Karya tulis ilmiah ini membahas identifikasi penyebab kematian bayi di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna tahun 2014-2015. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penyebab utama kematian bayi selama periode tersebut melalui studi dokumen rekam medis bayi yang meninggal. Hasil penelitian diharapkan dapat meningkatkan upaya pencegahan kematian bayi di masa datang.
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
KEMATIAN BAYI DI RUANG TERATAI
1. i
IDENTIFIKASI PENYEBAB KEMATIAN BAYI DI RUANG TERATAI
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN MUNA
TAHUN 2014 S.D 2015
s
Karya Tulis Ilmiah
Diajukan sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan
di Akademi Kebidanan Paramata Raha Kabupaten Muna
Oleh :
Dahlia
PSW.B.2013.IB.0060
YAYASAN PENDIDIKAN SOWITE
AKADEMI KEBIDANAN PARAMATA RAHA
KABUPATEN MUNA
2016
2. ii
LEMBAR PERSETUJUAN
Karya Tulis Ilmiah
Identifikasi Penyebab Kematian Bayi di Ruang Teratai Rumah Sakit Umum Daerah
Kabupaten Muna Tahun 2014 s.d 2015
Telah disetujui untuk diseminarkan di hadapan Tim Penguji Karya Tulis Ilmiah
Akademi Kebidanan Paramata Raha Kabupaten Muna
Raha, Juli 2016
Pembimbing I Pembimbing II
Wa Ode Siti Asma, SST., M.Kes Andi Asniati, SKM
Mengetahui,
DirekturAkbidParamataRaha
KabupatenMuna
RosminahMansyarif, S.Si.T.,M.Kes
3. iii
LEMBAR PENGESAHAN
Karya Tulis ini telah diperiksa dan disahkan oleh Tim Penguji Karya Tulis Ilmiah
Akademi Kebidanan Paramata Raha Kabupaten Muna
TIM PENGUJI
1. Sartina, SST (……………………………….)
2. Wa Ode Siti Asma, SST., M.Kes (……………………………….)
3. Andi Asniati, SKM (……………………………….)
Raha, Juli2016
Pembimbing I Pembimbing II
Wa Ode Siti Asma, SST., M.Kes Andi Asniati, SKM
Mengetahui,
Direktur Akbid Paramata Raha
Kabupaten Muna
Rosminah Mansyarif, S.Si.T.,M.Kes
4. iv
RIWAYAT HIDUP
A. Identitas Diri
1. Nama : Dahlia
2. Nim : Psw.2013.IB.0060
3. Tempat/ tanggal lahir : Lagasa, 17 Januari 1994
4. Agama : Islam
5. Suku/Kebangsaan : Muna/Indonesia
6. Alamat : Lagasa
B. Pendidikan
1. SD Negeri 11 Katobu Tahun 2006
2. SMP Negeri 5 Raha Tahun 2009
3. SMK Negeri 1 RahaT ahun 2012
4. Terdaftar di Akademi Kebidanan Paramata Raha Tahun 2013 sampai
sekarang
5. v
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Tidak ada kata yang paling indah selain mengucap puji syukur kepada Sang Maha
Pencipta Allah SWT, karena hanya Rahmat dan Ridho-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini sebagai syarat untuk menyelesaikan
pendidikan Diploma III Di Akademi Kebidanan Paramata Raha Kabupaten Muna
yang judul “Identifikasi penyebab kematian bayi di Ruang Teratai Rumah Sakit
Umum Daerah Kab.MunaTahun 2014-2015”
Dalam penulisan karya tulis ilmiah ini tidak terlepas atas bimbingan,
dorongan dan bantuan dari berbagai pihak baik moral maupun material.
Penghargaan yang tertinggi dan ucapan terimah kasih yang tiada henti penulis
hanturkan kepada Ibu Wa Ode Siti Asma, S.ST., M.Kes selaku pembimbing I dan
Andi Asniati, SKM selaku pembimbing II yang telah meluangkan waktu untuk
memberikan bimbingan, pengarahan, masukan, kritikan serta petunjuk sehingga
tersusunlah Karya Tulis Ilmiah ini. Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini,
tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan kali
ini dengan penuh kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih yang tak
terhingga kepada:
1. La Ode Muhlisi, A. Kep., M.Kes. selaku Ketua Yayasan Pendidikan Sowite
Kabupaten Muna sekaligus penguji yang telah memberikan kesempatan
kepada penulis untuk mengikuti pendidikan di Akademi Kebidanan Paramata
Raha Kabupaten Muna.
