SlideShare a Scribd company logo
1 of 8
PERMASALAHAN EROSI DAN ABRASI DI PANTAI
DADAP
Abrasi merupakan suatu kejadian pengikisan pantai akibat gelombang dan arus laut yang
sifatnya merusak. Abrasi seringkali disebut dengan erosi pantai karena kerusakan yang
terjadi di sekitar pantai. Hal ini bisa terjadi apabila keseimbangan alam di daerah pantai
tersebut mulai terganggu dan dikategorikan sebagai salah satu bencana akibat
ketidakseimbangan ekosistem di dalamnya. Tak bisa dipungkiri bahwa terjadinya abrasi
juga dapat disebabkan oleh campur tangan manusia yang kurang peduli terhadap
keseimbangan alam dan memperhatikan lingkungannya.
Erosi adalah gejala alam yang sering kita dengar dan baca, baik di media cetak maupun
elektronik. Istilah ini kerap kali dihubungkan dengan kerusakan tanah pertanian, hutan,
atau meluasnya lahan kritis. Pernyataan ini tidak seluruhnya benar sebab dalam batas-batas
tertentu proses erosi tidak menimbulkan kerusakan alam.
Secara sederhana, erosi dapat diartikan sebagai proses pelepasan dan pemindahan massa
batuan dari suatu wilayah ke wilayah lainnya. Erosi terdiri atas tiga tahapan antara lain
sebagai berikut:
1. detachment yaitu pelepasan batuan dari massa induknya;
2. transportasi yaitu pemindahan batuan yang terkikis dari suatu tempat ke tempat
lain;
3. sedimentasi yaitu pengendapan massa batuan yang terkikis.
Berdasarkan kecepatannya, erosi dibedakan menjadi dua jenis, yaitu erosi geologi dan
erosi tanah. Erosi geologi adalah bentuk pengikisan proses pengikisan atau penghancuran
tanahnya relatif seimbang dengan proses pembentukannya. Gejala alam ini dapat dikatakan
tidak menimbulkan kerusakan lingkungan.
Erosi tanah atau dinamakan pula erosi yang dipercepat (accelerated erosion) yaitu bentuk
erosi yang proses penghancuran tanah (batuan) jauh lebih cepat dibandingkan dengan pem
bentukannya. Erosi tanah biasanya dipercepat oleh aktivitas manusia dalam menge lola
lahan tanpa memperhatikan unsur-unsur kelestarian alam. Erosi jenis inilah yang sering
kali menimbulkan permasalahan kerusakan sumberdaya lahan.
Selain berdasarkan kecepatannya, erosi dapat pula diklasifikasikan berdasarkan zat pelaku
atau pengikisnya, yaitu erosi air, erosi angin, erosi gelombang laut, dan erosi glasial.
a) Erosi Air
Massa air yang mengalir, baik gerakan air di dalam tanah maupun di permukaan Bumi
berupa sungai atau air larian permukaan selamban apapun pasti memiliki daya kikis.
Sedikit demi sedikit, air yang mengalir itu mengerosi batuan atau tanah yang dilaluinya.
Semakin cepat gerakan air mengalir, semakin tinggi pula daya kikisnya. Oleh karena itu,
sungai-sungai di wilayah perbukitan atau pegunungan yang alirannya deras memiliki
lembah yang lebih curam dan dalam dibandingkan dengan sungai di wilayah dataran yang
alirannya relatif tenang.
Secara umum dilihat dari tahapan kerusakan tanah yang terkikis, erosi air terdiri atas
empat tingkatan, yaitu sebagai berikut.
 Erosi Percik (Splash Erosion)
Erosi percik merupakan bentuk pengikisan tanah oleh percikan air hujan. Pada saat titik air
hujan memercik ke permukaan tanah, butiran-butiran air akan menumbuk kemudian
mengikis partikel tanah serta memindahkannya ke tempat lain di sekitarnya.
 Erosi Lembar (Sheet Erosion)
Erosi lembar merupakan tahapan kedua dari erosi air. Pada tahapan ini, lapisan tanah
paling atas (top soil) yang kaya akan bahan humus penyubur tanah hilang terkikis sehingga
tingkat kesuburan dan produktivitasnya mengalami penurunan. Ciri-ciri tanah yang telah
mengalami erosi lembar antara lain:
1. air yang mengalir di permukaan berwarna keruh (kecokelatan) karena banyak
mengandung partikel tanah;
2. warna tanah terlihat pucat karena kadar humus (bahan organik) rendah;
3. tingkat kesuburan tanah sangat rendah.
 Erosi Alur (Riil Erosion)
Jika proses erosi lembar terus berlangsung maka pada permukaan tanah akan terbentuk
alur-alur yang searah dengan kemiringan lereng. Alur-alur erosi ini merupakan tempat air
mengalir dan mengikis tanah.
 Erosi Parit (Gully Erosion)
Pada tahap ini alur-alur erosi berkembang menjadi parit-parit atau lembah yang dalam
berbentuk huruf U atau V. Erosi parit banyak terjadi di wilayah yang memiliki kemiringan
tinggi dengan tingkat penutupan vegetasi (tetumbuhan) sangat sedikit. Untuk mengem
balikan kesuburan tanah kritis yang telah mengalami erosi parit diperlukan biaya yang
sangat mahal.
Di sepanjang aliran sungai terjadi pula proses erosi oleh arus air. Proses pengikisan yang
mungkin terjadi sepanjang aliran sungai antara lain sebagai berikut.
1. Erosi Tebing Sungai, yaitu erosi yang bekerja pada dinding badan sungai sehingga
lembah sungai bertambah lebar.
2. Erosi Mudik, yaitu erosi yang terjadi pada dinding air terjun (jeram). Akibat erosi
mudik, lama-kelamaan lokasi air terjun akan mundur ke arah hulu.
3. Erosi Badan Sungai, yaitu erosi yang berlangsung ke arah dasar sungai (badan
sungai) sehingga lembah sungai menjadi semakin dalam. Jika erosi badan sungai
ini berlangsung dalam waktu geologi yang sangat lama maka akan terbentuk
ngarai-ngarai yang sangat dalam, seperti Grand Canyon di Sungai Colorado
(Amerika Serikat).
b) Erosi Angin
