SlideShare a Scribd company logo
1 of 42
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi Media Refraksi
2.1.1 Kornea
Kornea secara embriologi berkembang dari lapisan ektoderm. Pada bayi yang baru
lahir, ukuran normal diameter kornea adalah 9.5-10.5 sedangkan pada orang dewasa,
ukuran diameter kornea sekitar 12 mm. Sepertiga bagian tengah kornea hampir bulat
dan berdiameter sekitar 4 mm. Kornea adalah jaringan avaskular bening yang terdiri
dari 5 lapisan yakni, epitel, membran bowman, stroma, membran descement, dan
endotel.6
Gambar 1. Lapisan pada kornea yang terdiri dari epithelium, Bowman layer,
stroma, Descemet.
Dikutip dari : Brar, V.S., et al. Basic and Clinical Science Course: Section 2;
Fundamentals and Principles of Ophthalmology. San Fransisco: American Academy of
Ophtalmology. 2020- 2021.
2
Kornea menutupi seperenam dari permukaan mata . Ia memiliki indeks bias 1,376 dan
jari-jari kelengkungan rata-rata 7,8 mm. Dengan kekuatan 43,25 dioptri (D), kornea
menghasilkan sebagian besar kekuatan bias mata sebesar 58,60 D. Oksigen dari udara
dan dari pembuluh darah kelopak mata larut dalam air mata dan ditransmisikan ke
kornea melalui air mata.6
film. Kornea memperoleh makromolekul dan nutrisinya dari aqueous humor. Karena
permukaan posterior kornea lebih melengkung daripada permukaan anterior, kornea
sentral lebih tipis (0,5 mm) daripada kornea perifer (1,0 mm). Kornea mendatar di
perifer, dengan pendataran yang lebih luas secara nasal dan superior daripada temporal
dan inferior.6
2.1.2 Aquos Humos
Aqueous humor adalah cairan jernih yang mengisi bilik mata depan dan belakang,
dengan volume sekitar 250 l. Cairan ini memiliki tekanan osmotik yang sedikit lebih
tinggi daripada plasma. Komposisi dari aqueous humor hampir sama dengan plasma,
tetapi cairan ini memiliki konsentrasi askorbat, piruvat, dan laktat yang lebih tinggi;
protein, urea, dan glukosa yang lebih rendah. Tempat diproduksinya aqueous humor
adalah di corpus ciliare. Refractive index pada aquos humor berkisar n≈1.3335.7
3
2.1.3 Lensa
Lensa adalah struktur bikonveks yang terletak tepat di belakang bilik posterior dan
pupil. Lensa menyumbang 20,00 D dari 60,00 D kekuatan pemfokusan rata-rata mata
orang dewasa. Lensa secara embriologi berkembang dari lapisan ectoderm dimana
diameter ekuator adalah 6,5 mm saat lahir; meningkat dalam 2-3 dekade pertama
kehidupan dan tetap berdiameter sekitar 9-10 mm pada orang dewasa. Lebar
anteroposterior lensa kira-kira 3 mm saat lahir dan meningkat setelah dekade kedua
kehidupan menjadi sekitar 6 mm pada usia 80 tahun. Pertumbuhan ini disertai dengan
pemendekan radius kelengkungan anterior lensa, yang akan meningkatkan daya
optiknya jika bukan karena perubahan kompensasi dalam gradien refraksi melintasi
substansi lensa.8
Pada masa muda, akomodasi untuk penglihatan dekat dicapai dengan kontraksi otot
siliaris, yang menggerakkan massa otot siliaris ke depan dan ke dalam. Kontraksi ini
merelaksasi ketegangan zonula dan memungkinkan lensa untuk mengambil bentuk
globular, menyebabkan radius kelengkungan anterior memendek Dengan
bertambahnya usia, daya akomodatif terus-menerus hilang. Pada usia 8 tahun, dayanya
adalah 14,00 D. Pada usia 28 tahun, daya akomodasi menurun menjadi sekitar 9,00 D,
dan menurun lebih lanjut menjadi 1,00 D pada usia 64 tahun. Penyebab hilangnya daya
ini termasuk peningkatan ukuran lensa, perubahan hubungan mekanis, dan peningkatan
kekakuan inti lensa akibat perubahan protein kristal dari sitoplasma serat. Faktor lain,
seperti perubahan geometri perlekatan zonula dengan usia dan perubahan elastisitas
kapsul lensa, juga dapat berperan.8
4
Lensa tidak memiliki persarafan dan avaskular. Setelah regresi pembuluh darah hialoid
selama embriogenesis, lensa hanya bergantung pada cairan dan vitreus untuk
makanannya. Dari kehidupan embrio, itu sepenuhnya tertutup oleh lamina basal, kapsul
lensa.
Gambar 2. Penampakan lensa dewasa secara mikroskopik
Dikutip dari : Brar, V.S., et al. Basic and Clinical Science Course: Section 2; Fundamentals and
Principles of Ophthalmology. San Fransisco: American Academy of Ophtalmology. 2020- 2021.
5
2.1.4 Vitreus Humor
Vitreus Humor adalah suatu jaringan yang berbentuk seperti kaca bening dan terletak
di antara lensa dengan retina. Vitreus Humor bersifat semi cair dan memiliki
kandungan air sebanyak 90%. Refractive index vitreus humor berkisar n≈1.335. Fungsi
dari badan kaca ini sama dengan fungsi dari cairan mata, yaitu mempertahankan bola
mata agar tetap bulat. 7
2.2 Fisiologi Penglihatan Manusia
Sistem visual meliputi pengambilan informasi dari luar dalam bentuk cahaya serta
analisis dan intepretasi informasi visual. Proses penglihatan dan persepsi visual ini
melibatkan sistem struktur yang kompleks, yang masing-masing dirancang untuk
tujuan tertentu. Rangkaian proses penglihatan meliputi masuknya cahaya pada media
refraksi, fototransduksi, pengiriman impuls melalui jaras penglihatan, serta intepretasi
dan persepsi visual oleh korteks visual.
1,9
Komponen optik mata yang berperan sebagai media refraksi adalah kornea, humor
akuos, lensa, dan badan vitreus. Cahaya yang masuk ke dalam mata mengalami
pembiasan melewati media refraksi pada aksis visual, lalu ditangkap oleh sel
fotoreseptor retina.
1,10
6
Apeks pada permukaan anterior kornea memberikan kekuatan refraksi terbesar.
Permukaan kornea memiliki kelengkungan 7,7 mm pada bagian anterior dan 6,9 mm
pada bagian posterior. Pertemuan antara udara dan air mata pada permukaan kornea
membentuk kekuatan lensa positif 43 dioptri dan merupakan elemen media refraksi
utama pada mata.10
Kekuatan refraksi lensa memiliki kekuatan mencapai 20 dioptri dengan indeks refraksi
1,36 pada bagian perifer dan 1,4 pada bagian sentral. Lensa mata berakomodasi melalui
kontraksi otot siliaris yang melepaskan regangan zonula sehingga lensa membulat
ketika melihat objek dekat. Otot siliaris akan relaksasi dan lensa mendatar untuk
penglihatan jauh. Badan vitreus adalah gel transparan dengan kandungan air 98% dan
indeks refraksi 1,33 yang sama dengan indeks refraksi pada humor akuos. Vitreus
meneruskan cahaya yang ditangkap menuju retina, serta sebagai tempat penyimpanan
substansi kimia yang berperan dalam metabolisme retina. 1
2.2.2 Fototransduksi
Retina memiliki dua tipe sel fotoreseptor, yaitu sel kerucut dan sel batang. Fotoreseptor
sel batang dan sel kerucut memiliki perbedaan morfologi, pigmen, dan distribusi pada
retina. Masing-masing sel fotoreseptor tersusun atas segmen luar, segmen dalam, dan
badan sel. Bentuk segmen luar fotoreseptor kerucut meruncing, sedangkan fotoreseptor
sel batang tidak meruncing. Segmen luar tersusun atas 600- 1000 diskus yang
mengandung fotopigmen, enzim, dan protein yang terlibat dalam fototransduksi, yaitu
7
opsin, rodopsin, transdusin, phosphodiesterase (PDE), dan kromofor 11-cis-retinal.
11,12
Fototransduksi merupakan proses penangkapan cahaya oleh fotoreseptor retina untuk
diubah menjadi impuls saraf. Foton yang diterima menyebabkan perubahan
konformasional pada fotopigmen, memicu terjadinya kaskade reaksi kimia yang
mengubah energi elektromagnetik menjadi stimulus elektrik. Fotoreseptor sel kerucut
sensitif terhadap cahaya terang, terutama pada siang hari (fotopik). Fotoreseptor sel
batang sensitif terhadap cahaya redup (skotopik). Proses fototransduksi terjadi di
membran diskus segmen luar sel fotoreseptor.11,12
Gambar 5. Sel Fotoreseptor Retina
Dikutip dari : Skalicky SE. Ocular and Visual Physiology: Clinical Application.
Sydney:Springer; 2015. hlm. 207-359
Penangkapan cahaya oleh rodopsin pada segmen luar fotoreseptor menyebabkan
isomerasi ikatan ganda 11-cis-retinal menjadi all-trans-retinal sehingga molekul opsin
akan mengalami perubahan konfigurasi menjadi fase aktif, yaitu metarodopsin II.
Rodopsin aktif akan memulai reaksi yang memberikan aliran masuk kation ke segmen
8
luar sel batang, melalui kanal cyclic guanosine monophosphate (cGMP). Rodopsin
akan mengaktifkan molekul kedua yaitu transdusin. Satu molekul rodopsin dapat
mengaktifkan hingga 100 transdusin. Transdusin yang telah aktif akan memberikan
sinyal pada protein ketiga, yaitu rod phosphodiesterase (rod PDE). Rod PDE akan
menyebabkan terjadinya hidrolisis cGMP menjadi 5’noncyclic-GMP. 1,11
Gambar 6. Kaskade fototransduksi pada segmen luar fotoreseptor
Dikutip dari : Cantor LB, Rapuano CJ, Cioffi GA. Neuro-Ophthalmic Anatomy. Dalam: American
Academy of Ophthalmology. Basic Clinical Science Course Section 5: Neuro-Ophthalmology. San
Fransisco: American Academy of Ophthalmology; 2018.
Penurunan cGMP menyebabkan kanal ion tertutup dan menghentikan aliran masuk
Na+ dan Ca2+ sehingga sel fotoreseptor mengalami hiperpolarisasi. Hiperpolarisasi sel
fotoreseptor menyebabkan pelepasan glutamat terhenti dari terminal sinaps. Penurunan
kadar glutamat memicu sel bipolar-off hiperpolarisasi dan sel bipolar-on depolarisasi.
9
Seluruh sel batang akan bersinaps dengan sel bipolar-on. Sel kerucut akan bersinaps
dengan sel bipolar-off dan sel bipolar-on. Sel bipolar akan meneruskan impuls saraf
menuju sel ganglion retina. 8,10,11
2.2.3 Jaras Penglihatan
Jaras penglihatan merupakan rangkaian proses pengiriman informasi visual yang
terdapat pada impuls saraf menuju korteks visual. Retina meneruskan impuls saraf ke
saraf optik, kiasma optik, traktus optik, badan genikulatum lateralis, radiasi optik
hingga korteks visual. Korteks visual terdiri dari area korteks visual primer dan
sekunder. Area lain yang berhubungan dengan penglihatan adalah area korteks frontal.
1,8
Gambar 7. Jaras penglihatan
Dikutip dari : Remington LA. Clinical Anatomy and Physiology of the Visual System. Edisi
ke-3. Missouri: Elsevier Butterworth Heinemann; 2012.
10
Sel ganglion retina menerima impuls saraf dari sel bipolar, kemudian sebanyak 1-1,2
juta serabut saraf sel ganglion bersatu menuju diskus optik dan melewati lamina
kribosa memasuki rongga orbita. Serabut saraf bagian nasal retina tersusun dalam pola
radial sederhana. Serabut saraf bagian temporal membentuk berkas papilomakular
yang menuju langsung ke diskus. Serabut paling medial merupakan serabut retina
bagian nasal, sedangkan area lateral mewakili serabut temporal. Serabut makula yang
menyusun sepertiga dari serabut saraf optik, terletak pada bagian lateral. Serabut retina
nasal berdekusasi pada kiasma optik dan memasuki traktus optik kontralateral. Serabut
saraf akan sedikit melengkung pada area knee of Wilbrand sebelum berdekusasi ke
kontralateral. Serabut saraf retina temporal memasuki traktus optik secara
ipsilateral.9,11
Korpus genikulatum lateralis terletak di posterior talamus dan terdiri dari enam lapisan.
Empat lapis bagian superior merupakan terminal dari akson neuron parvoselular,
sedangkan dua lapis bagian inferior merupakan terminal dari akson neuron
magnoselular. Jalur magnoselular berkaitan dengan persepsi gerak dan kedalaman.
Jalur parvoselular berhubungan dengan fungsi spasial dan persepsi warna. Serabut
saraf retina bagian perifer akan berakhir di bagian anterior. Serabut saraf kuadran atas
retina berakhir di sisi medial. Serabut saraf kuadran makula berakhir di tengah dan
posterior nukleus. Akson yang berasal dari serabut saraf kontralateral akan berakhir di
11
lapisan ke-1, 4, dan 6, sedangkan akson yang berasal dari serabut saraf ipsilateral akan
berterminasi pada lapisan ke-2, 3, dan 5. Impuls saraf kemudian akan diteruskan
melalui radiasi optik menuju korteks area visual primer.9,11
2.2.4 Korteks Visual
Korteks visual terbagi menjadi area visual primer (Broadmann’s area 17) dan area
visual sekunder (Broadmann’s area 18 dan 19). Area visual primer terletak di bagian
superior dan inferior sulkus kalkarin korteks oksipital, memanjang ke anterior hingga
sulkus parieto-oksipital. Setiap sisi area visual primer menerima serabut aferen dari
bagian temporal sisi ipsilateral dan bagian nasal sisi kontralateral. Lapang pandang
kanan direpresentasikan pada hemisfer serebral kiri, dan lapang pandang kiri pada
hemisfer serebral kanan. Serabut saraf dari retina kuadran superior yang
merepresentasikan lapang pandang inferior menuju ke superior sulkus kalkarin.
Serabut saraf dari retina kuadran inferior yang merepresentasikan lapang pandang
superior, menuju ke inferior sulkus kalkarin. Bagian posterior area visual primer
merepresentasikan bagian makula lutea.10,14
12
Gambar 8. Korteks area visual premier dan sekunder
Dikutip dari : Cantor LB, Rapuano CJ, Cioffi GA. Neuro-Ophthalmic Anatomy. Dalam: American
Academy of Ophthalmology. Basic Clinical Science Course Section 5: Neuro-Ophthalmology. San
Fransisco: American Academy of Ophthalmology; 2018
Area visual sekunder (Broadmann areea 18) terletak berdekatan dengan area visual
primer. Area ini tidak memiliki striata dan secara histologis menunjukkan enam
lapisan. Area asosiasi sekunder menerima impuls saraf dari area visual primer (V1) dan
badan genikulatum lateralis. Fungsi area visual sekunder adalah menghubungkan dan
menganalisis informasi visual yang diterima oleh area visual primer. Informasi yang
dianalisis memungkinkan individu untuk mengenali dan mengapresiasikan apa yang
dilihat, seperti warna, bentuk, pergerakan, dan disparitas binokular. Area visual
sekunder meliputi area visual 2 (V2), area visual 3 (V3), area visual 4 (V4), dan area
temporal tengah atau disebut juga area visual 5 (V5) .9,11
13
Area V2 menerima informasi dari area visual primer V1 dan mengatur informasi ke
area visual sekunder lainnya. Informasi visual akan diproyeksikan ke dua jalur yaitu
jalur ventral (what pathway) dan jalur dorsal (where pathway). Jalur ventral membawa
informasi bentuk, warna, dan pengenalan objek melalui V4 menuju korteks temporal.
Jalur dorsal membawa informasi arah dan pergerakan melalui V3 dan V5 menuju
korteks parietal. Area pada V5 terdiri dari neuron selektif yang berorientasi pada arah
dan kecepatan pergerakan objek, disparitas binokuler, serta kontras gerak. Area V3
terlibat dalam pengenalan informasi warna, orientasi, pergerakan, dan sterosepsis. Area
V4 terlibat dalam pengenalan objek dan sensitivitas warna.11,14
2.2 Perkembangan Bola Mata
Perkembangan mata dimulai dari pertumbuhan bola mata saat prenatal dan post natal.
Setelah lahir bola mata masih terus berkembang baik secara struktur maupun
komposisinya dan terus berkembang sampai pada tahun-tahun pertama kehidupan.
Adanya perkembangan sistem saraf pusat yang normal juga ikut membantu dalam
proses perkembangan sistem penglihatan. Secara anatomi perubahan yang terjadi pada
segmen anterior mata, retina, dan nervus optikus pada tahun-tahun pertama kehidupan