6. vi
2. Rosminah Mansyarif, S.Si.T., M.Kes selaku Direktur Akademi Kebidanan
Paramata Raha Kabupaten Muna.
3. Seluruh jajaran Dosen dan para Staf Akademi Kebidanan Paramata Raha
Kabupaten Muna yang telah memberikan petunjuk dan bimbingan selama
mengikuti pendidikan dan penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
4. Ayahanda Nabaing dan Ibunda Immi yang paling kucintai, yang telah
memberikan segala dukungan baik moril maupun materil serta doa restu dan
kasih sayangnya yang tidak pernah putus selama mengikuti pendidikan di
Akademi Kebidana Paramata Raha Kabupaten Muna hingga penyusunan
Karya Tulis ini. Semoga Allah SWT tetap menjaga orang-orang yang paling
kusayangi dalam balutan rahmat dan hidayah-Nya.
5. Siti Arafah, SST selaku kepala Ruang Teratai dan para stafnya yang telah
memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian
6. Saudara-saudaraku tercinta Nana, Agung, Asmawati, Haplin, Erwin Haerul,
Dianti dan Sahrul yang kusayangi yang telah memberikan doa dan motivasi.
7. Seluruh teman-teman seperjuangan D III Akademi Kebidanan Paramata Raha
khususnya kelas B yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu dan memotivasi selama mengikuti pendidikan
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Raha, Juli2016
Penulis
7. vii
DAFTAR ISI
Halaman Judul.................................................................................................. i
Lembar Persetujuan.......................................................................................... ii
Lembar Pengesahan ......................................................................................... iii
Riwayat Hidup ………………………………………………………………. iv
Kata Pengantar ………………………………………………………………. v
Daftar Isi........................................................................................................... vii
Daftar Tabel………………………………………………………………... ix
Daftar Lampiran …………………………………………………………….. x
Intisari ……………………………………………………………………… xi
Bab I Pendahuluan........................................................................................ 1
A. Latar Belakang .............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................... 3
C. Tujuan Penelitian........................................................................... 3
D. Manfaat Penelitian......................................................................... 4
Bab II Tinjauan Pustaka............................................................................. 6
A. Telaah Pustaka............................................................................... 6
B. Landasan Teori.............................................................................. 27
C. Kerangka Konsep .......................................................................... 29
D. Pertanyaan Penelitian ................................................................... 30
Bab III Metode Penelitian ............................................................................. 31
A. Jenis dan Rancangan Penelitian .................................................... 31
B. Subjek Penelitian........................................................................... 31
C. Tempat dan Waktu Penelitian ....................................................... 31
D. Identifikasi Variabel Penelitian..................................................... 31
E. Kriteria Objektif dan Defenisi Operasional .................................. 32
F. Instrumen Penelitian...................................................................... 32
G. Cara Analisis Data......................................................................... 33
H. Jalannya Penelitian........................................................................ 33
8. viii
Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan
A. Letak Geografis…………………………………………………. 35
B.Pembahasan ……………………………………………………… 35
Bab V Kesimpulan dan Saran
A. Kesimpulan………………………………………………………. 45
B. Saran …………………………………………………………….. 45
Daftar Pustaka................................................................................................ 46
Lampiran-lampiran
9. ix
DAFTAR TABEL
Tabel 1 : Defenisi operasinal dan kriteria obyektif ..………………. 32
Tabel 2 : Distribusi Responden yang mengalami kematian di Ruang
Teratai Rumah Sakit Umum Daerah Kab.Muna Tahun
2014-2015 ………………………………………………... 39
10. x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I : Surat Izin Penelitian …………………………………………. 47
Lampiran II : Master Tabel ………………………………………………... 48
Lampiran III : Surat telah melakukan penelitian …………………………… 50
11. xi
INTISARI
Dahlia (2013.IB.0060) “Identifikasi Penyebab Kematian Bayi di Ruang
Teratai Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna Tahun 2014-2015” di
bawah bimbingan Wa Ode Siti Asma dan AndiAsniati
Latar Belakang : Kematian Bayi adalah kematian yang terjadi antara saat
setelah bayi lahir sampai belum berusia tepat satu tahun. Pada tahun 2014 jumlah
bayi baru lahir 319 orang, jumlah kematian 26 orang dan tahun 2015 jumlah bayi
baru lahir 542 orang jumlah kematian 34 orang.
