SlideShare a Scribd company logo
1 of 14
Pertumbuhan & Perkembangan Normal
Sebagian besar pertumbuhan mata terjadi pada tahun pertama kehidupan. Perubahan
panjang aksial mata terjadi dalam 3 fase. Fase pertama (sejak lahir hingga usia 2 tahun) adalah
periode pertumbuhan yang cepat: panjang aksial meningkat kira-kira 4 mm dalam 6 bulan
pertama kehidupan dan tambahan 2 mm selama 6 bulan berikutnya. Selama fase kedua (usia 2
hingga 5 tahun) dan ketiga (usia 5 hingga 13 tahun), pertumbuhan melambat, dengan panjang
aksial meningkat sekitar 1 mm per fase.
Demikian pula, dengan pertumbuhan bola mata, diameter kornea meningkat dengan
cepat pada tahun pertama kehidupan. Diameter horizontal rata-rata kornea adalah 9,5-10,5 mm
pada bayi baru lahir dan meningkat menjadi 12,0 mm pada orang dewasa. Kornea juga mendatar
pada tahun pertama kehidupan sehingga nilai keratometri berubah secara nyata, dari sekitar
52,00 dioptri (D) saat lahir, menjadi 46,00 D pada usia 6 bulan, hingga pengukuran dewasa
sebesar 42,00–44,00 D pada usia 12 bulan. Kekeruhan kornea ringan umumnya dapat terlihat
pada bayi premature dan beberapa pada bayi sehat. Kekeruhan tersebut sembuh ketika kornea
secara bertahap menjadi lebih tipis, ketebalan sentral rata-rata 691 m yang menurun pada
kehamilan 30-32 minggu menjadi 564 m saat lahir.
Kekuatan lensamenurun dari sekitar 35,00 D saatlahir menjadi sekitar 23,00 D pada usia2 tahun.
Selanjutnya, perubahannya lebih bertahap: kekuatan lensa menurun menjadi sekitar 19,00 D
pada usia 11 tahun, dengan sedikit atau tanpa perubahan setelahnya.
Sumber : BAB 6 AAO 179-182
Keadaan refraksi mata pun ikut berubah seiring dengan bertambahnya panjang aksial
mata dan kornea serta lensa menjadi lebih rata. Secara umum, mata mengalami hiperopia saat
lahir, menjadi sedikit lebih hiperopia hingga kira-kira usia 7 tahun, dan kemudian mengalami
pergeseran miopia hinggamencapai dimensi dewasa,biasanyasekitar usia16 tahun (Gambar 15-
1). Emmetropisasi pada mata yang sedang berkembang mengacu pada adanya perubahan
kekuatan refraksi segmen anterior dan panjang aksial pada mata, sehingga mengakibatkan mata
menjadi emetropia. Pengurangan astigmatisme yang terjadi pada mata bayi dan penurunan
hiperopia yang terjadi setelah usia 6-8 tahun adalah contoh emetropisasi.
Orbit dan Adneksa Mata
Selama masa bayi dan kanak-kanak, volume orbital meningkat, dan bentuk orbital menjadi
kurang melingkar, menyerupai oval horizontal. Fossa lakrimal menjadi lebih superfisial dan sudut
yang dibentuk oleh sumbu kedua orbit menjadi kurang divergen.
Fisura palpebra berukuran sekitar 18 mm secara horizontal dan 8 mm secara vertikal saat lahir.
Pertumbuhan fisura palpebra lebih besar secara horizontal daripada vertikal, mengakibatkan
pembukaan kelopak mata menjadi kurang bulat dan memperoleh bentuk dewasa elips. Sebagian
besar pertumbuhan horizontal terjadi dalam 2 tahun pertama kehidupan. (lihat Bab 17, Gambar
17-1).
Kornea, Iris, Pupil, dan Ruang Anterior
Ketebalan kornea sentral (CCT) menurun selama 6-12 bulan pertama kehidupan Kemudian
meningkat dari sekitar 553 m pada usia 1 tahun menjadi sekitar 573 m pada usia 12 tahun dan
stabil setelahnya.
Sebagian besar perubahan warna iris terjadi selama 6-12 bulan pertama kehidupan, karena
pigmen terakumulasi dalamstroma iris dan melanosit. Dibandingkan dengan pupil orang dewasa,
pupil bayi relatif kecil. Diameter pupil kurang dari 1,8 mm atau lebih besar dari 5,4 mm
menunjukkan kelainan.
Otot ekstraokular
Otot rektus bayi lebih kecil daripada orang dewasa; penyisipan otot, pada usia rata-rata, 2,3-3,0
mm lebih sempit, dan tendon lebih tipis pada bayi daripada orang dewasa. bayi baru lahir, jarak
dari penyisipan otot rektus ke limbus kira-kira kurang dari 2 mm dari pada orang dewasa , pada
usia 6 bulan, jarak ini kurang dari 1 mm; dan pada usia 20 bulan, mirip dengan pada orang
dewasa.
Retina
Makula mengalami perkembangan yang cepat selama 4 tahun pertama kehidupan. Paling
signifikan adalah perubahan pigmentasi makula, pengembangan cincin annular dan refleks
cahaya foveal, dan diferensiasi fotoreseptor kerucut. Peningkatan ketajaman visual sebagian
disebabkan oleh perkembangan makula, khususnya, diferensiasi fotoreseptor kerucut,
penyempitan zona bebas batang, dan peningkatan kepadatan kerucut fovea. Vaskularisasi retina
dimulai pada diskus optikus pada usia kehamilan 16 minggu dan berlanjut ke retina perifer,
mencapai ora serrata temporal pada usia kehamilan 40 minggu.
Ketajaman Visual dan Stereoacuity
Peningkatan ketajaman visual pada masa bayi dan anak usia dini disebabkan oleh perkembangan
saraf serta perubahan struktural.
Dua metode utama digunakan untuk mengukur ketajaman visual pada bayi dan balita preverbal:
preferensial looking (PL) dan visual evoked potential (VEP). Studi VEP menunjukkan bahwa
ketajaman visual meningkat dari sekitar 20/400 pada bayi baru lahir menjadi 20/20 pada usia 6-
7 bulan. Namun, studi PL memperkirakan ketajaman visual bayi baru lahir menjadi 20/600,
meningkat menjadi 20/120 pada usia 3 bulan dan menjadi 20/60 pada 6 bulan. Selanjutnya,
pengujian PL menunjukkan bahwa ketajaman visual 20/20 tidak tercapai sampai usia 3-5 tahun.
Perbedaan antara pengukuran yang diperoleh dengan 2 metode ini mungkin terkait dengan
pemrosesan kortikal yang lebih tinggi yang diperlukan untuk PL dibandingkan dengan VEP.
Stereoacuity mencapai 60 detik busur sekitar usia 5-6 bulan.
AAO BAB 6 179-183
FISIOLOGI PENGLIHATAN MANUSIA
Sistemvisualmeliputi pengambilan informasi dari luar dalam bentuk cahayaserta analisis
dan intepretasi informasi visual. Proses penglihatan dan persepsi visual ini melibatkan sistem
struktur yang kompleks, yang masing-masing dirancang untuk tujuan tertentu. Rangkaian proses
penglihatan meliputi masuknya cahaya pada media refraksi, fototransduksi, pengiriman impuls
melalui jaras penglihatan, serta intepretasi dan persepsi visual oleh korteks visual.1,8,9
2.1 Media Refraksi
Komponen optik mata yang berperan sebagai media refraksi adalah kornea, humor akuos, lensa,
dan badan vitreus. Cahaya yang masuk ke dalam mata mengalami pembiasan melewati media
refraksi pada aksis visual,laluditangkapoleh sel fotoreseptor retina. Aksis visualmerupakan garis
yang menghubungkan antara fovea sentralis retina dengan bagian anterior dari kornea,
sedangkan aksis optik adalah garis yang menghubungkan antara poros anterior dengan poros
posterior.1,8,12
Apeks pada permukaan anterior kornea memberikan kekuatan refraksi terbesar. Permukaan
kornea memiliki kelengkungan 7,7 mm pada bagian anterior dan 6,9 mm pada bagian posterior.
Pertemuan antara udara dan air mata pada permukaan kornea membentuk kekuatan lensa
positif 43 dioptri dan merupakan elemen media refraksi utama pada mata.9,11,12
Kekuatan refraksi lensa memiliki kekuatan mencapai 20 dioptri dengan indeks refraksi 1,36 pada
bagian perifer dan 1,4 pada bagian sentral. Lensa mata berakomodasi melalui kontraksi otot
siliaris yang melepaskan regangan zonula sehingga lensa membulat ketika melihat objek dekat.
Otot siliaris akan relaksasi dan lensa mendatar untuk penglihatan jauh. Badan vitreus adalah gel
