4. Namun sayang, saat ini kita hidup
dalam arus kehidupan MABDA
KAPITALISME yang membuat
mayoritas kaum muslim merasa
asing dan risih dengan aturan
agamanya sendiri.
5. PARADIGMA BARAT
• Kebutuhan seksual adalah hal yang
mutlak jika tidak disalurkan akan
membawa kesengsaraan.
• Mengumbar erotisme untuk
membangkitkan dorongan seksual
dibuat gambar, film, dan lagu
bertemakan cinta
6. •Menganggap interaksi yang bercampur baur
antara pria dan wanita dan hubungan di luar
pernikahan sebagai hal yang lazim bahkan
penting demi tersalurkannya kebutuhan
seksual.
•Menjunjung tinggi kebebasan bertingkah-
laku yang merupakan bagian dari ide HAM
(Hak Asasi Manusia)
7. Padahal, aturan hubungan pria-
wanita ala Barat telah terbukti
gagal dalam mewujudkan
keharmonisan dan secara nyata
malah menjauhkan manusia
dari martabat kemanusiannya.
8. Akibatnya: Bencana Kemanusiaan
•Seks di luar nikah dengan pacaran
•One night stand dan selingkuh
•Penyimpangan seksual seperti lesbianisme, gay,
incest dan beastiality.
•Kekerasan seksual seperti perkosaan, pelecehan
seksual dan abortus.
•Menyebarnya penyakit seksual seperti AIDS,
Gonorhoe, shipilis, dll.
9. HASIL SURVEI PKBI TAHUN 2006
•Remaja yang mengaku pernah
berhubungan seksual berusia 13-18
tahun
•60% diantaranya tidak menggunakan
alat kontrasepsi dan melakukannya di
rumah sendiri
10. HASIL SURVEI KOMNAS-PA 2012
Responden: 4726 siswa SMP-SMA di 17 kota besar
• 62,7% siswi SMP pernah berhubungan seks pra-
nikah (21, 2% diantaranya pernah melakukan
aborsi ilegal)
• 97% remaja SMP SMA pernah menonton video
porno
• 93,7% pernah beradegan intim tanpa penetrasi
• 21,2% remaja SMU pernah aborsi
11. Benarkah naluri seksual manusia bersifat mutlak
dan harus dipenuhi?
Naluri = Grarizah KEINGINAN
Rangsangan/ Pemicu:
Berasal dari luar manusia (film, gambar, lagu, dll)
Bisa dihindari dengan menjauhi semua fakta yang
dapat memancing dorongan seksual atau
mengalihkan perhatian kepada hal-hal lain.
Jika tidak dipenuhi: manusia gelisah, namun tidak
sampai merusak fisik/akal.
12. Bagaimana pandangan Islam?
Pria dan wanita memiliki peran yang sangat penting
dalam kehidupan.
Hubungan keduanya bukan sekedar untuk
mengumbar erotisme
Islam melarang keras aktivitas yang mengumbar
syahwat secara bebas.
Aktivitas pemenuhan naluri seksual hanya sah jika
dilakukan melalui jalan pernikahan dan pemilikan
budak.
13. Aktivitas seksual dalam pernikahan
Untuk melanjutkan keturunan umat manusia
"Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang
telah menciptakan kamu dari diri yang satu, dan
daripadanya Allâh menciptakan istrinya; dan daripada
keduanya Allâh memperkembang biakkan laki-laki dan
perempuan yang banyak..." (TQS. Annisa: 1)
14.
15. SISTEM PERGAULAN
(an-Nidzam al-Ijtima’i )
•Pernikahan, perceraian, talak
•Poligami
•Mahram
•Nasab (garis keturunan)
•Li’an
•Pemeliharaan anak
•Pengaturan hubungan pria & wanita
16. • Tempat yang tak seorang pun perlu
meminta izin untuk memasukinya.
• Contoh: masjid, kampus, pasar, dll
Kehidupan
Umum
• Tempat yang bila seseorang akan
memasukinya harus meminta izin
terlebih dahulu kepada penghuninya
• Contoh: rumah, mobil pribadi
Kehidupan
Khusus
17. •Islam menetapkan bahwa kehidupan pria dan
wanita adalah terpisah (infishal)
•Namun, Allâh SWT telah membolehkan pria dan
wanita bertemu untuk melakukan jual beli, akad
perburuhan, menuntut ilmu, dalam kasus peradilan,
pelayanan kesehatan, dll.