MetodeTelaah : Penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif.
Sampelnya adalah bayi yang meninggal diruang teratai yang berjumlah 59 orang
dengan tehnik pengambilan sampel yaitu total sampling yaitu keseluruhan jumlah
populasi
Hasilpenelitian : Berdasarkan tabel 1 persentase BBLR sebagai penyebab
kematian bayi di Rumah Sakit Umum Daerah Kab.Muna Tahun 2014-2015 adalah
(75,48%), Berdasarkan tabel 2 persentase Gangguan Pernafasan sebagai penyebab
kematian bayi di Rumah Sakit Umum Daerah Kab.Muna Tahun 2014-2015 adalah
(37,74%), Berdasarkan table 3 persentase Sepsis Neonatorum sebagai penyebab
kematian bayi di Rumah Sakit Umum Daerah Kab. Muna Tahun 2014-2015
adalah (50,95%).
Kesimpulan : Penyebab kematian bayi di Rumah Sakit Umum Kab. Muna Tahun
2014 s.d 2015 paling banyak di temukan pada kasus BBLR sebesar 24,52%, dan
yang sedikit Gangguan Pernafasan sebesar 1,88%.
Kata Kunci : Kematian bayi, BBLR, Prematur, Gangguan Pernafasan, asfiksia,
Sepsis Neonatorum
DaftarPustaka : 17 sKepustakaan (2007-2016).
12. 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Periode setelah lahir merupakan awal kehidupan yang tidak menyenangkan
bagi bayi. Hal itu disebabkan oleh lingkungan kehidupan sebelumnya (intrauterus)
dengan kehidupan sekarang (ekstrauterus) yang sangat berbeda. Bayi yang dilahirkan
prematur ataupun bayi yang dilahirkan dengan penyulit/komplikasi, tentu proses
adaptasi kehidupan tersebut menjadi lebih sulit untuk dilaluinya. Bahkan sering kali
menjadi pemicu timbulnya komplikasi lain yang menyebabkan bayi tersebut tidak
mampu melanjutkan kehidupan ke fase berikutnya (meninggal). Bayi seperti ini yang
disebut dengan istilah bayi resiko tinggi (Vhe Key, 2013)
Dalam profil kesehatan Indonesia dijelaskan bahwa beberapa penyebab
kematian bayi dapat bermula dari maspa kehamilaan. Penyebab bayi yang terbanyak
adalah disebabkan karena pertumbuhan janin yang lambat, kekurangan gizi pada
janin, kelahiran premature, dan berat badan lahir rendah (BBLR) sedangkan
penyebab lainnya yang cukup banyak terjadi adalah kejadian kurangnya oksigen
dalam rahim (hipoksia intauterus) dan kegagalan nafas secara spontan dan teratur
saat lahir atau beberapa saat setelah lahir (Hamzah, 2013)
Survei Demografi Kesehatan Indonesia tahun 2012 menyebutkan bahwa
kematian bayi masih pada angka 32 per 1000 kelahiran hidup,dan hal tersebut terjadi
pada minggu pertama kelahirannya, paling besar diakibatkan karena gangguan pada
sistem pernafasannya yang mencapai 36,9%. Salah satu penyebab gangguan sistem
13. 2
pernafasan pada bayi adalah RDN yang mencapai 14% (Erlita, R, 2013)
Menurut laporan kesehatan Propinsi Sulawesi Tenggara Angka Kematian
Bayi (Infant Mortality Rate) yaitu pada tahun 2014 dilaporkan menurun dibandingkan
data tahun 2013, dari 605 kasus menjadi 560 kasus. Disebutkan, kasus kematian bayi
tahun 2014 terbanyak yaitu di Kabupaten Muna, menyusul Koneawe Selatan,
Bombana, Buton, Kolaka, Konawe, Wakatobi, Kolaka Utara, kota Bau-Bau, kota
Kendari, Konawe Utara, Buton, Kolaka Timur, Konawe Kepulauan (Alam, 2014)
Berdasarkan data tahun 2015 jumlah bayi lahir hidup 4245 dengan jumlah bayi lahir
mati 58 bayi. Dimana jumlah kejadian kematian bayi 16 bayi yang disebabkan oleh
asfiksia 11 (66,67%), BBLR 5 bayi (33,33%) (Dinkes Kab. Muna, 2015)
Berdasarkan survey data awal di rekam medik Rumah Sakit Umum Daerah