mempengaruhi terbentuknya bayangan yang normal pada retina.16
Periode 2 – 3 bulan post natal disebut sebagai fase pertumbuhan cepat, dimana pada
peride ini terjadi perubahan yang signifikan pada perkembangan visus. Fase ini juga
dikenal sebagai critical period. Adanya stimulus yang abnormal selama periode ini
dapat menyebabkan terjadinya gangguan pada perkembangan visus sehingga dapat
14
menyebabkan keadaan yang disebut ambliopia. Perkembangan visus itu sendiri
melibatkan perkembangan post natal dari bola mata serta proses emmetropisasi.16
2.2.1 Perkembangan Post Natal Bola Mata
Struktur mata baik pada orbita maupun intraokular sudah terbentuk dengan baik
saat lahir, namun masih terdapat perkembangan post natal yang terjadi baik dari segi
anatomi maupun fisiologi. Saat lahir diameter anteroposterior bayi 70 dari orang
dewasa, dengan panjang kira-kira 16-17 milimeter. Dengan segmen anterior 75 - 80
dari orang dewasa. Volume mata pada bayi baru lahir (2,8 cm3) dimana kurang dari
setengah volume orang dewasa, yaitu 6,8 – 7,5 cm3.16,17
Axial length pada neonatus kurang lebih 16 milimeter. Perkembangan axial
length pada mata terjadi selama 13 tahun pertama kehidupan. Selama periode tersebut,
axial length mengalami 3 fase perkembangan, yaitu:
1. Pertumbuhan post natal (0 – 18 bulan), dimana pada fase ini terdapat
penambahan axial length sebesar 4,3 milimeter dari 16 milimeter menjadi 20,3
milimeter.
2. Fase infantile (umur 2 – 5 tahun), pada fase ini terdapat penambahan 1,1
milimeter pada axial length.
3. fase slower juvenile (umur 5 – 13 tahun), dimana hanya terdapat penambahan
yang sangat sedikit pada axial length bola mata yaitu sepanjang 1,3 milimeter.16,17
15
Kornea
Kornea mengalami perubahan yang drastis pada setahun pertama kehidupan.
Perubahan yang terjadi meliputi ukuran, bentuk, dan transparansinya. Diameter
horizontal kornea pada bayi baru lahir rata-rata 9,8 milimeter (9 – 10,5 milimeter),
sedangkan diameter vertikal kornea 10,4 milimeter.
Pada setahun pertama kehidupan, terjadi penambahan dalam ukuran kornea
dimana diameter horizontalnya menjadi 11 – 12 milimeter dan penambahan luas
permukaan dari 102 mm2 saat lahir menjadi 130 mm2 saat mencapai usia 20 bulan.
Kornea juga menjadi lebih datar dibandingkan saat lahir. Hal ini dibuktikan
dengan penurunan kekuatan Dioptri dari 51,2 saat lahir menjadi 45,2 Dioptri saat bayi
berumur 6 bulan. Terjadi pengurangan ketebalan pada kornea dari 0,96 mm di sentral
dan 1,2 mm di perifer pada bayi baru lahir menjadi 0,52 milimeter saat usia 6 bulan.16,17
Pupil
Pada bayi yang lahir dengan masa gestasi lebih dari 31 minggu, terdapat reflek
cahaya pada pupil. Hal ini berbeda pada bayi yang lahir premature dimana reflek
cahaya bisa menurun atau tidak ada sama sekali.16,17
Lensa
Saat lahir lensa berbentuk lebih bulat, hal ini menyebabkan lensa mempunyai
daya refraksi yang lebih kuat. Lensa terus tumbuh seumur hidup dengan pertambahan
serat-serat baru di perifer. Konsistensi materi lensa berubah selama hidup, saat lahir
seperti plastik lunak, pada usia lanjut kosistensinya mirip kaca.16,17
16
Otot ekstraokular
Otot-otot rektus pada bayi baru lahir lebih kecil dibangkan orang dewasa,
dengan perbedaan insersi otot 2,3 – 3 milimeter serta tendon yang lebih tipis
dibandingkan dengan orang dewasa. Bila diukur dari limbus, terdapat perbedaan insersi
otot ekstraokuler pada bayi baru lahir dibandingkan dengan orang dewasa. Terdapat
perbedaan 2 milimeter pada bayi baru lahir, 1 milimeter pada usia 6 bulan, dan mulai
sama seperti orang dewasa saat mencapai usia 20 bulan.16,17
Volume Orbita
Saat lahir volume orbita adalah 10 mm3. Saat mencapai usia 1 tahun, volume orbita
bertambah secara signifikan menjadi 22,3 mm3. Pada usia 6 – 8 tahun, volume orbita
mengalami penambahan lagi yaitu menjadi 39,1 mm3.16,17
Retina
Saat lahir semua struktur retina sudah terbentuk sempurna kecuali dibagian makula.
Perkembangan makula terjadi setelah lahir sampai bayi berumur 4 tahun.
Perkembangan yang paling mencolok terjadi pada pigmentasi makula, perkembangan
annular ring, reflek fovea, dan diferensiasi dari sel-sel kerucut.16,17
Pigmentasi makula berkembang sempurna pada 27 minggu usia gestasi. Tetapi,
pigmen kuning xantophyllic yang biasanya ditemukan pada orang dewasa, tidak
ditemukan pada neonatus, hal ini disebabkan pigmen tersebut berasal dari asupan
makanan yang mengandung karoten.
Pada 24 minggu usia gestasi, lapisan sel ganglion mengalami penebalan pada
bagian kutub posterior retina, pada usia 28 minggu, sel-sel ganglion berpindah keluar
17
perifer daerah makula sehingga daerah tersebut menjadi lebih tebal, menghasilkan
gambaran seperti kawah di sekitar fovea di makula.
Reflek fovea merupakan gambaran oftalmoskopik terakhir yang matur. Pada
sebagian besar bayi, reflek fovea dapat dilihat pada usia kehamilan 37 minggu dan
menjadi matur saat usia gestasi mencapai 42 minggu. Hal ini disebabkan karena adanya
penipisan dari lapisan inner dan outer nuclear fovea, yang menghasilkan konkafitas di
bagian tengah makula.16,17
Tabel 1. Perbedaan dimensi pada newborn dan adult16
Bayi baru lahir Orang dewasa
Axial length (mm) 15-17 23-24
Diameter kornea horizontal (mm) 9,5-10,5 12
Radius kurvatura kornea (mm) 6,6-7,4 7,4-8,4
Penglihatan warna pada waktu lahir juga masih berkembang. Kemampuan untuk
mencocokkan warna terjadi pada usia 2 tahun. Makula sendiri belum berkembang
sempurna saat lahir, perkembangan makula terjadi selama 4 tahun pertama kehidupan.
Pasca lahir, pertumbuhan dan perkembangan mata juga memerlukan bayangan
visual yang terbentuk jelas untuk dapat tumbuh dengan baik. Seiring dengan usia mata
terus mengalami pertumbuhan demikian juga dengan perkembangan visus.16,17
18
2.2.2 Proses Emetropisasi
Emetropisasi adalah suatu proses yang terjadi pada bola mata yang meliputi
perubahan secara anatomi maupun fisiologis pada bola mata menuju mata yang
emetrop. Sedangkan proses fisiologis meliputi: perkembangan tajam penglihatan,
pengenalan lingkungan sekitar, gerakan mata, akomodasi, perkembangan lapang
pandang, perkembangan melihat warna, dan penglihatan binokular. Perkembangan
visus yang buruk dapat dilihat bila bayi kurang respon terhadap wajah atau benda-
benda didekatnya dan apabila terdapat gerakan mata yang menyimpang.16,17
Perkembangan tajam penglihatan mengikuti dari perkembangan dari retina,
khususnya pada daerah makula. Pada saat baru lahir, bayi hanya melihat bayangan
kabur hitam dan putih. Seiring dengan perkembangan dari makula, tajam penglihatan
semakin bertambah. Fiksasi sentral dan accurate smooth pursuit adalah kejadian klinis
yang penting dari perkembangan visual normal. Bayi baru lahir dapat mempertahankan
kontak mata dengan orang lain. Kebanyakan anak memperlihatkan fiksasi sentral dan
pergerakan mata smooth pursuit yang akurat pada usia 2 – 3 bulan.
Bayi baru lahir lebih cenderung bereaksi pada rangsangan yang datang dari arah
horizontal daripada vertikal, pengenalan rangsangan dari arah oblik baru muncul saat
bayi berusia 2 bulan. Pada orang dewasa, respon terhadap rangsangan horizontal
ataupun vertikal lebih baik dibandingkan rangsangan dari arah oblik.
Gerakan bola mata mencerminkan fungsi okulomotor pada bayi. Gerakan yang dinilai
yaitu gerakan saccadic, smooth pursuit, nistagmus optokinetik, dan reflek
vestibulookular. Saccadic terbagi dua yaitu horizontal yang sudah muncul sejak lahir,
19
dan vertikal yang baru muncul saat berusia 4-6 minggu (vertikal atas) dan 3 bulan
(vertikal bawah). Smooth pursuit baru muncul saat berusia 6-8 minggu, sedangkan
nistagmus optokinetik dan reflek vestibule-okular sudah muncul pada bayi baru lahir.
Bayi baru lahir belum mampu untuk berakomodasi, akomodasi pada jarak kurang dari
75 cm baru muncul saat bayi berusia 1 bulan. Pada usia 3 bulan akomodasi muncul
pada jarak kurang dari 150 cm. Reflek akomodasi matur seperti orang dewasa tercapai
saat bayi berumur 5-7 bulan.
Perkembangan warna dimulai saat bayi berumur 2 bulan dimana bayi dapat
membedakan 2 warna, saat lahir bayi hanya melihat warna hitam putih. Pada saat
berumur 3 bulan, bayi mulai mengenali 3 warna.
Perkembangan lapang pandang terjadi sampai anak usia 10 tahun. Pada saat
baru lahir, lapang pandang mencapai 28˚ kekiri dan kanan vertikal, 11˚ keatas, dan 16˚
kebawah garis horizontal. Pada 10 tahun lapang pandang hampir menyamai ukuran
lapang pandang orang dewasa.
Perkembangan visual binokuler terjadi sesuai dengan kemajuan penglihatan
monokuler. Fungsi binokuler dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu: fiksasi
bivofeal, fusi dan stereopsis.
 fiksasi bivofeal: hanya terdapat bila mata dalam keadaan orthoforia dimana
pada bayi muncul saat usia 3-6 bulan.
 fusi: kemampuan sistem visual untuk menggabungkan bayangan yang dilihat
dari kedua mata menjadi satu gambar. Pada bayi, muncul pada usia 6 bulan.
20
 stereopsis: kemampuan sistem visual untuk memproses informasi bayangan
menjadi suatu persepsi kedalaman. Dimana muncul saat usia 3½ - 6 bulan.16,17
3.1 Pemeriksaan Visus
Istilah ketajaman visual mengacu pada pengukuran sudut yang menghubungkan jarak
penguji dengan ukuran objek minimal yang dapat dilihat pada jarak tertentu. Umumnya
dokter menggunakan Snellen chart sebagai standar dalam menilai ketajaman visual
seseorang. Pada pemeriksaan dengan menggunakan Snellen Chart, 20/20 dianggap
ketajaman visual normal. Berbagai metode pengukuran dan notasi, target pengujian,
dan singkatan telah dikembangkan untuk tujuan melakukan pengujian ketajaman visual
dan fungsi visual dan untuk mendokumentasikan hasil pemeriksaan.19
3.1.1 Pemeriksaan Visus Pada Dewasa
Notasi Pengukuran
Notasi Snellen adalah metode yang paling umum untuk mengekspresikan pengukuran
ketajaman visual. Hasil intepretasi pada Snellen chart dituliskan dalam bentuk pecahan,
dimana angka diposisi pembilang setara dengan jarak mata ke Snellen chart, sedangkan
angka diposisi penyebut setara dengan jarak normal dari mata ke Snellen chart yang
dapat dibaca oleh orang normal.19
Jenis lain dari notasi tanjam penglihatan yang digunakan selain notasi snellen, misalnya
notasi decimal, dimana hasil intepretasi Snellen yang berupa pecahan diubah menjadi
21
desimal ; sebagai contoh Snellen 20/20 sama dengan 1.0 desimal, Snellen 20/30 sama
dengan 0,7 desimal, Snellen 20/40 sama dengan 0.5 desimal dan seterusnya. Notasi
lain yang digunakan untuk menyatakan ketajaman visual misalnya notasi M, notasi
logMAr, notasi Jaeger dan lain-lain. Notasi logMAR menjelaskan tentang ketajaman
visual sebagai logaritma dari sudut minimum resolusi. Sudut resolusi minimum adalah
kebalikan dari pecahan Snellen, dimana ketajaman 20/20 memiliki nilai logMAR 0 ,
20/50 nilainya 0,4 dan 20/200 nilainya 1.0. 19
Test Target
Berbagai target tes digunakan dalam pengujian ketajaman visual. Setiap huruf, angka,
atau gambar individu pada bagan pengujian disebut sebagai optotipe. Beberapa
optotype sulit dikenali dan dibandingkan dengan yang lain, misalnya huruf B (bentuk
huruf relatif kompleks) apabila dibandingkan dengan huruf E dan angka 8. Huruf C, D
dan O sering membingungkan karena bentuknya yang mirip. Huruf yang mudah untuk
dikenali misalnya adalah L, namun sering disalah artikan sebagai huruf I.
Pemeriksaan dengan chart gambar lebih mudah apabila diterapkan untuk anak namun
hasil pemeriksaan yang didapat terkadang tidak akurat (tidak terstandarisasi) karena
pada huruf huruf tertentu ptotipenya sulit untuk dikenali. Sebuah tes yang dilakukan
dengan menggunakan bagan dan mencocokan kartu dengan menggunakan 4 huruf
seperti huruf H, O, T, dan V sangat berguna terutama untuk pemeriksaan ketajaman
visual. Huruf-huruf ini dipilih karena simetris, sehingga bisa dicocokan, dan dapat juga
22
diperuntukan bagi pasien nonverbal atau buta huruf. Jenis tes penglihatan yang paling
dasar adalah tes ketajaman visual jarak jauh dan dekat. 19
Tes Ketajaman Jarak Jauh
Pada kunjungan awal, pasien sebaiknya diuji baik dengan dan tanpa lensa korektif.
Pemeriksaan ketajaman jarak jauh, dilakukan dengan memeriksakan mata satu per satu
dengan konvensi, dimana apabila mata kanan yang diperiksakan terlebih dahulu, mata
kiri ditutup. Penutupan mata dapat dilakukan dengan okluder atau telapak tangan
pasien itu sendiri.
Untuk anak-anak diberikan pilihan optotype yang akan digunakan. Penting untuk selalu
mencatat pemeriksaan apa saja yang dilakukakan dan menggunakan metode apa.
Pemeriksaan jarak jauh biasanya menggunakan Snellen chart, Tumbling E chart, Allen
dan Landolt C chart, disesuaikan dengan usia pasien. 19
Tes Pin-Hole
Ketajaman visual yang di bawah normal dapat disebabkan oleh kelainan refraksi.
Untuk mengetahui penyebab penurunan ketajaman visual tersebut apakah karena
kelainan refraksi atau bukan, kita dapat melakukan pemeriksaan dengan menggunakan
pinhole. Jika ketajaman visual membaik dengan menggunakan pin-hole, hal itu
menunjukan penyebab penurunan ketajaman visual adalah media refraksinya, namun
sebaliknya apabila tidak membaik berarti penyebabnya tidak berasal dari bagian media
refraksinya. 19
23
Tes Ketajaman Jarak Dekat
Tes ketajaman dekat menilai kemampuan pasien untuk melihat dengan jelas pada jarak
membaca normal. Pemeriksa harus memastikan apakah pasien menggunakan kacamata
atau tidak dalam kesehariannya, apabila pasien menggunakan kacamata baca sebaiknya
dalam pemeriksaan pasien memakan kacamata baca. Pemeriksaan ini juga dapat
dilakukan apabila, pemeriksa ingin melakukan pemeriksaan pada pasien yang hanya
dapat berbaring. Pemeriksaan ini dilakukan pada jarak 40cm dengan kartu baca yang
dapat dipegang. Jika jarak baca tidak akurat tajam penglihatan dekat tidak ekuivalen
dengan tajam penglihatan jarak jauh. Pada pemeriksaan ketajaman jarak dekat kita
dapat menggunakan rosenbaum pocket .
Snellen Chart
Pada Snellen chart terdapat tujuh tingkat ukuran huruf. Pada urutan teratas terdapat 1
huruf dengan ukuran yang terbesar, dan jumlah huruf di setiap barisnya semakin
banyak , misalnya pada baris ter bawah terdapat 8 huruf. Urutan ukuran huruf dari
teratas hingga terbawah dalam satuan kaki yakni 100,70,50,40,30 dan 20 (atau dalam
satuan metrik, 60,30,21,15,12,9,6). Pemeriksaan Snellen chart dilakukan pada orang
dewasa dan anak yang sudah mengetahui huruf serta komunikatif. Pada pemeriksaan
Snellen chart pasien ditempatkan pada jarak 6 meter atau 20 kaki, pada tempat yang
penerangannya cukup. Pasien diminta untuk membaca dari huruf yang terbesar. Mata
yang diperiksa satu persatu, dan disarankan untuk memulai pemeriksaan dari mata
24
