SlideShare a Scribd company logo
1 of 24
i
KATA PENGANTAR
Segala puji hanya milik Allah SWT. Shalawat dan salam selalu tercurahkan
kepada Rasulullah SAW. Berkat limpahan dan rahmat-Nya penyusun mampu
menyelesaikan tugas makalah ini guna memenuhi tugas TIK.
Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang kami hadapi.
Namun kami menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain
berkat bantuan, dorongan, dan bimbingan guru, sehingga kendala-kendala yang kami
hadapi teratasi.
Makalah ini disusun untuk melaksanakan tugas kami sebagai mahasiswa dalam
mengerjakan tugas yang diberikan dosen. Makalah ini di susun oleh kami dengan
berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari diri kami maupun yang datang dari luar.
Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Allah akhirnya
makalah ini dapat terselesaikan.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi
sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya para pelajar. Penulis sadar bahwa
makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Oleh kerena itu
penulis harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang
bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini
Bogor, April 2018
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.................................................................................................................... iI
A.HAKIKAT
MAKNA........................................................................................................................
1
B. JENIS
MAKNA........................................................................................................................
2
C. RELASI
MAKNA........................................................................................................................
5
D. PERGESERAN
MAKNA........................................................................................................................
8
PENUTUP ..................................................................................................................... 18
A.
KESIMPULAN................................................................................................................
18
B.
SARAN .........................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................... 19
iii
1
PEMBAHASAN
A. Hakikat Makna
Menurut teori yang dikembangkan dari pandangan Ferdinand de
Saussure, makna adalah ’pengertian’ atau ’konsep’ yang dimiliki atau terdapat
pada sebuah tanda-linguistik. Menurut de Saussure, setiap tanda linguistik
terdiri dari dua unsur, yaitu (1) yang diartikan (Perancis: signifie,
Inggris: signified) dan (2) yang mengartikan (Perancis: signifiant,
Inggris: signifier). Yang diartikan (signifie, signified) sebenarnya tidak lain dari
pada konsep atau makna dari sesuatu tanda-bunyi. Sedangkan yang
mengartikan (signifiant atau signifier) adalah bunyi-bunyi yang terbentuk dari
fonem-fonem bahasa yang bersangkutan. Dengan kata lain, setiap tanda-
linguistik terdiri dari unsur bunyi dan unsur makna. Kedua unsur ini adalah
unsur dalam-bahasa(intralingual) yang biasanya merujuk atau mengacu
kepada sesuatu referen yang merupakan unsur luar-bahasa (ekstralingual).
Yang menandai (intralingual) yang ditandai (ekstralingual)1
Dalam bidang semantik istilah yang biasa digunakan untuk tanda-
linguistik itu adalah leksem, yang lazim didefinisikan sebagai kata atau frase
yang merupakan satuan bermakna (Harimurti, 1982:98). Sedangkan istilah
kata,yang lazim didefinisikan sebagai satuan bahasa yang dapat berdiri sendiri
yang dapat terjadi dari morfem tunggal atau gabungan morfem (Harimurti,
1982:76) adalah istilah dalam bidang gramatika. Dalam hal ini kedua istilah itu
dianggap memiliki pengertian yang sama.
Yang perlu dipahami adalah tidak semua kata atau leksem itu
mempunyai acuan konkret di dunia nyata. Misalnya leksem seperti agama,
cinta, kebudayaan, dan keadilan tidak dapat ditampilkan referennya secara
konkret. Di dalam penggunaannya dalam pertuturan, yang nyata makna kata
1 2. Chaer, Abdul. 2007. Linguistik Umum. Jakarta:Rineka Cipta.
2
atau leksem itu seringkali, dan mungkin juga biasanya, terlepas dari pengertian
atau konsep dasarnya dan juga dari acuannya. Misal kata buaya dalam kalimat
(1).
(1). Dasar buaya, ibunya sendiri ditipunya.
Oleh karena itu, kita baru dapat menentukan makna sebuah kata apabila
kata itu sudah berada dalam konteks kalimatnya. Makna sebuah kalimat baru
dapat ditentukan apabila kalimat itu berada di dalam konteks wacananya atau
konteks situasinya. Contoh, seorang setelah memeriksa buku rapor anaknya dan
melihat angka-angka dalam buku rapor itu banyak yang merah, berkata kepada
anaknya dengan nada memuji.
(2). ”Rapormu bagus sekali, Nak!”
Jelas, dia tidak bermaksud memuji walaupun nadanya memuji. Dengan
kalimat itu dia sebenarnya bermaksud menegur atau mungkin mengejek
anaknya itu.
B. Jenis Makna
Menurut Chaer (1994), makna dapat dibedakan berdasarkan beberapa
kriteria dan sudut pandang. Berdasarkan jenis semantiknya, dapat dibedakan
antara makna leksikal dan makna gramatikal, berdasarkan ada atau tidaknya
referen pada sebuah kata atau leksem dapat dibedakan adanya makna
referensial dan makna nonreferensial, berdasarkan ada tidaknya nilai rasa pada
sebuah kata/leksem dapat dibedakan adanya makna denotatif dan makna
konotatif, berdasarkan ketepatan maknanya dikenal makna kata dan makna
istilah atau makna umum dan makna khusus. Lalu berdasarkan kriteri lain atau
sudut pandang lain dapat disebutkan adanya makna-makna asosiatif,
konseptual, idiomatik, pribahasa, kias dan sebagainya.
a. Makna Leksikal dan Makna Gramatikal
Leksikal adalah bentuk adjektif yang diturunkan dari bentuk nomina
leksikon. Satuan dari leksikon adalah leksem, yaitu satuan bentuk bahasa
3
yang bermakna. Kalau leksikon kita samakan dengan kosakata atau
perbendaharaan kata, maka leksem dapat kita persamakan dengan kata.
Dengan demikian, makna leksikal dapat diartikan sebagai makna yang
bersifat leksikon, bersifat leksem, atau bersifat kata. Lalu, karena itu, dapat
pula dikatakan makna leksikal adalah makna yang sesuai dengan
referennya, makna yang sesuai dengan hasil observasi alat indera, atau
makna yang sungguh-sungguh nyata dalam kehidupan kita (Chaer, 1994).
Umpamanya kata tikus makna leksikalnya adalah sebangsa binatang
pengerat yang dapat menyebabkan timbulnya penyakit tifus. Makna ini
tampak jelas dalam kalimat Tikus itu mati diterkam kucing, atau Panen kali
ini gagal akibat serangan hama tikus.
Makna leksikal biasanya dipertentangkan dengan makna gramatikal.
Kalau makna leksikal berkenaan dengan makna leksem atau kata yang
sesuai dengan referennya, maka makna gramatikal ini adalah makna yang
hadir sebagai akibat adanya proses gramatika seperti proses afiksasi, proses
reduplikasi, dan proses komposisi (Chaer, 1994). Proses afiksasi awalan ter-
pada kata angkat dalam kalimat Batu seberat itu terangkat juga oleh adik,
melahirkan makna ’dapat’, dan dalam kalimat Ketika balok itu ditarik,
papan itu terangkat ke atas melahirkan makna gramatikal ’tidak sengaja’.
b. Makna Referensial dan Nonreferensial
Perbedaan makna referensial dan makna nonreferensial berdasarkan
ada tidak adanya referen dari kata-kata itu. Bila kata-kata itu mempunyai
referen, yaitu sesuatu di luar bahasa yang diacu oleh kata itu, maka kata
tersebut disebut kata bermakna referensial. Kalau kata-kata itu tidak
mempunyai referen, maka kata itu disebut kata bermakna nonreferensial.
Kata mejatermasuk kata yang bermakna referensial karena mempunyai
referen, yaitu sejenis perabot rumah tangga yang disebut ’meja’. Sebaliknya
kata karena tidak mempunyai referen, jadi katakarena termasuk kata yang
bermakna nonreferensial.
4
c. Makna Denotatif dan Konotatif
Makna denotatif pada dasarnya sama dengan makna referensial
sebab makna denotatif lazim diberi penjelasan sebagai makna yang sesuai
dengan hasil observasi menurut penglihatan, penciuman, pendengaran,
perasaan, atau pengalaman lainnya. Jadi, makna denotatif ini menyangkut
informasi-informasi faktual objektif. Oleh karena itu, makna denotasi
sering disebut sebagai ’makna sebenarnya’(Chaer, 1994). Umpama
kata perempuan dan wanita kedua kata itu mempunyai dua makna yang
