Dokumen tersebut membahas tentang asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan perdarahan post partum sekunder dan bendungan ASI di RSUD Adhyatma Semarang. Dokumen menjelaskan latar belakang masalah tingginya angka kematian ibu di Indonesia yang disebabkan oleh perdarahan. Dokumen juga menjelaskan tujuan penelitian untuk melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu tersebut sesuai standar.
1. BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indikator derajat kesejahteraan suatu bangsa diukur dari besarnya
Angka Kematian Ibu (AKI) Indonesia. Penurunan AKI di Indonesia terjadi
sejak tahun 1994 sampai dengan 2012 yaitu dari 390 menjadi 359. Namun,
SDKI tahun 2012 menunjukan peningkatan AKI yang signifikan yaitu menjadi
359 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup.
AKI menunjukan penurunan pada tahun 2015 menjadi 305 kematian
ibu per 100.000 kelahiran hidup (Kemenkes.2017,h.102). Target global
MDGs (Millenium Development Goals) ke 5 adalah menurunkan angka
kematian ibu (AKI) menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun
2015. Angka Kematian Tersebut belum memenuhi target MDGs yaitu 102
per 100.000 kelahiran hidup berdasarkan target dari Sistem SDGs dari tahun
2030 yaitu 70 per 100.000 kelahiran hidup (Kemenkes.2017,h.102).
Penyebab kematian ibu terbesar secara berurutan disebabkan
terjadinya perdarahan, eklamsia, infeksi, persalinan lama dan keguguran.
Penyebab utama kematian ibu di Indonesia yaitu perdarahan 30,3 % dan
hipertensi 27,1 %.
Permasalahan yang terjadi pada kasus perdarahan post partum
merupakan penyebab tersering dari keseluruhan kematian akibat perdarahan
obstetrik (Chuningham,2012). Faktor-faktor yang berhubungan dengan
perdarahan post partum yaitu umur, jumlah paritas, jarak antar kelahiran,
persalinan lama, riwayat persalinan sebelumnya.
2. Faktor lain yang berhubungan dengan perdarahan postpartum yaitu
anemia, atonia uteri, rentsio plasenta, sisa plasenta dan selaput plasenta,
trauma atau perlukaan jalan lahir, penyakit darah atau kelainan darah.
Perdarahan post partum dibagi menjadi dua yaitu peradarahan post partum
primer (Early Postpartum Hemmorrhage) perdarahan yang terjadi dalam 24
jam pertama dengan jumlah 500cc atau lebih sedangkan perdarahan post
partum sekunder (Late Postpartum Hemmorrhage) perdarahan yang terjadi
setelah 24 jam pertama dengan jumlah 500 cc atau lebih.
Penatalaksanaan pada perdarahan post partum memberikan cairan
infus, transfusi darah, pemberian oksigen, dan pemberian antibiotik
(Maryunani,2012)
Perdarahan post partum merupakan suatu kondisi hilangnya darah
sebanyak lebih dari 500cc yang terjadi setelah bayi lahir baik sebelum,
selama, maupun sesudah kelahiran plasenta. Perdarahan itu sendiri dibagi
berdasarkan waktu kejadiannya. Perdarahan post partum primer terjadi
dalam 24 jam setelah bayi lahir, dan perdarahan post partum sekunder yang
terjadi lebih dari 24 jam sampai dengan 6 minggu setelah kelahiran bayi
(Sarwono, 2009; h.237)
Penyebab perdarahan post partum primer biasanya disebabkan oleh
atonia uteri, robekan jalan lahir, sisa sebagian plasenta dan gangguan
pembekuan darah, sedangkan perdarahan post partum sekunder disebabkan
oleh sisa plasenta, atonia uteri, retensio plasenta, inversio uteri, robekan
jalan lahir (Dewi Martalia; h.52)
Menurut penelitian Ekane dkk bahwa salah satu faktor risiko utama
perdarahan post partum yaitu partus lama. Hal ini menunjukan bahwa ibu
3. yang mengalami partus lama mempunyai peluang 1,1 kali perdarahan
postpartum dibanding dengan ibu yang tidak mengalami partus lama, karena
partus lama baik fase aktif memanjang maupun kalla II memanjang
menimbulkan efek terhadap kenaikan insiden atonia uteri, laserasi,
perdarahan, infeksi, kelelahan ibu dan syok. Partus lama dapat
menyebabkan terjadinya inersia uteri karena kelelahan otot – otot uterus
sehingga rahim berkontraksi lemah setelah bayi lahir dan dapat
menyebabkan terjadinya perdarahan postpartum.
Perdarahan pada post partum mengakibatkan syok dan menurunnya
kesadaran ibu, yang menyebabkan hipovolemia berat. Apabila tidak ditangani
dengan cepat dan tepat, maka akan menyebabkan kerusakan dan
selanjutnya merusak bagian korteks renal yang dipenuhi 90% darah diginjal.
