1. Jurnal Perawat Indonesia, Volume 5 No 2, Hal 656-671, Agustus 2021
Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah
e-ISSN2 548-7051
p-ISSN 2714-6502
656
STUDI LITERATUR : SCOPING REVIEW GAMBARAN FAKTOR
DALAM PREHOSPITAL DELAY PADA PASIEN STROKE
A LITERATURE STUDY : AN ILLUSTRATION FACTORS IN
PREHOSPITAL DELAY IN STROKE PATIENTS
Siti Nur Hakiki1
, Cecep Eli Kosasih2
, Anita Setyawati3
1
Mahasiswa Fakultas Keperawatan, Universitas Padjadjarran, Bandung, Indonesia
2
Departemen Keperawatan Kritis, Universitas Padjadjaran, Bandung, Indonesia
Corresponding author : sitinurhakiki@gmail.com
Abstrak
Keterlambatan pra-rumah sakit pada pasien stroke terjadi setelah 3-4,5 jam setelah onset, yang dapat
menyebabkan memburuknya kondisi pasien jika tidak ditangani dengan cepat. Keterlambatan prehospital
dipengaruhi oleh berbagai faktor, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor
keterlambatan prehospital pada pasien stroke.
Penelitian ini dilakukan dengan metode scoping review dengan menggunakan database Google Scholar,
Pubmed, Sciencedirect, Ebsco dan Researchgate. Langkah-langkah penelitian ini terdiri dari: 1)
Identifikasi Pertanyaan, 2) Identifikasi Artikel, 3) Penyaringan Artikel, 4) Pemetaan Data, 5) Penyusunan
Hasil, dan 6) Konsultasi. 1599 artikel dipilih berdasarkan judul, abstrak, isi, dan hasil sesuai dengan
kriteria inklusi dan tujuan studi literatur ini. Hasil screening diterjemahkan ke dalam literature review
chart sehingga diperoleh 13 artikel dan dianalisis lebih lanjut menggunakan JBI Critical Appraisal.
Kriteria inklusi yang ditetapkan adalah: artikel teks lengkap, fokus pembahasan tentang faktor-faktor
keterlambatan pra-rumah sakit pada pasien stroke, serta populasi dan sampel pasien stroke yang berusia
di atas 18 tahun dan/atau keluarganya.
Scoping review ini menunjukkan faktor-faktor yang mempengaruhi keterlambatan pra-rumah sakit pada
pasien stroke adalah karakteristik responden, jarak tempuh, gejala stroke, sistem transportasi, fasilitas
perawatan, dan kesadaran stroke. Sistem transportasi yang efektif, pengenalan gejala stroke yang tepat,
kesadaran stroke yang baik didukung oleh pendidikan dan tingkat pendapatan dapat mencegah
keterlambatan pra-rumah sakit pada pasien stroke. Namun, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk
meneliti secara menyeluruh pengaruh faktor-faktor ini pada keterlambatan pra-rumah sakit pada pasien
stroke.
Kata Kunci: Stroke Dewasa, Keterlambatan Pra Rumah Sakit, Pasien Stroke
Daftar Pustaka : 77, 1978-2020
ABSTRACT
Prehospital delay in stroke patients occurs after 3-4.5 hours after onset, which can lead to worsening
patient's condition if not treated quickly. Prehospital delay influenced by various factors, the aim of this
study was to determine the factors of prehospital delay in stroke patients.
This study was done with scoping review method by using Google Scholar, Pubmed, Sciencedirect, Ebsco
and Researchgate database. The steps of this study consisted of: 1) Questions Identification, 2) Articles
Identification, 3) Articles Screening, 4) Data Mapping, 5) Results Compilation, and 6) consultation. 1599
articles were selected based on titles, abstracts, contents, and results according to the inclusion criteria
and objectives of this literature study. The screening results were translated into a literature review chart
so that 13 articles were obtained and were further analyzed using JBI Critical Appraisal. Inclusion criteria
defined were: full text articles, focus of discussion on factors of prehospital delay in stroke patients, as
well as population and samples of stroke patients that were over 18 years and/or their family.
This scoping review showed factors that affected prehospital delay in stroke patients were respondent
characteristics, distance traveled, stroke symptoms, transportation system, treatment facility, and stroke
awareness. An effective transportation system, proper recognition of stroke symptoms, good stroke
awareness supported by education and income levels can prevent prehospital delay in stroke patients.
However, further research is needed to thoroughly examine the effect these factors on the prehospital
delay in stroke patients.
Keyword: Adult Stroke, Prehospital Delay, Stroke Patients
Bibliography: 77, 1978-2020
2. Jurnal Perawat Indonesia, Volume 5 No 2, Hal 656-671, Agustus 2021
Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah
e-ISSN2 548-7051
p-ISSN 2714-6502
657
Pendahuluan
Stroke atau cerebrovascular
accidents menjadi penyebab utama
kematian nomor 2 dan penyebab
kecacatan nomor 3 di dunia (World Health
Organization [WHO], 2013). Pada tahun
2002, setiap tahunnya diperkirakan 15 juta
orang menderita stroke di seluruh dunia,
yang 5 juta di antaranya mengalami
kematian dan 5 juta lainnya mengalami
kecacatan permanen (Ort, 2002). Selain
itu, pada tahun 2017, diperkirakan 16%
penduduk dunia mengalami stroke. Setiap
2 detik seseorang di dunia mengalami
serangan stroke dan setiap 4 detik
seseorang meninggal akibat serangan
stroke (Mesiano, 2017).
Asia merupakan benua dengan
populasi penduduk terbanyak di dunia,
yang memiliki angka kematian akibat
stroke lebih tinggi dibandingkan Eropa
Barat, Amerika, maupun Australia
(Venketasubramanian, 2017). Indonesia
menjadi negara dengan angka kematian
akibat stroke di Asia dengan rasio
193,3/100.000 penduduk pada tahun 2010
(Setyopranoto et al., 2019). Prevalensi
stroke di Indonesia berdasarkan diagnosis
tenaga kesehatan tahun 2013 adalah
sebesar 7,00
/00. Dari angka tersebut
penderita stroke di Jawa Barat
berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan
diperkirakan sebanyak 6.60
/00 (Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
[Litbangkes], 2013). Besarnya angka
penderita stroke juga diperparah dengan
besarnya angka kematian akibat stroke.
Stroke dapat diartikan sebagai
kematian mendadak beberapa jaringan
otak dikarenakan kekurangan oksigen
ketika aliran darah ke otak hilang akibat
adanya penyumbatan atau pecahnya
pembuluh arteri ke otak (Johnson et al.,
2016). Penyebab stroke dibagi menjadi 3
jenis yakni : 1) kekurangan suplai oksigen
yang menuju ke otak, 2) pecahnya
pembuluh darah di otak karena kerapuhan
pembuluh darah otak, dan 3) adanya
sumbatan bekuan darah di otak (Battiaca,
2008). Ketiga kondisi tersebut dapat
menyebabkan perubahan perfusi darah ke
otak. Kondisi ini dapat mengakibatkan
terjadinya hipoksia. Kondisi hipoksia
yang berlangsung lama akan
mengakibatkan iskemik pada otak. Bila
kondisi tersebut terus berlangsung lama
maka akan mengakibatkan terjadinya
infark pada otak.
