SlideShare a Scribd company logo
1 of 7
Download to read offline
Sriwijaya Journal of Medicine, Volume 1 No. 2, April 2018, hal 108-114
108
Prevalensi Polimorfisme Gen CYP2C19 dan Pengaruhnya Dalam Metabolisme
Omeprazole Sebagai Prediktor Intoksikasi Obat Pada Etnis Melayu Di
Sumatera Selatan
Triwani1*
, Lusia Hayati1
, Franz Sinatra Yoga2
1
Bagian Biologi Kedokteran, Fakultas Kedokteran, Universitas Sriwijaya, Palembang
2
Program Studi Magister Ilmu Biomedik, Fakultas Kedokteran, Universitas Sriwijaya, Palembang
*Email: tri_wani@yahoo.co.id
Abstrak
Cytochrome P450 2C19 (CYP2C19) adalah suatu kompleks enzim yang berperan dalam metabolism beberapa jenis
obat dan merupakan bagian dari super family sitokrom P450. Polimorfisme genetic pada enzim tersebut berhubungan
dengan munculnya fenotip metabolism buruk (poor metabolizer/PM dan intermediate metabolizer/IMs ) yang
mempunyai kemampuan yang buruk dalam memetabolisme obat-obatan yang menjadi substratnya. Telah dilakukan
analisis genotipe dan fenotipe menggunakan PCR-RFLP dan bioanalisis kadar omreprazole pada 30 orang subjek
penelitian dari etnis Melayu yang tinggal di Sumatera Selatan. Marker yang digunakan untuk menilai adanya
polimorfisme pada gen CYP2C19 adalah dua situspolimorfik yaitu ekson 5 (CYP2C19*2) dan ekson 4 (CYP2C19*3).
Pita-pita DNA berukuran 321 bp untuk ekson 5 dan 271 bp untuk ekson 4 akan dihasilkan setelah amplifikasi DNA
dengan metode PCR pada kondisi denaturasi selama 5 menit pada suhu 95o
C; dilanjutkan dengan 60 detik pada suhu
95o
C, 60 detik pada suhu 53o
C dan 60 detik pada suhu 72o
C sebanyak 30 siklus; serta polimerisasi akhir selama 5 menit
pada 72o
C. Selanjutnya dilakukan pemotongan DNA menggunakan enzim restriksi endonuklease SmaI (CYP2C19*2)
pada suhu 30o
C dan BamHI (CYP2C19*3) dengan inkubasi pada suhu 37o
C selama 3jam. Bioanalisis kadar omeprazole
dalam darah dengan LC-MS. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya polimorfisme pada kedua situs akan
menghilangkan situs pemotongan enzim SmaIdan BamHI. Hasil penelitian menunjukkan 46,7% populasi Melayu
Sumatera Selatan tergolong sebagai PM yang terdiri atas 13,3% homozigot mutandan 33,4% heterozigot mutan.
Tingginya fenotip PM enzim CYP2C19 pada etnis Melayu di Sumatera Selatan diprediksi akan mempengaruhi
metabolisme obat-obatan yang menjadi substrat. Akan tetapi, berdasarkan analisa korelasi spearman, nilaikorelasi 0,035
dengan p = 0,875. Hal ini berarti bahwa antara polimorfisme gen CYP2C19 dan kadar omeprazole dalam darah terdapat
korelasi lemah dan tidak bermakna. Hasil penelitian ini memberikan gambaran polimorfisme genetik yang tinggi pasien
sindrom dispepsia dari populasi Melayu, yaitu hampir setengah dari subjek penelitian (46,7%).Terdapat korelasi yang
lemah dan tidak bermakna antara polimorfisme dan kadar omeprazole.
Kata kunci: Polimorfisme, CYP2C19, etnis Melayu
Abstract
Cytochrome P450 2C19 (CYP2C19) is an enzyme complex that plays a role in the metabolism of several drugs and is
part of the super family of cytochrome P450. Genetic polymorphisms in these enzymes are associated with the
emergence of poor metabolic phenotypes (poor metabolizers / PMs and intermediate metabolizers / IMs) that have a
poor ability to metabolize the drugs that become substrates. Genotypes and phenotypes were analyzed using PCR-
RFLP and bio-analysis of omeprazole levels in 30 subjects from ethnic Malay living in South Sumatra. Markers used to
assess the presence of polymorphisms in the CYP2C19 gene are two polymorphic sites of exon 5 (CYP2C19 * 2) and
exon 4 (CYP2C19 * 3). 321 bp DNA bands for exon 5 and 271 bp for exon 4 will be produced after DNA amplification
by PCR method under denaturation for 5 min at 95oC; followed by 60 seconds at 95oC, 60sec at 53oC and 60sec at
72oC for 30 cycles; as well as the final polymerization for 5 minutes at 72 ° C. Furthermore, DNA cutting was done
using the restriction enzyme endonuclease SmaI (CYP2C19 * 2) at 30oC and BamHI (CYP2C19 * 3) with incubation at
37oC for 3 hours. Bioanalysis of omeprazole levels in the blood with LC-MS. The results of this study indicate the
presence of polymorphisms on both sites will eliminate the enzyme sites SmaI and BamHI. The results showed that
46.7% of South Sumatran Malay populations were classified as PM consisting of 13.3% homozygous mutandan mutant
33.4% heterozygotes. The high phenotype of PM enzyme CYP2C19 in ethnic Malays in South Sumatra predicted to
influence metabolism of drugs become substrates. However, based on spearman correlation analysis, the correlation
Sriwijaya Journal of Medicine, Volume 1 No. 2, April 2018, hal 108-114 109
value was 0.035 with p = 0.875. This means that between the CYP2C19 gene polymorphism and the omeprazole levels
in the blood there is a weak and meaningless correlation. The results of this study provide an overview of the high
genetic polymorphisms of dyspepsia syndrome patients from the Malay population, ie almost half of the study subjects
(46.7%). There is a weak and insignificant correlation between polymorphism and omeprazole levels.
Keywords : Polimorfisme, CYP2C19, etnis Melayu
1. Pendahuluan
Salah satu masalah dalam terapi menggunakan
obat yang dihadapi dokter di dalam praktek
sehari-hari adalah adanya ketidakseragaman
respon yang diperlihatkan penderita terhadap
pemberian obat. Obat dengan jenis dan dosis
yang sama bila diberikan pada sekelompok
penderita dengan jenis dan berat penyakit yang
sama biasanya hanya memberikan efek terapi
pada sebagaian penderita saja. Pada penderita
lainnya mungkin tidak memperlihatkan efek
sama sekali atau dapat mengalami efek toksik
sehingga filosofi “one-dose-fits-all” tidak tepat
lagi digunakan sebagai dasar terapi.
Sebenarnya banyak faktor yang
mempengaruhi respon obat dalam suatu
tindakan terapeutik. Faktor-faktor yang akan
mempengaruhi profil farmakokinetik dan
farmakodinamik suatu obat tentu dapat
mempengaruhi respon suatu terapi obat.
Kemampuan memetabolisme obat adalah salah
satu faktor yang dominan dalam
mempengaruhi efikasi dan safety suatu
pengobatan. Adany avariasi respon ini dapat
bersifat individu dan cenderung mengelompok
dalam suatu populasi. Dalam suatu populasi,
kemampuan memetabolisme obat terbagi
dalam dua kelompok yaitu extensive
metabolizer (EM) yang mampu
memetabolisme obat dengan baik dan
kelompok poor metabolizer (PM) yang lambat
atau kehilangan kemampuan metabolisme
suatu obat. Dewasa ini diketahui bahwa salah
satu factor penting yang menyebabkan
terjadinya fenomena tersebut adalah adanya
perbedaan kemampuan antar-individu dalam
memetabolisme obat yang mengakibatkan
terjadinya perbedaan yang besar pada kadar
obat pada kondisi steady state dalam plasma
antar rindividu (Ingelmam-Sundberget al,
2007).
Variasi respon obat yang besar antar-
individu merupakan paduan pengaruh factor
genetik dan lingkungan (penyakit, polusi,
nutrisi, dll). MenurutNebert (1997), factor
genetic mempunyai pengaruh lebih besar
dibandingkan factor lingkungan. Faktor
genetic ini dapat dikendalikan oleh gen
tunggal (monogenik) atau beberapa gen
(poligenik). Bila kemampuan untuk
memetabolisme obat dikendalikan oleh satu
gen maka pada populasi penyebaran akan
menghasilkan gambaran bimodus atau
trimodus, sedangkan pada poligen akan
membentuk distribusi satu modus (unimodus).
Suatu xenobiotic bila masuk ke dalam
tubuh akan dimetabolisme dan ditransformasi
menjadi metabolit yang aktif melalui dua fase.
Enzim oksidase utama yang terlibat dalam
biotransformasi fase pertama ini adalah
cytochrome P450 (CYP) mixed-function
monooxygenase, suatu super family enzim
yang paling banyak dijumpai pada sel hati.
Salah satu isoform enzim ini adalah CYP2C19
yang dapat mengoksidasi senyawa obat yang
bersifat basa, basa, atau netral1
. Beberapa obat
yang secara klinik sering digunakan
dimetabolisme oleh enzim ini antara lain
proguanil, diazepam, omeprazole,
propanololdan beberapa antidepressant
(Bertilsson,1995). Enzim CYP2C19 sejauh ini
telah banyak diteliti dan beberapa
polimorfisme pada gen yang menyandinya
telah pula berhasil diidentifikasi.
Polimorfisme genetic didefinisikan
sebagai adanya alel varian yang lebih dari satu
persen dalam suatu populasi. Polimorfisme
pada suatu gen didapatkan selama
perkembangan evolusi melalui berbagai
110 Sriwijaya Journal of Medicine, Volume 1 No. 2, April 2018, hal 108-114
kejadian seperti mutasi titik (missense,
nonsense atau frameshift), konversi gen, delesi
dan insersi (Nebert, 1997) sebagai respon
genetik terhadap pengaruh lingkungan.
Polimorfismegenetikpada gen CYP2C19
pada populasi telah menyebabkan
ditemukannya dua fenotip berbeda terhadap
aktivitas enzim CYP2C19 yaitu kelompok
extensive metabolizer (EM) yang normal
danpoor metabolizer (PM) yang mengalami
defek pada aktivitas enzim ini. Fenomena ini
pertama kali dilaporkan oleh Kupfer dan
Preisig (1984) yang menemukan adanya
perbedaan kemampuan metabolisme obat
antikonvulsan S-mephenytoin dalam suatu
populasi. Penelitian berbasiskan populasi
memperlihatkan adanya variasi frekwensi PM
yang signifikan antar etnis dan antar ras. Pada
populasi kaukasia Eropah menunjukkan
frekwensi PM 3-6% (Jurima et al,
1985)sedangkan pada Asia Timur ditemukan
13-23% (
de Morais et al, 1995).
Fenotip PM disebabkan adanya mutasi basa
tunggal pada gen CYP2C19 yaitu G681A pada
ekson 5 (CYP2C19*2 atau CYP2C19m1) and
G636A pada ekson 4 (CYP2C19*3 atau
CYP2C19m2) (Daly et al, 1996). Kombinasi kedua
alel ini akan menyebabkan munculnya fenotip
PM (*2/*2; *2/*3; and*3/*3) (Kaneko et al,
1999). Pada populasi, gambaran ketiga alel
tersebut dapat dijumpai (Ibeanu et al, 1998a,b),
dengan alel CYP2C19*2 dan CYP2C19*3
dijumpai lebih dari 99% pada kelompok PM Asia
(Goldstein, 1997).
Penelitian sebelumnya menemukan bahwa
semua individu dengan paling tidak memiliki satu
alel wild type (CYP2C19*1) tergolong sebagai
extensive metabolizer (EM) (de Morrais 1998a,b).
Selanjutnya diketahui bahwa terdapat sedikit
perbedaan kemampuan memetabolisme antara
kelompok yang hanya memiliki satu jenis alel
CYP2C19*1 saja (homozygous extensive
metabolizer/hmEMs: *1/*1) dan kelompok
(heterozygous extensive metabolizer/htEMs:
*1/*2 and *1/*3) (Kaneko, 1999) walaupun
sama-sama tergolong sebagai EM. Walaupun
demikian, pada penelitian ini seleksi subyek
penelitian tidak didasari pertimbangan asal suku
yang diteliti.
2. Metode
Sampel penelitian diperoleh dari