transparan dengan kandungan air 98% dan indeks refraksi 1,33 yang sama dengan indeks refraksi
pada humor akuos. Vitreus meneruskan cahaya yang ditangkap menuju retina, serta sebagai
tempat penyimpanan substansi kimia yang berperan dalam metabolisme retina. 1,9,12
2.2 Fototransduksi
Retina memiliki dua tipe sel fotoreseptor, yaitu sel kerucut dan sel batang. Fotoreseptor sel
batang dan sel kerucut memiliki perbedaan morfologi, pigmen, dan distribusi pada retina.
Masing-masing selfotoreseptor tersusun atas segmenluar, segmen dalam, dan badan sel. Bentuk
segmen luar fotoreseptor kerucut meruncing, sedangkan fotoreseptor sel batang tidak
meruncing. Segmen luar tersusun atas 600- 1000 diskus yang mengandung fotopigmen, enzim,
dan protein yang terlibat dalam fototransduksi, yaitu opsin, rodopsin, transdusin,
phosphodiesterase (PDE), dan kromofor 11-cis-retinal. 8,13,16
Fototransduksi merupakan proses penangkapan cahaya oleh fotoreseptor retina untuk diubah
menjadi impuls saraf. Foton yang diterima menyebabkan perubahan konformasional pada
fotopigmen, memicu terjadinya kaskade reaksi kimia yang mengubah energi elektromagnetik
menjadi stimulus elektrik. Fotoreseptor sel kerucut sensitif terhadap cahaya terang, terutama
pada siang hari (fotopik). Fotoreseptor sel batang sensitif terhadap cahaya redup (skotopik).
Proses fototransduksi terjadi di membran diskus segmen luar sel fotoreseptor.13-15
Penangkapan cahaya oleh rodopsin pada segmen luar fotoreseptor menyebabkan isomerasi
ikatan ganda 11-cis-retinal menjadi all-trans-retinal sehingga molekul opsin akan mengalami
perubahan konfigurasi menjadi fase aktif, yaitu metarodopsin II. Rodopsin aktif akan memulai
reaksi yang memberikan aliran masuk kation ke segmen luar sel batang, melalui kanal cyclic
guanosine monophosphate (cGMP). Rodopsin akan mengaktifkan molekul kedua yaitu
transdusin. Satu molekul rodopsin dapat mengaktifkan hingga 100 transdusin. Transdusin yang
telah aktif akan memberikan sinyal pada protein ketiga, yaitu rod phosphodiesterase (rod PDE).
Rod PDE akan menyebabkan terjadinya hidrolisis cGMP menjadi 5’noncyclic-GMP. 1,9,16
Penurunan cGMP menyebabkan kanal ion tertutup dan menghentikan aliran masuk Na+ dan
Ca2+ sehingga sel fotoreseptor mengalami hiperpolarisasi. Hiperpolarisasi sel fotoreseptor
menyebabkan pelepasan glutamat terhenti dari terminal sinaps. Penurunan kadar glutamat
memicu sel bipolar-off hiperpolarisasi dan sel bipolar-on depolarisasi. Seluruh sel batang akan
bersinaps dengan sel bipolar-on. Sel kerucut akan bersinaps dengan sel bipolar-off dan sel
bipolar-on. Sel bipolar akan meneruskan impuls saraf menuju sel ganglion retina. 8,12,16
2.3 Jaras Penglihatan
Jaras penglihatan merupakan rangkaian proses pengiriman informasi visual yang terdapat pada
impuls saraf menuju korteks visual. Retina meneruskan impuls saraf ke saraf optik, kiasma optik,
traktus optik, badan genikulatum lateralis, radiasi optik hingga korteks visual. Korteks visual
terdiri dari area korteks visual primer dan sekunder. Area lain yang berhubungan dengan
penglihatan adalah area korteks frontal. 1,8
Sel ganglion retina menerima impuls saraf dari sel bipolar, kemudian sebanyak 1-1,2 juta serabut
saraf sel ganglion bersatu menuju diskus optik dan melewati lamina kribosa memasuki rongga
orbita. Serabut saraf bagian nasal retina tersusun dalam pola radial sederhana. Serabut saraf
bagian temporal membentuk berkas papilomakular yang menuju langsung ke diskus. Serabut
paling medial merupakan serabut retina bagian nasal, sedangkan area lateral mewakili serabut
temporal. Serabut makula yang menyusun sepertiga dari serabut saraf optik, terletak pada
bagian lateral. Serabut retina nasal berdekusasi pada kiasma optik dan memasuki traktus optik
kontralateral. Serabut saraf akan sedikit melengkung pada area knee of Wilbrand sebelum
berdekusasi ke kontralateral. Serabut saraf retina temporal memasuki traktus optik secara
ipsilateral.8,12,16
Korpus genikulatum lateralis terletak di posterior talamus dan terdiri dari enam lapisan. Empat
lapis bagian superior merupakan terminal dari akson neuron parvoselular, sedangkan dua lapis
bagian inferior merupakan terminal dari akson neuron magnoselular. Jalur magnoselular
berkaitan dengan persepsi gerak dan kedalaman. Jalur parvoselular berhubungan dengan fungsi
spasial dan persepsi warna. Serabut saraf retina bagian perifer akan berakhir di bagian anterior.
Serabut saraf kuadran atas retina berakhir di sisi medial. Serabut saraf kuadran makula berakhir
di tengah dan posterior nukleus. Akson yang berasal dari serabut saraf kontralateral akan
berakhir di lapisanke-1, 4, dan 6, sedangkanakson yang berasaldari serabut sarafipsilateralakan
berterminasi pada lapisan ke-2, 3, dan 5. Impuls saraf kemudian akan diteruskan melalui radiasi
optik menuju korteks area visual primer.8,13,16
2.4 Korteks Visual
Korteks visualterbagi menjadi area visualprimer (Broadmann’s area 17) dan areavisualsekunder
(Broadmann’s area 18 dan 19). Area visual primer terletak di bagian superior dan inferior sulkus
kalkarin korteks oksipital, memanjang ke anterior hingga sulkus parieto-oksipital. Setiap sisi area
visual primer menerima serabut aferen dari bagian temporal sisi ipsilateral dan bagian nasal sisi
kontralateral. Lapang pandang kanan direpresentasikan pada hemisfer serebral kiri, dan lapang
pandang kiri pada hemisfer serebral kanan. Serabut saraf dari retina kuadran superior yang
merepresentasikan lapang pandang inferior menuju ke superior sulkus kalkarin. Serabut saraf
dari retina kuadran inferior yang merepresentasikan lapang pandang superior, menuju ke inferior
sulkus kalkarin. Bagian posterior area visual primer merepresentasikan bagian makula lutea.
12,15,16,17
Area visualsekunder (Broadmann areea 18) terletak berdekatan dengan area visualprimer. Area
ini tidak memiliki striata dan secarahistologis menunjukkan enam lapisan.Area asosiasisekunder
menerima impuls saraf dari area visual primer (V1) dan badan genikulatum lateralis. Fungsi area
visual sekunder adalah menghubungkan dan menganalisis informasi visual yang diterima oleh
area visual primer. Informasi yang dianalisis memungkinkan individu untuk mengenali dan
mengapresiasikan apa yang dilihat, seperti warna, bentuk, pergerakan, dan disparitas binokular.
Area visual sekunder meliputi area visual 2 (V2), area visual 3 (V3), area visual 4 (V4), dan area
temporal tengah atau disebut juga area visual 5 (V5) .8,13,14,16
Area V2 menerima informasi dari area visual primer V1 dan mengatur informasi ke area visual
sekunder lainnya. Informasi visual akan diproyeksikan ke dua jalur yaitu jalur ventral (what
pathway) dan jalur dorsal (where pathway). Jalur ventral membawa informasi bentuk, warna,
dan pengenalan objek melalui V4 menuju korteks temporal. Jalur dorsal membawa informasi
arah dan pergerakan melalui V3 dan V5 menuju korteks parietal. Area pada V5 terdiri dari neuron
selektif yang berorientasi pada arah dan kecepatan pergerakan objek, disparitas binokuler, serta
kontras gerak. Area V3 terlibat dalam pengenalan informasi warna, orientasi, pergerakan, dan
sterosepsis. Area V4 terlibat dalam pengenalan objek dan sensitivitas warna.13,14,18