Erosi oleh pengerjaan angin (deflasi) banyak terjadi di daerah gurun beriklim kering yang
sering terjadi badai pasir yang dikenal dengan istilah harmattan atau chamsina. Pada saat
kejadian angin kencang tersebut, butiran-butiran kerikil dan pasir yang terbawa angin akan
mengikis bongkah batuan yang dilaluinya.
c) Erosi Gelombang Laut
Erosi oleh gelombang laut dinamakan pula abrasi atau erosi marin. Gelombang laut yang
bergerak ke arah pantai mampu mengikis bahkan memecahkan batu-batu karang di pantai,
kemudian diangkut ke tempat-tempat lain di sekitarnya atau ke arah laut dan samudra.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kekuatan abrasi antara lain sebagai berikut.
1. Kekerasan batuan, semakin keras jenis batuan yang ada di pantai, semakin tahan
terhadap erosi.
2. Gelombang laut, semakin besar gelombang yang bergerak ke arah pantai, semakin
besar kemungkinannya untuk mengerosi wilayah pantai.
3. Kedalaman laut di muka pantai, jika laut yang terletak di muka pantai merupakan
laut dalam, gelombang laut yang terjadi lebih besar dibandingkan dengan laut yang
dangkal, sehingga kekuatan erosi akan lebih besar.
4. Jumlah material yang dibawa gelombang terutama kerikil dan pasir, semakin
banyak material yang diangkut semakin kuat daya abrasinya.
Bentang alam khas yang sering kita jumpai sebagai akibat adanya abrasi antara lain
sebagai berikut.
1. Cliff, yaitu pantai yang berdinding curam sampai tegak.
2. Relung, yaitu cekungan-cekungan yang terdapat pada dinding cliff.
3. Dataran Abrasi, yaitu hamparan wilayah dataran akibat abrasi. yang dapat dilihat
dengan jelas saat air laut surut.
4. Gua laut (Sea Cave).
d) Erosi Glasial
Erosi glasial adalah bentuk pengikisan massa batuan oleh gletser, yaitu massa es yang
bergerak. Gletser terdapat di wilayah kutub atau di pegunungan tinggi yang puncaknya
senantiasa tertutup oleh lembaran salju dan es, seperti Pegunungan Jayawijaya, Rocky, dan
Himalaya. Massa gletser yang bergerak menuruni lereng pegunungan akibat gaya berat
maupun pencairan es akan mengikis daerah-daerah yang dilaluinya. Massa batuan hasil
pengikisan yang diangkut bersama-sama dengan gerakan gletser dinamakan morain.
Ciri khas bentang alam akibat erosi glasial adalah adanya alur-alur yang arahnya relatif
sejajar pada permukaan batuan sebagai akibat torehan gletser. Jika erosi gletser ini terus-
menerus berlangsung dalam waktu yang sangat lama, akan terbentuk lembah-lembah yang
dalam, memanjang, dan searah dengan gerakan gletser.
PERMASALAHAN ABRASI DI PANTAI DADAP,
INDRAMAYU
Abrasi adalah suatu proses pengikisan tanah / pantai yang disebabkan oleh hantaman
tenaga gelombang laut, arus laut, sungai, pasang surut laut, gletser dan angin yang bersifat
merusak di sekitarnya. Abrasi disebut juga dengan erosi pantai. Abrasi berasal dari bahasa
Latin yakni Abradĕre atau Abrasio, yang berarti "keributan". Intensitas Abrasi tergantung
pada, konsentrasi kecepatan kekerasan ombak , dan massa partikel yang bergerak. Akibat
dari Abrasi ini adalah pembentukan sebuah tebing yang bisa mencapai beberapa meter
hingga puluhan kilometer.
Penyebab Terjadinya Abrasi
Abrasi terjadi karena naiknya permukaan air laut di seluruh dunia karena mencairnya
lapisan es di daerah kutub bumi. Pencairan ES ini diakibatkan oleh pemanasan Global.
Pemanasan Global ini terjadi karena gas-gas CO2 yang berasal dari asap pabrik maupun
dari gas kendaraan bermotor menghalangi keluarnya gelombang panas dari matahari yang
dipantulkan oleh bumi, sehingga panas tersebut akan terperangkap dalam atmosfer bumi
sehingga mengakibatkan suhu permukaan bumi meningkat. dan membuat ES di Kutub
mencair, dan permukaan air laut akan mengalami peningkatan diseluruh dunia dan
menggerus daerh permukaan yang rendah. Ini menjadi bukti bahwa pencemaran
lingkungan erat kaitannya dengan Abrasi ini.
Contoh garis pantai yang mengalami abrasi adalah didaerah pesisir pantai wialayah
Indramayu. Abrasi yang terjadi di wilayah ini mampu menenggelamkan daratan dua
sampai sepuluh meter per tahunnya, dan sekarang dari panjang pantai seratus empat belas
KM telah tergerus lima puluh KM.
Abrasi terus mengancam garis pantai di Kabupaten Indramayu. Kondisi itu pun
mengancam rumah maupun lahan sawah milik warga yang berdekatan dengan pantai.
Kepala Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Indramayu Aep Surahman menjelaskan, total
panjang garis pantai di Kabupaten Indramayu mencapai 147 kilometer. Dari panjang
tersebut, 50 persen di antaranya terkena abrasi.
‘’Sekitar 70 kilometer pantai di Indramayu yang terkena abrasi,’’ ujar Aep.
Adapun pesisir pantai yang tergerus abrasi itu, di antaranya tersebar di Kecamatan
Juntinyuat, Krangkeng, Indramayu, Pasekan, Losarang, Kandanghaur, Sukra dan Patrol.
Aep mengatakan, abrasi terjadi karena pengaruh faktor alam dan maupun aktifitas
pembangunan. Untuk faktor alam, di antaranya akibat karakteristik pantai di Indramayu
yang berupa aluvial sehingga lapisan tanahnya gembur. Kondisi tersebut menyebabkan
pantai akan terkikis jika terkena gelombang tinggi.
Aep menambahkan, faktor penyebab lain terjadinya abrasi adalah rusaknya hutan
mangrove yang berfungsi sebagai penahan abrasi. Tak hanya itu, pembangunan yang
