SlideShare a Scribd company logo
1 of 33
ANAK USIA SEKOLAH YANG 
MENGALAMI KEHILANGAN 
DDiissuussuunn OOlleehh:: 
KKeelloommppookk 33 
Auliyan Nisa M. 1100668 
Dina Mulyana 1102330 
Ni Luh Rahayu W.1101074 
Zeni Ismatulloh M. 1101788
Anak Usia 
Sekolah yang 
Mengalami 
Kehilangan 
Kehilangan 
Kehilangan 
karena kematian 
karena kematian 
Kehilangan karena 
perceraian dan 
perpisahan orang tua 
Kehilangan karena 
perceraian dan 
perpisahan orang tua 
Isu etika dan 
Isu etika dan 
hukum 
hukum 
Kehilangan hak 
Kehilangan hak 
berdukacita 
Kematian dan berdukacita 
Kematian dan 
budaya 
budaya 
Perkembangan 
Perkembangan 
anak dan 
kematian 
anak dan 
kematian 
InIntteerrvveennssi i 
KKeerrjaja k keelolommppookk 
Kematian 
orang-orang 
tertentu 
Kematian 
orang-orang 
tertentu 
VVaarriaiabbeell 
Membandingkan 
kematian dengan 
Membandingkan 
kematian dengan 
perceraian 
InIntteerrvveennssii 
perceraian 
PETA 
KONSEP
Kehilangan karena Kematian
KKeemmaattiiaann ddaann BBuuddaayyaa 
Agama memberikan kontribusi terhadap perbedaan budaya 
yang mengelilingi kematian dan kedukaan, dan konselor harus 
memahami dan menghormati keyakinan agama keluarga 
ketika mengkonseling anak-anak yang telah kehilangan karena 
kematian: 
•Cari tahu dari keluarga anak yang anggotanya percaya tentang 
sifat kematian dan harapan kehidupan setelah kematian. 
•Pelajari tentang ritual berkabung dalam kepercayaan 
keluarga. Agama Kristen cenderung untuk meminimalkan ritual 
mereka, yang lainnya mendorong keluarga untuk berduka 
secara terbuka dan untuk waktu yang lama. 
•Cari tahu apakah mereka memiliki aturan gender tentang 
kematian, jika ada, hormati mereka. 
•Membantu anak menentukan cara sendiri untuk 
memperingati kematian orang yang dicintai.
Perkembangan AAnnaakk ddaann KKeemmaattiiaann
Bayi dan Balita 
Sejak lahir hingga usia 5 tahun, anak-anak tidak 
mengerti bahwa kematian adalah permanen. Bagi 
mereka, itu seperti tidur atau melakukan 
perjalanan. Walaupun anak-anak tidak mengerti 
bahwa kematian adalah permanen, mereka 
mengalami rasa kehilangan dan perubahan ketika 
seorang anggota keluarga meninggal. Mereka juga 
dapat menjadi sangat takut, takut untuk pergi ke 
sekolah atau tidur, dan sangat lekat dengan 
pengasuh mereka.
Anak Usia Sekolah 
Dari usia 6 tahun sampai sekitar 12 tahun, anak-anak 
berhenti berpikir magis dan mulai berpikir konkret. Anak-anak 
pada tahap ini memahami bahwa kematian adalah 
sebuah akhir, bahwa hal itu tidak hanya bentuk lain dari 
tidur. Konselor sekolah harus mengingat dengan baik tiga 
pertanyaan yang cenderung sering diajukan anak-anak 
dalam tahap perkembangan ini pada dirinya sendiri ketika 
seseorang yang mereka cintai telah meninggal: 
•Apakah aku menyebabkan ini terjadi? Apakah ini salahku? 
•Siapa yang akan merawatku? 
•Apakah hal itu akan terjadi padaku?
Remaja 
Kematian tidak asing lagi bagi remaja. Sekali lagi, pada 
saat mereka mencapai sekolah menengah atas, 90 persen 
remaja telah berhadapan dengan persoalan kematian, 40 
persen di antaranya kematian seorang teman atau rekan 
sepermainan. Remaja tampaknya mengalami kedukaan 
seperti orang dewasa, secara bertahap: pertama terkejut 
dan menolak, kemudian marah dan benci, selanjutnya 
disorganisasi/kacau dan putus asa atau depresi, dan 
akhirnya mampu menerima dan memiliki harapan. Hal ini 
penting bagi konselor sekolah untuk menentukan siswa 
sedang dalam proses dan merespons pada tahap mana.
IInntteerrvveennssii 
• McGlauflin mengemukakan bahwa tiga faktor 
yang paling penting dalam membantu anak-anak 
sekolah yang sedang berduka adalah dengan 
memahami proses berduka tersebut, 
keterbukaan terhadap proses itu, dan 
mengintegrasikan proses tersebut ke dalam 
kegiatan/aktivitas sehari-hari di sekolah. 
• Di sini kita memeriksa dua faktor yaitu mencoba 
untuk bersifat terbuka pada proses berduka dan 
mengintegrasikan proses tersebut ke dalam 
lingkungan pendidikan.
Menerima proses berduka 
Hare dan Cunningham menyimpulkan bahwa 
program pendidikan tentang kematian bagi para 
guru harus fokus pada lima bidang yakni: 
1. Kesadaran perilaku anak yang menunjukkan rasa 
kehilangan 
2. Kesadaran akan persepsi anak-anak terhadap 
kematian 
3. Kesadaran sikap pribadi terhadap kematian 
4. Latihan untuk menangani masalah anak-anak 
yang mengalami kehilangan 
5. Kesadaran kurikulum dan sumber daya 
masyarakat
Mengintegrasikan Proses Berdukacita 
1. Memandang proses berduka sebagai keterampilan hidup yang 
berharga 
2. Memahami keunikan dari kedukaan masing-masing siswa. 
3. Menciptakan dan mengenali peluang untuk membantu siswa 
dalam mengatasi kedukaan. 
4. Menghormati gangguan kedukaan 
5. Lanjutkan dengan rutinitas, disiplin, dan harapan yang tinggi. 
6. Hormatilah setiap kemungkinan perpisahan 
7. Berbicaralah dengan anak-anak tentang kematian atau 
kehilangan 
8. Menawarkan anak-anak jalan keluar untuk kedukaan mereka 
9. Berusahalah untuk sejujur mungkin 
10. Bicara dengan kasih sayang, bukan karena kasihan 
11. Jangan takut untuk menunjukkan perasaan 
12. Jangan melupakan rasa kehilangan, bahkan bertahun-tahun 
kemudian 
13. Mendukung satu sama lain
KKeerrjjaa KKeelloommppookk 
Membentuk Kelompok Dukungan bagi Orang-Orang yang 
sedang Merasa Kehilangan 