Visual Acuity
Visual acuity adalah pengukuran secara angular yang berkaitan dengan jarak pemeriksaan
untuk melihat ukuran obyek minimal pada jarak tertentu. Hal ini merupakan kemampuan untuk
membedakan dua stimulus yang terpisah dalam ruang dengan latar belakang kontras yang
tinggi.19
Terdapat beberapa cara untuk mengukur fungsi visual. Berikut ini adalah definisi beberapa
istilah yang digunakan dalam pengukuran fungsi visual:
• Minimumlegiblethreshold:
Titik di mana kemampuan visual pasien tidak dapat lagi membedakan huruf atau bentuk yang
semakin kecil satu sama lain; Ketajaman visual Snellen adalah metode yang paling umum untuk
menentukan ambang batas ini
• Minimum visible threshold
Kontras minimum dari target di mana pasien dapat membedakan target dari latar belakang
• Minimumseparablethreshold
Sudut visual terkecil yang dibentuk oleh mata dan 2 objek terpisah di mana pasien dapat
membedakannya satu per satu
• Vernieracuity
Jumlah ketidaksejajaran terkecil yang dapat dideteksi dari 2 segmen garis
Snellen visual acuity diukur dengan menggunakan huruf atau target serupa (optotipe) yang
dibuat sedemikian rupa sehingga setiap optotype secara keseluruhan 5 kali lebih besar dari
goresan atau celah individu yang membentuk optotipe (misalnya, garis horizontal, dan jarak
antara mereka, dari huruf E, atau celah yang membedakan lingkaran dari huruf C). Huruf-huruf
dengan ukuran berbeda ditentukan oleh jarak di mana huruf itu membentuk sudut 5 arcmin (Gbr
3-5). Bagan Snellen dirancang untuk mengukur ketajaman visual dalam istilah sudut. Namun,
konvensi yang diterima tidak menentukan ketajaman visual dalam ukuran sudut; sebagai
gantinya, pada Snellen chart menggunakan notasi di mana pembilangnya adalah jarak pengujian
(dalam kaki atau meter) dan penyebutnya adalah jarak di mana sebuah huruf membentuk sudut
visual standar 5 arcmin. Jadi, pada garis 20/20 (6/6 dalam meter), huruf membentuk sudut 5
arcmin jika dilihat dari jarak 20 kaki.20
Pada ruang pemeriksaan dengan jarak yang lebih dekat dari 20 kaki (6 m), cermin dapat digunakan
untuk meningkatkan jarak pandang. Pada baris 20/40 (6/12), huruf-huruf tersebut membentuk
sudut 10 arcmin jika dilihat dari jarak 20 kaki, atau 5 arcmin jika dilihat dari jarak 40 kaki. Angka
"40" pada huruf 20/40 (atau "12 ” dalam huruf 6/12) mengacu pada jarak pandang di mana huruf
ini membentuk sudut visual “normal” sebesar 5 arcmin. Tabel 3-2 mencantumkan konversi
pengukuran ketajaman visual untuk berbagai metode yang digunakan fraksi Snellen, notasi
desimal (Visus), sudut visual dalam menit busur, dan logaritma basis-10 dari sudut resolusi
minimum (logMAR). LogMAR berguna untuk rata-rata hasil beberapa pengukuran ketajaman
visual Snellen. 20
Meskipun sudah digunakan secara luas, penggunaan Snellen chart umunya tidak sepenuhnya baik.
Huruf-huruf pada garis Snellen yang berbeda tidak terkait satu sama lain berdasarkan ukuran
dalam segi geometris ataupun logaritma. Misalnya, peningkatan ukuran huruf dari baris 20/20 ke
garis 20/25 (peningkatan 25%) berbeda dari peningkatan dari garis 20/25 ke garis 20/30
(peningkatan 20%). Selain itu, pada huruf tertentu (seperti C, D, O, dan G) pada dasarnya lebih
sulit untuk dikenali atau dibedakan daripada yang lain (seperti A dan J). Oleh karena itu, grafik
ketajaman visual alternatif telah dikembangkan dan dipopulerkan dalam uji klinis berkualitas
tinggi (misalnya, Studi Retinopati Diabetik Pengobatan Dini [ETDRS] atau grafik Bailey-Lovie)
(Gambar 3-6). Bagan ini menampilkan pilihan optotipe yang cermat, proporsional yang
(logaritmik) perkembangan ukuran optotipe dari baris ke baris, dan jumlah optotipe yang sama
pada setiap baris. Perangkat ketajaman berbasis komputer yang menampilkan optotipe pada layar
monitor juga menjadi populer karena memungkinkan penyajian berbagai macam optotipe secara
acak dan pengacakan huruf, sehingga menyeingkirkan kemungkinan pasien menghafal huruf-
huruf tersebut. 20
Bagan mata Snellen asli menggunakan huruf font tipografi biasa dengan berbagai ukuran.
Pemilihan font yang sederhana lebih digemari shinggal lebih gampang untuk dikenali. Satu set
huruf standar dalam font sans-serif, yang dikenal sebagai Sloan Letters (C, D, H, K, N, O, R, S,
V, dan Z) adalah huruf-huruf yang biasanya digunakan. (Perhatikan bahwa huruf E bukan huruf
Sloan.) Optotipe alternatif tersedia untuk pasien dengan kebutuhan khusus (Gbr 3-6 B–E).
Optotipe Tumbling E dan Landolt C cocok untuk pasien yang belum bisa membaca. HOTV subset
4 huruf dapat digunakan dengan sampel referensi untuk memungkinkan pasien menunjuk ke
optotipe yang mereka lihat, bahkan jika mereka tidak dapat menyebutkan nama hurufnya. Bagan
gambar sering kali berguna untuk anak kecil. Simbol Lea yang dikalibrasi dengan teliti (lingkaran,
kotak, rumah, apel) sehingga lebih disukai dibandingkan set gambar tradisional yang lebih tua
(tangan, kuda, telepon, burung, kue ulang tahun), hal itu disebabkan karena bentuknya yang
tampak kabur apabila ketajaman yang menurun. 20
Figure 3-5 Huruf snellen dibuat sedemikian rupa sehingga membentuk sudut 5 arcmin jika
ditempatkan pada jarak yangditentukan oleh penyebut. Sebagai contoh,jika Snellen Etingginya sekitar 26 mm,
ia memiliki 5 arcmin pada 60 kaki. Sejalan dengan itu, huruf 26 mm menempati garis 20/60 dari grafik Snellen
pada jarak pengujian standar 20 kaki.
Bagan mata Snellen asli menggunakan huruf tipografi biasa dengan berbagai ukuran.
Namun, lebih disukai untuk memilih optotipe dari font yang lebih sederhana yang
menghadirkan fitur pengenal yang lebih baik sebesar 20% dari tinggi huruf keseluruhan, dan
untuk membatasi pilihan huruf pada subset alfabet yang seragam dalam pembedaan
mungkin. Satu set huruf standar dalamfont sans-serif sederhana, yang dikenal sebagai Sloan
Letters (C, D, H, K, N, O, R, S, V, dan Z) biasanya digunakan. (Perhatikan bahwa huruf E bukan
huruf Sloan.) Optotipe alternatif tersedia untuk pasien dengan kebutuhan khusus (Gbr 3-6
B–E). Optotipe Tumbling E dan Landolt C cocok untuk pasien yang belum bisa membaca.
HOTVsubset 4 huruf dapat digunakan dengan sampel referensi untuk memungkinkan pasien
menunjuk ke optotipe yang mereka lihat, bahkan jika mereka tidak dapat menyebutkan
nama hurufnya. Bagan gambar sering kali berguna untuk anak kecil. Simbol Lea yang
dikalibrasi dengan hati-hati (lingkaran, kotak, rumah, apel) sangat disukai daripada set
gambar tradisional yang lebih tua (tangan, kuda, telepon, burung, kue ulang tahun), karena
yang pertama kabur menjadi lingkaran yang tidak dapat dibedakan dengan ketajaman yang
menurun, sedangkan yang terakhir sering dapat dikenali bahkan setelah detail terkecil tidak
dapat lagi diselesaikan.20
Modified Early Treatment Diabetic Retinopathy Study (ETDRS)-jenis grafik mata
dengan optotipe alternatif. A, Grafik ketajaman visual yang dihasilkan oleh
Mercusuar. Bagan ini dimaksudkan untuk digunakan pada 20 kaki (6 m) tetapi
juga dapat digunakan pada 10 kaki (3 m) atau 5 kaki (1,5 m) dengan skala yang
sesuai. Optoptypes adalah huruf Sloan. B, optotipe E Tumbling. C, Optotipe
Landolt C. D, optotipe HOTV. E, simbol Lea.