yang sakit terlebih dahulu. Visus pasien merupakan baris terakhir yang dapat dibaca
pasien dengan jumlah benar >50%.20
Gambar 9. Snellen Chart
Dikutip dari : Blomquit HH. Practical Opthalmology : A Manual for Beginning Residents. AAO. 2015.
LVRC Chart
Pada pemeriksaan LVRC dapat dilakukan pada jarak 4 meter,2 meter, 1 meter atau ½
meter. Pasien diminta untuk menyebutkan huruf atau angka disetiap baris atau chart.
Tajam penglihatan yang sesuai untuk setiap baris tertera pada bagian tepi chart dengan
Snellen equivalen pada sisi kiri dan logMar pada sisi kanan. Misalnya : Pasien dapat
25
membaca baris teratas pada jarak 4 meter, maka visus sama dengan 4/40 – 2/20 atau
6/60 atau logMAR 1.0 ( pada jarak 4 meter ). 19,20
Gambar 10. LVRC Chart
Dikutip dari : Blomquit HH. Practical Opthalmology : A Manual for Beginning Residents. AAO. 2015.
Pemeriksaan Visus pada Anak
Pemeriksaan penglihatan pada anak merupakan bagian penting dalam pemeriksaan
mata secara komprensif. Pemeriksaan tajam penglihatan pada anak sulit dilakukan,
karena mereka sering merasa takut dan sulit untuk berkonsentrasi. Oleh karena itu,
dalam melakukan pemeriksaan harus dengan cepat dan akurat dan sangat dibutuhkan
kondisi dimana si anak tertarik pada pemeriksaan kita. Kondisi ini harus kita ciptakan
dengan berbagai cara, misalnya dengan menyapa dan mengajak salaman, dengan
26
memuji atau memberikan perhatian kepada sesuatu yang dipakainya seperti baju,
sepatu dan rambutnya atau memberikan mainan yang berwarna menarik. Pemeriksaan
tajam penglihatan harus di sesuaikan dengan umur, kooperatif, kondisi neurologik, dan
kemampuan membaca pasien.
19
Pemeriksaan tajam penglihatan pada anak dapat dibedakan berdasarkan usia yaitu
preverbal dan verbal. Pemeriksaan tajam penglihatan anak pada usia preverbal yaitu
usia kurang dari 2,5 tahun dan verbal pada usia lebih dari 2,5 tahun. Pemeriksaan tajam
penglihatan anak pada usia preverbal dibedakan menjadi pemeriksaan kuantitatif dan
kualitatif. Pemeriksaan kualitatif terdiri dari CSM (Central, Steady, and Maintaine), F
& F (Fix and Follow), sedangkan pemeriksaan kuantitatif terdiri dari prefential looking
test dan Visual Evoked Potential.
19
Tabel 2. Pemeriksaan VIsus anak disesuaikan dengan usianya
Usia Tipe Pemeriksaan Visus Pemeriksaan yang
digunakan
3-12 bulan Preferential Looking Teller
1-3 tahun Vanishing optotype Cardiff
2.5-4 tahun Matching LEA/HOTV
4 tahun-dewasa Matching/Naming Snellen
27
1.
Pada teknik ini kita lihat apakah penglihatan anak tetap terfiksasi pada objek yang
menarik. Apakah anak mengikuti objek yang menarik tersebut. Target fiksasi
diharapkan benda yang menarik dan tidak bersuara. Jarak pasien terhadap benda
tersebut 30-50 cm, benda digerakkan secara horizontal. Dokter diharapkan
memperhatikan gerakan mata bayi. Ulangi tes dengan menutup salah satu mata dari
anak. Anak dengan fungsi visual yang normal dapat mengikuti dan memfiksasi objek
pada usia 2 atau 3 bulan. Anak akan memberikan respon yang lebih baik pada target
yang dimulai dari temporal ke nasal, hingga usia 6 bulan. Fiksasi sental positif
menunjukan visus anak >20/100.
20,21
Untuk melihat fiksasi pada mata anak juga dapat digunakan metode CSM (Central,
Steady, and Maintained). Metode ini dapat digunakan pada anak yang belum dapat
berbicara.
C : Sentral. Lokasi reflek kornea pada saat pasien berfiksasai dengan cahaya senter
dengan 1 mata ditutup (monokuler). Normal reflek kornea ada pada sentral kornea. Jika
eksentrik disebut dengan uncentral (UC).
S : Steadines. Artinya tetap. Fiksasi pada senter saat digerakan dan diam (monokuler).
Jika tidak tetap disebut unsteady (US). Penglihatan dikatakan dipertahankan mengacu
pada fiksasi setelah mata yang berlawanan terbuka. Mata yang tidak mempertahankan
Fix and Follow
28
fiksasi dianggap memiliki ketajaman visual yang lebih rendah daripada mata yang
berlawanan.
M : Maintain Aligment. Kemampuan pasien untuk mempertahankan kelurusan mata
dengan cara satu mata ditutup kemudian dibuka. Jika tidak mampu mempertahankan
disebut Unmaintain (UM).
20,21
Ketajaman visual mata yang memiliki fiksasi eksentrik dan gerakan nistagmoid ketika
mencoba fiksasi akan ditandai tidak sentral, goyah, dan tidak terawat (UC, US, UM).
2. Preferential looking test
Preferential looking test menilai ketajaman penglihatan dengan mengamati respon
anak terhadap stimulus visual. Pemeriksaan ini cukup detail untuk menilai tajam
penglihatan pada bayi dan anak yang belum bisa bicara. Preferential looking test dapat
dilakukan dengan menggunakan Teller Acuity Card II dan Cardiff Acuity Test. Teller
Acuity Card II merupakan serangkaian kartu persegi panjang yang terdiri dari 17 kartu
yang berukuran masing-masing 25,5 cm x 55,5 cm dan terdapat garis-garis hitam dan
putih yang dicetak dengan latar belakang abu-abu. Kartu ini terbagi menjadi dua sisi
dengan lubang di bagian tengah yang mempunyai diameter 4mm dan garis-garis
tersebut hanya terdapat pada satu sisi kartu saja. Gerakan mata ke arah sisi dengan garis
menunjukkan bahwa anak mampu melihat garis-garis tersebut. Lebar garis menurun
29
secara berturut-turut. Semakin tipis garis yang bisa terlihat maka semakin baik tajam
penglihatan anak. Pemeriksaan ini dilakukan secara monokular dengan menutup salah
satu mata dan secara binocular.
24
Tabel 3. Tabel konversi visus dengan Teller Acuity Test23
Pada pemeriksaan visus dengan teller acuity test, jarak pemeriksaan ditentukan
berdasarkan usia anak. Pada bayi usia 0-6 bulan pemeriksaan dilakukan pada jarak 38
cm, pada anak usia 7 bulan hingga 3 tahun pemeriksaan dilakukan pada jarak 55 cm.
24
Pemeriksaan Cardiff biasanya dilakukan pada anak usia 1-3 tahun. Terdiri dari 36
lembar kartu dengan gambar (tepi gambar adalah garis berwarna putih dengan latar
abu) berukuran sama tetapi berbeda ketebalan garis. Ketajaman pengelihatan diukur
30
berdasarkan garis putih tertipis yang masih dapat dilihat. Jarak pasien yang akan
diperiksakan 50cm atau 1 meter dari kartu. Dan dibalik kartu bergambar tersebut
terdapat hasil intepretasinya.
Snellen Equivalent, Ex. Card A : Fish
Tabel 4. Cardiff Acuity Card19
Jarak Pemeriksaan : 1 meter Jarak Pemeriksaan : 50 sentimeter
0.1
desimal
6/60 m 1.0 logMar 0.05
desimal
6/120
m
20/400
kaki
1.3
logMar
Gambar 11. Cardiff card
Dikutip dari : Dikutip dari : Blomquit HH. Practical Opthalmology : A Manual for Beginning
Residents. AAO. 2015.
31
Gambar 12. Preferential looking test
Dikutip dari : Blomquit HH. Practical Opthalmology : A Manual for Beginning Residents. AAO. 2015.
Pada anak dengan usia lebih dari 3 tahun pemeriksaan pada jarak 84 cm dan pada anak
dengan tajam penglihatan yang lebih buruk pemeriksaan dilakukan pada jarak yang
lebih dekat 9.5 cm dan 19 cm. Sebelum memulai pemeriksaan, pemeriksaan harus
memastikan jarak mana yang digunakan dan kemudian tajam penglihatan dinilai
dengan menggunakan tabel konversi visus berdasarkan pada level kartu yang bisa
dilihat (dalam cy/cm) dengan jarak pemeriksaan
32
Visual Evoked Potential (VEP)
Pada pemeriksaan VEP, electrode ditempatkan pada daerah lobs oksipital untuk
mengukur sinyal elektrik sebagai respon stimulus visual. Anak yang diperiksa melihat
pola bar dan grid. Ketajaman visual dinilai berdasarkan stimulus terkecil yang
menimbulkan respon.
Hasil VEP pada newborn 20/400 sedangkan pada anak umur 6-7 bulan 20/20.
3. Pemeriksaan Worth’s Ivory Ball Test
Beberapa tes yang dapat digunakan untuk menilai ketajaman penglihatan anak,
beberapa lebih cocok untuk kelompok usia tertentu daripada yang lain. Pada tahun
1896 Claud Worth memperkenalkan ivory-ball test , yang dapat digunakan untuk
menguji penglihatan pada anak-anak yang sudah cukup besar dan bisa berjalan,
biasanya antara usia 1 dan 3 tahun. Pemeriksaan ini terdiri dari satu set lima bola gading
dengan ukuran bervariasi dari 0,5 inci hingga 2,5 inci . Anak, dengan kedua mata
terbuka, didorong untuk memegang bola. Satu mata kemudian ditutup. Bola dilempar
dengan cara berputar sehingga bergerak ke arah yang berbeda dengan tempat di mana
bola tersebut dilempar. Pasien anak diminta untuk mengambil bola karena masing-
masing dilempar kira-kira 18 kaki (3 meter ) dimulai dengan yang terbesar. Jika pasien
dapat mengikuti ataupun tertarik menggapai bola maka pemeriksaan dilanjutkan
dengan mengganti bola ke ukuran yang lebih kecil. Seperti yang dikatakan Worth
'Sangat mudah untuk mengetahui, dari cara anak berlari mengejar bola, apakah dia
benar-benar melihat bola sebelum dia mulai atau hanya akan mencarinya.' 'Anak-anak
33
selalu siap untuk memainkan permainan bola ini. ', komentar Worth. Untuk itu test ini
cocok digunakan unutuk menilai ketajaman visual anak.
Worth juga merekomendasikan tes ini sebagai salah satu uji ketajaman visual pada anak
untuk memastikan apakah adanya kelainan pada mata anak. Tajam penglihatan dapat
dinilai berdasarkan ukuran bola dan jarak pemeriksaan yang dapat dilihat pasien.
Gambar 11. Ivory worth ball dalam berbagai ukuran.
Dikutip dari : Richard Keeler. Testing Vision can be testing : Worth’s ivory-ball test. Bjophtalmol-
2012 96:633.
34
Tabel 4. Intepretasi Worth’s Ivory Ball25
Distance Diameter of Ball Visual Acuity
0.5 m
4.5 cm
6/740
0.1 m 6/370
1.5 m 6/245
2.0 m 6/185
2.5 m 6/147
3.0 m 6/123
0.5 m
2.8 cm
6/460
0.1 m 6/230
1.5 m 6/153
2.0 m 6/115
2.5 m 6/92
3.0 m 6/77
0.5 m
2.0 cm
6/330
0.1 m 6/165
1.5 m 6/110
2.0 m 6/85
2.5 m 6/66
3.0 m 6/55
35
0.5 m
1.0 cm
6/165
0.1 m 6/83
1.5 m 6/55
2.0 m 6/41
2.5 m 6/33
3.0 m 6/28
0.5 m
0.5 cm
6/80
0.1 m 6/40
1.5 m 6/27
2.0 m 6/20
2.5 m 6/16
3.0 m 6/13
Pemeriksaan visus verbal dibedakan pada pemeriksaan visus jauh dan pemeriksaan
visus dekat. Pemeriksaan visus jauh pada pra-sekolah biasanya dilakukan pada anak
usia >2,5 tahun- 3 tahun dengan menggunakan simbol dan tekhnik mencocokan, Lea
Chart, Tumbling E chart, Allen Figure dan Landolt C.
36
Gambar 12. Tumbling E chart, B. Allen Figure, C. Landolt C
Dikutip dari : Wright KW, et all. Pediatric ophthalmology and strabismus. 2nd ed. USA: Springer;
2003.
37
Pemeriksaan Visus Jarak Jauh
Lea Chart
Pemeriksaan ini dirancang untuk skrining ketajaman visual pada anak-anak anak usia
pra sekolah yang memiliki keterbatasan seperti belum bisa membaca . Lea Chart
menggunakan simbol dan menciptakan lingkungan yang nyaman selama pemeriksaan.
Vivekanand dkk. menentukan bahwa grafik simbol LEA berkinerja lebih baik daripada
Snellen Chart untuk penilaian ketajaman visual pada anak-anak prasekolah. Anak-
anak terkadang tidak dapat menyebutkan benda yang dilihat karena malu untuk
berbicara, sehingga teknik pemeriksaan dengan mencocokan gambar atau kertas yang
berisi gambar seperti Lea chart ini memudahkan pemeriksa. Jarak pemeriksa dengan
lea chart berkisar 3 meter. 19,20
Gambar 13. Lea Chart
Dikutip dari : Wright KW, et all. Pediatric ophthalmology and strabismus. 2nd
ed. USA: Springer; 2003.
38
Tumbling E Chart
Huruf E disajikan dalam orientasi yang berbeda pada setiap tingkat ketajaman, dan
tugas pasien adalah untuk mengidentifikasi ke arah kaki E. Paling umum, ada empat
arah alternatif: atas, bawah, kanan, dan kiri. Pada beberapa tes, digunakan delapan arah
alternatif, dengan penambahan empat arah obliq. Huruf E biasanya memiliki tiga kaki
dengan panjang yang sama.. Tumbling E target paling berguna saat mengukur
ketajaman pada balita atau orang lain yang belum bisa membaca.Pemeriksaan tumbling
E dilakukan dari jarak 6 meter. Anak diminta untuk menunjukan arah kaki E, dimulai
dari huruf E yang paling besar terlebih dahulu. Tekniknya adalah optotype atau kartu
E diputar putar sebelum responden membaca, pemeriksa mengubah arah dari ujung
terbuka. Rotasi ini harus dalam berbagai arah untuk menghindari pasien menghapal.20
Allen Figure Chart merupakan salah satu tes pemeriksaan verbal pada anak yang
berupa gambar yang sudah dikenal oleh anak-anak misalnya gambar mobil, pohon
natal, boneka beruang, telepon dan kue ulang tahun. Allen card digunakan pada usia
anak 2,5 tahun. Pemeriksaan dapat dilakukan dengan jarak 3 meter
Landolt C chart
Pemeriksaan Landolt C sebanding dengan Tumbling E, bagan ini menampilkan huruf
C , yang menurut beberapa orang tampak lebih mirip dengan cincin yang tidak utuh ,
dimana cincin tersebut menghadap ke arah-arah tertentu, pasien diminta untuk
menetukan arah dari cincin tersebut. Grafik ini dikembangkan oleh dokter mata Swiss
Allen Figure Chart
39
Landolt dan dianggap sebagai standar laboratorium oleh International Council of
Ophthalmology. 20
Pemeriksaan Visus Jarak Dekat
Pemeriksaan visus jarak dekat biasanya dilakukan pada jarak 40cm. Apabila test chart
yang digunakan dan tingkat pencahyaan ditempat pemeriksaan sama, maka ketajaman
visual jarak dekat dan ketajaman visual jarak jauh memiliki nilai yang sama. Sebagian
besar tes ketajaman visual jarak dekat tidak menggunakan chart huruf yang sebanding
dengan chart yang digunakan untuk pengujian jarak jauh. Biasanya, tes ketajaman
penglihatan jarak dekat menggunakan bahan typeset dimana menyerupai gaya cetak
surat kabar dan buku. Lembar pemeriksaan dapat disusun dalam kalimat atau paragraf
atau dalam rangkaian kata-kata yang tidak berhubungan.
Kartu Biley-lovie (ETDRS), Tumbling E, Landolt C, Kartu HOVTO dan kartu symbol
LEA, dapat digunakan untuk pemeriksaan visus jarak dekat.
Pada pemeriksaan jarak dekat, sebaiknya diawali dengan pemeriksaan binocular. Pada
pemeriksaan ketajaman penglihatan dengan binokuler, minimal pasien dapat membaca
3 simbol.
Kartu Bailey-lovie (ETDRS), Tumbling E, Landolt C, Kartu HOVTO dan kartusymbol
LEA
Hasil tajam penglihatan kartu Bailey-lovie dicatat dengan menggunakan nilai Snellen
equivalent, logMAR atau Matrix. Tajam penglihatan dekat dicatat sebagai jarak baca
40
dengan nilai pada garis terakhir yang dibaca oleh pasien. Contoh : pasien dapat melihat
dengan jarak 20cm dengan nilai 2.5 M berarti visus pasien 2.5 M pada jarak 20 cm.
Gambar 14. HOTV Card
Dikutip dari : Wright KW, et all. Pediatric ophthalmology and strabismus. 2nd ed. USA: Springer;
2003.
Reading Chart
Pengukuran tajam penglihatan dekat dilakukan dengan chart yang memiliki teks tulisan
misalnya Minnesota low vision reading (MNREAD) chart. Pemeriksa dapat melakukan
tes ini untuk mengevaluasi kemampuan membaca dan menilai efektivitas terapi atau
rehabilitas. Satuan ukuran huruf yang digunakan yaitu unit matrik-m. Tajam
penglihatan dekat dicatat sebagai jarak baca dalam meter dibagi dengan ukuran huruf
dalam M-unit.
41
Gambar 16. Bailey-lovie Card
Dikutip dari : Skuta GL, Cantor LB, Weiss JS. The Pediatric Eye Examination. Pediatric
Ophthalmology and Strabismus. USA:American Academy of Ophthalmology; 2015
42

