SlideShare a Scribd company logo
1 of 16
LAPORAN PENDAHULUAN
KLIEN DENGAN GAGAL JANTUNG
DI INTENSIF CARDIAC CARE UNIT
RSUD ULIN BANJARMASIN
Tanggal 16 s/d 21 Juni 2014
Oleh:
ATIK CIMI
NIM. I4BI09213
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
2014
LEMBAR PENGESAHAN
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN KEJENG DOMAM KOMPLEKS
DI RUANG SEDAP MALAM (RUANG ANAK)
RSUD ULIN BANJARMASIN
Tanggal 16 Desember 2013 s/d 21 Desember 2013
Oleh:
Devi Magdalena Siagian
NIM. I1B108224
Banjarmasin, Desember 2013
Mengetahui,
Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan
Devi Rahmayanti, S.Kep, Ns Hj. Erni Aprilia S.Kep.,Ns
A. Definisi
Kejang demam adalah terbebasnya sekelompok neuron secara tiba-tiba yangmengakibatkan
suatu kerusakan kesadaran, gerak, sensasi atau memori yangbersifat sementara (Hudak and Gallo,).
Kejang demam ialah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu
rektal di atas 380 C) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium (di luar rongga
kepala). Menurut Consensus Statement on Febrile Seizures (1980), kejang demam
adalah suatu kejadian pada bayi atau anak yang biasanya terjadi antara umur 3 bulan
dan 5 tahun berhubungan dengan demam tetapi tidak pernah terbukti adanya infeksi
intrakranial atau penyebab tertentu. Infeksi ekstrakranial yang paling banyak
didapatkan yakni dari saluran pernapasan bagian atas, dan merupakan 70% dari seluruh
penyebab kejang demam.
B. Etiologi
Hingga kini belum diketahui dengan pasti penyebab kejang demam. Demam
sering disebabkan infeksi saluran pernapasan atas, radang telinga tengah, infeksi
saluran cerna, dan infeksi saluran kemih. Kejang tidak selalu timbul pada suhu yang
tinggi. Kadang-kadang demam yang tidak begitu tinggi dapat menyebabkan kejang.
Penyebab kejang demam yang sering ditemukan adalah:
1. Faktor predisposisi
a. Keturunan, orang tua yang memiliki riwayat kejang sebelumnya dapat
diturunkan pada anakmya.
b. Umur, (lebih sering pada umur < 5 tahun), karena sel otak pada anak belum
matang sehingga mudah mengalami perubahan konsentrasi ketika mendapat
rangsangan tiba-tiba.
2. Faktor presipitasi
a. Adanaya proses infeksi ekstrakranium oleh bakteri atau virus misalnya infeksi
saluran pernapasan atas, otitis media akut, tonsilitis, gastroenteritis, infeksi
traktus urinarius dan faringitis.
b. Ketidakseimbangan ion yang mengubah keseimbangan elektrolit sehingga
mengganggu homeostatis kimiawi neuron sehingga terjadi kelainan
depolarisasi neuron misalnya hiponatremia, hipernatremia, hipoglikemia,
hipokalsemia, dan hipomagnesemia.
c. Kejang demam yang disebabkan oleh kejadian perinatal (trauma kepala,
infeksi premature, hipoksia) yang dapat menyebabkan kerusakan otak. Menurut
staf pengajar ilmu kesehatan anak FKUI (1985: 50), faktor presipitasi kejang
demam: cenderung timbul 24 jam pertama pada waktu sakit demam atau
dimana demam mendadak tinggi karena infeksi pernafasan bagian atas. Demam
lebih sering disebabkan oleh virus daripada bakterial.
C. Manisfestasi
Ada 2 bentuk kejang demam (menurut Lwingstone), yaitu:
1. Kejang demam sederhana (Simple Febrile Seizure), dengan ciri-ciri gejala klinis
sebagai berikut:
a) Kejang berlangsung singkat, < 15 menit
b) Kejang umum tonik dan atau klonik
c) Umumnya berhenti sendiri
d) Tanpa gerakan fokal atau berulang dalam 24 jam
e) Kesadaran tidak terganggu, dapat mencakup satu atau lebih hal berikut ini :
1) Tanda – tanda motoris, kedutan pada wajah, atau salah satu sisi tubuh;
2) Tanda atau gejala otonomik: muntah, berkeringat, muka merah, dilatasi
pupil.
3) Gejala somatosensoris atau sensoris khusus : mendengar musik, merasa
seakan jatuh dari udara, parestesia.
4) Gejala psikis : dejavu, rasa takut, visi panoramik
2. Kejang demam komplek (Complex Febrile Seizure), dengan ciri-ciri gejala klinis
sebagai berikut:
a. Kejang lama > 15 menit
b. Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum didahului kejang parsial
c. Berulang atau lebih dari 1 kali dalam 24 jam.
d. Terdapat gangguan kesadaran, walaupun pada awalnya sebagai kejang parsial
simpleks.
e. Dapat mencakup otomatisme atau gerakan otomatik: mengecap-gecapkan bibir,
mengunyah, gerakan yang berulang-ulang pada tangan.
D. Patofisiologis
Mempertahankan kelangsungan hidup sel/organ otak diperlukan energi yang
didapat dari metabolisme. Bahan baku untuk metabolisme otak yaitu glukosa sifat
proses ini adalah oksidasi dengan perantaraan fungsi paru-paru dan diteruskan ke otak
melalui sIstem kardiovaskuler. Dari uraian di atas, diketahui bahwa sumber energi otak
adalah glukosa yang melalui proses oksidasi dipecah menjadi CO2 dan air. Sel yang
dikelilingi oleh membran yang terdiri dari permukaan dalam yaitu lipoid dan
permukaan luar yaitu ionik. Dalam keadaan normal membran sel neuron dapat dilalui
dengan mudah oleh ion kalium (K+) dan sangat sulit oleh natrium (Na+) dan elektrolit
lainnya kecuali ion klorida (Cl-). Akibatnya konentrasi K+ dalam sel neuron tinggi dan
ion Na+ rendah, sedang di luar sel neuron terdapat keadaan sebaliknya. Karena
keadaan tersebut, maka terjadi perbedaan potensial membran yang disebut potesial
membran dari neuron. Untuk menjaga keseimbangan potensial membran ini diperlukan
energi dan bantuan enzim Na - K Atp – ase yang terdapat pada permukaan sel.
Keseimbangan potensial membran ini dapat diubah oleh perubahan konsentrasi ion di
ruang ekstraseluler. Rangsangan yang datangnya mendadak seperti mekanis, kimiawi
atau aliran listrik dari sekitarnya dan perubahan patofisiologi dan membran sendiri
karena penyakit atau keturunan. Pada demam, kenaikan suhu 10 C akan mengakibatkan
metabolisme basal 10 - 15 % dan kebutuhan O2 meningkat 20 %. Pada seorang anak
berumur 3 tahun sirkulasi otak mencapai 65% dari seluruh tubuh dibandingkan dengan
orang dewasa (hanya 15%) oleh karena itu, kenaikan suhu tubuh dapat mengubah
keseimbangan dari membran sel neuron dan dalam waktu singkat terjadi difusi dari ion