More Related Content

Similar to Perkembangan Penglihatan pada Anak.docx

Tugas biologi ( alat indera)
Tugas biologi ( alat indera)Tugas biologi ( alat indera)
Tugas biologi ( alat indera)
HimalaAP
 
Biooptik
BiooptikBiooptik
Biooptik
Cahya
 
Indra Penglihatan & Indra Pengecap
Indra Penglihatan & Indra PengecapIndra Penglihatan & Indra Pengecap
Indra Penglihatan & Indra Pengecap
Aulia Rizqi
 
Contoh makalah rabun jauh
Contoh makalah rabun jauhContoh makalah rabun jauh
Contoh makalah rabun jauh
alfan syahrizal
 
Biooptik fisika kel2.2
Biooptik fisika kel2.2Biooptik fisika kel2.2
Biooptik fisika kel2.2
megaapr
 
Biooptik fisika kel2.2
Biooptik fisika kel2.2Biooptik fisika kel2.2
Biooptik fisika kel2.2
megaapr
 
Biooptik fisika kel2.2
Biooptik fisika kel2.2Biooptik fisika kel2.2
Biooptik fisika kel2.2
megaapr
 

Similar to Perkembangan Penglihatan pada Anak.docx (20)

ANFIS_Mata_pptx.pptx
ANFIS_Mata_pptx.pptxANFIS_Mata_pptx.pptx
ANFIS_Mata_pptx.pptx
 
Makalah biooptik
Makalah biooptikMakalah biooptik
Makalah biooptik
 
Pengenalan sistem tubuh dan penyakitnya
Pengenalan sistem tubuh dan penyakitnyaPengenalan sistem tubuh dan penyakitnya
Pengenalan sistem tubuh dan penyakitnya
 
Tugas biologi ( alat indera)
Tugas biologi ( alat indera)Tugas biologi ( alat indera)
Tugas biologi ( alat indera)
 
Kelompok 4
Kelompok 4Kelompok 4
Kelompok 4
 
Anatomi mata
Anatomi mataAnatomi mata
Anatomi mata
 
Biooptik
BiooptikBiooptik
Biooptik
 
Alat indra
Alat indraAlat indra
Alat indra
 
Ppt bio sistem indra kel.5 (edited)
Ppt bio sistem indra kel.5 (edited)Ppt bio sistem indra kel.5 (edited)
Ppt bio sistem indra kel.5 (edited)
 
Indra Penglihatan & Indra Pengecap
Indra Penglihatan & Indra PengecapIndra Penglihatan & Indra Pengecap
Indra Penglihatan & Indra Pengecap
 
Contoh makalah rabun jauh
Contoh makalah rabun jauhContoh makalah rabun jauh
Contoh makalah rabun jauh
 
Laporan Praktikum Fisiologi Hewan: Refleks Pupil dan Bintik Buta Pada Mamalia
Laporan Praktikum Fisiologi Hewan: Refleks Pupil dan Bintik Buta Pada MamaliaLaporan Praktikum Fisiologi Hewan: Refleks Pupil dan Bintik Buta Pada Mamalia
Laporan Praktikum Fisiologi Hewan: Refleks Pupil dan Bintik Buta Pada Mamalia
 
Hipertensi okuli
Hipertensi okuliHipertensi okuli
Hipertensi okuli
 
asuhan keperawatan ablasio retina
asuhan keperawatan ablasio retinaasuhan keperawatan ablasio retina
asuhan keperawatan ablasio retina
 
anatomy and physiology personal notes.pptx
anatomy and physiology personal notes.pptxanatomy and physiology personal notes.pptx
anatomy and physiology personal notes.pptx
 
Bab ii..
Bab ii..Bab ii..
Bab ii..
 
Bab ii..
Bab ii..Bab ii..
Bab ii..
 
Biooptik fisika kel2.2
Biooptik fisika kel2.2Biooptik fisika kel2.2
Biooptik fisika kel2.2
 
Biooptik fisika kel2.2
Biooptik fisika kel2.2Biooptik fisika kel2.2
Biooptik fisika kel2.2
 
Biooptik fisika kel2.2
Biooptik fisika kel2.2Biooptik fisika kel2.2
Biooptik fisika kel2.2
 

More from WidyaWiraPutri

42. Widya Wira_Kesehatan Mata .docx
42. Widya Wira_Kesehatan Mata .docx42. Widya Wira_Kesehatan Mata .docx
42. Widya Wira_Kesehatan Mata .docx
WidyaWiraPutri
 
42. Widya Wira_Kehatan Mata.POLIMORFISME CYP2D6 DAN PENGARUHNYA TERHADAP META...
42. Widya Wira_Kehatan Mata.POLIMORFISME CYP2D6 DAN PENGARUHNYA TERHADAP META...42. Widya Wira_Kehatan Mata.POLIMORFISME CYP2D6 DAN PENGARUHNYA TERHADAP META...
42. Widya Wira_Kehatan Mata.POLIMORFISME CYP2D6 DAN PENGARUHNYA TERHADAP META...
WidyaWiraPutri
 
34. Anci Winas_Kesehatan Mata.docx
34. Anci Winas_Kesehatan Mata.docx34. Anci Winas_Kesehatan Mata.docx
34. Anci Winas_Kesehatan Mata.docx
WidyaWiraPutri
 
5_6284831906299119072 (1).af.id.pdf
5_6284831906299119072 (1).af.id.pdf5_6284831906299119072 (1).af.id.pdf
5_6284831906299119072 (1).af.id.pdf
WidyaWiraPutri
 
1-s2.0-S1359610111000475-main.pdf
1-s2.0-S1359610111000475-main.pdf1-s2.0-S1359610111000475-main.pdf
1-s2.0-S1359610111000475-main.pdf
WidyaWiraPutri
 
5_6284831906299119072 (1)afid_220331_221926.pdf
5_6284831906299119072 (1)afid_220331_221926.pdf5_6284831906299119072 (1)afid_220331_221926.pdf
5_6284831906299119072 (1)afid_220331_221926.pdf
WidyaWiraPutri
 
15-Article Text-51-1-10-20180607.pdf
15-Article Text-51-1-10-20180607.pdf15-Article Text-51-1-10-20180607.pdf
15-Article Text-51-1-10-20180607.pdf
WidyaWiraPutri
 
1-s2.0-S0886335017305539-main.pdf
1-s2.0-S0886335017305539-main.pdf1-s2.0-S0886335017305539-main.pdf
1-s2.0-S0886335017305539-main.pdf
WidyaWiraPutri
 
42 . WIdya Wira Tugas dr. Ridwan.docx
 42 . WIdya Wira Tugas dr. Ridwan.docx 42 . WIdya Wira Tugas dr. Ridwan.docx
42 . WIdya Wira Tugas dr. Ridwan.docx
WidyaWiraPutri
 

More from WidyaWiraPutri (17)

42. Widya Wira_Kesehatan Mata .docx
42. Widya Wira_Kesehatan Mata .docx42. Widya Wira_Kesehatan Mata .docx
42. Widya Wira_Kesehatan Mata .docx
 
42. Widya Wira.docx
42. Widya Wira.docx42. Widya Wira.docx
42. Widya Wira.docx
 
42. Widya Wira EBM.docx
42. Widya Wira EBM.docx42. Widya Wira EBM.docx
42. Widya Wira EBM.docx
 
alat alat perdami.docx
alat alat perdami.docxalat alat perdami.docx
alat alat perdami.docx
 
42. Widya Wira_Kehatan Mata.POLIMORFISME CYP2D6 DAN PENGARUHNYA TERHADAP META...
42. Widya Wira_Kehatan Mata.POLIMORFISME CYP2D6 DAN PENGARUHNYA TERHADAP META...42. Widya Wira_Kehatan Mata.POLIMORFISME CYP2D6 DAN PENGARUHNYA TERHADAP META...
42. Widya Wira_Kehatan Mata.POLIMORFISME CYP2D6 DAN PENGARUHNYA TERHADAP META...
 