More Related Content

What's hot

RGP Complications
RGP ComplicationsRGP Complications
RGP ComplicationsHira Dahal
 
Spectacle frame selection
Spectacle frame selectionSpectacle frame selection
Spectacle frame selectionEyenirvaan
 
Progressive Addition Lens
Progressive Addition LensProgressive Addition Lens
Progressive Addition LensSarmila Acharya
 
fitting soft toric lenses
fitting soft toric lensesfitting soft toric lenses
fitting soft toric lensesHossein Mirzaie
 
Schematic eye(2)
Schematic eye(2)Schematic eye(2)
Schematic eye(2)Nazir salah
 
Soft toric Contact Lens
Soft toric Contact LensSoft toric Contact Lens
Soft toric Contact LensManish Dahal
 
Bifocal Spectacles..
Bifocal Spectacles..Bifocal Spectacles..
Bifocal Spectacles..Vishakh Nair
 
worth 4 dot test.pptx
worth 4 dot test.pptxworth 4 dot test.pptx
worth 4 dot test.pptxmaham qamar
 
DUOCHROM TEST.pptx
DUOCHROM TEST.pptxDUOCHROM TEST.pptx
DUOCHROM TEST.pptxKhulesh Sahu
 
Dispensing of progressive lens
Dispensing of progressive lensDispensing of progressive lens
Dispensing of progressive lensSachitanand Singh
 
Functional dispensing
Functional dispensingFunctional dispensing
Functional dispensingSwati Panara
 
Refraction Method by Siddhartha Khandewal ( Click below for Online Lecture)
Refraction Method by Siddhartha Khandewal ( Click below for Online  Lecture)Refraction Method by Siddhartha Khandewal ( Click below for Online  Lecture)
Refraction Method by Siddhartha Khandewal ( Click below for Online Lecture)Mero Eye
 
Dispencing optics
Dispencing opticsDispencing optics
Dispencing opticsMahantesh B
 
Absorptive lens, transmission and sunglass standards (explained)
Absorptive lens, transmission and sunglass standards (explained)Absorptive lens, transmission and sunglass standards (explained)
Absorptive lens, transmission and sunglass standards (explained)Mohammad Arman Bin Aziz
 

What's hot (20)

Lens power measurement
Lens power measurementLens power measurement
Lens power measurement
 
RGP Complications
RGP ComplicationsRGP Complications
RGP Complications
 
Spectacle frame selection
Spectacle frame selectionSpectacle frame selection
Spectacle frame selection
 
Progressive Addition Lens
Progressive Addition LensProgressive Addition Lens
Progressive Addition Lens
 
fitting soft toric lenses
fitting soft toric lensesfitting soft toric lenses
fitting soft toric lenses
 
Schematic eye(2)
Schematic eye(2)Schematic eye(2)
Schematic eye(2)
 
Soft toric Contact Lens
Soft toric Contact LensSoft toric Contact Lens
Soft toric Contact Lens
 
Bifocal Spectacles..
Bifocal Spectacles..Bifocal Spectacles..
Bifocal Spectacles..
 
worth 4 dot test.pptx
worth 4 dot test.pptxworth 4 dot test.pptx
worth 4 dot test.pptx
 
DUOCHROM TEST.pptx
DUOCHROM TEST.pptxDUOCHROM TEST.pptx
DUOCHROM TEST.pptx
 
Dispensing of progressive lens
Dispensing of progressive lensDispensing of progressive lens
Dispensing of progressive lens
 
Maddox wing
Maddox wingMaddox wing
Maddox wing
 
Position of gaze and axes
Position of gaze and axesPosition of gaze and axes
Position of gaze and axes
 
Absorptive lens, transmission standards
Absorptive lens, transmission standardsAbsorptive lens, transmission standards
Absorptive lens, transmission standards
 
Functional dispensing
Functional dispensingFunctional dispensing
Functional dispensing
 
Refraction Method by Siddhartha Khandewal ( Click below for Online Lecture)
Refraction Method by Siddhartha Khandewal ( Click below for Online  Lecture)Refraction Method by Siddhartha Khandewal ( Click below for Online  Lecture)
Refraction Method by Siddhartha Khandewal ( Click below for Online Lecture)
 
Troubleshooting bifocals
Troubleshooting bifocals Troubleshooting bifocals
Troubleshooting bifocals
 
Dispencing optics
Dispencing opticsDispencing optics
Dispencing optics
 
Jackson cross cylinder
Jackson cross cylinderJackson cross cylinder
Jackson cross cylinder
 
Absorptive lens, transmission and sunglass standards (explained)
Absorptive lens, transmission and sunglass standards (explained)Absorptive lens, transmission and sunglass standards (explained)
Absorptive lens, transmission and sunglass standards (explained)
 

Similar to ANATOMI MEDIA REFRASI (20)

Tugas epidemologi ablasio retina
Tugas epidemologi   ablasio retinaTugas epidemologi   ablasio retina
Tugas epidemologi ablasio retina
 
asuhan keperawatan ablasio retina
asuhan keperawatan ablasio retinaasuhan keperawatan ablasio retina
asuhan keperawatan ablasio retina
 
Sistem Penginderaan
Sistem PenginderaanSistem Penginderaan
Sistem Penginderaan
 
Perkembangan Penglihatan pada Anak.docx
Perkembangan Penglihatan pada Anak.docxPerkembangan Penglihatan pada Anak.docx
Perkembangan Penglihatan pada Anak.docx
 
Anatomi mata
Anatomi mataAnatomi mata
Anatomi mata
 
Bab ii 2
Bab ii 2Bab ii 2
Bab ii 2
 
Opthalmologi
OpthalmologiOpthalmologi
Opthalmologi
 
Opthalmologi
OpthalmologiOpthalmologi
Opthalmologi
 
Anatomi fisiologi retina AKPER MUNA
Anatomi fisiologi retina AKPER MUNA Anatomi fisiologi retina AKPER MUNA
Anatomi fisiologi retina AKPER MUNA
 
Tugas 2 tuti
Tugas 2 tutiTugas 2 tuti
Tugas 2 tuti
 
Makalah anatomi dan fisiologi indra penglihatan
Makalah anatomi dan fisiologi indra  penglihatanMakalah anatomi dan fisiologi indra  penglihatan
Makalah anatomi dan fisiologi indra penglihatan
 
ablasio retina
ablasio retinaablasio retina
ablasio retina
 
Makalah alat indra
Makalah alat indraMakalah alat indra
Makalah alat indra
 
Hipertensi okuli
Hipertensi okuliHipertensi okuli
Hipertensi okuli
 
Anatomi fisiologi retina
Anatomi fisiologi retinaAnatomi fisiologi retina
Anatomi fisiologi retina
 
Anatomi Sistem Sensorik
Anatomi Sistem SensorikAnatomi Sistem Sensorik
Anatomi Sistem Sensorik
 
Tumor Palpebra.docx
Tumor Palpebra.docxTumor Palpebra.docx
Tumor Palpebra.docx
 
Tinjauan pustaka macular hole 1
Tinjauan pustaka macular hole 1Tinjauan pustaka macular hole 1
Tinjauan pustaka macular hole 1
 
Pengenalan sistem tubuh dan penyakitnya
Pengenalan sistem tubuh dan penyakitnyaPengenalan sistem tubuh dan penyakitnya
Pengenalan sistem tubuh dan penyakitnya
 
Makalah biooptik
Makalah biooptikMakalah biooptik
Makalah biooptik
 

More from WidyaWiraPutri

42. Widya Wira_Kesehatan Mata .docx
42. Widya Wira_Kesehatan Mata .docx42. Widya Wira_Kesehatan Mata .docx
42. Widya Wira_Kesehatan Mata .docxWidyaWiraPutri
 
42. Widya Wira EBM.docx
42. Widya Wira EBM.docx42. Widya Wira EBM.docx
42. Widya Wira EBM.docxWidyaWiraPutri
 
alat alat perdami.docx
alat alat perdami.docxalat alat perdami.docx
alat alat perdami.docxWidyaWiraPutri
 
42. Widya Wira_Kehatan Mata.POLIMORFISME CYP2D6 DAN PENGARUHNYA TERHADAP META...
42. Widya Wira_Kehatan Mata.POLIMORFISME CYP2D6 DAN PENGARUHNYA TERHADAP META...42. Widya Wira_Kehatan Mata.POLIMORFISME CYP2D6 DAN PENGARUHNYA TERHADAP META...
42. Widya Wira_Kehatan Mata.POLIMORFISME CYP2D6 DAN PENGARUHNYA TERHADAP META...WidyaWiraPutri
 