kalium dan natrium melalui membran listrik. Ketika besarnya meluas ke seluruh sel
dan membran sel sekitarnya dengan bantuan bahan yang tersebut ”neurotransmitter”
dan terjadi kejang.
Pada anak dengan ambang kejang yang rendah, kejang dapat terjadi pada suhu
380 C dan anak dengan ambang kejang tinggi, kejang baru terjadi pada suhu 400 C atau
lebih, kejang yang berlangsung lama (>15 menit) biasanya disertai apnea.
Meningkatnya kebutuhan O2 dan untuk kontraksi otot skelet yang akhirnya terjadi
hipoksemia, hiperkapnia, denyut jantung yang tidak teratur dan makin meningkatnya
suhu tubuh karena tingginya aktifitas otot dan selanjutnya menyebabkan metabolisme
otak meningkat. Faktor terpenting adalah gangguan peredaran darah yang
mengakibatkan hipoksia sehingga meningkatkan permeabilitas kapiler dan timbul
oedema otak yang mengakibatkan kerusakan sel neuron otak (Hasan dan Alatas, 1985:
847 dan Ngastiyah, 1997: 229).
E. Komplikasi
Pada penderita kejang demam yang mengalami kejang lama biasanya terjadi
hemiparesis. Kelumpuhannya sesuai dengan kejang fokal yang terjadi. Mula-mula
kelumpuhan bersifat flasid, tetapi setelah 2 minggu timbul spastisitas. Kejang demam
yang berlangsung lama dapat menyebabkan kelainan anatomis di otak sehingga terjadi
epilepsi.
1. Aspirasi
2. Afiksia
3. Retardasi mental
4. Kerusakan otak
Terjadi melalui mekanisme eksitotoksik neuron saraf yang aktif sewaktu kejang
melepaskan glutamat yang mengikat resptor MMDA ( M Metyl D Asparate ) yang
mengakibatkan ion kalsium dapat masuk ke sel otak yang merusak sel neuoran secara
irreversible.
F. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan pada pasien kejang demam
antara lain:
a) Pemeriksaan laboratorium elektrolit tidak seimbang dapat berpengaruh atau
menjadi predisposisi pada aktivitas kejang glukosa hipoglikemia ( normal 80-120)
atau (N < 200 mq/dl) Ureum / kreatinin meningkat (ureum normal 10 – 50 mg/dL
dan kreatinin normal =< 1,4 mg/dL). Peningkatan BUN mempunyai potensi kejang
dan merupakan indikasi nepro toksik akibat dari pemberian obat. Sel darah merah
(Hb) menurun (normal 14-18 g/dl, 12-16 g/dl). Lumbal pungsi tes ini untuk
memperoleh cairan cerebrospinalis dan untuk mengetahui keadaan lintas likuor.
Tes ini dapat mendeteksi penyebab kejang demam atau kejang karena infeksi pada
otak. Pada kejang demam tidak terdapat gambaran patologis dan pemeriksaan
lumbal pungsi .
Pada kejang oleh infeksi pada otak ditemukan:
a. Warna cairan cerebrospinal: berwarna kuning, menunjukan pigmen kuning
santokrom
b. Jumlah cairan dalam cerebrospinal menigkat lebih dari normal (normal bayi 40-
60 ml, anak muda 60-100 ml, anak lebih tua 80-120 ml dan dewasa 130-150
ml)
c. Perubahan biokimia: kadar kalium meningkat ( normal dewasa 3.5-5.0 mEq/L,
bayi 3.6-5.8mEq/L).
b) EEG (electroencephalography) EEG merupakan cara untuk merekam aktivitas listrik
otak melalui tengkorak yang utuh untuk menentukan adanya kelainan pada SSP, EEG
dilakukan sedikitnya 1 minggu setelah suhu normal. Tidak menunjukkan kelainan
pada kejang demam sederhana, gelombang EEG yang lambat di daerah belakang dan
unilateral menunjukkan kejang demam kompleks.
c) CT Scan. Untuk mengidentifikasi lesi cerebral infaik hematoma, cerebral oedem,
trauma, abses, tumor dengan atau tanpa kontras.
d) Pemeriksaan radiologis
1. Foto tengkorak diperhatikan simetris tulang tengkorak, destruksi tulang
peningkatan tekanan intrakranial
2. Pneumonsefalografi dan ventrikulografi dilakukan atas indikasi tertentu yaitu
untuk melihat gambaran sistem ventrikal, rongga subaraknoid serta gambaran
otak sehingga dapat diketahui adanya atrofi otak, tumor serebri, hidrosefalus
araknoiditis
3. Arteriografi untuk melihat keadaan pembuluh darah di otak, apakah ada
penyumbatan atau peregangan.
G. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Klinis
1. Memberantas kejang secepat mungkin
Diberikan antikonvulsan secara intravena jika klien masih dalam keadaan kejang,
ditunggu selama 15 menit, bila masih terdapat kejang diulang suntikan kedua dengan
dosis yang sama secara intravena. Setelah 15 menit suntikan kedua masih kejang
diberikan suntikan ketiga dengan dosis yang sama tetapi melalui intramuskular. Bila
belum juga berhenti dapat diberikan fenobarbital atau paraldehid 4% secara intravena.
2. Pengobatan penunjang
Sebelum memberantas kejang tidak boleh dilupakan perlunya pengobatan penunjang:
a. Semua pakaian ketat dibuka
b. Posisi kepala sebaiknya miring untuk mencegah aspirasi isi lambung
c. Usahakan agar jalan nafas bebas untuk menjamin kebutuhan oksigen, bila perlu
dilakukan intubasi atau trakeostomi.
d. Penghisapan lendir harus dilakukan secara teratur dandiberikan oksigen.
3. Pengobatan rumat
a. Profilaksis intermiten
Mencegah kejang berulang, diberikan obat campuran antikonvulsan dan antipiretik.
Profilaksis ini diberikan sampai kemungkinan sangat kecil anak mendapat kejang
demam sederhana yaitu kira-kira sampai anak umur 4tahun
b. Profilaksis jangka panjang diberikan padakeadaan
1. Epilepsi yang diprovokasi oleh demam
2. Kejang demam yang mempunyai ciri :
a) Terdapat gangguan perkembangan saraf seperti serebral palsi, retardasi
perkembangan danmikrosefali
b) Bila kejang berlangsung lebih dari 15 menit, bersifat fokal atau diikiuti kelainan
saraf yang sementara atau menetap
c) Riwayat kejang tanpa demam yang bersifat genetik
d) Kejang demam pada bayi berumur dibawah usia 1 bulan
H. Pencegahan
Menurut Ngastiyah (2005: 236-239) pencegahan difokuskan pada pencegahan
kekambuhan berulang dan penegahan segera saat kejang berlangsung.
1. Pencegahan berulang
a. Mengobati infeksi yang mendasari kejang
b. Pendidikan kesehatan tentang:
1) Tersedianya obat penurun panas yang didapat atas resep dokter
2) Tersedianya obat pengukur suhu dan catatan penggunaan termometer, cara
pengukuran suhu tubuh anak, serta keterangan batas-batas suhu normal
pada anak ( 36-37ºC).
3) Anak diberi obat antipiretik bila orang tua mengetahuinya pada saat mulai