Semakin lama infark terjadi, maka
luas dan tingkat keparahan area yang
terkena infark akan semakin buruk.
Sehingga stroke merupakan kegawat
daruratan medis yang memerlukan
penanganan yang tepat dan cepat. Salah
satu penanganan pada stroke adalah
pengenalan gejala awal dan mempercepat
proses rujukan serta penanganan
prehospital oleh tenaga medis terlatih
(Wirawan, 2013). Sehingga semakin cepat
penanganan stroke maka semakin banyak
sel otak yang dapat diselamatkan.
Menurut American Heart
Association komplikasi stroke yang
umum terjadi diantaranya edema otak,
pneumonia, infeksi saluran kemih, kejang,
depresi klinis, dekubitus, kontraktur pada
anggota gerak atau tungkai, nyeri bahu,
dan deep venous thrombosis (DVT).
Dalam kasus lain disamping
mengakibatkan kelumpuhan stroke juga
dan mengakibatkan koma dan kematian
(P2PTM, 2017). Hal ini dapat terjadi
apabila stroke tidak mendapatkan
penanganan yang adekuat sesegera
mungkin. Disamping itu penanganan yang
terlambat pada stroke akut dapat
mengakibatkan terjadinya penyempitan
bahkan pecahnya pembuluh darah.
Sedangkan otak yang tidak mendapat
3. Jurnal Perawat Indonesia, Volume 5 No 2, Hal 656-671, Agustus 2021
Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah
e-ISSN2 548-7051
p-ISSN 2714-6502
658
aliran darah yang cukup dalam kurun
waktu 7 sampai 10 detik saja sudah dapat
mengakibatkan terjadinya kematian
neuron yang bersibat permanen (Junaidi,
2011). Sedangkan tingkat keparahan
akibat stroke ditentukan dari tingkat
keparahan dan luas area otak yang
mengalami kerusakan.
Konsep utama dalam penanganan
stroke menurut Kemenkes adalah
“Memberikan pengobatan secara spesifik
dalam waktu sesegera mungkin sejak
serangan terjadi” (Pencegahan dan
Pengendalian Penyakit Tidak Menular
[P2PTM], 2017). Golden period menjadi
sangat penting, kurang dari 4,5 jam sejak
muncul gejala dan tanda pasien sudah
harus mendapatkan penanganan stroke di
Rumah Sakit. Artinya penderita harus tiba
di Rumah Sakit kurang dari 2 jam.
Selanjutnya dilakukan proses
pemeriksaan sampai pengobatan yang
membutuhkan waktu maksimal 2,5 jam.
Apabila penanganan yang dilakukan
terlambat atau melebihi 4,5 jam maka
akan memperparah kondisi pasien yang
beresiko kematian atau kecacatan
permanen (P2PTM, 2017).
Berbagai upaya sudah dilakukan
untuk menekan angka penderita stroke
dan upaya mengefektifkan pelayanan
stroke, namun nyatanya angka
keterlambatan penanganan stroke atau
stroke prehospital delay masih tinggi.
Tingginya angka prehospital delay yang
ditunjukan dengan hanya sebanyak 18.7%
pasien yang tiba di Rumah Sakit kurang
dari 3 jam setelah onset (Hariyanti et al.,
n.d.). Sementara sisanya tiba di rumah
sakit dalam kurun waktu lebih dari 3 jam.
Dalam penelitian lain ditunjukan bahwa
hanya 24.5 % pasien yang tiba tepat waktu
di Rumah Sakit (Prasetyo, 2017). Ini
merupakan fenomena gunung es di mana
masih banyak pasien yang tidak dibawa ke
Rumah Sakit dengan berbagai alasan. Hal
serupa juga didapatkan pada penelitian
lain, bahwa hanya 24,5% pasien yang
datang tepat waktu atau 3 jam dari onset
stroke (Prasetyo, 2017). Kedua penelitian
tersebut menunjukan bahwa masih
tingginya angka keterlambatan
penanganan stroke di Indonesia.
Terdapat beberapa faktor yang
berpengaruh dalam keterlambatan
penanganan (prehospital delay) stroke di
antaranya adalah keterlambatan dalam
sistem rujukan, kurangnya pendampingan
dalam rujukan, dan tingkat pendidikan.
Status tinggal, di mana pasien yang
tinggal sendirian memiliki kemungkinan
dua kali lebih besar untuk terjadi delay,
jarak antara rumah dan fasilitas kesehatan
yang juga dipengaruhi oleh kemacetan,
serta rendahnya penggunaan ambulans
(Saudin, 2016; Barahama, 2019; Prasetyo,
2017). Walaupun hasil penelitian yang
dilakukan oleh Barahama (2019)
menunjukan bahwa penggunaan ambulans
dan jarak tinggal dengan pelayanan
kesehatan tidak memiliki hubungan yang
bermakna dalam prehospital delay pada
pasien stroke.
Menurut beberapa penelitian yang
dilakukan di luar negeri terdapat beberapa
faktor yang berhubungan dengan kejadian
prehospital delay. Tingkat keparahan
stroke yang dirasa tidak terlalu parah,
rendahnya penggunaan ambulans, dan
usia yang lebih muda, berhubungan
dengan terjadinya prehospital delay (Faiz
et al., 2014). Faktor lain yang
berhubungan dengan prehospital delay
adalah perkembangan gejala di rumah,
kedatangan di UGD tanpa melalui
emergency medical system (EMS),
karakteristik sosio-jarak, faktor klinis,
faktor kontekstual / sosial, faktor kognitif,
dan faktor perilaku (Hong et al., 2011;
Jiang et al., 2016). Sedangkan stroke
awareness dan penggunaan ambulans
dapat menekan tingginya kejadian
prehospital delay pada pasien stroke (H. J.
Kim et al., 2011; Y. S. Kim et al., 2011).
Faktor jenis kelamin dan usia serta
pendidikan tidak memiliki hubungan yang
bermakna dengan terjadinya prehospital
delay pada pasien stroke (Jiang et al.,
4. Jurnal Perawat Indonesia, Volume 5 No 2, Hal 656-671, Agustus 2021
Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah
e-ISSN2 548-7051
p-ISSN 2714-6502
659
2016; Y. S. Kim et al., 2011). Dari
penelitian di atas menunjukan ada
berbagai faktor berbeda yang
memengaruhi prehospital delay pada
pasien stroke.