menjorok ke laut dan pencemaran laut juga menjadi faktor penyebab terjadinya abrasi.
Untuk pencemaran laut, awalnya akan menyebabkan tanaman mangrove menjadi mati.
Saat tanaman mangrove mati itulah, menyebabkan tak ada lagi penahan abrasi pantai.
Aep mengungkapkan, untuk mengatasi abrasi, maka bisa dilakukan upaya vegetasi dan
sipil teknis. Untuk vegetasi, dilakukan dengan cara menanam kembali hutan mangrove.
Sedangkan cara sipil teknis, dengan membangun break water atau tembok penahan ombak.
‘’Kami sangat mengharapkan kesadaran masyarakat untuk tidak merusak tanaman
mangrove karena perannya yang sangat besar dalam mencegah abrasi,’’ tegas Aep.
Menurut Aep, dampak dari abrasi selama ini telah membuat rumah-rumah waga maupun
lahan usaha warga, seperti misalnya sawah, menjadi hilang. Begitu pula dengan biota laut
yang mengalami kerusakan sehingga menyulitkan nelayan dalam mencari ikan.
Dampak abrasi itu seperti yang dialami warga di Blok Kemisan, Desa Dadap Wetan,
Kecamatan Juntinyuat, Kabupaten Indramayu. Di daerah tersebut, sekitar sembilan unit
rumah warga hilang terkena abrasi pada 2007 silam.
‘’Abrasi mulai terjadi sejak dibangunnya pelabuhan ikan di Desa Dadap pada 2005 lalu,’’
ujar mantan ketua RT 03 RW 03 Desa Dadap Wetan Wasikin.
Wasikin menjelaskan, sebelumnya jarak antara pantai dan pemukiman warga dua
kilometer. Namun saat ini, jarak antara pantai dan pemukiman warga hanya sekitar 50
meter.
Seorang warga setempat, Ramida mengatakan, kini selalu dilanda ketakutan jika musim
ombak tinggi tiba. Pasalnya, ombak akan masuk ke dalam rumah.
‘’Saya takut rumah akan ambruk terkena ombak seperti rumah warga lainnya,’’ tutur
Ramida.
Ketakutan serupa juga disampaikan seorang warga Desa Mekarsari, Kecamatan Patrol,
Durniya. Dia menyebutkan, abrasi yang melanda pesisir Patrol sudah terjadi sejak puluhan
tahun lalu.
Saat ini, abrasi semakin parah dan mengancam sawah-sawah milik warga yang ada di
pinggir pantai.
Abrasi pantai yang menggerus pantai di wilayah Indramayu memang merupakan persoalan
klasik. Salah satunya terjadi di pantai Desa Dadap Kecamatan Juntinyuat. Di tempat ini
abrasi semakin parah, bahkan sudah mendekati rumah penduduk. Bahkan sejumlah pipa
Pertamina juga ikut terancam.
Menurut penuturan sejumlah warga, kondisi seperti ini memang terjadi sejak lama. Warga
setempat juga mengaku khawatir kalau abrasi akan menyerang rumah mereka. Seperti
diungkapkan Surnawan, abrasi yang terjadi memang semakin parah, dan penahan ombak
yang dipasang juga tak banyak membantu.
“Akibat abrasi, sekarang jarak laut hanya beberapa meter saja dari pipa pertamina.Penahan
ombak yang terpasang di sepanjang pantai juga tidak banyak membantu,” ujarnya.
Ia berharap pantai Dadap yang semakin parah kondisi bisa dipasang penahan ombak yang
lebih banyak lagi. Karena kalau tidak demikian kondisinya dikhawatirkan semakin parah.
Sementara itu, sekretaris koalisi masyarakat pesisir Indramayu (Kompi),Iing Rohimin
mengatakan, pantai dadap merupakan salah satu pantai yang kondisinya cukup parah
terkena dampak abrasi. “Tanaman mangrove yang ditanam pun banyak yang mati. Kondisi
ini jika tidak dilakukan pencegahan secara darurat, akan semakin meluas ancaman
abrasinya,” kata dia.
Secara keseluruhan, pesisir pantai Kabupaten Indramayu, semakin parah kondisinya saat
ini. Dari 147 km panjang garis pantai Indramayu, 60 persen di antaranya tergerus abrasi.
Kasi Konservasi dan Pemulihan Kualitas Lingkungan Hidup kantor lingkungan hidup
kabupaten Indramayu, Suhartati mengatakan,pesisir pantai yang tergerus abrasi itu, di
antaranya tersebar di Kecamatan Juntinyuat, Krangkeng, Indramayu, Pasekan, Losarang,
Kandanghaur, Sukra dan Patrol.
Suhartati menjelaskan, abrasi terjadi akibat pengaruh faktor alam dan aktifitas
pembangunan. Untuk faktor alam, di antaranya akibat karakteristik pantai di Indramayu
yang memang mengandung lumpur dan berpasir.
Suhartati menambahkan, faktor penyebab lain terjadinya abrasi adalah rusaknya hutan
mangrove yang berfungsi sebagai penahan abrasi. Dia menjelaskan, dari total luas hutan
mangrove 8.720,35 hektarte, kondisinya saat ini mengalami tingkat kerusakan sedang.
“Pembangunan yang menjorok ke laut juga menjadi faktor penyebab terjadinya abrasi,”
kata Suhartati.
Untuk mengatasi abrasi, maka bisa dilakukan upaya vegetasi dan sipil teknis. Untuk
vegetasi, dilakukan dengan cara menanam kembali hutan mangrove. Sedangkan cara sipil
teknis, dengan membangun break water atau tembok penahan ombak.
Faktor alam penyebab abrasi di antaranya sedimentasi yang berlangsung lama akibat
material endapan yang dibawa daerah aliran sungai Cimanuk. Selain itu, karakteristik
pantai di Indramayu yang mengandung lumpur dan berpasir juga memudahkan terjadi
abrasi.
Tak hanya itu, adanya pembangunan yang menjorok ke laut juga menjadi faktor penyebab
terjadinya abrasi. Karenanya, kesadaran masyarakat untuk menjaga kelestarian mangrove
sangat dibutuhkan untuk mengatasi terjadinya abrasi. (oet)
DAFTAR PUSTAKA
http://adityafebriansyah1.blogspot.com/2014/02/pengertian-erosi-dan-abrasi-dan-macam.html
http://www.radarcirebon.com/abrasi-pantai-dadap-semakin-parah.html