42. Widya Wira dr theo.docx
42. Widya Wira dr theo.docx42. Widya Wira dr theo.docx
42. Widya Wira dr theo.docx
 
Tuga MKDU Widya WIra 04032722226010.doc
Tuga MKDU Widya WIra 04032722226010.docTuga MKDU Widya WIra 04032722226010.doc
Tuga MKDU Widya WIra 04032722226010.doc
 
TREATMENT LHON.docx
TREATMENT LHON.docxTREATMENT LHON.docx
TREATMENT LHON.docx
 
BAB IV PEMERIKSAAN.docx
BAB IV PEMERIKSAAN.docxBAB IV PEMERIKSAAN.docx
BAB IV PEMERIKSAAN.docx
 
34. Anci Winas_Kesehatan Mata.docx
34. Anci Winas_Kesehatan Mata.docx34. Anci Winas_Kesehatan Mata.docx
34. Anci Winas_Kesehatan Mata.docx
 
5_6284831906299119072 (1).af.id.pdf
5_6284831906299119072 (1).af.id.pdf5_6284831906299119072 (1).af.id.pdf
5_6284831906299119072 (1).af.id.pdf
 
1-s2.0-S1359610111000475-main.pdf
1-s2.0-S1359610111000475-main.pdf1-s2.0-S1359610111000475-main.pdf
1-s2.0-S1359610111000475-main.pdf
 
5_6284831906299119072 (1)afid_220331_221926.pdf
5_6284831906299119072 (1)afid_220331_221926.pdf5_6284831906299119072 (1)afid_220331_221926.pdf
5_6284831906299119072 (1)afid_220331_221926.pdf
 
15-Article Text-51-1-10-20180607.pdf
15-Article Text-51-1-10-20180607.pdf15-Article Text-51-1-10-20180607.pdf
15-Article Text-51-1-10-20180607.pdf
 
1-s2.0-S0886335017305539-main.pdf
1-s2.0-S0886335017305539-main.pdf1-s2.0-S0886335017305539-main.pdf
1-s2.0-S0886335017305539-main.pdf
 
42 . WIdya Wira Tugas dr. Ridwan.docx
 42 . WIdya Wira Tugas dr. Ridwan.docx 42 . WIdya Wira Tugas dr. Ridwan.docx
42 . WIdya Wira Tugas dr. Ridwan.docx
 
42. Widya Wira_Kesehatan Mata .docx
42. Widya Wira_Kesehatan Mata .docx42. Widya Wira_Kesehatan Mata .docx
42. Widya Wira_Kesehatan Mata .docx
 

Recently uploaded

SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.pptSISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
Acephasan2
 
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptxKETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
Zuheri
 
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh DiriAsuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
andi861789
 
Adaftasi fisiologis neonatus setelah dilahirkan antara lain pernafasan, suhu ...
Adaftasi fisiologis neonatus setelah dilahirkan antara lain pernafasan, suhu ...Adaftasi fisiologis neonatus setelah dilahirkan antara lain pernafasan, suhu ...
Adaftasi fisiologis neonatus setelah dilahirkan antara lain pernafasan, suhu ...
AGHNIA17
 
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.pptPPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
khalid1276
 
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan pptLOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
UserTank2
 
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptx
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptxMateri 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptx
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptx
Yudiatma1
 

Recently uploaded (20)

SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.pptSISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
 
Proses Keperawatan Pada Area Keperawatan Gawat Darurat.pptx
Proses Keperawatan Pada Area Keperawatan Gawat Darurat.pptxProses Keperawatan Pada Area Keperawatan Gawat Darurat.pptx
Proses Keperawatan Pada Area Keperawatan Gawat Darurat.pptx
 
Referat Penurunan Kesadaran_Stase Neurologi
Referat Penurunan Kesadaran_Stase NeurologiReferat Penurunan Kesadaran_Stase Neurologi
Referat Penurunan Kesadaran_Stase Neurologi
 
power point kesehatan reproduksi pria dan wanita
power point kesehatan reproduksi pria dan wanitapower point kesehatan reproduksi pria dan wanita
power point kesehatan reproduksi pria dan wanita
 
KOHORT balita 2015 DI PUSKESMAS HARUS DIBUAT.pdf
KOHORT balita 2015 DI PUSKESMAS HARUS DIBUAT.pdfKOHORT balita 2015 DI PUSKESMAS HARUS DIBUAT.pdf
KOHORT balita 2015 DI PUSKESMAS HARUS DIBUAT.pdf
 
Farmakologi Pengelolaan Obat Homecare_pptx
Farmakologi Pengelolaan Obat Homecare_pptxFarmakologi Pengelolaan Obat Homecare_pptx
Farmakologi Pengelolaan Obat Homecare_pptx
 
asuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasan
asuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasanasuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasan
asuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasan
 
Farmakologi_Pengelolaan Obat pada Anak.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pada Anak.pptxFarmakologi_Pengelolaan Obat pada Anak.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pada Anak.pptx
 
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptxKETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
 
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh DiriAsuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
 
Adaftasi fisiologis neonatus setelah dilahirkan antara lain pernafasan, suhu ...
Adaftasi fisiologis neonatus setelah dilahirkan antara lain pernafasan, suhu ...Adaftasi fisiologis neonatus setelah dilahirkan antara lain pernafasan, suhu ...
Adaftasi fisiologis neonatus setelah dilahirkan antara lain pernafasan, suhu ...
 
Jenis-Jenis-Karakter-Pasien-Rumah-Sakit.pdf
Jenis-Jenis-Karakter-Pasien-Rumah-Sakit.pdfJenis-Jenis-Karakter-Pasien-Rumah-Sakit.pdf
Jenis-Jenis-Karakter-Pasien-Rumah-Sakit.pdf
 
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosikarbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
 
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.pptPPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
 
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan pptLOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
 
4. Pengelolaan rantai Vaksin di puskesmas .pdf
4. Pengelolaan rantai Vaksin di puskesmas .pdf4. Pengelolaan rantai Vaksin di puskesmas .pdf
4. Pengelolaan rantai Vaksin di puskesmas .pdf
 
FRAKTUR presentasion patah tulang paripurna OK.pptx
FRAKTUR presentasion patah tulang paripurna OK.pptxFRAKTUR presentasion patah tulang paripurna OK.pptx
FRAKTUR presentasion patah tulang paripurna OK.pptx
 
FRAKTUR CALVARIA FOTO WATERS PERBEDAAN OA RA.pptx
FRAKTUR CALVARIA FOTO WATERS PERBEDAAN OA RA.pptxFRAKTUR CALVARIA FOTO WATERS PERBEDAAN OA RA.pptx
FRAKTUR CALVARIA FOTO WATERS PERBEDAAN OA RA.pptx
 
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptxKONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
 
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptx
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptxMateri 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptx
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptx
 