Sudah terdapat penelitian
mengenai prehospital delay pada pasien
stroke di Indonesia, salah satunya berada
di Jawa Timur dan DKI Jakarta. Penelitian
yang sudah dilakukan di Jawa Timur dan
DKI Jakarta oleh Hariyanti (2015) dan
Prasetyo (2017) yang sudah terdapat
penelitian mengenai masalah tersebut.
Namun belum banyak studi literatur yang
menjelaskan faktor yang berpengaruh
dalam prehospital delay pada pasien
stroke. Untuk itu peneliti merasa perlu
untuk dilakukan penelitian mengenai
faktor yang berhubungan dengan
prehospital delay pada pasien stroke.
Setelah dapat diidentifikasi faktor yang
berpengaruh tersebut diharapkan adanya
intervensi terhadap faktor tersebut untuk
menekan angka prehospital delay pada
pasien stroke.
METODE PENELITIAN
Studi literatur ini menggunakan
scoping review dengan menggunakan data
sekunder yang diambil dari jurnal nasional
maupun internasional dari tahun 2011
hingga tahun 2020. Dengan keyword
pencarian Prehospital / pra-rumah sakit,
delay / keterlambatan, stroke, faktor /
factors, faktor yang berhubungan / related
factors. Data base yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Google Scholar,
Ebsco, Sciencedirect, Pubmed, dan
Researchgate. Jumlah srtikel yang
digunakan dalam studi literatur ini
sebanyak 13 artikel yang dianalisa
menggunakan JBI Critical Appraisal.
Tabel 1. Hasil penelusuran jurnal
Database yang
Digunakan
Jumlah artikel yang
ditemukan
Artikel yang akan
dilakukan skrining
kembali
Google Scholar 38 artikel 5 artikel
Sciencedirect 1364 artikel 7 artikel
EBSCO 55 artikel 5 artikel
Pubmed
Researchgate
42 artikel
100 artikel
6 artikel
6 artikel
Total 1599 artikel 29 artikel
5. Jurnal Perawat Indonesia, Volume 5 No 2, Hal 656-671, Agustus 2021
Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah
e-ISSN2 548-7051
p-ISSN 2714-6502
660
Case Control
4 artikel
Cohort
4 artikel
Cross sectional
5 artikel
Artikel yang dilakukan literature
review (13)
Bagan hasil literature review
Full text artikel (29)
Artikel yang dieliminasi
Tidak sesuai dengan full
text : 16 artikel
Artikel yang dieliminasi
Tidak sesuai dengan
judul : 29
Tidak sesuai dengan
abstrak : 30
Artikel setelah diseleksi judul dan abstrak (59)
Review
Memenuhi
syarat
Screening
/
seleksi
Jumlah artikel yang diperoleh dari
database : 1599 artikel
Google Scholar : 38 artikel
Sciencedirect : 1364 artikel
Ebsco : 55 artikel
Pubmed : 42 artikel
Researchgate : 100 artikel
Jumlah faktor yang
diperoleh dari database :
4
Identifikasi
6. Jurnal Perawat Indonesia, Volume 5 No 2, Hal 656-671, Agustus 2021
Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah
e-ISSN2 548-7051
p-ISSN 2714-6502
661
I. HASIL DAN
PEMBAHASAN
Setelah dilakukan tahapan scoping
review, didapatkan hasil sebanyak 29
artikel yang kemudian diseleksi kembali
menjadi 13 artikel yang dinilai sesuai
dengan kriteria inklusi. Tahapan
selanjutnya adalah menganalisis ke 13
jurnal tersebut menggunakan JBI Critical
Appraisal. Dari ke 13 artikel tersebut
terdapat beberapa faktor yang
dikategorikan menjadi empat faktor yang
berhubungan dengan prehospital delay
pada pasien stroke.
Literatur Revi
Tabel 2. Hasil Literatur Review
Penulis Factor Hasil
Mohammad Abu-
Hegazy, Ibrahim
Elmenshawi,
Mohamed Saad
Karakteristik
responden
Usia yang lebih muda p=0.03 memiliki
hubungan dengan kedatangan yang lebih
awal atau penurunan prehospital delay.
Jarak Pasien yang bertempat tinggal 1 kota
dengan rumah sakit p=0.014 memiliki
hubungan dengan kedatangan pasien
stroke lebih awal.
Sistem
transportasi
Penggunaan kendaraan pribadi tanpa
melalui sistem rujukan p=0.012 memiliki
hubungan dengan kedatangan yang lebih
awal atau penurunan prehospital delay.
M. Ikhwan Kosasih,
Nugrahaeni
Firdausi, Erwin
Yektiningsih,
Zauhani Kusnul
Karakteristik
responden
Usia anggota keluarga p=0.001 memiliki
hubungan yang bermakna dengan
lamanya prehospital delay pada pasien.
Anggota keluarga yang bekerja p=0.034
memiliki hubungan yang bermakna
dengan lamanya waktu kedatangan pasien
di emergency department.
Gejala
Stroke
Orang yang pertama kali menemukan
gejala p=0.032 memiliki hubungan yang
bermakna dengan lamanya prehospital
delay.
Stroke
awareness
Anggota keluarga yang mengambil
keputusan untuk merujuk pasien stroke
p=0.008 memiliki hubungan yang
bermakna dengan lamanya waktu
kedatangan pasien di emergency
department
Kashif Waqar Faiz,
Antje Sundseth,
Bente Thommessen,
Ole Morten Rønning
Karakteristik
responden
Usia yang lebih muda p=0.048 memiliki
hubungan dengan kedatangan pasien lebih
awal di emergency department.
Gejala
stroke
Skor NIHSS yang lebih tinggi
(menandakan tingkat keparahan) P<0.001
menurunkan angka prehospital delay.
Sistem
Transportasi
Penggunaan ambulans p<0.001 memiliki
hubungan dengan kedatangan lebih awal
pada pasien stroke di emergency
department.
7. Jurnal Perawat Indonesia, Volume 5 No 2, Hal 656-671, Agustus 2021
Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah
e-ISSN2 548-7051
p-ISSN 2714-6502
662
Hyung Ju Kim, Jung
Hwan Ahn, Sun Hyu
Kim, Eun Seog
Hong
Karakteristik
responden
Usia yang lebih tua p<0.001 berhubungan
dengan terjadinya prehospital delay.
Gejala
stroke
Perburukan gejala stroke pada pasien
lansia p=0.012 berhubungan dengan
terjadinya prehospital delay.
Tidak adanya gejala gangguan kesadaran
p=0.037 berhubungan dengan terjadinya
prehospital delay.
Sistem
transportasi
Pasien yang tiba setelah ke rumah sakit
lain sebelumnya p<0.001 memiliki
hubungan dengan terjadinya prehospital
delay.
Kedatangan di emergency departmen oleh
pasien sendiri p=0.003 berhubungan
dengan terjadinya prehospital delay.
Derrel V. Barahama
Gilbert Tangkudung
Mieke A. H. N.
