Resume perkuliahan membahas dua teori belajar yaitu teori belajar sosio-kultural dan teori belajar konstruktivisme. Teori belajar sosio-kultural menekankan pengaruh lingkungan sosial dan budaya dalam belajar seseorang, sedangkan teori belajar konstruktivisme lebih mengedepankan peran individu dalam mengkonstruksi pengetahuannya. Kedua teori ini memberi sumbangan besar bagi penerapan pembelajaran aktif
1. RESUME
PERKULIAHAN ORIENTASI BARU DALAM PSIKOLOGI PENDIDIKAN
HARI, TANGGAL : Kamis, 9 Pebruari 2012 JAM : 08.00-10.15
TOPIK : Learning 2 RUANG : 403
A. SUMMARY MATERI
Materi yang dibahas dalam diskusi ini ialah teori belajar sosio-kultural dan teori
belajar konstruktifisme. Peletak dasar teori belajar sosio-kultural ialah Jean Piaget dan
Vygotsky.
Menurut Piaget, belajar ditentukan karena adanya karsa individu artinya pengetahuan
berasal dari individu. Siswa berinteraksi dengan lingkungan sosial yaitu teman sebayanya
dibanding orang-orang yang lebih dewasa. Penentu utama terjadinya belajar adalah
individu yang bersangkutan (siswa) sedangkan lingkungan sosial menjadi faktor sekunder.
Sedangkan bagi Vygotsky Jalan pikiran seseorang dapat dimengerti dengan cara
menelusuri asal usul tindakan sadarnya dari interaksi sosial (aktivitas dan bahasa yang
digunakan) yang dilatari sejarah hidupnya. Peningkatan fungsi-fungsi mental bukan
berasal dari individu itu sendiri melainkan berasal dari kehidupan sosial atau
kelompoknya. Kondisi sosial sebagai tempat penyebaran dan pertukaran pengetahuan,
keterampilan dan nilai-nilai sosial budaya.
Ada beberapa konsep teori belajar sosio-kultural yakni Teori belajar dan pembelajaran
yaitu genetic law of development, Zona perkembangan proksimal (zone of proximal
development), dan Mediasi.
Dalam dunia pendidikan, aplikasi dari teori belajar sosial dapat dirasakan dalam
berbagai jenjang dan model pendidikan, entah dalam pendidikan informal, nonformal dan
pendidikan formal. Secara khusus dalam pendidikan formal, pengaruh teori ini merambah
semua komponen (stake holders) pendidikan. selain itu, komponen-komponen
pembelajaran juga harus dikembangkan dengan mengedepankan prinsip-prinsip teori
belajar sosio-kultural.
Teori belajar sosio-kultural ini tentu memiliki kelebihan tertentu bila dibandingkan
dengan teori belajar yang lainnya. Beberapa di antaranya ialah Anak memperoleh
kesempatan yang luas untuk mengembangkan zona perkembangan proximalnya atau
Resume perkuliahan Orientasi Baru dalam Psikologi pendidikan Page 1
2. potensinya melalui belajar dan berkembang; Pembelajaran perlu lebih dikaitkan dengan
tingkat perkembangan potensialnya daripada tingkat perkembangan aktualnya;
Pembelajaran lebih diarahkan pada penggunaan strategi untuk mengembangkan
kemampuan intermentalnya daripada kemampuan intramental; Anak diberi kesempatan
yang luas untuk mengintegrasikan pengetahuan deklaratif yang telah dipelajarinya dengan
pengetahuan prosedural yang dapat dilakukan untuk tugas-tugas atau pemecahan masalah;
Proses belajar dan pembelajaran tidak bersifat transferal tetapi lebih merupakan ko-
konstruksi.
Namun selain kelebihan-kelebihan itu, tentu teori ini juga tak luput dari kelemahan-
kelemahan. Seperti, Terbatas pada perilaku yang tampak; proses-proses belajar yang
kurang tampak seperti pembentukan konsep; belajar dari berbagai sumber belajar, dan
juga Pemecahan masalah dan kemampuan berpikir sukar diamati secara langsung.
Sementara itu, dalam teori belajar kontruktifisme, pengetahuan merupakan konstruksi
(bentukan) dari orang yang mengenal sesuatu (skemata). Pengetahuan tidak bisa ditransfer
dari guru kepada orang lain, karena setiap orang mempunyai skema sendiri tentang apa
yang diketahuinya. Dengan demikian, seseorang yang belajar itu berarti membentuk
pengertian atau pengetahuan secara aktif dan terus-menerus. Boleh dikatakan bahwa
pengetahuan setiap individu dibangun oleh dirinya sendiri. Teori belajar konsep, teori
pembelajaran bermakna Ausubel, dan teori skema merupakan pengembangan lanjutan dari
teori konstruktifisme.