Dalam wawancara seleksi anggota (skrining), konselor harus menjelaskan hal-hal 
dalam kelompok (waktu, tempat, durasi), membahas secara singkat proses 
kelompok, dan menghilangkan segala mitos tentang konseling kelompok (para 
anggota harus melakukan hal-hal aneh). Tentu saja konselor harus bicara 
tentang kelompok secara positif. 
Proses Kelompok 
Selama sesi kelompok, dapat menjadi ide yang baik untuk menawarkan 
anggota berupa snack/camilan-camilan. Makanan adalah penyeimbang yang 
besar untuk anak-anak yang sedang diminta untuk melepaskan diri secara 
emosional. Juga, mempertimbangkan anak-anak yang lebih muda untuk 
membawa barang-barang yang membuat mereka nyaman misalnya sebuah 
boneka binatang favorit, untuk kenyamanan ketika mereka diminta berbicara 
tentang masalah yang sulit.
KKeemmaattiiaann OOrraanngg--OOrraanngg TTeerrtteennttuu
Kematian orang tua 
• Hilangnya orang tua umumnya merupakan kehilangan 
yang paling menyebabkan traumatis bagi anak-anak 
karena hilangnya dukungan emosional dan psikologis 
mengancam perkembangan emosi dan sosial mereka. 
• Kematian orang tua juga dapat mengakibatkan rasa 
kehilangan self-esteem anak yang luar biasa 
• Tapi dengan dukungan orang dewasa untuk melalui 
proses berduka ini, anak-anak dapat merekonstruksi 
ulang pengalaman dan menumbuhkan kembali 
kesehatan emosional mereka dan kebahagiaan yang 
sempat hilang.
Kematian Kakek Nenek 
Bagi kebanyakan anak, kematian kakek atau 
neneknya merupakan pengalaman pertama bagi 
mereka mengenai kematian dan kesedihan. 
Dampak dari kehilangan tersebut bergantung 
pada kedekatan hubungan antara keduanya. 
Maka tugas pertama seorang konselor sekolah 
adalah untuk menilai kedekatan hubungan 
antara anak dengan kakek neneknya untuk 
memastikan seberapa hebat kesedihan yang 
dialami anak.
Kematian Saudara Kandung 
• Setiap tahunnya di Amerika Serikat, 1,8 juta anak-anak 
dan remaja mengalami kehilangan karena kematian 
saudara kandungnya. 
• Anak-anak memiliki reaksi yang kuat dan kadang-kadang 
bertentangan dengan kematian seorang saudara laki-laki 
atau saudara perempuannya. Salah satunya adalah 
ketakutan bahwa mereka akan meninggal juga, mungkin 
pada usia yang sama saat saudara mereka meninggal. 
• Orang dewasa mungkin berpikir anak-anak ini 
menangani kesedihan mereka dengan baik, bahwa 
mereka tidak membutuhkan dukungan. Tapi konselor 
sekolah harus memahami hal ini dengan lebih baik.
Kematian Sahabat 
• Perkiraan jumlah remaja yang akan mengalami 
kehilangan sahabat bervariasi dari 36 persen hingga 87 
persen. Mengemudi dalam keadaan mabuk, 
penggunaan senjata oleh anak-anak, HIV/AIDS, dan 
peningkatan tingkat bunuh diri di kalangan remaja 
cenderung memberikan kontribusi terhadap 
peningkatan tingkat remaja yang kehilangan seorang 
teman atau teman sekolah melalui kematian. 
• Berduka adalah proses yang menyakitkan, tetapi itu 
adalah satu-satunya cara untuk mengembalikan 
kestabilan emosi remaja setelah seorang temannya 
meninggal dunia, dan bahkan dapat meningkatkan 
pertumbuhan dan perkembangan mereka.
Kehilangan karena 
Perceraian dan Perpisahan 
Orang Tua 
Penelitian secara konsisten mendokumentasikan 
dampak jangka pendek dan jangka panjang 
perceraian terhadap emosi, sosial, dan akademik 
pada anak: tingkat agresi yang meningkat dan 
perilaku yang tidak seperti dirinya sesungguhnya; 
tingginya kecemasan, kemarahan, kesepian, dan 
keluhan somatik, kesedihan, ketakutan, dan depresi, 
dan prestasi akademik yang secara keseluruhan 
menurun.
Variabel 
• Umur. Anak-anak usia 6 sampai 8 mengalami kesulitan untuk 
memahami implikasi dari perceraian orang tua mereka. Pemikiran 
khayalan mereka terus hidup melalui fantasi bahwa orang tua 
mereka bersatu kembali. Anak usia 9 sampai 12 mengalami banyak 
emosi, tetapi kemarahan mereka sering intens dan diarahkan pada 
orang tua mereka bahwa yang mereka percaya orang tua 
merekalah yang bertanggung jawab atas perceraian tersebut. 
• Gender. Secara umum, anak laki-laki tampaknya memiliki lebih 
banyak kesulitan menghadapi perceraian daripada anak 
perempuan. Perbedaan gender yang paling jelas terlihat pada 
pasca perceraian, kemudian cenderung berkurang seiring waktu. 
• Waktu. Stres pasca perceraian di kalangan anak-anak yang paling 
parah terjadi dalam beberapa bulan setelah perceraian. Perceraian 
memicu krisis dalam keluarga dan cukup memberikan tekanan 
pada anak.
MMeemmbbaannddiinnggkkaann KKeemmaattiiaann 
ddeennggaann PPeerrcceerraaiiaann
Perasaan akan Sebuah 
Keputusan Akhir 
Anak yang orangtuanya terpisah ketika masih hidup 
dan sering terlihat secara teratur (bercerai), lebih 
sulit untuk menerima perceraian sebagai hal 
permanen dan lebih mudah untuk berharap bahwa 
orang tua akan bersatu kembali. Fantasi ini 
mencegah proses berduka bergerak lebih jauh. 
Fantasi bersatunya kembali orang tua lebih 
mungkin bagi anak-anak yang orang tuanya 
berpisah satu atau beberapa kali sebelum akhirnya 
bercerai.
Dukungan 
• Semua budaya memiliki ritual kematian 
disekelilingnya, tetapi tidak ada upacara 
berkabung untuk sebuah perceraian. Anak-anak 
jarang menemukan dukungan yang 
sama setelah perceraian yang mereka 
dapatkan setelah kematian orang tua. 
• Konselor sekolah harus belajar untuk 
