Ringkasan dokumen tersebut adalah:
(1) Dokumen tersebut membahas tentang penatalaksanaan kegawatdaruratan obstetri seperti preeklampsia berat, eklampsia, dan perdarahan pascasalin; (2) Beberapa penatalaksanaan yang disebutkan adalah pemberian oksigen, magnesium sulfat, dan nifedipin untuk PEB serta resusitasi cairan dan uterotonika untuk perdarahan pascasalin; (3) Dokumen tersebut juga membahas tentang k
2. kasus
• Seorang wanita 30 tahun G3P2A0 hamil 34 minggu
datang ke igd dengan kejang
- apa tindakan anda sebagai dokter/ bidan PONED??
• Seorang P5A0 post partum 2 jam yang lalu dirujuk
dikarenakan perdarahan setengah ember, pasien lemah
TD 80/60 N : 110x/mnt S: 35,8 P :24 x/menit, TFU 1 jari
atas pusat kontraksi lembek.
- apa tindakan anda sebagai dokter/bidan PONED??
3. • Gawat darurat :Keadaan yang harus ditangani segera dan
mengacam nyawa
• Banyak kasus gawat darurat pada obstetri,dan ginekologi
7. 1. Hipertensi dalam kehamilan
• Hipertensi gestasional : kenaikan tekanan darah yang
hanya dijumpai dalam kehamilan sampai 12 minggu
pasca persalinan
• Hipertensi Kronis: hipertensi yang sudah dijumpai
sebelum kehamilan, selama kehamilan, sampai sesudah
masa nifas
• Superimposed preeklampsia : adalah gejala dan tanda
preeklampsia muncul sesudah kehamilan 20 minggu
pada wanita yg sebelumnya menderita hipertensi kronis
• Preeklampsia, preeklampsia berat, eklampsia : ditemukan
tanda2 klinik
8. A. Preeklampsia
• Hipertensi 140/90 mmhg (pd 2x pemeriksaan berjarak 15 menit
menggunakan lengan yang sama) terjadi pd kehamilan > 20 mg dengan atau
tanpa proteinuria dipstik > +1, disertai adanya gangguan organ:
1. Trombositopenia : trombosit < 100.000 / ml
2. Gangguan ginjal : Cr >1,1 mg/dL atau Cr meningkat tanpa gangguan ginjal
3. Gangguan liver : ↑↑ SGPT 2 kali normal dan atau nyeri di daerah epigastrik /
regio kanan atas abdomen
4. Edema Paru
5. Gejala neurologis : stroke, nyeri kepala, gangguan visus
6. Gangguan sirkulasi uteroplasenta : Oligohidramnion, Fetal Growth
Restriction (FGR) atau adanya absent or reversed end diastolic velocity
(ARDV)
9. B. Preeklampsia Berat (PEB)
• Hipertensi 160/110 mmhg (pd 2x pemeriksaan berjarak 15 menit
menggunakan lengan yang sama) terjadi pd kehamilan > 20 mg dengan atau
tanpa proteinuria dipstik > +1, disertai adanya gangguan organ:
1. Trombositopenia : trombosit < 100.000 / ml
2. Gangguan ginjal : Cr >1,1 mg/dL atau Cr meningkat tanpa gangguan ginjal
3. Gangguan liver : ↑↑ SGPT 2 kali normal dan atau nyeri di daerah epigastrik /
regio kanan atas abdomen
4. Edema Paru
5. Gejala neurologis : stroke, nyeri kepala, gangguan visus
6. Gangguan sirkulasi uteroplasenta : Oligohidramnion, Fetal Growth
Restriction (FGR) atau adanya absent or reversed end diastolic velocity
(ARDV)
10. C. Eklampsia
• Adalah kelainan akut pada wanita hamil dalam persalinan
atau nifas yang ditandai dengan timbulnya kejang dan
atau koma
12. • Definisi Tradisional
– Kehilangan darah > 500 mL pada persalinan pervaginam
– Kehilangan darah > 1000 mL pada seksio caesaria
• Definisi Fungsional
– Kehilangan darah yang potensial mengakibatkan ketidakstabilan
hemodinamik
• Insiden
– sekitar 5% dari seluruh persalinan
PERDARAHAN PASCA SALIN
14. • Faktor risiko HPP - Antepartum
– Riwayat HAP sebelumnya atau plasenta manual
– Solusio plasenta, terutama jika tidak terdeteksi
– Kematian fetus intrauterine
– plasenta previa
– Hipertensi dalam kehamilan dengan proteinuria
– Regangan berlebihan pada uterus (mis. gemelli, polihidramnion)
– Kelainan perdarahan sebelum kehamilan (mis. ITP)
Postpartum Hemorrhage
15. • Faktor resiko HPP - Intrapartum
– Persalinan operatif – s.c atau pervaginam dengan alat
– Persalinan lama
– Persalinan cepat
– induksi atau augmentasi
– Korioamnionitis
– Distosia bahu
– Versi podalik internal dan ekstraksi bayi kembar yang kedua
– Koagulopati yang didapat (mis. HELLP, DIC)
Postpartum Hemorrhage
18. PENERAPAN SKEMA PENILAIAN AWAL YANG
TEPAT
Penanganan awal yang cepat membutuhkan pengenalan segera
untuk masalah spesifik serta tindakan yang cepat.