demam dan jangan menunggu sampai meningkat.
4) Memberitahukan pada petugas imunisasi bahwa anaknya pernah mengalami
kejang demam bila anak akan diimunisasi.
2. Mencegah cidera saat kejang berlangsung kegiatan ini meliputi:
a. Baringkan pasien pada tempat yang rata
b. Kepala dimiringkan unutk menghindari aspirasi cairan tubuh
c. Pertahankan lidah untuk tidak menutupi jalan napas
d. Lepaskan pakaian yang ketat
e. Jangan melawan gerakan pasien guna menghindari cidera
I. Masalah Keperawatan
1. Pengkajian
Hal-hal yang perlu dikaji pada pasien dengan kejang demam menurut
Greenberg (1980 : 122 – 128), Paula Krisanty (2008 : 223) :
a. Riwayat Kesehatan:
1) Saat terjadinya demam: keluhan sakit kepala, sering menangis, muntah atau
diare, nyeri batuk, sulit mengeluarkan dahak, sulit makan, tidak tidur nyenyak.
Tanyakan intake atau output cairan, suhu tubuh meningkat, obat yang
dikonsumsi
2) Adanya riwayat kejang demam pada pasien dan keluarga
3) Adanya riwayat infeksi seperti saluran pernapasan atas, OMA, pneumonia,
faringitis, bronkropeumonia, morbilivarisela dan campak.
4) Adanya riwayat trauma kepala
b. Pengkajian fisik
1) Tanda-tanda vital
2) Status hidrasi
3) Aktivitas yang masih dapat dilakukan
4) Adanya peningkatan : suhu tubuh, nadi, dan pernafasan, kulit teraba hangat
5) Ditemukan adanya anoreksia, mual, muntah dan penurunan berat badan
6) Adanya kelemahan dan keletihan
7) Adanya kejang
8) Pada pemeriksaan laboratorium darah ditemukan adanya peningkatan kalium,
jumlah cairan cerebrospiral meningkat dan berwarna kuning
c. Riwayat Psikososial atau Perkembangan
1) Tingkat perkembangan anak terganggu
2) Adanya kekerasan penggunaan obat – obatan seperti obat penurun panas
3) Akibat hospitalisasi
4) Penerimaan klien dan keluarga terhadap penyakit
5) Hubungan dengan teman sebaya
d. Pengetahuan keluarga
1) Tingkatkan pengetahuan keluarga yang kurang
2) Keluarga kurang mengetahui tanda dan gejala kejang demam
3) Ketidakmampuan keluarga dalam mengontrol suhu tubuh
4) Keterbatasan menerima keadaan penyakitnya
e. Pemeriksaan Penunjang (yang dilakukan) :
1) Fungsi lumbal
2) Laboratorium : pemeriksaan darah rutin, kultur urin dan kultur darah
3) Bila perlu : CT-scan dan EEG
2. Diagnosa keperawatan
a. Hipertermia b.d proses penyakit (peningkatan suhu Tubuh)
b. Risiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak b.d trauma di otak
c. Risiko cidera b.d kejang/ perubahan kesadaran
d. Risiko keterlambatan pertumbuhan b.d kejang berulang
3. Intervensi
NO DIAGNOSA
KEPERAWATAN
TUJUAN INTERVENSI
1 Hipertermia b.d
peningkatan suhu
tubuh
NOC
Thermoregulasion
Setelah dilakukan asuhan
Keperawatan 2x24 jam,
suhu tubuh anak dalam
batas normal dengan
Kriteria hasil:
 Suhu tubuh dalam batas
normal
 Nadi dan RR dalam
rentang normal
 Tidak ada perubahan
warna kulit dan tidak ada
pusing
NIC
Fever Treatment
1. monitor suhu sesering mungkin
2. monitor tekanan darah, nadi, dan
RR
3. Monitor tingkat kesadaran
4. Kolaborasi pemberian cairan
intravena
5. Berikan antipiretik
Temperature regulation
1. Monitor suhu minimal tiap 2 jam
2. Monitor tanda-tanda hipertermia
3. Tingkatkan intake cairan dan
nutrisi
4. Monitor kualitas nadi
2. Risiko
ketidakeektifan
perfusi jaringan otak
b.d trauma di otak
NOC
Circulation status
Tissue prefusi:cerebral
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan 1x24 jam
diharapkan status sirkulasi
baik, dengan Kriteria hasil:
 Tekanan sistolikdan
diastolic dalam batas
yang diharapkan
 Berkomunikasi dengan
jelas
 Dan sesuai dengan
NIC
1. Monitor adanya daerah tertentu
yang hanya peka terhadap
panas/dingin/tajam/tumpul
2. Kolaborasi pemberian analgetik
3. Monitor adanya tromboplebitis
4. Berikan oksigen jika diperlukan
5. Monitor Tanda-tanda vital
6. Monitor tingkat kesadaran
kemampuan
3 Risiko cidera b.d
kehilangan
kesadaran
NOC
Risk control
Setelah dilakukan tindakan
asuhan keperawatan dalam
1x24 jam diharapkan resiko
cidera dapat dihindari
dengan kriteria :
 Klien terbebas dari
cidera
 Mampu mengenali
perubah status kesehatan
 Mampu menjelaskan
factor resiko
NIC
Manajemen Lingkungan
1. Sediakan lingkungan yang aman
untuk pasien
2. Identifikasi kebutuhan keamanana
3. Pasien sesuai dengan kondisi
pasien
4. Hindai lingkungan yang
berbahaya
5. Sediakan tempat tidur nyaman
dan bersih
6. Anjurkan keluarga untuk
menemani pasien
4. Risiko keterlambatan
pertumbuhan b.d
kejang berulang
NOC
Growth and development
delayed
Family coping
Setelah dilakukan Asuhan
keperawatan 1x24 jam
diharapkan resiko
keterlambatan dan
pertumbuhan dapat
dihindari dengan criteria:
 Perubahan normal fisik
yang biasanya terjadi
seiring penuaan usia
 Kematangan fisik wanita
dan pria
 Makanan dan asupan
NIC
Peningkatan perkembangan anak
1. Ajarkan kepada orang tua tentang
penanda perkembangan normal
2. Ajarkan tentang perilaku yang
sesuai dengan usia anak
3. Identifikasi dan gunakan sumber
pendidikan untuk menfasilitasi
perkembangan anak yang optimal
4. Tingkatkan komunikasi verbal dan
stimulasi taktil
5. Dorong anak melakukan sosialisasi
dengan kelompok
6. Ciptakan lingkungsn ysng aman
Manajeman nutrisi
1. Kaji keadekuatan nutrisi
cairan bergizi
 Kondisi gizi adekuat
2. Tentukan makanan yang disukai
anak
3. Pantau kecenderungan kenaikan
dan penurunan berat badan
DAFTAR PUSTAKA
1. Wong, Donna L, Marilyn Hockenberry-Eaton, David Wilson, etal. Buku Ajar
KeperawatanPediatrik Volume 2 Edisi 6. Jakarta: EGC. 2009.
2. Meadow, Ro, dan simon Newell. Pediatrika. Jakarta : Erlangga. 2002.
3. Depkes RI. Perawatan Bayi Dan Anak. Ed 1. Jakarta : Pusat Pendidikan Tenaga
4. Kesehatan, 2005.
5. Lumbantobing,SM.Penatalaksanaan Muthakhir Kejang Pada Anak.Jakarta : FKUI,
2005.
6. Sachann, M Rossa. 2005. Prinsip Keperawatan Pediatric. Jakarta : EGC.
7. Suriadi, dkk. Askep Pada Anak. Jakarta. Pt Fajar Interpratama, 2001.
8. Ngastiyah. Perawatan Anak Sakit, ed 2. Jakarta: EGC, 2005.
9. Hidayat, aziz alimun. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta : Salemba, 2006.