More Related Content

What's hot

Rekayasa hidrologi pertemuan 1
Rekayasa hidrologi pertemuan 1Rekayasa hidrologi pertemuan 1
Rekayasa hidrologi pertemuan 1Aswar Amiruddin
 
Perencanaan bangunan air
Perencanaan bangunan airPerencanaan bangunan air
Perencanaan bangunan airEpri Hartono
 
Penyebab, Penanggulangan, dan Dampak Banjir
Penyebab, Penanggulangan, dan Dampak BanjirPenyebab, Penanggulangan, dan Dampak Banjir
Penyebab, Penanggulangan, dan Dampak BanjirMahdif Indiarto
 
Konsolidasi lanjutan
Konsolidasi lanjutanKonsolidasi lanjutan
Konsolidasi lanjutanJaka Jaka
 
SNI beton 7833-2012 Tata cara perancangan beton pracetak dan beton prategang ...
SNI beton 7833-2012 Tata cara perancangan beton pracetak dan beton prategang ...SNI beton 7833-2012 Tata cara perancangan beton pracetak dan beton prategang ...
SNI beton 7833-2012 Tata cara perancangan beton pracetak dan beton prategang ...Mira Pemayun
 
11 sistem jaringan dan bangunan irigasi
11   sistem jaringan dan bangunan irigasi11   sistem jaringan dan bangunan irigasi
11 sistem jaringan dan bangunan irigasiKharistya Amaru
 
87280501 perencanaan-sistem-drainase
87280501 perencanaan-sistem-drainase87280501 perencanaan-sistem-drainase
87280501 perencanaan-sistem-drainaseMiftakhul Yaqin
 
Bab 5 stabilitas lereng tanggul
Bab 5 stabilitas lereng tanggulBab 5 stabilitas lereng tanggul
Bab 5 stabilitas lereng tanggulEko Susilo
 
Perhitungan Beton Mutu Tinggi Metode ACI
Perhitungan Beton Mutu Tinggi Metode ACIPerhitungan Beton Mutu Tinggi Metode ACI
Perhitungan Beton Mutu Tinggi Metode ACIArnas Aidil
 
Sosial Budaya (Peradaban Maritim)
Sosial Budaya (Peradaban Maritim)Sosial Budaya (Peradaban Maritim)
Sosial Budaya (Peradaban Maritim)Irwan Dujour
 
SNI 1726-2012 Tata cara perencanaan ketahanan gempa untuk struktur bangunan g...
SNI 1726-2012 Tata cara perencanaan ketahanan gempa untuk struktur bangunan g...SNI 1726-2012 Tata cara perencanaan ketahanan gempa untuk struktur bangunan g...
SNI 1726-2012 Tata cara perencanaan ketahanan gempa untuk struktur bangunan g...Mira Pemayun
 
Pedoman Operasi dan Pemeliharaan Prasarana dan Sarana Drainase Perkotaan
Pedoman Operasi dan Pemeliharaan Prasarana dan Sarana Drainase PerkotaanPedoman Operasi dan Pemeliharaan Prasarana dan Sarana Drainase Perkotaan
Pedoman Operasi dan Pemeliharaan Prasarana dan Sarana Drainase PerkotaanDewangga Setiawan
 

What's hot (20)

Reklamasi Rawa
Reklamasi RawaReklamasi Rawa
Reklamasi Rawa
 
Rekayasa hidrologi pertemuan 1
Rekayasa hidrologi pertemuan 1Rekayasa hidrologi pertemuan 1
Rekayasa hidrologi pertemuan 1
 
Aliran Kritis
Aliran KritisAliran Kritis
Aliran Kritis
 
Modul teknik pondasi 1
Modul   teknik pondasi 1Modul   teknik pondasi 1
Modul teknik pondasi 1
 
Perencanaan bangunan air
Perencanaan bangunan airPerencanaan bangunan air
Perencanaan bangunan air
 
Penyebab, Penanggulangan, dan Dampak Banjir
Penyebab, Penanggulangan, dan Dampak BanjirPenyebab, Penanggulangan, dan Dampak Banjir
Penyebab, Penanggulangan, dan Dampak Banjir
 
bendungan
bendunganbendungan
bendungan
 
Konsolidasi lanjutan
Konsolidasi lanjutanKonsolidasi lanjutan
Konsolidasi lanjutan
 
SNI beton 7833-2012 Tata cara perancangan beton pracetak dan beton prategang ...
SNI beton 7833-2012 Tata cara perancangan beton pracetak dan beton prategang ...SNI beton 7833-2012 Tata cara perancangan beton pracetak dan beton prategang ...
SNI beton 7833-2012 Tata cara perancangan beton pracetak dan beton prategang ...
 