sukarelawan yang terdiri dari pasien sindroma
dispepsia RS Muhammadiyah Palembang yang
berasal dari suku-suku Melayu yang ada di
Sumatera Selatan. Sampel dikumpulkan setelah
dilakukan prosedur informed consent.
Pasien diminta meminum 20 mg
Omeprazole, kemudian 2.3 jam setelahnya
dilakukan pengambilan sample darah. Sample
dibagi ke dalam 2 tabung EDTA, tabung EDTA
pertama sebanyak 1 ml darah perifer
diperuntukkan analisis PCR-RFLP dan tabung
EDTA sebanyak 5 ml diperuntukkan untuk
analisa kadar omeprazole dengan LC-MS. Darah
5 ml di sentrifugasi dengan 5000 Rpm selama 10
menit. Kemudian ambil superntannya dan
dimasukan di 3 mikrotube untuk dianalisis untuk
dapatkan kadar omeprazole tiap pasien.
Genomic DNA diisolasi dari darah perifer
dengan menggunakan Wizard®
Genomic DNA
Purification Kit (Promega). Deteksi adanya
suatu polimorfisme dilakukan dengan metode
PCR-RFLP berdasarkan Goldstein and
Blaisdell (1996) dengan sedikit modifikasi.
Amplifikasi DNA dilakukan dengan sepasang
oligonucleotide primer 5’-
CAGAGCTTGGCATATTGTATC-3’ and 5’-
GTAAACACACAACTAGTCAATG-3’
sebagai forward dan reverse primer
mengamplifikasi ekson-5 (CYP2C19m1).
Setelah reaksi amplifikasi PCR, fragmen DNA
didigesti dengan enzim restriksi SmaI pada
suhu 30o
C selama 3 jam kemudian
dielektroforesis pada agarosa konsentrasi 4%.
Prosedur genotyping untuk
identifikasidefek CYP2C19m2 dilakukan
amplifikasi PCR daerah antara intron-3 dan
intron-4 menggunakan oligonucleotida
spesifik 5’-
AAATTGTTTCCAATCATTTAGCT-3’ dan
5’-ACTTCAGGGCTTGGTCAATA-3’
sebagai primer forward dan reverse. Amplikon
selanjutnya diinkubasi dengan enzim restriksi
Sriwijaya Journal of Medicine, Volume 1 No. 2, April 2018, hal 108-114 111
BamHI pada suhu 37o
C selama 3 jam dan
dianalisis dengan elektroforesis gel.
3. Hasil dan Pembahasan
Pada penelitian ini didapatkan distribusi
genotip CYP2C19*2 wt/wt : wt/m1 : m1/m1
yaitu 56,7% : 30% : 13,3% dan distribusi
frekuensi alel wt : m1 adalah 71,7% : 28,3%.
Sedangkan distribusi genotip CYP2C19*3
wt/wt : wt/m1 : m1/m1 yaitu 96,7% : 3,3% :
0% dan distribusi frekuensi alel wt : m1 adalah
78,3% : 1,7%.
Gambar 1. Hasil elektroforesis gen CYP2C19*2 setelah direstriksi menggunakan enzim SmaI. Marker = DNA
penanda, Genotip m1/m1 pada jalur 4 dan 15. Genotip wt/m1 pada jalur 3 dan 6, dan wt/wt pada jalur 1,2,5,7-
13.
Gambar 2. Hasil elektroforesis gen CYP2C19*3 setelah direstriksi menggunakan enzim BamHI. Marker = DNA
penanda, Genotip wt/m2 pada jalur 7, dan wt/wt pada jalur 1-6 ,8-13.
Sehingga didapatkan genotype
keseluruhan (CYP2C19*2 dan *3) untuk
prevalensi homozygous Extensive
metabolizers (EMs), heterozygous
Intermediate metabolizers (IMs) dan
homozygous Poor metabolizers (PMs)
masing-masing 53,3%, 33,4 % and 13,3%.
Yang artinya, hamper setengah dari jumlah
subjek penelitian (46,7%) terdapat
polimorfisme gen CYP2C19.
Hasil penelitian ini tidak jauh berbeda
jauh dengan frekwensi PM enzim CYP2C19
pada populasi dan berbeda jauh dengan ras
kaukasia (Goldstein et al, 1997). Penelitian
Aljenoobi et al 2013 di Saudi Arabia
menunjukkan polimorfisme CYP2C19*2
sebesar 8,2% dari populasi penelitian, dan
tidak ditemukan polimorfisme CYP2C19*3.
Penelitian Chonlapat et al 2013 di Thailand
menunjukkan Alel m1 (*2) sebesar 27% dan
Alel m2 (*3) sebesar 6%. Dengan pasien
CYP2C19*2 sebagai IMs sebesar 35,1%, dan
7,32% PMs, pada CYP2C19*3 Ims sebesar
6,85% dan PMs sebesar 1%. Hal ini sejalan
dengan hasil penelitian yang menunjukkan
bahwa prevalensi polimorfisme gen
CYP2C19*2 lebih besar dari pada
CYP2C19*3. Walaupun sejalan dengan
112 Sriwijaya Journal of Medicine, Volume 1 No. 2, April 2018, hal 108-114
penelitian yang ada mengenai prevalensi yang
tinggi dari CYP2C19*2 pada populasi Asia
yang diperkirakan 30%, akan tetapi perkiraan
70-80% diantaranya adalah alel PM tidak
sejalan dengan penelitian ini. Secara global
diyakini genotype CYP2C19 * 2 dan
CYP2C19 * 3 alel lebih sering pada orang
Asia (30,26% dan 6,89%, masing-masing).
Distribusi frekuensi varian genetic ini
bersifat population-specific dan hasil
penelitian ini hanya spesifik untuk populasi
Sumatera Selatan. Hal ini dapat disebabkan
oleh lingkungan yang berbeda dan factor
seleksi alam sehingga terjadi adaptasi genetik
yang bersifats pesifik untuk populasi tertentu.
Hal ini juga diduga akibat dari proses
pergeseran genetik di kepulauan pasifik.
Mengenai fenotipe metabolisme CYP2C19,
metabolisme yang buruk (PMS) lebih sering di
antara orang Asia dibandingkan di Eropa.
Dengan demikian, dapat disimpulkan salah
satu penyebab perbedaan frekuensi pada
penelitian ini dengan penelitian terdahulu
kemungkinan karena pengaruh perbedaan
etnis.
Gambar 3. Bionalisis Omeprazole Pada Subjek Penelitian
Pada penelitian ini, dari hasil HPLC,
dimana rerata omeprazole pada penelitian ini
antara Ems : Ims : PMs adalah 1,01 ; 1 ; 1,63 (
143,26 : 121,89 : 199,06 ng/ml). Berdasarkan
nilai tersebut, terdapat pola bahwa kadar
omeprazole pada PMs sesuai dengan dugaan
fenotipe, lebih besar dibanding Ems dan Ims.
Akan tetapi berdasarkan uji korelasi spearman,
nilai korelasi 0,035 dengan p = 0,875. Hal ini
berarti bahwa antara polimorfisme gen
CYP2C19 dan kadar omeprazole dalam darah
terdapat korelasi lemah dan tidak bermakna.
Hal ini tidak sejalan dengan penelitian-
penelitian sebelumnya, salah satunya Chang et
Sriwijaya Journal of Medicine, Volume 1 No. 2, April 2018, hal 108-114 113
al 2014 yang menyatakan bahwa, terdapat
korelasi antara polimorfisme gen CYP2C19
dan kadar omeprazole.
Pada penelitian ini didapatkan beberapa
temuan baru, yaitu (1) Frekuensi genotipe
CYP2C19 *2 pada pasien sindroma dispepsia
dari etnis melayu sumatera selatan lebih tinggi
(46,7%) daripada rerata orang Asia (30,26% ).
(2) Terdapat pasien dengan genotipe PMs,
yang seharusnya memiliki kadar omeprazole
yang tinggi terdapat satu pasien memiliki
kadar yang sangat rendah, yaitu 10,99 ng/ml.
4. Simpulan
Data tentang adanya variasi genotip dan
fenotip antar etnik pada enzim yang berperan
dalam metabolisme obat sangatlah penting
untuk memprediksi manfaat atau efek samping
yang dapat terjadi dalam suatu tindakan
terapeutik. Berdasarkan hasil penelitian
didapatkan bahwa polimorfisme gen
CYP2C19 terjadi pada 46,7% subjek
penelitian dam terdapat korelasi yang lemah
dan tidak bermakna antara polimorfisme dan
kadar omeprazole
Oleh karena itu, perlu adanya penelitian
lebih lanjut mengapa genotipe polimorfisme
CYP2C19 tidak muncul secara fenotipe,
terutama pada kasus-kasus pasien dengan PMs
tetapi kadar omeprazolenya sangat rendah
Daftar Acuan
1. Sudoyo, Aru W. 2010.
BukuAjarIlmuPenyakitDalamJilid I.
Interna Publishing. Jakarta, Indonesia.
2. Djojodiningrat, Dharmika. 2010.
DispepsiaFungsional. Dalam :Aru W.
Sudoyo, dkk (Editor).
BukuAjarPenyakitDalamJilid I. Interna
Publishing. Jakarta, Indonesia.
3. Talley NJ. 1997. What Role Does
Helicobacter Pylori Play Innon-Ulcer
Dyspepsia. Gastroenterology.
4. Tack J. 2004. Pathophysiology And
Treatment Of Functional Dyspepsia.
Gastroenterology.
5. Jiande Chen, University Of Texas Medical
Brcanch, Galveston, TX, Genging Song,
Veteran Research And Educational
Foundation VA Medical Center,
Oklahoma City, OK. 2012. Spinal Cord
Electrical Stimulation For Visceral
Hypersensitivity In Rats With Functional
Dyspepsia. North American
Neuromodulation Society; 50.
6. Greydanus MP. 1991. Neurohormonal
Factors In Functional Dyspepsia.
Gastroenterology.
7. Cavalho RV, Lorena SL, Almeida JR,
Mesquita MA. 2010. Food
Intolerance,DietCompotion, And Eating
Patterns In Functional Dyspepsia
Patients. Dig. Dis. Sci.
8. Arisawa T. 2012. Tomomitsi T,
Fukuyama T et al. Genetic Polymorphism
of Pri-microRNA 325, Targeting
SLC6A43’-UTR, is Closely Associated
with the Risk of Functional Dyspepsia in
Japan. J Gastroenterol.
9. Ingelman-Sundberg M, Sim SC, Gomez A
AND Rodriguez-Antona C. Influence of
Cytochrome P450 enzymes
polymorphismsm on drug therapies
pharmacogenetic, pharmadoepigenetic
and clinical aspects. ParmacolTher 2007,
116:496-526
10. Nebert DW. Polymorphisms in drug-
metabolizing enzymes: what is their
clinical relevance and why do they exist.
Am J Hum Genet 1997; 60:265-271
11. Katzung B. G., Masters S. B. Trevor A. J.
Basic and Clinical Pharmacology 12th
ed.
Lange. Singapore; 2012
12. Lee SJ, Kim WY, Kim H, Shon JH, Lee
SS, and Shin JG. Identification of New
CYP2C19 Variants Exhibiting Decreased
Enzyme Activity in Metabolism of S-
Mephenytoin and Omeprazole. Drug
MetabDispos 2009; 37: 2262-2269
13. Gonzales MH, Romero EM, Peregrina
AA, et al. CYP2C19- and CYP3A4-
Dependent Omeprazole Metabolism in
West Mexicans. J ClinPharmacol 2003;
43: 1211-1215
114 Sriwijaya Journal of Medicine, Volume 1 No. 2, April 2018, hal 108-114
14. Sundberg MI. Pharmacogenetics of
Cytochrome P450 and Its Applications In
Drug Therapy: The Past, Present, dan
Future. TRENDS in Pharmacological
Sciences 2004; Vol .25: 4
15. Daly AK, Brockmoller J, Broly F,
Eichelbaum M, Evans WE, Gonzales FJ,
et al. Nomenclature for human CYP2D6.
Pharmacogenetics 1996; 6:193-201
16. de Morais SMF, Goldstein JA, Xie HG,
Huang SL, Lu YQ, Xia H, et al. Genetic
analysis of S-mephenytoin polymorphism
in a Chinese population. Clin Pharmacol
Ther 1995; 58:404-411
17. Dai ZL, Chen H, Wu XY. Relationship
between cytochrome P450 2C19*17
genotype distribution platelet aggregation
and bleeding risk in patients with blood
stasis syndrome of coronary artery disease
treated with clopidogrel. J Integr Med
2012; 10 : 6
18. Kaneko A, Bergqvist Y, Taleo GKaneko
O, Kobayakawa T, Ishizaki T, et al.
Proguanil disposition and toxicity in
malaria patients from Vanuatu with high
frequencies of CYP2C19 mutations.
Pharmacogenetics 1999; 9:317-326.
19. Ibeanu GC, Blaisdell J, Ghanayem BI,
Beyeler C, Benhamou S, Bouchardy C, et
al. An additional defective allele,
CYP2C19*5, contributes to the S-
mephenytoin poor metabolizer phenotype
in Caucasians. Pharmacogenetics 1998a;
8:129-135
20. Ibeanu GC, Goldstein JA, Meyer U,
Benhamou S, Bouchardy C, Dayer P, et
al. Identification of new human CYP2C19
alleles (CYP2C19*6, CYP2C19*2B) in a
Caucasians poor metabolizer of S-
mephenytoin. J Pharmacol Exp Ther
1998b; 286:1490-1495
21. Goldstein JA, Ishizaki T, Chiba K, de
Morais SM, Bell D, Krahn PM and Evan
DA. Frequencies of defective CYP2C19
alleles respnsible for the mephenytoin
poor metabolizer phenotype in various
Oriental, Caucasian, Saudi Arabian and
American Black Population.
Pharmacogenetics 1997; 8:59-64.