Kembuan
Karakteristik
responden
Tingkat pendidikan pasien stroke p=0.01
memiliki hubungan bermakna dengan
keterlambatan kedatangan pasien
(prehospital delay).
Gaurav Nepal,
Jayant Kumar
Yadav, Babin
Basnet, Tirtha Man
Shrestha,
Ghanshyam Kharel
and Rajeev Ojha
Gaurav Nepal,
Jayant Kumar
Yadav, Babin
Basnet, Tirtha Man
Shrestha,
Ghanshyam Kharel
and Rajeev Ojha
Karakteristik
responden
Tingkat pendidikan yang lebih tinggi dari
SMA p<0.001 berhubungan dengan
kedatangan lebih awal pasien stroke di
rumah sakit.
Pendapatan yang kurang dari 1000 USD/
tahun p=0.011 berhubungan dengan
terjadinya prehospital delay.
Jarak Jarak menuju rumah sakit yang kurang
dari 20 Km p<0.001 berhubungan dengan
kedatangan lebih awal pasien stroke
Kemacetan yang parah p<0.001
berhubungan dengan kejadian prehospital
delay
Jarak tempat tinggal p<0.001
memengaruhi waktu prehospital delay
atau lama kedatangan pasien stroke di
rumah sakit.
Gejala
stroke
Munculnya salah satu gejala stroke
berupa penurunan salahsatu bagian wajah
p<0.001 dan gangguan berbicara
p=0.021memiliki hubungan dengan
kedatangan pasien yang lebih awal.
Munculnya onset di siang hari p=0.001
berhubungan dengan kedatangan lebih
awal di rumah sakit pada pasien stroke.
Penyakit diabetes mellitus p=0.018
berhubungan dengan prehospital delay
Stroke
awareness
Kemampuan mengidentifikasi gejala
stroke p<0.001, segera menuju emergency
department setelah terjadinya onset stroke
p=0.001, serta kesadaran mengenai
8. Jurnal Perawat Indonesia, Volume 5 No 2, Hal 656-671, Agustus 2021
Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah
e-ISSN2 548-7051
p-ISSN 2714-6502
663
perawatan pasien stroke p<0.001
berhubungan dengan kedatangan lebih
awal pasien stroke di rumah sakit.
Sistem
transportasi
Kedatangan lansung di emergency
department p<0.001 berhubungan dengan
kedatangan lebih awal dan menurunkan
kejadian prehospital delay.
Edi Prasetyo Karakteristik
responden
Status tinggal p=0.05 memengaruhi
waktu prehospital delay atau lama
kedatangan pasien stroke di rumah sakit.
System
transportasi
Penggunaan ambulans p=0.005
memengaruhi waktu prehospital delay
atau lama kedatangan pasien stroke di
rumah sakit.
Tomoko Yanagida,
Shigeru Fujimoto,
Takuya Inoue,
Satoshi Suzuki
Karakteristik
responden
Status tinggal sendirian p=0.005 dan
tinggal hanya dengan pasangan p=0.017
berhubungan dengan prehospital delay.
Gejala
Stroke
Penemuan gejala oleh pasien sendiri
p=0.025 berhubungan dengan
keterlambatan kedatangan pasien stroke
(prehospital delay).
Sistem
transportasi
Mendatangi dokter setempat terlebih
dahulu p=0.004 berhubungan dengan
keterlambatan kedatangan pasien stroke
(prehospital delay).
Didik Saudin,
Achdiat Agoes, Ika
Setyo Rini
Jarak Jarak rujukan (>7 Km) p=0.031 memiliki
pengaruh antara keterlambatan lama
rujukan atau prehospital delay dengan
faktor demografi atau jarak rujukan saat
merujuk ke RSUD Jombang
Sistem
transportasi
Faktor pendampingan oleh tenaga
kesehatan saat melakukan rujukan
p=0.015 memiliki hubungan antara faktor
pendampingan dengan waktu tanggap
atau lama rujukan (prehospital delay).
Narenraj
Arulprakash,
Meenakshisundaram
Umaiorubahan
Jarak Tempat tinggal di wilayah pinggir kota
dan pedesaan p=0.001 menjadi faktor
prehospital delay
Gejala
stroke
Tingkat keparahan gejala p=0.001
menjadi faktor keterlambatan kedatangan
pasien (prehospital delay).
Waktu munculnya onset ketika pasien
bangun tidur (wake up stroke) p=0.005
menjadi salahsatu faktor terjadinya
prehospital delay.
V. V. Ashraf, M.
Maneesh, R.
Praveenkumar, K.
Jarak Jarak menuju rumah sakit yang kurang
dari 15 Km p=0.03 berhubungan dengan
kedatangan lebih awal pada pasien
stroke.
9. Jurnal Perawat Indonesia, Volume 5 No 2, Hal 656-671, Agustus 2021
Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah
e-ISSN2 548-7051
p-ISSN 2714-6502
664
Saifudheen, A. S.
Girija
Gejala
stroke
Adanya hemiplegia p=0.001 berhubungan
dengan kedatangan lebih awal pada
pasien stroke.
Riwayat penyakit arteri koroner p=0.001
berhubungan dengan kedatangan lebih
awal pada pasien stroke.
Sistem
transportasi
Langsung menuju departemen stroke
setelah terjadinya onset p<0.001
berhubungan dengan kedatangan lebih
awal pada pasien stroke.
Dongbeom Song,
Eijirou Tanaka,
Kijeong Lee,
Shoichiro Sato,
Masatoshi Koga,
Young Dae Kim,
Kazuyuki
Nagatsuka,
Kazunori Toyoda, Ji
Hoe Heo
Gejala
stroke
Skor NIHSS yang lebih tinggi p=0.031
berhubungan dengan kedatangan pasien
lebih awal di rumah sakit.
Munculnya onset di siang hari p<0.001
berhubungan dengan kedatangan lebih
awal di rumah sakit.
Sistem
transportasi
Pengaktifan Emergency Medical System
(EMS) p<0.001 berhubungan dengan
kedatangan lebih awal pada pasien stroke.
Young Seo Kim,
Sang-Soon Park,
Hee-Joon Bae, A-
Hyun Cho, Yong-Jin
Cho, Moon-Ku Han,
Ji Hoe Heo, Kyusik
Kang, Dong-Eog
Kim, Hahn Young
Kim, Gyeong-Moon
Kim, Sun Uk Kwon,
Hyung-Min Kwon,
Byung-Chul Lee,
Kyung Bok Lee,
Seung-Hoon Lee,
Su-Ho Lee, Yong-
Seok Lee, Hyo Suk
Nam, Mi-Sun Oh,
Jong-Moo Park,
Joung-Ho Rha,
Kyung-Ho Yu,
Byung-Woo Yoon
Gejala
stroke
Skor NIHSS yang tinggi p=0.001 dapat
menurunkan angka prehospital delay.
Sistem
Trasnportasi
Penggunaan ambulans p=0.01 dapat
menurunkan kejadian prehospital delay.