Dalam Kehidupan Umum
18. Dalilnya:
• Rasulullah SAW telah memisahkan kaum pria dari kaum wanita, dan
menjadikan shaf-shaf kaum wanita di masjid berada di belakang shaf-
shaf kaum pria.
• Mengenai pengajaran Rasulullah SAW di masjid, seorang wanita
berkata kepada beliau, “Kami telah dikalahkan oleh kaum pria untuk
belajar padamu. Karena itu, hendaklah engkau menyediakan satu hari
buat kami” (HR Bukhari, dari Abu Sa’id Al-Khudri RA).
• Pada saat keluar dari masjid, Rasulullah SAW memerintahkan kaum
wanita keluar lebih dulu kemudian disusul oleh kaum pria sehingga
kaum wanita terpisah dari kaum pria.
19. Bahwa kaum wanita pada masa Rasulullah SAW jika telah
mengucapkan salam dari shalat wajib, mereka berdiri.
Rasulullah SAW dan kaum pria diam di tempat selama
waktu yang dikehendaki Allah. Maka jika Rasulullah SAW
berdiri, berdirilah kaum pria.”
20. Perbuatan (af’al ) Rasul merupakan DALIL SYARA'.
"Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia. Dan apa
yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah; dan bertakwalah
kepada Allâh." (TQS. al-Hasy’r : 7).
21. Tidak boleh ada interaksi antara pria
dan wanita, kecuali dalam hal-hal yang
dibolehkan Syara’ (pendidikan, jual beli,
pengobatan, dll).
Dengan catatan, harus ada mahrom dari
pihak wanita.
Dalam Kehidupan Khusus
22. Siapakah mahram wanita?
Mahram karena hubungan darah:
1. Bapak, kakek, dst.
2. Anak laki-laki, cucu laki-laki, dst.
3. Saudara laki-laki sekandung/ sebapak/ seibu
4. Paman dari bapak dan ibu
5. Keponakan laki-laki
6. Anak susuan/ saudara sepersusuan
25. "Katakanlah kepada orang pria yang beriman: "Hendaklah mereka
menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang
demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allâh Maha
Mengetahui apa yang mereka perbuat. Katakanlah kepada wanita yang
beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara
kemaluannya." (TQS. an-Nuur: 30-31).
26. Allah SWT mengharamkan laki-laki non-mahram
melihat aurat wanita (bagian tubuh selain wajah &
kedua telapak tangan) tetapi memaafkan pandangan
yang tidak disengaja.
“Aku pernah bertanya kepada Rasulullah SAW mengenai
pandangan yang tiba-tiba (tidak disengaja). Maka Beliau
menyuruhku untuk memalingkan pandanganku.” (HR
Muslim).
27. Memandang wanita secara wajar pada
wajah dan kedua telapak tangannya masih
dibolehkan.
Jadi, GHADUL BASHAR maknanya:
memandang secara wajar pada selain aurat
wanita/pria.
28. Kedua, Islam memerintahkan kepada wanita yang akan keluar
rumah atau berhadapan dengan pria asing untuk menutup aurat
dengan pakaian sempurna, yaitu pakaian yang terdiri dari jilbab dan
kerudung (khimar)
“Dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali
yang (biasa) tampak daripadanya. Dan hendaklah mereka
menutupkan kain kerudung ke dadanya...” (TQS an-Nûr [24]: 31)
29. “Hai Nabi katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-
anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mu’min,
‘Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh
tubuh mereka”. (TQS al-Ahzâb [33]: 59)
30.
31. Ketiga, Islam melarang seorang wanita melakukan safar (perjalanan)
dari suatu tempat ke tempat lain selama perjalanan sehari semalam,
kecuali jika disertai dengan mahram-nya.
“Tidak halal seorang wanita yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir
melakukan perjalanan selama sehari semalam, kecuali jika disertai
mahram-nya.” (HR Muslim).