Hal ini dapat dilakukan dengan :
1. Melatih semua staff agar dapat bereaksi semestinya
saat seorang ibu datang ke fasilitas dengan
kegawatdaruratan obstetri.
2. Latihan keterampilan klinis dan kegawatdaruratan yang
melibatkan staff untuk memastikan kesiapan mereka.
3. Memastikan semua akses terbuka dan peralatan
berfungsi dengan semestinya dan para staff terlatih
menggunakan peralatan tersebut.
19. 4. Adanya prosedur tetap untuk mengenali
kegawatdaruratan yang sebenarnya dan tahu
bagaimana reaksi secepatnya
5. Mampu mengenali secara jelas seluruh ibu
yang berada diruang tunggu, ibu yang mana
perlu perhatian segera, meski mereka hanya
menunggu konsultasi rutin.
6. Menyetujui dengan suatu perjanjian bahwa ibu
dalam kondisi gawat dapat diabaikan masalah
pembayarannya, paling sedikit untuk waktu
tertentu.
20. Kemampuan suatu fasilitas untuk menangani
suatu kegawatdaruratan harus dinilai dan
diperkuat dengan latihan-latihan
kegawatdaruratan yang berulang
21. Penanganan Awal
Dalam menangani suatu kegawatdaruratan :
1. Tetaplah tenang. Berpikir secara logis dan pusatkan
perhatian pada kebutuhan ibu.
2. Jangan tinggalkan ibu tersebut tanpa ada yang menjaganya
3. Ambillah tanggung jawab. Hindari kebingungan dengan
menugaskan seseorang sebagai penanggung jawab
4. MINTA TOLONG. Mintalah satu orang untuk mencari
pertolongan dan orang lainnya untuk mengambil peralatan dan
obat-obatan yang dibutuhkan ( seperti tabung oksigen dan
peralatan kegawatdaruratan )
22. 5. Jika ibu tidak sadar, nilai jalan nafas, pernafasan dan
sirkulasi
6. Jika dicurigai terjadi syok, segera mulai penatalaksanaan
syok.
7. Letakkan ibu dalam posisi berbaring miring dengan sisi
kirinya dibawah dan kaki dinaikkan. Longgarkan pakaian
yang ketat.
8. Bicaralah dengan ibu tersebut dan bantu ia untuk tetap
tenang. Tanyakan apa yang terjadi dan apa gejala yang ia
alami.
9. Lakukan pemeriksaan secara cepat termasuk tanda vital
( tekanan darah, nadi, pernafasan, suhu tubuh ) dan warna
kulit. Perkirakan jumlah darah yang hilang dan nilai tanda
dan gejala yang ada.