42. Widya Wira dr theo.docx
42. Widya Wira dr theo.docx42. Widya Wira dr theo.docx
42. Widya Wira dr theo.docxWidyaWiraPutri
 
Tuga MKDU Widya WIra 04032722226010.doc
Tuga MKDU Widya WIra 04032722226010.docTuga MKDU Widya WIra 04032722226010.doc
Tuga MKDU Widya WIra 04032722226010.docWidyaWiraPutri
 
BAB IV PEMERIKSAAN.docx
BAB IV PEMERIKSAAN.docxBAB IV PEMERIKSAAN.docx
BAB IV PEMERIKSAAN.docxWidyaWiraPutri
 
34. Anci Winas_Kesehatan Mata.docx
34. Anci Winas_Kesehatan Mata.docx34. Anci Winas_Kesehatan Mata.docx
34. Anci Winas_Kesehatan Mata.docxWidyaWiraPutri
 
5_6284831906299119072 (1).af.id.pdf
5_6284831906299119072 (1).af.id.pdf5_6284831906299119072 (1).af.id.pdf
5_6284831906299119072 (1).af.id.pdfWidyaWiraPutri
 
1-s2.0-S1359610111000475-main.pdf
1-s2.0-S1359610111000475-main.pdf1-s2.0-S1359610111000475-main.pdf
1-s2.0-S1359610111000475-main.pdfWidyaWiraPutri
 
5_6284831906299119072 (1)afid_220331_221926.pdf
5_6284831906299119072 (1)afid_220331_221926.pdf5_6284831906299119072 (1)afid_220331_221926.pdf
5_6284831906299119072 (1)afid_220331_221926.pdfWidyaWiraPutri
 
15-Article Text-51-1-10-20180607.pdf
15-Article Text-51-1-10-20180607.pdf15-Article Text-51-1-10-20180607.pdf
15-Article Text-51-1-10-20180607.pdfWidyaWiraPutri
 
1-s2.0-S0886335017305539-main.pdf
1-s2.0-S0886335017305539-main.pdf1-s2.0-S0886335017305539-main.pdf
1-s2.0-S0886335017305539-main.pdfWidyaWiraPutri
 
42 . WIdya Wira Tugas dr. Ridwan.docx
 42 . WIdya Wira Tugas dr. Ridwan.docx 42 . WIdya Wira Tugas dr. Ridwan.docx
42 . WIdya Wira Tugas dr. Ridwan.docxWidyaWiraPutri
 
42. Widya Wira_Kesehatan Mata .docx
42. Widya Wira_Kesehatan Mata .docx42. Widya Wira_Kesehatan Mata .docx
42. Widya Wira_Kesehatan Mata .docxWidyaWiraPutri
 

More from WidyaWiraPutri (17)

42. Widya Wira_Kesehatan Mata .docx
42. Widya Wira_Kesehatan Mata .docx42. Widya Wira_Kesehatan Mata .docx
42. Widya Wira_Kesehatan Mata .docx
 
42. Widya Wira.docx
42. Widya Wira.docx42. Widya Wira.docx
42. Widya Wira.docx
 
42. Widya Wira EBM.docx
42. Widya Wira EBM.docx42. Widya Wira EBM.docx
42. Widya Wira EBM.docx
 
alat alat perdami.docx
alat alat perdami.docxalat alat perdami.docx
alat alat perdami.docx
 
42. Widya Wira_Kehatan Mata.POLIMORFISME CYP2D6 DAN PENGARUHNYA TERHADAP META...
42. Widya Wira_Kehatan Mata.POLIMORFISME CYP2D6 DAN PENGARUHNYA TERHADAP META...42. Widya Wira_Kehatan Mata.POLIMORFISME CYP2D6 DAN PENGARUHNYA TERHADAP META...
42. Widya Wira_Kehatan Mata.POLIMORFISME CYP2D6 DAN PENGARUHNYA TERHADAP META...
 
42. Widya Wira dr theo.docx
42. Widya Wira dr theo.docx42. Widya Wira dr theo.docx
42. Widya Wira dr theo.docx
 
Tuga MKDU Widya WIra 04032722226010.doc
Tuga MKDU Widya WIra 04032722226010.docTuga MKDU Widya WIra 04032722226010.doc
Tuga MKDU Widya WIra 04032722226010.doc
 
TREATMENT LHON.docx
TREATMENT LHON.docxTREATMENT LHON.docx
TREATMENT LHON.docx
 
BAB IV PEMERIKSAAN.docx
BAB IV PEMERIKSAAN.docxBAB IV PEMERIKSAAN.docx
BAB IV PEMERIKSAAN.docx
 
34. Anci Winas_Kesehatan Mata.docx
34. Anci Winas_Kesehatan Mata.docx34. Anci Winas_Kesehatan Mata.docx
34. Anci Winas_Kesehatan Mata.docx
 
5_6284831906299119072 (1).af.id.pdf
5_6284831906299119072 (1).af.id.pdf5_6284831906299119072 (1).af.id.pdf
5_6284831906299119072 (1).af.id.pdf
 
1-s2.0-S1359610111000475-main.pdf
1-s2.0-S1359610111000475-main.pdf1-s2.0-S1359610111000475-main.pdf
1-s2.0-S1359610111000475-main.pdf
 
5_6284831906299119072 (1)afid_220331_221926.pdf
5_6284831906299119072 (1)afid_220331_221926.pdf5_6284831906299119072 (1)afid_220331_221926.pdf
5_6284831906299119072 (1)afid_220331_221926.pdf
 
15-Article Text-51-1-10-20180607.pdf
15-Article Text-51-1-10-20180607.pdf15-Article Text-51-1-10-20180607.pdf
15-Article Text-51-1-10-20180607.pdf
 
1-s2.0-S0886335017305539-main.pdf
1-s2.0-S0886335017305539-main.pdf1-s2.0-S0886335017305539-main.pdf
1-s2.0-S0886335017305539-main.pdf
 
42 . WIdya Wira Tugas dr. Ridwan.docx
 42 . WIdya Wira Tugas dr. Ridwan.docx 42 . WIdya Wira Tugas dr. Ridwan.docx
42 . WIdya Wira Tugas dr. Ridwan.docx
 
42. Widya Wira_Kesehatan Mata .docx
42. Widya Wira_Kesehatan Mata .docx42. Widya Wira_Kesehatan Mata .docx
42. Widya Wira_Kesehatan Mata .docx
 

Recently uploaded

Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdfLaporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdfHilalSunu
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptRoniAlfaqih2
 
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdfPPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdfhurufd86
 
ANESTESI LOKAL YARSI fixbgt dehhhhh.pptx
ANESTESI LOKAL YARSI fixbgt dehhhhh.pptxANESTESI LOKAL YARSI fixbgt dehhhhh.pptx
ANESTESI LOKAL YARSI fixbgt dehhhhh.pptxCahyaRizal1
 
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/mamateri kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/maGusmaliniEf
 
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod SurabayaToko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabayaajongshopp
 
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).pptMATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).pptbambang62741
 
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obatFARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obatSyarifahNurulMaulida1
 
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxSediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxwisanggeni19
 
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinanDwiNormaR
 
Ppt Macroscopic Structure of Skin Rash.pdf
Ppt Macroscopic Structure of Skin Rash.pdfPpt Macroscopic Structure of Skin Rash.pdf
Ppt Macroscopic Structure of Skin Rash.pdfAyundaHennaPelalawan
 
Presentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensiPresentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensissuser1cc42a
 
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmasserbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmasmufida16
 
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptxTUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptxTriNurmiyati
 
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANANETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANANDianFitriyani15
 
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh DiriAsuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diriandi861789
 
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal DiabetesFARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal DiabetesNadrohSitepu1
 
362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx
362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx
362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptxAzwarArifkiSurg
 
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptPERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptbekamalayniasinta
 
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptxPEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptxpuspapameswari
 

Recently uploaded (20)

Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdfLaporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
 
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdfPPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
 
ANESTESI LOKAL YARSI fixbgt dehhhhh.pptx
ANESTESI LOKAL YARSI fixbgt dehhhhh.pptxANESTESI LOKAL YARSI fixbgt dehhhhh.pptx
ANESTESI LOKAL YARSI fixbgt dehhhhh.pptx
 
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/mamateri kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
 
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod SurabayaToko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
 
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).pptMATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
 
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obatFARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
 
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxSediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
 
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
 
Ppt Macroscopic Structure of Skin Rash.pdf
Ppt Macroscopic Structure of Skin Rash.pdfPpt Macroscopic Structure of Skin Rash.pdf
Ppt Macroscopic Structure of Skin Rash.pdf
 
Presentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensiPresentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensi
 
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmasserbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
 
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptxTUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
 
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANANETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
 
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh DiriAsuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
 
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal DiabetesFARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
 
362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx
362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx
362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx
 
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptPERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
 
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptxPEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
 