More Related Content

What's hot (20)

Askep keluarga-dengan-stroke
Askep keluarga-dengan-strokeAskep keluarga-dengan-stroke
Askep keluarga-dengan-stroke
 
Asuhan keperawatan pada luka bakar
Asuhan keperawatan pada luka bakarAsuhan keperawatan pada luka bakar
Asuhan keperawatan pada luka bakar
 
Febris
FebrisFebris
Febris
 
Asuhan Keperawatan HIPERBILIRUBIN
Asuhan Keperawatan HIPERBILIRUBINAsuhan Keperawatan HIPERBILIRUBIN
Asuhan Keperawatan HIPERBILIRUBIN
 
05. transportasi pasien gadar
05. transportasi pasien gadar05. transportasi pasien gadar
05. transportasi pasien gadar
 
Luka bakar
Luka bakarLuka bakar
Luka bakar
 
Presentasi Higine Dekubitus
Presentasi Higine DekubitusPresentasi Higine Dekubitus
Presentasi Higine Dekubitus
 
Kejang demam pada Anak
Kejang demam pada AnakKejang demam pada Anak
Kejang demam pada Anak
 
Tinea kruris
Tinea krurisTinea kruris
Tinea kruris
 
Ppt hiperbilirubin
Ppt hiperbilirubinPpt hiperbilirubin
Ppt hiperbilirubin
 
Askep dermatitis
Askep dermatitisAskep dermatitis
Askep dermatitis
 
Askep gigitan ular AKPER PEMKAB MUNA
Askep gigitan ular  AKPER PEMKAB MUNA Askep gigitan ular  AKPER PEMKAB MUNA
Askep gigitan ular AKPER PEMKAB MUNA
 
Asuhan keperawatan klien dengan combustio
Asuhan keperawatan klien dengan combustioAsuhan keperawatan klien dengan combustio
Asuhan keperawatan klien dengan combustio
 
MATERI LUKA BAKAR Guru Mapel : Arma Setyo Nugrahani
MATERI LUKA BAKAR Guru Mapel : Arma Setyo NugrahaniMATERI LUKA BAKAR Guru Mapel : Arma Setyo Nugrahani
MATERI LUKA BAKAR Guru Mapel : Arma Setyo Nugrahani
 
377118361 skenario-role-play
377118361 skenario-role-play377118361 skenario-role-play
377118361 skenario-role-play
 
Hiperbilirubinemia
HiperbilirubinemiaHiperbilirubinemia
Hiperbilirubinemia
 
Pp cerebral palsy
Pp cerebral palsyPp cerebral palsy
Pp cerebral palsy
 
Kb 1 triage
Kb 1 triageKb 1 triage
Kb 1 triage
 
Askep kolik renal
Askep kolik renalAskep kolik renal
Askep kolik renal
 
Askep faringitis
Askep faringitisAskep faringitis
Askep faringitis
 

Viewers also liked

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN KEJANG DEMAM
LAPORAN PENDAHULUAN  ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN  KEJANG DEMAMLAPORAN PENDAHULUAN  ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN  KEJANG DEMAM
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN KEJANG DEMAMAriefiandra Ariefiandra
 
Bab I k.anak pada kejang dan demam
Bab I k.anak pada kejang dan demam Bab I k.anak pada kejang dan demam
Bab I k.anak pada kejang dan demam Astriie Desiyanti
 
Asuhan keperawatan diabetes mellitus AKPER PEMKAB MUNA
Asuhan keperawatan diabetes mellitus AKPER PEMKAB MUNA Asuhan keperawatan diabetes mellitus AKPER PEMKAB MUNA
Asuhan keperawatan diabetes mellitus AKPER PEMKAB MUNA Operator Warnet Vast Raha
 
Gadar ''ketoasidosis diabetik'' AKPER PEMKAB MUNA
Gadar ''ketoasidosis diabetik'' AKPER PEMKAB MUNA Gadar ''ketoasidosis diabetik'' AKPER PEMKAB MUNA
Gadar ''ketoasidosis diabetik'' AKPER PEMKAB MUNA Operator Warnet Vast Raha
 
LAPORAN PENDAHULUAN DIABETES MELITUS
LAPORAN PENDAHULUAN DIABETES MELITUSLAPORAN PENDAHULUAN DIABETES MELITUS
LAPORAN PENDAHULUAN DIABETES MELITUSMenanti Senja
 
Management pasca operasi
Management pasca operasiManagement pasca operasi
Management pasca operasiUlfa Pradipta
 
Modul 3 3 persiapan pre dan post operasi
Modul 3 3 persiapan pre dan post operasiModul 3 3 persiapan pre dan post operasi
Modul 3 3 persiapan pre dan post operasipjj_kemenkes
 
LAPORAN PENDAHULUAN DIABETES MELITUS
LAPORAN PENDAHULUAN DIABETES MELITUSLAPORAN PENDAHULUAN DIABETES MELITUS
LAPORAN PENDAHULUAN DIABETES MELITUSAulia Kauri
 
Askep anak kejang demam
Askep anak kejang demamAskep anak kejang demam
Askep anak kejang demamEka Yuliana
 