Perkembangan Penglihatan pada Anak.docx

  • 1. Pertumbuhan & Perkembangan Normal Sebagian besar pertumbuhan mata terjadi pada tahun pertama kehidupan. Perubahan panjang aksial mata terjadi dalam 3 fase. Fase pertama (sejak lahir hingga usia 2 tahun) adalah periode pertumbuhan yang cepat: panjang aksial meningkat kira-kira 4 mm dalam 6 bulan pertama kehidupan dan tambahan 2 mm selama 6 bulan berikutnya. Selama fase kedua (usia 2 hingga 5 tahun) dan ketiga (usia 5 hingga 13 tahun), pertumbuhan melambat, dengan panjang aksial meningkat sekitar 1 mm per fase. Demikian pula, dengan pertumbuhan bola mata, diameter kornea meningkat dengan cepat pada tahun pertama kehidupan. Diameter horizontal rata-rata kornea adalah 9,5-10,5 mm pada bayi baru lahir dan meningkat menjadi 12,0 mm pada orang dewasa. Kornea juga mendatar pada tahun pertama kehidupan sehingga nilai keratometri berubah secara nyata, dari sekitar 52,00 dioptri (D) saat lahir, menjadi 46,00 D pada usia 6 bulan, hingga pengukuran dewasa sebesar 42,00–44,00 D pada usia 12 bulan. Kekeruhan kornea ringan umumnya dapat terlihat pada bayi premature dan beberapa pada bayi sehat. Kekeruhan tersebut sembuh ketika kornea secara bertahap menjadi lebih tipis, ketebalan sentral rata-rata 691 m yang menurun pada kehamilan 30-32 minggu menjadi 564 m saat lahir. Kekuatan lensamenurun dari sekitar 35,00 D saatlahir menjadi sekitar 23,00 D pada usia2 tahun. Selanjutnya, perubahannya lebih bertahap: kekuatan lensa menurun menjadi sekitar 19,00 D pada usia 11 tahun, dengan sedikit atau tanpa perubahan setelahnya. Sumber : BAB 6 AAO 179-182 Keadaan refraksi mata pun ikut berubah seiring dengan bertambahnya panjang aksial mata dan kornea serta lensa menjadi lebih rata. Secara umum, mata mengalami hiperopia saat lahir, menjadi sedikit lebih hiperopia hingga kira-kira usia 7 tahun, dan kemudian mengalami pergeseran miopia hinggamencapai dimensi dewasa,biasanyasekitar usia16 tahun (Gambar 15- 1). Emmetropisasi pada mata yang sedang berkembang mengacu pada adanya perubahan kekuatan refraksi segmen anterior dan panjang aksial pada mata, sehingga mengakibatkan mata
  • 2. menjadi emetropia. Pengurangan astigmatisme yang terjadi pada mata bayi dan penurunan hiperopia yang terjadi setelah usia 6-8 tahun adalah contoh emetropisasi. Orbit dan Adneksa Mata Selama masa bayi dan kanak-kanak, volume orbital meningkat, dan bentuk orbital menjadi kurang melingkar, menyerupai oval horizontal. Fossa lakrimal menjadi lebih superfisial dan sudut yang dibentuk oleh sumbu kedua orbit menjadi kurang divergen. Fisura palpebra berukuran sekitar 18 mm secara horizontal dan 8 mm secara vertikal saat lahir. Pertumbuhan fisura palpebra lebih besar secara horizontal daripada vertikal, mengakibatkan pembukaan kelopak mata menjadi kurang bulat dan memperoleh bentuk dewasa elips. Sebagian besar pertumbuhan horizontal terjadi dalam 2 tahun pertama kehidupan. (lihat Bab 17, Gambar 17-1). Kornea, Iris, Pupil, dan Ruang Anterior Ketebalan kornea sentral (CCT) menurun selama 6-12 bulan pertama kehidupan Kemudian meningkat dari sekitar 553 m pada usia 1 tahun menjadi sekitar 573 m pada usia 12 tahun dan stabil setelahnya. Sebagian besar perubahan warna iris terjadi selama 6-12 bulan pertama kehidupan, karena pigmen terakumulasi dalamstroma iris dan melanosit. Dibandingkan dengan pupil orang dewasa, pupil bayi relatif kecil. Diameter pupil kurang dari 1,8 mm atau lebih besar dari 5,4 mm menunjukkan kelainan.
  • 3. Otot ekstraokular Otot rektus bayi lebih kecil daripada orang dewasa; penyisipan otot, pada usia rata-rata, 2,3-3,0 mm lebih sempit, dan tendon lebih tipis pada bayi daripada orang dewasa. bayi baru lahir, jarak dari penyisipan otot rektus ke limbus kira-kira kurang dari 2 mm dari pada orang dewasa , pada usia 6 bulan, jarak ini kurang dari 1 mm; dan pada usia 20 bulan, mirip dengan pada orang dewasa. Retina Makula mengalami perkembangan yang cepat selama 4 tahun pertama kehidupan. Paling signifikan adalah perubahan pigmentasi makula, pengembangan cincin annular dan refleks cahaya foveal, dan diferensiasi fotoreseptor kerucut. Peningkatan ketajaman visual sebagian disebabkan oleh perkembangan makula, khususnya, diferensiasi fotoreseptor kerucut, penyempitan zona bebas batang, dan peningkatan kepadatan kerucut fovea. Vaskularisasi retina dimulai pada diskus optikus pada usia kehamilan 16 minggu dan berlanjut ke retina perifer, mencapai ora serrata temporal pada usia kehamilan 40 minggu. Ketajaman Visual dan Stereoacuity Peningkatan ketajaman visual pada masa bayi dan anak usia dini disebabkan oleh perkembangan saraf serta perubahan struktural. Dua metode utama digunakan untuk mengukur ketajaman visual pada bayi dan balita preverbal: preferensial looking (PL) dan visual evoked potential (VEP). Studi VEP menunjukkan bahwa ketajaman visual meningkat dari sekitar 20/400 pada bayi baru lahir menjadi 20/20 pada usia 6- 7 bulan. Namun, studi PL memperkirakan ketajaman visual bayi baru lahir menjadi 20/600, meningkat menjadi 20/120 pada usia 3 bulan dan menjadi 20/60 pada 6 bulan. Selanjutnya, pengujian PL menunjukkan bahwa ketajaman visual 20/20 tidak tercapai sampai usia 3-5 tahun. Perbedaan antara pengukuran yang diperoleh dengan 2 metode ini mungkin terkait dengan pemrosesan kortikal yang lebih tinggi yang diperlukan untuk PL dibandingkan dengan VEP. Stereoacuity mencapai 60 detik busur sekitar usia 5-6 bulan.
  • 4. AAO BAB 6 179-183 FISIOLOGI PENGLIHATAN MANUSIA Sistemvisualmeliputi pengambilan informasi dari luar dalam bentuk cahayaserta analisis dan intepretasi informasi visual. Proses penglihatan dan persepsi visual ini melibatkan sistem struktur yang kompleks, yang masing-masing dirancang untuk tujuan tertentu. Rangkaian proses penglihatan meliputi masuknya cahaya pada media refraksi, fototransduksi, pengiriman impuls melalui jaras penglihatan, serta intepretasi dan persepsi visual oleh korteks visual.1,8,9 2.1 Media Refraksi Komponen optik mata yang berperan sebagai media refraksi adalah kornea, humor akuos, lensa, dan badan vitreus. Cahaya yang masuk ke dalam mata mengalami pembiasan melewati media refraksi pada aksis visual,laluditangkapoleh sel fotoreseptor retina. Aksis visualmerupakan garis yang menghubungkan antara fovea sentralis retina dengan bagian anterior dari kornea, sedangkan aksis optik adalah garis yang menghubungkan antara poros anterior dengan poros posterior.1,8,12 Apeks pada permukaan anterior kornea memberikan kekuatan refraksi terbesar. Permukaan kornea memiliki kelengkungan 7,7 mm pada bagian anterior dan 6,9 mm pada bagian posterior.