ANATOMI MEDIA REFRASI

  • 1. 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi Media Refraksi 2.1.1 Kornea Kornea secara embriologi berkembang dari lapisan ektoderm. Pada bayi yang baru lahir, ukuran normal diameter kornea adalah 9.5-10.5 sedangkan pada orang dewasa, ukuran diameter kornea sekitar 12 mm. Sepertiga bagian tengah kornea hampir bulat dan berdiameter sekitar 4 mm. Kornea adalah jaringan avaskular bening yang terdiri dari 5 lapisan yakni, epitel, membran bowman, stroma, membran descement, dan endotel.6 Gambar 1. Lapisan pada kornea yang terdiri dari epithelium, Bowman layer, stroma, Descemet. Dikutip dari : Brar, V.S., et al. Basic and Clinical Science Course: Section 2; Fundamentals and Principles of Ophthalmology. San Fransisco: American Academy of Ophtalmology. 2020- 2021.
  • 2. 2 Kornea menutupi seperenam dari permukaan mata . Ia memiliki indeks bias 1,376 dan jari-jari kelengkungan rata-rata 7,8 mm. Dengan kekuatan 43,25 dioptri (D), kornea menghasilkan sebagian besar kekuatan bias mata sebesar 58,60 D. Oksigen dari udara dan dari pembuluh darah kelopak mata larut dalam air mata dan ditransmisikan ke kornea melalui air mata.6 film. Kornea memperoleh makromolekul dan nutrisinya dari aqueous humor. Karena permukaan posterior kornea lebih melengkung daripada permukaan anterior, kornea sentral lebih tipis (0,5 mm) daripada kornea perifer (1,0 mm). Kornea mendatar di perifer, dengan pendataran yang lebih luas secara nasal dan superior daripada temporal dan inferior.6 2.1.2 Aquos Humos Aqueous humor adalah cairan jernih yang mengisi bilik mata depan dan belakang, dengan volume sekitar 250 l. Cairan ini memiliki tekanan osmotik yang sedikit lebih tinggi daripada plasma. Komposisi dari aqueous humor hampir sama dengan plasma, tetapi cairan ini memiliki konsentrasi askorbat, piruvat, dan laktat yang lebih tinggi; protein, urea, dan glukosa yang lebih rendah. Tempat diproduksinya aqueous humor adalah di corpus ciliare. Refractive index pada aquos humor berkisar n≈1.3335.7
  • 3. 3 2.1.3 Lensa Lensa adalah struktur bikonveks yang terletak tepat di belakang bilik posterior dan pupil. Lensa menyumbang 20,00 D dari 60,00 D kekuatan pemfokusan rata-rata mata orang dewasa. Lensa secara embriologi berkembang dari lapisan ectoderm dimana diameter ekuator adalah 6,5 mm saat lahir; meningkat dalam 2-3 dekade pertama kehidupan dan tetap berdiameter sekitar 9-10 mm pada orang dewasa. Lebar anteroposterior lensa kira-kira 3 mm saat lahir dan meningkat setelah dekade kedua kehidupan menjadi sekitar 6 mm pada usia 80 tahun. Pertumbuhan ini disertai dengan pemendekan radius kelengkungan anterior lensa, yang akan meningkatkan daya optiknya jika bukan karena perubahan kompensasi dalam gradien refraksi melintasi substansi lensa.8 Pada masa muda, akomodasi untuk penglihatan dekat dicapai dengan kontraksi otot siliaris, yang menggerakkan massa otot siliaris ke depan dan ke dalam. Kontraksi ini merelaksasi ketegangan zonula dan memungkinkan lensa untuk mengambil bentuk globular, menyebabkan radius kelengkungan anterior memendek Dengan bertambahnya usia, daya akomodatif terus-menerus hilang. Pada usia 8 tahun, dayanya adalah 14,00 D. Pada usia 28 tahun, daya akomodasi menurun menjadi sekitar 9,00 D, dan menurun lebih lanjut menjadi 1,00 D pada usia 64 tahun. Penyebab hilangnya daya ini termasuk peningkatan ukuran lensa, perubahan hubungan mekanis, dan peningkatan kekakuan inti lensa akibat perubahan protein kristal dari sitoplasma serat. Faktor lain, seperti perubahan geometri perlekatan zonula dengan usia dan perubahan elastisitas kapsul lensa, juga dapat berperan.8
  • 4. 4 Lensa tidak memiliki persarafan dan avaskular. Setelah regresi pembuluh darah hialoid selama embriogenesis, lensa hanya bergantung pada cairan dan vitreus untuk makanannya. Dari kehidupan embrio, itu sepenuhnya tertutup oleh lamina basal, kapsul lensa. Gambar 2. Penampakan lensa dewasa secara mikroskopik Dikutip dari : Brar, V.S., et al. Basic and Clinical Science Course: Section 2; Fundamentals and Principles of Ophthalmology. San Fransisco: American Academy of Ophtalmology. 2020- 2021.
  • 5. 5 2.1.4 Vitreus Humor Vitreus Humor adalah suatu jaringan yang berbentuk seperti kaca bening dan terletak di antara lensa dengan retina. Vitreus Humor bersifat semi cair dan memiliki kandungan air sebanyak 90%. Refractive index vitreus humor berkisar n≈1.335. Fungsi dari badan kaca ini sama dengan fungsi dari cairan mata, yaitu mempertahankan bola mata agar tetap bulat. 7 2.2 Fisiologi Penglihatan Manusia Sistem visual meliputi pengambilan informasi dari luar dalam bentuk cahaya serta analisis dan intepretasi informasi visual. Proses penglihatan dan persepsi visual ini melibatkan sistem struktur yang kompleks, yang masing-masing dirancang untuk tujuan tertentu. Rangkaian proses penglihatan meliputi masuknya cahaya pada media refraksi, fototransduksi, pengiriman impuls melalui jaras penglihatan, serta intepretasi dan persepsi visual oleh korteks visual. 1,9 Komponen optik mata yang berperan sebagai media refraksi adalah kornea, humor akuos, lensa, dan badan vitreus. Cahaya yang masuk ke dalam mata mengalami pembiasan melewati media refraksi pada aksis visual, lalu ditangkap oleh sel fotoreseptor retina. 1,10
  • 6. 6 Apeks pada permukaan anterior kornea memberikan kekuatan refraksi terbesar. Permukaan kornea memiliki kelengkungan 7,7 mm pada bagian anterior dan 6,9 mm pada bagian posterior. Pertemuan antara udara dan air mata pada permukaan kornea membentuk kekuatan lensa positif 43 dioptri dan merupakan elemen media refraksi utama pada mata.10 Kekuatan refraksi lensa memiliki kekuatan mencapai 20 dioptri dengan indeks refraksi 1,36 pada bagian perifer dan 1,4 pada bagian sentral. Lensa mata berakomodasi melalui kontraksi otot siliaris yang melepaskan regangan zonula sehingga lensa membulat ketika melihat objek dekat. Otot siliaris akan relaksasi dan lensa mendatar untuk penglihatan jauh. Badan vitreus adalah gel transparan dengan kandungan air 98% dan indeks refraksi 1,33 yang sama dengan indeks refraksi pada humor akuos. Vitreus meneruskan cahaya yang ditangkap menuju retina, serta sebagai tempat penyimpanan substansi kimia yang berperan dalam metabolisme retina. 1 2.2.2 Fototransduksi Retina memiliki dua tipe sel fotoreseptor, yaitu sel kerucut dan sel batang. Fotoreseptor sel batang dan sel kerucut memiliki perbedaan morfologi, pigmen, dan distribusi pada retina. Masing-masing sel fotoreseptor tersusun atas segmen luar, segmen dalam, dan badan sel. Bentuk segmen luar fotoreseptor kerucut meruncing, sedangkan fotoreseptor sel batang tidak meruncing. Segmen luar tersusun atas 600- 1000 diskus yang mengandung fotopigmen, enzim, dan protein yang terlibat dalam fototransduksi, yaitu
  • 7. 7 opsin, rodopsin, transdusin, phosphodiesterase (PDE), dan kromofor 11-cis-retinal. 11,12 Fototransduksi merupakan proses penangkapan cahaya oleh fotoreseptor retina untuk diubah menjadi impuls saraf. Foton yang diterima menyebabkan perubahan konformasional pada fotopigmen, memicu terjadinya kaskade reaksi kimia yang mengubah energi elektromagnetik menjadi stimulus elektrik. Fotoreseptor sel kerucut sensitif terhadap cahaya terang, terutama pada siang hari (fotopik). Fotoreseptor sel batang sensitif terhadap cahaya redup (skotopik). Proses fototransduksi terjadi di membran diskus segmen luar sel fotoreseptor.11,12 Gambar 5. Sel Fotoreseptor Retina Dikutip dari : Skalicky SE. Ocular and Visual Physiology: Clinical Application. Sydney:Springer; 2015. hlm. 207-359 Penangkapan cahaya oleh rodopsin pada segmen luar fotoreseptor menyebabkan isomerasi ikatan ganda 11-cis-retinal menjadi all-trans-retinal sehingga molekul opsin akan mengalami perubahan konfigurasi menjadi fase aktif, yaitu metarodopsin II. Rodopsin aktif akan memulai reaksi yang memberikan aliran masuk kation ke segmen
  • 8. 8 luar sel batang, melalui kanal cyclic guanosine monophosphate (cGMP). Rodopsin akan mengaktifkan molekul kedua yaitu transdusin. Satu molekul rodopsin dapat mengaktifkan hingga 100 transdusin. Transdusin yang telah aktif akan memberikan sinyal pada protein ketiga, yaitu rod phosphodiesterase (rod PDE). Rod PDE akan menyebabkan terjadinya hidrolisis cGMP menjadi 5’noncyclic-GMP. 1,11 Gambar 6. Kaskade fototransduksi pada segmen luar fotoreseptor Dikutip dari : Cantor LB, Rapuano CJ, Cioffi GA. Neuro-Ophthalmic Anatomy. Dalam: American Academy of Ophthalmology. Basic Clinical Science Course Section 5: Neuro-Ophthalmology. San Fransisco: American Academy of Ophthalmology; 2018. Penurunan cGMP menyebabkan kanal ion tertutup dan menghentikan aliran masuk Na+ dan Ca2+ sehingga sel fotoreseptor mengalami hiperpolarisasi. Hiperpolarisasi sel fotoreseptor menyebabkan pelepasan glutamat terhenti dari terminal sinaps. Penurunan kadar glutamat memicu sel bipolar-off hiperpolarisasi dan sel bipolar-on depolarisasi.
  • 9. 9 Seluruh sel batang akan bersinaps dengan sel bipolar-on. Sel kerucut akan bersinaps dengan sel bipolar-off dan sel bipolar-on. Sel bipolar akan meneruskan impuls saraf menuju sel ganglion retina. 8,10,11 2.2.3 Jaras Penglihatan Jaras penglihatan merupakan rangkaian proses pengiriman informasi visual yang terdapat pada impuls saraf menuju korteks visual. Retina meneruskan impuls saraf ke saraf optik, kiasma optik, traktus optik, badan genikulatum lateralis, radiasi optik hingga korteks visual. Korteks visual terdiri dari area korteks visual primer dan sekunder. Area lain yang berhubungan dengan penglihatan adalah area korteks frontal. 1,8 Gambar 7. Jaras penglihatan Dikutip dari : Remington LA. Clinical Anatomy and Physiology of the Visual System. Edisi ke-3. Missouri: Elsevier Butterworth Heinemann; 2012.
  • 10. 10 Sel ganglion retina menerima impuls saraf dari sel bipolar, kemudian sebanyak 1-1,2 juta serabut saraf sel ganglion bersatu menuju diskus optik dan melewati lamina kribosa memasuki rongga orbita. Serabut saraf bagian nasal retina tersusun dalam pola radial sederhana. Serabut saraf bagian temporal membentuk berkas papilomakular yang menuju langsung ke diskus. Serabut paling medial merupakan serabut retina bagian nasal, sedangkan area lateral mewakili serabut temporal. Serabut makula yang menyusun sepertiga dari serabut saraf optik, terletak pada bagian lateral. Serabut retina nasal berdekusasi pada kiasma optik dan memasuki traktus optik kontralateral. Serabut saraf akan sedikit melengkung pada area knee of Wilbrand sebelum berdekusasi ke kontralateral. Serabut saraf retina temporal memasuki traktus optik secara ipsilateral.9,11 Korpus genikulatum lateralis terletak di posterior talamus dan terdiri dari enam lapisan. Empat lapis bagian superior merupakan terminal dari akson neuron parvoselular, sedangkan dua lapis bagian inferior merupakan terminal dari akson neuron magnoselular. Jalur magnoselular berkaitan dengan persepsi gerak dan kedalaman. Jalur parvoselular berhubungan dengan fungsi spasial dan persepsi warna. Serabut saraf retina bagian perifer akan berakhir di bagian anterior. Serabut saraf kuadran atas retina berakhir di sisi medial. Serabut saraf kuadran makula berakhir di tengah dan posterior nukleus. Akson yang berasal dari serabut saraf kontralateral akan berakhir di
  • 11. 11 lapisan ke-1, 4, dan 6, sedangkan akson yang berasal dari serabut saraf ipsilateral akan berterminasi pada lapisan ke-2, 3, dan 5. Impuls saraf kemudian akan diteruskan melalui radiasi optik menuju korteks area visual primer.9,11 2.2.4 Korteks Visual Korteks visual terbagi menjadi area visual primer (Broadmann’s area 17) dan area visual sekunder (Broadmann’s area 18 dan 19). Area visual primer terletak di bagian superior dan inferior sulkus kalkarin korteks oksipital, memanjang ke anterior hingga sulkus parieto-oksipital. Setiap sisi area visual primer menerima serabut aferen dari bagian temporal sisi ipsilateral dan bagian nasal sisi kontralateral. Lapang pandang kanan direpresentasikan pada hemisfer serebral kiri, dan lapang pandang kiri pada hemisfer serebral kanan. Serabut saraf dari retina kuadran superior yang merepresentasikan lapang pandang inferior menuju ke superior sulkus kalkarin. Serabut saraf dari retina kuadran inferior yang merepresentasikan lapang pandang superior, menuju ke inferior sulkus kalkarin. Bagian posterior area visual primer merepresentasikan bagian makula lutea.10,14
  • 12. 12 Gambar 8. Korteks area visual premier dan sekunder Dikutip dari : Cantor LB, Rapuano CJ, Cioffi GA. Neuro-Ophthalmic Anatomy. Dalam: American Academy of Ophthalmology. Basic Clinical Science Course Section 5: Neuro-Ophthalmology. San Fransisco: American Academy of Ophthalmology; 2018 Area visual sekunder (Broadmann areea 18) terletak berdekatan dengan area visual primer. Area ini tidak memiliki striata dan secara histologis menunjukkan enam lapisan. Area asosiasi sekunder menerima impuls saraf dari area visual primer (V1) dan badan genikulatum lateralis. Fungsi area visual sekunder adalah menghubungkan dan menganalisis informasi visual yang diterima oleh area visual primer. Informasi yang dianalisis memungkinkan individu untuk mengenali dan mengapresiasikan apa yang dilihat, seperti warna, bentuk, pergerakan, dan disparitas binokular. Area visual sekunder meliputi area visual 2 (V2), area visual 3 (V3), area visual 4 (V4), dan area temporal tengah atau disebut juga area visual 5 (V5) .9,11
  • 13. 13 Area V2 menerima informasi dari area visual primer V1 dan mengatur informasi ke area visual sekunder lainnya. Informasi visual akan diproyeksikan ke dua jalur yaitu jalur ventral (what pathway) dan jalur dorsal (where pathway). Jalur ventral membawa informasi bentuk, warna, dan pengenalan objek melalui V4 menuju korteks temporal. Jalur dorsal membawa informasi arah dan pergerakan melalui V3 dan V5 menuju korteks parietal. Area pada V5 terdiri dari neuron selektif yang berorientasi pada arah dan kecepatan pergerakan objek, disparitas binokuler, serta kontras gerak. Area V3 terlibat dalam pengenalan informasi warna, orientasi, pergerakan, dan sterosepsis. Area V4 terlibat dalam pengenalan objek dan sensitivitas warna.11,14 2.2 Perkembangan Bola Mata Perkembangan mata dimulai dari pertumbuhan bola mata saat prenatal dan post natal. Setelah lahir bola mata masih terus berkembang baik secara struktur maupun komposisinya dan terus berkembang sampai pada tahun-tahun pertama kehidupan. Adanya perkembangan sistem saraf pusat yang normal juga ikut membantu dalam proses perkembangan sistem penglihatan. Secara anatomi perubahan yang terjadi pada segmen anterior mata, retina, dan nervus optikus pada tahun-tahun pertama kehidupan mempengaruhi terbentuknya bayangan yang normal pada retina.16 Periode 2 – 3 bulan post natal disebut sebagai fase pertumbuhan cepat, dimana pada peride ini terjadi perubahan yang signifikan pada perkembangan visus. Fase ini juga dikenal sebagai critical period. Adanya stimulus yang abnormal selama periode ini dapat menyebabkan terjadinya gangguan pada perkembangan visus sehingga dapat