Dalam konteks pembelajaran, aplikasi dari teori ini tampak dalam penerapan model
mekanistis dalam pembelajaran, pendekatan empiristik, pendekatan strukturalistik, dan
realistik. Dalam pembelajaran matematika, konsep ini secara utuh terserap dalam
pendekatan pembelajaran matematika realistik.
B. ISU DALAM DISKUSI
• Perkembangan anak dilihat dari intermental dan intramental, maksudnya? (Puryati)
Dalam konteks pembelajaran dewasa ini, anak tidak lagi dianggap sebagai
kertas kosong yang tidak berisi, tetapi anak adalah pribadi yang sudah memiliki
pengetahuannya sendiri dan bisa mengkonstruksikan sendiri pengetahuan.
Dalam konsep Vygotsky, perkembangan individu semestinya tidak hanya
dipengaruhi oleh perkembangan dirinya sendiri tetapi juga dipengaruhi oleh
lingkungan sosial.
Resume perkuliahan Orientasi Baru dalam Psikologi pendidikan Page 2
3. Setiap kemampuan seseorang akan tumbuh dan berkembang melewati dua
tataran, yaitu interpsikologis atau intermental dan intrapsikologis atau intramental.
Pandangan teori ini menempatkan intermental atau lingkungan sosial sebagai faktor
primer dan konstitutif terhadap pembentukan pengetahuan serta perkembangan
kognitif seseorang. Sedangkan fungsi intramental dipandang sebagai derivasi atau
keturunan yang tumbuh atau terbentuk melalui penguasaan dan internalisasi terhadap
proses-proses sosial tersebut.
• Bagaimana dengan refleksi dalam teori belajar sosio-kultural dan konstruktifisme?
(Siti Hanifa)
Implikasi praktis dari teori belajar sosio-kultural, bahwa pembelajaran tidak
hanya terjadi di dalam kelas tetapi juga di luar kelas dengan metode dan media yang
sesuai. Selain itu juga hal ini diterapkan dalam pendekatan belajar inquiri dan
discovering, yang mengefektifkan peran siswa sendiri dalam mengkonstruksi dan
mentrasformasikan informasi guna membentuk pengetahuan yang baru. siswa juga
diberi kesempatan untuk merefleksi pengetahuan yang dikonstruksi dan
ditransformasikannya dan membacanya secara baru sebagai suatu pengetahuan yang
berarti.
• Ada anak yang usia mental dan usia sesungguhnya tidak sejalan. Aspek biologisnya
berkembang cepat, sedangkan mentalnya sangat lambat, jadi tidak sejalan. Bagaimana
dengan hal ni (Afrinawati)
Perkembangan individu kadang tidak berjalan bersamaan dalam segala aspek.
Bisa jadi aspek biologis berkembang pesat sedangkan pada aspek lainnya seperti
dalam kognitif mungkin akan berbeda. Kematangan individu, biologis, kognitif, sosio-
emosional, sosio-budaya masing-masing individu tentu berbedaa satu sama lain.
Secara nyata hal ini bisa ditemukan pada siswa yang mengalami
keterbelakangan mental. Konsekuensinya dalam pembelajaran, guru harus memahami
dan mendalami aspek-aspek perkembangan individu.
• Masukkan dari Pak Asep:
Sebelum membahas teori belajar sosio-kultural, mestinya didalami dahulu teori
belajar sosial. Sosial dan kultural pada galibnya sama yakni berkaitan dengan
Resume perkuliahan Orientasi Baru dalam Psikologi pendidikan Page 3
4. interaksi sosial dengan sesama. Perbedaannya ialah bahwa Social: hanya sekedar
berinteraksi dengan sesama (yang sosial) sedangkan Kultural: interaksi keluar
dalam konteks suatu budaya tertentu (kultural tertentu).
Teori belajar sosial menekankan pentingnya proses sosial (interaksi sosial) dalam
kegiatan belajar. Belajar dengan mengamati orang lain (learning observation)
(model). Di sini dapat dilihat bahwa anak lebih menjadi seorang pribadi dari apa
yang dilihatnya, dan sangat kurang dari apa yang dikatakan atau dinasihati orang
lain. Tentang modeling, ada empat hal penting yakni Atensi (perhatian), Retensi
(mengingat: memasukkan data ke dalam memori), Product (hasil dalam bentuk
prilaku), dan motivation. Lebih lanjut social cognitif theory merupakan teori
belajar yang menekankan pentingnya proses kognitif dan interaksi sosial dalam
belajar. Dalam social kognitif learning, Bandura menegaskan bahwa ada
keterkaitan erat antara personal, behavior, dan environment.