sama, yaitu ’manusia dewasa bukan laki-laki’2.
Sebuah kata disebut mempunyai makna konotatif apabila kata itu
mempunyai ”nilai rasa”, baik positif maupun negatif. Jika tidak memiliki
nilai rasa maka dikatakan tidak memiliki konotasi. Tetapi dapat juga disebut
berkonotasi netral. Makna konotatif dapat juga berubah dari waktu ke
waktu. Misalnya kata ceramah dulu kata ini berkonotasi negatif karena
berarti ’cerewet’, tetapi sekarang konotasinya positif.
d. Makna Kata dan Makna Istilah
Setiap kata atau leksem memiliki makna, namun dalam
penggunaannya makna kata itu baru menjadi jelas kalau kata itu sudah
berada di dalam konteks kalimatnya atau konteks situasinya. Berbeda
dengan kata, istilah mempunyai makna yang jelas, yang pasti, yang tidak
meragukan, meskipun tanpa konteks kalimat. Oleh karena itu sering
dikatakan bahwa istilah itu bebas konteks. Hanya perlu diingat bahwa
sebuah istilah hanya digunakan pada bidang keilmuan atau kegiatan
tertentu. Perbedaan antara makna kata dan istilah dapat dilihat dari contoh
berikut:
(1) Tangannya luka kena pecahan kaca.
2 Makna denotative adalah makna asli dari sebuah kata dasar.
5
(2) Lengannya luka kena pecahan kaca.
Kata tangan dan lengan pada kedua kalimat di atas adalah
bersinonim atau bermakna sama. Namun dalam bidang kedokteran kedua
kata itu memiliki makna yang berbeda. Tangan bermakna bagian dari
pergelangan sampai ke jari tangan; sedangkan lengan adalah bagian dari
pergelangan sampai ke pangkal bahu.
e. Makna Konseptual dan Makna Asosiatif
Leech (1976) membagi makna menjadi makna konseptual dan
makna asosiatif. Yang dimaksud dengan makna konseptual adalah makna
yang dimiliki oleh sebuah leksem terlepas dari konteks atau asosiasi apa
pun. Kata kuda memiliki makna konseptual ’sejenis binatang berkaki empat
yang biasa dikendarai’. Jadi makna konseptual sesungguhnya sama saja
dengan makna leksikal, makna denotatif, dan makna referensial.
Makna asosiatif adalah makna yang dimiliki sebuah leksem atau
kata berkenaan dengan adanya hubungan kata itu dengan sesuatu yang
berada di luar bahasa. Misalnya, kata melatiberasosiasi dengan sesuatu
yang suci atau kesucian.
f. Makna Idiomatikal dan Peribahasa
Idiomatikal adalah satuan ujaran yang maknanya tidak
dapat ”diramalkan” dari makna unsur-unsurnya, baik secara leksikal
maupun secara gramatikal. Contoh dari idiom adalah bentukmembanting
tulang dengan makna ’bekerja keras’, meja hijau dengan
makna ’pengadilan’.
Berbeda dengan idiom, peribahasa memiliki makna yang masih
dapat ditelusuri atau dilacak dari makna unsur-unsurnya karena
adanya ”asosiasi” antara makna asli dengan maknanya sebagai peribahasa.
Umpamanya peribahasa Seperti anjing dengan kucing yang
6
bermakna ’dikatakan ihwal dua orang yang tidak pernah akur’. Makna ini
memiliki asosiasi, bahwa binatang yang namanya anjing dan kucing jika
berdua memang selalu berkelahi, tidak pernah damai.
g. Makna Kias
Dalam kehidupan sehari-hari, penggunaan istilah arti kiasan
digunakan sebagai oposisi dari arti sebenarnya. Oleh karena itu, semua
bentuk bahasa (baik kata, frase, atau kalimat) yang tidak merujuk pada arti
sebenarnya (arti leksikal, arti konseptual, atau arti denotatif) disebut
mempunyai arti kiasan. Jadi, bentuk-bentuk seperti puteri malam dalam
arti ’bulan’, raja siang dalam arti ’matahari’.
C. Relasi Makna
Disebut relasi makna. Relasi makna dapat berwujud macam-macam.
Berikut ini diuraikan beberapa wujud relasi makna. Secara semantik Verhaar
(1978) mendefinisikan sinonimi sebagai ungkapan (bisa berupa kata, frase, atau
kalimat) yang maknanuya kurang lebih sama dengan makna ungkapan lain.
Umpamanya kata buruk dan jelek adalah du buah kata yang bersinonim; bunga,
kembang, dan puspa adalah tiga kata yang yang bersinonim. Hubungan makna
antara dua buah kata yang bersinonim bersifat dua arah. Namun, dua buah kata
yang bersinonim itu; kesamaannya tidak seratus persen, hanya kurang lebih
saja. Kesamaannya tidak bersifat mutlak.3
a. Antonimi dan Oposisi
3 4. Kushartanti,Untung Yuwono, dan Multamia RMT Lauder. 2005. Pesona Bahasa Langkah
Awal Memahami Linguistik.Jakarta:PT. Gramedia Pustaka Utama.
7
Secara semantik Verhaar (1978) mendefenisikan antonimi sebagai
Ungkapan (biasanya berupa kata, tetapi dapat pula dalam bentuk frase atau
kalimat) yang maknanya dianggap kebalikan dari makna ungkapan lain.
Misalnya kata bagus yang berantonimi dengan kata buruk;
kata besar berantonimi dengan kata kecil.
Sama halnya dengan sinonim, antonim pun tidak bersifat mutlak. Itulah
sebabnya dalam batasan di atas, Verhaar menyatakan ”…yang maknanya
dianggap kebalikan dari makna ungkapan lain” Jadi, hanya dianggap
kebalikan. Bukan mutlak berlawanan.
Sehubungan dengan ini banyak pula yang menyebutnya oposisi makna.
Dengan istilah oposisi, maka bisa tercakup dari konsep yang betul-betul
berlawanan sampai kepada yang bersifat kontras saja. Kata hidup dan mati,
mungkin bisa menjadi contoh yang berlawanan;
tetapi hitam dan putih mungkin merupakan contoh yang hanya berkontras.
b. Homonim, Homofon, dan Homograf
Homonim adalah ‘relasi makna antar kata yang ditulis sama atau
dilafalkan sama, tetapi maknanya berbeda’. Kata-kata yang ditulis sama
tetapi maknanya berbeda disebut homograf, sedangkan yang dilafalkan
sama tetapi berbeda makna disebut homofon. Contoh homograf adalah kata
tahu (makanan) yang berhomograf dengan kata tahu (paham), sedang kata
masa (waktu) berhomofoni dengan massa (jumlah besar yang menjadi satu
kesatuan).
c. Hipernim dan Hiponim
Hipernim adalah kata atau frase yang mewakilkan banyak kata yang
termasuk di dalamnya. Hipernim atau kata umum dapat juga dikatakan
sebagai kata yang mengelompokan banyak kata. Seperti kata "binatang"
yang memiliki cakupan yang luas seperti misalnya "ikan, burung, gajah,
amfibi". Intinya hipernim adalah kata yang mewakilkan banyak kata.
8
Hiponim adalah kata atau frase yang terdapat di dalam cakupan
hipernim. Cakupan dari hiponim dapat dikatakan lebih sempit dan objektif.
Seperti misalnya kata "apel, jeruk, anggur, semangka", kata-kata tersebut
memiliki hipernim "Buah" yang artinya semuah kata apel, jeruk, anggur dan
semangka merupakan bagian dari buah. Dengan kata lain, jika hipernim
adalah kata yang mewakili berarti hiponim adalah kata atau frase yang
terwakili.
d. Polisemi
Polisemi lazim diartikan sebagai satuan bahasa (terutama kata, bisa
juga frase) yang memiliki makna lebih dari satu. Umpamanya kata kepala
dalam bahasa Indonesia memiliki makna (1) bagian tubuh dari leher ke atas;
(2) bagian dari suatu yang terletak disebelah atas atau depan merupakan hal
yang penting atau terutama seperti pada kepala susu, kepala meja,
dankepala kereta api; (3) bagian dari suatu yang berbentuk bulat seperti
kepala, seperti pada kepala paku dan kepala jarum; (4) pemimpin atau
ketua seperti pada kepala sekolah, kepalakantor, dan kepala stasiun; (5)
jiwa atau orang seperti dalam kalimat Setiap kepala menerima bantuan Rp
5000,-.; dan (6) akal budi seperti dalam kalimat, Badannya besar tetapi
kepalanya kosong.
e. Ambiguitas
Ambiguitas atau ketaksaab sering diartikan sebagai kata yang
bermakna ganda atau mendua arti. Kegandaan makna dalam ambiguitas
berasal dari satuan gramatikal yang lebih besar, yaitu frase atau kalimat dan
terjadi sebagai akibat penafsiran struktur gramatikal yang berbeda.
Umpamanya frase buku sejarah baru dapat ditafsirkan sebagai (1) buku
sejarah itu baru terbit, (2) buku itu berisi sejarah zaman baru.
f. Redundansi
9
Istilah redundansi sering diartikan sebagai ’berlebih-lebihan
pemakaian unsur segmental dalam suatu bentuk ujaran’. Umpamanya
kalimat Bola ditendang Si Badrih, maknanya tidak akan berubah bila
dikatakan Bola ditendang oleh Si Badrih. Pemakaian kata oleh pada kalimat
kedua dianggap sebagai sesuatu yang redundansi, yang berlebih-lebihan
dan sebenarnya tidak perlu.
g. Meronimi
Meronimi adalah ’relasi makna yang memiliki kemiripan dengan
hiponimi karena relasi maknanya bersifat hierarkis, namun tidak
menyiratkan pelibatan searah, tetapi merupakan relasi makna bagian
dengan keseluruhan’. Contohnya adalah atap bermeronimi dengan rumah.
D. Pergeseran Makna
Setiap kata memiliki arti atau makna tersendiri. Akan tetapi tidak jarang
pula satu kata dapat mempunyai makna lebih dari satu ketika digunakan dalam