  • 14. 14 menyebabkan keadaan yang disebut ambliopia. Perkembangan visus itu sendiri melibatkan perkembangan post natal dari bola mata serta proses emmetropisasi.16 2.2.1 Perkembangan Post Natal Bola Mata Struktur mata baik pada orbita maupun intraokular sudah terbentuk dengan baik saat lahir, namun masih terdapat perkembangan post natal yang terjadi baik dari segi anatomi maupun fisiologi. Saat lahir diameter anteroposterior bayi 70 dari orang dewasa, dengan panjang kira-kira 16-17 milimeter. Dengan segmen anterior 75 - 80 dari orang dewasa. Volume mata pada bayi baru lahir (2,8 cm3) dimana kurang dari setengah volume orang dewasa, yaitu 6,8 – 7,5 cm3.16,17 Axial length pada neonatus kurang lebih 16 milimeter. Perkembangan axial length pada mata terjadi selama 13 tahun pertama kehidupan. Selama periode tersebut, axial length mengalami 3 fase perkembangan, yaitu: 1. Pertumbuhan post natal (0 – 18 bulan), dimana pada fase ini terdapat penambahan axial length sebesar 4,3 milimeter dari 16 milimeter menjadi 20,3 milimeter. 2. Fase infantile (umur 2 – 5 tahun), pada fase ini terdapat penambahan 1,1 milimeter pada axial length. 3. fase slower juvenile (umur 5 – 13 tahun), dimana hanya terdapat penambahan yang sangat sedikit pada axial length bola mata yaitu sepanjang 1,3 milimeter.16,17
  • 15. 15 Kornea Kornea mengalami perubahan yang drastis pada setahun pertama kehidupan. Perubahan yang terjadi meliputi ukuran, bentuk, dan transparansinya. Diameter horizontal kornea pada bayi baru lahir rata-rata 9,8 milimeter (9 – 10,5 milimeter), sedangkan diameter vertikal kornea 10,4 milimeter. Pada setahun pertama kehidupan, terjadi penambahan dalam ukuran kornea dimana diameter horizontalnya menjadi 11 – 12 milimeter dan penambahan luas permukaan dari 102 mm2 saat lahir menjadi 130 mm2 saat mencapai usia 20 bulan. Kornea juga menjadi lebih datar dibandingkan saat lahir. Hal ini dibuktikan dengan penurunan kekuatan Dioptri dari 51,2 saat lahir menjadi 45,2 Dioptri saat bayi berumur 6 bulan. Terjadi pengurangan ketebalan pada kornea dari 0,96 mm di sentral dan 1,2 mm di perifer pada bayi baru lahir menjadi 0,52 milimeter saat usia 6 bulan.16,17 Pupil Pada bayi yang lahir dengan masa gestasi lebih dari 31 minggu, terdapat reflek cahaya pada pupil. Hal ini berbeda pada bayi yang lahir premature dimana reflek cahaya bisa menurun atau tidak ada sama sekali.16,17 Lensa Saat lahir lensa berbentuk lebih bulat, hal ini menyebabkan lensa mempunyai daya refraksi yang lebih kuat. Lensa terus tumbuh seumur hidup dengan pertambahan serat-serat baru di perifer. Konsistensi materi lensa berubah selama hidup, saat lahir seperti plastik lunak, pada usia lanjut kosistensinya mirip kaca.16,17
  • 16. 16 Otot ekstraokular Otot-otot rektus pada bayi baru lahir lebih kecil dibangkan orang dewasa, dengan perbedaan insersi otot 2,3 – 3 milimeter serta tendon yang lebih tipis dibandingkan dengan orang dewasa. Bila diukur dari limbus, terdapat perbedaan insersi otot ekstraokuler pada bayi baru lahir dibandingkan dengan orang dewasa. Terdapat perbedaan 2 milimeter pada bayi baru lahir, 1 milimeter pada usia 6 bulan, dan mulai sama seperti orang dewasa saat mencapai usia 20 bulan.16,17 Volume Orbita Saat lahir volume orbita adalah 10 mm3. Saat mencapai usia 1 tahun, volume orbita bertambah secara signifikan menjadi 22,3 mm3. Pada usia 6 – 8 tahun, volume orbita mengalami penambahan lagi yaitu menjadi 39,1 mm3.16,17 Retina Saat lahir semua struktur retina sudah terbentuk sempurna kecuali dibagian makula. Perkembangan makula terjadi setelah lahir sampai bayi berumur 4 tahun. Perkembangan yang paling mencolok terjadi pada pigmentasi makula, perkembangan annular ring, reflek fovea, dan diferensiasi dari sel-sel kerucut.16,17 Pigmentasi makula berkembang sempurna pada 27 minggu usia gestasi. Tetapi, pigmen kuning xantophyllic yang biasanya ditemukan pada orang dewasa, tidak ditemukan pada neonatus, hal ini disebabkan pigmen tersebut berasal dari asupan makanan yang mengandung karoten. Pada 24 minggu usia gestasi, lapisan sel ganglion mengalami penebalan pada bagian kutub posterior retina, pada usia 28 minggu, sel-sel ganglion berpindah keluar
  • 17. 17 perifer daerah makula sehingga daerah tersebut menjadi lebih tebal, menghasilkan gambaran seperti kawah di sekitar fovea di makula. Reflek fovea merupakan gambaran oftalmoskopik terakhir yang matur. Pada sebagian besar bayi, reflek fovea dapat dilihat pada usia kehamilan 37 minggu dan menjadi matur saat usia gestasi mencapai 42 minggu. Hal ini disebabkan karena adanya penipisan dari lapisan inner dan outer nuclear fovea, yang menghasilkan konkafitas di bagian tengah makula.16,17 Tabel 1. Perbedaan dimensi pada newborn dan adult16 Bayi baru lahir Orang dewasa Axial length (mm) 15-17 23-24 Diameter kornea horizontal (mm) 9,5-10,5 12 Radius kurvatura kornea (mm) 6,6-7,4 7,4-8,4 Penglihatan warna pada waktu lahir juga masih berkembang. Kemampuan untuk mencocokkan warna terjadi pada usia 2 tahun. Makula sendiri belum berkembang sempurna saat lahir, perkembangan makula terjadi selama 4 tahun pertama kehidupan. Pasca lahir, pertumbuhan dan perkembangan mata juga memerlukan bayangan visual yang terbentuk jelas untuk dapat tumbuh dengan baik. Seiring dengan usia mata terus mengalami pertumbuhan demikian juga dengan perkembangan visus.16,17
  • 18. 18 2.2.2 Proses Emetropisasi Emetropisasi adalah suatu proses yang terjadi pada bola mata yang meliputi perubahan secara anatomi maupun fisiologis pada bola mata menuju mata yang emetrop. Sedangkan proses fisiologis meliputi: perkembangan tajam penglihatan, pengenalan lingkungan sekitar, gerakan mata, akomodasi, perkembangan lapang pandang, perkembangan melihat warna, dan penglihatan binokular. Perkembangan visus yang buruk dapat dilihat bila bayi kurang respon terhadap wajah atau benda- benda didekatnya dan apabila terdapat gerakan mata yang menyimpang.16,17 Perkembangan tajam penglihatan mengikuti dari perkembangan dari retina, khususnya pada daerah makula. Pada saat baru lahir, bayi hanya melihat bayangan kabur hitam dan putih. Seiring dengan perkembangan dari makula, tajam penglihatan semakin bertambah. Fiksasi sentral dan accurate smooth pursuit adalah kejadian klinis yang penting dari perkembangan visual normal. Bayi baru lahir dapat mempertahankan kontak mata dengan orang lain. Kebanyakan anak memperlihatkan fiksasi sentral dan pergerakan mata smooth pursuit yang akurat pada usia 2 – 3 bulan. Bayi baru lahir lebih cenderung bereaksi pada rangsangan yang datang dari arah horizontal daripada vertikal, pengenalan rangsangan dari arah oblik baru muncul saat bayi berusia 2 bulan. Pada orang dewasa, respon terhadap rangsangan horizontal ataupun vertikal lebih baik dibandingkan rangsangan dari arah oblik. Gerakan bola mata mencerminkan fungsi okulomotor pada bayi. Gerakan yang dinilai yaitu gerakan saccadic, smooth pursuit, nistagmus optokinetik, dan reflek vestibulookular. Saccadic terbagi dua yaitu horizontal yang sudah muncul sejak lahir,
  • 19. 19 dan vertikal yang baru muncul saat berusia 4-6 minggu (vertikal atas) dan 3 bulan (vertikal bawah). Smooth pursuit baru muncul saat berusia 6-8 minggu, sedangkan nistagmus optokinetik dan reflek vestibule-okular sudah muncul pada bayi baru lahir. Bayi baru lahir belum mampu untuk berakomodasi, akomodasi pada jarak kurang dari 75 cm baru muncul saat bayi berusia 1 bulan. Pada usia 3 bulan akomodasi muncul pada jarak kurang dari 150 cm. Reflek akomodasi matur seperti orang dewasa tercapai saat bayi berumur 5-7 bulan. Perkembangan warna dimulai saat bayi berumur 2 bulan dimana bayi dapat membedakan 2 warna, saat lahir bayi hanya melihat warna hitam putih. Pada saat berumur 3 bulan, bayi mulai mengenali 3 warna. Perkembangan lapang pandang terjadi sampai anak usia 10 tahun. Pada saat baru lahir, lapang pandang mencapai 28˚ kekiri dan kanan vertikal, 11˚ keatas, dan 16˚ kebawah garis horizontal. Pada 10 tahun lapang pandang hampir menyamai ukuran lapang pandang orang dewasa. Perkembangan visual binokuler terjadi sesuai dengan kemajuan penglihatan monokuler. Fungsi binokuler dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu: fiksasi bivofeal, fusi dan stereopsis.  fiksasi bivofeal: hanya terdapat bila mata dalam keadaan orthoforia dimana pada bayi muncul saat usia 3-6 bulan.  fusi: kemampuan sistem visual untuk menggabungkan bayangan yang dilihat dari kedua mata menjadi satu gambar. Pada bayi, muncul pada usia 6 bulan.
  • 20. 20  stereopsis: kemampuan sistem visual untuk memproses informasi bayangan menjadi suatu persepsi kedalaman. Dimana muncul saat usia 3½ - 6 bulan.16,17 3.1 Pemeriksaan Visus Istilah ketajaman visual mengacu pada pengukuran sudut yang menghubungkan jarak penguji dengan ukuran objek minimal yang dapat dilihat pada jarak tertentu. Umumnya dokter menggunakan Snellen chart sebagai standar dalam menilai ketajaman visual seseorang. Pada pemeriksaan dengan menggunakan Snellen Chart, 20/20 dianggap ketajaman visual normal. Berbagai metode pengukuran dan notasi, target pengujian, dan singkatan telah dikembangkan untuk tujuan melakukan pengujian ketajaman visual dan fungsi visual dan untuk mendokumentasikan hasil pemeriksaan.19 3.1.1 Pemeriksaan Visus Pada Dewasa Notasi Pengukuran Notasi Snellen adalah metode yang paling umum untuk mengekspresikan pengukuran ketajaman visual. Hasil intepretasi pada Snellen chart dituliskan dalam bentuk pecahan, dimana angka diposisi pembilang setara dengan jarak mata ke Snellen chart, sedangkan angka diposisi penyebut setara dengan jarak normal dari mata ke Snellen chart yang dapat dibaca oleh orang normal.19 Jenis lain dari notasi tanjam penglihatan yang digunakan selain notasi snellen, misalnya notasi decimal, dimana hasil intepretasi Snellen yang berupa pecahan diubah menjadi
  • 21. 21 desimal ; sebagai contoh Snellen 20/20 sama dengan 1.0 desimal, Snellen 20/30 sama dengan 0,7 desimal, Snellen 20/40 sama dengan 0.5 desimal dan seterusnya. Notasi lain yang digunakan untuk menyatakan ketajaman visual misalnya notasi M, notasi logMAr, notasi Jaeger dan lain-lain. Notasi logMAR menjelaskan tentang ketajaman visual sebagai logaritma dari sudut minimum resolusi. Sudut resolusi minimum adalah kebalikan dari pecahan Snellen, dimana ketajaman 20/20 memiliki nilai logMAR 0 , 20/50 nilainya 0,4 dan 20/200 nilainya 1.0. 19 Test Target Berbagai target tes digunakan dalam pengujian ketajaman visual. Setiap huruf, angka, atau gambar individu pada bagan pengujian disebut sebagai optotipe. Beberapa optotype sulit dikenali dan dibandingkan dengan yang lain, misalnya huruf B (bentuk huruf relatif kompleks) apabila dibandingkan dengan huruf E dan angka 8. Huruf C, D dan O sering membingungkan karena bentuknya yang mirip. Huruf yang mudah untuk dikenali misalnya adalah L, namun sering disalah artikan sebagai huruf I. Pemeriksaan dengan chart gambar lebih mudah apabila diterapkan untuk anak namun hasil pemeriksaan yang didapat terkadang tidak akurat (tidak terstandarisasi) karena pada huruf huruf tertentu ptotipenya sulit untuk dikenali. Sebuah tes yang dilakukan dengan menggunakan bagan dan mencocokan kartu dengan menggunakan 4 huruf seperti huruf H, O, T, dan V sangat berguna terutama untuk pemeriksaan ketajaman visual. Huruf-huruf ini dipilih karena simetris, sehingga bisa dicocokan, dan dapat juga
  • 22. 22 diperuntukan bagi pasien nonverbal atau buta huruf. Jenis tes penglihatan yang paling dasar adalah tes ketajaman visual jarak jauh dan dekat. 19 Tes Ketajaman Jarak Jauh Pada kunjungan awal, pasien sebaiknya diuji baik dengan dan tanpa lensa korektif. Pemeriksaan ketajaman jarak jauh, dilakukan dengan memeriksakan mata satu per satu dengan konvensi, dimana apabila mata kanan yang diperiksakan terlebih dahulu, mata kiri ditutup. Penutupan mata dapat dilakukan dengan okluder atau telapak tangan pasien itu sendiri. Untuk anak-anak diberikan pilihan optotype yang akan digunakan. Penting untuk selalu mencatat pemeriksaan apa saja yang dilakukakan dan menggunakan metode apa. Pemeriksaan jarak jauh biasanya menggunakan Snellen chart, Tumbling E chart, Allen dan Landolt C chart, disesuaikan dengan usia pasien. 19 Tes Pin-Hole Ketajaman visual yang di bawah normal dapat disebabkan oleh kelainan refraksi. Untuk mengetahui penyebab penurunan ketajaman visual tersebut apakah karena kelainan refraksi atau bukan, kita dapat melakukan pemeriksaan dengan menggunakan pinhole. Jika ketajaman visual membaik dengan menggunakan pin-hole, hal itu menunjukan penyebab penurunan ketajaman visual adalah media refraksinya, namun sebaliknya apabila tidak membaik berarti penyebabnya tidak berasal dari bagian media refraksinya. 19
  • 23. 23 Tes Ketajaman Jarak Dekat Tes ketajaman dekat menilai kemampuan pasien untuk melihat dengan jelas pada jarak membaca normal. Pemeriksa harus memastikan apakah pasien menggunakan kacamata atau tidak dalam kesehariannya, apabila pasien menggunakan kacamata baca sebaiknya dalam pemeriksaan pasien memakan kacamata baca. Pemeriksaan ini juga dapat dilakukan apabila, pemeriksa ingin melakukan pemeriksaan pada pasien yang hanya dapat berbaring. Pemeriksaan ini dilakukan pada jarak 40cm dengan kartu baca yang dapat dipegang. Jika jarak baca tidak akurat tajam penglihatan dekat tidak ekuivalen dengan tajam penglihatan jarak jauh. Pada pemeriksaan ketajaman jarak dekat kita dapat menggunakan rosenbaum pocket . Snellen Chart Pada Snellen chart terdapat tujuh tingkat ukuran huruf. Pada urutan teratas terdapat 1 huruf dengan ukuran yang terbesar, dan jumlah huruf di setiap barisnya semakin banyak , misalnya pada baris ter bawah terdapat 8 huruf. Urutan ukuran huruf dari teratas hingga terbawah dalam satuan kaki yakni 100,70,50,40,30 dan 20 (atau dalam satuan metrik, 60,30,21,15,12,9,6). Pemeriksaan Snellen chart dilakukan pada orang dewasa dan anak yang sudah mengetahui huruf serta komunikatif. Pada pemeriksaan Snellen chart pasien ditempatkan pada jarak 6 meter atau 20 kaki, pada tempat yang penerangannya cukup. Pasien diminta untuk membaca dari huruf yang terbesar. Mata yang diperiksa satu persatu, dan disarankan untuk memulai pemeriksaan dari mata
