1. BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Lempar lembing merupakan suatu aktivitas olahraga yang menuntut kecekatan
dan kekuatan dalam melempar. Medianya berupa lembing, yaitu sejenis tombak, tapi
lebih ringan dan kecil. Awal mulanya, lempar lembing lebih identik dengan aktivitas
berburu nenek moyang manusia. Sebagaimana olahraga atletik lainnya, lempar lembing
diadopsi dari kebiasaan kaum laki-laki pada zaman tersebut. Aktivitas ini baru
berkembang menjadi suatu olahraga ketika umat manusia memasuki masa bercocok
tanam dan beternak, meninggalkan masa nomaden yang lebih kental dengan aktivitas
berburunya. Manusia mulai menetap dengan membangun perkampungan atau perkotaan.
Perubahan gaya hidup pun terjadi. Salah satunya adalah aktivitas fisik seperti
melempar lembing tak lagi digunakan untuk berburu. Aktivitas itu dialihkan menjadi
suatu olahraga yang dipertandingkan. Unsur untuk memperoleh makanan (berburu)
berubah menjadi upaya pemenuhan akan hiburan dan prestasi. Walaupun belum
ditemukan catatan sejarah yang otentik mengenai lempar lembing, tapi sebagian ahli
meyakini olahraga ini telah berkembang sejak zaman Yunani Klasik. Saat itu, lempar
lembing termasuk olahraga populer. Tak kalah dengan olahraga jenis atletik lainnya,
seperti lari, lompat, dan lempar cakram.
B. RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah:
1. Bagaimana sejarah lempar lembing?
2. Apa pengertian lempar lembing?
3. Apa saja peralatan-peralatan yang diperlukan dalam lempar lembing?
4. Apa Saja Macam-macam teknik dalam melakukan lempar lembing?
5. Apa Saja Peraturan Dalam Lempar Lembing ?
C. TUJUAN PENULISAN
Untuk menambah wawasan tentang senam khususnya tentang lempar lembing dan
untuk mendapatkan nilai.
2. BAB II
PEMBAHASAN
A. SEJARAH LEMPAR LEMBING
Lempar lembing adalah olahraga yang menuntut kecekatan dan kekuatan dalam
melempar. Media olaharaga ini adalah lembing, yaitu sejenis tombak, tapi lebih ringan
dan kecil. Walaupun belum ditemukan catatan sejarah otentik mengenai olahraga lempar
lembing, tapi sebagian ahli meyakini olahraga ini telah berkembang sejak zaman Yunani
Klasik. Saat itu, lempar lembing termasuk olahraga populer. Tak kalah dengan olahraga
jenis atletik lainnya, seperti lari, lompat, dan lempar cakram.
Beberapa pakar menyebutkan, lempar lembing diidentikkan dengan aktivitas berburu
nenek moyang manusia. Sebagaimana olahraga atletik lainnya, lempar lembing diadopsi
dari kebiasaan kaum laki-laki pada zaman tersebut.
Aktivitas lempar lembing baru berkembang menjadi suatu olahraga ketika manusia
memasuki masa bercocok tanam dan beternak, meninggalkan masa nomaden yang lebih
kental dengan aktivitas berburunya. Manusia mulai menetap dengan membangun
perkampungan atau perkotaan. Olahraga lempar lembing juga tercatat dilakukan di
beberapa peradaban klasik lainnya. Seperti peradaban Cina dan Mesir (Egypt) Klasik.
Namun, tidak sepopuler seperti di Yunani, karena olahraga yang paling diminati di Mesir
adalah renang dan memancing.
Dengan dasar ini kemudian disimpulkan, bahwa olahraga lempar lembing berasal dari
peradaban Yunani klasik, berakar pada aktivitas berburu leluhur manusia pada zaman
purba.
B. PENGERTIAN LEMPAR LEMBING
Lembing adalah olahraga yang merupakan keturunan dari banyak bentuk kompetisi
diperebutkan di berbagai bagian dunia kuno yang melibatkan melemparkan dari peluru.
Lembing adalah salah satu peristiwa yang membentuk bagian dari Olimpiade kuno, dan
itu termasuk dalam perdana Olimpiade modern pada tahun 1896. Lembing akhirnya
diatur oleh lintasan dan lapangan payung tubuh, Federasi Atletik Amatir Internasional
(IAAF).
