Dokumen tersebut membahas sistem pergaulan dalam Islam antara pria dan wanita. Islam menetapkan bahwa pria dan wanita diciptakan sebagai lawan jenis oleh Allah, namun pergaulan hanya diperbolehkan dalam kerangka pernikahan. Islam juga menetapkan aturan-aturan untuk mengatur pergaulan seperti larangan mendekati zina, menutup aurat, dan larangan berkhalwat.
15. sistem pergaulan dalam islam ( Negara Khilafah )
1. Mengenal Sistem Pergaulan
dalam Islam
Pria dan Wanita dlm Islam
• Manusia diciptakan Allah : pria & wanita (QS Al
Hujurat[49]: 13)
• Pria & wanita punya fitrah yg khas
• Hukum dibebankan pada manusia
• Manusia akan dibangkitkan dan dihisab
• Surga & neraka bagi manusia
2. Sistem Pergaulan dalam Islam
• Sistem Pergaulan adalah sistem yg mengatur
pertemuan pria dan wanita, atau sebaliknya serta
mengatur hubungan yang timbul diantara mereka
karena pertemuan tersebut
• Pergaulan pria dan wanita:
– Sebagai lawan jenis (seksual)
• Dipicu oleh naluri biologis (gharizatul nau’)
hanya dlm bentuk keluarga/pernikahan
– Sebagai sesama manusia (kerjasama)
• Dipicu oleh dorongan lainnya (ekonomi, politik,
hukum dan akhlaq) boleh dlm kehdpn umum
3. Aturan Islam dalam Pergaulan
• Adanya kehidupan khusus dan kehidupan
umum
• Hukum-hukum seputar pergaulan:
– Kehidupan pria dan wanita terpisah
– Larangan mendekati zina (Al Isra’ [17]: 32)
– Menundukkan pandangan (An-Nur[24]: 30-31)
– Menutup Aurat (An-Nur[24]: 31; Al Ahzab[33]: 59)
– Safar wanita sehari semalam hrs dgn muhrim
– Larangan ber-khalwat
– Keluar rumah harus dgn ijin suami
4.
5. QS Al Isra’[17]: 32
32. dan janganlah kamu mendekati zina; Sesungguhnya zina itu
adalah suatu perbuatan yang keji. dan suatu jalan yang buruk.
Setiap muslim wajib menghiasi dirinya dengan akhlak yang baik dalam menjalankan segala aktivitasnya agar amalnya benar dan sempurna. Melaksanakannya berpahala dan melalaikannya berdosa. Maka hukumnya adakalanya wajib atau sunnah dan adakalanya haram atau makruh.
Tidak mempertimbangkan keuntungan materi: jujur dan berani mengkritik penguasa yg zhalim adl akhlak mulia meski akan membuatnya menderita
Kusyu’ hanya akan tampak dlm shalat, jujur dan amanah akan tampak dlm mu’amalat. Krn akhlak mrpk sifat yang tidak akan tampak pd diri seseorg kecuali ketika ia melakukan aktivitas.
Apa yg dinyatakan baik oleh syara’ disebut akhlak baik dmk sebaliknya
Contoh: memuliakan tamu dan membantu orang yg sdg membutuhkan (selaras dgn naluri mempertahankan diri), kusyu’ dan tawadlu’ (sesuai dgn naluri beragama), kasih sayang dan berbuat kebajikan kpd anak atau orang tua ( sejalan dgn naluri melestarikan jenis)
Al Mukminun [23]: 1-2: “Sesungguhnya beruntunglah orang2 mukmin, yakni orang2 yg khusyu’ di dlm sholatnya”
Bila sholat dilakukan dgn benar dr sudut gerakan zahir, dan batin, menghayati makna lafaz dan pemikiran yg terkandung dlm bacaan sholatnya. Seperti sholatnya sahabat Abdullah bin Zubeir. Apabila beliau memulai sholat maka ditinggalkan segala sesuatu yg dpt merusak konsentrasinya. Bila ruku’ dan sujud, beliau lama sekali spt dinding (tembok), shg burung2 pun bertengger diatas punggung dan lehernya. (lihat taqarrub ila Allah)
Ali Imran [3]: 159: “Karena rahmat dari Allah, engkau bersikap lemah lembut terhadap mrk, sekiranya engkau berlaku keras dan berhati kasar, tentulah mrk menjauhkan diri dari sekitarmu”
Al Hadits: “Pemuka para syuhada adalah Hamzah dan seseorang yang berdiri dihadapan penguasa yang zhalim kmd menasehatinya, lalu penguasa itu membunuhnya”
Ali Imran [3]: 200: Hai orang2 yg beriman bersabarlah kalian dan teguhkanlah kesabaran kalian”
Al Hasyr [59]: 9: “Mereka mengutamakan (org Muhajirin) atas (kepentingan) mrk walaupun mrk dlm kesulitan”
Kisah: Ali bin Ab Thalib rela menempati tempat tidur Rasulullah pd malam akan dibunuhnya Rasulullah
Kisah: Ikrimah bin Jahal, Suhail bin Amru, Al Harits bin Hisyam dan sejumlah bani Mughirah yang meninggal bersama krn kehausan di perang Yarmuk
An Nisa [4]: 58: “Apakah kalian menghukum di tengah2 manusia maka hendaklah kalian menghukum dgn adil”
Al Falaq [113]: 5: “Dari kejahatan orang yg menghasud”
Sabda Rasulullah saw: “Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kelemahan (al-’ajzi), kemalasan (al-kasali), kepenakutan (al-jubni), kepikunan (al-Harami), dan kekikiran (al-bukhli)”