1. Karena Mulut Pahala Binasa : KH. Husen Kambayang # 085241202475
( Minggu ke tiga Ramadhan )
Syukur Alhamdulillah yang tidak putus-putusnya kita tujukan kehadhirat Allah SWT. Tuhan
yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang, yang memberikan bermacam-macam ni’mat kepada
kita sekalian dan de-ngannya kita bisa berbakti mendekatkan diri kepada Allah SWT.
mengharapkan redha dan keampunanNya.
Shalawat dan Taslim kita persembahkan kepada Junjungan kita Nabi Besar Muhammad
saw. serta para sahabat, keluarga dan ahli warisnya sekalian.
Hari-hari Ramadhan yang penuh berkah, telah mulai meninggalkan kita satu demi satu.
Yang telah pergi tidak akan kembali lagi sampai hari kiamat dan yang akan datang siap menanti.
Siapa yang menemu-kannya dengan memperbanyak amal kebajikan, ia akan mendapatkan
keuntungan berlipat ganda dan barang siapa yang melalaikannya, dia pasti menyesal dalam
penyesalan panjang yang tidak pernah berakhir.
Kaum Muslimin...............!
Hampir semua orang Muslim mengetahui hal-hal yang membatalkan puasa, namun masih
sangat banyak mereka yang mengabaikan hal-hal yang membatalkan “pahala” puasa. Oleh
karena itu, perlu sekali disampaikan kembali peringatan Nabi saw. tentang hal-hal yang
membatalkan pahala puasa. Nabi bersabda
ﻪﺑﺍﻮﹶﺛ ﹸﻞﻄﺒﺗ ﻱﹶﺃ ﻡﻮﺼﺍﻟ ﹸﻂﹺﺒﺤﺗ َﺀﺎﻴﺷﹶﺃ ﹸﺔﺴﻤﺧ :
“Lima macam hal yang membatalkan
pahala puasa :
Pertama :
: Berdusta
Berdusta adalah perbuatan yang tercela dan dicela oleh semua orang, tapi anehnya
hampir semua orang juga yang terlibat dalam perbuatan dusta. Bahkan akhir-akhir ini dusta
telah menjadi bumbu percakapan harian.
Dizaman ini, orang tidak lagi segan-segan berdusta hanya karena mengejar sesuatu, atau
menghindar dari sesuatu. Kalau dia sudah berjanji dan orang lain menuntut janjinya, mulailah
dia mencari jalan untuk menghindari tuntutan janji, agar tidak mendapatkan julukan
pengkhianat. Karena tidak ada jalan lain maka terpaksa dia melewati pintu dusta, akhirnya
sekali melanggar janji, dua predikat yang didapat, yaitu “pendusta dan pengkhianat”, dua
julukan yang sama-sama satu alamat yaitu “munafiq.
Banyak orang yang takut berdusta besar, dan tidak segan-segan berdusta kecil, pada hal
akibatnya tetap sama, yakni tidak lagi dipercaya orang. Bagaimana pun manisnya dia berkata,
walaupun dihiasi dengan kata yang menarik, pasti kalau sudah dikenal pendusta, orang akan
menyebutnya pembohong juga.
Orang tua tidak akan ada nilainya lagi, bila anaknya telah berani mengatakan ayahnya
pemmbohong dan ibunya pendusta. Pimpinan tidak akan ada harganya lagi bagi bawahannya
kalau sudah dikenal sebagai pendusta dan begitu seterusnya.
Dari segi hubungan dengan manusia, dusta itu sudah membawa akibat fatal, apalagi bila
dihubungkan dengan Allah SWT.
Karena mulut pahala binasa
2. Karena Mulut Pahala Binasa : KH. Husen Kambayang # 085241202475
Kedua :
“Membicarakan kejelekan orang lain”.
Dizaman moderen ini memang segalanya berkembang pesat. Ilmu pengetahuan dan
tehnologi, pertanian dan perindustrian semuanya serba meningkat. Namun sangat disayanggkan
bahwa “ghibah” pun berkembang sesuai dengan perkembangan mulut yang tidak bertanggung
jawab.