mengenali anak-anak yang sedang berduka 
karena perceraian orang tua mereka, dan 
mendukung mereka.
Isu Loyalitas 
Salah satu efek yang paling merusak dari 
perceraian terhadap anak-anak adalah perasaan 
bahwa mereka terjebak di antara dua orang tua 
yang sedang marah. Anak-anak korban 
perceraian cenderung menyalahkan diri sendiri 
karena perpisahan orang tua mereka. Ketika 
orang tua telah meninggal, konflik loyalitas ini 
tidak ada dan tidak mengaburkan proses 
berduka.
Perceraian adalah Pilihan, 
Kematian Bukan 
• Kemarahan terkait dengan perasaan 
ditinggalkan adalah respons umum anak-anak 
yang berduka untuk orang tua yang telah 
meninggal. Tapi bagi sebagian besar anak-anak, 
tahap dari proses ini berlangsung 
singkat karena mereka menyadari bahwa 
orang tua tidak memilih untuk mati. 
• Perceraian, tidak peduli betapa menyakitkan, 
adalah sebuah pilihan.
Restrukturisasi Keluarga 
Setelah kematian orang tua, orang tua yang 
masih hidup pada akhirnya berkencan dan 
menikah lagi. Meskipun sulit bagi anak-anak 
untuk melihat orang tua yang telah meninggal 
“digantikan,” penggantian dapat lebih sulit 
untuk diterima oleh anak-anak korban 
perceraian. Ketika orang tua yang bercerai 
menikah lagi, fantasi tentang bersatunya 
kembali oleh anak akan dihancurkan.
IInntteerrvveennssii 
Bekerjasama dengan Guru 
Bagi para guru, agar dapat membantu anak-anak dari perceraian di dalam 
kelas. PA Miller et al menawarkan panduan berikut: 
1.Fokus pada masalah terkait perceraian hanya karena mereka 
mempengaruhi perilaku anak-anak di kelas dan prestasi akademisnya. 
2.Lihat masalah umum terkait perceraian kepada konselor / psikolog 
sekolah, dan melanjutkan berdasarkan rekomendasi orang tersebut. 
3.Diskusikan masalah terkait perceraian yang berhubungan dengan orang 
tua hanya dalam hal bagaimana mereka mempengaruhi perilaku anak di 
kelas dan prestasi akademisnya. 
4.Hindari tindakan memihak, atau mendukung klaim salah satu orangtua 
atas yang lain. 
5.Jadilah sumber dukungan bagi anak-anak, tetapi tidak mengambil alih 
peran orangtua. 
6.Memfasilitasi orang tua dan anak-anak akses ke sumber daya dan 
informasi yang relevan yang berhubungan dengan masalah terkait 
perceraian, tanpa menunjukkan bahwa Anda akan terlibat dalam 
menyelesaikan masalah tersebut.
IInntteerrvveennssii 
Bekerjasama dengan Orang Tua 
• Strangeland, Pellegreno, dan Lundholm menemukan 
bahwa orang tua yang bercerai mempunyai 
kesalahpahaman terhadap persepsi anak-anak tentang 
hubungan orang tua. Ini adalah salah satu alasan 
konselor sekolah harus bertemu dengan orang tua yang 
bercerai. 
• Karena pertemuan individu dengan orang tua 
memakan waktu dan tidak selalu praktis, Parker 
menyarankan konselor sekolah menjalankan workshop 
untuk orang tua yang bercerai. 
• Lokakarya untuk Orang Tua yang Bercerai
Kesalahpahaman Orang Tua yang Bercerai 
tentang Persepsi Anak-Anak Mereka 
Item Respon 
Anak 
Respon 
Orang Tua 
Anak tahu mengapa orang tuanya bercerai. Tidak Ya 
Anak tahu orang tuanya tidak akan pernah 
Tidak Ya 
hidup bersama lagi 
Sejak perceraian, anak memiliki masalah di 
sekolah, termasuk masalah dengan guru dan 
kinerja yang buruk. 
Ya Tidak 
Sejak perceraian, anak telah membantu banyak 
di rumah, lebih daripada sebelum perceraian 
Tidak Ya 
Anak memiliki kesulitan tidur Ya Tidak 
Si anak tahu bahwa ia akan selalu mempinyai 
Tidak Ya 
seseorang untuk merawatnyanya 
Anak berencana untuk menikah di masa depan Tidak Ya
IInntteerrvveennssii 
Bekerjasama dengan Anak yang 
Orang Tuanya Bercerai 
• Intervensi berbasis sekolah paling populer untuk 
anak-anak yang orang tuanya bercerai adalah 
kelompok dukungan. 
• Richardson dan Rosen menyarankan bahwa semua 
intervensi konseling kelompok harus fokus pada tiga 
komponen: dukungan sebaya, membangun 
keterampilan, dan fleksibilitas. 
• Sebuah Kelompok Dukungan Bagi Anak-Anak Akibat 
Perceraian: Tema Dan Aktivitas
Kehilangan Hak Berdukacita 
• Doka menggunakan istilah kehilangan haknya 
untuk berduka dalam menggambarkan rasa 
sakit dari kehilangan dan mengidentifikasi 
empat konteks di mana kedukaan yang 
kehilangan haknya: hubungan yang belum 
diakui, kehilangan yang belum diakui, duka 
cita yang belum diakui, dan kematian yang 
belum diakui.
Isu-Isu Etika dan Hukum 
• Masalah etika yang paling penting dalam 
konseling kehilangan adalah menemukan 
keseimbangan antara identifikasi yang 
berlebihan dengan siswa yang berduka dan 
melepaskan diri dari siswa. Identifikasi yang 
berlebihan mengaburkan batas antara 
konselor dan konseli; Pelepasan diri 
menghindari rasa sakit emosional konseli.
Isu-Isu Etika dan Hukum 
• Dalam kasus perceraian, pengadilan memberikan 
penghargaan baik hak asuh orangtua tunggal maupun hak 
asuh bersama. 
• Untuk konselor sekolah, ini berarti bahwa kedua orang 
tua memiliki akses yang sama terhadap informasi 
mengenai anak-anak mereka dan bahwa kedua orang tua 
memiliki hak hukum untuk membuat keputusan 
mengenai pendidikan anak-anak mereka. 
• Dalam kasus hak asuh orang tua tunggal, konselor sekolah 
dapat membantu dengan menekankan pentingnya 
keterlibatan kedua orang tua tetapi harus berhati-hati 
untuk tidak melanggar apa-apa yang ditetapkan oleh 
surat keputusan perceraian dalam hukum.

