Dokumen tersebut membahas tentang obat-obatan untuk mengobati mual dan muntah pada pasien kanker dan kategori keamanannya untuk ibu hamil. Beberapa obat anti mual dan muntah yang dibahas meliputi antagonist 5-HT3, antagonist dopamin, antihistamin, deksametason, proklorperazin, aprepitan, dan nabilon. Dokumen tersebut juga menjelaskan kategori keamanan penggunaan obat selama kehamilan menurut FDA yaitu
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
Obat kangker anti muntah
1. Nama :Zulrahmatulhuda
Nim :17344003
Kangker
1. OBAT KANGKER ANTI MUNTAH
a. Antagonis 5-HT3 paling efektif dalam pencegahan dan pengobatan mual akibat
kemoterapi dan muntah (CINV), terutama yang disebabkan oleh obat-obatan yang sangat
emetogenik seperti cisplatin; bila digunakan untuk tujuan ini, mereka dapat diberikan
sendiri atau, lebih sering, dengan glukokortikoid, biasanya deksametason. Obat biasanya
diberikan secara intravena, sesaat sebelum pemberian agen kemoterapi,[2] meskipun
beberapa ahli berpendapat bahwa pemberian oral mungkin lebih disukai.[3] Pemberian
bersamaan dengan antagonis reseptor NK1, seperti aprepitant, secara signifikan
meningkatkan kemanjuran 5-HT3 antagonis dalam mencegah CINV baik yang akut
maupun yang tertunda.
Contoh obat:
1. Ondansetron dapat diberikan secara IV 30 menit sebelum kemoterapi. Harus
digunakandosis efektif terkecil, 8 – 32 mg. terapi oral disarankan 8 – 24 mg, 30 menit
sebelumkemoterapi.
2. Pada dewasa dan anak di atas 2 tahun, granisetron dapat diberikan secara infus IV
10mcg/kgBB selama 5 menit, 30 menit sebelum diberikan kemoterapi, hanya pada
pemberian kemoterapi. Pada dewasa dapat diberikan granisetron 1 – 2 mg per oral.
3. Dolasetron mesilat dapat diberikan dalam dosis tunggal 1,8 mg/kg pada orang
dewasa atau dalamdosis tetap 100 mg IV dalam 30 detik atau infus (diencerkan) 15
menit. Untuk anak umur 2 – 16 tahun dolasentron dapat diberikan dengan dosis sama.
4. Pilihan lain unutk mencegah mual-muntah sebelum kemoterapi adalah palonestron
025 mgIV selama 30 detik, 30 menit sebelum kemoterapi.
5. Hiosin Hidrobromida (Skopolamin Hidrobromida)
6. Ramosetron Hidroklorida
7. Tropisetron
b. Golongan Antagonis Dopamin
Golongan obat ini di otak dan digunakan untuk mengobati rasa mual dan muntah
karena penyakit kanker, sakit akibat radiasi, obat golongan opiat, obat sitotoksik dan
anstesi umum. Selain dopamin, ada juga obat yang disebut Metoclopramide yang juga
bekerja pada salura pencernaan sebagai prokinetik namun kurang berguna pada rasa ingin
muntah karena sitotoksik dan anastesi umum.
c. Antihistamin (antagonis reseptor histamin H1),
2. efektif pada berbagai kondisi, termasuk mabuk kendaraan dan mabuk pagi berat pada
masa kehamilan. Antihistamin mencegah mual dan muntah dengan cara menghambat
histamin dalam tubuh. Namun untuk pasien kemoterapi efeknya kurang kuat. Dari kelas
benzamida misalnya metoklopramida, adalah antiemesis yang bekerja dengan
menghambat dopamin.
Pasien yang menerima terapi regimen tingkat 2, dapat menggunakan deksametason 8 –
20 mg, Iv atau oral sebagai pencegah mual-muntah. Proklorperazin 10 mg, IV atau oral
juga dapat digunakan pada orang dewasa sebagai pilihan.