3. Javelin kompetisi paling dikenal melalui pemaparan yang diberikan olahraga pada
Olimpiade, di mana lembing adalah kejadian terpisah diperebutkan oleh laki-laki dan
perempuan. Javelin juga merupakan bagian dari dua tahunan Atletik Dunia kejuaraan
atletik dan berbagai daerah bertemu. Javelin kompetisi adalah bagian dari National
Collegiate Athletic Association (NCAA) tahunan kejuaraan trek dan lapangan. Ini juga
merupakan salah satu peristiwa yang meliputi baik dasalomba dan heptathlon.
Beruang lembing sejumlah kesamaan teknis ke lapangan olahraga tradisional lainnya
yang mengharuskan atlet untuk melempar peluru sejauh mungkin. Yang menembak,
melempar palu, dan cakram semua memerlukan atlet untuk mempertimbangkan berbagai
faktor fisik, termasuk efek angin, sudut di mana objek dilepaskan, ketinggian di mana
objek dilepaskan, dan kecepatan objek pada rilis. Ini adalah pertimbangan aerodinamis
spesifik lembing itu sendiri yang memisahkan olahraga ini dari peristiwa melempar lain.
Proyektil yang digunakan dalam lembing terdiri dari tiga bagian yang berbeda-kepala,
dibangun dari logam ringan; batang, yang terbuat dari serat karbon atau komposit lain
bahan sintetis dan cengkeraman, porsi lembing di mana objek dipegang oleh pelempar
sebelum pengiriman.Berbeda dengan gerak kaki dan tubuh resultan posisi yang dicari
oleh seorang atlet untuk menghasilkan peluru yang sukses melempar atau rilis cakram,
lembing aturan melarang spin atau memutar dari tubuh pelempar sebelum pelepasan
lembing (bagian belakang pesaing mungkin tidak menghadapi garis melemparkan setiap
saat sebelum pelepasan lembing).
C. PERALATAN-PERALATAN SAAT LEMPAR LEMBING
Lempar lembing merupakan nomor lempar yang dilombakan dalam cabang olahraga
atletik. Perlombaan lempar lembing dilakukan di lapangan terbuka dengan menggunakan
lebing, yang mempunyai ketentuan sebagai berikut:
1. Lembing
Untuk putra:
a. Berat 800 gram
b. Panjang 260-270 cm.
c. Panjang lilitan untuk pegangan 15-16 cm
Untuk putri:
a. Berat 600 gram
b. Panjang 220-230 cm
c. Panjang lilitan untuk pegangan 15-16 cm
2. Lapangan
a. Lapangan lempar lembing adalah sebagai berikut:
b. lebar : 4 meter
c. panjang awalan 30-37 meter
d. besar sudut lemparan 40o
4. D. MACAM-MACAM TEKNIK LEMPAR LEMBING
1. Teknik memegang lembing
Pada teknik memegang lembing, perlu diketahui bahwa ada 3 cara atau teknik yang
perlu dilatih, yaitu:
a. American Style (Cara Amerika)
Pada American style, cara memegang lembing adalah dengan menempatkan ibu
jari sekaligus telunjuk untuk saling bertemu pada lilitan lembing atau di belakang balutan
lembing. Untuk yang baru menekuni lempar lembing, cara memegang lembing satu ini
lebih sesuai.
Untuk atlet pemula, pegangan American style sangat mudah dipelajari sehingga
ketika latihan tidak akan begitu menemukan kesulitan. Tak hanya bagi pemula saja
sebenarnya, tapi juga secara umum yang memegang lembing pada dasarnya
menggunakan teknik American style. Ini adalah teknik yang dasar sekaligus juga paling
banyak dan kerap kita jumpai.
Alasan mengapa cara memegang dengan gaya Amerika sangat umum adalah karena
selain mudah, daya dorongnya lebih tinggi oleh ibu jari dan jari telunjuk. Teknik
pegangan lembing satu ini pun masih populer sampai sekarang dan masih sering
digunakan karena memang sangat nyaman sekaligus memberikan daya dorong lebih.
b. Finlandia Style (Cara Finlandia)
Pada umumnya, seringkali cara memegang lembing dengan cara Finlandia kerap
dianggap sama dengan cara Amerika. Banyak orang tak terlalu tahu membedakan kedua
teknik pegangan yang padahal sebenarnya sangat mudah. Untuk pegangan ini, tekniknya
adalah dengan membuat ibu jari serta jari tengah bertemu tepat di bagian lilitan lembing.