Laporan pendahuluan asuhan keperawatan diabetes mellitus tipe 2
Laporan pendahuluan asuhan keperawatan diabetes mellitus tipe 2Laporan pendahuluan asuhan keperawatan diabetes mellitus tipe 2
Laporan pendahuluan asuhan keperawatan diabetes mellitus tipe 2Utik Pariani
 

Viewers also liked (11)

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN KEJANG DEMAM
LAPORAN PENDAHULUAN  ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN  KEJANG DEMAMLAPORAN PENDAHULUAN  ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN  KEJANG DEMAM
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN KEJANG DEMAM
 
Bab I k.anak pada kejang dan demam
Bab I k.anak pada kejang dan demam Bab I k.anak pada kejang dan demam
Bab I k.anak pada kejang dan demam
 
Asuhan keperawatan diabetes mellitus AKPER PEMKAB MUNA
Asuhan keperawatan diabetes mellitus AKPER PEMKAB MUNA Asuhan keperawatan diabetes mellitus AKPER PEMKAB MUNA
Asuhan keperawatan diabetes mellitus AKPER PEMKAB MUNA
 
Askep kejang demama AKPER PEMKAB MUNA
Askep kejang demama AKPER PEMKAB MUNA Askep kejang demama AKPER PEMKAB MUNA
Askep kejang demama AKPER PEMKAB MUNA
 
Gadar ''ketoasidosis diabetik'' AKPER PEMKAB MUNA
Gadar ''ketoasidosis diabetik'' AKPER PEMKAB MUNA Gadar ''ketoasidosis diabetik'' AKPER PEMKAB MUNA
Gadar ''ketoasidosis diabetik'' AKPER PEMKAB MUNA
 
LAPORAN PENDAHULUAN DIABETES MELITUS
LAPORAN PENDAHULUAN DIABETES MELITUSLAPORAN PENDAHULUAN DIABETES MELITUS
LAPORAN PENDAHULUAN DIABETES MELITUS
 
Management pasca operasi
Management pasca operasiManagement pasca operasi
Management pasca operasi
 
Modul 3 3 persiapan pre dan post operasi
Modul 3 3 persiapan pre dan post operasiModul 3 3 persiapan pre dan post operasi
Modul 3 3 persiapan pre dan post operasi
 
LAPORAN PENDAHULUAN DIABETES MELITUS
LAPORAN PENDAHULUAN DIABETES MELITUSLAPORAN PENDAHULUAN DIABETES MELITUS
LAPORAN PENDAHULUAN DIABETES MELITUS
 
Askep anak kejang demam
Askep anak kejang demamAskep anak kejang demam
Askep anak kejang demam
 
Laporan pendahuluan asuhan keperawatan diabetes mellitus tipe 2
Laporan pendahuluan asuhan keperawatan diabetes mellitus tipe 2Laporan pendahuluan asuhan keperawatan diabetes mellitus tipe 2
Laporan pendahuluan asuhan keperawatan diabetes mellitus tipe 2
 

Similar to KEJADIAN KEJANG DEMAM (20)

Lapkas anak
Lapkas anakLapkas anak
Lapkas anak
 
Askep kejang demama
Askep kejang demamaAskep kejang demama
Askep kejang demama
 
Bab ii fitra
Bab ii  fitraBab ii  fitra
Bab ii fitra
 
Asuhan keperawatan pada anak kejang demam
Asuhan keperawatan pada anak kejang demamAsuhan keperawatan pada anak kejang demam
Asuhan keperawatan pada anak kejang demam
 
Asuhan keperawatan pada anak kejang demam AKPER PEMKAB MUNA
Asuhan keperawatan pada anak kejang demam AKPER PEMKAB MUNA Asuhan keperawatan pada anak kejang demam AKPER PEMKAB MUNA
Asuhan keperawatan pada anak kejang demam AKPER PEMKAB MUNA
 
Askep[ bunda AKPER PEMKAB MUNA
Askep[ bunda AKPER PEMKAB MUNAAskep[ bunda AKPER PEMKAB MUNA
Askep[ bunda AKPER PEMKAB MUNA
 
Anak
Anak Anak
Anak
 
Kejang demam
Kejang demamKejang demam
Kejang demam
 
Kejang demam pada anak AKPER PEMKAB MUNA
Kejang demam pada anak AKPER PEMKAB MUNA Kejang demam pada anak AKPER PEMKAB MUNA
Kejang demam pada anak AKPER PEMKAB MUNA
 
Kejang abyi
Kejang abyiKejang abyi
Kejang abyi
 
Kejang abyi AKPER PEMKAB MUNA
Kejang abyi AKPER PEMKAB MUNA Kejang abyi AKPER PEMKAB MUNA
Kejang abyi AKPER PEMKAB MUNA
 
Epilepsi revisi pak arif Baiq Qorin
Epilepsi revisi pak arif Baiq QorinEpilepsi revisi pak arif Baiq Qorin
Epilepsi revisi pak arif Baiq Qorin
 
Kejang Demam
Kejang DemamKejang Demam
Kejang Demam
 
Power point kejang demam AKPER PEMKAB MUNA
Power point kejang demam AKPER PEMKAB MUNAPower point kejang demam AKPER PEMKAB MUNA
Power point kejang demam AKPER PEMKAB MUNA
 