11 sistem jaringan dan bangunan irigasi
11   sistem jaringan dan bangunan irigasi11   sistem jaringan dan bangunan irigasi
11 sistem jaringan dan bangunan irigasi
 
87280501 perencanaan-sistem-drainase
87280501 perencanaan-sistem-drainase87280501 perencanaan-sistem-drainase
87280501 perencanaan-sistem-drainase
 
Bab 5 stabilitas lereng tanggul
Bab 5 stabilitas lereng tanggulBab 5 stabilitas lereng tanggul
Bab 5 stabilitas lereng tanggul
 
Perhitungan Beton Mutu Tinggi Metode ACI
Perhitungan Beton Mutu Tinggi Metode ACIPerhitungan Beton Mutu Tinggi Metode ACI
Perhitungan Beton Mutu Tinggi Metode ACI
 
current meter
current meter current meter
current meter
 
Sosial Budaya (Peradaban Maritim)
Sosial Budaya (Peradaban Maritim)Sosial Budaya (Peradaban Maritim)
Sosial Budaya (Peradaban Maritim)
 
SUMUR RESAPAN
SUMUR RESAPANSUMUR RESAPAN
SUMUR RESAPAN
 
SNI 1726-2012 Tata cara perencanaan ketahanan gempa untuk struktur bangunan g...
SNI 1726-2012 Tata cara perencanaan ketahanan gempa untuk struktur bangunan g...SNI 1726-2012 Tata cara perencanaan ketahanan gempa untuk struktur bangunan g...
SNI 1726-2012 Tata cara perencanaan ketahanan gempa untuk struktur bangunan g...
 
Bab 2 ucs
Bab 2 ucsBab 2 ucs
Bab 2 ucs
 
Pedoman Operasi dan Pemeliharaan Prasarana dan Sarana Drainase Perkotaan
Pedoman Operasi dan Pemeliharaan Prasarana dan Sarana Drainase PerkotaanPedoman Operasi dan Pemeliharaan Prasarana dan Sarana Drainase Perkotaan
Pedoman Operasi dan Pemeliharaan Prasarana dan Sarana Drainase Perkotaan
 
Stabilitas lereng-menggunakan-metode-fellenius-dan-slope-w-2007
Stabilitas lereng-menggunakan-metode-fellenius-dan-slope-w-2007Stabilitas lereng-menggunakan-metode-fellenius-dan-slope-w-2007
Stabilitas lereng-menggunakan-metode-fellenius-dan-slope-w-2007
 

Similar to Permasalahan Erosi dan Abrasi di pantai

Similar to Permasalahan Erosi dan Abrasi di pantai (20)

Geografi
GeografiGeografi
Geografi
 
Tenaga eksogen
Tenaga eksogenTenaga eksogen
Tenaga eksogen
 
Makalah Geo
Makalah GeoMakalah Geo
Makalah Geo
 
Erosi
ErosiErosi
Erosi
 
Erosi
ErosiErosi
Erosi
 
Macam - Macam Erosi
Macam - Macam ErosiMacam - Macam Erosi
Macam - Macam Erosi
 
Tenaga eksogen
Tenaga eksogenTenaga eksogen
Tenaga eksogen
 
Tenaga Eksogen
Tenaga EksogenTenaga Eksogen
Tenaga Eksogen
 
Makalah ruliana
Makalah rulianaMakalah ruliana
Makalah ruliana
 
Tenaga eksogen
Tenaga eksogenTenaga eksogen
Tenaga eksogen
 
konservasi lahan dampak terjadinya erosi.pptx
konservasi lahan dampak terjadinya erosi.pptxkonservasi lahan dampak terjadinya erosi.pptx
konservasi lahan dampak terjadinya erosi.pptx
 
makalah-erosi
makalah-erosimakalah-erosi
makalah-erosi
 
Erosi & Pelapukan
Erosi & PelapukanErosi & Pelapukan
Erosi & Pelapukan
 
Makalah erosi
Makalah erosiMakalah erosi
Makalah erosi
 
Erosi oleh air
Erosi oleh airErosi oleh air
Erosi oleh air
 
PROSES TENAGA EKSOGEN DAN PENGARUHNYA PADA KEHIDUPAN.pptx
PROSES TENAGA EKSOGEN DAN PENGARUHNYA PADA KEHIDUPAN.pptxPROSES TENAGA EKSOGEN DAN PENGARUHNYA PADA KEHIDUPAN.pptx
PROSES TENAGA EKSOGEN DAN PENGARUHNYA PADA KEHIDUPAN.pptx
 
Tugas Geo 2
Tugas Geo 2Tugas Geo 2
Tugas Geo 2
 
Geografi (erosi)
Geografi (erosi)Geografi (erosi)
Geografi (erosi)
 
Erosi dan dampaknya bagi kehidupan
Erosi dan dampaknya bagi kehidupanErosi dan dampaknya bagi kehidupan
Erosi dan dampaknya bagi kehidupan
 
BAB 2 sambungan yuni.docx
BAB 2 sambungan yuni.docxBAB 2 sambungan yuni.docx
BAB 2 sambungan yuni.docx
 