Bila hal ini terus terjadi maka akan menyebabkan ibu tidak terselamatkan
(Yulianti,2015)
Untuk deteksi dini adanya komplikasi pada ibu nifas serta
menurunkan AKI, maka program pemerintah untuk deteksi dini minimal 3 kali
kunjungan bertujuan untuk menilai kondisi kesehatan ibu dan bayi,
melakukan pencegahan terhadap kemungkinan – kemungkinan adanya
gangguan kesehatan ibu nifas dan bayi, mendeteksi adanya komplikasi atau
masalah yang terjadi pada masa nifas, menangani komplikasi atau masalah
yang timbul dan mengganggu kesehatan ibu nifas maupun bayinya
(Elisabeth. 2017; h.4)
Asuhan masa nifas diperlukan karena merupakan periode masa kritis
pada ibu maupun bayinya. Diperkirakan 60% kematian ibu akibat kehamilan
terjadi setelah persalinan dan 40% kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam
4. pertama. Hal peting untuk diperhatikan guna menurunkan angka kematian
ibu dan bayi di Indonesia (Elisabeth, 2017;h. 3-4)
Berdasarkan data di Provinsi Jawa Tengah Jumlah kasus kematian
ibu di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2016 sebanyak 206 kasus,
mengalami penurunan dibandingkan jumlah kasus kematian ibu tahun 2015
yang sebanyak 619 kasus. Dengan demikian angka kematian ibu Provinsi
Jawa Tengah juga mengalami penurunan dari 111,16 per 100.000 kelahiran
hidup pada tahun 2016.
Angka Kematian Ibu di Kabupaten Kendal menduduki peringkat ke
tujuh sejateng. Dari Angka Kematian Ibu dan jumlah kasus kematian ibu di
Kabupaten Kendal dari tahun 2010 sampai dengan 2016 mengalami
penurunan yaitu dari 27 kasus menjadi 19 kasus. Dapat dilihat bahwa dari
waktu kejadian kematian ibu, paling banyak terjadi pada masa nifas yaitu
58%, hamil 21%, bersalin 21%. Pemerintah Kabupaten Kendal melalui Dinas
Kesehatan Kabupaten Kendal terus berupaya dalam menurunkan Angka
Kematian Ibu dengan adanya pembentukan puskesmas mampu persalinan
dan penyediaan rumah tunggu kelahiran melalui anggaran jamkesmas (Profil
Kesehatan Kabupaten Kendal. 2016; h.7-9)
Berdasarkan data di RSUD Adhyatma Semarang jumlah kasus ibu
nifas dengan perdarahan pada nifas pada tahun 2016 yaitu 81 kasus, pada
tahun 2017 yaitu 87 kasus, dan pada tahun 2018 yaitu 63 kasus.
Penyebabnya bervariasi yaitu retensio plasenta, plasenta previa, dan
preeklampsi.
Periode masa nifas juga mempengaruhi ibu dalam menyusui.
Menyusui merupakan tugas seorang ibu setelah melahirkan bayi, jika proses
5. menyusui ibu terlambat dan ASI tidak di keluarkan maka akan terjadi
masalah seperti payudara bengkak atau bendungan ASI.
Terjadinya bendungan ASI yaitu ASI yang tidak dikeluarkan segera
yang menyebabkan payudara bengkak. Hal ini disebabkan karena perubahan
proses fisiologis yang terjadi pada sistem endokrin karena hormon oksitosin
yang disekresi ke kelenjar otak bagian belakang, yang bekerja pada otot
uterus dan jaringan payudara.
Pada tahap ke tiga persalinan, hormon oksitosin berperan dalam
pelepasan plasenta dan dapat merangsang produksi ASI, bila ASI tidak
segera dikeluarkan maka akan terjadi bendungan ASI. Breast Engorgement
(Bendungan ASI) kebanyakan terjadi pada hari kesepuluh post partum.
Sebagian besar keluhan pasien payudara bengkak, keras dan terasa panas
(Sarwono, 2010)
Menurut penelitian Rutiani dan fitriana bahwa masa pemulihan pada
ibu post seksio sesarea berangsur lebih lambat, beberapa hari setelah
tindakan ibu masih merasakan nyeri. Kondisi tersebut menyebabkan ibu
merasa cemas, bila ibu merasa tertekan (stress) maka akan terjadi
pelepasan adrenalin yang menyebabkan vasokontriksi pembuluh darah pada
alveoli. Akibatnya terjadi hambatan let-down reflek sehingga air susu tidak
mengalir sehingga mengalami bendungan ASI.
Untuk mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya sesuai
rencana strategis Provinsi Jawa Tengah tahun 2013-2018, maka
pembangunan kesehatan dilaksanakan dengan cara meningkatkan
pelayanan kesehatan bermutu dan keadilan, mewujudkan sumber daya
manusia yang berdaya saing, mewujudkan peran serta masyarakat dan
6. pemangku kepentingan dalam pembangunan kesehatan, melaksanakan
pelayanan administrasi internal dan pelayanan publik yang bermutu
(Dinkesprov Jateng, 2016; h.1)
Berdasarkan data Profil Kesehatan Kota Semarang AKI pada tahun
2016 tercatat sebanyak 32 kasus dari 100.000 kelahiran hidup. Paling banyak
terjadi pada masa nifas yaitu 71,87 % dan hamil 28,12 %. Sebagian besar
penyebabnya preeklamsi dan perdarahan mengalami penurunan, preeklamsi
pada tahun 2015 (34%) pada tahun 2016 menjadi 21%, perdarahan 28%
menjadi 12% (Profil Kesehatan Kota Semarang. 2016; h.15-17) .