More Related Content

What's hot

Remaja dan cinta presentasi kelompok
Remaja dan cinta presentasi kelompokRemaja dan cinta presentasi kelompok
Remaja dan cinta presentasi kelompokfelixia
 
Komunikasi efektif by bukik setiawan
Komunikasi efektif by bukik setiawanKomunikasi efektif by bukik setiawan
Komunikasi efektif by bukik setiawanSMK
 
Ppt bentuk & ketahanan keluarga
Ppt bentuk & ketahanan keluargaPpt bentuk & ketahanan keluarga
Ppt bentuk & ketahanan keluargarakhmawatiayu
 
Millenium Day 04
Millenium Day 04Millenium Day 04
Millenium Day 04rosepratiwi
 
Sukses menjadi orang tua
Sukses menjadi orang tuaSukses menjadi orang tua
Sukses menjadi orang tuaHusnul Khatimah
 
Roda selalu berputar (nyata)
Roda selalu berputar (nyata)Roda selalu berputar (nyata)
Roda selalu berputar (nyata)sasmihaye
 
Rahsia perangai anak
Rahsia perangai anakRahsia perangai anak
Rahsia perangai anakdhiyadamia
 
201510430311004 pgsd ii a an ayatilah 1
201510430311004 pgsd ii a an ayatilah 1201510430311004 pgsd ii a an ayatilah 1
201510430311004 pgsd ii a an ayatilah 1AnAyatilah Jakariah
 
Saat Anak Digegas Meretas
Saat Anak Digegas MeretasSaat Anak Digegas Meretas
Saat Anak Digegas MeretasLusius Sinurat
 
Pengasuhan Positif (Positif Parenting)
Pengasuhan Positif (Positif Parenting)Pengasuhan Positif (Positif Parenting)
Pengasuhan Positif (Positif Parenting)Imron Mahmudi
 
Pergaulan yang Sehat untuk Remaja
Pergaulan yang Sehat untuk RemajaPergaulan yang Sehat untuk Remaja
Pergaulan yang Sehat untuk RemajaWidodo Putra
 
Remaja dan perkembangannya
Remaja dan perkembangannyaRemaja dan perkembangannya
Remaja dan perkembangannyaWiwin Hendriani
 
Pengaruh lingkungan terhadap perkembangan anak
Pengaruh lingkungan terhadap perkembangan anakPengaruh lingkungan terhadap perkembangan anak
Pengaruh lingkungan terhadap perkembangan anak08081995
 
Pengasuhan yang Tangguh dan Bersahabat di Masa Pandemi
Pengasuhan yang Tangguh dan Bersahabat di Masa PandemiPengasuhan yang Tangguh dan Bersahabat di Masa Pandemi
Pengasuhan yang Tangguh dan Bersahabat di Masa PandemiJuneman Abraham
 

What's hot (20)

Educational Psychology
Educational PsychologyEducational Psychology
Educational Psychology
 
Teori komunikasi keluarga
Teori komunikasi keluargaTeori komunikasi keluarga
Teori komunikasi keluarga
 
Remaja dan cinta presentasi kelompok
Remaja dan cinta presentasi kelompokRemaja dan cinta presentasi kelompok
Remaja dan cinta presentasi kelompok
 
Psikologi keluarga
Psikologi keluargaPsikologi keluarga
Psikologi keluarga
 
Komunikasi efektif by bukik setiawan
Komunikasi efektif by bukik setiawanKomunikasi efektif by bukik setiawan
Komunikasi efektif by bukik setiawan
 
Ppt bentuk & ketahanan keluarga
Ppt bentuk & ketahanan keluargaPpt bentuk & ketahanan keluarga
Ppt bentuk & ketahanan keluarga
 
Millenium Day 04
Millenium Day 04Millenium Day 04
Millenium Day 04
 
Sukses menjadi orang tua
Sukses menjadi orang tuaSukses menjadi orang tua
Sukses menjadi orang tua
 
Roda selalu berputar (nyata)
Roda selalu berputar (nyata)Roda selalu berputar (nyata)
Roda selalu berputar (nyata)
 
Attachment kanak
Attachment kanakAttachment kanak
Attachment kanak
 
Rahsia perangai anak
Rahsia perangai anakRahsia perangai anak
Rahsia perangai anak
 
201510430311004 pgsd ii a an ayatilah 1
201510430311004 pgsd ii a an ayatilah 1201510430311004 pgsd ii a an ayatilah 1
201510430311004 pgsd ii a an ayatilah 1
 
Pergaulan sehat
Pergaulan sehatPergaulan sehat
Pergaulan sehat
 
Saat Anak Digegas Meretas
Saat Anak Digegas MeretasSaat Anak Digegas Meretas
Saat Anak Digegas Meretas
 
konsep keluarga
konsep keluargakonsep keluarga
konsep keluarga
 
Pengasuhan Positif (Positif Parenting)
Pengasuhan Positif (Positif Parenting)Pengasuhan Positif (Positif Parenting)
Pengasuhan Positif (Positif Parenting)
 
Pergaulan yang Sehat untuk Remaja
Pergaulan yang Sehat untuk RemajaPergaulan yang Sehat untuk Remaja
Pergaulan yang Sehat untuk Remaja
 
Remaja dan perkembangannya
Remaja dan perkembangannyaRemaja dan perkembangannya
Remaja dan perkembangannya
 
Pengaruh lingkungan terhadap perkembangan anak
Pengaruh lingkungan terhadap perkembangan anakPengaruh lingkungan terhadap perkembangan anak
Pengaruh lingkungan terhadap perkembangan anak
 
Pengasuhan yang Tangguh dan Bersahabat di Masa Pandemi
Pengasuhan yang Tangguh dan Bersahabat di Masa PandemiPengasuhan yang Tangguh dan Bersahabat di Masa Pandemi
Pengasuhan yang Tangguh dan Bersahabat di Masa Pandemi
 

Similar to KEHILANGAN ORANG TUA

Konseling Anak
Konseling AnakKonseling Anak
Konseling AnakNira Nufus
 
Dampak perceraian bagi perkembangan psikologis anak
Dampak perceraian bagi perkembangan psikologis anakDampak perceraian bagi perkembangan psikologis anak
Dampak perceraian bagi perkembangan psikologis anakade fikri
 
12411-Article Text-30873-1-10-20200203.pdf
12411-Article Text-30873-1-10-20200203.pdf12411-Article Text-30873-1-10-20200203.pdf
12411-Article Text-30873-1-10-20200203.pdfNurWidadHaqiqi
 