Permasalahan Erosi dan Abrasi di pantai

  • 1. PERMASALAHAN EROSI DAN ABRASI DI PANTAI DADAP Abrasi merupakan suatu kejadian pengikisan pantai akibat gelombang dan arus laut yang sifatnya merusak. Abrasi seringkali disebut dengan erosi pantai karena kerusakan yang terjadi di sekitar pantai. Hal ini bisa terjadi apabila keseimbangan alam di daerah pantai tersebut mulai terganggu dan dikategorikan sebagai salah satu bencana akibat ketidakseimbangan ekosistem di dalamnya. Tak bisa dipungkiri bahwa terjadinya abrasi juga dapat disebabkan oleh campur tangan manusia yang kurang peduli terhadap keseimbangan alam dan memperhatikan lingkungannya. Erosi adalah gejala alam yang sering kita dengar dan baca, baik di media cetak maupun elektronik. Istilah ini kerap kali dihubungkan dengan kerusakan tanah pertanian, hutan, atau meluasnya lahan kritis. Pernyataan ini tidak seluruhnya benar sebab dalam batas-batas tertentu proses erosi tidak menimbulkan kerusakan alam. Secara sederhana, erosi dapat diartikan sebagai proses pelepasan dan pemindahan massa batuan dari suatu wilayah ke wilayah lainnya. Erosi terdiri atas tiga tahapan antara lain sebagai berikut: 1. detachment yaitu pelepasan batuan dari massa induknya; 2. transportasi yaitu pemindahan batuan yang terkikis dari suatu tempat ke tempat lain; 3. sedimentasi yaitu pengendapan massa batuan yang terkikis. Berdasarkan kecepatannya, erosi dibedakan menjadi dua jenis, yaitu erosi geologi dan erosi tanah. Erosi geologi adalah bentuk pengikisan proses pengikisan atau penghancuran tanahnya relatif seimbang dengan proses pembentukannya. Gejala alam ini dapat dikatakan tidak menimbulkan kerusakan lingkungan. Erosi tanah atau dinamakan pula erosi yang dipercepat (accelerated erosion) yaitu bentuk erosi yang proses penghancuran tanah (batuan) jauh lebih cepat dibandingkan dengan pem bentukannya. Erosi tanah biasanya dipercepat oleh aktivitas manusia dalam menge lola lahan tanpa memperhatikan unsur-unsur kelestarian alam. Erosi jenis inilah yang sering kali menimbulkan permasalahan kerusakan sumberdaya lahan. Selain berdasarkan kecepatannya, erosi dapat pula diklasifikasikan berdasarkan zat pelaku atau pengikisnya, yaitu erosi air, erosi angin, erosi gelombang laut, dan erosi glasial. a) Erosi Air Massa air yang mengalir, baik gerakan air di dalam tanah maupun di permukaan Bumi berupa sungai atau air larian permukaan selamban apapun pasti memiliki daya kikis. Sedikit demi sedikit, air yang mengalir itu mengerosi batuan atau tanah yang dilaluinya. Semakin cepat gerakan air mengalir, semakin tinggi pula daya kikisnya. Oleh karena itu, sungai-sungai di wilayah perbukitan atau pegunungan yang alirannya deras memiliki
  • 2. lembah yang lebih curam dan dalam dibandingkan dengan sungai di wilayah dataran yang alirannya relatif tenang. Secara umum dilihat dari tahapan kerusakan tanah yang terkikis, erosi air terdiri atas empat tingkatan, yaitu sebagai berikut.  Erosi Percik (Splash Erosion) Erosi percik merupakan bentuk pengikisan tanah oleh percikan air hujan. Pada saat titik air hujan memercik ke permukaan tanah, butiran-butiran air akan menumbuk kemudian mengikis partikel tanah serta memindahkannya ke tempat lain di sekitarnya.  Erosi Lembar (Sheet Erosion) Erosi lembar merupakan tahapan kedua dari erosi air. Pada tahapan ini, lapisan tanah paling atas (top soil) yang kaya akan bahan humus penyubur tanah hilang terkikis sehingga tingkat kesuburan dan produktivitasnya mengalami penurunan. Ciri-ciri tanah yang telah mengalami erosi lembar antara lain: 1. air yang mengalir di permukaan berwarna keruh (kecokelatan) karena banyak mengandung partikel tanah; 2. warna tanah terlihat pucat karena kadar humus (bahan organik) rendah; 3. tingkat kesuburan tanah sangat rendah.  Erosi Alur (Riil Erosion) Jika proses erosi lembar terus berlangsung maka pada permukaan tanah akan terbentuk alur-alur yang searah dengan kemiringan lereng. Alur-alur erosi ini merupakan tempat air mengalir dan mengikis tanah.  Erosi Parit (Gully Erosion) Pada tahap ini alur-alur erosi berkembang menjadi parit-parit atau lembah yang dalam berbentuk huruf U atau V. Erosi parit banyak terjadi di wilayah yang memiliki kemiringan tinggi dengan tingkat penutupan vegetasi (tetumbuhan) sangat sedikit. Untuk mengem balikan kesuburan tanah kritis yang telah mengalami erosi parit diperlukan biaya yang sangat mahal. Di sepanjang aliran sungai terjadi pula proses erosi oleh arus air. Proses pengikisan yang mungkin terjadi sepanjang aliran sungai antara lain sebagai berikut. 1. Erosi Tebing Sungai, yaitu erosi yang bekerja pada dinding badan sungai sehingga lembah sungai bertambah lebar. 2. Erosi Mudik, yaitu erosi yang terjadi pada dinding air terjun (jeram). Akibat erosi mudik, lama-kelamaan lokasi air terjun akan mundur ke arah hulu. 3. Erosi Badan Sungai, yaitu erosi yang berlangsung ke arah dasar sungai (badan sungai) sehingga lembah sungai menjadi semakin dalam. Jika erosi badan sungai ini berlangsung dalam waktu geologi yang sangat lama maka akan terbentuk ngarai-ngarai yang sangat dalam, seperti Grand Canyon di Sungai Colorado (Amerika Serikat).