Kabupaten Muna pada tahun 2014 jumlah bayi baru lahir 319 orang, jumlah
kematian 26 orang dan tahun 2015 jumlah bayi baru lahir 542 orang jumlah kematian
25 orang (Rekam Medik, 2015)
Berdasarkan hal yang telah dikemukakan tersebut jelas bahwa kematian akibat
komplikasi masih banyak di Kabupaten Muna, maka hal ini diperlukan deteksi dini
dan pencegahan awal untuk mengurangi kematian setiap tahunnya. Oleh sebab itu
pengenalan faktor harus dipahami agar mengurangi angka morbiditas dan mortalitas
dari kejadian komplikasi pada bayi, karena jika diberikan asuhan dengan cepat maka
dapat tertolong, namun bila tidak dapat ditangani dengan baik maka akan terjadi
komplikasi dan kematian yang semakin banyak. Berdasarkan hal tersebut, maka
14. 3
penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “Mengidentifikasi Penyebab
Kematian Bayi di Rumah Sakit Umum Daerah Kab.Muna Tahun 2014 s.d 2015”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut maka rumusan masalah dalam penelitian
ini adalah “Bagaimana Penyebab Kematian Bayi di Rumah Sakit Umum Daerah
Kabupaten Muna tahun 2014 s.d 2015.”?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengidentifikasi penyebab kematian bayi di Rumah Sakit Umum Daerah
Kabupaten Muna tahun 2014 s.d 2015
2. Tujuan Khusus
a. Mengindentifikasi BBLR sebagai penyebab kematian bayi di Rumah Sakit
Umum Daerah Kabupaten Muna tahun 2014 s.d 2015?
b. Mengindentifikasi gangguan pernapasan sebagai penyebab kematian bayi di
Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna tahun 2014 s.d 2015?
c. Mengindentifikasi sepsis neonatorum sebagai penyebab kematian bayi di
Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna tahun 2014 s.d 2015?
f. Mengindentifikasi penyebab yang tidak diketahui sebagai penyebab kematian
bayi di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna tahun 2014 s.d 2015?
15. 4
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya konsep atau teori yang
menyokong perkembangan ilmu pengetahuan khusus serta sebagai referensi bagi
peneliti selanjutnya dan sumbangan pengembangan dan penyempurnaan ilmu
pengetahuan yang sudah ada yang terkait dengan penyebab kematian bayi di
Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna tahun 2014 s.d 2015
2. Manfaat Praktis
a. Manfaat bagi Profesi
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai sumber informasi
penentu kebijakan baik di Rumah sakit , Departemen Kesehatan, Dinas
Kesehatan, dalam menyusun perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi program
kesejahteraan ibu dan anak yang terkait dengan permasalahan penyebab
kematian bayi di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna tahun 2014
s.d 2015
b. Manfaat bagi Institusi
Sebagai tambahan literatur dan referensi bagi mahasiswa kebidanan dalam
rangka peningkatan pengetahuan khususnya tentang penyebab kematian bayi
di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna tahun 2014 s.d 2015
c. Manfaat bagi Peneliti
Sebagai wahana latihan untuk menambah wawasan dalam pembuatan Karya
Tulis Ilmiah dan bahan pengetahuan bagi peneliti tentang permasalahan bayi
16. 5
khususnya yang berhubungan dengan penyebab kematian bayi di Rumah Sakit
Umum Daerah Kabupaten Muna tahun 2014 s.d 2015
d. Manfaat bagi Penelitian Selanjutnya
Hasil penelitian diharapkan menjadi salah satu sumber informasi dalam
memperkaya wawasan ilmu pengetahuan dan bahan kepustakaan sekaligus