3. Perkembangan masa remaja.pptx
3. Perkembangan masa remaja.pptx3. Perkembangan masa remaja.pptx
3. Perkembangan masa remaja.pptxOktaPutra9
 
Stop Perundungan Anak sekolah---------------------
Stop Perundungan Anak sekolah---------------------Stop Perundungan Anak sekolah---------------------
Stop Perundungan Anak sekolah---------------------selametpsbr
 
Pp Perceraian dan Stabilitas emosi anak
Pp Perceraian dan Stabilitas emosi anakPp Perceraian dan Stabilitas emosi anak
Pp Perceraian dan Stabilitas emosi anaktika_4d
 
Presentasi peranan kelompok sebaya dalam kehidupan remaja + kenakalan remaja
Presentasi peranan kelompok sebaya dalam kehidupan remaja + kenakalan remajaPresentasi peranan kelompok sebaya dalam kehidupan remaja + kenakalan remaja
Presentasi peranan kelompok sebaya dalam kehidupan remaja + kenakalan remajaeloksksm
 
Stop Perundungan.pdf
Stop Perundungan.pdfStop Perundungan.pdf
Stop Perundungan.pdfbangsoalpart2
 
Memahami peran remaja dalam keluarga
Memahami peran remaja dalam keluargaMemahami peran remaja dalam keluarga
Memahami peran remaja dalam keluargaBadrus Baedowi Majid
 
Ppt Stop Perundungan.pptx
Ppt Stop Perundungan.pptxPpt Stop Perundungan.pptx
Ppt Stop Perundungan.pptxboni52
 
Anggota kehidupan keluarga
Anggota kehidupan keluargaAnggota kehidupan keluarga
Anggota kehidupan keluargaIyens Syeikhbu
 
Anggota kehidupan keluarga
Anggota kehidupan keluargaAnggota kehidupan keluarga
Anggota kehidupan keluargaIyens Syeikhbu
 
erik erikanpptsjdbvihbfidfvhbhbvfieiwbisuiisnijvnkjsk
erik erikanpptsjdbvihbfidfvhbhbvfieiwbisuiisnijvnkjskerik erikanpptsjdbvihbfidfvhbhbvfieiwbisuiisnijvnkjsk
erik erikanpptsjdbvihbfidfvhbhbvfieiwbisuiisnijvnkjskSarahKusumahBakti
 
Effect Divorce for children
Effect Divorce for children Effect Divorce for children
Effect Divorce for children M Rifki
 
308485056-Askep-Keluarga-dengan-Anak-Remaja.pdf
308485056-Askep-Keluarga-dengan-Anak-Remaja.pdf308485056-Askep-Keluarga-dengan-Anak-Remaja.pdf
308485056-Askep-Keluarga-dengan-Anak-Remaja.pdfNyomanSugiartono
 
Skpw 2163 kuliah 11 keluarga tahap tua (april 2013)
Skpw 2163 kuliah 11   keluarga tahap tua (april 2013)Skpw 2163 kuliah 11   keluarga tahap tua (april 2013)
Skpw 2163 kuliah 11 keluarga tahap tua (april 2013)Jamiah Manap
 

Similar to KEHILANGAN ORANG TUA (20)

Konseling Anak
Konseling AnakKonseling Anak
Konseling Anak
 
Dampak perceraian bagi perkembangan psikologis anak
Dampak perceraian bagi perkembangan psikologis anakDampak perceraian bagi perkembangan psikologis anak
Dampak perceraian bagi perkembangan psikologis anak
 
12411-Article Text-30873-1-10-20200203.pdf
12411-Article Text-30873-1-10-20200203.pdf12411-Article Text-30873-1-10-20200203.pdf
12411-Article Text-30873-1-10-20200203.pdf
 
3. Perkembangan masa remaja.pptx
3. Perkembangan masa remaja.pptx3. Perkembangan masa remaja.pptx
3. Perkembangan masa remaja.pptx
 
Stop Perundungan Anak sekolah---------------------
Stop Perundungan Anak sekolah---------------------Stop Perundungan Anak sekolah---------------------
Stop Perundungan Anak sekolah---------------------
 
Pp Perceraian dan Stabilitas emosi anak
Pp Perceraian dan Stabilitas emosi anakPp Perceraian dan Stabilitas emosi anak
Pp Perceraian dan Stabilitas emosi anak
 
Presentasi peranan kelompok sebaya dalam kehidupan remaja + kenakalan remaja
Presentasi peranan kelompok sebaya dalam kehidupan remaja + kenakalan remajaPresentasi peranan kelompok sebaya dalam kehidupan remaja + kenakalan remaja
Presentasi peranan kelompok sebaya dalam kehidupan remaja + kenakalan remaja
 
Stop Perundungan.pdf
Stop Perundungan.pdfStop Perundungan.pdf
Stop Perundungan.pdf
 
Memahami peran remaja dalam keluarga
Memahami peran remaja dalam keluargaMemahami peran remaja dalam keluarga
Memahami peran remaja dalam keluarga
 
Ppt Stop Perundungan.pptx
Ppt Stop Perundungan.pptxPpt Stop Perundungan.pptx
Ppt Stop Perundungan.pptx
 
Anggota kehidupan keluarga
Anggota kehidupan keluargaAnggota kehidupan keluarga
Anggota kehidupan keluarga
 
Anggota kehidupan keluarga
Anggota kehidupan keluargaAnggota kehidupan keluarga
Anggota kehidupan keluarga
 
Seksualiti k.kursus
Seksualiti k.kursusSeksualiti k.kursus
Seksualiti k.kursus
 
Remaja
RemajaRemaja
Remaja
 
erik erikanpptsjdbvihbfidfvhbhbvfieiwbisuiisnijvnkjsk
erik erikanpptsjdbvihbfidfvhbhbvfieiwbisuiisnijvnkjskerik erikanpptsjdbvihbfidfvhbhbvfieiwbisuiisnijvnkjsk
erik erikanpptsjdbvihbfidfvhbhbvfieiwbisuiisnijvnkjsk
 
Pendidikan Remaja
Pendidikan RemajaPendidikan Remaja
Pendidikan Remaja
 
Masalah mendisiplinkan anak,masalah remaja,masalah krisis tengah baya dan
Masalah mendisiplinkan anak,masalah remaja,masalah krisis tengah baya danMasalah mendisiplinkan anak,masalah remaja,masalah krisis tengah baya dan
Masalah mendisiplinkan anak,masalah remaja,masalah krisis tengah baya dan
 
Effect Divorce for children
Effect Divorce for children Effect Divorce for children
Effect Divorce for children
 