  • 3. b) Erosi Angin Erosi oleh pengerjaan angin (deflasi) banyak terjadi di daerah gurun beriklim kering yang sering terjadi badai pasir yang dikenal dengan istilah harmattan atau chamsina. Pada saat kejadian angin kencang tersebut, butiran-butiran kerikil dan pasir yang terbawa angin akan mengikis bongkah batuan yang dilaluinya. c) Erosi Gelombang Laut Erosi oleh gelombang laut dinamakan pula abrasi atau erosi marin. Gelombang laut yang bergerak ke arah pantai mampu mengikis bahkan memecahkan batu-batu karang di pantai, kemudian diangkut ke tempat-tempat lain di sekitarnya atau ke arah laut dan samudra. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kekuatan abrasi antara lain sebagai berikut. 1. Kekerasan batuan, semakin keras jenis batuan yang ada di pantai, semakin tahan terhadap erosi. 2. Gelombang laut, semakin besar gelombang yang bergerak ke arah pantai, semakin besar kemungkinannya untuk mengerosi wilayah pantai. 3. Kedalaman laut di muka pantai, jika laut yang terletak di muka pantai merupakan laut dalam, gelombang laut yang terjadi lebih besar dibandingkan dengan laut yang dangkal, sehingga kekuatan erosi akan lebih besar. 4. Jumlah material yang dibawa gelombang terutama kerikil dan pasir, semakin banyak material yang diangkut semakin kuat daya abrasinya. Bentang alam khas yang sering kita jumpai sebagai akibat adanya abrasi antara lain sebagai berikut. 1. Cliff, yaitu pantai yang berdinding curam sampai tegak. 2. Relung, yaitu cekungan-cekungan yang terdapat pada dinding cliff. 3. Dataran Abrasi, yaitu hamparan wilayah dataran akibat abrasi. yang dapat dilihat dengan jelas saat air laut surut. 4. Gua laut (Sea Cave). d) Erosi Glasial Erosi glasial adalah bentuk pengikisan massa batuan oleh gletser, yaitu massa es yang bergerak. Gletser terdapat di wilayah kutub atau di pegunungan tinggi yang puncaknya senantiasa tertutup oleh lembaran salju dan es, seperti Pegunungan Jayawijaya, Rocky, dan Himalaya. Massa gletser yang bergerak menuruni lereng pegunungan akibat gaya berat maupun pencairan es akan mengikis daerah-daerah yang dilaluinya. Massa batuan hasil pengikisan yang diangkut bersama-sama dengan gerakan gletser dinamakan morain. Ciri khas bentang alam akibat erosi glasial adalah adanya alur-alur yang arahnya relatif sejajar pada permukaan batuan sebagai akibat torehan gletser. Jika erosi gletser ini terus- menerus berlangsung dalam waktu yang sangat lama, akan terbentuk lembah-lembah yang dalam, memanjang, dan searah dengan gerakan gletser.
  • 4. PERMASALAHAN ABRASI DI PANTAI DADAP, INDRAMAYU Abrasi adalah suatu proses pengikisan tanah / pantai yang disebabkan oleh hantaman tenaga gelombang laut, arus laut, sungai, pasang surut laut, gletser dan angin yang bersifat merusak di sekitarnya. Abrasi disebut juga dengan erosi pantai. Abrasi berasal dari bahasa Latin yakni Abradĕre atau Abrasio, yang berarti "keributan". Intensitas Abrasi tergantung pada, konsentrasi kecepatan kekerasan ombak , dan massa partikel yang bergerak. Akibat dari Abrasi ini adalah pembentukan sebuah tebing yang bisa mencapai beberapa meter hingga puluhan kilometer. Penyebab Terjadinya Abrasi Abrasi terjadi karena naiknya permukaan air laut di seluruh dunia karena mencairnya lapisan es di daerah kutub bumi. Pencairan ES ini diakibatkan oleh pemanasan Global. Pemanasan Global ini terjadi karena gas-gas CO2 yang berasal dari asap pabrik maupun dari gas kendaraan bermotor menghalangi keluarnya gelombang panas dari matahari yang dipantulkan oleh bumi, sehingga panas tersebut akan terperangkap dalam atmosfer bumi sehingga mengakibatkan suhu permukaan bumi meningkat. dan membuat ES di Kutub mencair, dan permukaan air laut akan mengalami peningkatan diseluruh dunia dan menggerus daerh permukaan yang rendah. Ini menjadi bukti bahwa pencemaran lingkungan erat kaitannya dengan Abrasi ini. Contoh garis pantai yang mengalami abrasi adalah didaerah pesisir pantai wialayah Indramayu. Abrasi yang terjadi di wilayah ini mampu menenggelamkan daratan dua sampai sepuluh meter per tahunnya, dan sekarang dari panjang pantai seratus empat belas KM telah tergerus lima puluh KM. Abrasi terus mengancam garis pantai di Kabupaten Indramayu. Kondisi itu pun mengancam rumah maupun lahan sawah milik warga yang berdekatan dengan pantai. Kepala Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Indramayu Aep Surahman menjelaskan, total