dapat dijadikan acuan untuk penelitian yang berhubungan penyebab kematian
bayi di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna tahun 2014 s.d 2015
17. 6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Telaah Pustaka
1. Bayi
a. Pengertian
Bayi adalah masa tahapan pertama kehidupan seorang manusia
setelah terlahir dari rahim seorang ibu.Pada masa ini, perkembangan otak dan
fisik bayi selalu menjadi perhatian utama, terutama pada bayi yang terlahir
prematur maupun bayi yang terlahir cukup bulan namun memiliki berat badan
rendah. Baik ibu maupun bapak dan orang-orang terdekat si bayi juga harus
selalu mengawasi serta memberikan perawatan yang terbaik bagi bayi sampai
bayi berumur 1 tahun (Iwansyah, 2012
b. Penyebab Kematian Bayi
Kematian Bayi adalah kematian yang terjadi antara saat setelah bayi
lahir sampai belum berusia tepat satu tahun (Hamzah, 2013). Penyebab utama
kematian bayi adalah bayi lahir premature, Bayi Berat Lahir Rendah ( BBLR
), gangguan pernapasan, asfiksia, sepsis neonatorum. Selain itu, ada factor
yang melatar belakangi tingginya angka kematian bayi antara lain,
pengetahuan masyarakat, budaya, norma masyarakat, akses terhadap
pelayanan masyarakat, pekerjaan, penolong persalinan, keterampilan
penolong, peralatan yang kurang memadai.
18. 7
Banyak yang dikaitkan dengan kematian bayi. Secara garis besar, dari
sisipenyebabnya, kematian bayi ada dua macam yaitu kematian
endogen/kematian neonatal dan kematian eksogen / post neonatal
1) Kematian Endogen/neonatal adalah kematian bayi yang terjadi pada bulan
pertama setelah dilahirkan, dan umumnya disebabkan oleh factor – factor
yang dibawa anak sejak lahir, yang diperoleh dari orang tuanya pada saat
konsepsi atau didapat selama kehamilan
2) Kematian Eksogen/post neonatal adalah kematian bayi yang terjadi
setelah usia satu tahun yang disebabkan oleh factor – factor yang bertalian
dengan pengaruh lingkungan luar ( Hamzah, 2013 )
2. Neonatus
Neonatus adalah dapat dikatakan dengan singkat masa usiaanak dari
sejaklahir kedunia sampai dengan 4 minggu ( 0-28 hari ). Anak mengalami
tumbuhdanberkembang tidak hanya dimulai dari masa neonatus, namun
sejak dalamkandungan. Pada masa neonatus ini terbagi dalam dua masa
yaitu antara lain:
a. Masa Portune
Masa portune pada bayi berlangsung antara 15 – 30 menit pertama
sejak bayilahir sampai tali pusatnya dipotong.
19. 8
b. Masa Neonate
Masa neonate berlangsung pada saat pengguntingan tali pusat, anak
menjadiindividu yang terpisah dan berdiri sendiri. Masa ini ditandai
dengan penyesuaian terhadap lingkungan baru menurut criteria
kesehatan penyesuaian tercapai terhadap ditandai dengan terlepasnya
tali pusat. Sedangkan menurut criteria psikologi penyesuaiannya
tercapai apabila telah tercapai kembali berat badannya yang
berkurangsetelah lahir dan mulai menampakkan tanda – tanda
kemajuan perkembangan dalamtingkah laku ( masa platea ).
3. Kematian Neonatal
a. Pengertian
Kematian neonatal adalah kematian bayi yang terjadi pada bulan
pertama setelah dilahirkan, dan umumnya disebabkan oleh factor – factor
yang dibawa anak sejak lahir yang diperoleh dari orang tuanya pada saat
konsepsi atau didapat selam kehamilan.Kematian neonatal terdiri dari
sebagai berikut :
1) Kematian neonatal dini yaitu kematian seorang bayi yang dilahirkan
hidup dalam waktu 7 hari setelah lahir.