konteks kalimat yang berbeda. Dalam Bahasa Indonesia, hal semacam ini
dinamakan dengan pergeseran makna atau perubahan makna.
a. Penyebab Pergeseran Makna
Pergeseran makna diartikan sebagai suatu proses perubahan makna
pada suatu kata menjadi suatu makna baru. Pergeseran makna dipengaruhi oleh
beberapa faktor, yaitu:
 Konteks kalimat, memiliki pengaruh terhadap pergeseran makna secara
kontekstual. Situasi ataupun kondisi penggunaan kata akan mempengaruhi
makna yang timbul.
 Proses gramatikal, terdapat proses afiksasi atau reduplikasi dapat
menghasilkan makna baru yang berbeda dari makna sebelumnya.
10
 Perkembangan IPTEK, semakin berkembangnya zaman akan membuat
perubahan makna pada beberapa kata.
 Perbedaan sosial budaya, latar sosial dan budaya berpengaruh terhadap
perbedaan makna dari suatu kata.
 Perbedaan penafsiran, setiap orang dapat menafsirkan suatu kata dengan
makna yang berbeda-beda.
 Proses asosiasi, persamaan sifat dari dua kata yang berbeda dapat
menimbulkan makna yang berbeda dari makna awal kata tersebut.
b. Jenis-Jenis Pergeseran Makna
Proses pergeseran makna dibagi menjadi beberapa jenis yaitu
pergeseran makna meluas, menyempit, membaik, memburuk, persamaan sifat,
dan pertukaran tanggapan. Berikut adalah penjelasan dari setiap jenisnya:
1. Meluas (Generalisasi)
Generalisasi adalah proses pergeseran makna yang
menyebabkan makna yang baru menjadi lebih luas jika dibandingkan
makna sebelumnya. Beberapa contoh kata yang mengalami pergeseran
makna generalisasi antara lain:
Kata Makna Dulu Makna Sekarang
Ibu Sebutan orang tua wanita
Sebutan wanita yang lebih
tua/dihormati
Kepala Bagian tubuh Ketua / Pemimpin
11
Jurusan
Arah tujuan yang hendak
ditempuh
spesialisasi bidang pendidikan
Kata Kalimat Makna
Kakak
Rani merelakan warisannya untuk
kedua kakak perempuannya.
saudara sekandung
yang lebih tua
Jika ada materi yang belum jelas kalian dapat
bertanya pada kakak senior di kampus ini.
orang yang lebih tua
Kemudi
Ayah memegang kemudi mobil secara hati-
hati.
setir kendaraan
Kemudi pemerintahan harus dipegang oleh
orang jujur.
kepemimpinan
Benih
Ibu menyebar benih cabai dan kacang-
kacangan di halaman belakang.
bibit tumbuhan
Pertengkaran ini menjadi benih perceraian
kami.
penyebab, awal mula
2. Menyempit (Spesialisasi)
Spesialisasi adalah proses pergeseran makna yang menyebabkan
makna yang baru menjadi lebih sempit jika dibandingkan makna
sebelumnya. Beberapa contoh kata yang mengalami pergeseran makna
spesialisasi antara lain:
12
Kata Makna Dulu Makna Sekarang
Sarjana Orang yang pandai Orang yang lulus strata-1
Madrasah Sekolah Sekolah berasas Islam
Guru mengajarkan sesuatu pengajar di sekolah
Kata Kalimat Makna
Bau
Aneka bunga ini menghasilkan bau yang beraneka
ragam pula.
semua jenis
wangi-wangian
Bau sekali bajumu ini!
bau/aroma
tidak enak
Pembantu
Semua orang dapat berpartisipasi
sebagai pembantu pembangunan Masjid An Nur.
semua orang
yang
membantu
Sekarang sedang marak berita
tentang pembantu yang disiksa majikannya.
asisten rumah
tangga
Motor
Nelayan membutuhkan motor untuk
mempermudah menggerakkan kapal mereka.
alat penggerak
Kakak minta dibelikan motor oleh ayah. sepeda motor
3. Membaik (Ameliorasi)
13
Ameliorasi adalah proses pergeseran makna yang menyebabkan
makna yang baru dirasakan lebih baik atau lebih tinggi jika
dibandingkan makna sebelumnya. Beberapa contoh kata yang
mengalami pergeseran makna ameliorasi antara lain:
Kata Dulu Kata Sekarang
Buta Tuna netra
Perempuan Wanita
Beranak Melahirkan
Kata Kalimat
Perempuan – Wanita
Perempuan harus berani memperjuangkan hak-
haknya.
Wanita harus berani memperjuangkan hak-haknya.
Bui – Lembaga
Permasyarakatan
Setelah bebas dari bui, mantan narapidana masih harus
mendapat sanksi dari masyarakat.
Setelah bebas dari lembaga permasyarakatan, mantan
narapidana masih harus mendapat sanksi dari
masyarakat.
Pelacur – Wanita Tuna
Susila
Keputusannya menjadi pelacur murni karena kondisi
ekonomi keluarganya.
14
Keputusannya menjadi wanita tuna susila murni
karena kondisi ekonomi keluarganya.
4. Memburuk (Peyorasi)
Peyorasi adalah proses pergeseran makna yang menyebabkan
makna yang baru dirasakan lebih buruk atau lebih rendah jika
dibandingkan makna sebelumnya. Beberapa contoh kata yang
mengalami pergeseran makna peyorasi antara lain:
Kata Dulu Kata Sekarang
Pergi Kabur
Hamil Bunting
Sekelompok Gerombolan
Kata Kalimat
Meninggal –
Mati
Korban kecelakaan lalu lintas di palang pintu kereta api
dinyatakan meninggal dalam perjalanan ke rumah sakit.
Korban kecelakaan lalu lintas di palang pintu kereta api
dinyatakan mati dalam perjalanan ke rumah sakit.
15
Menikah –
Kawin
Randy memutuskan untuk menikah karena paksaan kedua
orangtuanya.
Randy memutuskan untuk kawin karena paksaan kedua
orangtuanya.
Talak – Cerai
Anto mengucapkan kata talak kepada istrinya karena sedang
marah besar.
16
Anto mengucapkan kata cerai kepada istrinya karena sedang marah
besar.
5. Persamaan Sifat (Asosiasi)
Asosiasi adalah proses pergeseran makna secara kiasan. Berikut adalah beberapa contoh kata- yang
mengalami proses asosiasi:
Kata Makna sebenarnya Makna kiasan
Amplop Tempat surat Uang Sogokan
Kursi Tempat duduk Jabatan
Parasit Jenis tumbuhan Orang yang merugikan
Kata Kalimat Makna
Benalu
Pohon ini mati karena ada benalu yang
menumpang hidup.
tanaman pengganggu
17
Tina tidak ingin menjadi benalu di rumah adiknya.
tidak memberikan
manfaat, pengacau
Menjamur
Nasi di rumah ibu sampai menjamur karena tidak
ada yang memakannya.
ditumbuhi jamur
Sekarang ini, handphone canggih sudah menjamur. ada di mana-mana
Mengocok
Adik membantu ibu mengocok telur yang akan
digoreng.
mengaduk
Lawakannya berhasil mengocok perut penonton.
membuat tertawa
terpingkal-pingkal
6. Pertukaran Tanggapan (Sinestesia)
Sinestesia adalah proses pergeseran makna yang berkaitan dengan konteks alat indera sebagai
penerimanya. Berikut adalah beberapa contoh kata yang mengalami proses sinestesia:
Kata Indera 1 Indera 2 Contoh Kalimat
18
Manis Perasa Penglihatan Gadis desa itu manis sekali
Pedas Perasa Pendengaran Perkataannya sangat pedas di telinga
Sedap Perasa Pendengaran Suaranya sangat sedap di dengar
Kalimat Keterangan
Walaupun sudah berumur,
suara Vina masih empuk di
telinga.
Kata “empuk” sebenarnya berkaitan dengan indera peraba
yang berarti lunak, akan tetapi pada kalimat tersebut
berkaitan dengan indera pendengaran yang berarti merdu.
Masakan pertamamu
iniramai sekali rasanya.
Kata “ramai” sebenarnya berkaitan dengan indera
pendengaran yang berarti meriah, akan tetapi dalam kalimat
tersebut berkaitan dengan indera perasa yang berarti
bermacam-macam.
Leluconnya
terasa garingbagi kami.
Kata “garing” sebenarnya berkaitan dengan indera peraba
yang berarti renyah, akan tetapi dalam kalimat tersebut
berkaitan dengan indera pendengaran yang berarti tidak
menarik.
19
20
PENUTUPAN
A. KESIMPULAN
Karena bahasa itu digunakan untuk berbagai kegiatan dan keperluan
dalam kehidupan masyarakat, maka makna bahasa itupun menjadi bermacam-
macam bila dilihat dari segi atau pandangan yang berbeda. Kurang lebih ada
tiga belas jenis makna yang terdapat dalam penggunaan bahasa sehari-hari.
Kedua belas jenis makna tersebut adalah makna leksikal dan makna
gramatikal, makna referensial dan nonreferensial, makna denotatif dan
konotatif, makna kata dan istilah, makna konseptual dan asosiatif, makna
idiomatikal dan peribahasa, dan makna kias.
B. SARAN
Adapun saran yang dapat penyusun sampaikan yaitu kita sebagai calon
pendidik, harus selalu menggali potensi yang ada pada diri kita. Cara menggali
potensi dapat dilakukan salah satunya dengan cara mempelajari makalah ini.
Mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat untuk kita ke depannya.
Amiinn.
21
DAFTAR PUSTAKA
1. Cahyono, Bambang Yudi. 1994. Kristal-Kristal Ilmu Bahasa. Surabaya:
Airlangga University Press.
2. Chaer, Abdul. 2007. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.
3. Chaer, Abdul. 1994. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka
Cipta.
4. Kushartanti, Untung Yuwono, dan Multamia RMT Lauder. 2005. Pesona
Bahasa Langkah Awal Memahami Linguistik. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama.
5. http://www.bimbelbahasaindonesia.com/2016/10/pengertian-hipernim-dan-
hiponim-beserta.html