24. dosis MgSO4 20%
a. Loading 4gr dalam 15 menit ( 20cc MgSO4 dlm
200cc RL 40tpm)
b. Maintenance 1 gr/ jam selama 24 jam
1. 10gr/ 50cc/ 2flacon dalam 500cc RL 18tpm habis 10 jam
2. 10 gr/ 50cc/ 2flacon dalam 500cc RL 18tpm habis 10 jam
3. 4 gr/ 20cc dalam 200cc RL 18tpm habis dalam 4 jam
25. 2. Eklampsia (persiapan rujuk)
• belum masuk MgSO4 maka masuk dosis loading :
jika kejang berlanjut 1x :
• 2gr MgSO4 20% / 10cc MgSO4 20% bolus pelan
jika kejang berlanjut 2x :
• 2gr MgSO4 20% / 10cc MgSO4 20% bolus pelan
26. • Tatalaksana - Nilai fundus
– simultan dengan ABC
– Atonia merupakan penyebab utama Perdarahan Post
partum
– Jika lembek masase bimanual
• singkirkan inversio uteri
• mungkin terdapat trauma traktus bagian bawah
• evakuasi bekuan darah dari vagina dan servik
• membutuhkan eksplorasi manual pada saat ini
3. Perdarahan Pascasalin
27. Derajat Syok
Kompensasi Ringan Sedang Berat
Kehilangan
darah (ml)
500-1000 (10-
15%)
1000-1500
(15-25%)
1500-2000
(25-35%)
2000-3000
(35-45%)
Perubahan
TDS (mmHg)
Tidak ada 80-100 70-80 50-70
Tanda dan
gejala
Palpitasi,
pusing,
takikardi
Lemah,
berkeringat,taki
kardi
Gelisah,
muka pucat,
oliguri
Kolaps,
haus udara,
anuri
PENEMUAN KLINIS PD PERDARAHAN POSTPARTUM
SOGC,2000
28. Kelas I Kelas II Kelas III Kelas IV
Kehilangan
darah
Smp 750 750-1500 1500--2000 >2000
(%) Smp 15 15-30 30-40 >40
Denyut nadi <100 >100 >120 >140
Tek.darah Normal Normal Menurun Menurun
Tek.Nadi Normal/
naik
menurun menurun Menurun
Respirasi 14-20 20-30 30-40 >35
Urin output >30 20-30 5-15 Tdk berarti
Status mental Sedikit cemas Agak cemas Cemas,
bingung
Bingung,lesu
(lethargi)
Pengganti
cairan(3:1)
Kristaloid kristalod Kristaloid dan
darah
Kristaloid dan
darah
29. Penanganan syok
• Resusitasi syok hemoragik
1. Atasi perfusi jaringan
2. Baringkan terlentang dengan kaki ditinggikan
3. Bebaskan jalan napas
4. Beri O2 5-10 l/m
5. Resusitasi cairan
6. Pasang kateter
30. Resusitasi cairan
1. Pasang abocath no 16 G (2 jalur) dengan tranfusi set dan ambil
contoh darah dan pasang kateter urin
2. Berikan RL atau Nacl fisiologis sebanyak 2-3 x darah yg keluar
dgn tetesan cepat selama 20-30 menit
3. Pada syok hemoragik berat dapat diberika cairan koloid seperti
dekstran sebanyak 10-20 ml/kgbb setelah cairan kristoloid
masuk
4. Tentukan penyebab
31. Keberhasilan terapi syok
• Tekanan cvp 3-8 cm H2O
• Produksi urin 0,5 ml/kg bb/jam
• Kesadaran membaik
• Perfusi jaringan meningkat
• Curah jantung meningkat > 3,5 L/m
32. Perdarahan Pascasalin
Klasifikasi Penyebab Faktor risiko Manajemen
Tonus Atonia uteri
Kegagalan uterus
untuk berkontraksi
segera
Ciri:
Uterus membesar
Terasa lembek
Overdistensi uterus
Bayi besar, bayi
kembar, hidramnion
Induksi persalinan
Kesalahan
manajemen aktif kala
3, riw. Atoni
sebelumnya
Williams Obstetric 24th ed, WHO
Manajemen aktif kala 3:
a. Oksitosin 10 IU IM or 20 IU
IV dala 1000 ml kristaloid
10 ml/menit
b. Peregangan tali pusat
terkendali
c. Masase uterus
1 g asam traneksamat
Kompresi bimanual 5’
Tamponade balon
Bedah: B-Lynch suture,
histerektomi, ligasi arteri
hipogastrika
Rujuk
33. Uterotonika
Williams Obstetric 24th ed
Jenis Oksitosin Ergometrin Misoprostol
Dosis IV: 20 IU 1L
kristaloid tetesan
cepat
IM: 10 IU
IM/ IV 0,2 mg
lambat
Oral/ rektal 400
mcg dapat diulang
sampai 1200 mcg
Dosis lanjutan IV: 20 IU 1L
dengan 40 tpm
0,2 mg IM setelah
15’
400 mcg 2-4 jam
setelah dosis awal
Dosis maksimal 3 L larutan Total 1 mg Total 1200 mcg
Kontraindikasi Pemberian IV
secara cepat/
bolus
Preeklampsia
Hipertensi
Vitium cordis
Nyeri kontraksi
Asma
36. Kondom kateter
Persiapan alat
•Selaput kondom kateter
•Strip elastic
•Kantung penampung urine dengan selang
drainase
•Baskom dengan air hangat dan sabun
•Handuk dan waslap
•Selimut mandi
•Sarung tangan
•Gunting
•Prosedur
– Cuci tangan
– Tutup pintu atau tirai samping tempat tidur
– Jelaskan prosedur pada klien
– Gunakan sarung tangan
– Bantu klien pada posisi terlentang. Letakkan selimut diatas bagian
tubuh bagian atas dan tutup ekstremitas bawahnya dengan selimut
mandi sehingga hanya genitalia yang terpajan
– Bersihkan genitalia dengan sabun dan air, keringkan secara
menyeluruh
– Siapkan drainase kantong urine dengan menggantungkannya ke
rangka tempat tidur.
