3. Morfologi Aves
• Hampir seluruhnya ditutupi bulu dan kakinya bersisik yang merupakan ciri mirip reptil
• Bulu merupakan modifikasi dari kulit terluar pada burung
• Kepala ditopang oleh leher yang fleksibel dan tengkorak berartikulasi dengan condylus osccipital
tunggal
• Otak relatif besar dengan corpora striata yang padat
• Burung tidak memiliki gigi, tetapi membentuk suatu struktur berupa paruh dari zat tanduk yang
menutupi rahang atas dan bawah
• Burung memiliki pencernaan khusus berupa empedal
• Burung memiliki suara yang paling baik diantara vetebrata lain. Suara dihasilkan oleh syrinx yang
terdapat pada dasar trachea.
• Tulang leher berbentuk sadel (heterocoel) di bagian tengah sehingga leher dapat bergerak leluasa
• Tungkai muka bermodifikasi menjadi sayap, sehingga burung dapat terbang. Tungkai belakang
bermodifikasi secara beragam untuk berjalan dengan dua kaki di tanah,atau burung berenang atau
kedua-duanya.
• Umumnya mempunyai mempunyai jari-jari,satu ke arah belakang (hallux), dan tiga ke arah depan.
• Jantung beruang empat. Lengkung aorta kiri tidakada, eritrosit berbentuk bulat dan berinti
• Tidak mempunyai diafragma. Sistem kantung udara yang berkembang dengan baik sangat
membantu paruparu untuk mengedarkan udara ke seluruh tubuh
7. Klasifikasi Aves
Klassifikasi yang digunakan dalam buku J. E Webb et.al,lebih ditekankan pada
penggunaannya daripada filogenetiknya,dan didasarkan terutama pada sifat tingkah laku dan
ekologinya
1. Perbedaan burung yang dapat terbang dan tak dapat terbang
Ordo Ratitae: burung yang berukuran besar, tidak dapat terbang
Ordo Carinatae: burung yang dapat terbang
Ordo Tinamae: burung yang tidak terlalu mahir terbang
2. Pada tipe anak yang baru menetas dibedakan atas precoccial dan altricial
Precoccial ditujukan pada anak burung yang dapat segera meninggalkan sarang
setelah menetas untuk mencari makanan, misalnya pada anak ayam atau anak bebek
Altricial ditujukan pada anak burung yang pada waktu menetas masih tak
berbulu,belum dapat berdiri,tetap tinggal di dalam sarang dan diberi makan oleh
induknya sampai burung cukup kuat untuk terbang, misalnya pada burung pemangsa
dan penyanyi.
3. Perbedaan berdasarkan distribusi ekologis. Beberapa ordo dikategorikan sebagai burung
yang hidup di darat,aquatik dan burung bertengger
8. Klasifikasi Aves
Burung di Indonesia diklasifikasikan menjadi 20 ordo
atau bangsa yang terbagi lagi menjadi 96 famili atau
suku.
9. Daftar klasifikasi burung di Indonesia yang dususun mengikuti daftar Peters (Andrew, 1992)
dalam Sukmantoro dkk. 2007
11. Dilakukan melalui pengamatan pada area kloaka untuk
mengidentifikasi jenis kelamin antara jantan dan betina. Pada
individu jantan biasanya terdapat tonjolan seperti jerawat
atau lubang jarum berwarna kuning, putih dan hitam.
Sedangkan pada individu betina tidak memiliki tonjolan
namun memiliki ovarium yang berbentuk V. Metode ini
memiliki kekurangan yaitu kesulitan dalam membedakan
tonjolan yang sangat kecil.
Vent Sexing
12. Metode ini dilakukan dengan membuat sayatan kecil di sisi
tubuh burung, sehingga organ kelamin dapat terlihat dengan
laparoskop atau otoscope. Metode ini dapat dilakukan
dengan melihat langsung karaktersitik fisik dari saluran
reproduksi. Kekurangan dari metode ini yaitu membutuhkan
anastesi yang dapat mengakibatkan resiko cedera yang
tinggi pada organ kelamin bahkan dapat mengakibatkan
kematian pada burung.
Surgical Sexing
13. Karyotyping, dilakukan dengan membedakan ukuran
kromosom Z dan W. Pada umumnya kromosom Z lebih besar
dari pada kromosom W. Metode ini dilakukan dengan cara
mengisolasi kromosom dan kariotipe yang diperoleh dari
isolasi sel darah atau bulu pada burung. Kekurangan metode
ini yaitu sebagian besar kromosom dari burung merupakan
mikrokromosom sehingga sangat sulit dilakukan perhitungan
untuk mendapat hasil yang akurat
Karyotyping
14. Metode ini dilakukan melalui pengujian konsentrasi yang
dilakukan untuk hormon esterogen/testosteron (E/T) yang
terdapat pada feses. Pada burung betina rasio E/T lebih
tinggi dibandingkan dengan burung jantan. Kekurangan pada
metode ini yaitu saat musim kawin rasio hormon menjadi
tinggi, namun saat bukan musim kawin rasio hormon menjadi
rendah, hal ini tentu menjadi bias ketika melakukan
identifikasi pada saat bukan musim kawin.
Steroid Sexing
15. Kromosom sex
KROMOSOM
Aves mempunyai kromosom sex yang berbeda
dibandingkan dengan mamalia. Sifat
heterogametik pada burung dimilki oleh betina
(ZW) sedangkan jantan merupakan
homogametik (ZZ).
(Ellergren, 1996)
Gen CHD (Chromo Helicase DNA dinding)
dapat menunjukkan perbedaan antara alel Z
dan W pada betina (Griffiths et al, 1996).
Perbedaan ini terjadi karena adanya
keterpautan (linkage) antara posisi gen CHD
dengan kromosom kelamin pada aves
(kromosom Z dan W) (Griffith dan Korn, 1997).
17. Studi Analisis Kromosom
Ringed Kingfisher (Megaceryle torquata)
Green Kingfisher (Chloroceryle americana)
Karyotype description and comparative analysis in
Ringed Kingfisher and Green Kingfisher
(Coraciiformes, Alcedinidae) (Degrandi et. al., 2018)
18. Studi Analisis Kromosom
a. Zenaida auriculata, male
b. Geotrygon montana, male
c. Geotrygon violacea, female
d. Columba livia, female
e. Patagioenas cayennensis, male
f. Columbina talpacoti, female
g. Columbina passerina, male
h. Columbina picui, male
Kariotipe autosom dan genosom
pada delapan spesies Columbidae
(Kretschmer et.al., 2018)