  • 5. Pertemuan antara udara dan air mata pada permukaan kornea membentuk kekuatan lensa positif 43 dioptri dan merupakan elemen media refraksi utama pada mata.9,11,12 Kekuatan refraksi lensa memiliki kekuatan mencapai 20 dioptri dengan indeks refraksi 1,36 pada bagian perifer dan 1,4 pada bagian sentral. Lensa mata berakomodasi melalui kontraksi otot siliaris yang melepaskan regangan zonula sehingga lensa membulat ketika melihat objek dekat. Otot siliaris akan relaksasi dan lensa mendatar untuk penglihatan jauh. Badan vitreus adalah gel transparan dengan kandungan air 98% dan indeks refraksi 1,33 yang sama dengan indeks refraksi pada humor akuos. Vitreus meneruskan cahaya yang ditangkap menuju retina, serta sebagai tempat penyimpanan substansi kimia yang berperan dalam metabolisme retina. 1,9,12 2.2 Fototransduksi Retina memiliki dua tipe sel fotoreseptor, yaitu sel kerucut dan sel batang. Fotoreseptor sel batang dan sel kerucut memiliki perbedaan morfologi, pigmen, dan distribusi pada retina. Masing-masing selfotoreseptor tersusun atas segmenluar, segmen dalam, dan badan sel. Bentuk segmen luar fotoreseptor kerucut meruncing, sedangkan fotoreseptor sel batang tidak meruncing. Segmen luar tersusun atas 600- 1000 diskus yang mengandung fotopigmen, enzim, dan protein yang terlibat dalam fototransduksi, yaitu opsin, rodopsin, transdusin, phosphodiesterase (PDE), dan kromofor 11-cis-retinal. 8,13,16 Fototransduksi merupakan proses penangkapan cahaya oleh fotoreseptor retina untuk diubah menjadi impuls saraf. Foton yang diterima menyebabkan perubahan konformasional pada fotopigmen, memicu terjadinya kaskade reaksi kimia yang mengubah energi elektromagnetik menjadi stimulus elektrik. Fotoreseptor sel kerucut sensitif terhadap cahaya terang, terutama pada siang hari (fotopik). Fotoreseptor sel batang sensitif terhadap cahaya redup (skotopik). Proses fototransduksi terjadi di membran diskus segmen luar sel fotoreseptor.13-15
  • 6. Penangkapan cahaya oleh rodopsin pada segmen luar fotoreseptor menyebabkan isomerasi ikatan ganda 11-cis-retinal menjadi all-trans-retinal sehingga molekul opsin akan mengalami perubahan konfigurasi menjadi fase aktif, yaitu metarodopsin II. Rodopsin aktif akan memulai reaksi yang memberikan aliran masuk kation ke segmen luar sel batang, melalui kanal cyclic guanosine monophosphate (cGMP). Rodopsin akan mengaktifkan molekul kedua yaitu transdusin. Satu molekul rodopsin dapat mengaktifkan hingga 100 transdusin. Transdusin yang telah aktif akan memberikan sinyal pada protein ketiga, yaitu rod phosphodiesterase (rod PDE). Rod PDE akan menyebabkan terjadinya hidrolisis cGMP menjadi 5’noncyclic-GMP. 1,9,16
  • 7. Penurunan cGMP menyebabkan kanal ion tertutup dan menghentikan aliran masuk Na+ dan Ca2+ sehingga sel fotoreseptor mengalami hiperpolarisasi. Hiperpolarisasi sel fotoreseptor menyebabkan pelepasan glutamat terhenti dari terminal sinaps. Penurunan kadar glutamat memicu sel bipolar-off hiperpolarisasi dan sel bipolar-on depolarisasi. Seluruh sel batang akan bersinaps dengan sel bipolar-on. Sel kerucut akan bersinaps dengan sel bipolar-off dan sel bipolar-on. Sel bipolar akan meneruskan impuls saraf menuju sel ganglion retina. 8,12,16 2.3 Jaras Penglihatan Jaras penglihatan merupakan rangkaian proses pengiriman informasi visual yang terdapat pada impuls saraf menuju korteks visual. Retina meneruskan impuls saraf ke saraf optik, kiasma optik, traktus optik, badan genikulatum lateralis, radiasi optik hingga korteks visual. Korteks visual terdiri dari area korteks visual primer dan sekunder. Area lain yang berhubungan dengan penglihatan adalah area korteks frontal. 1,8
  • 8. Sel ganglion retina menerima impuls saraf dari sel bipolar, kemudian sebanyak 1-1,2 juta serabut saraf sel ganglion bersatu menuju diskus optik dan melewati lamina kribosa memasuki rongga orbita. Serabut saraf bagian nasal retina tersusun dalam pola radial sederhana. Serabut saraf bagian temporal membentuk berkas papilomakular yang menuju langsung ke diskus. Serabut paling medial merupakan serabut retina bagian nasal, sedangkan area lateral mewakili serabut temporal. Serabut makula yang menyusun sepertiga dari serabut saraf optik, terletak pada bagian lateral. Serabut retina nasal berdekusasi pada kiasma optik dan memasuki traktus optik kontralateral. Serabut saraf akan sedikit melengkung pada area knee of Wilbrand sebelum berdekusasi ke kontralateral. Serabut saraf retina temporal memasuki traktus optik secara ipsilateral.8,12,16 Korpus genikulatum lateralis terletak di posterior talamus dan terdiri dari enam lapisan. Empat lapis bagian superior merupakan terminal dari akson neuron parvoselular, sedangkan dua lapis bagian inferior merupakan terminal dari akson neuron magnoselular. Jalur magnoselular berkaitan dengan persepsi gerak dan kedalaman. Jalur parvoselular berhubungan dengan fungsi spasial dan persepsi warna. Serabut saraf retina bagian perifer akan berakhir di bagian anterior. Serabut saraf kuadran atas retina berakhir di sisi medial. Serabut saraf kuadran makula berakhir di tengah dan posterior nukleus. Akson yang berasal dari serabut saraf kontralateral akan berakhir di lapisanke-1, 4, dan 6, sedangkanakson yang berasaldari serabut sarafipsilateralakan berterminasi pada lapisan ke-2, 3, dan 5. Impuls saraf kemudian akan diteruskan melalui radiasi optik menuju korteks area visual primer.8,13,16 2.4 Korteks Visual Korteks visualterbagi menjadi area visualprimer (Broadmann’s area 17) dan areavisualsekunder (Broadmann’s area 18 dan 19). Area visual primer terletak di bagian superior dan inferior sulkus kalkarin korteks oksipital, memanjang ke anterior hingga sulkus parieto-oksipital. Setiap sisi area visual primer menerima serabut aferen dari bagian temporal sisi ipsilateral dan bagian nasal sisi kontralateral. Lapang pandang kanan direpresentasikan pada hemisfer serebral kiri, dan lapang pandang kiri pada hemisfer serebral kanan. Serabut saraf dari retina kuadran superior yang
  • 9. merepresentasikan lapang pandang inferior menuju ke superior sulkus kalkarin. Serabut saraf dari retina kuadran inferior yang merepresentasikan lapang pandang superior, menuju ke inferior sulkus kalkarin. Bagian posterior area visual primer merepresentasikan bagian makula lutea. 12,15,16,17 Area visualsekunder (Broadmann areea 18) terletak berdekatan dengan area visualprimer. Area ini tidak memiliki striata dan secarahistologis menunjukkan enam lapisan.Area asosiasisekunder menerima impuls saraf dari area visual primer (V1) dan badan genikulatum lateralis. Fungsi area visual sekunder adalah menghubungkan dan menganalisis informasi visual yang diterima oleh area visual primer. Informasi yang dianalisis memungkinkan individu untuk mengenali dan mengapresiasikan apa yang dilihat, seperti warna, bentuk, pergerakan, dan disparitas binokular. Area visual sekunder meliputi area visual 2 (V2), area visual 3 (V3), area visual 4 (V4), dan area temporal tengah atau disebut juga area visual 5 (V5) .8,13,14,16 Area V2 menerima informasi dari area visual primer V1 dan mengatur informasi ke area visual sekunder lainnya. Informasi visual akan diproyeksikan ke dua jalur yaitu jalur ventral (what pathway) dan jalur dorsal (where pathway). Jalur ventral membawa informasi bentuk, warna, dan pengenalan objek melalui V4 menuju korteks temporal. Jalur dorsal membawa informasi arah dan pergerakan melalui V3 dan V5 menuju korteks parietal. Area pada V5 terdiri dari neuron selektif yang berorientasi pada arah dan kecepatan pergerakan objek, disparitas binokuler, serta kontras gerak. Area V3 terlibat dalam pengenalan informasi warna, orientasi, pergerakan, dan sterosepsis. Area V4 terlibat dalam pengenalan objek dan sensitivitas warna.13,14,18