More Related Content

What's hot

Makalah makna kata konotasi, makna kata denotasi dan kata umum
Makalah makna kata konotasi, makna kata denotasi dan kata umumMakalah makna kata konotasi, makna kata denotasi dan kata umum
Makalah makna kata konotasi, makna kata denotasi dan kata umumSentra Komputer dan Foto Copy
 
Hubungan semantik pragmatis
Hubungan semantik pragmatisHubungan semantik pragmatis
Hubungan semantik pragmatisMuhammad Idris
 
Tugas makalah tik_megawati_karlina_037117016
Tugas makalah tik_megawati_karlina_037117016Tugas makalah tik_megawati_karlina_037117016
Tugas makalah tik_megawati_karlina_037117016megawatikarlina
 
Bab 2 08205244053
Bab 2 08205244053Bab 2 08205244053
Bab 2 08205244053elbadr
 
Tataran linguistik semantik
Tataran linguistik semantikTataran linguistik semantik
Tataran linguistik semantikAlfian Akatsuki
 
Tugas power point
Tugas power pointTugas power point
Tugas power pointMakarina
 
Pembentukan dan perluasan kalimat
Pembentukan dan perluasan kalimatPembentukan dan perluasan kalimat
Pembentukan dan perluasan kalimatMuhammad Amal
 
SEMANTIK DAN PRAGMATIK BAHASA MELAYU
SEMANTIK DAN PRAGMATIK BAHASA MELAYUSEMANTIK DAN PRAGMATIK BAHASA MELAYU
SEMANTIK DAN PRAGMATIK BAHASA MELAYUcikguniza2012
 
DIKSI BAHASA INDONESIA
DIKSI BAHASA INDONESIADIKSI BAHASA INDONESIA
DIKSI BAHASA INDONESIALtfltf
 

What's hot (17)

Makalah makna kata konotasi, makna kata denotasi dan kata umum
Makalah makna kata konotasi, makna kata denotasi dan kata umumMakalah makna kata konotasi, makna kata denotasi dan kata umum
Makalah makna kata konotasi, makna kata denotasi dan kata umum
 
semantik
semantiksemantik
semantik
 
Hubungan semantik pragmatis
Hubungan semantik pragmatisHubungan semantik pragmatis
Hubungan semantik pragmatis
 
Hasil kerja bm3111
Hasil kerja bm3111Hasil kerja bm3111
Hasil kerja bm3111
 
Makalah semantik
Makalah semantikMakalah semantik
Makalah semantik
 
Tugas makalah tik_megawati_karlina_037117016
Tugas makalah tik_megawati_karlina_037117016Tugas makalah tik_megawati_karlina_037117016
Tugas makalah tik_megawati_karlina_037117016
 
Semantik
SemantikSemantik
Semantik
 
Bab 2 08205244053
Bab 2 08205244053Bab 2 08205244053
Bab 2 08205244053
 
Diksi dan arti
Diksi dan artiDiksi dan arti
Diksi dan arti
 
Tataran linguistik semantik
Tataran linguistik semantikTataran linguistik semantik
Tataran linguistik semantik
 
Diksi
DiksiDiksi
Diksi
 
Tugas power point
Tugas power pointTugas power point
Tugas power point
 
Pembentukan dan perluasan kalimat
Pembentukan dan perluasan kalimatPembentukan dan perluasan kalimat
Pembentukan dan perluasan kalimat
 
SEMANTIK DAN PRAGMATIK BAHASA MELAYU
SEMANTIK DAN PRAGMATIK BAHASA MELAYUSEMANTIK DAN PRAGMATIK BAHASA MELAYU
SEMANTIK DAN PRAGMATIK BAHASA MELAYU
 
DIKSI BAHASA INDONESIA
DIKSI BAHASA INDONESIADIKSI BAHASA INDONESIA
DIKSI BAHASA INDONESIA
 
Diksi
DiksiDiksi
Diksi
 
Makna kata
Makna kataMakna kata
Makna kata
 

Similar to Tugas tik

Kajian makna bahasa
Kajian makna bahasaKajian makna bahasa
Kajian makna bahasaEkoBowo2
 