Dalam diri individu ada juga yang dikenal dengan kemampuan aktula dan
kemampuan potensial. Kemampuan actual adalah kemamuan untuk
menyelesaikan suatu tugas dengan sukses dan mandiri. Kemampuan potensial
ialah Kemampuan yang dimiliki dan mungkin dikuasai tetapi harus dengan
bantuan dari lingkungan. Kegiatan belajar bisa jadi merupakan usaha individu
untuk mengefektifkan dua kemampuan ini yang terjadi secara berulang-ulang.
C. REFLEKSI
Teori belajar sosio-kultural dan teori belajar konstruktivisme merupakan dua dari
sebagian banyak teori belajar yang merupakan produk dari psikologi pembelajaran. Teori
belajar sosio-kultural muncul dipengaruhi oleh teori belajar sosial dan teori belajar
kultural. Menurut teori ini, perkembangan anak dalam belajar sangat dipengaruhi oleh
lingkungan sosial dan lingkungan budaya. Sosial dalam artian bahwa perkembangan anak
dalam belajar selalu dipengaruhi oleh interaksi sosial dengan yang lainnya. Interaksi ini
terjadi secara umum, dan berlaku bagi semua orang. Sedangkan teori belajar kultural,
mengindikasikan belajar sebagai interaksi sosial seorang anak dengan sesama dalam
lingkup budaya (kultur) tertentu.
Teori belajar konstruktifisme lebih mengedepankan peran individu dalam
mengkonstruksi sendiri pengetahuannya. Konstruksi pengetahuan ini tentu tidak terlepas
Resume perkuliahan Orientasi Baru dalam Psikologi pendidikan Page 4
5. dari peran masyarakat sosial, pengalaman anak, dan juga tingkat perkembangan anak itu
sendiri.
Hemat saya kedua teori belajar ini memberi sumbangan yang berarti bagi pelaksanaan
pembelajaran, baik dalam lingkup pendidikan formal, nonformal, dan informal. Teori-teori
ini merupakan jiwa dari pengembangan pembelajaran aktif, kreatif dan menyenangkan.
Siswa mencari, menemukan, mengelolah, dan mengkonstruksi serta menstransformasikan
informasi yang diperolehnya guna menjadi sebuah pengetahuan yang bermakna.
Namun, yang menjadi persoalan ialah, manakala para pelaku dan pemerhati
pendidikan tidak memahami dengan jelas tentang penerapan teori-teori itu dalam konteks
praktis pembelajaran. Boleh jadi, akan menghasilkan suatu pendekatan yang pincang
dalam pelaksanaan pembelajaran karena mungkin penerapan teori tersebut hanya
setengah-setengah. Saya pribadi berpendapat bahwa inilah tantangan dunia pendidikan
yang harus dibaca secara menyeluruh dan mendalam. Upaya membangun pendidikan yang
bermutu dan bermoral akan terwujud bila semua stake holders pendidikan, khususnya guru
di sekolah memperhatikan perannya dalam mendidik, membimbing, dan membina
pebelajar. Strategi dan pendekatan yang dilakukan oleh guru sangat mempengaruhi
pencapaian mutu pendidikan. hal ini akan terwujud bila guru memahami dan mendalami
dengan benar dan tepat penerapan teori belajar dalam pembelajaran.
Nama : Alfonsus Sam
No.induk : 7816110450
Resume perkuliahan Orientasi Baru dalam Psikologi pendidikan Page 5
6. RESUME
PERKULIAHAN ORIENTASI BARU DALAM PSIKOLOGI PENDIDIKAN
HARI, TANGGAL : Kamis, 9 Pebruari 2012 JAM : 10.15-12.15
TOPIK : Motivation RUANG : 403
A. SUMMARY MATERI
Ada banyak definisi tentang motivasi individu. Secara umum, motivasi dipahami
sebagai suatu dorongan internal, atau suatu situasi psikologis manusia yang menunjukkan
suatu keinginan, semangat untuk bertindak atau melakukan sesuatu. Sederhananya,
motivasi dilihat sebagai sesuatu yang menyebabkan orang bertindak atau melakukan
sesuatu.
Motivasi terdiri dari dua bentuk yakni motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik.
Motivasi instrinsik merupakan motivasi (keinginan) yang timbul dari dalam diri siswa
(individu), sedangkan motivasi ekstrinsik ialah motivasi yang muncul dari sesuatu di luar
diri siswa.