32. Keempat, Islam melarang pria dan wanita untuk
berkhalwat (berdua-duaan), kecuali jika wanita itu
disertai mahram-nya.
Rasulullah SAW bersabda:
“Janganlah sekali-kali seorang pria dan wanita berkhalwat,
kecuali jika wanita itu disertai mahram-nya.” (HR Bukhari).
33. Rasulullah SAW bersabda:
ْنَم
ْوَيلْا َو ِهللاِب ُنِمْؤُي َانَك
َوُلْخَي َالَف ِ
ر ِآلخْا ِم
ٍةَأَرْمِإِب َّن
اَهَعَم َ
ْسيَل
ْوُذ
َف اَهْنِم ٍمَرْحَم
ََّّال اََُهََِلاََ َّنِإ
ُانَاْي
“Siapa saja yang beriman kepada Allah Swt. dan hari Akhir,
janganlah sekali-kali ia berkhalwat dengan seorang wanita
yang tidak disertai mahramnya, karena yang ketiga di antara
keduanya adalah setan.”
34. Ibn ‘Abbas menuturkan bahwa ia pernah mendengar Rasulullah SAW berkhutbah:
“Janganlah sekali-kali seorang pria berkhalwat dengan seorang wanita kecuali jika
wanita itu disertai seorang mahramnya. Tidak boleh pula seorang wanita
melakukan perjalanan kecuali disertai mahram-nya. Tiba-tiba salah seorang
sahabat berdiri dan berkata, ‘Wahai Rasulullah SAW, sesungguhnya istriku hendak
pergi menunaikan ibadah haji, sedangkan aku sudah ditugaskan ke peperangan anu
dan anu.” Rasulullah SAW menjawab, ‘Pergilah engkau dan tunaikan ibadah haji
bersama istrimu.” (HR Muslim)
35. Kelima, Islam melarang wanita untuk keluar
dari rumahnya kecuali dengan izin
suaminya.
Jika seorang istri keluar tanpa izin dari
suaminya, maka dia sudah berbuat maksiat
dan dianggap telah berbuat nusyuz
(membangkang) sehingga kehilangan hak
nafkah dari suaminya.
36. Ibnu Bathathah telah menuturkan sebuah riwayat dalam kitab Ahkam
an-Nisaa yang bersumber dari penuturan Anas ra. Disebutkan bahwa:
"Ada seorang pria yang berpergian seraya melarang istrinya keluar
rumah. Kemudian dikabarkan bahwa ayah wanita itu sakit. Wanita itu
lantas meminta izin kepada Rasulullâh agar dibolehkan menjenguk
ayahnya. Rasulullâh kemudian menjawab: "Hendaklah engkau takut
kepada Allâh dan janganlah engkau melanggar pesan suamimu.“
Tidak lama kemudian ayahnya meninggal dan wanita itu pun kembali
minta izin kepada Rasulullâh agar diperbolehkan melayat jenazah
ayahnya. Mendengar permintaan itu, beliau kembali bersabda:
"Hendaklah engkau takut kepada Allâh dan janganlah engkau
melanggar pesan suamimu.“ Allâh menurunkan wahyu kepada Nabi
saw: "Sungguh, Aku telah mengampuni wanita itu karena ketaatan
dirinya kepada suaminya."
37. •Keenam, Islam telah memerintahkan
kepada pria dan wanita agar menjauhi
perkara-perkara (aktivitas, tempat, atau
kondisi) yang syubhat (meragukan), agar
mereka tidak terjerembab ke dalam
perbuatan yang haram.
Syubhat = belum jelas halal atau haramnya.
38. Rasulullah SAW bersabda: "Sesungguhnya perkara yang halal
telah jelas dan perkara yang haram pun telah jelas. Akan tetapi,
di antara keduanya terdapat perkara yang syubhat yang tidak
diketahui oleh kebanyakan orang. Barang siapa yang berhati-
hati terhadap perkara yang syubhat, sesungguhnya ia telah
menjaga agama dan dirinya. Sebaliknya, barang siapa yang
melakukan tindakan syubhat, berarti ia telah melakukan
tindakan yang haram. Demikianlah, sebagaimana seorang
penggembala yang menggembalakan kambingnya di seputar
pagar, kadang-kadang bisa jatuh melewati pagar itu. Ketahuilah,
setiap raja memiliki pagar pembatas, dan pagar (batas) Allâh
adalah apa yang diharamkan-Nya."