More Related Content

Similar to 15-Article Text-51-1-10-20180607.pdf

26.Pemodelan_Homologi.pdf
26.Pemodelan_Homologi.pdf26.Pemodelan_Homologi.pdf
26.Pemodelan_Homologi.pdfandinovriani1
 
Referat Fetomaternal.pptx
Referat Fetomaternal.pptxReferat Fetomaternal.pptx
Referat Fetomaternal.pptxindah107935
 
INTERAKSI_OBAT_BERDASARKAN_FAKTOR_YANG_B.ppt
INTERAKSI_OBAT_BERDASARKAN_FAKTOR_YANG_B.pptINTERAKSI_OBAT_BERDASARKAN_FAKTOR_YANG_B.ppt
INTERAKSI_OBAT_BERDASARKAN_FAKTOR_YANG_B.pptRiyanUge
 
Presentation1.pptx
Presentation1.pptxPresentation1.pptx
Presentation1.pptxNiceYou
 
27-Article Text-57-1-10-20180520.pdf
27-Article Text-57-1-10-20180520.pdf27-Article Text-57-1-10-20180520.pdf
27-Article Text-57-1-10-20180520.pdfNurulRifqiani2
 
Farmakokinetik_and_Farmakodinamik_Terapi.doc
Farmakokinetik_and_Farmakodinamik_Terapi.docFarmakokinetik_and_Farmakodinamik_Terapi.doc
Farmakokinetik_and_Farmakodinamik_Terapi.docTaufikNgani2
 
konsep farmakologi-biomedik 1.presentptx
konsep farmakologi-biomedik 1.presentptxkonsep farmakologi-biomedik 1.presentptx
konsep farmakologi-biomedik 1.presentptxlenarainy13
 