Dalam konteks teori belajar kognitif, motivasi terkait dengan keyakinan, harapan dan
kebutuhan, kemungkinan dan pemahaman siswa. Dalam konteks teori humanisme,
motivasi mengisyaratkan hubungan yang baik antara guru dan murid, serta suasana kelas
yang kondusif. Sedangkan dalam konteks teori belajar behaviorisme, motivasi erat
kaitannya dengan konsep kontiguity, konsep reinforcement, punishment dan modelling.
Ada banyak teori tentang motivasi. Di antaranya ialah Teori Maslow, teori Herzberg,
teori McClellend, teori Vroom, dan teori equaty dan pencapaian tujuan. Semuanya
bermuara pada pemahaman bahwa motivasi selalu berkaitan dengan kehendak atau
keinginan individu untuk melakukan sesuatu.
Menurut Teori Humanistis, ada beberapa cara memotivasi siswa, yakni
memperlakukan siswa sebagai manusia, lalu sebagai anak didik; Hargai dan hormati anak
didik tanpa syarat ( unconditioned positive regards); Ciptakan suasana kelas yang nyaman;
Pertimbangankan untuk penyelenggaraan proses pembelajaran dari perspektif siswa.
Dalam konteks pembelajaran, motivasi selalu dikaitkan dengan prestasi belajar siswa.
Prestasi belajar akan tercapai dan maksimal bila siswa memiliki motivasi yang tinggi
dalam belajar. Selain berkaitan dengan prestasi belajar, motivasi juga dapat dilihat sebagai
Resume perkuliahan Orientasi Baru dalam Psikologi pendidikan Page 6
7. salah satu komponen sosial yang amat erat berhubungan dengan konteks sosial budaya,
motif sosial, hubungan sosial dan konteks sosiokultural.
B. ISU DALAM DISKUSI
• Pengertian motivasi bertolak belakang dengan contoh. Sebagaimana diketahui bahwa
motivasi lebih dipahami sebagai dorongan internal. Lalu ada contoh bahwa pemberian
hadiah bagi peserta didik merupakan salah satu bentuk motivasi ekstrinsik. Tidakkah
hal ini bertolak belakang dengan pengertian motivasi? (Alfonsus Sam)
Motivasi pada dasarnya merupakan suatu dorongan dari dalam diri seseorang.
Motivasi dikehendaki berasal dari diri siswa sendiri. Namun ini tidak cukup,
bagaimanapun juga sangat dibutuhkan motivasi dari luar diri siswa. Hadiah disebut
sebagai motivasi karena memang dengan hadiah yang dijanjikan anak didik akan
termotivasi untuk belajar. Memang agak susah membedakannya dengan penguatan,
karena motivasi dan penguatan dapat dibaca dalam satu kesatuan yang saling
berkaitan. Penguatan juga bahkan merupakan bentuk dari motivasi eksternal.
• Ada anak didik yang agak sulit untuk dimotivasi agar belajar dengan giat.
Bagaimanakah upaya yang bisa ditempuh guru dalam menumbuhkan motivasi intrinsik
anak seperti itu? (Dityas)
Belajar pada teori humanisme, kita dapat menemukan beberapa upaya/usaha
untuk membangun motivasi intrinsik siswa, seperti:
Perlakukan siswa pertama-tama dan paling utama sebagai manusia, lalu sebagai
anak didik.
Hargai dan hormatilah hak dan kewajiban anak tanpa syarat.
Ciptakan suasana kelas yang nyaman.
Pertimbangkan untuk proses pembelajaran dari perspektif siswa.
• Variabel-variabel apa sajakah yang menjadi tanda seorang anak termotivasi dalam
belajar? (Evi Sofia)
Ada banyak variabel (indikator) yang menjadi tanda seorang anak termotivasi
dalam belajar, di antaranya:
Faktor inteligensi
Faktor lingkugan sosial
Resume perkuliahan Orientasi Baru dalam Psikologi pendidikan Page 7
8. Faktor keluarga
Minat anak itu sendiri
Peran guru dalam membangkitkan minat dan memotivasi siswa
Peran guru khusus untuk memberikan pendampingan khusus terhadap siswa
sesuai dengan perkembangannya.
• Masukkan dari Pak Asep:
Istilah motivasi secara sederhana dapat dipahami sebagai sesuatu yang
menyebabkan orang bertindak atau melakukan sesuatu. Atau juga suatu situasi
psikologis yang menunjukkan suatu keinginan, semangat, untuk melakukan
sesuatu.