Makalah bahasa indonesia ugi
Makalah bahasa indonesia ugiMakalah bahasa indonesia ugi
Makalah bahasa indonesia ugipipit rantika
 
New microsoft office word document
New microsoft office word documentNew microsoft office word document
New microsoft office word documentFajar Pambudi
 
analisa simantik.pptx
analisa simantik.pptxanalisa simantik.pptx
analisa simantik.pptxKikoKoe
 
Makalah semantik tentang makna
Makalah semantik tentang maknaMakalah semantik tentang makna
Makalah semantik tentang maknaMuhammad Idris
 
Semantik dan peristilahan bahasa melayu
Semantik dan peristilahan bahasa melayuSemantik dan peristilahan bahasa melayu
Semantik dan peristilahan bahasa melayunoorabib
 
Semantik dan peristilahan
Semantik dan peristilahanSemantik dan peristilahan
Semantik dan peristilahanSaliza M. Ali
 
08cisi pelajaran -interaksi-3
08cisi pelajaran -interaksi-308cisi pelajaran -interaksi-3
08cisi pelajaran -interaksi-3Laila Mohd Sarjan
 
08cisi pelajaran -interaksi-3 (1)
08cisi pelajaran -interaksi-3 (1)08cisi pelajaran -interaksi-3 (1)
08cisi pelajaran -interaksi-3 (1)Laila Mohd Sarjan
 
08cisi pelajaran -interaksi-3
08cisi pelajaran -interaksi-308cisi pelajaran -interaksi-3
08cisi pelajaran -interaksi-3Oh Jenny
 
Semantik leksikal
Semantik leksikalSemantik leksikal
Semantik leksikalewer Rewel
 

Similar to Tugas tik (20)

makalah semantik
makalah semantikmakalah semantik
makalah semantik
 
Semantik Pragmatis
Semantik PragmatisSemantik Pragmatis
Semantik Pragmatis
 
Kajian makna bahasa
Kajian makna bahasaKajian makna bahasa
Kajian makna bahasa
 
Makalah Bahasa Indonesia
Makalah Bahasa IndonesiaMakalah Bahasa Indonesia
Makalah Bahasa Indonesia
 
Semantik makna
Semantik maknaSemantik makna
Semantik makna
 
Makalah bahasa indonesia ugi
Makalah bahasa indonesia ugiMakalah bahasa indonesia ugi
Makalah bahasa indonesia ugi
 
New microsoft office word document
New microsoft office word documentNew microsoft office word document
New microsoft office word document
 
Bahan mentah
Bahan mentahBahan mentah
Bahan mentah
 
Diksi 1
Diksi 1Diksi 1
Diksi 1
 
Diksi 1
Diksi 1Diksi 1
Diksi 1
 
analisa simantik.pptx
analisa simantik.pptxanalisa simantik.pptx
analisa simantik.pptx
 
Makalah semantik tentang makna
Makalah semantik tentang maknaMakalah semantik tentang makna
Makalah semantik tentang makna
 
Semantik dan peristilahan bahasa melayu
Semantik dan peristilahan bahasa melayuSemantik dan peristilahan bahasa melayu
Semantik dan peristilahan bahasa melayu
 
Semantik dan peristilahan
Semantik dan peristilahanSemantik dan peristilahan
Semantik dan peristilahan
 
08cisi pelajaran -interaksi-3
08cisi pelajaran -interaksi-308cisi pelajaran -interaksi-3
08cisi pelajaran -interaksi-3
 
08cisi pelajaran -interaksi-3 (1)
08cisi pelajaran -interaksi-3 (1)08cisi pelajaran -interaksi-3 (1)
08cisi pelajaran -interaksi-3 (1)
 
08cisi pelajaran -interaksi-3
08cisi pelajaran -interaksi-308cisi pelajaran -interaksi-3
08cisi pelajaran -interaksi-3
 
Semantik
Semantik Semantik
Semantik
 
DIKSI KELOMPOK 5.pptx
DIKSI KELOMPOK 5.pptxDIKSI KELOMPOK 5.pptx
DIKSI KELOMPOK 5.pptx
 
Semantik leksikal
Semantik leksikalSemantik leksikal
Semantik leksikal
 

Recently uploaded

Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTKeterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTIndraAdm
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7IwanSumantri7
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxadimulianta1
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSovyOktavianti
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKirwan461475
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxRezaWahyuni6
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxssuser50800a
 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1udin100
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxIrfanAudah1
 
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docxLK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docxPurmiasih
 
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxPERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxRizkyPratiwi19
 
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptxMiftahunnajahTVIBS
 
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajatLatihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajatArfiGraphy
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxssuser35630b
 
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxsoal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxazhari524
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdfsdn3jatiblora
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfirwanabidin08
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxmawan5982
 
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxAksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxsdn3jatiblora
 

Recently uploaded (20)

Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTKeterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
 
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docxLK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
 
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxPERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
 
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
 
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajatLatihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
 
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxsoal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
 
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxAksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
 