308485056-Askep-Keluarga-dengan-Anak-Remaja.pdf
308485056-Askep-Keluarga-dengan-Anak-Remaja.pdf308485056-Askep-Keluarga-dengan-Anak-Remaja.pdf
308485056-Askep-Keluarga-dengan-Anak-Remaja.pdf
 
Skpw 2163 kuliah 11 keluarga tahap tua (april 2013)
Skpw 2163 kuliah 11   keluarga tahap tua (april 2013)Skpw 2163 kuliah 11   keluarga tahap tua (april 2013)
Skpw 2163 kuliah 11 keluarga tahap tua (april 2013)
 

Recently uploaded

Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docxbkandrisaputra
 
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxIPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxErikaPuspita10
 
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikanTPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikanNiKomangRaiVerawati
 
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxPPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxalalfardilah
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfkustiyantidew94
 
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxMATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxrofikpriyanto2
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxherisriwahyuni
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdftsaniasalftn18
 
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisNazla aulia
 
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxmtsmampunbarub4
 
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxalat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxRioNahak1
 
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024budimoko2
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfCloverash1
 
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnasPembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnasAZakariaAmien1
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...Kanaidi ken
 
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmmaksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmmeunikekambe10
 
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxPPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxHeruFebrianto3
 
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdfPEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdfMMeizaFachri
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASreskosatrio1
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxFuzaAnggriana
 

Recently uploaded (20)

Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
 
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxIPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
 
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikanTPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
 
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxPPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
 
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxMATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
 
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
 
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
 
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxalat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
 
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
 
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnasPembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
 
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmmaksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
 
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxPPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
 
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdfPEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
 