Dizaman ini, dimana-mana orang berkumpul, kalau sudah kehabisan bahan bicara, maka
dicarilah kesibukan baru untuk menambah hangatnya situasi. Kalau bukan membicarakan hal-
hal yang tidak berguna, maka mulailah orang membicarakan kejelekan orang lain, pada hal diri
sendiri masih sangat banyak kekurangannya. Bahkan kadang kala yang suka bicara kejelekan
orang lain itu, lebih banyak kejelekannya ketimbang kebaikannya. “Kumbang diseberang lautan
tampak, gajah dipelupuk mata tiada tampak”. Kesalahan diri sendiri yang demikian banyak tidak
diurus, kesalahan orang yang sedikit justru dibesar-besarkan.
Mulut memang kadang kala tidak mau diam, tapi jangan dia diberi tugas yang akan
membawa celaka diri. Banyak orang yang tidak sadar bahwa akibat bicara kejelekan orang,
dosanya justru bertambah dan pahala kebaikannya berkurang. Nabi Besar Muhamad saw. telah
memberi peringatan bahwa, disaat seseorang membicarakan kejelekan orang lain, maka pada
saat itu juga dosa orang yang dibicarakan berpindah dalam catatannya, dan pahala kebaikannya
berpindah dalam catatan orang yang dijelekkan.
Dapat dibayangkan kalau dalam sehari dia terbiasa membicarakan kejelekan orang
sebanyak sepuluh kali, berarti sebulan sama dengan tiga ratus enam puluh kejelekan dan selama
setahun sama dengan tiga puluh enam ribu dosa yang berpindah dalam catatan amalnya dan
tiga puluh enam ribu pahala kebaikan yang pindah kedalam catatan orang lain. Berapakan
kerugian orang yang suka ghibah dalam sepuluh dua puluh tahun, berapa dosa sendiri yang
tidak tertebus dan berapa penyesalan nanti dihari pembalasan.? Sungguh suatu kebiasaan yang
harus segera dihilangkan, demi kemaslahatan kita sendiri dunia akhirat.
Ketiga :
“Mengadu dommba” atau menyambungg berita jelek”
Suka menyambung berita yang tidak baik, dizaman ini juga sudah berkembang sesuai
keinginan orang, pekerjaan yang tidak memberi manfa’at sedikitpun. Bahkan pekerjaan ini lebih
tepat kalau dikatakan pekerjaan orang yang tidak waras pikirannya. Betapa tidak akibat
perbuatan ini, orang sering terlibat dan terbawa-bawa dalam urusan orang lain, sementara
urusannya sendiri justru terbengkalai. Waktunya banyak yang terbuang dalam persoalan orang,
sementara keluarga dan ususan rumah tangganya sendiri berantakan.
Itulah sebabnya Nabi Muhamad saw. telah memperingatkan ummatnya bahwa barang
siapa yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, maka hendaklah dia bicara baik, atau lebih
baik diam”.
Bicara baik akan membawa kebaikan dan bicara jelek pasti akan membawa kejelekan,
maka diam itulah yang terbaik dan akan membawa keselamatan.
Kaum Muslimin.......!
Keempat
“Sumpah palsu”
Karena pengaruh materi dan juga akibat keserakahan manusia, maka dizaman ini,
muncullah bermacam-macam benda palsu. Emas dan uang palsu, tanda tangan dan cap palsu,
dokumen dan rekaman palsu, sampai-sampai namapun sering dipalsukan untuk menghilangkan
jejak. Akhirnya karena terlalu banyak yang palsu, maka sumpahpun ketularan penyakit palsu.
Dimana-mana orang bersumpah atas Nama Allah untuk mencari keuntungan. Dibawa
Nama Allah kepada yang tidak benar, dipergunakan nama Allah untuk merestui penyelewengan,
dijunjung Kitab Allah untuk menunjang penipuan. Bahkan tidak sedikit orang yang berani
3. Karena Mulut Pahala Binasa : KH. Husen Kambayang # 085241202475
sumpah untuk memperkuat posisinya dalam melaksanakan tugas, pada hal nyata-nyata disalah
gunakan untuk kepentingan sendiri.
Akibat sumpah yang tidak benar itu, kini banyak orang yang dilaknat Allah, sementara
mereka sendiri tidak pernah menyadarinya. Hidupnya penuh dengan persoalan yang hampir tak
pernah selesai, penghasilannya masih terasa tidak pernah cukup, batinnya terus dilanda
kegoncangan demi kegoncangan dan banyak lagi persoalan-persoalan lainnya yang datang silih
berganti.