PPT Botani farmasi : 2. Enzim dan Peranannya | Kelas : 2I | Dosen : Yayuk Put...
PPT Botani farmasi : 2. Enzim dan Peranannya | Kelas : 2I | Dosen : Yayuk Put...PPT Botani farmasi : 2. Enzim dan Peranannya | Kelas : 2I | Dosen : Yayuk Put...
PPT Botani farmasi : 2. Enzim dan Peranannya | Kelas : 2I | Dosen : Yayuk Put...Universitas Muslim Nusantara Al-Washliyah
 
PPT Botani farmasi : 2. Enzim dan Peranannya | Kelas : 2I | Dosen : Yayuk Put...
PPT Botani farmasi : 2. Enzim dan Peranannya | Kelas : 2I | Dosen : Yayuk Put...PPT Botani farmasi : 2. Enzim dan Peranannya | Kelas : 2I | Dosen : Yayuk Put...
PPT Botani farmasi : 2. Enzim dan Peranannya | Kelas : 2I | Dosen : Yayuk Put...Dinaveranika
 
Ppt Botani Farmasi 2. Enzim dan Perannya Kelas 2I Dosen Yayuk Putri Rahayu.pptx
Ppt Botani Farmasi 2. Enzim dan Perannya  Kelas 2I Dosen Yayuk Putri Rahayu.pptxPpt Botani Farmasi 2. Enzim dan Perannya  Kelas 2I Dosen Yayuk Putri Rahayu.pptx
Ppt Botani Farmasi 2. Enzim dan Perannya Kelas 2I Dosen Yayuk Putri Rahayu.pptxNofaLismandaria1
 
PPT Botani farmasi : 2. Enzim dan Peranannya | Kelas : 2I | Dosen : Yayuk Put...
PPT Botani farmasi : 2. Enzim dan Peranannya | Kelas : 2I | Dosen : Yayuk Put...PPT Botani farmasi : 2. Enzim dan Peranannya | Kelas : 2I | Dosen : Yayuk Put...
PPT Botani farmasi : 2. Enzim dan Peranannya | Kelas : 2I | Dosen : Yayuk Put...Dinaveranika
 
adenohipofisis_pertumbuhan-prl
adenohipofisis_pertumbuhan-prladenohipofisis_pertumbuhan-prl
adenohipofisis_pertumbuhan-prlTisya Izzya
 
Pharmacogenomics fix.ppt
Pharmacogenomics fix.pptPharmacogenomics fix.ppt
Pharmacogenomics fix.pptfiqih22
 
Interaksi Obat.pdf
Interaksi Obat.pdfInteraksi Obat.pdf
Interaksi Obat.pdfTika995824
 
O1A117026_JUMARNI_FARMAKOEPIDEMIOLOGI.pptx
O1A117026_JUMARNI_FARMAKOEPIDEMIOLOGI.pptxO1A117026_JUMARNI_FARMAKOEPIDEMIOLOGI.pptx
O1A117026_JUMARNI_FARMAKOEPIDEMIOLOGI.pptxJumarniArumi
 
TUGAS IHK DR.TOF.docx
TUGAS IHK DR.TOF.docxTUGAS IHK DR.TOF.docx
TUGAS IHK DR.TOF.docxibnupati
 
Ethical digest no 117 th x nov 2013 hlm 75 79 neuropharmacogenomic bipolar di...
Ethical digest no 117 th x nov 2013 hlm 75 79 neuropharmacogenomic bipolar di...Ethical digest no 117 th x nov 2013 hlm 75 79 neuropharmacogenomic bipolar di...
Ethical digest no 117 th x nov 2013 hlm 75 79 neuropharmacogenomic bipolar di...Taruna Ikrar
 

Similar to 15-Article Text-51-1-10-20180607.pdf (20)

26.Pemodelan_Homologi.pdf
26.Pemodelan_Homologi.pdf26.Pemodelan_Homologi.pdf
26.Pemodelan_Homologi.pdf
 
Referat Fetomaternal.pptx
Referat Fetomaternal.pptxReferat Fetomaternal.pptx
Referat Fetomaternal.pptx
 
INTERAKSI_OBAT_BERDASARKAN_FAKTOR_YANG_B.ppt
INTERAKSI_OBAT_BERDASARKAN_FAKTOR_YANG_B.pptINTERAKSI_OBAT_BERDASARKAN_FAKTOR_YANG_B.ppt
INTERAKSI_OBAT_BERDASARKAN_FAKTOR_YANG_B.ppt
 
Presentation1.pptx
Presentation1.pptxPresentation1.pptx
Presentation1.pptx
 
27-Article Text-57-1-10-20180520.pdf
27-Article Text-57-1-10-20180520.pdf27-Article Text-57-1-10-20180520.pdf
27-Article Text-57-1-10-20180520.pdf
 
Farmakokinetik_and_Farmakodinamik_Terapi.doc
Farmakokinetik_and_Farmakodinamik_Terapi.docFarmakokinetik_and_Farmakodinamik_Terapi.doc
Farmakokinetik_and_Farmakodinamik_Terapi.doc
 
Interaksi obat
Interaksi obatInteraksi obat
Interaksi obat
 
konsep farmakologi-biomedik 1.presentptx
konsep farmakologi-biomedik 1.presentptxkonsep farmakologi-biomedik 1.presentptx
konsep farmakologi-biomedik 1.presentptx
 
PPT Botani farmasi : 2. Enzim dan Peranannya | Kelas : 2I | Dosen : Yayuk Put...
PPT Botani farmasi : 2. Enzim dan Peranannya | Kelas : 2I | Dosen : Yayuk Put...PPT Botani farmasi : 2. Enzim dan Peranannya | Kelas : 2I | Dosen : Yayuk Put...
PPT Botani farmasi : 2. Enzim dan Peranannya | Kelas : 2I | Dosen : Yayuk Put...
 
PPT Botani farmasi : 2. Enzim dan Peranannya | Kelas : 2I | Dosen : Yayuk Put...
PPT Botani farmasi : 2. Enzim dan Peranannya | Kelas : 2I | Dosen : Yayuk Put...PPT Botani farmasi : 2. Enzim dan Peranannya | Kelas : 2I | Dosen : Yayuk Put...
PPT Botani farmasi : 2. Enzim dan Peranannya | Kelas : 2I | Dosen : Yayuk Put...
 
Ppt Botani Farmasi 2. Enzim dan Perannya Kelas 2I Dosen Yayuk Putri Rahayu.pptx
Ppt Botani Farmasi 2. Enzim dan Perannya  Kelas 2I Dosen Yayuk Putri Rahayu.pptxPpt Botani Farmasi 2. Enzim dan Perannya  Kelas 2I Dosen Yayuk Putri Rahayu.pptx
Ppt Botani Farmasi 2. Enzim dan Perannya Kelas 2I Dosen Yayuk Putri Rahayu.pptx
 
PPT Botani farmasi : 2. Enzim dan Peranannya | Kelas : 2I | Dosen : Yayuk Put...
PPT Botani farmasi : 2. Enzim dan Peranannya | Kelas : 2I | Dosen : Yayuk Put...PPT Botani farmasi : 2. Enzim dan Peranannya | Kelas : 2I | Dosen : Yayuk Put...
PPT Botani farmasi : 2. Enzim dan Peranannya | Kelas : 2I | Dosen : Yayuk Put...
 
adenohipofisis_pertumbuhan-prl
adenohipofisis_pertumbuhan-prladenohipofisis_pertumbuhan-prl
adenohipofisis_pertumbuhan-prl
 
Epigenetik
EpigenetikEpigenetik
Epigenetik
 
Pharmacogenomics fix.ppt
Pharmacogenomics fix.pptPharmacogenomics fix.ppt
Pharmacogenomics fix.ppt
 
Interaksi Obat.pdf
Interaksi Obat.pdfInteraksi Obat.pdf
Interaksi Obat.pdf
 
O1A117026_JUMARNI_FARMAKOEPIDEMIOLOGI.pptx
O1A117026_JUMARNI_FARMAKOEPIDEMIOLOGI.pptxO1A117026_JUMARNI_FARMAKOEPIDEMIOLOGI.pptx
O1A117026_JUMARNI_FARMAKOEPIDEMIOLOGI.pptx
 
C17 Terapi Gen
C17 Terapi GenC17 Terapi Gen
C17 Terapi Gen
 
TUGAS IHK DR.TOF.docx
TUGAS IHK DR.TOF.docxTUGAS IHK DR.TOF.docx
TUGAS IHK DR.TOF.docx
 
Ethical digest no 117 th x nov 2013 hlm 75 79 neuropharmacogenomic bipolar di...
Ethical digest no 117 th x nov 2013 hlm 75 79 neuropharmacogenomic bipolar di...Ethical digest no 117 th x nov 2013 hlm 75 79 neuropharmacogenomic bipolar di...
Ethical digest no 117 th x nov 2013 hlm 75 79 neuropharmacogenomic bipolar di...
 