KEHILANGAN ORANG TUA

  • 1. ANAK USIA SEKOLAH YANG MENGALAMI KEHILANGAN DDiissuussuunn OOlleehh:: KKeelloommppookk 33 Auliyan Nisa M. 1100668 Dina Mulyana 1102330 Ni Luh Rahayu W.1101074 Zeni Ismatulloh M. 1101788
  • 2. Anak Usia Sekolah yang Mengalami Kehilangan Kehilangan Kehilangan karena kematian karena kematian Kehilangan karena perceraian dan perpisahan orang tua Kehilangan karena perceraian dan perpisahan orang tua Isu etika dan Isu etika dan hukum hukum Kehilangan hak Kehilangan hak berdukacita Kematian dan berdukacita Kematian dan budaya budaya Perkembangan Perkembangan anak dan kematian anak dan kematian InIntteerrvveennssi i KKeerrjaja k keelolommppookk Kematian orang-orang tertentu Kematian orang-orang tertentu VVaarriaiabbeell Membandingkan kematian dengan Membandingkan kematian dengan perceraian InIntteerrvveennssii perceraian PETA KONSEP
  • 4. KKeemmaattiiaann ddaann BBuuddaayyaa Agama memberikan kontribusi terhadap perbedaan budaya yang mengelilingi kematian dan kedukaan, dan konselor harus memahami dan menghormati keyakinan agama keluarga ketika mengkonseling anak-anak yang telah kehilangan karena kematian: •Cari tahu dari keluarga anak yang anggotanya percaya tentang sifat kematian dan harapan kehidupan setelah kematian. •Pelajari tentang ritual berkabung dalam kepercayaan keluarga. Agama Kristen cenderung untuk meminimalkan ritual mereka, yang lainnya mendorong keluarga untuk berduka secara terbuka dan untuk waktu yang lama. •Cari tahu apakah mereka memiliki aturan gender tentang kematian, jika ada, hormati mereka. •Membantu anak menentukan cara sendiri untuk memperingati kematian orang yang dicintai.
  • 5. Perkembangan AAnnaakk ddaann KKeemmaattiiaann
  • 6. Bayi dan Balita Sejak lahir hingga usia 5 tahun, anak-anak tidak mengerti bahwa kematian adalah permanen. Bagi mereka, itu seperti tidur atau melakukan perjalanan. Walaupun anak-anak tidak mengerti bahwa kematian adalah permanen, mereka mengalami rasa kehilangan dan perubahan ketika seorang anggota keluarga meninggal. Mereka juga dapat menjadi sangat takut, takut untuk pergi ke sekolah atau tidur, dan sangat lekat dengan pengasuh mereka.
  • 7. Anak Usia Sekolah Dari usia 6 tahun sampai sekitar 12 tahun, anak-anak berhenti berpikir magis dan mulai berpikir konkret. Anak-anak pada tahap ini memahami bahwa kematian adalah sebuah akhir, bahwa hal itu tidak hanya bentuk lain dari tidur. Konselor sekolah harus mengingat dengan baik tiga pertanyaan yang cenderung sering diajukan anak-anak dalam tahap perkembangan ini pada dirinya sendiri ketika seseorang yang mereka cintai telah meninggal: •Apakah aku menyebabkan ini terjadi? Apakah ini salahku? •Siapa yang akan merawatku? •Apakah hal itu akan terjadi padaku?
  • 8. Remaja Kematian tidak asing lagi bagi remaja. Sekali lagi, pada saat mereka mencapai sekolah menengah atas, 90 persen remaja telah berhadapan dengan persoalan kematian, 40 persen di antaranya kematian seorang teman atau rekan sepermainan. Remaja tampaknya mengalami kedukaan seperti orang dewasa, secara bertahap: pertama terkejut dan menolak, kemudian marah dan benci, selanjutnya disorganisasi/kacau dan putus asa atau depresi, dan akhirnya mampu menerima dan memiliki harapan. Hal ini penting bagi konselor sekolah untuk menentukan siswa sedang dalam proses dan merespons pada tahap mana.
  • 9. IInntteerrvveennssii • McGlauflin mengemukakan bahwa tiga faktor yang paling penting dalam membantu anak-anak sekolah yang sedang berduka adalah dengan memahami proses berduka tersebut, keterbukaan terhadap proses itu, dan mengintegrasikan proses tersebut ke dalam kegiatan/aktivitas sehari-hari di sekolah. • Di sini kita memeriksa dua faktor yaitu mencoba untuk bersifat terbuka pada proses berduka dan mengintegrasikan proses tersebut ke dalam lingkungan pendidikan.
  • 10. Menerima proses berduka Hare dan Cunningham menyimpulkan bahwa program pendidikan tentang kematian bagi para guru harus fokus pada lima bidang yakni: 1. Kesadaran perilaku anak yang menunjukkan rasa kehilangan 2. Kesadaran akan persepsi anak-anak terhadap kematian 3. Kesadaran sikap pribadi terhadap kematian 4. Latihan untuk menangani masalah anak-anak yang mengalami kehilangan 5. Kesadaran kurikulum dan sumber daya masyarakat
  • 11. Mengintegrasikan Proses Berdukacita 1. Memandang proses berduka sebagai keterampilan hidup yang berharga 2. Memahami keunikan dari kedukaan masing-masing siswa. 3. Menciptakan dan mengenali peluang untuk membantu siswa dalam mengatasi kedukaan. 4. Menghormati gangguan kedukaan 5. Lanjutkan dengan rutinitas, disiplin, dan harapan yang tinggi. 6. Hormatilah setiap kemungkinan perpisahan 7. Berbicaralah dengan anak-anak tentang kematian atau kehilangan 8. Menawarkan anak-anak jalan keluar untuk kedukaan mereka 9. Berusahalah untuk sejujur mungkin 10. Bicara dengan kasih sayang, bukan karena kasihan 11. Jangan takut untuk menunjukkan perasaan 12. Jangan melupakan rasa kehilangan, bahkan bertahun-tahun kemudian 13. Mendukung satu sama lain
  • 12. KKeerrjjaa KKeelloommppookk Membentuk Kelompok Dukungan bagi Orang-Orang yang sedang Merasa Kehilangan Dalam wawancara seleksi anggota (skrining), konselor harus menjelaskan hal-hal dalam kelompok (waktu, tempat, durasi), membahas secara singkat proses kelompok, dan menghilangkan segala mitos tentang konseling kelompok (para anggota harus melakukan hal-hal aneh). Tentu saja konselor harus bicara tentang kelompok secara positif. Proses Kelompok Selama sesi kelompok, dapat menjadi ide yang baik untuk menawarkan anggota berupa snack/camilan-camilan. Makanan adalah penyeimbang yang besar untuk anak-anak yang sedang diminta untuk melepaskan diri secara emosional. Juga, mempertimbangkan anak-anak yang lebih muda untuk membawa barang-barang yang membuat mereka nyaman misalnya sebuah boneka binatang favorit, untuk kenyamanan ketika mereka diminta berbicara tentang masalah yang sulit.
  • 14. Kematian orang tua • Hilangnya orang tua umumnya merupakan kehilangan yang paling menyebabkan traumatis bagi anak-anak karena hilangnya dukungan emosional dan psikologis mengancam perkembangan emosi dan sosial mereka. • Kematian orang tua juga dapat mengakibatkan rasa kehilangan self-esteem anak yang luar biasa • Tapi dengan dukungan orang dewasa untuk melalui proses berduka ini, anak-anak dapat merekonstruksi ulang pengalaman dan menumbuhkan kembali kesehatan emosional mereka dan kebahagiaan yang sempat hilang.
  • 15. Kematian Kakek Nenek Bagi kebanyakan anak, kematian kakek atau neneknya merupakan pengalaman pertama bagi mereka mengenai kematian dan kesedihan. Dampak dari kehilangan tersebut bergantung pada kedekatan hubungan antara keduanya. Maka tugas pertama seorang konselor sekolah adalah untuk menilai kedekatan hubungan antara anak dengan kakek neneknya untuk memastikan seberapa hebat kesedihan yang dialami anak.
  • 16. Kematian Saudara Kandung • Setiap tahunnya di Amerika Serikat, 1,8 juta anak-anak dan remaja mengalami kehilangan karena kematian saudara kandungnya. • Anak-anak memiliki reaksi yang kuat dan kadang-kadang bertentangan dengan kematian seorang saudara laki-laki atau saudara perempuannya. Salah satunya adalah ketakutan bahwa mereka akan meninggal juga, mungkin pada usia yang sama saat saudara mereka meninggal. • Orang dewasa mungkin berpikir anak-anak ini menangani kesedihan mereka dengan baik, bahwa mereka tidak membutuhkan dukungan. Tapi konselor sekolah harus memahami hal ini dengan lebih baik.