– Dengan tangan nonn dominan genggam penis klien dengan kuat
sepanjang batangnya. Dengan tangan dominan, pegang kantung
kondom pada ujung penis dan dengan perlahan pasangkan pada
ujung penis
– Sisakan 2,5 sampai 5 cm ruang antara glands penis dan ujung
kondom
– Lilitkan batang penis dengan perekat elastic.
– Hubungkan selang drainase pada ujung kondom kateter
– Posisikan klien pada posisi yang aman
– Pasien dirapihkan kembali
– Alat dirapihkan kembali
– Mencuci tangan
– Melaksanakan dokumentasi :
• Catat tindakan yang dilakukan dan hasil serta respon klien pada
lembar catatan klien
• Catat tgl dan jam melakukan tindakan dan nama perawat yang
melakukan dan tanda tangan/paraf pada lembar catatan klien
37. Tissue Retensio plasenta
Plasenta belum
lahir 30 menit
setelah bayi lahir,
uterus kontraksi
kuat, perdarahan
segera
Sisa plasenta
Perdarahan,
kontraksi baik,
subinvolusi uteri
Plasenta belum
terlepas dari dinding
uterus: plasenta
akreta, inkreta,
perkreta
Plasenta sudah lepas
tapi belum dilahirkan
(inkarserasio
plasenta)
Williams Obstetric 24th ed, WHO
Antibiotika
20-40 IU IV 1L kristaloid tetes
cepat
Manual plasenta
Rujuk
Insisi histerotomi
Histerektomi
Plasenta In Situ
Analgesia
Oksitosin 10 IU IM
Antibiotik
AVM/ Kuretase
Rujuk
40. Trauma Inversio uteri
Fundus uteri memasuki
kavum uteri
St 1: FU menonjol di kavum
uteri
St 2: korpus uteri terbalik
dalam vagina
St 3: Uterus dan vagina
keluar dari introitus vagina
Gejala: FU tidak teraba di
perut atau VT teraba tumor
diatas serviks uteri atau
dalam vagina, nyeri hebat
Williams Obstetric 24th ed
Perasat Crede
Tarikan tali
pusat sebelum
plasenta lepas
Atoni uteri
Pelekatan
plasenta
abnormal
Implantasi
plasenta di
fundus uteri
Reposisi uterus
dengan analgesia
Tokolitik (terbutalin,
MgSO4, nitrogliserin)
Setelah reposisi
berhasil: Oksitosin 10
IU IM dan kompresi
bimanual sampai
kontraksi uterus
membaik
Laparatomi tekhnik
Haultein
42. Laserasi jalan lahir
Ruptur perineum
St 1: selaput vagina dengan
/tanpa kulit perineum
St 2: robekan sampai otot perinei
transversalis
St 3: seluruh perineum dan otot
spinter ani
St 4: robekan sampai mukosa
rektum
Kolporeksis
Robekan vagina bagian atas
sehingga sebagian serviks dan
uterus terlepas dari vagina
Robekan serviks
Williams Obstetric 24th ed, WHO
Partus presipitatus
Persalinan sungsang
Peralinan dengan alat
Gejala dan tanda:
Perdarahan
Uterus kontraksi
Plasenta lengkap
St 1-3: penjahitan
robekan
St 4: rujuk
1 g asam traneksamat
Rujuk
Penjahitan robekan
1 g asam traneksamat
Definition and Incidence – We traditionally underestimate blood loss and should probably use a more physiological definition of PPH.
Etiology Slide – The 4 T’s are a useful way to remember to consider all possible etiologies of PPH.
.Antepartum Risk Factors Slide – By anticipating PPH in those patients at greater risk, measures such as IV in situ for delivery may result in reduced blood loss due to more efficient treatment or prevention. You can use the “4 T’s” to demonstrate how each is a risk factor.
.Intrapartum Risk Factors Slide – as with slide #5