Tugas tik

  • 1. i KATA PENGANTAR Segala puji hanya milik Allah SWT. Shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada Rasulullah SAW. Berkat limpahan dan rahmat-Nya penyusun mampu menyelesaikan tugas makalah ini guna memenuhi tugas TIK. Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang kami hadapi. Namun kami menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain berkat bantuan, dorongan, dan bimbingan guru, sehingga kendala-kendala yang kami hadapi teratasi. Makalah ini disusun untuk melaksanakan tugas kami sebagai mahasiswa dalam mengerjakan tugas yang diberikan dosen. Makalah ini di susun oleh kami dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari diri kami maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Allah akhirnya makalah ini dapat terselesaikan. Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya para pelajar. Penulis sadar bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Oleh kerena itu penulis harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini Bogor, April 2018 Penyusun
  • 2. ii DAFTAR ISI DAFTAR ISI.................................................................................................................... iI A.HAKIKAT MAKNA........................................................................................................................ 1 B. JENIS MAKNA........................................................................................................................ 2 C. RELASI MAKNA........................................................................................................................ 5 D. PERGESERAN MAKNA........................................................................................................................ 8 PENUTUP ..................................................................................................................... 18 A. KESIMPULAN................................................................................................................ 18 B. SARAN .........................................................................................................................18 DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................... 19
  • 3. iii
  • 4. 1 PEMBAHASAN A. Hakikat Makna Menurut teori yang dikembangkan dari pandangan Ferdinand de Saussure, makna adalah ’pengertian’ atau ’konsep’ yang dimiliki atau terdapat pada sebuah tanda-linguistik. Menurut de Saussure, setiap tanda linguistik terdiri dari dua unsur, yaitu (1) yang diartikan (Perancis: signifie, Inggris: signified) dan (2) yang mengartikan (Perancis: signifiant, Inggris: signifier). Yang diartikan (signifie, signified) sebenarnya tidak lain dari pada konsep atau makna dari sesuatu tanda-bunyi. Sedangkan yang mengartikan (signifiant atau signifier) adalah bunyi-bunyi yang terbentuk dari fonem-fonem bahasa yang bersangkutan. Dengan kata lain, setiap tanda- linguistik terdiri dari unsur bunyi dan unsur makna. Kedua unsur ini adalah unsur dalam-bahasa(intralingual) yang biasanya merujuk atau mengacu kepada sesuatu referen yang merupakan unsur luar-bahasa (ekstralingual). Yang menandai (intralingual) yang ditandai (ekstralingual)1 Dalam bidang semantik istilah yang biasa digunakan untuk tanda- linguistik itu adalah leksem, yang lazim didefinisikan sebagai kata atau frase yang merupakan satuan bermakna (Harimurti, 1982:98). Sedangkan istilah kata,yang lazim didefinisikan sebagai satuan bahasa yang dapat berdiri sendiri yang dapat terjadi dari morfem tunggal atau gabungan morfem (Harimurti, 1982:76) adalah istilah dalam bidang gramatika. Dalam hal ini kedua istilah itu dianggap memiliki pengertian yang sama. Yang perlu dipahami adalah tidak semua kata atau leksem itu mempunyai acuan konkret di dunia nyata. Misalnya leksem seperti agama, cinta, kebudayaan, dan keadilan tidak dapat ditampilkan referennya secara konkret. Di dalam penggunaannya dalam pertuturan, yang nyata makna kata 1 2. Chaer, Abdul. 2007. Linguistik Umum. Jakarta:Rineka Cipta.
  • 5. 2 atau leksem itu seringkali, dan mungkin juga biasanya, terlepas dari pengertian atau konsep dasarnya dan juga dari acuannya. Misal kata buaya dalam kalimat (1). (1). Dasar buaya, ibunya sendiri ditipunya. Oleh karena itu, kita baru dapat menentukan makna sebuah kata apabila kata itu sudah berada dalam konteks kalimatnya. Makna sebuah kalimat baru dapat ditentukan apabila kalimat itu berada di dalam konteks wacananya atau konteks situasinya. Contoh, seorang setelah memeriksa buku rapor anaknya dan melihat angka-angka dalam buku rapor itu banyak yang merah, berkata kepada anaknya dengan nada memuji. (2). ”Rapormu bagus sekali, Nak!” Jelas, dia tidak bermaksud memuji walaupun nadanya memuji. Dengan kalimat itu dia sebenarnya bermaksud menegur atau mungkin mengejek anaknya itu. B. Jenis Makna Menurut Chaer (1994), makna dapat dibedakan berdasarkan beberapa kriteria dan sudut pandang. Berdasarkan jenis semantiknya, dapat dibedakan antara makna leksikal dan makna gramatikal, berdasarkan ada atau tidaknya referen pada sebuah kata atau leksem dapat dibedakan adanya makna referensial dan makna nonreferensial, berdasarkan ada tidaknya nilai rasa pada sebuah kata/leksem dapat dibedakan adanya makna denotatif dan makna konotatif, berdasarkan ketepatan maknanya dikenal makna kata dan makna istilah atau makna umum dan makna khusus. Lalu berdasarkan kriteri lain atau sudut pandang lain dapat disebutkan adanya makna-makna asosiatif, konseptual, idiomatik, pribahasa, kias dan sebagainya. a. Makna Leksikal dan Makna Gramatikal Leksikal adalah bentuk adjektif yang diturunkan dari bentuk nomina leksikon. Satuan dari leksikon adalah leksem, yaitu satuan bentuk bahasa
  • 6. 3 yang bermakna. Kalau leksikon kita samakan dengan kosakata atau perbendaharaan kata, maka leksem dapat kita persamakan dengan kata. Dengan demikian, makna leksikal dapat diartikan sebagai makna yang bersifat leksikon, bersifat leksem, atau bersifat kata. Lalu, karena itu, dapat pula dikatakan makna leksikal adalah makna yang sesuai dengan referennya, makna yang sesuai dengan hasil observasi alat indera, atau makna yang sungguh-sungguh nyata dalam kehidupan kita (Chaer, 1994). Umpamanya kata tikus makna leksikalnya adalah sebangsa binatang pengerat yang dapat menyebabkan timbulnya penyakit tifus. Makna ini tampak jelas dalam kalimat Tikus itu mati diterkam kucing, atau Panen kali ini gagal akibat serangan hama tikus. Makna leksikal biasanya dipertentangkan dengan makna gramatikal. Kalau makna leksikal berkenaan dengan makna leksem atau kata yang sesuai dengan referennya, maka makna gramatikal ini adalah makna yang hadir sebagai akibat adanya proses gramatika seperti proses afiksasi, proses reduplikasi, dan proses komposisi (Chaer, 1994). Proses afiksasi awalan ter- pada kata angkat dalam kalimat Batu seberat itu terangkat juga oleh adik, melahirkan makna ’dapat’, dan dalam kalimat Ketika balok itu ditarik, papan itu terangkat ke atas melahirkan makna gramatikal ’tidak sengaja’. b. Makna Referensial dan Nonreferensial Perbedaan makna referensial dan makna nonreferensial berdasarkan ada tidak adanya referen dari kata-kata itu. Bila kata-kata itu mempunyai referen, yaitu sesuatu di luar bahasa yang diacu oleh kata itu, maka kata tersebut disebut kata bermakna referensial. Kalau kata-kata itu tidak mempunyai referen, maka kata itu disebut kata bermakna nonreferensial. Kata mejatermasuk kata yang bermakna referensial karena mempunyai referen, yaitu sejenis perabot rumah tangga yang disebut ’meja’. Sebaliknya kata karena tidak mempunyai referen, jadi katakarena termasuk kata yang bermakna nonreferensial.