More from WidyaWiraPutri

42. Widya Wira_Kesehatan Mata .docx
42. Widya Wira_Kesehatan Mata .docx42. Widya Wira_Kesehatan Mata .docx
42. Widya Wira_Kesehatan Mata .docxWidyaWiraPutri
 
42. Widya Wira EBM.docx
42. Widya Wira EBM.docx42. Widya Wira EBM.docx
42. Widya Wira EBM.docxWidyaWiraPutri
 
alat alat perdami.docx
alat alat perdami.docxalat alat perdami.docx
alat alat perdami.docxWidyaWiraPutri
 
42. Widya Wira dr theo.docx
42. Widya Wira dr theo.docx42. Widya Wira dr theo.docx
42. Widya Wira dr theo.docxWidyaWiraPutri
 
Tuga MKDU Widya WIra 04032722226010.doc
Tuga MKDU Widya WIra 04032722226010.docTuga MKDU Widya WIra 04032722226010.doc
Tuga MKDU Widya WIra 04032722226010.docWidyaWiraPutri
 
BAB IV PEMERIKSAAN.docx
BAB IV PEMERIKSAAN.docxBAB IV PEMERIKSAAN.docx
BAB IV PEMERIKSAAN.docxWidyaWiraPutri
 
Perkembangan Penglihatan pada Anak.docx
Perkembangan Penglihatan pada Anak.docxPerkembangan Penglihatan pada Anak.docx
Perkembangan Penglihatan pada Anak.docxWidyaWiraPutri
 
34. Anci Winas_Kesehatan Mata.docx
34. Anci Winas_Kesehatan Mata.docx34. Anci Winas_Kesehatan Mata.docx
34. Anci Winas_Kesehatan Mata.docxWidyaWiraPutri
 
5_6284831906299119072 (1).af.id.pdf
5_6284831906299119072 (1).af.id.pdf5_6284831906299119072 (1).af.id.pdf
5_6284831906299119072 (1).af.id.pdfWidyaWiraPutri
 
1-s2.0-S1359610111000475-main.pdf
1-s2.0-S1359610111000475-main.pdf1-s2.0-S1359610111000475-main.pdf
1-s2.0-S1359610111000475-main.pdfWidyaWiraPutri
 
5_6284831906299119072 (1)afid_220331_221926.pdf
5_6284831906299119072 (1)afid_220331_221926.pdf5_6284831906299119072 (1)afid_220331_221926.pdf
5_6284831906299119072 (1)afid_220331_221926.pdfWidyaWiraPutri
 
1-s2.0-S0886335017305539-main.pdf
1-s2.0-S0886335017305539-main.pdf1-s2.0-S0886335017305539-main.pdf
1-s2.0-S0886335017305539-main.pdfWidyaWiraPutri
 
42 . WIdya Wira Tugas dr. Ridwan.docx
 42 . WIdya Wira Tugas dr. Ridwan.docx 42 . WIdya Wira Tugas dr. Ridwan.docx
42 . WIdya Wira Tugas dr. Ridwan.docxWidyaWiraPutri
 
42. Widya Wira_Kesehatan Mata .docx
42. Widya Wira_Kesehatan Mata .docx42. Widya Wira_Kesehatan Mata .docx
42. Widya Wira_Kesehatan Mata .docxWidyaWiraPutri
 

More from WidyaWiraPutri (17)

42. Widya Wira_Kesehatan Mata .docx
42. Widya Wira_Kesehatan Mata .docx42. Widya Wira_Kesehatan Mata .docx
42. Widya Wira_Kesehatan Mata .docx
 
42. Widya Wira.docx
42. Widya Wira.docx42. Widya Wira.docx
42. Widya Wira.docx
 
42. Widya Wira EBM.docx
42. Widya Wira EBM.docx42. Widya Wira EBM.docx
42. Widya Wira EBM.docx
 
alat alat perdami.docx
alat alat perdami.docxalat alat perdami.docx
alat alat perdami.docx
 
42. Widya Wira dr theo.docx
42. Widya Wira dr theo.docx42. Widya Wira dr theo.docx
42. Widya Wira dr theo.docx
 
Tuga MKDU Widya WIra 04032722226010.doc
Tuga MKDU Widya WIra 04032722226010.docTuga MKDU Widya WIra 04032722226010.doc
Tuga MKDU Widya WIra 04032722226010.doc
 
TREATMENT LHON.docx
TREATMENT LHON.docxTREATMENT LHON.docx
TREATMENT LHON.docx
 
TIPUS 1 draft.docx
TIPUS 1 draft.docxTIPUS 1 draft.docx
TIPUS 1 draft.docx
 
BAB IV PEMERIKSAAN.docx
BAB IV PEMERIKSAAN.docxBAB IV PEMERIKSAAN.docx
BAB IV PEMERIKSAAN.docx
 
Perkembangan Penglihatan pada Anak.docx
Perkembangan Penglihatan pada Anak.docxPerkembangan Penglihatan pada Anak.docx
Perkembangan Penglihatan pada Anak.docx
 
34. Anci Winas_Kesehatan Mata.docx
34. Anci Winas_Kesehatan Mata.docx34. Anci Winas_Kesehatan Mata.docx
34. Anci Winas_Kesehatan Mata.docx
 
5_6284831906299119072 (1).af.id.pdf
5_6284831906299119072 (1).af.id.pdf5_6284831906299119072 (1).af.id.pdf
5_6284831906299119072 (1).af.id.pdf
 
1-s2.0-S1359610111000475-main.pdf
1-s2.0-S1359610111000475-main.pdf1-s2.0-S1359610111000475-main.pdf
1-s2.0-S1359610111000475-main.pdf
 
5_6284831906299119072 (1)afid_220331_221926.pdf
5_6284831906299119072 (1)afid_220331_221926.pdf5_6284831906299119072 (1)afid_220331_221926.pdf
5_6284831906299119072 (1)afid_220331_221926.pdf
 
1-s2.0-S0886335017305539-main.pdf
1-s2.0-S0886335017305539-main.pdf1-s2.0-S0886335017305539-main.pdf
1-s2.0-S0886335017305539-main.pdf
 
42 . WIdya Wira Tugas dr. Ridwan.docx
 42 . WIdya Wira Tugas dr. Ridwan.docx 42 . WIdya Wira Tugas dr. Ridwan.docx
42 . WIdya Wira Tugas dr. Ridwan.docx
 
42. Widya Wira_Kesehatan Mata .docx
42. Widya Wira_Kesehatan Mata .docx42. Widya Wira_Kesehatan Mata .docx
42. Widya Wira_Kesehatan Mata .docx
 

Recently uploaded

KOHORT balita 2015 DI PUSKESMAS HARUS DIBUAT.pdf
KOHORT balita 2015 DI PUSKESMAS HARUS DIBUAT.pdfKOHORT balita 2015 DI PUSKESMAS HARUS DIBUAT.pdf
KOHORT balita 2015 DI PUSKESMAS HARUS DIBUAT.pdfnoviarani6
 
DAM DALAM IBADAH HAJI 2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptx
DAM DALAM IBADAH HAJI  2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptxDAM DALAM IBADAH HAJI  2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptx
DAM DALAM IBADAH HAJI 2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptxkemenaghajids83
 
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 - 5 TAHUN
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 -  5 TAHUNPPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 -  5 TAHUN
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 - 5 TAHUNYhoGa3
 
RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.
RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.
RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.RambuIntanKondi
 
asuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasan
asuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasanasuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasan
asuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasanFeraAyuFitriyani
 
Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptxFarmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptxIrfanNersMaulana
 
Dbd analisis SOAP, tugas Farmakoterapi klinis dan komunitas
Dbd analisis SOAP, tugas Farmakoterapi klinis dan komunitasDbd analisis SOAP, tugas Farmakoterapi klinis dan komunitas
Dbd analisis SOAP, tugas Farmakoterapi klinis dan komunitasariSatya2
 
pengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.ppt
pengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.pptpengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.ppt
pengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.pptRekhaDP2
 
Statistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptx
Statistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptxStatistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptx
Statistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptxfachrulshidiq3
 
Referat Penurunan Kesadaran_Stase Neurologi
Referat Penurunan Kesadaran_Stase NeurologiReferat Penurunan Kesadaran_Stase Neurologi
Referat Penurunan Kesadaran_Stase NeurologiRizalMalik9
 
1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx
1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx
1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptxNezaPurna
 
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh DiriAsuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diriandi861789
 
399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...
399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...
399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...nadyahermawan
 
PAPARAN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS.ppt
PAPARAN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS.pptPAPARAN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS.ppt
PAPARAN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS.pptssuser551745
 
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosikarbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosizahira96431
 
Farmakologi Pengelolaan Obat Homecare_pptx
Farmakologi Pengelolaan Obat Homecare_pptxFarmakologi Pengelolaan Obat Homecare_pptx
Farmakologi Pengelolaan Obat Homecare_pptxIrfanNersMaulana
 
Adaftasi fisiologis neonatus setelah dilahirkan antara lain pernafasan, suhu ...
Adaftasi fisiologis neonatus setelah dilahirkan antara lain pernafasan, suhu ...Adaftasi fisiologis neonatus setelah dilahirkan antara lain pernafasan, suhu ...
Adaftasi fisiologis neonatus setelah dilahirkan antara lain pernafasan, suhu ...AGHNIA17
 

Recently uploaded (20)

KOHORT balita 2015 DI PUSKESMAS HARUS DIBUAT.pdf
KOHORT balita 2015 DI PUSKESMAS HARUS DIBUAT.pdfKOHORT balita 2015 DI PUSKESMAS HARUS DIBUAT.pdf
KOHORT balita 2015 DI PUSKESMAS HARUS DIBUAT.pdf
 
DAM DALAM IBADAH HAJI 2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptx
DAM DALAM IBADAH HAJI  2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptxDAM DALAM IBADAH HAJI  2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptx
DAM DALAM IBADAH HAJI 2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptx
 
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 - 5 TAHUN
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 -  5 TAHUNPPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 -  5 TAHUN
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 - 5 TAHUN
 
KUNCI CARA MENGGUGURKAN KANDUNGAN ABORSI JANIN 087776558899
KUNCI CARA MENGGUGURKAN KANDUNGAN ABORSI JANIN 087776558899KUNCI CARA MENGGUGURKAN KANDUNGAN ABORSI JANIN 087776558899
KUNCI CARA MENGGUGURKAN KANDUNGAN ABORSI JANIN 087776558899
 
RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.
RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.
RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.
 
asuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasan
asuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasanasuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasan
asuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasan
 
Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptxFarmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptx
 
Dbd analisis SOAP, tugas Farmakoterapi klinis dan komunitas
Dbd analisis SOAP, tugas Farmakoterapi klinis dan komunitasDbd analisis SOAP, tugas Farmakoterapi klinis dan komunitas
Dbd analisis SOAP, tugas Farmakoterapi klinis dan komunitas
 
pengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.ppt
pengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.pptpengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.ppt
pengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.ppt
 
Jenis-Jenis-Karakter-Pasien-Rumah-Sakit.pdf
Jenis-Jenis-Karakter-Pasien-Rumah-Sakit.pdfJenis-Jenis-Karakter-Pasien-Rumah-Sakit.pdf
Jenis-Jenis-Karakter-Pasien-Rumah-Sakit.pdf
 
Statistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptx
Statistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptxStatistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptx
Statistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptx
 
Referat Penurunan Kesadaran_Stase Neurologi
Referat Penurunan Kesadaran_Stase NeurologiReferat Penurunan Kesadaran_Stase Neurologi
Referat Penurunan Kesadaran_Stase Neurologi
 
1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx
1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx
1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx
 
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh DiriAsuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
 
399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...
399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...
399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...
 
Pentingnya-Service-Excellent-di-Rumah-Sakit.pdf
Pentingnya-Service-Excellent-di-Rumah-Sakit.pdfPentingnya-Service-Excellent-di-Rumah-Sakit.pdf
Pentingnya-Service-Excellent-di-Rumah-Sakit.pdf
 
PAPARAN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS.ppt
PAPARAN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS.pptPAPARAN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS.ppt
PAPARAN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS.ppt
 
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosikarbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
 
Farmakologi Pengelolaan Obat Homecare_pptx
Farmakologi Pengelolaan Obat Homecare_pptxFarmakologi Pengelolaan Obat Homecare_pptx
Farmakologi Pengelolaan Obat Homecare_pptx
 
Adaftasi fisiologis neonatus setelah dilahirkan antara lain pernafasan, suhu ...
Adaftasi fisiologis neonatus setelah dilahirkan antara lain pernafasan, suhu ...Adaftasi fisiologis neonatus setelah dilahirkan antara lain pernafasan, suhu ...
Adaftasi fisiologis neonatus setelah dilahirkan antara lain pernafasan, suhu ...
 