  • 10. Visual Acuity Visual acuity adalah pengukuran secara angular yang berkaitan dengan jarak pemeriksaan untuk melihat ukuran obyek minimal pada jarak tertentu. Hal ini merupakan kemampuan untuk membedakan dua stimulus yang terpisah dalam ruang dengan latar belakang kontras yang tinggi.19 Terdapat beberapa cara untuk mengukur fungsi visual. Berikut ini adalah definisi beberapa istilah yang digunakan dalam pengukuran fungsi visual: • Minimumlegiblethreshold: Titik di mana kemampuan visual pasien tidak dapat lagi membedakan huruf atau bentuk yang semakin kecil satu sama lain; Ketajaman visual Snellen adalah metode yang paling umum untuk menentukan ambang batas ini • Minimum visible threshold Kontras minimum dari target di mana pasien dapat membedakan target dari latar belakang • Minimumseparablethreshold Sudut visual terkecil yang dibentuk oleh mata dan 2 objek terpisah di mana pasien dapat membedakannya satu per satu • Vernieracuity Jumlah ketidaksejajaran terkecil yang dapat dideteksi dari 2 segmen garis Snellen visual acuity diukur dengan menggunakan huruf atau target serupa (optotipe) yang dibuat sedemikian rupa sehingga setiap optotype secara keseluruhan 5 kali lebih besar dari goresan atau celah individu yang membentuk optotipe (misalnya, garis horizontal, dan jarak antara mereka, dari huruf E, atau celah yang membedakan lingkaran dari huruf C). Huruf-huruf dengan ukuran berbeda ditentukan oleh jarak di mana huruf itu membentuk sudut 5 arcmin (Gbr 3-5). Bagan Snellen dirancang untuk mengukur ketajaman visual dalam istilah sudut. Namun, konvensi yang diterima tidak menentukan ketajaman visual dalam ukuran sudut; sebagai
  • 11. gantinya, pada Snellen chart menggunakan notasi di mana pembilangnya adalah jarak pengujian (dalam kaki atau meter) dan penyebutnya adalah jarak di mana sebuah huruf membentuk sudut visual standar 5 arcmin. Jadi, pada garis 20/20 (6/6 dalam meter), huruf membentuk sudut 5 arcmin jika dilihat dari jarak 20 kaki.20 Pada ruang pemeriksaan dengan jarak yang lebih dekat dari 20 kaki (6 m), cermin dapat digunakan untuk meningkatkan jarak pandang. Pada baris 20/40 (6/12), huruf-huruf tersebut membentuk sudut 10 arcmin jika dilihat dari jarak 20 kaki, atau 5 arcmin jika dilihat dari jarak 40 kaki. Angka "40" pada huruf 20/40 (atau "12 ” dalam huruf 6/12) mengacu pada jarak pandang di mana huruf ini membentuk sudut visual “normal” sebesar 5 arcmin. Tabel 3-2 mencantumkan konversi pengukuran ketajaman visual untuk berbagai metode yang digunakan fraksi Snellen, notasi desimal (Visus), sudut visual dalam menit busur, dan logaritma basis-10 dari sudut resolusi minimum (logMAR). LogMAR berguna untuk rata-rata hasil beberapa pengukuran ketajaman visual Snellen. 20 Meskipun sudah digunakan secara luas, penggunaan Snellen chart umunya tidak sepenuhnya baik. Huruf-huruf pada garis Snellen yang berbeda tidak terkait satu sama lain berdasarkan ukuran dalam segi geometris ataupun logaritma. Misalnya, peningkatan ukuran huruf dari baris 20/20 ke garis 20/25 (peningkatan 25%) berbeda dari peningkatan dari garis 20/25 ke garis 20/30 (peningkatan 20%). Selain itu, pada huruf tertentu (seperti C, D, O, dan G) pada dasarnya lebih sulit untuk dikenali atau dibedakan daripada yang lain (seperti A dan J). Oleh karena itu, grafik ketajaman visual alternatif telah dikembangkan dan dipopulerkan dalam uji klinis berkualitas tinggi (misalnya, Studi Retinopati Diabetik Pengobatan Dini [ETDRS] atau grafik Bailey-Lovie) (Gambar 3-6). Bagan ini menampilkan pilihan optotipe yang cermat, proporsional yang (logaritmik) perkembangan ukuran optotipe dari baris ke baris, dan jumlah optotipe yang sama pada setiap baris. Perangkat ketajaman berbasis komputer yang menampilkan optotipe pada layar monitor juga menjadi populer karena memungkinkan penyajian berbagai macam optotipe secara acak dan pengacakan huruf, sehingga menyeingkirkan kemungkinan pasien menghafal huruf- huruf tersebut. 20
  • 12. Bagan mata Snellen asli menggunakan huruf font tipografi biasa dengan berbagai ukuran. Pemilihan font yang sederhana lebih digemari shinggal lebih gampang untuk dikenali. Satu set huruf standar dalam font sans-serif, yang dikenal sebagai Sloan Letters (C, D, H, K, N, O, R, S, V, dan Z) adalah huruf-huruf yang biasanya digunakan. (Perhatikan bahwa huruf E bukan huruf Sloan.) Optotipe alternatif tersedia untuk pasien dengan kebutuhan khusus (Gbr 3-6 B–E). Optotipe Tumbling E dan Landolt C cocok untuk pasien yang belum bisa membaca. HOTV subset 4 huruf dapat digunakan dengan sampel referensi untuk memungkinkan pasien menunjuk ke optotipe yang mereka lihat, bahkan jika mereka tidak dapat menyebutkan nama hurufnya. Bagan gambar sering kali berguna untuk anak kecil. Simbol Lea yang dikalibrasi dengan teliti (lingkaran, kotak, rumah, apel) sehingga lebih disukai dibandingkan set gambar tradisional yang lebih tua (tangan, kuda, telepon, burung, kue ulang tahun), hal itu disebabkan karena bentuknya yang tampak kabur apabila ketajaman yang menurun. 20 Figure 3-5 Huruf snellen dibuat sedemikian rupa sehingga membentuk sudut 5 arcmin jika ditempatkan pada jarak yangditentukan oleh penyebut. Sebagai contoh,jika Snellen Etingginya sekitar 26 mm, ia memiliki 5 arcmin pada 60 kaki. Sejalan dengan itu, huruf 26 mm menempati garis 20/60 dari grafik Snellen pada jarak pengujian standar 20 kaki.
  • 13. Bagan mata Snellen asli menggunakan huruf tipografi biasa dengan berbagai ukuran. Namun, lebih disukai untuk memilih optotipe dari font yang lebih sederhana yang menghadirkan fitur pengenal yang lebih baik sebesar 20% dari tinggi huruf keseluruhan, dan untuk membatasi pilihan huruf pada subset alfabet yang seragam dalam pembedaan mungkin. Satu set huruf standar dalamfont sans-serif sederhana, yang dikenal sebagai Sloan Letters (C, D, H, K, N, O, R, S, V, dan Z) biasanya digunakan. (Perhatikan bahwa huruf E bukan huruf Sloan.) Optotipe alternatif tersedia untuk pasien dengan kebutuhan khusus (Gbr 3-6 B–E). Optotipe Tumbling E dan Landolt C cocok untuk pasien yang belum bisa membaca. HOTVsubset 4 huruf dapat digunakan dengan sampel referensi untuk memungkinkan pasien menunjuk ke optotipe yang mereka lihat, bahkan jika mereka tidak dapat menyebutkan nama hurufnya. Bagan gambar sering kali berguna untuk anak kecil. Simbol Lea yang dikalibrasi dengan hati-hati (lingkaran, kotak, rumah, apel) sangat disukai daripada set gambar tradisional yang lebih tua (tangan, kuda, telepon, burung, kue ulang tahun), karena yang pertama kabur menjadi lingkaran yang tidak dapat dibedakan dengan ketajaman yang menurun, sedangkan yang terakhir sering dapat dikenali bahkan setelah detail terkecil tidak dapat lagi diselesaikan.20
  • 14. Modified Early Treatment Diabetic Retinopathy Study (ETDRS)-jenis grafik mata dengan optotipe alternatif. A, Grafik ketajaman visual yang dihasilkan oleh Mercusuar. Bagan ini dimaksudkan untuk digunakan pada 20 kaki (6 m) tetapi juga dapat digunakan pada 10 kaki (3 m) atau 5 kaki (1,5 m) dengan skala yang sesuai. Optoptypes adalah huruf Sloan. B, optotipe E Tumbling. C, Optotipe Landolt C. D, optotipe HOTV. E, simbol Lea.