  • 17. Kematian Sahabat • Perkiraan jumlah remaja yang akan mengalami kehilangan sahabat bervariasi dari 36 persen hingga 87 persen. Mengemudi dalam keadaan mabuk, penggunaan senjata oleh anak-anak, HIV/AIDS, dan peningkatan tingkat bunuh diri di kalangan remaja cenderung memberikan kontribusi terhadap peningkatan tingkat remaja yang kehilangan seorang teman atau teman sekolah melalui kematian. • Berduka adalah proses yang menyakitkan, tetapi itu adalah satu-satunya cara untuk mengembalikan kestabilan emosi remaja setelah seorang temannya meninggal dunia, dan bahkan dapat meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan mereka.
  • 18. Kehilangan karena Perceraian dan Perpisahan Orang Tua Penelitian secara konsisten mendokumentasikan dampak jangka pendek dan jangka panjang perceraian terhadap emosi, sosial, dan akademik pada anak: tingkat agresi yang meningkat dan perilaku yang tidak seperti dirinya sesungguhnya; tingginya kecemasan, kemarahan, kesepian, dan keluhan somatik, kesedihan, ketakutan, dan depresi, dan prestasi akademik yang secara keseluruhan menurun.
  • 19. Variabel • Umur. Anak-anak usia 6 sampai 8 mengalami kesulitan untuk memahami implikasi dari perceraian orang tua mereka. Pemikiran khayalan mereka terus hidup melalui fantasi bahwa orang tua mereka bersatu kembali. Anak usia 9 sampai 12 mengalami banyak emosi, tetapi kemarahan mereka sering intens dan diarahkan pada orang tua mereka bahwa yang mereka percaya orang tua merekalah yang bertanggung jawab atas perceraian tersebut. • Gender. Secara umum, anak laki-laki tampaknya memiliki lebih banyak kesulitan menghadapi perceraian daripada anak perempuan. Perbedaan gender yang paling jelas terlihat pada pasca perceraian, kemudian cenderung berkurang seiring waktu. • Waktu. Stres pasca perceraian di kalangan anak-anak yang paling parah terjadi dalam beberapa bulan setelah perceraian. Perceraian memicu krisis dalam keluarga dan cukup memberikan tekanan pada anak.
  • 21. Perasaan akan Sebuah Keputusan Akhir Anak yang orangtuanya terpisah ketika masih hidup dan sering terlihat secara teratur (bercerai), lebih sulit untuk menerima perceraian sebagai hal permanen dan lebih mudah untuk berharap bahwa orang tua akan bersatu kembali. Fantasi ini mencegah proses berduka bergerak lebih jauh. Fantasi bersatunya kembali orang tua lebih mungkin bagi anak-anak yang orang tuanya berpisah satu atau beberapa kali sebelum akhirnya bercerai.
  • 22. Dukungan • Semua budaya memiliki ritual kematian disekelilingnya, tetapi tidak ada upacara berkabung untuk sebuah perceraian. Anak-anak jarang menemukan dukungan yang sama setelah perceraian yang mereka dapatkan setelah kematian orang tua. • Konselor sekolah harus belajar untuk mengenali anak-anak yang sedang berduka karena perceraian orang tua mereka, dan mendukung mereka.
  • 23. Isu Loyalitas Salah satu efek yang paling merusak dari perceraian terhadap anak-anak adalah perasaan bahwa mereka terjebak di antara dua orang tua yang sedang marah. Anak-anak korban perceraian cenderung menyalahkan diri sendiri karena perpisahan orang tua mereka. Ketika orang tua telah meninggal, konflik loyalitas ini tidak ada dan tidak mengaburkan proses berduka.
  • 24. Perceraian adalah Pilihan, Kematian Bukan • Kemarahan terkait dengan perasaan ditinggalkan adalah respons umum anak-anak yang berduka untuk orang tua yang telah meninggal. Tapi bagi sebagian besar anak-anak, tahap dari proses ini berlangsung singkat karena mereka menyadari bahwa orang tua tidak memilih untuk mati. • Perceraian, tidak peduli betapa menyakitkan, adalah sebuah pilihan.
  • 25. Restrukturisasi Keluarga Setelah kematian orang tua, orang tua yang masih hidup pada akhirnya berkencan dan menikah lagi. Meskipun sulit bagi anak-anak untuk melihat orang tua yang telah meninggal “digantikan,” penggantian dapat lebih sulit untuk diterima oleh anak-anak korban perceraian. Ketika orang tua yang bercerai menikah lagi, fantasi tentang bersatunya kembali oleh anak akan dihancurkan.
  • 26. IInntteerrvveennssii Bekerjasama dengan Guru Bagi para guru, agar dapat membantu anak-anak dari perceraian di dalam kelas. PA Miller et al menawarkan panduan berikut: 1.Fokus pada masalah terkait perceraian hanya karena mereka mempengaruhi perilaku anak-anak di kelas dan prestasi akademisnya. 2.Lihat masalah umum terkait perceraian kepada konselor / psikolog sekolah, dan melanjutkan berdasarkan rekomendasi orang tersebut. 3.Diskusikan masalah terkait perceraian yang berhubungan dengan orang tua hanya dalam hal bagaimana mereka mempengaruhi perilaku anak di kelas dan prestasi akademisnya. 4.Hindari tindakan memihak, atau mendukung klaim salah satu orangtua atas yang lain. 5.Jadilah sumber dukungan bagi anak-anak, tetapi tidak mengambil alih peran orangtua. 6.Memfasilitasi orang tua dan anak-anak akses ke sumber daya dan informasi yang relevan yang berhubungan dengan masalah terkait perceraian, tanpa menunjukkan bahwa Anda akan terlibat dalam menyelesaikan masalah tersebut.
  • 27. IInntteerrvveennssii Bekerjasama dengan Orang Tua • Strangeland, Pellegreno, dan Lundholm menemukan bahwa orang tua yang bercerai mempunyai kesalahpahaman terhadap persepsi anak-anak tentang hubungan orang tua. Ini adalah salah satu alasan konselor sekolah harus bertemu dengan orang tua yang bercerai. • Karena pertemuan individu dengan orang tua memakan waktu dan tidak selalu praktis, Parker menyarankan konselor sekolah menjalankan workshop untuk orang tua yang bercerai. • Lokakarya untuk Orang Tua yang Bercerai
  • 28. Kesalahpahaman Orang Tua yang Bercerai tentang Persepsi Anak-Anak Mereka Item Respon Anak Respon Orang Tua Anak tahu mengapa orang tuanya bercerai. Tidak Ya Anak tahu orang tuanya tidak akan pernah Tidak Ya hidup bersama lagi Sejak perceraian, anak memiliki masalah di sekolah, termasuk masalah dengan guru dan kinerja yang buruk. Ya Tidak Sejak perceraian, anak telah membantu banyak di rumah, lebih daripada sebelum perceraian Tidak Ya Anak memiliki kesulitan tidur Ya Tidak Si anak tahu bahwa ia akan selalu mempinyai Tidak Ya seseorang untuk merawatnyanya Anak berencana untuk menikah di masa depan Tidak Ya
  • 29. IInntteerrvveennssii Bekerjasama dengan Anak yang Orang Tuanya Bercerai • Intervensi berbasis sekolah paling populer untuk anak-anak yang orang tuanya bercerai adalah kelompok dukungan. • Richardson dan Rosen menyarankan bahwa semua intervensi konseling kelompok harus fokus pada tiga komponen: dukungan sebaya, membangun keterampilan, dan fleksibilitas. • Sebuah Kelompok Dukungan Bagi Anak-Anak Akibat Perceraian: Tema Dan Aktivitas
  • 30. Kehilangan Hak Berdukacita • Doka menggunakan istilah kehilangan haknya untuk berduka dalam menggambarkan rasa sakit dari kehilangan dan mengidentifikasi empat konteks di mana kedukaan yang kehilangan haknya: hubungan yang belum diakui, kehilangan yang belum diakui, duka cita yang belum diakui, dan kematian yang belum diakui.
  • 31.
  • 32. Isu-Isu Etika dan Hukum • Masalah etika yang paling penting dalam konseling kehilangan adalah menemukan keseimbangan antara identifikasi yang berlebihan dengan siswa yang berduka dan melepaskan diri dari siswa. Identifikasi yang berlebihan mengaburkan batas antara konselor dan konseli; Pelepasan diri menghindari rasa sakit emosional konseli.
  • 33. Isu-Isu Etika dan Hukum • Dalam kasus perceraian, pengadilan memberikan penghargaan baik hak asuh orangtua tunggal maupun hak asuh bersama. • Untuk konselor sekolah, ini berarti bahwa kedua orang tua memiliki akses yang sama terhadap informasi mengenai anak-anak mereka dan bahwa kedua orang tua memiliki hak hukum untuk membuat keputusan mengenai pendidikan anak-anak mereka. • Dalam kasus hak asuh orang tua tunggal, konselor sekolah dapat membantu dengan menekankan pentingnya keterlibatan kedua orang tua tetapi harus berhati-hati untuk tidak melanggar apa-apa yang ditetapkan oleh surat keputusan perceraian dalam hukum.