5. Bagian lilitan lembing tersebut artinya ada di belakang balutan. Untuk posisi jari
telunjuk, Anda bisa buat posisinya agak lurus dengan batang lembingnya. Tak ada
ketentuan kapan harus memakai pegangan yang mana karena pemain atau pelempar
lembing juga bisa menggunakan cara Finlandia sedari awal apabila memang lebih
nyaman dengan teknik ini.
c. Tank Style (Jepit Tang)
Untuk cara memegang lembing satu ini, pegangan berfokus pada jari telunjuk
serta jari tengah yang bertugas menjepit lembing tepat di belakang bagian pegangan.
Tentunya pada setiap pegangan memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing, dan
untuk teknik pegangan ini pun sama baiknya dengan yang lain hanya memang tak
sepopuler American style.
Pada dasarnya, memegang lembing dengan tank style cukup menguntungkan bagi
pelemparnya. Ini karena pegangan ini mampu menjadi pencegah terjadinya luka di bagian
siku pelempar yang diakibatkan biasanya oleh pelencengan. Hanya saja memang ketika
melempar, lilitan tipisnyalah yang nantinya menyebabkan masalah sehingga harus
mempertimbangkan hal ini juga sebelum menggunakannya.
Tak ada teknik pegangan yang lebih baik dari yang lain karena sebetulnya
masalah teknik pegangan lembing kembali ke masing-masing kenyamanan pelemparnya.
Seorang atlet perlu memilih jenis pegangan yang paling sesuai dengannya, yakni yang
dianggap paling pas dan cocok sesudah melakukan latihan untuk setiap teknik memegang
lembing.
2. Teknik Membawa Lembing
Selain cara memegang lembing, teknik dalam membawa lembing juga perlu untuk
Anda kuasai bila ingin menjadi atlet yang baik. Dalam setiap olahraga, mengambil
awalan yang tepat akan meningkatkan kemungkinan luar biasa dalam mencapai hasil
6. maksimal. Cara mengambil awalan di atletik lempar lembing berhubungan erat dengan
cara membawanya.
Sebetulnya dalam membawa lembing, seseorang bisa melakukan cara apapun,
hanya saja pastikan untuk tidak sampai membuat kecepatan berlari terhambat. Intinya di
sini adalah bahwa membawa lembing bisa dilakukan senyaman atlet tersebut, seperti:
a. Membawanya di atas pundak di mana mata lembing posisinya serong ke atas.
b. Bahkan atlet pun sah-sah saja kalau ingin membawa lembing di atas bahu dengan posisi
mata lembing sering ke bawah maupun juga mendatar.
c. Tangan akan menjadi rileks ketika membawa lembing dalam posisi mendatar; tak hanya
tangan, tapi bagian bahu pun otot menjadi lebih nyaman serta tak begitu tertekan
sehingga memang banyak juga atlet yang menggunakannya.
d. Membawa lembing tidak harus selalu di atas pundak, karena membawanya dengan posisi
lembing di sisi tubuh juga sah-sah saja untuk dilakukan. Namun pada teknik membawa
lembing ini, Anda perlu meluruskan tangan ke belakang supaya menjadi jauh lebih
gampang dalam mengambil sejumlah sikap lanjutan. Hanya saja, pada cara membawa
lembing sepertiini akan ada sedikit hambatan untuk berlari dengan kecepatan optimal.