Kelima :
“Memandang dengan pandangan syahwat”
Dalam pergaulan sehari-hari dizaman ini memang sangat sulit menghindari diri dari
melihat wanita. Disana sini wanita tidak pernah tiada, bahkan dihampir semua sektor, wanita
diberi fungsi, sehingga bagaimanapun menghindar pasti akan bertemu dan melihat wanita.
Apalagi wanita zaman kini, dizaman kebebasan yang semakin bebas, dimana kaum wanita bukan
saja bertebaran dimana-mana, melainkan telah semakin berani menampilkan diri dalam bentuk
yang merangsang. Bahkan dengan semakin gencarnya persaingan dibidang ekonomi, maka
wanita pun telah menjadi alat pelaris barang dagangan, penarik investor, penghias supermaket
dan penambah gaya reklame berbagai perusahaan dengan penampilan yang merangsang.
Semua ini akibat kesalahan kaum lelaki yang memberi kebebasan kepada wanita, sehingga tidak
heran kalau laki-laki juga yang kena getahnya. Kemana-mana mereka pergi, mesti terjebak oleh
rangsangan kaum wanita.
Namun bagi orang yang beriman, tentu dia berusaha semaksimal mungkin untuk tidak
terjebak kepada pandangan yang merangsang. Kita harus berjuang mati-matian untuk tidak
memandang wanita, agar terhindar dari dosa dan sekaligus terhindar dari yang membatalkan
pahala puasa.
Kaum Muslimin...............!
Empat perbuatan mulut dan satu perbuatan mata, sama-sama membatalkan pahala puasa
karena tidak menjaga batas-batasnya. Alangkah ruginya puasa yang dengan susah payah
dilaksanakan, menahan lapar dan haus, mencegah semua yang halal selama bertahun-tahun,
hanya karena memperturutkan kemauan mulut, pahala binasa dan karena mengikuti kemauan
mata, ganjaran pun binasa.
Benarlah apa yang ditegaskan oleh Nabi Besar Muhamad saw.
“Banyak orang yang berpuasa, tidak mendapatkan apa-apa dari puasanya, kecuali lapar dan
haus”.
Apa arti berpayah-payah, apa guna berlapar-lapar, kalau hasilnya hanya sia-sia. Sebulan
penuh orang menahan lapar dan haus, menjaga hal-hal yang membatalkan puasa, namun
pahalanya tidak didapat, adalah kebodohan yang paling nyata. Hanya karena memperturutkan
lidah yang tidak bertulang, dan mengikuti kemauan mata yang suka memandang, akhirnya
pahala puasa tidak mendapatkan balasan.
Memang.., kalau orang sudah menjaga hal-hal yang membatalkan puasa, maka puasanya
dianggap “sah”. Tapi apa artinya sah, kalau tidak mendapatkan ganjaran pahala.
“Barang siapa yang tidak meninggalkan perkataan keji dan terbiasa dengannya, maka Allah
tidak membutuhkan dia menahan lapar dan haus”.
Oleh karena itu, tidak ada jalan yang lebih baik, kecuali menjaga batas-batas puasa,
menjaga lidah dan mata, memelihara nafsu dan syahwat, meningkatkkan ibadah dan dzikir,
sebab tujuan utama puasa, bukanlah sekedar menahan lapar dan haus, melarang bergaul
dengan istri disiang hari Ramadhan, melainkan mengendalikan hawa nafsu, mendidik dan
membiasakan nafsu kepada hal-hal yang dibolehkan agama.
4. Karena Mulut Pahala Binasa : KH. Husen Kambayang # 085241202475
Alangkah beruntungnya kalau selama Rammadhan ini, kita belajar mengarahkan
kebiasaan lidah yang salah kepada yang benar. Kebiasaan dusta diganti dengan “tasbiih”,
kebiasaan “namimah” diganti dengan “istihgfaar”, kebiasaan “ghibah” diubah menjadi “dzikir”
dan begitu seterusnya.
Akhirnya, mari kita gunakan akal ini, untuk terus menghitungg amal, kita manfa’atkan
Ramadhan untuk terus melatih nafsu, kita perbanyak amalan sunnah yang gampang dilakukan,
agar sesudah Ramadhan, kita benar-benar suci bagaikan bayi yang baru dilahirkan. Semoga
Allah SWT. memberi petunjuk dan bimbinganNya kepada kita sekalian. Amin Yaa Rabbal
‘Alamiin....!