Aprepitan, reseptor antagonis senyawa P/NK1, dikombinasi dengan SSRI dan
kortikosteroid, per oral (125 mg hari 1 dan 80 mg hari ke 2 dan ke 3) menunjukkan
efektivitas akut pada pengendalian mual muntal akibat regimen dasar sisplatin dosis
tinggi.
Deksametason, metoklopramid atau SSRI direkomendasikan untuk emesis post
kemoterapi yang muncul terlambat
Benzodiazepin terutama lorazepam, terapi alternatif yang terbaik untuk mengantisi
pasien mual muntah karena kemoterapi. Dosis regimen,satu dosis satu malam sebelum
kemoterapi dandosis ganda pada setiap terapi kemoterapi.
Aprepitan merupakan antagonis reseptor neurokinin 1, obat ini digunakan untuk
pencegahan mual dan muntah akut maupun yang tertunda akibat kemoterapi sitotoksik
yang mengandung sisplatin; obat ini diberikan bersama dengan deksametason dan
antagonis 5HT3.
Nabilon adalah kanabinoid sintetik yang memiliki efek antiemetik. Obat ini dapat
digunakan untuk mual dan muntah yang disebabkan kemoterapi sitotoksik, yang tidak
responsif dengan antiemetik konvensional. Efek samping meliputi rasa kantuk dan pusing
yang sering muncul pada dosis lazim
2. OBAT KANGKER ANTI MUNTAH BOLEH DAN TIDAK BOLEH
UNTUK IBU HAMIL
No Nama Obat Kategori
1. Ondansetron B
2. Granisetron B
3. Dolasetron mesilat B
4. Palonestron (granistron) B
5. Tropisetron B
6. Metoclopramide B
7. Aprepitan B
3. 8. Nabilon C
9. Hiosin Hidrobromida (Skopolamin Hidrobromida) C
10. Ramosetron Hidroklorida C
11. Dopamin C
12. Deksametason C
13. Proklorperazin C
14. Lorazepam D
Tingkat keaman penggunaan obat pada kehamilan dan ibu menyusui menurut US Food and
Drugs Administration (FDA).
1. Obat Kategori A: adalah golongan obat yang pada studi (terkontrol) pada kehamilan
tidak menunjukkan resiko bagi janin pada trimester 1 dan trimester berikutnya. Obat
dalam kategori ini amat kecil kemungkinannya bagi keselamatan janin.
2. Obat Kategori B: adalah golongan obat yang pada studi terhadap sistem reproduksi
binatang percobaan tidak menunjukkan resiko bagi janin. Belum ada studi terkontrol pada
wanita hamil yang menunjukkan adanya efek samping, kecuali adanya penurunan
fertilitas pada kehamilan trimester pertama, sedangkan pada trimester berikutnya tidak
didapatkan bukti adanya resiko.
3. Obat Kategori C: adalah golongan obat yang pada studi terhadap sistem reproduksi
binatang percobaan menunjukkan adanya efek samping bagi janin. Sedangkan pada
wanita hamil belum ada study terkontrol. Obat golongan ini hanya dapat dipergunakan
jika manfaatnya lebih besar ketimbang resiko yang mungkin terjadi pada janin.
4. Obat Kategoti D: adalah golongan obat yang menunjukkan adanya resiko bagi janin.
Pada keadaan khusus obat ini digunakan jika manfaatnya kemungkinan lebih besar
dibanding resikonya. Penggunaan obat golongan ini terutama untuk mengatasi keadaan
yang mengancam jiwa atau jika tidak ada obat lain yang lebih aman.
5. Obat Kategori X: adalah golongan obat yang pada studi terhadap binatang percobaan
maupun pada manusia menunjukkan bukti adanya resiko bagi janin. Obat golongan ini
tidak boleh dipergunakan (kontra indikasi) untuk wanita hamil, atau kemungkinan dalam
keadaan hamil.
Lebih gampangnya dapat diartikan sebagaimana berikut :
A= Tidak berisiko
B= Tidak berisiko pada beberapa penelitian
C= Mungkin berisiko
D= Ada bukti positif dari risiko
X= Kontraindikasi