  • 7. 4 c. Makna Denotatif dan Konotatif Makna denotatif pada dasarnya sama dengan makna referensial sebab makna denotatif lazim diberi penjelasan sebagai makna yang sesuai dengan hasil observasi menurut penglihatan, penciuman, pendengaran, perasaan, atau pengalaman lainnya. Jadi, makna denotatif ini menyangkut informasi-informasi faktual objektif. Oleh karena itu, makna denotasi sering disebut sebagai ’makna sebenarnya’(Chaer, 1994). Umpama kata perempuan dan wanita kedua kata itu mempunyai dua makna yang sama, yaitu ’manusia dewasa bukan laki-laki’2. Sebuah kata disebut mempunyai makna konotatif apabila kata itu mempunyai ”nilai rasa”, baik positif maupun negatif. Jika tidak memiliki nilai rasa maka dikatakan tidak memiliki konotasi. Tetapi dapat juga disebut berkonotasi netral. Makna konotatif dapat juga berubah dari waktu ke waktu. Misalnya kata ceramah dulu kata ini berkonotasi negatif karena berarti ’cerewet’, tetapi sekarang konotasinya positif. d. Makna Kata dan Makna Istilah Setiap kata atau leksem memiliki makna, namun dalam penggunaannya makna kata itu baru menjadi jelas kalau kata itu sudah berada di dalam konteks kalimatnya atau konteks situasinya. Berbeda dengan kata, istilah mempunyai makna yang jelas, yang pasti, yang tidak meragukan, meskipun tanpa konteks kalimat. Oleh karena itu sering dikatakan bahwa istilah itu bebas konteks. Hanya perlu diingat bahwa sebuah istilah hanya digunakan pada bidang keilmuan atau kegiatan tertentu. Perbedaan antara makna kata dan istilah dapat dilihat dari contoh berikut: (1) Tangannya luka kena pecahan kaca. 2 Makna denotative adalah makna asli dari sebuah kata dasar.
  • 8. 5 (2) Lengannya luka kena pecahan kaca. Kata tangan dan lengan pada kedua kalimat di atas adalah bersinonim atau bermakna sama. Namun dalam bidang kedokteran kedua kata itu memiliki makna yang berbeda. Tangan bermakna bagian dari pergelangan sampai ke jari tangan; sedangkan lengan adalah bagian dari pergelangan sampai ke pangkal bahu. e. Makna Konseptual dan Makna Asosiatif Leech (1976) membagi makna menjadi makna konseptual dan makna asosiatif. Yang dimaksud dengan makna konseptual adalah makna yang dimiliki oleh sebuah leksem terlepas dari konteks atau asosiasi apa pun. Kata kuda memiliki makna konseptual ’sejenis binatang berkaki empat yang biasa dikendarai’. Jadi makna konseptual sesungguhnya sama saja dengan makna leksikal, makna denotatif, dan makna referensial. Makna asosiatif adalah makna yang dimiliki sebuah leksem atau kata berkenaan dengan adanya hubungan kata itu dengan sesuatu yang berada di luar bahasa. Misalnya, kata melatiberasosiasi dengan sesuatu yang suci atau kesucian. f. Makna Idiomatikal dan Peribahasa Idiomatikal adalah satuan ujaran yang maknanya tidak dapat ”diramalkan” dari makna unsur-unsurnya, baik secara leksikal maupun secara gramatikal. Contoh dari idiom adalah bentukmembanting tulang dengan makna ’bekerja keras’, meja hijau dengan makna ’pengadilan’. Berbeda dengan idiom, peribahasa memiliki makna yang masih dapat ditelusuri atau dilacak dari makna unsur-unsurnya karena adanya ”asosiasi” antara makna asli dengan maknanya sebagai peribahasa. Umpamanya peribahasa Seperti anjing dengan kucing yang
  • 9. 6 bermakna ’dikatakan ihwal dua orang yang tidak pernah akur’. Makna ini memiliki asosiasi, bahwa binatang yang namanya anjing dan kucing jika berdua memang selalu berkelahi, tidak pernah damai. g. Makna Kias Dalam kehidupan sehari-hari, penggunaan istilah arti kiasan digunakan sebagai oposisi dari arti sebenarnya. Oleh karena itu, semua bentuk bahasa (baik kata, frase, atau kalimat) yang tidak merujuk pada arti sebenarnya (arti leksikal, arti konseptual, atau arti denotatif) disebut mempunyai arti kiasan. Jadi, bentuk-bentuk seperti puteri malam dalam arti ’bulan’, raja siang dalam arti ’matahari’. C. Relasi Makna Disebut relasi makna. Relasi makna dapat berwujud macam-macam. Berikut ini diuraikan beberapa wujud relasi makna. Secara semantik Verhaar (1978) mendefinisikan sinonimi sebagai ungkapan (bisa berupa kata, frase, atau kalimat) yang maknanuya kurang lebih sama dengan makna ungkapan lain. Umpamanya kata buruk dan jelek adalah du buah kata yang bersinonim; bunga, kembang, dan puspa adalah tiga kata yang yang bersinonim. Hubungan makna antara dua buah kata yang bersinonim bersifat dua arah. Namun, dua buah kata yang bersinonim itu; kesamaannya tidak seratus persen, hanya kurang lebih saja. Kesamaannya tidak bersifat mutlak.3 a. Antonimi dan Oposisi 3 4. Kushartanti,Untung Yuwono, dan Multamia RMT Lauder. 2005. Pesona Bahasa Langkah Awal Memahami Linguistik.Jakarta:PT. Gramedia Pustaka Utama.
  • 10. 7 Secara semantik Verhaar (1978) mendefenisikan antonimi sebagai Ungkapan (biasanya berupa kata, tetapi dapat pula dalam bentuk frase atau kalimat) yang maknanya dianggap kebalikan dari makna ungkapan lain. Misalnya kata bagus yang berantonimi dengan kata buruk; kata besar berantonimi dengan kata kecil. Sama halnya dengan sinonim, antonim pun tidak bersifat mutlak. Itulah sebabnya dalam batasan di atas, Verhaar menyatakan ”…yang maknanya dianggap kebalikan dari makna ungkapan lain” Jadi, hanya dianggap kebalikan. Bukan mutlak berlawanan. Sehubungan dengan ini banyak pula yang menyebutnya oposisi makna. Dengan istilah oposisi, maka bisa tercakup dari konsep yang betul-betul berlawanan sampai kepada yang bersifat kontras saja. Kata hidup dan mati, mungkin bisa menjadi contoh yang berlawanan; tetapi hitam dan putih mungkin merupakan contoh yang hanya berkontras. b. Homonim, Homofon, dan Homograf Homonim adalah ‘relasi makna antar kata yang ditulis sama atau dilafalkan sama, tetapi maknanya berbeda’. Kata-kata yang ditulis sama tetapi maknanya berbeda disebut homograf, sedangkan yang dilafalkan sama tetapi berbeda makna disebut homofon. Contoh homograf adalah kata tahu (makanan) yang berhomograf dengan kata tahu (paham), sedang kata masa (waktu) berhomofoni dengan massa (jumlah besar yang menjadi satu kesatuan). c. Hipernim dan Hiponim Hipernim adalah kata atau frase yang mewakilkan banyak kata yang termasuk di dalamnya. Hipernim atau kata umum dapat juga dikatakan sebagai kata yang mengelompokan banyak kata. Seperti kata "binatang" yang memiliki cakupan yang luas seperti misalnya "ikan, burung, gajah, amfibi". Intinya hipernim adalah kata yang mewakilkan banyak kata.
  • 11. 8 Hiponim adalah kata atau frase yang terdapat di dalam cakupan hipernim. Cakupan dari hiponim dapat dikatakan lebih sempit dan objektif. Seperti misalnya kata "apel, jeruk, anggur, semangka", kata-kata tersebut memiliki hipernim "Buah" yang artinya semuah kata apel, jeruk, anggur dan semangka merupakan bagian dari buah. Dengan kata lain, jika hipernim adalah kata yang mewakili berarti hiponim adalah kata atau frase yang terwakili. d. Polisemi Polisemi lazim diartikan sebagai satuan bahasa (terutama kata, bisa juga frase) yang memiliki makna lebih dari satu. Umpamanya kata kepala dalam bahasa Indonesia memiliki makna (1) bagian tubuh dari leher ke atas; (2) bagian dari suatu yang terletak disebelah atas atau depan merupakan hal yang penting atau terutama seperti pada kepala susu, kepala meja, dankepala kereta api; (3) bagian dari suatu yang berbentuk bulat seperti kepala, seperti pada kepala paku dan kepala jarum; (4) pemimpin atau ketua seperti pada kepala sekolah, kepalakantor, dan kepala stasiun; (5) jiwa atau orang seperti dalam kalimat Setiap kepala menerima bantuan Rp 5000,-.; dan (6) akal budi seperti dalam kalimat, Badannya besar tetapi kepalanya kosong. e. Ambiguitas Ambiguitas atau ketaksaab sering diartikan sebagai kata yang bermakna ganda atau mendua arti. Kegandaan makna dalam ambiguitas berasal dari satuan gramatikal yang lebih besar, yaitu frase atau kalimat dan terjadi sebagai akibat penafsiran struktur gramatikal yang berbeda. Umpamanya frase buku sejarah baru dapat ditafsirkan sebagai (1) buku sejarah itu baru terbit, (2) buku itu berisi sejarah zaman baru. f. Redundansi
  • 12. 9 Istilah redundansi sering diartikan sebagai ’berlebih-lebihan pemakaian unsur segmental dalam suatu bentuk ujaran’. Umpamanya kalimat Bola ditendang Si Badrih, maknanya tidak akan berubah bila dikatakan Bola ditendang oleh Si Badrih. Pemakaian kata oleh pada kalimat kedua dianggap sebagai sesuatu yang redundansi, yang berlebih-lebihan dan sebenarnya tidak perlu. g. Meronimi Meronimi adalah ’relasi makna yang memiliki kemiripan dengan hiponimi karena relasi maknanya bersifat hierarkis, namun tidak menyiratkan pelibatan searah, tetapi merupakan relasi makna bagian dengan keseluruhan’. Contohnya adalah atap bermeronimi dengan rumah. D. Pergeseran Makna Setiap kata memiliki arti atau makna tersendiri. Akan tetapi tidak jarang pula satu kata dapat mempunyai makna lebih dari satu ketika digunakan dalam konteks kalimat yang berbeda. Dalam Bahasa Indonesia, hal semacam ini dinamakan dengan pergeseran makna atau perubahan makna. a. Penyebab Pergeseran Makna Pergeseran makna diartikan sebagai suatu proses perubahan makna pada suatu kata menjadi suatu makna baru. Pergeseran makna dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:  Konteks kalimat, memiliki pengaruh terhadap pergeseran makna secara kontekstual. Situasi ataupun kondisi penggunaan kata akan mempengaruhi makna yang timbul.  Proses gramatikal, terdapat proses afiksasi atau reduplikasi dapat menghasilkan makna baru yang berbeda dari makna sebelumnya.