Stroke
awareness
Pengetahuan mengenai trombolisis
p=0.022 dapat menurunkan terjadinya
prehospital delay.
Kemampuan mengenali gejala yang
dialami adalah stroke baik itu oleh pasien
maupun keluarga p<0.001 dapat
menurunkan terjadinya prehospital delay.
10. Jurnal Perawat Indonesia, Volume 5 No 2, Hal 656-671, Agustus 2021
Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah
e-ISSN2 548-7051
p-ISSN 2714-6502
665
Karakteristik Responden
Dari literatur review yang
dilakukan didapatkan hasil bahwa
karakteristik responden seperti jarak
tempat tinggal, usia, tingkat pendidikan,
pekerjaan, tingkat pendapatan, dan status
tinggal (sendiri atau bersama oranglain)
merupakan faktor yang berpengaruh
dalam stroke prehospital delay. Dalam
hasil literature review ditemukan bahwa
jarak yang relatif dekat berpengaruh
terhadap penurunan prehospital delay
sedangkan jarak yang relatif jauh dapat
meningkatkan kondisi prehospital delay
(Ashraf et al., 2015; Saudin, Agoes, 2016;
Nepal et al., 2019). Kondisi jarak yang
dapat berpengaruh terhadap prehospital
delay dapat ditanggulangi dengan
penggunaan ambulans yang dapat
mempersingkat waktu selama perjalanan.
Selanjutnya terdapat juga usia yang juga
berhubungan dengan terjadinya
prehospital delay pada pasien stroke. Dari
scoping review yang dilakukan didapatkan
hasil bahwa usia yang lebih muda
memiliki hubungan dengan kedatangan
yang lebih awal atau penurunan
prehospital delay (Abu-hegazy et al.,
2017). Tidak hanya usia pasien,
disebutkan juga bahwa usia anggota
keluarga berpengaruh terhadap kondisi
prehospital delay (Kosasih et al., 2020).
Didapatkan hasil bahwa keluarga maupun
pasien yang memiliki tingkat pendidikan
yang lebih tinggi cenderung memiliki
durasi prehospital delay yang lebih
singkat (Barahama & Tangkudung, 2019)
serta tiba di rumah sakit lebih awal
(Ashraf et al., 2015; Nepal et al., 2019).
Pekerjaan dan pendapatan berpengaruh
terhadap prehospital delay. Hal ini
dikarenakan kesigapan untuk menyadari
kondisi pasien dan membawa pasien
untuk segera mendapat penanganan.
Anggota keluarga yang bekerja memiliki
pengaruh terhadap terjadinya prehospital
delay (Kosasih et al., 2020). Faktor
pendapatan yang dibawah 1000 USD/
tahun memiliki hubungan dengan kondisi
prehospital delay (Nepal et al., 2019).
Dari 13 artikel terdapat 2 artikel yang
menyatakan mengenai status tinggal
dengan terjadinya kondisi prehospital
delay. Pasien lansia yang tinggal sendiri
atau hanya bersama dengan pasangan
memiliki risiko mengalami prehospital
delay yang lebih tinggi dibandingkan
dengan yang tinggal di panti (Yanagida et
al., 2016).
Gejala Stroke
Faktor lain yang memengaruhi
lama prehospital delay adalah tingkat
keparahan gejala yang dipersepsikan
sebagai kondisi yang membutuhkan
pertolongan segera. Instrumen untuk
mengkaji kuantitas stroke yang berkaitan
dengan defisit neurologis adalah National
Institute of Health Stroke Scale (NIHSS)
(Jojang et al., 2016). NIHSS dapat
mengindikasikan tingkat keparahan gejala
yang dialami sesuai dengan skor yang
didapat. Skor NIHSS yang lebih tinggi
serta tingkat keparahan gejala yang lebih
tinggi berhubungan dengan kedatangan
lebih awal pada pasien stroke di rumah
sakit (Arulprakash & Umaiorubahan,
2018; Faiz et al., 2014; Y. S. Kim et al.,
2011; Song et al., 2015). Namun
penelitian berbeda menunjukan bahwa
perburukan kondisi pada lansia menjadi
faktor terjadinya prehospital delay (H. J.
Kim et al., 2011). Dari hasil literatur
tersebut dapat disimpulkan bahwa
persepsi masyarakat mengenai keparahan
gejala stroke dapat menjadi salah satu
prediktor terjadinya keterlambatan.
Karena itu membangun stroke awareness
seperti pengenalan tanda dan gejala stroke
serta tindakan yang harus dilakukan
apabila menemukan pasien dengan gejala
stroke, yakni menghubungi rumah sakit
atau call center darurat (Indonesia : 119)
dapat mengurangi risiko terjadinya
prehospital delay.
Faktor lain yang berkaitan dengan
gejala adalah munculnya gejala stroke itu
sendiri. Dalam penelitian Nepal et al.
11. Jurnal Perawat Indonesia, Volume 5 No 2, Hal 656-671, Agustus 2021
Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah
e-ISSN2 548-7051
p-ISSN 2714-6502
666
(2019), hanya penurunan atau kelemahan
wajah, dan gangguan bicara yang
mempersingkat prehospital delay.
Berbeda dari penelitian di atas ditemukan
hasil bahwa adanya kondisi hemiplegia
pada pasien menjadi faktor yang
mempercepat kedatangan pasien stroke di
rumah sakit (Ashraf et al., 2015). Hasil
berbeda juga ditemukan dalam penelitian
lain, disebutkan bahwa ketika tiadanya
gangguan kesadaran pada pasien stroke
berhubungan dengan terjadinya delay (H.
J. Kim et al., 2011). Hasil yang berbeda
pada penelitian tersebut dipengaruhi oleh
stroke awareness yang dimiliki oleh
masing-masing responden pada penelitian
yang berbeda.
Selanjutnya terdapat faktor lain
dalam prehospital delay adalah waktu
munculnya onset. Waktu munculnya
gejala atau onset ini dapat dibedakan
menjadi daytime onset dan nighttime
onset. Waktu munculnya onset atau gejala
juga dapat mempengaruhi terjadinya
prehospital delay ataupun tidak,
sementara waktu onset stroke
didefinisikan sebagai waktu ketika pasien
menemukan gejala neurologis pertama
yang menandakan gejala stroke
(Arulprakash & Umaiorubahan, 2018).
Dari hasil literatur didapatkan hasil bahwa
munculnya onset di waktu siang hari
menjadi salah satu faktor yang dapat
menurunkan prehospital delay (Nepal et
al., 2019; Song et al., 2015). Penemuan
gejala ketika pasien baru bangun tidur
dianggap sebagai nightime onset atau
onset di malam hari berhubungan dengan
terjadinya prehospital delay (Arulprakash
& Umaiorubahan, 2018). Hal ini mungkin
disebabkan oleh keterlambatan saksi
untuk menyadari onset stroke yang
menyerang pasien di malam hari,
ditambah dengan waktu penundaan
hingga pagi untuk membawa pasien ke
rumah sakit juga menjadi penyebab
terjadinya delay.