15-Article Text-51-1-10-20180607.pdf

  • 1. Sriwijaya Journal of Medicine, Volume 1 No. 2, April 2018, hal 108-114 108 Prevalensi Polimorfisme Gen CYP2C19 dan Pengaruhnya Dalam Metabolisme Omeprazole Sebagai Prediktor Intoksikasi Obat Pada Etnis Melayu Di Sumatera Selatan Triwani1* , Lusia Hayati1 , Franz Sinatra Yoga2 1 Bagian Biologi Kedokteran, Fakultas Kedokteran, Universitas Sriwijaya, Palembang 2 Program Studi Magister Ilmu Biomedik, Fakultas Kedokteran, Universitas Sriwijaya, Palembang *Email: tri_wani@yahoo.co.id Abstrak Cytochrome P450 2C19 (CYP2C19) adalah suatu kompleks enzim yang berperan dalam metabolism beberapa jenis obat dan merupakan bagian dari super family sitokrom P450. Polimorfisme genetic pada enzim tersebut berhubungan dengan munculnya fenotip metabolism buruk (poor metabolizer/PM dan intermediate metabolizer/IMs ) yang mempunyai kemampuan yang buruk dalam memetabolisme obat-obatan yang menjadi substratnya. Telah dilakukan analisis genotipe dan fenotipe menggunakan PCR-RFLP dan bioanalisis kadar omreprazole pada 30 orang subjek penelitian dari etnis Melayu yang tinggal di Sumatera Selatan. Marker yang digunakan untuk menilai adanya polimorfisme pada gen CYP2C19 adalah dua situspolimorfik yaitu ekson 5 (CYP2C19*2) dan ekson 4 (CYP2C19*3). Pita-pita DNA berukuran 321 bp untuk ekson 5 dan 271 bp untuk ekson 4 akan dihasilkan setelah amplifikasi DNA dengan metode PCR pada kondisi denaturasi selama 5 menit pada suhu 95o C; dilanjutkan dengan 60 detik pada suhu 95o C, 60 detik pada suhu 53o C dan 60 detik pada suhu 72o C sebanyak 30 siklus; serta polimerisasi akhir selama 5 menit pada 72o C. Selanjutnya dilakukan pemotongan DNA menggunakan enzim restriksi endonuklease SmaI (CYP2C19*2) pada suhu 30o C dan BamHI (CYP2C19*3) dengan inkubasi pada suhu 37o C selama 3jam. Bioanalisis kadar omeprazole dalam darah dengan LC-MS. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya polimorfisme pada kedua situs akan menghilangkan situs pemotongan enzim SmaIdan BamHI. Hasil penelitian menunjukkan 46,7% populasi Melayu Sumatera Selatan tergolong sebagai PM yang terdiri atas 13,3% homozigot mutandan 33,4% heterozigot mutan. Tingginya fenotip PM enzim CYP2C19 pada etnis Melayu di Sumatera Selatan diprediksi akan mempengaruhi metabolisme obat-obatan yang menjadi substrat. Akan tetapi, berdasarkan analisa korelasi spearman, nilaikorelasi 0,035 dengan p = 0,875. Hal ini berarti bahwa antara polimorfisme gen CYP2C19 dan kadar omeprazole dalam darah terdapat korelasi lemah dan tidak bermakna. Hasil penelitian ini memberikan gambaran polimorfisme genetik yang tinggi pasien sindrom dispepsia dari populasi Melayu, yaitu hampir setengah dari subjek penelitian (46,7%).Terdapat korelasi yang lemah dan tidak bermakna antara polimorfisme dan kadar omeprazole. Kata kunci: Polimorfisme, CYP2C19, etnis Melayu Abstract Cytochrome P450 2C19 (CYP2C19) is an enzyme complex that plays a role in the metabolism of several drugs and is part of the super family of cytochrome P450. Genetic polymorphisms in these enzymes are associated with the emergence of poor metabolic phenotypes (poor metabolizers / PMs and intermediate metabolizers / IMs) that have a poor ability to metabolize the drugs that become substrates. Genotypes and phenotypes were analyzed using PCR- RFLP and bio-analysis of omeprazole levels in 30 subjects from ethnic Malay living in South Sumatra. Markers used to assess the presence of polymorphisms in the CYP2C19 gene are two polymorphic sites of exon 5 (CYP2C19 * 2) and exon 4 (CYP2C19 * 3). 321 bp DNA bands for exon 5 and 271 bp for exon 4 will be produced after DNA amplification by PCR method under denaturation for 5 min at 95oC; followed by 60 seconds at 95oC, 60sec at 53oC and 60sec at 72oC for 30 cycles; as well as the final polymerization for 5 minutes at 72 ° C. Furthermore, DNA cutting was done using the restriction enzyme endonuclease SmaI (CYP2C19 * 2) at 30oC and BamHI (CYP2C19 * 3) with incubation at 37oC for 3 hours. Bioanalysis of omeprazole levels in the blood with LC-MS. The results of this study indicate the presence of polymorphisms on both sites will eliminate the enzyme sites SmaI and BamHI. The results showed that 46.7% of South Sumatran Malay populations were classified as PM consisting of 13.3% homozygous mutandan mutant 33.4% heterozygotes. The high phenotype of PM enzyme CYP2C19 in ethnic Malays in South Sumatra predicted to influence metabolism of drugs become substrates. However, based on spearman correlation analysis, the correlation
  • 2. Sriwijaya Journal of Medicine, Volume 1 No. 2, April 2018, hal 108-114 109 value was 0.035 with p = 0.875. This means that between the CYP2C19 gene polymorphism and the omeprazole levels in the blood there is a weak and meaningless correlation. The results of this study provide an overview of the high genetic polymorphisms of dyspepsia syndrome patients from the Malay population, ie almost half of the study subjects (46.7%). There is a weak and insignificant correlation between polymorphism and omeprazole levels. Keywords : Polimorfisme, CYP2C19, etnis Melayu 1. Pendahuluan Salah satu masalah dalam terapi menggunakan obat yang dihadapi dokter di dalam praktek sehari-hari adalah adanya ketidakseragaman respon yang diperlihatkan penderita terhadap pemberian obat. Obat dengan jenis dan dosis yang sama bila diberikan pada sekelompok penderita dengan jenis dan berat penyakit yang sama biasanya hanya memberikan efek terapi pada sebagaian penderita saja. Pada penderita lainnya mungkin tidak memperlihatkan efek sama sekali atau dapat mengalami efek toksik sehingga filosofi “one-dose-fits-all” tidak tepat lagi digunakan sebagai dasar terapi. Sebenarnya banyak faktor yang mempengaruhi respon obat dalam suatu tindakan terapeutik. Faktor-faktor yang akan mempengaruhi profil farmakokinetik dan farmakodinamik suatu obat tentu dapat mempengaruhi respon suatu terapi obat. Kemampuan memetabolisme obat adalah salah satu faktor yang dominan dalam mempengaruhi efikasi dan safety suatu pengobatan. Adany avariasi respon ini dapat bersifat individu dan cenderung mengelompok dalam suatu populasi. Dalam suatu populasi, kemampuan memetabolisme obat terbagi dalam dua kelompok yaitu extensive metabolizer (EM) yang mampu memetabolisme obat dengan baik dan kelompok poor metabolizer (PM) yang lambat atau kehilangan kemampuan metabolisme suatu obat. Dewasa ini diketahui bahwa salah satu factor penting yang menyebabkan terjadinya fenomena tersebut adalah adanya perbedaan kemampuan antar-individu dalam memetabolisme obat yang mengakibatkan terjadinya perbedaan yang besar pada kadar obat pada kondisi steady state dalam plasma antar rindividu (Ingelmam-Sundberget al, 2007). Variasi respon obat yang besar antar- individu merupakan paduan pengaruh factor genetik dan lingkungan (penyakit, polusi, nutrisi, dll). MenurutNebert (1997), factor genetic mempunyai pengaruh lebih besar dibandingkan factor lingkungan. Faktor genetic ini dapat dikendalikan oleh gen tunggal (monogenik) atau beberapa gen (poligenik). Bila kemampuan untuk memetabolisme obat dikendalikan oleh satu gen maka pada populasi penyebaran akan menghasilkan gambaran bimodus atau trimodus, sedangkan pada poligen akan membentuk distribusi satu modus (unimodus). Suatu xenobiotic bila masuk ke dalam tubuh akan dimetabolisme dan ditransformasi menjadi metabolit yang aktif melalui dua fase. Enzim oksidase utama yang terlibat dalam biotransformasi fase pertama ini adalah cytochrome P450 (CYP) mixed-function monooxygenase, suatu super family enzim yang paling banyak dijumpai pada sel hati. Salah satu isoform enzim ini adalah CYP2C19 yang dapat mengoksidasi senyawa obat yang bersifat basa, basa, atau netral1 . Beberapa obat yang secara klinik sering digunakan dimetabolisme oleh enzim ini antara lain proguanil, diazepam, omeprazole, propanololdan beberapa antidepressant (Bertilsson,1995). Enzim CYP2C19 sejauh ini telah banyak diteliti dan beberapa polimorfisme pada gen yang menyandinya telah pula berhasil diidentifikasi. Polimorfisme genetic didefinisikan sebagai adanya alel varian yang lebih dari satu persen dalam suatu populasi. Polimorfisme pada suatu gen didapatkan selama perkembangan evolusi melalui berbagai
  • 3. 110 Sriwijaya Journal of Medicine, Volume 1 No. 2, April 2018, hal 108-114 kejadian seperti mutasi titik (missense, nonsense atau frameshift), konversi gen, delesi dan insersi (Nebert, 1997) sebagai respon genetik terhadap pengaruh lingkungan. Polimorfismegenetikpada gen CYP2C19 pada populasi telah menyebabkan ditemukannya dua fenotip berbeda terhadap aktivitas enzim CYP2C19 yaitu kelompok extensive metabolizer (EM) yang normal danpoor metabolizer (PM) yang mengalami defek pada aktivitas enzim ini. Fenomena ini pertama kali dilaporkan oleh Kupfer dan Preisig (1984) yang menemukan adanya perbedaan kemampuan metabolisme obat antikonvulsan S-mephenytoin dalam suatu populasi. Penelitian berbasiskan populasi memperlihatkan adanya variasi frekwensi PM yang signifikan antar etnis dan antar ras. Pada populasi kaukasia Eropah menunjukkan frekwensi PM 3-6% (Jurima et al, 1985)sedangkan pada Asia Timur ditemukan 13-23% ( de Morais et al, 1995). Fenotip PM disebabkan adanya mutasi basa tunggal pada gen CYP2C19 yaitu G681A pada ekson 5 (CYP2C19*2 atau CYP2C19m1) and G636A pada ekson 4 (CYP2C19*3 atau CYP2C19m2) (Daly et al, 1996). Kombinasi kedua alel ini akan menyebabkan munculnya fenotip PM (*2/*2; *2/*3; and*3/*3) (Kaneko et al, 1999). Pada populasi, gambaran ketiga alel tersebut dapat dijumpai (Ibeanu et al, 1998a,b), dengan alel CYP2C19*2 dan CYP2C19*3 dijumpai lebih dari 99% pada kelompok PM Asia (Goldstein, 1997). Penelitian sebelumnya menemukan bahwa semua individu dengan paling tidak memiliki satu alel wild type (CYP2C19*1) tergolong sebagai extensive metabolizer (EM) (de Morrais 1998a,b). Selanjutnya diketahui bahwa terdapat sedikit perbedaan kemampuan memetabolisme antara kelompok yang hanya memiliki satu jenis alel CYP2C19*1 saja (homozygous extensive metabolizer/hmEMs: *1/*1) dan kelompok (heterozygous extensive metabolizer/htEMs: *1/*2 and *1/*3) (Kaneko, 1999) walaupun sama-sama tergolong sebagai EM. Walaupun demikian, pada penelitian ini seleksi subyek penelitian tidak didasari pertimbangan asal suku yang diteliti. 