Demam pada anak
Demam pada anakDemam pada anak
Demam pada anak
 
Kejang demam
Kejang demamKejang demam
Kejang demam
 
KEJANG PADA NEONATUS.pptx
KEJANG PADA NEONATUS.pptxKEJANG PADA NEONATUS.pptx
KEJANG PADA NEONATUS.pptx
 
Kejang demam ppt
Kejang demam pptKejang demam ppt
Kejang demam ppt
 
Cedera kepala
Cedera kepalaCedera kepala
Cedera kepala
 
Demam pada anak
Demam pada anakDemam pada anak
Demam pada anak
 

KEJADIAN KEJANG DEMAM

  • 1. LAPORAN PENDAHULUAN KLIEN DENGAN GAGAL JANTUNG DI INTENSIF CARDIAC CARE UNIT RSUD ULIN BANJARMASIN Tanggal 16 s/d 21 Juni 2014 Oleh: ATIK CIMI NIM. I4BI09213 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT 2014
  • 2. LEMBAR PENGESAHAN ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN KEJENG DOMAM KOMPLEKS DI RUANG SEDAP MALAM (RUANG ANAK) RSUD ULIN BANJARMASIN Tanggal 16 Desember 2013 s/d 21 Desember 2013 Oleh: Devi Magdalena Siagian NIM. I1B108224 Banjarmasin, Desember 2013 Mengetahui, Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan
  • 3. Devi Rahmayanti, S.Kep, Ns Hj. Erni Aprilia S.Kep.,Ns A. Definisi Kejang demam adalah terbebasnya sekelompok neuron secara tiba-tiba yangmengakibatkan suatu kerusakan kesadaran, gerak, sensasi atau memori yangbersifat sementara (Hudak and Gallo,). Kejang demam ialah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di atas 380 C) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium (di luar rongga kepala). Menurut Consensus Statement on Febrile Seizures (1980), kejang demam adalah suatu kejadian pada bayi atau anak yang biasanya terjadi antara umur 3 bulan dan 5 tahun berhubungan dengan demam tetapi tidak pernah terbukti adanya infeksi intrakranial atau penyebab tertentu. Infeksi ekstrakranial yang paling banyak didapatkan yakni dari saluran pernapasan bagian atas, dan merupakan 70% dari seluruh penyebab kejang demam. B. Etiologi Hingga kini belum diketahui dengan pasti penyebab kejang demam. Demam sering disebabkan infeksi saluran pernapasan atas, radang telinga tengah, infeksi saluran cerna, dan infeksi saluran kemih. Kejang tidak selalu timbul pada suhu yang tinggi. Kadang-kadang demam yang tidak begitu tinggi dapat menyebabkan kejang. Penyebab kejang demam yang sering ditemukan adalah: 1. Faktor predisposisi a. Keturunan, orang tua yang memiliki riwayat kejang sebelumnya dapat diturunkan pada anakmya. b. Umur, (lebih sering pada umur < 5 tahun), karena sel otak pada anak belum matang sehingga mudah mengalami perubahan konsentrasi ketika mendapat rangsangan tiba-tiba. 2. Faktor presipitasi a. Adanaya proses infeksi ekstrakranium oleh bakteri atau virus misalnya infeksi saluran pernapasan atas, otitis media akut, tonsilitis, gastroenteritis, infeksi traktus urinarius dan faringitis.
  • 4. b. Ketidakseimbangan ion yang mengubah keseimbangan elektrolit sehingga mengganggu homeostatis kimiawi neuron sehingga terjadi kelainan depolarisasi neuron misalnya hiponatremia, hipernatremia, hipoglikemia, hipokalsemia, dan hipomagnesemia. c. Kejang demam yang disebabkan oleh kejadian perinatal (trauma kepala, infeksi premature, hipoksia) yang dapat menyebabkan kerusakan otak. Menurut staf pengajar ilmu kesehatan anak FKUI (1985: 50), faktor presipitasi kejang demam: cenderung timbul 24 jam pertama pada waktu sakit demam atau dimana demam mendadak tinggi karena infeksi pernafasan bagian atas. Demam lebih sering disebabkan oleh virus daripada bakterial. C. Manisfestasi Ada 2 bentuk kejang demam (menurut Lwingstone), yaitu: 1. Kejang demam sederhana (Simple Febrile Seizure), dengan ciri-ciri gejala klinis sebagai berikut: a) Kejang berlangsung singkat, < 15 menit b) Kejang umum tonik dan atau klonik c) Umumnya berhenti sendiri d) Tanpa gerakan fokal atau berulang dalam 24 jam e) Kesadaran tidak terganggu, dapat mencakup satu atau lebih hal berikut ini : 1) Tanda – tanda motoris, kedutan pada wajah, atau salah satu sisi tubuh; 2) Tanda atau gejala otonomik: muntah, berkeringat, muka merah, dilatasi pupil. 3) Gejala somatosensoris atau sensoris khusus : mendengar musik, merasa seakan jatuh dari udara, parestesia. 4) Gejala psikis : dejavu, rasa takut, visi panoramik 2. Kejang demam komplek (Complex Febrile Seizure), dengan ciri-ciri gejala klinis sebagai berikut: a. Kejang lama > 15 menit b. Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum didahului kejang parsial c. Berulang atau lebih dari 1 kali dalam 24 jam.
  • 5. d. Terdapat gangguan kesadaran, walaupun pada awalnya sebagai kejang parsial simpleks. e. Dapat mencakup otomatisme atau gerakan otomatik: mengecap-gecapkan bibir, mengunyah, gerakan yang berulang-ulang pada tangan. D. Patofisiologis Mempertahankan kelangsungan hidup sel/organ otak diperlukan energi yang didapat dari metabolisme. Bahan baku untuk metabolisme otak yaitu glukosa sifat proses ini adalah oksidasi dengan perantaraan fungsi paru-paru dan diteruskan ke otak melalui sIstem kardiovaskuler. Dari uraian di atas, diketahui bahwa sumber energi otak adalah glukosa yang melalui proses oksidasi dipecah menjadi CO2 dan air. Sel yang dikelilingi oleh membran yang terdiri dari permukaan dalam yaitu lipoid dan permukaan luar yaitu ionik. Dalam keadaan normal membran sel neuron dapat dilalui dengan mudah oleh ion kalium (K+) dan sangat sulit oleh natrium (Na+) dan elektrolit lainnya kecuali ion klorida (Cl-). Akibatnya konentrasi K+ dalam sel neuron tinggi dan ion Na+ rendah, sedang di luar sel neuron terdapat keadaan sebaliknya. Karena keadaan tersebut, maka terjadi perbedaan potensial membran yang disebut potesial membran dari neuron. Untuk menjaga keseimbangan potensial membran ini diperlukan energi dan bantuan enzim Na - K Atp – ase yang terdapat pada permukaan sel. Keseimbangan potensial membran ini dapat diubah oleh perubahan konsentrasi ion di ruang ekstraseluler. Rangsangan yang datangnya mendadak seperti mekanis, kimiawi atau aliran listrik dari sekitarnya dan perubahan patofisiologi dan membran sendiri karena penyakit atau keturunan. Pada demam, kenaikan suhu 10 C akan mengakibatkan metabolisme basal 10 - 15 % dan kebutuhan O2 meningkat 20 %. Pada seorang anak berumur 3 tahun sirkulasi otak mencapai 65% dari seluruh tubuh dibandingkan dengan orang dewasa (hanya 15%) oleh karena itu, kenaikan suhu tubuh dapat mengubah keseimbangan dari membran sel neuron dan dalam waktu singkat terjadi difusi dari ion kalium dan natrium melalui membran listrik. Ketika besarnya meluas ke seluruh sel dan membran sel sekitarnya dengan bantuan bahan yang tersebut ”neurotransmitter” dan terjadi kejang.