Sistem transportasi dan rujukan
Proses penatalaksanaan segera pada
pasien stroke menuju ke rumah sakit
selain dipengaruhi oleh jarak tempuh juga
dipengaruhi oleh jenis kendaraan yang
digunakan. Selain itu adanya sistem
pelayanan kegawat daruratan yang
diterapkan oleh rumah sakit juga dapat
menjadi faktor yang memengaruhi
terjadinya prehospital delay. Dalam
literatur review yang dilakukan
didapatkan hasil bahwa penggunaan
ambulans dinilai dapat mengurangi lama
waktu tempuh di perjalanan serta dapat
memberikan tindakan minimal segera
pada pasien yang mengalami serangan
stroke, sehingga dapat mengurangi
terjadinya kondisi prehospital delay (Faiz
et al., 2012; Y. S. Kim et al., 2011; Song
et al., 2015). Pada penggunaan EMS atau
ambulans pengenalan gejala awal stroke
yang diderita oleh pasien menjadi hal
utama yang mencetuskan untuk proses
memanggil bantuan (Faiz et al., 2012; Y.
S. Kim et al., 2011).
Hal lain yang terkait dengan adanya
EMS adalah sistem rujukan. Dalam studi
literatur ini didapatkan 5 jurnal yang
membahas mengenai masalah tersebut
yang pertama adalah jurnal dari Yanagida
et al., (2016) yang menyebutkan bahwa
dengan mendatangi dokter setempat
terlebih dahulu justru berhubungan
dengan terjadinya prehospital delay, hal
senada juga diungkapkan oleh H. J. Kim
et al., (2011) bahwa pasien yang tiba di
rumah sakit lain terlebih dahulu sebelum
tiba di rumah sakit yang dapat
memberikan pelayanan adekuat pada
pasien stroke juga menjadi faktor pencetus
terjadinya prehospital delay. Faktor
lainnya adalah apabila pasien tiba di
rumah sakit sendiri tanpa adanya
pendampingan dari tenaga kesehatan
dapat menjadi pencetus terjadinya
prehospital delay (H. J. Kim et al., 2011).
Sementara itu kedatangan langsung di
Emergency Department (ED)
berhubungan dengan kemungkinan
prehospital delay yang lebih kecil (Nepal
et al., 2019). Terdapat pula penelitian
12. Jurnal Perawat Indonesia, Volume 5 No 2, Hal 656-671, Agustus 2021
Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah
e-ISSN2 548-7051
p-ISSN 2714-6502
667
yang menunjukan bahwa penggunaan
kendaraan pribadi berhubungan dengan
penurunan prehospital delay (Abu-hegazy
et al., 2017). Penelitian yang dilakukan di
Mesir tersebut menggambarkan kondisi
yang dipengaruhi oleh kesiapan
emergency system dan sistem rujukan
yang terdapat di tempat penelitian
dilakukan, sehingga penggunaan
kendaraan pribadi dinilai lebih cepat. Hal
ini menjadi catatan bagi rumah sakit
terkait bahwa mengefektifkan layanan di
rumah sakit tersebut dapat mengurangi
risiko terjadinya keterlambatan.
Dalam penelitian mengenai
penggunaan ambulans pada pasien stroke
di Indonesia salahsatunya dilakukan oleh
Prasetyo, (2017), menyatakan bahwa
penggunaan ambulans di Indonesia masih
rendah disamping kurangnya sosialisasi
juga dikarenakan keterbatasan sarana dan
prasarana padahal dalam penelitiannya
ditemukan bahwa penggunaan ambulans
dapat memengaruhi waktu lamanya pasien
tiba di rumah sakit.
Protokol yang dapat digunakan pada
proses ambulasi pasien stroke
salahsatunya yang sudah ditetapkan oleh
Perdossi (2011) mengenai kelengkapan
perlengkapan peralatan yang tersedia di
ambulans serta tugas tenaga kesehatan
selama proses transportasi menuju rumah
sakit. Peraturan lain juga terdapat dalam
Peraturan Menteri Kesehatan No. 19
Tahun 2016 mengenai Sistem
Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu
(SPGDT) (Kemenkes, 2016) dan
Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 47 Tahun 2018
mengenai pelayanan kegawatdaruratan
(Kemenkes, 2018).. Didalamnya
dijelaskan mengenai adanya pusat
komando nasional yang dengan kode
akses 119 yang berlaku di seluruh wilayah
Indonesia yang selanjutnya membawahi
Public Safety Center (PSC) yang
merupakan bagian utama dalam SPGDT
yang melayani koordinasi dan pelayanan
kegawatdaruratan yang berkedudukan di
tingkat kota dan/ atau kabupaten. Dalam
tugasnya PSC juga dapat memberikan
bantuan pelayanan kegawatdaruratan,
triase, pemberian pertolongan pertama,
proses evakuasi korban juga koordinasi
antar fasilitas kesehatan termasuk di
dalamnya adalah sistem rujukan apabila
diperlukan. Dalam peraturan tersebut juga
dijelaskan bahwa sistem pelayanan pasien
gawat darurat salah satunya terdiri dari
penanganan prafasilitas pelayanan
kesehatan atau bisa disebut juga
prehospital. Tenaga kesehatan dari PSC
juga bertanggung jawab untuk
memberikan pertolongan pertama di
tempat kejadian atau pada saat proses
evakuasi medik sebelum tiba di fasilitas
pelayanan kesehatan serta. Proses
evakuasi medik ini dapat menggunakan
ambulans transportasi ataupun ambulans
gawat darurat menuju fasilitas kesehatan
sesuai indikasi pasien dengan tetap
memperhatikan upaya resusitasi dan
stabilisasi pada pasien. Dalam proses
evakuasi ini PSC berperan untuk
koordinasi antar rumah sakit dan call
center yang memastikan ketersediaan
ambulans, pelayanan yang diberikan serta
ketersediaan ruang perawatan.
Dalam kaitannya dengan prehospital
delay pada pasien stroke adanya PSC
dapat menjadi sebuah sarana untuk
mengurangi kemungkinan terjadinya
kemungkinan prehospital delay. Namun
dilansir dari situs berita Media Indonesia
pada bulan mei 2018 baru sekitar 160
kabupaten kota yang memiliki program
PSC (Fathulrahman, 2018), padahal di
Indonesia sendiri terdapat setidaknya 514
kabupaten dan kota. Angka ini
menunjukan belum tersebarnya program
PSC ini secara merata. Pemanfaatan PSC
ini menjadi solusi yang dapat diterapkan
di Indonesia untuk mengurangi terjad inya
prehospital delay pada pasien stroke.