39. Ketujuh, Islam mendorong para perjaka dan gadis untuk
menikah sejak munculnya gejolak seksual. Bagi mereka
yang belum mampu, Islam memerintahkan mereka
untuk menjaga diri dengan shaum.
"Orang-orang yang tidak mampu untuk menikah,
hendaklah menjaga kesucian (diri)-nya hingga Allâh
memberikan kepada mereka kemampuan dengan
karunia-Nya" (TQS. an-Nuur : 33)
40. Kedelapan, kaum wanita dilarang untuk bertabarruj di
hadapan pria asing. Tabarruj = menunjukkan perhiasan
dan kecantikan di hadapan pria asing.
"Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah
kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang
Jahiliyah yang dahulu." (TQS. al-Ahzab: 33).
41. Dari Abû Mûsâ al-Asy'arî, Rasulullâh saw bersabda:
"Siapapun wanita memakai wewangian kemudian
melewati suatu kaum agar mereka mencium
baunya, berarti ia seorang pezina."
42. "Ada dua golongan manusia yang menjadi penghuni neraka, yang
sebelumnya tidak pernah aku duga, yaitu : (1) sekelompok orang yang
memiliki cambuk seperti ekor sapi uang digunakan untuk menyakiti umat
manusia; (2) Wanita yang membuka auratnya seraya berpakaian tipis
merangsang, berlenggak-lenggok dan banyak lagak. Mereka tidak dapat
masuk syurga dan tidak dapat mencium baunya, padahal bau syurga dapat
tercium dari jarak yang sangat jauh."
43. Kesembilan, Islam melarang pria dan wanita untuk melakukan amal
perbuatan yang membahayakan akhlak. Seorang wanita dilarang untuk
melakukan pekerjaan yang menonjolkan aspek sensualitas.
"Nabi saw telah melarang kami dari pekerjaan seorang pelayan wanita
kecuali yang dikerjakan oleh kedua tangannya. Beliau bersabda: "Seperti
inilah jari-jemari yang kasar sebagaimana halnya tukang roti, pemintal,
atau pengukir."
44. Kesepuluh, islam melarang tindakan mencemarkan nama baik wanita-
wanita suci dengan cara melontarkan tuduhan zina kepada mereka.
Allâh SWT berfirman:
"Sesungguhnya orang-orang yang menuduh wanita-wanita yang baik-
baik, yang lengah lagi beriman (berbuat zina), mereka kena laknat di
dunia dan akhirat, dan bagi mereka azab yang besar," (TQS. an-Nûr: 23)
َل َّمَُ ِتَانَصْحَُْال َونُم ْرَي َينِذَّال َو
َهُش ِةَعَب ْرَأِب واُتْأَي ْم
َءاَد
ْمُهُودِلْاجَف
“Orang-orang yang menuduh wanita-wanita yang baik-baik (telah
berzina), kemudian mereka tidak bisa mendatangkan empat orang saksi,
45. «
َعْبَّسال ا ْوُبِنَتْجِا
،ِتاَقِب ْوََْال
ْوُلاَق
َلاَق ؟َّنُه اَم َو ِهللا َل ْوُسَر اَي ا
:
ا
ِهللاِبُ ك ْرَِّل
َمَّرَح يِتَّال َ
سْفَّنال َلْتَق َو َرْحِالس َو
ِ
الر َلْكَأ َو ِقَحْالِب َّالِإ ُهللا
َلاَم َلْكَأ َو اَب
َق َو ِفْحَّالز ِم ْوَي َيِولَّتال َو ِْميِتَيْال
ِتَالِفَاغْال ِتَانَصْحَُْال َفْذ
»
“Jauhilah tujuh macam kejelekan.”Para shahabat bertanya, “Wahai,
Rasul, apakah itu? Rasul menjawab, “Syirik kepada Allah, sihir,
membunuh jiwa yang diharamkan Allah kecuali dengan haq, makan
riba, makan harta anak yatim, lari dari peperangan, dan menuduh
wanita-wanita yang baik-baik (berbuat zina).”