2. Metode Sampel penelitian diperoleh dari sukarelawan yang terdiri dari pasien sindroma dispepsia RS Muhammadiyah Palembang yang berasal dari suku-suku Melayu yang ada di Sumatera Selatan. Sampel dikumpulkan setelah dilakukan prosedur informed consent. Pasien diminta meminum 20 mg Omeprazole, kemudian 2.3 jam setelahnya dilakukan pengambilan sample darah. Sample dibagi ke dalam 2 tabung EDTA, tabung EDTA pertama sebanyak 1 ml darah perifer diperuntukkan analisis PCR-RFLP dan tabung EDTA sebanyak 5 ml diperuntukkan untuk analisa kadar omeprazole dengan LC-MS. Darah 5 ml di sentrifugasi dengan 5000 Rpm selama 10 menit. Kemudian ambil superntannya dan dimasukan di 3 mikrotube untuk dianalisis untuk dapatkan kadar omeprazole tiap pasien. Genomic DNA diisolasi dari darah perifer dengan menggunakan Wizard® Genomic DNA Purification Kit (Promega). Deteksi adanya suatu polimorfisme dilakukan dengan metode PCR-RFLP berdasarkan Goldstein and Blaisdell (1996) dengan sedikit modifikasi. Amplifikasi DNA dilakukan dengan sepasang oligonucleotide primer 5’- CAGAGCTTGGCATATTGTATC-3’ and 5’- GTAAACACACAACTAGTCAATG-3’ sebagai forward dan reverse primer mengamplifikasi ekson-5 (CYP2C19m1). Setelah reaksi amplifikasi PCR, fragmen DNA didigesti dengan enzim restriksi SmaI pada suhu 30o C selama 3 jam kemudian dielektroforesis pada agarosa konsentrasi 4%. Prosedur genotyping untuk identifikasidefek CYP2C19m2 dilakukan amplifikasi PCR daerah antara intron-3 dan intron-4 menggunakan oligonucleotida spesifik 5’- AAATTGTTTCCAATCATTTAGCT-3’ dan 5’-ACTTCAGGGCTTGGTCAATA-3’ sebagai primer forward dan reverse. Amplikon selanjutnya diinkubasi dengan enzim restriksi
  • 4. Sriwijaya Journal of Medicine, Volume 1 No. 2, April 2018, hal 108-114 111 BamHI pada suhu 37o C selama 3 jam dan dianalisis dengan elektroforesis gel. 3. Hasil dan Pembahasan Pada penelitian ini didapatkan distribusi genotip CYP2C19*2 wt/wt : wt/m1 : m1/m1 yaitu 56,7% : 30% : 13,3% dan distribusi frekuensi alel wt : m1 adalah 71,7% : 28,3%. Sedangkan distribusi genotip CYP2C19*3 wt/wt : wt/m1 : m1/m1 yaitu 96,7% : 3,3% : 0% dan distribusi frekuensi alel wt : m1 adalah 78,3% : 1,7%. Gambar 1. Hasil elektroforesis gen CYP2C19*2 setelah direstriksi menggunakan enzim SmaI. Marker = DNA penanda, Genotip m1/m1 pada jalur 4 dan 15. Genotip wt/m1 pada jalur 3 dan 6, dan wt/wt pada jalur 1,2,5,7- 13. Gambar 2. Hasil elektroforesis gen CYP2C19*3 setelah direstriksi menggunakan enzim BamHI. Marker = DNA penanda, Genotip wt/m2 pada jalur 7, dan wt/wt pada jalur 1-6 ,8-13. Sehingga didapatkan genotype keseluruhan (CYP2C19*2 dan *3) untuk prevalensi homozygous Extensive metabolizers (EMs), heterozygous Intermediate metabolizers (IMs) dan homozygous Poor metabolizers (PMs) masing-masing 53,3%, 33,4 % and 13,3%. Yang artinya, hamper setengah dari jumlah subjek penelitian (46,7%) terdapat polimorfisme gen CYP2C19. Hasil penelitian ini tidak jauh berbeda jauh dengan frekwensi PM enzim CYP2C19 pada populasi dan berbeda jauh dengan ras kaukasia (Goldstein et al, 1997). Penelitian Aljenoobi et al 2013 di Saudi Arabia menunjukkan polimorfisme CYP2C19*2 sebesar 8,2% dari populasi penelitian, dan tidak ditemukan polimorfisme CYP2C19*3. Penelitian Chonlapat et al 2013 di Thailand menunjukkan Alel m1 (*2) sebesar 27% dan Alel m2 (*3) sebesar 6%. Dengan pasien CYP2C19*2 sebagai IMs sebesar 35,1%, dan 7,32% PMs, pada CYP2C19*3 Ims sebesar 6,85% dan PMs sebesar 1%. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa prevalensi polimorfisme gen CYP2C19*2 lebih besar dari pada CYP2C19*3. Walaupun sejalan dengan
  • 5. 112 Sriwijaya Journal of Medicine, Volume 1 No. 2, April 2018, hal 108-114 penelitian yang ada mengenai prevalensi yang tinggi dari CYP2C19*2 pada populasi Asia yang diperkirakan 30%, akan tetapi perkiraan 70-80% diantaranya adalah alel PM tidak sejalan dengan penelitian ini. Secara global diyakini genotype CYP2C19 * 2 dan CYP2C19 * 3 alel lebih sering pada orang Asia (30,26% dan 6,89%, masing-masing). Distribusi frekuensi varian genetic ini bersifat population-specific dan hasil penelitian ini hanya spesifik untuk populasi Sumatera Selatan. Hal ini dapat disebabkan oleh lingkungan yang berbeda dan factor seleksi alam sehingga terjadi adaptasi genetik yang bersifats pesifik untuk populasi tertentu. Hal ini juga diduga akibat dari proses pergeseran genetik di kepulauan pasifik. Mengenai fenotipe metabolisme CYP2C19, metabolisme yang buruk (PMS) lebih sering di antara orang Asia dibandingkan di Eropa. Dengan demikian, dapat disimpulkan salah satu penyebab perbedaan frekuensi pada penelitian ini dengan penelitian terdahulu kemungkinan karena pengaruh perbedaan etnis. Gambar 3. Bionalisis Omeprazole Pada Subjek Penelitian Pada penelitian ini, dari hasil HPLC, dimana rerata omeprazole pada penelitian ini antara Ems : Ims : PMs adalah 1,01 ; 1 ; 1,63 ( 143,26 : 121,89 : 199,06 ng/ml). Berdasarkan nilai tersebut, terdapat pola bahwa kadar omeprazole pada PMs sesuai dengan dugaan fenotipe, lebih besar dibanding Ems dan Ims. Akan tetapi berdasarkan uji korelasi spearman, nilai korelasi 0,035 dengan p = 0,875. Hal ini berarti bahwa antara polimorfisme gen CYP2C19 dan kadar omeprazole dalam darah terdapat korelasi lemah dan tidak bermakna. Hal ini tidak sejalan dengan penelitian- penelitian sebelumnya, salah satunya Chang et
  • 6. Sriwijaya Journal of Medicine, Volume 1 No. 2, April 2018, hal 108-114 113 al 2014 yang menyatakan bahwa, terdapat korelasi antara polimorfisme gen CYP2C19 dan kadar omeprazole. Pada penelitian ini didapatkan beberapa temuan baru, yaitu (1) Frekuensi genotipe CYP2C19 *2 pada pasien sindroma dispepsia dari etnis melayu sumatera selatan lebih tinggi (46,7%) daripada rerata orang Asia (30,26% ). (2) Terdapat pasien dengan genotipe PMs, yang seharusnya memiliki kadar omeprazole yang tinggi terdapat satu pasien memiliki kadar yang sangat rendah, yaitu 10,99 ng/ml. 4. Simpulan Data tentang adanya variasi genotip dan fenotip antar etnik pada enzim yang berperan dalam metabolisme obat sangatlah penting untuk memprediksi manfaat atau efek samping yang dapat terjadi dalam suatu tindakan terapeutik. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa polimorfisme gen CYP2C19 terjadi pada 46,7% subjek penelitian dam terdapat korelasi yang lemah dan tidak bermakna antara polimorfisme dan kadar omeprazole Oleh karena itu, perlu adanya penelitian lebih lanjut mengapa genotipe polimorfisme CYP2C19 tidak muncul secara fenotipe, terutama pada kasus-kasus pasien dengan PMs tetapi kadar omeprazolenya sangat rendah Daftar Acuan 1. Sudoyo, Aru W. 2010. BukuAjarIlmuPenyakitDalamJilid I. Interna Publishing. Jakarta, Indonesia. 2. Djojodiningrat, Dharmika. 2010. DispepsiaFungsional. Dalam :Aru W. Sudoyo, dkk (Editor). BukuAjarPenyakitDalamJilid I. Interna Publishing. Jakarta, Indonesia. 3. Talley NJ. 1997. What Role Does Helicobacter Pylori Play Innon-Ulcer Dyspepsia. Gastroenterology. 4. Tack J. 2004. Pathophysiology And Treatment Of Functional Dyspepsia. Gastroenterology. 5. Jiande Chen, University Of Texas Medical Brcanch, Galveston, TX, Genging Song, Veteran Research And Educational Foundation VA Medical Center, Oklahoma City, OK. 2012. Spinal Cord Electrical Stimulation For Visceral Hypersensitivity In Rats With Functional Dyspepsia. North American Neuromodulation Society; 50. 6. Greydanus MP. 1991. Neurohormonal Factors In Functional Dyspepsia. Gastroenterology. 7. Cavalho RV, Lorena SL, Almeida JR, Mesquita MA. 2010. Food Intolerance,DietCompotion, And Eating Patterns In Functional Dyspepsia Patients. Dig. Dis. Sci. 8. Arisawa T. 2012. Tomomitsi T, Fukuyama T et al. Genetic Polymorphism of Pri-microRNA 325, Targeting SLC6A43’-UTR, is Closely Associated with the Risk of Functional Dyspepsia in Japan. J Gastroenterol. 9. Ingelman-Sundberg M, Sim SC, Gomez A AND Rodriguez-Antona C. Influence of Cytochrome P450 enzymes polymorphismsm on drug therapies pharmacogenetic, pharmadoepigenetic and clinical aspects. ParmacolTher 2007, 116:496-526 10. Nebert DW. Polymorphisms in drug- metabolizing enzymes: what is their clinical relevance and why do they exist. Am J Hum Genet 1997; 60:265-271 11. Katzung B. G., Masters S. B. Trevor A. J. Basic and Clinical Pharmacology 12th ed. Lange. Singapore; 2012 12. Lee SJ, Kim WY, Kim H, Shon JH, Lee SS, and Shin JG. Identification of New CYP2C19 Variants Exhibiting Decreased Enzyme Activity in Metabolism of S- Mephenytoin and Omeprazole. Drug MetabDispos 2009; 37: 2262-2269 13. Gonzales MH, Romero EM, Peregrina AA, et al. CYP2C19- and CYP3A4- Dependent Omeprazole Metabolism in West Mexicans. J ClinPharmacol 2003; 43: 1211-1215
  • 7. 114 Sriwijaya Journal of Medicine, Volume 1 No. 2, April 2018, hal 108-114 14. Sundberg MI. Pharmacogenetics of Cytochrome P450 and Its Applications In Drug Therapy: The Past, Present, dan Future. TRENDS in Pharmacological Sciences 2004; Vol .25: 4 15. Daly AK, Brockmoller J, Broly F, Eichelbaum M, Evans WE, Gonzales FJ, et al. Nomenclature for human CYP2D6. Pharmacogenetics 1996; 6:193-201 16. de Morais SMF, Goldstein JA, Xie HG, Huang SL, Lu YQ, Xia H, et al. Genetic analysis of S-mephenytoin polymorphism in a Chinese population. Clin Pharmacol Ther 1995; 58:404-411 17. Dai ZL, Chen H, Wu XY. Relationship between cytochrome P450 2C19*17 genotype distribution platelet aggregation and bleeding risk in patients with blood stasis syndrome of coronary artery disease treated with clopidogrel. J Integr Med 2012; 10 : 6 18. Kaneko A, Bergqvist Y, Taleo GKaneko O, Kobayakawa T, Ishizaki T, et al. Proguanil disposition and toxicity in malaria patients from Vanuatu with high frequencies of CYP2C19 mutations. Pharmacogenetics 1999; 9:317-326. 19. Ibeanu GC, Blaisdell J, Ghanayem BI, Beyeler C, Benhamou S, Bouchardy C, et al. An additional defective allele, CYP2C19*5, contributes to the S- mephenytoin poor metabolizer phenotype in Caucasians. Pharmacogenetics 1998a; 8:129-135 20. Ibeanu GC, Goldstein JA, Meyer U, Benhamou S, Bouchardy C, Dayer P, et al. Identification of new human CYP2C19 alleles (CYP2C19*6, CYP2C19*2B) in a Caucasians poor metabolizer of S- mephenytoin. J Pharmacol Exp Ther 1998b; 286:1490-1495 21. Goldstein JA, Ishizaki T, Chiba K, de Morais SM, Bell D, Krahn PM and Evan DA. Frequencies of defective CYP2C19 alleles respnsible for the mephenytoin poor metabolizer phenotype in various Oriental, Caucasian, Saudi Arabian and American Black Population. Pharmacogenetics 1997; 8:59-64.