Disamping dapat mengurangi waktu
tempuh selama perjalanan menuju rumah
sakit, juga dapat menjadi pertolongan
pertama bagi pasien yang mengalami
onset. Terkhusus pasien stroke maka
tenaga kesehatan yang dikirim oleh PSC
13. Jurnal Perawat Indonesia, Volume 5 No 2, Hal 656-671, Agustus 2021
Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah
e-ISSN2 548-7051
p-ISSN 2714-6502
668
juga harus memiliki kemampuan untuk
dapat mengidentifikasi bahwa kondisi
yang terjadi merupakan stroke, sehingga
dapat dengan cepat menentukan tindakan
selanjutnya yang perlu dilakukan,
termasuk merujuk ke fasilitas kesehatan
yang dapat memberikan perawatan pada
pasien stroke secara adekuat (seperti pada
unit khusus stroke).
Stroke Awareness
Stroke awareness merupakan
kondisi di mana keluarga maupun pasien
mampu menyadari bahwa onset yang
terjadi merupakan gejala stroke.
Kemampuan keluarga dan pasien
mengenai gejala stroke, bersegera menuju
ke rumah sakit setelah terjadinya onset
stroke dan pengetahuan mengenai
perawatan pasien stroke merupakan
bagian dari stroke awareness yang
berpengaruh terhadap terjadinya
prehospital delay pada pasien stroke
(Nepal et al., 2019). Awareness mengenai
terapi thrombolitik yang memiliki
keterbatasan waktu dalam efektivitasnya
pada pasien stroke juga merupakan faktor
yang berpengaruh terhadap terjadinya
prehospital delay (Y. S. Kim et al., 2011).
Faktor berikutnya dalam
prehospital delay pada pasien stroke
adalah pengambilan keputusan oleh
keluarga. Pengambilan keputusan
(decision making) oleh keluarga adalah
pilihan yang diambil oleh keluarga untuk
memutuskan tindakan yang harus
dilakukan (Rahmawan et al., 2020).
Proses pengambilan keputusan ini
dipengaruhi oleh stroke awareness dan
stroke knowledge yang dimiliki oleh
keluarga. Proses pengambilan keputusan
merupakan hal penting dalam upaya
memberikan penanganan secepat
mungkin kepada pasien stroke. Proses
pengambilan keputusan ini biasanya
dilakukan oleh keluarga dan ini berperan
penting terhadap terjadinya prehospital
delay (Kosasih et al., 2020). Hal ini juga
berhubungan dengan waktu yang
diperlukan untuk mengambil keputusan
terkait penanganan pasien sangat
berpengaruh terhadap terjadinya
prehospital delay.
Kesimpulan
Berdasarkan telaah jurnal yang
telah dilakukan maka didapatkan hasil
berupa empat faktor yang dapat
memengaruhi atau berhubungan dengan
terjadinya prehospital delay pada pasien
stroke. Faktor tersebut adalah (1)
karakteristik responden yang didalamnya
terdapat faktor seperti usia, faktor jarak,
tingkat pendidikan, pendapatan,
pekerjaan, dan status tinggal. Selanjutnya
adalah (2) gejala stroke yang meliputi
gejala yang muncul, waktu ditemukannya
gejala, tingkat keparahan gejala,
penemuan gejala serta adanya penyakit
penyerta yang diderita pasien sebelumnya.
Berikutnya terdapat faktor (3) sistem
transportasi dan sistem rujukan yang
memengaruhi terjadinya prehospital delay
hal ini digambarkan dengan adanya
penggunaan ambulans atau kendaraan
pribadi serta pendampingan yang
diberikan selama adanya proses rujukan.
Terakhir terdapat faktor (4) mengenai
stroke yang meliputi pengetahuan
mengenai stroke serta terapi yang dapat
diberikan pada pasien penderita stroke
segera setelah onset terjadi. Namun
penelitian lebih lanjut diperlukan untuk
mengetahui mengenai keseluruhan faktor-
faktor tersebut dalam pengaruhnya
terhadap stroke prehospital delay.
Daftar Pustaka
Abu-hegazy, M., Elmenshawi, I., &
Saad, M. (2017). Barriers for acute
ischemic stroke treatment using
recombinant tissue plasminogen
activator in Mansoura Emergency
Hospital : prehospital and inhospital
delay factors. 263–268.
https://doi.org/10.4103/1110-
14. Jurnal Perawat Indonesia, Volume 5 No 2, Hal 656-671, Agustus 2021
Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah
e-ISSN2 548-7051
p-ISSN 2714-6502
669
1083.202377
Arulprakash, N., & Umaiorubahan,
M. (2018). Causes of delayed arrival
with acute ischemic stroke beyond
the window period of thrombolysis.
https://doi.org/10.4103/jfmpc.jfmp
c Ashraf, V. V, Maneesh, M.,
Praveenkumar, R., Saifudheen, K.,
& Girija, A. S. (2015). Factors
delaying hospital arrival of
patients with acute stroke. 18(2).
https://doi.org/10.4103/0972-
2327.150627
Battiaca, F. B. (2008). Asuhan
Keperawatan Klien dengan
Gangguan Sistem Persarafan (A.
Novianty (ed.)). Salemba Medika.
D. Saudin, A. Agoes, I. S. R. (n.d.).
Analisis faktor yang
mempengaruhi keterlambatan
dalam mengatasi pasien stroke
saat merujuk ke rsud jombang. 1–
12.
D.V. Barahama, G. Tangkudung, M.
A. H. N. K. (n.d.). Faktor-faktor yang
Berhubungan dengan
Keterlambatan Kedatangan
Pasien. 1–6.
Faiz, K. W., Sundseth, A.,
Thommessen, B., & Rønning, O.
M. (2012). Prehospital delay in
acute stroke and TIA. August.
https://doi.org/10.1136/emermed-
2012-201543
Faiz, K. W., Sundseth, A.,
Thommessen, B., & Rønning, O.
M. (2014). Factors Related to
Decision Delay in Acute Stroke.
Journal of Stroke and
Cerebrovascular Diseases, 23(3),
534–539.
https://doi.org/10.1016/j.jstrokecer
e brovasdis.2013.05.007
Fathulrahman, A. (2018). Sudah
160 Kabupaten Kota Miliki
Layanan Darurat. Media
Indonesia.
Hariyanti, T., Prabandari, Y. S., Ilmu,
L., Masyarakat, K., Kedokteran,
F., Brawijaya, U., Kedokteran, F.,
Gadjah, U., & Yogyakarta, M.
(n.d.). Health
Seeking Behaviour pada Pasien Stroke
Health Seeking Behavior on Stroke
Patients. 28(3), 242–246.
Hong, E. S., Kim, S. H., Kim, W.
Y., Ahn, R., & Hong, J. S. (2011).