  • 13. 10  Perkembangan IPTEK, semakin berkembangnya zaman akan membuat perubahan makna pada beberapa kata.  Perbedaan sosial budaya, latar sosial dan budaya berpengaruh terhadap perbedaan makna dari suatu kata.  Perbedaan penafsiran, setiap orang dapat menafsirkan suatu kata dengan makna yang berbeda-beda.  Proses asosiasi, persamaan sifat dari dua kata yang berbeda dapat menimbulkan makna yang berbeda dari makna awal kata tersebut. b. Jenis-Jenis Pergeseran Makna Proses pergeseran makna dibagi menjadi beberapa jenis yaitu pergeseran makna meluas, menyempit, membaik, memburuk, persamaan sifat, dan pertukaran tanggapan. Berikut adalah penjelasan dari setiap jenisnya: 1. Meluas (Generalisasi) Generalisasi adalah proses pergeseran makna yang menyebabkan makna yang baru menjadi lebih luas jika dibandingkan makna sebelumnya. Beberapa contoh kata yang mengalami pergeseran makna generalisasi antara lain: Kata Makna Dulu Makna Sekarang Ibu Sebutan orang tua wanita Sebutan wanita yang lebih tua/dihormati Kepala Bagian tubuh Ketua / Pemimpin
  • 14. 11 Jurusan Arah tujuan yang hendak ditempuh spesialisasi bidang pendidikan Kata Kalimat Makna Kakak Rani merelakan warisannya untuk kedua kakak perempuannya. saudara sekandung yang lebih tua Jika ada materi yang belum jelas kalian dapat bertanya pada kakak senior di kampus ini. orang yang lebih tua Kemudi Ayah memegang kemudi mobil secara hati- hati. setir kendaraan Kemudi pemerintahan harus dipegang oleh orang jujur. kepemimpinan Benih Ibu menyebar benih cabai dan kacang- kacangan di halaman belakang. bibit tumbuhan Pertengkaran ini menjadi benih perceraian kami. penyebab, awal mula 2. Menyempit (Spesialisasi) Spesialisasi adalah proses pergeseran makna yang menyebabkan makna yang baru menjadi lebih sempit jika dibandingkan makna sebelumnya. Beberapa contoh kata yang mengalami pergeseran makna spesialisasi antara lain:
  • 15. 12 Kata Makna Dulu Makna Sekarang Sarjana Orang yang pandai Orang yang lulus strata-1 Madrasah Sekolah Sekolah berasas Islam Guru mengajarkan sesuatu pengajar di sekolah Kata Kalimat Makna Bau Aneka bunga ini menghasilkan bau yang beraneka ragam pula. semua jenis wangi-wangian Bau sekali bajumu ini! bau/aroma tidak enak Pembantu Semua orang dapat berpartisipasi sebagai pembantu pembangunan Masjid An Nur. semua orang yang membantu Sekarang sedang marak berita tentang pembantu yang disiksa majikannya. asisten rumah tangga Motor Nelayan membutuhkan motor untuk mempermudah menggerakkan kapal mereka. alat penggerak Kakak minta dibelikan motor oleh ayah. sepeda motor 3. Membaik (Ameliorasi)
  • 16. 13 Ameliorasi adalah proses pergeseran makna yang menyebabkan makna yang baru dirasakan lebih baik atau lebih tinggi jika dibandingkan makna sebelumnya. Beberapa contoh kata yang mengalami pergeseran makna ameliorasi antara lain: Kata Dulu Kata Sekarang Buta Tuna netra Perempuan Wanita Beranak Melahirkan Kata Kalimat Perempuan – Wanita Perempuan harus berani memperjuangkan hak- haknya. Wanita harus berani memperjuangkan hak-haknya. Bui – Lembaga Permasyarakatan Setelah bebas dari bui, mantan narapidana masih harus mendapat sanksi dari masyarakat. Setelah bebas dari lembaga permasyarakatan, mantan narapidana masih harus mendapat sanksi dari masyarakat. Pelacur – Wanita Tuna Susila Keputusannya menjadi pelacur murni karena kondisi ekonomi keluarganya.
  • 17. 14 Keputusannya menjadi wanita tuna susila murni karena kondisi ekonomi keluarganya. 4. Memburuk (Peyorasi) Peyorasi adalah proses pergeseran makna yang menyebabkan makna yang baru dirasakan lebih buruk atau lebih rendah jika dibandingkan makna sebelumnya. Beberapa contoh kata yang mengalami pergeseran makna peyorasi antara lain: Kata Dulu Kata Sekarang Pergi Kabur Hamil Bunting Sekelompok Gerombolan Kata Kalimat Meninggal – Mati Korban kecelakaan lalu lintas di palang pintu kereta api dinyatakan meninggal dalam perjalanan ke rumah sakit. Korban kecelakaan lalu lintas di palang pintu kereta api dinyatakan mati dalam perjalanan ke rumah sakit.
  • 18. 15 Menikah – Kawin Randy memutuskan untuk menikah karena paksaan kedua orangtuanya. Randy memutuskan untuk kawin karena paksaan kedua orangtuanya. Talak – Cerai Anto mengucapkan kata talak kepada istrinya karena sedang marah besar.
  • 19. 16 Anto mengucapkan kata cerai kepada istrinya karena sedang marah besar. 5. Persamaan Sifat (Asosiasi) Asosiasi adalah proses pergeseran makna secara kiasan. Berikut adalah beberapa contoh kata- yang mengalami proses asosiasi: Kata Makna sebenarnya Makna kiasan Amplop Tempat surat Uang Sogokan Kursi Tempat duduk Jabatan Parasit Jenis tumbuhan Orang yang merugikan Kata Kalimat Makna Benalu Pohon ini mati karena ada benalu yang menumpang hidup. tanaman pengganggu
  • 20. 17 Tina tidak ingin menjadi benalu di rumah adiknya. tidak memberikan manfaat, pengacau Menjamur Nasi di rumah ibu sampai menjamur karena tidak ada yang memakannya. ditumbuhi jamur Sekarang ini, handphone canggih sudah menjamur. ada di mana-mana Mengocok Adik membantu ibu mengocok telur yang akan digoreng. mengaduk Lawakannya berhasil mengocok perut penonton. membuat tertawa terpingkal-pingkal 6. Pertukaran Tanggapan (Sinestesia) Sinestesia adalah proses pergeseran makna yang berkaitan dengan konteks alat indera sebagai penerimanya. Berikut adalah beberapa contoh kata yang mengalami proses sinestesia: Kata Indera 1 Indera 2 Contoh Kalimat
  • 21. 18 Manis Perasa Penglihatan Gadis desa itu manis sekali Pedas Perasa Pendengaran Perkataannya sangat pedas di telinga Sedap Perasa Pendengaran Suaranya sangat sedap di dengar Kalimat Keterangan Walaupun sudah berumur, suara Vina masih empuk di telinga. Kata “empuk” sebenarnya berkaitan dengan indera peraba yang berarti lunak, akan tetapi pada kalimat tersebut berkaitan dengan indera pendengaran yang berarti merdu. Masakan pertamamu iniramai sekali rasanya. Kata “ramai” sebenarnya berkaitan dengan indera pendengaran yang berarti meriah, akan tetapi dalam kalimat tersebut berkaitan dengan indera perasa yang berarti bermacam-macam. Leluconnya terasa garingbagi kami. Kata “garing” sebenarnya berkaitan dengan indera peraba yang berarti renyah, akan tetapi dalam kalimat tersebut berkaitan dengan indera pendengaran yang berarti tidak menarik.
  • 22. 19
  • 23. 20 PENUTUPAN A. KESIMPULAN Karena bahasa itu digunakan untuk berbagai kegiatan dan keperluan dalam kehidupan masyarakat, maka makna bahasa itupun menjadi bermacam- macam bila dilihat dari segi atau pandangan yang berbeda. Kurang lebih ada tiga belas jenis makna yang terdapat dalam penggunaan bahasa sehari-hari. Kedua belas jenis makna tersebut adalah makna leksikal dan makna gramatikal, makna referensial dan nonreferensial, makna denotatif dan konotatif, makna kata dan istilah, makna konseptual dan asosiatif, makna idiomatikal dan peribahasa, dan makna kias. B. SARAN Adapun saran yang dapat penyusun sampaikan yaitu kita sebagai calon pendidik, harus selalu menggali potensi yang ada pada diri kita. Cara menggali potensi dapat dilakukan salah satunya dengan cara mempelajari makalah ini. Mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat untuk kita ke depannya. Amiinn.
  • 24. 21 DAFTAR PUSTAKA 1. Cahyono, Bambang Yudi. 1994. Kristal-Kristal Ilmu Bahasa. Surabaya: Airlangga University Press. 2. Chaer, Abdul. 2007. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta. 3. Chaer, Abdul. 1994. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta. 4. Kushartanti, Untung Yuwono, dan Multamia RMT Lauder. 2005. Pesona Bahasa Langkah Awal Memahami Linguistik. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. 5. http://www.bimbelbahasaindonesia.com/2016/10/pengertian-hipernim-dan- hiponim-beserta.html