  • 24. 24 yang sakit terlebih dahulu. Visus pasien merupakan baris terakhir yang dapat dibaca pasien dengan jumlah benar >50%.20 Gambar 9. Snellen Chart Dikutip dari : Blomquit HH. Practical Opthalmology : A Manual for Beginning Residents. AAO. 2015. LVRC Chart Pada pemeriksaan LVRC dapat dilakukan pada jarak 4 meter,2 meter, 1 meter atau ½ meter. Pasien diminta untuk menyebutkan huruf atau angka disetiap baris atau chart. Tajam penglihatan yang sesuai untuk setiap baris tertera pada bagian tepi chart dengan Snellen equivalen pada sisi kiri dan logMar pada sisi kanan. Misalnya : Pasien dapat
  • 25. 25 membaca baris teratas pada jarak 4 meter, maka visus sama dengan 4/40 – 2/20 atau 6/60 atau logMAR 1.0 ( pada jarak 4 meter ). 19,20 Gambar 10. LVRC Chart Dikutip dari : Blomquit HH. Practical Opthalmology : A Manual for Beginning Residents. AAO. 2015. Pemeriksaan Visus pada Anak Pemeriksaan penglihatan pada anak merupakan bagian penting dalam pemeriksaan mata secara komprensif. Pemeriksaan tajam penglihatan pada anak sulit dilakukan, karena mereka sering merasa takut dan sulit untuk berkonsentrasi. Oleh karena itu, dalam melakukan pemeriksaan harus dengan cepat dan akurat dan sangat dibutuhkan kondisi dimana si anak tertarik pada pemeriksaan kita. Kondisi ini harus kita ciptakan dengan berbagai cara, misalnya dengan menyapa dan mengajak salaman, dengan
  • 26. 26 memuji atau memberikan perhatian kepada sesuatu yang dipakainya seperti baju, sepatu dan rambutnya atau memberikan mainan yang berwarna menarik. Pemeriksaan tajam penglihatan harus di sesuaikan dengan umur, kooperatif, kondisi neurologik, dan kemampuan membaca pasien. 19 Pemeriksaan tajam penglihatan pada anak dapat dibedakan berdasarkan usia yaitu preverbal dan verbal. Pemeriksaan tajam penglihatan anak pada usia preverbal yaitu usia kurang dari 2,5 tahun dan verbal pada usia lebih dari 2,5 tahun. Pemeriksaan tajam penglihatan anak pada usia preverbal dibedakan menjadi pemeriksaan kuantitatif dan kualitatif. Pemeriksaan kualitatif terdiri dari CSM (Central, Steady, and Maintaine), F & F (Fix and Follow), sedangkan pemeriksaan kuantitatif terdiri dari prefential looking test dan Visual Evoked Potential. 19 Tabel 2. Pemeriksaan VIsus anak disesuaikan dengan usianya Usia Tipe Pemeriksaan Visus Pemeriksaan yang digunakan 3-12 bulan Preferential Looking Teller 1-3 tahun Vanishing optotype Cardiff 2.5-4 tahun Matching LEA/HOTV 4 tahun-dewasa Matching/Naming Snellen
  • 27. 27 1. Pada teknik ini kita lihat apakah penglihatan anak tetap terfiksasi pada objek yang menarik. Apakah anak mengikuti objek yang menarik tersebut. Target fiksasi diharapkan benda yang menarik dan tidak bersuara. Jarak pasien terhadap benda tersebut 30-50 cm, benda digerakkan secara horizontal. Dokter diharapkan memperhatikan gerakan mata bayi. Ulangi tes dengan menutup salah satu mata dari anak. Anak dengan fungsi visual yang normal dapat mengikuti dan memfiksasi objek pada usia 2 atau 3 bulan. Anak akan memberikan respon yang lebih baik pada target yang dimulai dari temporal ke nasal, hingga usia 6 bulan. Fiksasi sental positif menunjukan visus anak >20/100. 20,21 Untuk melihat fiksasi pada mata anak juga dapat digunakan metode CSM (Central, Steady, and Maintained). Metode ini dapat digunakan pada anak yang belum dapat berbicara. C : Sentral. Lokasi reflek kornea pada saat pasien berfiksasai dengan cahaya senter dengan 1 mata ditutup (monokuler). Normal reflek kornea ada pada sentral kornea. Jika eksentrik disebut dengan uncentral (UC). S : Steadines. Artinya tetap. Fiksasi pada senter saat digerakan dan diam (monokuler). Jika tidak tetap disebut unsteady (US). Penglihatan dikatakan dipertahankan mengacu pada fiksasi setelah mata yang berlawanan terbuka. Mata yang tidak mempertahankan Fix and Follow
  • 28. 28 fiksasi dianggap memiliki ketajaman visual yang lebih rendah daripada mata yang berlawanan. M : Maintain Aligment. Kemampuan pasien untuk mempertahankan kelurusan mata dengan cara satu mata ditutup kemudian dibuka. Jika tidak mampu mempertahankan disebut Unmaintain (UM). 20,21 Ketajaman visual mata yang memiliki fiksasi eksentrik dan gerakan nistagmoid ketika mencoba fiksasi akan ditandai tidak sentral, goyah, dan tidak terawat (UC, US, UM). 2. Preferential looking test Preferential looking test menilai ketajaman penglihatan dengan mengamati respon anak terhadap stimulus visual. Pemeriksaan ini cukup detail untuk menilai tajam penglihatan pada bayi dan anak yang belum bisa bicara. Preferential looking test dapat dilakukan dengan menggunakan Teller Acuity Card II dan Cardiff Acuity Test. Teller Acuity Card II merupakan serangkaian kartu persegi panjang yang terdiri dari 17 kartu yang berukuran masing-masing 25,5 cm x 55,5 cm dan terdapat garis-garis hitam dan putih yang dicetak dengan latar belakang abu-abu. Kartu ini terbagi menjadi dua sisi dengan lubang di bagian tengah yang mempunyai diameter 4mm dan garis-garis tersebut hanya terdapat pada satu sisi kartu saja. Gerakan mata ke arah sisi dengan garis menunjukkan bahwa anak mampu melihat garis-garis tersebut. Lebar garis menurun
  • 29. 29 secara berturut-turut. Semakin tipis garis yang bisa terlihat maka semakin baik tajam penglihatan anak. Pemeriksaan ini dilakukan secara monokular dengan menutup salah satu mata dan secara binocular. 24 Tabel 3. Tabel konversi visus dengan Teller Acuity Test23 Pada pemeriksaan visus dengan teller acuity test, jarak pemeriksaan ditentukan berdasarkan usia anak. Pada bayi usia 0-6 bulan pemeriksaan dilakukan pada jarak 38 cm, pada anak usia 7 bulan hingga 3 tahun pemeriksaan dilakukan pada jarak 55 cm. 24 Pemeriksaan Cardiff biasanya dilakukan pada anak usia 1-3 tahun. Terdiri dari 36 lembar kartu dengan gambar (tepi gambar adalah garis berwarna putih dengan latar abu) berukuran sama tetapi berbeda ketebalan garis. Ketajaman pengelihatan diukur
  • 30. 30 berdasarkan garis putih tertipis yang masih dapat dilihat. Jarak pasien yang akan diperiksakan 50cm atau 1 meter dari kartu. Dan dibalik kartu bergambar tersebut terdapat hasil intepretasinya. Snellen Equivalent, Ex. Card A : Fish Tabel 4. Cardiff Acuity Card19 Jarak Pemeriksaan : 1 meter Jarak Pemeriksaan : 50 sentimeter 0.1 desimal 6/60 m 1.0 logMar 0.05 desimal 6/120 m 20/400 kaki 1.3 logMar Gambar 11. Cardiff card Dikutip dari : Dikutip dari : Blomquit HH. Practical Opthalmology : A Manual for Beginning Residents. AAO. 2015.
  • 31. 31 Gambar 12. Preferential looking test Dikutip dari : Blomquit HH. Practical Opthalmology : A Manual for Beginning Residents. AAO. 2015. Pada anak dengan usia lebih dari 3 tahun pemeriksaan pada jarak 84 cm dan pada anak dengan tajam penglihatan yang lebih buruk pemeriksaan dilakukan pada jarak yang lebih dekat 9.5 cm dan 19 cm. Sebelum memulai pemeriksaan, pemeriksaan harus memastikan jarak mana yang digunakan dan kemudian tajam penglihatan dinilai dengan menggunakan tabel konversi visus berdasarkan pada level kartu yang bisa dilihat (dalam cy/cm) dengan jarak pemeriksaan
  • 32. 32 Visual Evoked Potential (VEP) Pada pemeriksaan VEP, electrode ditempatkan pada daerah lobs oksipital untuk mengukur sinyal elektrik sebagai respon stimulus visual. Anak yang diperiksa melihat pola bar dan grid. Ketajaman visual dinilai berdasarkan stimulus terkecil yang menimbulkan respon. Hasil VEP pada newborn 20/400 sedangkan pada anak umur 6-7 bulan 20/20. 3. Pemeriksaan Worth’s Ivory Ball Test Beberapa tes yang dapat digunakan untuk menilai ketajaman penglihatan anak, beberapa lebih cocok untuk kelompok usia tertentu daripada yang lain. Pada tahun 1896 Claud Worth memperkenalkan ivory-ball test , yang dapat digunakan untuk menguji penglihatan pada anak-anak yang sudah cukup besar dan bisa berjalan, biasanya antara usia 1 dan 3 tahun. Pemeriksaan ini terdiri dari satu set lima bola gading dengan ukuran bervariasi dari 0,5 inci hingga 2,5 inci . Anak, dengan kedua mata terbuka, didorong untuk memegang bola. Satu mata kemudian ditutup. Bola dilempar dengan cara berputar sehingga bergerak ke arah yang berbeda dengan tempat di mana bola tersebut dilempar. Pasien anak diminta untuk mengambil bola karena masing- masing dilempar kira-kira 18 kaki (3 meter ) dimulai dengan yang terbesar. Jika pasien dapat mengikuti ataupun tertarik menggapai bola maka pemeriksaan dilanjutkan dengan mengganti bola ke ukuran yang lebih kecil. Seperti yang dikatakan Worth 'Sangat mudah untuk mengetahui, dari cara anak berlari mengejar bola, apakah dia benar-benar melihat bola sebelum dia mulai atau hanya akan mencarinya.' 'Anak-anak
  • 33. 33 selalu siap untuk memainkan permainan bola ini. ', komentar Worth. Untuk itu test ini cocok digunakan unutuk menilai ketajaman visual anak. Worth juga merekomendasikan tes ini sebagai salah satu uji ketajaman visual pada anak untuk memastikan apakah adanya kelainan pada mata anak. Tajam penglihatan dapat dinilai berdasarkan ukuran bola dan jarak pemeriksaan yang dapat dilihat pasien. Gambar 11. Ivory worth ball dalam berbagai ukuran. Dikutip dari : Richard Keeler. Testing Vision can be testing : Worth’s ivory-ball test. Bjophtalmol- 2012 96:633.
  • 34. 34 Tabel 4. Intepretasi Worth’s Ivory Ball25 Distance Diameter of Ball Visual Acuity 0.5 m 4.5 cm 6/740 0.1 m 6/370 1.5 m 6/245 2.0 m 6/185 2.5 m 6/147 3.0 m 6/123 0.5 m 2.8 cm 6/460 0.1 m 6/230 1.5 m 6/153 2.0 m 6/115 2.5 m 6/92 3.0 m 6/77 0.5 m 2.0 cm 6/330 0.1 m 6/165 1.5 m 6/110 2.0 m 6/85 2.5 m 6/66 3.0 m 6/55
  • 35. 35 0.5 m 1.0 cm 6/165 0.1 m 6/83 1.5 m 6/55 2.0 m 6/41 2.5 m 6/33 3.0 m 6/28 0.5 m 0.5 cm 6/80 0.1 m 6/40 1.5 m 6/27 2.0 m 6/20 2.5 m 6/16 3.0 m 6/13 Pemeriksaan visus verbal dibedakan pada pemeriksaan visus jauh dan pemeriksaan visus dekat. Pemeriksaan visus jauh pada pra-sekolah biasanya dilakukan pada anak usia >2,5 tahun- 3 tahun dengan menggunakan simbol dan tekhnik mencocokan, Lea Chart, Tumbling E chart, Allen Figure dan Landolt C.
  • 36. 36 Gambar 12. Tumbling E chart, B. Allen Figure, C. Landolt C Dikutip dari : Wright KW, et all. Pediatric ophthalmology and strabismus. 2nd ed. USA: Springer; 2003.
  • 37. 37 Pemeriksaan Visus Jarak Jauh Lea Chart Pemeriksaan ini dirancang untuk skrining ketajaman visual pada anak-anak anak usia pra sekolah yang memiliki keterbatasan seperti belum bisa membaca . Lea Chart menggunakan simbol dan menciptakan lingkungan yang nyaman selama pemeriksaan. Vivekanand dkk. menentukan bahwa grafik simbol LEA berkinerja lebih baik daripada Snellen Chart untuk penilaian ketajaman visual pada anak-anak prasekolah. Anak- anak terkadang tidak dapat menyebutkan benda yang dilihat karena malu untuk berbicara, sehingga teknik pemeriksaan dengan mencocokan gambar atau kertas yang berisi gambar seperti Lea chart ini memudahkan pemeriksa. Jarak pemeriksa dengan lea chart berkisar 3 meter. 19,20 Gambar 13. Lea Chart Dikutip dari : Wright KW, et all. Pediatric ophthalmology and strabismus. 2nd ed. USA: Springer; 2003.
  • 38. 38 Tumbling E Chart Huruf E disajikan dalam orientasi yang berbeda pada setiap tingkat ketajaman, dan tugas pasien adalah untuk mengidentifikasi ke arah kaki E. Paling umum, ada empat arah alternatif: atas, bawah, kanan, dan kiri. Pada beberapa tes, digunakan delapan arah alternatif, dengan penambahan empat arah obliq. Huruf E biasanya memiliki tiga kaki dengan panjang yang sama.. Tumbling E target paling berguna saat mengukur ketajaman pada balita atau orang lain yang belum bisa membaca.Pemeriksaan tumbling E dilakukan dari jarak 6 meter. Anak diminta untuk menunjukan arah kaki E, dimulai dari huruf E yang paling besar terlebih dahulu. Tekniknya adalah optotype atau kartu E diputar putar sebelum responden membaca, pemeriksa mengubah arah dari ujung terbuka. Rotasi ini harus dalam berbagai arah untuk menghindari pasien menghapal.20 Allen Figure Chart merupakan salah satu tes pemeriksaan verbal pada anak yang berupa gambar yang sudah dikenal oleh anak-anak misalnya gambar mobil, pohon natal, boneka beruang, telepon dan kue ulang tahun. Allen card digunakan pada usia anak 2,5 tahun. Pemeriksaan dapat dilakukan dengan jarak 3 meter Landolt C chart Pemeriksaan Landolt C sebanding dengan Tumbling E, bagan ini menampilkan huruf C , yang menurut beberapa orang tampak lebih mirip dengan cincin yang tidak utuh , dimana cincin tersebut menghadap ke arah-arah tertentu, pasien diminta untuk menetukan arah dari cincin tersebut. Grafik ini dikembangkan oleh dokter mata Swiss Allen Figure Chart
  • 39. 39 Landolt dan dianggap sebagai standar laboratorium oleh International Council of Ophthalmology. 20 Pemeriksaan Visus Jarak Dekat Pemeriksaan visus jarak dekat biasanya dilakukan pada jarak 40cm. Apabila test chart yang digunakan dan tingkat pencahyaan ditempat pemeriksaan sama, maka ketajaman visual jarak dekat dan ketajaman visual jarak jauh memiliki nilai yang sama. Sebagian besar tes ketajaman visual jarak dekat tidak menggunakan chart huruf yang sebanding dengan chart yang digunakan untuk pengujian jarak jauh. Biasanya, tes ketajaman penglihatan jarak dekat menggunakan bahan typeset dimana menyerupai gaya cetak surat kabar dan buku. Lembar pemeriksaan dapat disusun dalam kalimat atau paragraf atau dalam rangkaian kata-kata yang tidak berhubungan. Kartu Biley-lovie (ETDRS), Tumbling E, Landolt C, Kartu HOVTO dan kartu symbol LEA, dapat digunakan untuk pemeriksaan visus jarak dekat. Pada pemeriksaan jarak dekat, sebaiknya diawali dengan pemeriksaan binocular. Pada pemeriksaan ketajaman penglihatan dengan binokuler, minimal pasien dapat membaca 3 simbol. Kartu Bailey-lovie (ETDRS), Tumbling E, Landolt C, Kartu HOVTO dan kartusymbol LEA Hasil tajam penglihatan kartu Bailey-lovie dicatat dengan menggunakan nilai Snellen equivalent, logMAR atau Matrix. Tajam penglihatan dekat dicatat sebagai jarak baca
  • 40. 40 dengan nilai pada garis terakhir yang dibaca oleh pasien. Contoh : pasien dapat melihat dengan jarak 20cm dengan nilai 2.5 M berarti visus pasien 2.5 M pada jarak 20 cm. Gambar 14. HOTV Card Dikutip dari : Wright KW, et all. Pediatric ophthalmology and strabismus. 2nd ed. USA: Springer; 2003. Reading Chart Pengukuran tajam penglihatan dekat dilakukan dengan chart yang memiliki teks tulisan misalnya Minnesota low vision reading (MNREAD) chart. Pemeriksa dapat melakukan tes ini untuk mengevaluasi kemampuan membaca dan menilai efektivitas terapi atau rehabilitas. Satuan ukuran huruf yang digunakan yaitu unit matrik-m. Tajam penglihatan dekat dicatat sebagai jarak baca dalam meter dibagi dengan ukuran huruf dalam M-unit.
  • 41. 41 Gambar 16. Bailey-lovie Card Dikutip dari : Skuta GL, Cantor LB, Weiss JS. The Pediatric Eye Examination. Pediatric Ophthalmology and Strabismus. USA:American Academy of Ophthalmology; 2015
  • 42. 42