
Dari berbagai macam kasus di tahun 2008, 2009, 2010 hingga 2015
ini, Polri dan KPK ibarat ABG labil yang putus-nyambung. Dalam
5. Pandangan Seorang Siswa Terhadap Polemik yang terjadi antara Pejabat Publik
WongMikir.com
pengertian ini, KPK dan Polri sering bekerja sama namun disuatu kali
juga pernah mengalami keretakan hingga mengganggu kedaulatan politik
Bangsa Indonesia.
Masyarakat Indonesia pada umumnya cenderung lebih banyak
memihak kepada KPK dengan andil membela kepentingan rakyat untuk
memberantas korupsi. Masyarakat Indonesia sudah terlalu alergi untuk
mengendus masalah praktik korupsi oleh pejabat publik, maka dari itu
mereka lebih banyak mendukung KPK.
Jika dilihat perbandingannya, KPK bukan institusi yang lebih besar
daripada Polri. Kalau tidak terikat pada undang-undang, sudah dapat
ditebak dengan pasti kalau Polri tidak segan-segan untuk menjatuhkan
KPK. Maka dari itu, jargon cicak vs buaya ini sangat merepresentasikan
kondisi dari kedua institusi tersebut.
Akan tetapi, KPK hingga saat ini masih berdiri kokoh karena dukungan
dari masyarakat khalayak. Berbagai macam bentuk dukungan diberikan
kepada KPK.
Ketika masalah kian meningkat, tidak ada cara lain untuk mencairkan
situasi. Peran sosiologi-lah yang dapat menyatukan kedua belah pihak.
Presiden sebagai pimpinan tertinggi pemerintahan pusat sudah
selayaknya memposisikan diri sebagai penengah konflik ini. Menjunjung
koersi dan mediasi dalam proses akomodasi untuk mendamaikan cicak
dan buaya. Presiden perlu membangun factor-faktor yang mempengaruhi
interaksi social untuk menahan ego pejabat publik demi kelangsungan
hidup masyarakat seluruh Indonesia demi mencapai kedaulatan politik,
berdikari di bidang ekonomi dan berkepribadian dalam kebudayaan.
6. Pandangan Seorang Siswa Terhadap Polemik yang terjadi antara Pejabat Publik
WongMikir.com
BAGAIMANA MENURUT ANDA?
…………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………