3. Teknik Awal Berlari Lempar Lembing
Teknik lainnya yang sangat perlu diperhatikan adalah awalannya. Awalan ini
merupakan gerakan mula-mula dalam proses melempar lembing dan perlu atlet lakukan
dengan melangkah serta berlari ke batas tolakan. Atlet perlu melatih ini di awal karena
awalan lari adalah bagian pertama yang tujuannya sebagai pembangun kecepatan gerak
tubuh untuk kepentingan hasil lemparan.
a. Pada awalan lari lempar lembing, pelempar lembing bakal perlu berlari seraya membawa
lembing tepat di atas kepala sambil menekuk bagian lengan. Hadapkan siku ke depan dan
telapak mengarah ke atas.
b. Sementara untuk posisi lembing, pastikan posisinya sejajar dan letaknya di atas garis
paralel dengan tanah.
c. Cross steps adalah istilah untuk bagian terakhir dari teknik awalan lari lempar lembing
dan istilah lain untuk itu adalah langkah silang. Pada langkah ini akan meliputi adanya
hop-steps atau dengan jingkat, cross-steps atau dengan langkah silang di bagian depan,
serta rear cross-steps atau langkah silang di belakang.
d. Untuk aturan panjang awalan lari, menurut Ballesteros, wajib untuk tak lebih dari 36.50
m bagi panjang lintasan awalan dan juga tak boleh pula kurang dari 30 m. Perlu ada
7. pemberian tanda menggunakan 2 garis paralel (4 meter) secara terpisah dengan 5 cm
untuk lebar garisnya.
e. Dalam teknik peralihan atau cross steps, atlet perlu memutar kedua bahu secara perlahan
ke arah kanan ketika menurunkan kaki kiri. Sementara itu, lengan kanan harus mulai
digerakkan atau diluruskan ke belakang. Dari situ, titik pusat gravitasi bisa turun perlahan
dari yang tadinya meningkat ketika melakukan awalan lari.
f. Teruskan perputaran bahu sekaligus juga pelurusan lengan pembawa lembing ke
belakang dan lanjutkan tanpa terputus. Bergeraklah terus sampai atas sampai melampaui
kaki kiri atas. Dengan gerakan ini biasanya akan membuat tubuh bagian atas condong ke
belakang.
g. Kedua bahu yang mengalami perputaran ke kanan akan membuat pilinan antara tubuh
bagian bawah dan atas dan ini sekaligus juga membuat lembing tertinggal dengan baik di
belakang tubuh atlet.
h. Sementara itu, fokuskan pandangan tetap selalu ke arah depan.
i. Tumit kanan perlu diangkat ketika terjadi pendaratan oleh tungkai kanan dalam posisi
setengah ditekuk pada akhir cross steps sewaktu menggerakkan lutut maju. Dalam waktu
yang sama, kedua tungkai perlu dibuka dengan melangkahkan kaki kiri selebar-lebarnya
ke depan dan injakkan pula sedikit ke kiri.
j. Tetaplah jaga kedua bahu untuk menghadap ke samping dan lembing perlu untuk tetap
dalam posisi dipegang di belakang. Tangan yang membawa lembing pun harus tetap
setinggi pundak.
k. Jaga pergelangan tangan supaya tetap dalam kondisi ditekuk dan hadapkan telapak
tangan ke atas supaya bagian ekor lembing tak menyentuh permukaan tanah. Saat
melakuakn pergerakan ini, lipat lengan kiri menyilang di dada.
l. Di fase akhirnya, saat menurunkan kaki kiri pada posisi akhir lemparan, mulailah untuk
pemutaran kedua pinggul ke depan. Gerakan ini bisa diawali dengan sebuah putaran ke
dalam oleh lutut dan kaki kanan dan lanjutkan dengan meluruskan tungkai.
m. Selanjutnya, bahu kiri bisa dibuka, dan putarlah siku kanan ke arah luar atas sementara
lembing diluruskan di atas bahu dan lengan.
n. Tekanlah kaki kiri ke tanah dan langsung lanjutkan dengan memutar kaki kanan ke
dalam lalu diluruskan seraya meluruskan juga lutut kanan. Tujuannya adalah supaya
sebuah posisi membusur dapat tercipta dari tubuh atlet dan otot depan bisa meregang
kuat.