  • 6. Pada anak dengan ambang kejang yang rendah, kejang dapat terjadi pada suhu 380 C dan anak dengan ambang kejang tinggi, kejang baru terjadi pada suhu 400 C atau lebih, kejang yang berlangsung lama (>15 menit) biasanya disertai apnea. Meningkatnya kebutuhan O2 dan untuk kontraksi otot skelet yang akhirnya terjadi hipoksemia, hiperkapnia, denyut jantung yang tidak teratur dan makin meningkatnya suhu tubuh karena tingginya aktifitas otot dan selanjutnya menyebabkan metabolisme otak meningkat. Faktor terpenting adalah gangguan peredaran darah yang mengakibatkan hipoksia sehingga meningkatkan permeabilitas kapiler dan timbul oedema otak yang mengakibatkan kerusakan sel neuron otak (Hasan dan Alatas, 1985: 847 dan Ngastiyah, 1997: 229).
  • 7.
  • 8. E. Komplikasi Pada penderita kejang demam yang mengalami kejang lama biasanya terjadi hemiparesis. Kelumpuhannya sesuai dengan kejang fokal yang terjadi. Mula-mula kelumpuhan bersifat flasid, tetapi setelah 2 minggu timbul spastisitas. Kejang demam yang berlangsung lama dapat menyebabkan kelainan anatomis di otak sehingga terjadi epilepsi. 1. Aspirasi 2. Afiksia 3. Retardasi mental 4. Kerusakan otak Terjadi melalui mekanisme eksitotoksik neuron saraf yang aktif sewaktu kejang melepaskan glutamat yang mengikat resptor MMDA ( M Metyl D Asparate ) yang mengakibatkan ion kalsium dapat masuk ke sel otak yang merusak sel neuoran secara irreversible. F. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan pada pasien kejang demam antara lain: a) Pemeriksaan laboratorium elektrolit tidak seimbang dapat berpengaruh atau menjadi predisposisi pada aktivitas kejang glukosa hipoglikemia ( normal 80-120) atau (N < 200 mq/dl) Ureum / kreatinin meningkat (ureum normal 10 – 50 mg/dL dan kreatinin normal =< 1,4 mg/dL). Peningkatan BUN mempunyai potensi kejang dan merupakan indikasi nepro toksik akibat dari pemberian obat. Sel darah merah (Hb) menurun (normal 14-18 g/dl, 12-16 g/dl). Lumbal pungsi tes ini untuk memperoleh cairan cerebrospinalis dan untuk mengetahui keadaan lintas likuor. Tes ini dapat mendeteksi penyebab kejang demam atau kejang karena infeksi pada otak. Pada kejang demam tidak terdapat gambaran patologis dan pemeriksaan lumbal pungsi . Pada kejang oleh infeksi pada otak ditemukan: a. Warna cairan cerebrospinal: berwarna kuning, menunjukan pigmen kuning santokrom
  • 9. b. Jumlah cairan dalam cerebrospinal menigkat lebih dari normal (normal bayi 40- 60 ml, anak muda 60-100 ml, anak lebih tua 80-120 ml dan dewasa 130-150 ml) c. Perubahan biokimia: kadar kalium meningkat ( normal dewasa 3.5-5.0 mEq/L, bayi 3.6-5.8mEq/L). b) EEG (electroencephalography) EEG merupakan cara untuk merekam aktivitas listrik otak melalui tengkorak yang utuh untuk menentukan adanya kelainan pada SSP, EEG dilakukan sedikitnya 1 minggu setelah suhu normal. Tidak menunjukkan kelainan pada kejang demam sederhana, gelombang EEG yang lambat di daerah belakang dan unilateral menunjukkan kejang demam kompleks. c) CT Scan. Untuk mengidentifikasi lesi cerebral infaik hematoma, cerebral oedem, trauma, abses, tumor dengan atau tanpa kontras. d) Pemeriksaan radiologis 1. Foto tengkorak diperhatikan simetris tulang tengkorak, destruksi tulang peningkatan tekanan intrakranial 2. Pneumonsefalografi dan ventrikulografi dilakukan atas indikasi tertentu yaitu untuk melihat gambaran sistem ventrikal, rongga subaraknoid serta gambaran otak sehingga dapat diketahui adanya atrofi otak, tumor serebri, hidrosefalus araknoiditis 3. Arteriografi untuk melihat keadaan pembuluh darah di otak, apakah ada penyumbatan atau peregangan. G. Penatalaksanaan Penatalaksanaan Klinis 1. Memberantas kejang secepat mungkin Diberikan antikonvulsan secara intravena jika klien masih dalam keadaan kejang, ditunggu selama 15 menit, bila masih terdapat kejang diulang suntikan kedua dengan dosis yang sama secara intravena. Setelah 15 menit suntikan kedua masih kejang diberikan suntikan ketiga dengan dosis yang sama tetapi melalui intramuskular. Bila belum juga berhenti dapat diberikan fenobarbital atau paraldehid 4% secara intravena.
  • 10. 2. Pengobatan penunjang Sebelum memberantas kejang tidak boleh dilupakan perlunya pengobatan penunjang: a. Semua pakaian ketat dibuka b. Posisi kepala sebaiknya miring untuk mencegah aspirasi isi lambung c. Usahakan agar jalan nafas bebas untuk menjamin kebutuhan oksigen, bila perlu dilakukan intubasi atau trakeostomi. d. Penghisapan lendir harus dilakukan secara teratur dandiberikan oksigen. 3. Pengobatan rumat a. Profilaksis intermiten Mencegah kejang berulang, diberikan obat campuran antikonvulsan dan antipiretik. Profilaksis ini diberikan sampai kemungkinan sangat kecil anak mendapat kejang demam sederhana yaitu kira-kira sampai anak umur 4tahun b. Profilaksis jangka panjang diberikan padakeadaan 1. Epilepsi yang diprovokasi oleh demam 2. Kejang demam yang mempunyai ciri : a) Terdapat gangguan perkembangan saraf seperti serebral palsi, retardasi perkembangan danmikrosefali b) Bila kejang berlangsung lebih dari 15 menit, bersifat fokal atau diikiuti kelainan saraf yang sementara atau menetap c) Riwayat kejang tanpa demam yang bersifat genetik d) Kejang demam pada bayi berumur dibawah usia 1 bulan H. Pencegahan Menurut Ngastiyah (2005: 236-239) pencegahan difokuskan pada pencegahan kekambuhan berulang dan penegahan segera saat kejang berlangsung. 1. Pencegahan berulang a. Mengobati infeksi yang mendasari kejang b. Pendidikan kesehatan tentang: 1) Tersedianya obat penurun panas yang didapat atas resep dokter
  • 11. 2) Tersedianya obat pengukur suhu dan catatan penggunaan termometer, cara pengukuran suhu tubuh anak, serta keterangan batas-batas suhu normal pada anak ( 36-37ºC). 3) Anak diberi obat antipiretik bila orang tua mengetahuinya pada saat mulai demam dan jangan menunggu sampai meningkat. 4) Memberitahukan pada petugas imunisasi bahwa anaknya pernah mengalami kejang demam bila anak akan diimunisasi. 2. Mencegah cidera saat kejang berlangsung kegiatan ini meliputi: a. Baringkan pasien pada tempat yang rata b. Kepala dimiringkan unutk menghindari aspirasi cairan tubuh c. Pertahankan lidah untuk tidak menutupi jalan napas d. Lepaskan pakaian yang ketat e. Jangan melawan gerakan pasien guna menghindari cidera I. Masalah Keperawatan 1. Pengkajian Hal-hal yang perlu dikaji pada pasien dengan kejang demam menurut Greenberg (1980 : 122 – 128), Paula Krisanty (2008 : 223) : a. Riwayat Kesehatan: 1) Saat terjadinya demam: keluhan sakit kepala, sering menangis, muntah atau diare, nyeri batuk, sulit mengeluarkan dahak, sulit makan, tidak tidur nyenyak. Tanyakan intake atau output cairan, suhu tubuh meningkat, obat yang dikonsumsi 2) Adanya riwayat kejang demam pada pasien dan keluarga 3) Adanya riwayat infeksi seperti saluran pernapasan atas, OMA, pneumonia, faringitis, bronkropeumonia, morbilivarisela dan campak. 4) Adanya riwayat trauma kepala b. Pengkajian fisik 1) Tanda-tanda vital 2) Status hidrasi 3) Aktivitas yang masih dapat dilakukan
  • 12. 4) Adanya peningkatan : suhu tubuh, nadi, dan pernafasan, kulit teraba hangat 5) Ditemukan adanya anoreksia, mual, muntah dan penurunan berat badan 6) Adanya kelemahan dan keletihan 7) Adanya kejang 8) Pada pemeriksaan laboratorium darah ditemukan adanya peningkatan kalium, jumlah cairan cerebrospiral meningkat dan berwarna kuning c. Riwayat Psikososial atau Perkembangan 1) Tingkat perkembangan anak terganggu 2) Adanya kekerasan penggunaan obat – obatan seperti obat penurun panas 3) Akibat hospitalisasi 4) Penerimaan klien dan keluarga terhadap penyakit 5) Hubungan dengan teman sebaya d. Pengetahuan keluarga 1) Tingkatkan pengetahuan keluarga yang kurang 2) Keluarga kurang mengetahui tanda dan gejala kejang demam 3) Ketidakmampuan keluarga dalam mengontrol suhu tubuh 4) Keterbatasan menerima keadaan penyakitnya e. Pemeriksaan Penunjang (yang dilakukan) : 1) Fungsi lumbal 2) Laboratorium : pemeriksaan darah rutin, kultur urin dan kultur darah 3) Bila perlu : CT-scan dan EEG 2. Diagnosa keperawatan a. Hipertermia b.d proses penyakit (peningkatan suhu Tubuh) b. Risiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak b.d trauma di otak c. Risiko cidera b.d kejang/ perubahan kesadaran d. Risiko keterlambatan pertumbuhan b.d kejang berulang
  • 13. 3. Intervensi NO DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN INTERVENSI 1 Hipertermia b.d peningkatan suhu tubuh NOC Thermoregulasion Setelah dilakukan asuhan Keperawatan 2x24 jam, suhu tubuh anak dalam batas normal dengan Kriteria hasil:  Suhu tubuh dalam batas normal  Nadi dan RR dalam rentang normal  Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak ada pusing NIC Fever Treatment 1. monitor suhu sesering mungkin 2. monitor tekanan darah, nadi, dan RR 3. Monitor tingkat kesadaran 4. Kolaborasi pemberian cairan intravena 5. Berikan antipiretik Temperature regulation 1. Monitor suhu minimal tiap 2 jam 2. Monitor tanda-tanda hipertermia 3. Tingkatkan intake cairan dan nutrisi 4. Monitor kualitas nadi 2. Risiko ketidakeektifan perfusi jaringan otak b.d trauma di otak NOC Circulation status Tissue prefusi:cerebral Setelah dilakukan asuhan keperawatan 1x24 jam diharapkan status sirkulasi baik, dengan Kriteria hasil:  Tekanan sistolikdan diastolic dalam batas yang diharapkan  Berkomunikasi dengan jelas  Dan sesuai dengan NIC 1. Monitor adanya daerah tertentu yang hanya peka terhadap panas/dingin/tajam/tumpul 2. Kolaborasi pemberian analgetik 3. Monitor adanya tromboplebitis 4. Berikan oksigen jika diperlukan 5. Monitor Tanda-tanda vital 6. Monitor tingkat kesadaran
  • 14. kemampuan 3 Risiko cidera b.d kehilangan kesadaran NOC Risk control Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan dalam 1x24 jam diharapkan resiko cidera dapat dihindari dengan kriteria :  Klien terbebas dari cidera  Mampu mengenali perubah status kesehatan  Mampu menjelaskan factor resiko NIC Manajemen Lingkungan 1. Sediakan lingkungan yang aman untuk pasien 2. Identifikasi kebutuhan keamanana 3. Pasien sesuai dengan kondisi pasien 4. Hindai lingkungan yang berbahaya 5. Sediakan tempat tidur nyaman dan bersih 6. Anjurkan keluarga untuk menemani pasien 4. Risiko keterlambatan pertumbuhan b.d kejang berulang NOC Growth and development delayed Family coping Setelah dilakukan Asuhan keperawatan 1x24 jam diharapkan resiko keterlambatan dan pertumbuhan dapat dihindari dengan criteria:  Perubahan normal fisik yang biasanya terjadi seiring penuaan usia  Kematangan fisik wanita dan pria  Makanan dan asupan NIC Peningkatan perkembangan anak 1. Ajarkan kepada orang tua tentang penanda perkembangan normal 2. Ajarkan tentang perilaku yang sesuai dengan usia anak 3. Identifikasi dan gunakan sumber pendidikan untuk menfasilitasi perkembangan anak yang optimal 4. Tingkatkan komunikasi verbal dan stimulasi taktil 5. Dorong anak melakukan sosialisasi dengan kelompok 6. Ciptakan lingkungsn ysng aman Manajeman nutrisi 1. Kaji keadekuatan nutrisi
  • 15. cairan bergizi  Kondisi gizi adekuat 2. Tentukan makanan yang disukai anak 3. Pantau kecenderungan kenaikan dan penurunan berat badan
  • 16. DAFTAR PUSTAKA 1. Wong, Donna L, Marilyn Hockenberry-Eaton, David Wilson, etal. Buku Ajar KeperawatanPediatrik Volume 2 Edisi 6. Jakarta: EGC. 2009. 2. Meadow, Ro, dan simon Newell. Pediatrika. Jakarta : Erlangga. 2002. 3. Depkes RI. Perawatan Bayi Dan Anak. Ed 1. Jakarta : Pusat Pendidikan Tenaga 4. Kesehatan, 2005. 5. Lumbantobing,SM.Penatalaksanaan Muthakhir Kejang Pada Anak.Jakarta : FKUI, 2005. 6. Sachann, M Rossa. 2005. Prinsip Keperawatan Pediatric. Jakarta : EGC. 7. Suriadi, dkk. Askep Pada Anak. Jakarta. Pt Fajar Interpratama, 2001. 8. Ngastiyah. Perawatan Anak Sakit, ed 2. Jakarta: EGC, 2005. 9. Hidayat, aziz alimun. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta : Salemba, 2006.