Factors associated with prehospital
delay in acute stroke. 790–794.
https://doi.org/10.1136/emj.2010.09
4425
Jiang, B., Ru, X., Sun, H., Liu, H.,
Sun, D., & Liu, Y. (2016). Pre-
hospital delay and its associated factors
in first-ever stroke registered in
communities from three cities in
China. July, 1–11.
https://doi.org/10.1038/srep29795
Johnson, W., Onuma, O., Owolabi,
M., & Sachdev, S. (2016). Stroke:
A global response is needed.
Bulletin of the World Health
Organization, 94(9), 634A-635A.
https://doi.org/10.2471/BLT.16.181 636
Jojang, H., Runtuwene, T., Skripsi, K.,
Kedokteran, F., Sam, U., Neurologi,
B., Kedokteran, F., & Sam, U.
(2016). Perbandingan NIHSS pada
pasien stroke hemoragik dan non-
hemoragik yang rawat inap di
Bagian Neurologi RSUP Prof . Dr .
R . D . Kandou. 4, 3–6.
Junaidi, I. (2011). Stroke waspadai
ancamannya. In Westriningsih
(Ed.), Yogyakarta: Penerbit Andi
(1st ed.). CV Andi Offset.
https://doi.org/10.1176/appi.ajp.162
. 2.383
Kemenkes. (2016). Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 19 Tahun 2016
tentang Sistem Penangulangan
Gawat Darurat Terpadu. Berita
Negara Republik Indonesia Tahun
2016, 19(5), 1–17.
Kemenkes. (2018). No Title. Kesehatan,
B. P. D. P. (2013). Riset Kesehatan
Dasar 2013. In Kemenkes RI (Vol.
7). https://mail-
attachment.googleusercontent.com/
a
ttachment/u/0/?ui=2&ik=a4c777866
15. Jurnal Perawat Indonesia, Volume 5 No 2, Hal 656-671, Agustus 2021
Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah
e-ISSN2 548-7051
p-ISSN 2714-6502
670
6&attid=0.1&permmsgid=msg-
a:r6419072225801909551&th=16e
0
1af35e729485&view=att&disp=safe
&saddbat=ANGjdJ-S8U0QPNwY-
j96L2tijY6kH4hx-
sihhRDAuQXniNJcZJTHznM9Np
m XjfUyZ5C6YMlFQr3BvnMf
Kim, H. J., Ahn, J. H., Kim, S. H.,
& Hong, E. S. (2011). Selected Topics :
Prehospital Care FACTORS
ASSOCIATED WITH
PREHOSPITAL DELAY FOR
ACUTE STROKE IN. JEM, 41(1),
59–63.
https://doi.org/10.1016/j.jemermed.2
010.04.001
Kim, Y. S., Park, S., Bae, H., Cho,
A., Cho, Y., Han, M., Heo, J. H.,
Kang, K., Kim, D., Kim, H. Y.,
Kim, G., Kwon, S. U., Kwon, H.,
Lee, B., Lee, K. B., Lee, S., Lee, S.,
Lee, Y., & Nam, H. S. (2011a).
Stroke awareness decreases
prehospital delay after acute
ischemic stroke in korea.
https://doi.org/10.1186/1471-2377-
11-2
Kim, Y. S., Park, S., Bae, H., Cho,
A., Cho, Y., Han, M., Heo, J. H.,
Kang, K., Kim, D., Kim, H. Y.,
Kim, G., Kwon, S. U., Kwon, H.,
Lee, B., Lee, K. B., Lee, S., Lee, S.,
Lee, Y., & Nam, H. S. (2011b).
Stroke awareness decreases
prehospital delay after acute
ischemic stroke in korea.
Kosasih, M. I., Firdausi, N.,
Yektiningsih, E., & Kusnul, Z.
(2020). The Effect Of Determinant
Factors In The Family On The
Arrival Time Of Patients Stroke In
Emergency Installation. 9(1), 44–
53.
https://doi.org/10.30994/sjik.v9i1.2
2 7
Nepal, G., Yadav, J. K., Basnet, B.,
Shrestha, T. M., Kharel, G., &
Ojha,
R. (2019). Status of prehospital delay
and intravenous thrombolysis in
the management of acute ischemic stroke
in Nepal. BMC
Neurology, 19(1), 1–9.
https://doi.org/10.1186/s12883-019-
1378-3
Ort, E. P. (2002). H E A LT H.
P2PTM. (2017). stroke p2ptm (1).
GERMAS Cegah Stroke.
Prasetyo, E. (2017). Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Keterlambatan Pasien
Stroke Akut Datang ke Lima Rumah
Sakit Pemerintah di DKI Jakarta. 9(1).
Rahmawan, F. A., Yueniwati, Y., &
Suharsono, T. (2020). OPEN ACCESS
PERCEPTION OF SEVERITY LEVEL
AND DECISION MAKING OF FAMILY
CORRELATION TOWARD. 6(2),
63–68.
https://doi.org/10.21776/ub.mnj.202
0.006.02.3
Setyopranoto, I., Bayuangga, H. F.,
Panggabean, A. S., Alifaningdyah, S.,
Lazuardi, L., Dewi, F. S. T., & Malueka,
R. G. (2019). Prevalence of stroke and
associated risk factors in sleman district
of Yogyakarta Special Region,
Indonesia. Stroke Research and
Treatment, 2019.
https://doi.org/10.1155/2019/264245 8
Song, D., Tanaka, E., Lee, K., Sato,
S., Koga, M., & Kim, D. (2015).
Factors Associated with Early Hospital
Arrival in Patients with Acute Ischemic
Stroke. 17(2), 159–
167.
Stroke, P., Dokter, P., & Indonesia,
S. S. (2011). GUIDELINE STROKE
TAHUN 2011.
Taufik Mesiano. (2017). Apa itu Strok ?
WorldStrokeDay2017.1–
30.
http://p2ptm.kemkes.go.id/uploads/
VHcrbkVobjRzUDN3UCs4eUJ0dV
Bndz09/2017/10/Apa_itu_Strok_dr_
Taufik_Mesiano_Media_Briefing_H
ari_Stroke_Sedunia_26_Oktober_20
17.pdf
Venketasubramanian, N., Yoon, W., Pandian,
J., & Navarro, C. (2017).
16. Jurnal Perawat Indonesia, Volume 5 No 2, Hal 656-671, Agustus 2021
Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah
e-ISSN2 548-7051
p-ISSN 2714-6502
671
Stroke Epidemiology in South , East
, and South-East Asia : A Review. 19(3),
286–294.
Wirawan, N., Bagus, I., Putra, K., &
Denpasar, P. S. (2013).
PREHOSPITALIZED MANAGEMENT
ON ACUTE STROKE. 1–15.
Yanagida, T., Fujimoto, S., & Inoue,
T. (2016). Causes of prehospital
delay in stroke patients in an urban
aging society Journal of Clinical
Gerontology & Geriatrics Causes of
prehospital delay in stroke patients
in an urban aging society. Journal
of Clinical Gerontology &
Geriatics, 5(3), 77–81.
https://doi.org/10.1016/j.jcgg.2014.0
2.001