Berdasarkan uraian masalah diatas penulis tertarik untuk menyusun Karya
Tulis Ilmiah dengan judul “Asuhan kebidanan pada Ibu Nifas dengan
Perdarahan post partum sekunder dan Bendungan ASI”.
B. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan di atas, maka
permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut
“Bagaimana Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas dengan perdarahan post
partum sekunder dan Bendungan ASI di RSUD Adhyatma Tugurejo
Semarang?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Melaksanakan asuhan kebidanan pada Ny. S P2A0 umur 30 tahun
dengan perdarahan post partum sekunder dan Bendungan ASI sesuai
dengan menejemen kebidanan.
7. 2. Tujuan Khusus
a. Melaksanakan pengkajian data subjektif pada ibu nifas dengan
perdarahan post partum sekunder dan Bendungan ASI
b. Melaksanakan pengkajian data objektif pada ibu nifas dengan
perdarahan post partum sekunder dan Bendungan ASI
c. Menentukan assesment pada ibu nifas dengan perdarahan post
partum sekunder dan Bendungan ASI
d. Melaksanakan planning pada ibu nifas dengan perdarahan post
partum sekunder dan Bendungan ASI.
D. Manfaat
1. Bagi Pasien
Dapat menjadi bahan motivasi bagi ibu untuk mengetahui atau
mendeteksi secara mandiri tentang kondisinya apabila terjadi sesuatu
langsung ke tenaga kesehatan sehingga komplikasi perdarahan post
partum sekunder dan Bendungan ASI dapat diketahui lebih awal dan
segera teratasi.
2. Bagi Bidan
Dapat dijadikan acuan untuk meningkatkan mutu dan kualitas pelayanan
kebidanan, menambah wawasan dan pengetahuan tentang perdarahan
post partum sekunder dan bendungan ASI
3. Bagi Lembaga
a. Rumah Sakit
Menjadi bahan masukan dan evaluasi dalam melakukan asuhan
kebidanan sehingga diharapkan dapat berdampak pada peningkatan
8. kualitas pelayanan ibu nifas dengan perdarahan post partum
sekunder dan Bendungan ASI
b. Institusi
1) Sebagai sumber bahan bacaan dan bahan kepustakaan serta
sebagai bahan acuan untuk penelitian lebih lanjut.
2) Diharapkan dapat memberikan masukan masukan dan
menambah refensi tentang perdarahan post partum sekunder dan
Bendungan ASI
3) Karya Tulis ini diharapkan dapat menjadi tambahan bacaan untuk
menambah pengetahuan baik bagi mahasiswa maupun pengajar.
E. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dari laporan KTI ibu nifas dengan perdarahan
post partum sekunder dan Bendungan ASI ini terdiri dari 5 bab yaitu :
BAB I PENDAHULUAN
Pendahuluan merupakan bab pertama dari karya tulis yang berisi
jawaban apa dan mengapa penelitian ini dilakukan. Bagian ini memberikan
gambaran mengenai topik penelitian yang hendak disajikan. Oleh karena itu,
pada bab pendahuluan meliputi latar belakang, pertanyaan penelitian, tujuan
penelitian, tujuan umum, tujuan khusus, manfaat penelitian untuk klien, untuk
bidan atau institusi pelayanan, untuk institusi pendidikan, dan sistematika
penulisan.
BAB II TIJAUAN PUSTAKA
Dalam tinjauan pustaka penulis memaparkan tentang konsep dasar
yang meliputi tinjauan teori medis, tinjauan teori asuhan kebidanan, landasan
9. hukum-hukum kewenangan bidan memuat peraturan-peraturan dan
kompetensi bidan.
BAB III METODE PENELITIAN
Metode penelitian meliputi : Rancangan desain penelitian, lokasi dan
waktu penelitian, pengumpulan data, analisis data, dan etika penelitian.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN BAHASA
Hasil merupakan penjabaran penelitian memuat asuhan kebidanan
yang telah dilaksanakan. Asuhan kebidanan ditulis sesuai dengan kenyataan
pada kasus yang disajikan sesuai dengan langkah-langkah manajemen
kebidanan yaitu mulai dari pengumpulan data dasar sampai dengan
mengevaluasi.
BAB V PENUTUP
Berisi simpulan dan saran, simpulan merupakan sintesa dari hasil
bahasan yang dapat menjawab permasalahan dan tujuan penyusunan studi
kasus. Saran merupakan alternatif pemecahan masalah dan anggapan
kesimpulan yang berupa kesenjangan.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN