2. Sejarah
Penyakit ini pertama kali
ditemukan oleh William John
Little (1843), yang menyebutnya
dengan istilah cerebral diplegia,
sebagai akibat prematuritas atau
afiksia neonatorum. Sir William
Olser adalah yang pertama kali
memperkenalkan istilah cerebral
palsy, sedangkan Sigmund Freud
menyebutnya dengan istilah
Infantile Cerebral Paralysis.
3. DEFINISI
Cerebral palsy adalah suatu gangguan
atau kelainan yang terjadi pada suatu
kurun waktu dalam perkembangan
anak, mengenai sel-sel motorik di dalam
susunan saraf pusat, bersifat kronik
dan tidak progresif akibat kelainan
atau cacat pada jaringan otak yang
belum selesai pertumbuhannya.
Cerebral palsy adalah istilah yang
mencakup kelompok non-progresif,
tetapi sering berubah, sindrom
gangguan motorik sekunder untuk lesi
atau anomali otak yang timbul pada
tahap awal pembangunan
4. ETIOLOGI
Pranatal :
Malformasi kongenital.
Infeksi dalam kandungan yang dapat
menyebabkan kelainan janin (misalnya;
rubela, toksoplamosis, sifihis,
sitomegalovirus, atau infeksi virus
lainnya).
Radiasi.
Tok gravidarum
Asfiksia dalam kandungan (misalnya:
solusio plasenta, plasenta previa, anoksi
maternal, atau tali pusat yang abnormal).
6. GAMBARAN KLINIK
Gambaran klinik cerebral palsy tergantung dari
bagian dan luasnya jaringan otak yang
mengalami kerusakan.
Paralisis
Dapat berbentuk hemiplegia, kuadriplegia,
diplegia, monoplegia, triplegia. Kelumpuhan
ini mungkin bersifat flaksid, spastik atau
campuran.
Gerakan involunter
Dapat berbentuk atetosis, khoreoatetosis,
tremor dengan tonus yang dapat bersifat
flaksid, rigiditas, atau campuran.
7. Ataksia
Gangguan koordinasi ini timbul karena kerusakan
serebelum. Penderita biasanya memperlihatkan
tonus yang menurun (hipotoni), dan menunjukkan
perkembangan motorik yang terlambat. Mulai
berjalan sangat lambat, dan semua pergerakan
serba canggung.
Kejang
Dapat bersifat umum atau fokal.
Gangguan perkembangan mental
Retarçlasi mental ditemukan kira-kira pada 1/3
dari anak dengan cerebral palsy terutama pada
grup tetraparesis, diparesis spastik dan ataksia.
Cerebral palsy yang disertai dengan retardasi
mental pada umumnya disebabkan oleh anoksia
serebri yang cukup lama, sehingga terjadi atrofi
serebri yang menyeluruh.
8. Mungkin didapat juga gangguan
penglihatan (misalnya: hemianopsia,
strabismus, atau kelainan refraksi),
gangguan bicara, gangguari
sçnsibilitas.
Problem emosional terutama pada
saat remaja.
9. KLASIFIKASI
Tipe spastis atau piramidal.
Pada tipe ini gejala yang hampir
selalu ada adalah :
Hipertoni (fenomena pisau lipat)
Hiperrefleksi yang djsertai klonus
Kecenderungan timbul kontraktur
Refleks patologis.
10. Tipe ekstrapiramidal
Akan berpengaruh pada bentuk tubuh,
gerakan involunter, seperti atetosis,
distonia, ataksia. Tipe ini sering disertai
gangguan emosional dan retardasi mental.
Di samping itu juga dijumpai gejala
hipertoni, hiper refleksi ringan, jarang
sampai timbul klonus.
Tipe campuran
Gejala-gejalanya merupakan campuran
kedua gejala di atas. Misalnya hiperrefleksi
dan hipertoni disertai gerakan khorea
11. Ringan
Penderita masih bisa melakukan pekerjaan
aktifitas sehari-hari
Sedang
Aktifitas sangat terbatas. Penderita
membutuhkan bermacam-macam bantuan
khusus atau pendidikan khusus agar dapat
mengurus dirinya sendiri, dapat bergerak
atau berbicara.
Berat
Penderita sama sekali tidak bisa melakukan
aktifitas fisik dan tidak mungkin dapat
hidup tanpa pertolongan orang lain.
12. DIAGNOSIS
Anamnesis lengkap tentang riwayat
kehamilan, perinatal dan pascanatal
Foto polos kepala, pemeriksaan pungsi
lumbal.
Pemeriksaan EEG terutama pada
pendenita yang memperlihatkan gejala
motorik, seperti
tetraparesis, hemiparesis, atau karena
sering disertai kejang. Pemeriksaan
ultrasonografi kepala atau CT Scan
kepala dilakukan untuk mencoba
mencari etiologi.
13. PROSES KEPERAWATAN
Pengkajian
Identifikasi anak yang mempunyai
resiko
Kaji iritabel anak, kesukaran
dalam makan, perkembangan
terlambat, perkembangan
pergerakan kurang, postur tubuh
yang abnormal
Monitor respon untuk bermain
Kaji fungsi intelektual anak
14. Diagnosa Tujuan Intervensi
Keperawatan
Resiko Anak akan selalu Meningkatkan kebutuhan
injury b/d aman dan keamanan dan mencegah injury
terbebas dari Hindari anak dari benda-benda
spasme injury yang berbahaya
pergeraka
Perhatikan anak saat
n tangan beraktivitas
tidak Beri istirahat bila anak lelah
dapat Gunakan alat pengaman bila
terkendali diperlukan
kan dan Bila ada kejang pasang alat
kejang pengaman dimulut agar lidah
tidak tergigit
15. Diagnosa Tujuan Intervensi
Keperawatan
Gangguan Anak akan memiliki Meningkatkan kemampuan mobilitas fisik
mobilitas fisik kemampuan Kaji pergerakan sendi-sendi dan tonus
b/d spasme dan pergerakan yang otot
kelemahan dan maksimum Lakukan terapi fisik
otot-otot
Lakukan reposisi setiap 2 jam
Evaluasi kebutuhan alat-alat khusus
untuk makan, minum, menulis, membaca
Ajarkan dalam menggunakan alat Bantu
jalan
Ajarkan bagaimana cara menggapai
benda
Ajarkan untuk menggerakkan anggota
tubuh
16. Diagnosa Tujuan Intervensi
Keperawatan
Perubahan Anak akan Meningkatkan kebutuhan tumbuh
tumbuh dan mengeksplorasi kembang dalam tingkat yang optimum
kembang b/d cara belajar dan Kaji tingkat tumbuh kembang
neuromuscular ikut berpartisipasi Ajarkan untuk intervensi awal
dengan anak lain dengan terapi rekreasi dan aktivitas
dalam melakukan sekolah
beberapa aktivita
Berikan aktivitas yang menarik, dan
sesuai dengan anak dan dapat
dilakukan
17. Diagnosa Tujuan Intervensi
Keperawatan
Gangguan komunikasi Anak akan Meningkakan komunikasi
verbal b/d gangguan mengekspresikan tentang Kaji respon dalam
neuromuscular dan kebutuhan dan berkomunikasi
kesukaran dalam artikulasi mengembangkan metode Gunakan kartu/ gambar-
dalam berkomunikasi gambar/ papan tulis untuk
dengan orang lain memfasilitasi komunikasi
Rujuk keahli terapi
tertawa
Ajarkan dan kaji makna
non verbal
18. Diagnosa Tujuan Intervensi
Keperawatan
Perubahan nutrisi kurang dari Kebutuhan status nutrisi anak Meningkatkan kebutuhan
kebutuhan tubuh b/d kesukaran akan tetap terpenuhi yang status nutrisi
menelan dan meningkatnya ditandai dengan berat badan Kaji pola makan anak
aktivitas dalam batas normal Timbang berat badan anak
setiap hari
Berikan nutrisi yang adekuat
dan makanan yang disukai,
banyak mengandung protein,
mineral dan vitamin
Berikan makanan ekstra yang
mengandung banyak kalori
Bantu anak dalam memenuhi
kebutuhan sehari-hari dengan
kemampuannya
19. Diagnosa Tujuan Intervensi
Keperawatan
Resiko aspirasi Anak tidak Mencegah terjadinya aspirasi
b/d gangguan mengalami aspirasi Lakukan suction segera bila ada
neuromuscular secret
Berikan posisi tegak lurus atau
setengah duduk saat makan dan
minum
Kaji pola pernafasan
20. Diagnosa Tujuan Intervensi
Keperawatan
Kurangnya Kebutuhan sehari- Memenuhi kebutuhan sehari-
perawatan diri hari pada anak hari
b/d spasme otot terpenuhi Kaji tingkat kemampuan anak
meningkatnya dalam memenuhi kebutuhan
aktivitas, sehari-hari
perubahan Bantu anak dalam pemenuhan
kognitif kebutuhan
Libatkan keluaga dan bagi
anak yang kooperatf dalam
pemenuhan kebutuhan sehari-
hari
21. Diagnosa Tujuan Intervensi
Keperawatan
Perubahan Anak akan Meningkatkan kebutuhan
proses fikir menunjukkan intelektual
b/d serebral tingkat Kaji tingkat pemahaman anak
injury, kemampuan Ajarkan dalam memahami
ketidakmamp belajar yang sesuai percakapan dengan verbal atau
uan belajar non verbal
Ajarkan menulis dengan papan
tulis atau alat lain
Ajarkan membaca dan menulis
sesuai dengan kebutuhannya
22. Diagnosa Tujuan Intervensi
Keperawatan
Kurangnya Keluarga dapat Meningkatkan pengetahuan dalam
pengetahuan menunjukkan memenuhi kebutuhan perawatan
b/d perawatan pemahaman anak
di rumah dan terhadap Kaji tingkat pengetahuan orang
kebutuhan kebutuhan tua
terapi perawatan anak Ajarkan orangtua untuk
yang ditandai mengekspresikan perasaan
dengan ikut tentang kondisi anak
berperan aktif
dalam perawatan Ajarkan orang tua dalam
anak memenuhi kebutuhan perawatan
anak