Motivasi dibedakan atas dua yakni motivasi intrinsik yang mengarahkan
seseorang belajar demi belajar; dan motivasi ekstrinsik, yang mengarahkan
seseorang bahwa belajar bukan demi belajar tetapi demi ijazah, nilai ulangan, nilai
ujian, dan lain-lain. Selain dua motivasi tersebut, ada satu motivasi yang
kandungan kebenarannya susah ditebak, yang berwujud keikhlasan. Motivasi ini
hanyalah bisa diketahui oleh Dia Yang Maha Tahu.
Banyak hasil penelitian menunjukkan bahwa ada korelasi sangat signifikan dan
positif antara motivasi belajar dan prestasi belajar peserta didik. Siswa yang
belajar dengan mengedepankan motivasi intrinsik, cendrung lebih berprestasi bila
dibandingkan dengan siswa yang mengedepankan motivasi belajar ekstrinsik.
Selain itu ditemukan bahwa motivasi selalu bersifat dinamis.
Ada beberapa indikator penanda motivasi seseorang: durasi motivasi, frekuensi
motivasi, presestensi (ketekunan), ketabahan dan ulet, devosi dan pengorbanan
untuk mencapai tujuan, tigkat aspirasi yang hendak dicapai, tingkat kualifikasi
produk yang dihasilkan dari kegiatan, dan arah sikap terhadap sasaran kegiatan.
Teori-teori motivasi terdiri dari behavioral motivation, humanistic motivation,
cognitif motivation, dan socio-cultural motivation.
Beberapa tindakan praktis memotivasi siswa dalam belajar:
∗ Perlakukan murid sebagai manusia lalu anak didik.
∗ Membangun relasi yang kuat antara guru dengan murid.
Resume perkuliahan Orientasi Baru dalam Psikologi pendidikan Page 8
9. ∗ Pertimbangkan untuk menyelenggarakan proses pembelajaran dari perspektif
siswa.
∗ Hargailah dan hormatilah hak dan kewajiban siswa.
∗ Menciptakan situasi kelas yang kondusif.
C. REFLEKSI
Motivasi mutlak perlu dalam proses belajar dan perkembangan manusia. Saya pribadi
melihat motivasi semacam roh yang mempengaruhi segala aspek kehidupan manusia.
Dengan perkataan lain, motivasi merupakan landasan bagi seseorang untuk melakukan,
berpikir, dan bertindak sesuai dengan kesadaran dirinya sebagai manusia.
Motivasi sendiri dibedakan menjadi motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Hemat
saya walaupun ada pembedaan antara model atau bentuk motivasi seorang individu tetap
mengarah pada perkembangan individu itu sendiri berdasarkan motivasinya sendiri. Boleh
jadi, motivasi dari luar (ekstrinsik) hanyalah sebagai pendorong untuk menumbuhkan
motivasi intrinsik siswa. Hal inilah yang mungkin membebankan guru di sekolah dalam
usaha mendampingi anak-anak agar termotivasi untuk belajar.
Mungkin harus diakui bahwa sekarang ini, sangat sedikit sekali pebelajar yang
memiliki motivasi intrinsik dalam belajar. Saya berasumsi bahwa hal ini disebabkan oleh
globalisasi dan juga sistem dalam pendidikan itu sendiri. Pengaruh globalisasi yang
menjanjikan banyak pesona, justru menjadi motivasi bagi pebelajar untuk belajar.
Dalam kaitannya dengan sistem, sistem pendidikan seakan-akan memaksa pebelajar
untuk belajar demi tujuan tertentu, buka demi belajar itu sendiri. Iming-iming nilai bagus,
sekadar lulus UN, dan lain-lain. Guru di sekolah menengah dan sekolah dasar, bahkaan
dosen di perguruan tinggi selalu menekankan hal ini. para pebelajar (khususnya di
pendidikan dasar dan menengah) dipaksa untuk menguasai banyak materi dengan orientasi
utama untuk lulus dalam ujian akhir (Ujian Nasional). Akibatnya, para pebelajar selalu
dihantui oleh rasa takut menghadapi ujian akhir tersebut. Bukan tidak mungkin pada
gilirannya pebelajar akan kehilangan motivasi intrinsik.
Memang, untuk mengubah pola dan sistem pendidikan seperti ini tidaklah semudah
membolak-balikkan telapak tangan. Perlu upaya keras semua pihak yang berkepentingan
di dalamnya. Sumbangan dari paham humanisme menaruh harapan besar agar mengubah
sistem pendidikan yang terlalu menekankan motivasi ekstrinsik dalam pembelajaran.
Semoga.
Resume perkuliahan Orientasi Baru dalam Psikologi pendidikan Page 9
10. Nama : Alfonsus Sam
No.induk : 7816110450
Resume perkuliahan Orientasi Baru dalam Psikologi pendidikan Page 10