8. 4. Teknik Melempar Lembing
Setelah teknik memegang, membawa dan bahkan awalan lari, maka seseorang
yang ingin bermain lempar lembing dan menjadi atlet profesional memerlukan teknik
untuk melempar lembing secara tepat juga.
a. Ketika hendak melemparkan lembing dari atas kepala, pastikan bawa lembing ke
belakang dnegan tangan lurus yang diputar ke arah dalam, sementara itu rebahkan badan
ke belakang dengan lutut kaki kanan di saat yang sama dengan pembengkokan siku.
b. Bawa lembing secepat kilat ke atas kepala sambil mendorong pinggul ke depan, barulah
kemudian lembing dilemparkan sekuat tenaga ke depan dari atas kepala. Dalam posisi ini,
tangan lurus dan dibantu dengan kaki kanan ditolakkan sekuatnya dan badan dilonjakkan
ke depan.
c. Lepaskan lembing di saat lurus dan pangkal lilitan tali lembing dapat didorong dengan
jari-jari tangan.
5. Teknik Melepaskan Lembing
Setelah dilempar, tentu ada pula teknik untuk melepaskan lembing di mana
gerakan ini sangat vital untuk menciptakan lemparan yang baik. Untuk melepaskan
lembing, penting untuk mengurutkan dari bahu, lengan atas dan tangan dalam
pergerakannya secara sempurna.
a. Awalnya, bahu dipakai untuk melempar secara aktif dengan dibawa ke depan sambil
memutar lengan yang akan melempar, sementara siku mendorong ke arah atas.
b. Pastikan lembing dilempar di atas kaki kiri dan lembing juga lepas dari tangan dengan 45
derajat sudut lemparan. Pergerakannya mirip ketapel dari lengan bawah tangan kanan.
c. Sementara itu, pastikan untuk luncurkan kaki kanan di tanah dan saat pelepasan lembing
maka terjadilah pada satu garis lurus yang berasal dari pinggang ke tangan pelempar
sementara tubuh serta kepala condong ke sisi kiri.
9. d. Selama pelepasan lembing, tekuk lengan kiri dengan tujuan memblok dan pastikan tubuh
seimbang dan mempertahankan posisi yang sudah diciptakan saat melempar supaya tak
makin condong ke depan.
e. Penting untuk tubuh menjaga keseimbangan supaya tak berakibat pada diskualifikasi.
Pada proses penyeimbangan tubuh, pusatkan pada satu kaki tumpuan.
6. Posisi Tubuh Pasca Pelemparan
Sesudah menolakkan kaki kanan ke atas dan juga ke depan mendarat, angkat kaki ke
belakang dan agak miringkan bagian tubuh sambil agak condong ke depan. Kaki kiri
tetap mengarah ke belakang secara rileks sementara tekukkan siku tangan kanan yang
berada di bawah supaya lebih dekat ke perut.
Untuk posisi tangan kiri, pastikan untuk tetap rileks dan lemas ke belakang.
Pandangan harus tetap fokus ke depan mengikuti arah jalannya lembing sekaligus di
tempat jatuhnya. Ketika posisi salah baik dalam melempar dan melepas, maka hasil
lempar lembing pun kemungkinan akan kurang memuaskan.
E. PERATURAN LEMPAR LEMBING
Pada lempar lembing juga terdapat beberapa peraturan umum yang meliputi tempat
pegangan yang tepat dan yang dianggap sah sewaktu berpartisipasi dalam sebuah
pertandingan. Tak hanya pegangan, tapi juga lemparan yang benar pun harus benar-benar
diperhatikan oleh para pemain atau peserta. Berikut ini adalah beberapa aturan dalam
bermain lempar lembing paling tepat:
1. Pemain harus memegang lembing pada tempat pegangan.
2. Sebuah lemparan akan dianggap sah apabila mata lembing menancap atau menggores
tanah pada bagian sektor lemparan.
3. Sebuah lemparan lembing dianggap tidak sah ketika tongkat lembing dilempar kaki
peserta menyentuh lengkungan lemparan atau garis 1,5 meter.
4. Sebuah lemparan lembing dianggap tidak sah ketika tongkat lembing dilempar dan kaki
peserta menyentuh tanah di depan lengkungan lemparan.
5. Ketika sudah mulai melempar, peserta yang melempar tak diperkenankan memutar
badannya sepenuhnya sehingga punggung mengarah pada lengkungan lemparan.
6. Lemparan dianggap sah dan benar apabila lemparan yang dilakukan melewati atas bahu.
7. Seperti pada peraturan tolak peluru dan lempar cakram, jumlah lemparan yang berlaku
dan memang diperbolehkan dalam lempar lembing sama dengan kedua cabang olahraga
atletik tersebut, yakni 3 kali.