  • 5. panjang garis pantai di Kabupaten Indramayu mencapai 147 kilometer. Dari panjang tersebut, 50 persen di antaranya terkena abrasi. ‘’Sekitar 70 kilometer pantai di Indramayu yang terkena abrasi,’’ ujar Aep. Adapun pesisir pantai yang tergerus abrasi itu, di antaranya tersebar di Kecamatan Juntinyuat, Krangkeng, Indramayu, Pasekan, Losarang, Kandanghaur, Sukra dan Patrol. Aep mengatakan, abrasi terjadi karena pengaruh faktor alam dan maupun aktifitas pembangunan. Untuk faktor alam, di antaranya akibat karakteristik pantai di Indramayu yang berupa aluvial sehingga lapisan tanahnya gembur. Kondisi tersebut menyebabkan pantai akan terkikis jika terkena gelombang tinggi. Aep menambahkan, faktor penyebab lain terjadinya abrasi adalah rusaknya hutan mangrove yang berfungsi sebagai penahan abrasi. Tak hanya itu, pembangunan yang menjorok ke laut dan pencemaran laut juga menjadi faktor penyebab terjadinya abrasi. Untuk pencemaran laut, awalnya akan menyebabkan tanaman mangrove menjadi mati. Saat tanaman mangrove mati itulah, menyebabkan tak ada lagi penahan abrasi pantai. Aep mengungkapkan, untuk mengatasi abrasi, maka bisa dilakukan upaya vegetasi dan sipil teknis. Untuk vegetasi, dilakukan dengan cara menanam kembali hutan mangrove. Sedangkan cara sipil teknis, dengan membangun break water atau tembok penahan ombak. ‘’Kami sangat mengharapkan kesadaran masyarakat untuk tidak merusak tanaman mangrove karena perannya yang sangat besar dalam mencegah abrasi,’’ tegas Aep. Menurut Aep, dampak dari abrasi selama ini telah membuat rumah-rumah waga maupun lahan usaha warga, seperti misalnya sawah, menjadi hilang. Begitu pula dengan biota laut yang mengalami kerusakan sehingga menyulitkan nelayan dalam mencari ikan. Dampak abrasi itu seperti yang dialami warga di Blok Kemisan, Desa Dadap Wetan, Kecamatan Juntinyuat, Kabupaten Indramayu. Di daerah tersebut, sekitar sembilan unit rumah warga hilang terkena abrasi pada 2007 silam. ‘’Abrasi mulai terjadi sejak dibangunnya pelabuhan ikan di Desa Dadap pada 2005 lalu,’’ ujar mantan ketua RT 03 RW 03 Desa Dadap Wetan Wasikin. Wasikin menjelaskan, sebelumnya jarak antara pantai dan pemukiman warga dua kilometer. Namun saat ini, jarak antara pantai dan pemukiman warga hanya sekitar 50 meter. Seorang warga setempat, Ramida mengatakan, kini selalu dilanda ketakutan jika musim ombak tinggi tiba. Pasalnya, ombak akan masuk ke dalam rumah. ‘’Saya takut rumah akan ambruk terkena ombak seperti rumah warga lainnya,’’ tutur Ramida. Ketakutan serupa juga disampaikan seorang warga Desa Mekarsari, Kecamatan Patrol,
  • 6. Durniya. Dia menyebutkan, abrasi yang melanda pesisir Patrol sudah terjadi sejak puluhan tahun lalu. Saat ini, abrasi semakin parah dan mengancam sawah-sawah milik warga yang ada di pinggir pantai. Abrasi pantai yang menggerus pantai di wilayah Indramayu memang merupakan persoalan klasik. Salah satunya terjadi di pantai Desa Dadap Kecamatan Juntinyuat. Di tempat ini abrasi semakin parah, bahkan sudah mendekati rumah penduduk. Bahkan sejumlah pipa Pertamina juga ikut terancam. Menurut penuturan sejumlah warga, kondisi seperti ini memang terjadi sejak lama. Warga setempat juga mengaku khawatir kalau abrasi akan menyerang rumah mereka. Seperti diungkapkan Surnawan, abrasi yang terjadi memang semakin parah, dan penahan ombak yang dipasang juga tak banyak membantu. “Akibat abrasi, sekarang jarak laut hanya beberapa meter saja dari pipa pertamina.Penahan ombak yang terpasang di sepanjang pantai juga tidak banyak membantu,” ujarnya. Ia berharap pantai Dadap yang semakin parah kondisi bisa dipasang penahan ombak yang lebih banyak lagi. Karena kalau tidak demikian kondisinya dikhawatirkan semakin parah. Sementara itu, sekretaris koalisi masyarakat pesisir Indramayu (Kompi),Iing Rohimin mengatakan, pantai dadap merupakan salah satu pantai yang kondisinya cukup parah terkena dampak abrasi. “Tanaman mangrove yang ditanam pun banyak yang mati. Kondisi ini jika tidak dilakukan pencegahan secara darurat, akan semakin meluas ancaman abrasinya,” kata dia. Secara keseluruhan, pesisir pantai Kabupaten Indramayu, semakin parah kondisinya saat ini. Dari 147 km panjang garis pantai Indramayu, 60 persen di antaranya tergerus abrasi. Kasi Konservasi dan Pemulihan Kualitas Lingkungan Hidup kantor lingkungan hidup kabupaten Indramayu, Suhartati mengatakan,pesisir pantai yang tergerus abrasi itu, di antaranya tersebar di Kecamatan Juntinyuat, Krangkeng, Indramayu, Pasekan, Losarang, Kandanghaur, Sukra dan Patrol. Suhartati menjelaskan, abrasi terjadi akibat pengaruh faktor alam dan aktifitas pembangunan. Untuk faktor alam, di antaranya akibat karakteristik pantai di Indramayu yang memang mengandung lumpur dan berpasir. Suhartati menambahkan, faktor penyebab lain terjadinya abrasi adalah rusaknya hutan mangrove yang berfungsi sebagai penahan abrasi. Dia menjelaskan, dari total luas hutan mangrove 8.720,35 hektarte, kondisinya saat ini mengalami tingkat kerusakan sedang. “Pembangunan yang menjorok ke laut juga menjadi faktor penyebab terjadinya abrasi,” kata Suhartati. Untuk mengatasi abrasi, maka bisa dilakukan upaya vegetasi dan sipil teknis. Untuk vegetasi, dilakukan dengan cara menanam kembali hutan mangrove. Sedangkan cara sipil teknis, dengan membangun break water atau tembok penahan ombak.
  • 7. Faktor alam penyebab abrasi di antaranya sedimentasi yang berlangsung lama akibat material endapan yang dibawa daerah aliran sungai Cimanuk. Selain itu, karakteristik pantai di Indramayu yang mengandung lumpur dan berpasir juga memudahkan terjadi abrasi. Tak hanya itu, adanya pembangunan yang menjorok ke laut juga menjadi faktor penyebab terjadinya abrasi. Karenanya, kesadaran masyarakat untuk menjaga kelestarian mangrove sangat dibutuhkan untuk mengatasi terjadinya abrasi. (oet)