8. Pemain/peserta hanya boleh melakukan lemparan 3 kali saja dan proses penilaian adalah
dengan mengambil jarak paling jauh dari lemparan.
9. Peserta tak diperbolehkan meninggalkan jalur lari awalan sebelum lembing yang sudah ia
lemparkan jatuh ke tanah.
10. Seperti pada jenis olahraga lain, selalu ada peraturan pelanggaran dan begitu juga
pada olahraga lempar lembing ini. Ada beberapa larangan yang jelas perlu diketahui dan
sebisa mungkin dihindari oleh peserta lempar lembing. Pelanggaran atau larangan yang
dimaksud antara lain adalah sebagai berikut:
1. Peserta tidak memegang tongkat lembing pada lilitannya atau bagian pegangan yang
sudah seharusnya.
2. Peserta tidak juga memulai atau melakukan lemparan padahal sudah dipanggil selama 2
menit. Biasanya kasus seperti ini terjadi ketika pelempar ragu-ragu atau terlalu lama
bersiap-siap, atau bisa jadi karena tak mendengar panggilan.
3. Peserta menyentuh besi yang menjadi batas lemparan bagian atas.
4. Peserta sesudah melempar kakinya keluar garis yang ada di bagian depan sektor lempar.
5. Peserta sesudah melempar kemudian malah meninggalkan jalur lari awalan sebelum
lembing jatuh ke tanah.
6. Tongkat lembing yang dilempar jatuh tapi sampai pada luar garis sektor lemparan.
7. Ujung tongkat lembing tak meninggalkan bekas di tanah.
11. BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Di dalam gerakan lempar lembing banyak sekali melibatkan bagian-bagian tubuh
bagian atas dan bawah mulai dari otot, sendi, sumbu dan bidang. Hasil dari kombinasi
yang lengkap dari bagian-bagian tubuh tersebut menghasilkan suatu gerakan lempar
lembing yang baik.
B. Saran
Kami berharap dengan makalah Lempar Lembing ini, para pembaca dapat
mengetahui apa itu olahraga lempar lembing, sejarah lempar lembing, maupun teknik –
teknik dan peraturan dari olahraga Lempar Lembing. Semoga mendapat banyak
mendapat manfaat. Kritik dan saran sangat saya harapkan agar makalah ini menjadi lebih
baik.
13. KATA PENGANTAR
Pertama-tama kami panjatkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
kasih Karunia-Nya kami bisa menyelesaikan makalah penjaskes lempar lembing ini.
Adapun makalah ini membahas tentang lempar lembing, dan kami usahakan
semaksimal mungkin dalam menyusun makalah ini dan tentunya dengan bantuan
berbagai sumber sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah kami ini.
Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa ada
kekurangan baik dari segi penyusun bahasanya maupun segi lainnya. Oleh karena itu
dengan lapang dada dan tangan terbuka kami membuka selebar-lebarnya bagi pembaca
yang ingin memberi saran dan kritik kepada kami dapat memperbaiki makalah penjaskes
ini.
Akhirnya penyusun mengharapkan semoga dari makalah ini tentang lempar
lembing ini dapat menambah wawasan dan memberikan inspirasi terhadap pembaca.
Baubau, 20 Februari 2019
Penyusun
14. DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..................................................................................................
KATA PENGANTAR................................................................................................
DAFTAR ISI..............................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................
A. LATAR BELAKANG.......................................................................................
B. RUMUSAN MASALAH...................................................................................
C. TUJUAN PENULISAN.....................................................................................
BAB II PEMBAHASAN............................................................................................
A. SEJARAH LEMPAR LEMBING .....................................................................
B. PENGERTIAN LEMPAR LEMBING..............................................................
C. PERALATAN YANG DIPERLUKAN DALAM LEMPAR LEMBING.........
D. MACAM-MACAM TEKNIK LEMPAR LEMBING.......................................
E. PERATURAN LEMPAR LEMBING ..............................................................
BAB III PENUTUP....................................................................................................
A. KESIMPULAN ...............................................................................................
B. SARAN............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................