2) Kematian neonatal lanjut yaitu kematian seorang bayi yang terjadi pada
bulan pertama setelah dilahirkan, dan umumnya disebabkan leh factor –
20. 9
factor yang dibawa anak sejak lahir yang diperoleh dari orang tuanya
pada saat konsepsi atau didapat selama kehamilan.
b.Faktor–faktor yang Mempengaruhi Penyebab Kematian Neonatal
1) Faktor ibu
a) Usia ibu
Resiko kematian pada kelompok umur dibawah 20 tahun dan pada
kelompok umur diatas 35 tahun adalah 3x lebih tinggi dari kelompok umur
reproduksi sehat 20 sampai 34 tahun
b) Paritas
Paritas adalah jumlah persalinan yang pernah dialami wanita.
Menurut Wiknjosastro (2006) paritas I dan paritas tinggi (lebih dari 3)
mempunyai angka kematian maternal lebih tinggi. Lebih tinggi paritas,
lebih tinggi kematian maternal
c) Penyulit dalam kehamilan atau persalinan
(Hiperemesis gravidarum, adalah mual dan muntah yang berlebihan
pada wanita hamil sampai mengganggu pekerjaan sehari-hari karena
keadaan umumnya menjadi buruk karena, terjadinya dehidrasi.
(1) Toksemia gravidarum, adalah trias HPE (Hipertensi, Proteinurinia,
edema), yang kadang-kadang bila keadaan lebih parah di ikuti oleh KK
(kejang-kejang atau konvulsi dan koma).
(2) Abortus atau keguguran, adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum
janin dapat hidup di luar kandungan
21. 10
(3) Kelainan letak kehamilan (kehamilan ektopik), adalah keadaan
abnormal implantasi hasil konsepsi terjadi di luar endometrium rahim
(4) Penyakit trofoblas, disebabkan oleh kehamilan yang berasal dari
kelainan pertumbuhan trofoblas plasenta atau calon plasenta yang
bersifat neoplasitik.
(5) Penyakit dan kelainan plasenta dan tali pusat, plasenta normal beratnya
kira-kira 500 gram atau 1/6 dari berat badan janin, diameternya rata-rata
15-20 cm dengan tebal 2,5 cm
(6) Air ketuban dan kelainan, asal air ketuban dari fetal urin, transudasi
dari darah ibu, sekresi dari epitel amnion dan a mixed origin.
(7) Kehamilan ganda, adalah kehamilan dengan dua janin atau lebih. Sejak
ditemukan obat-obatan dan cara ovulasi maka dari laporan-laporan
seluruh pelosok dunia, frekuensi kehamilan kembar condong meningkat
bahkan sekarang telah ada hamil kembar lebih dari 6 janin.
d) Cara persalinan
1) Persalinan spontan yaitu bila persalinan ini berlangsung dengan
kekuatan ibu sendiri dan melalui jalan lahir.
2) Persalinan buatan yaitu sebaliknya bila persalinan dibantu dengan
tenaga dari luar, misalnya ekstraksi dengan forceps, atau dilakukan
operasi sectio caesarea.
3) Persalinan anjuran yaitu berhubungan dengan tuanya umur kehamilan
dan berat badan bayi yang dilahirkan.
22. 11
4) Gawat janin atau kematian janin, tidak boleh merupakan penghalang
untuk melakukan tindakan seksio sesaria, demi menjaga keselamatan
ibu. Akan tetapi, gawat ibu terpaksa akan menunda tindakan seksio
sesarea sampai keadaan ibu membaik, dan di dukung dengan fasilitas
memungkinkan, maka jangan ragu-ragu untuk melakukan tindakan
seksio sesarea.
2) Faktor bayi
a) Umur kehamilan ibu
Faktor usia kehamilan juga harus diperhatikan dalam kematian neonatal,
sebagian besar bayi meninggal pada minggu pertama adalah bayi
prematur karena morbiditas dan mortalitas neonatus tidak hanya
tergantung pada berat badannya tetapi juga pada tingkat kematangan
(maturitas) bayi tersebut. Hal ini penting dipikirkan karena ia berkaitan
dengan kemampuan seorang bayi untuk menyesuaikan dirinya dengan
lingkungan di luar rahim ibunya.
b) Berat badan lahir bayi
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) merupakan salah satu faktor
terpenting kematian neonatal dan juga sebagai determinan yang cukup
bermakna bagi kematian bayi dan balita. Menurut Chase, bayi lahir
dengan BBLR memiliki kemungkinan untuk meninggal selama masa
neonatal sebanyak 20-30 kali lebih besar dibandingkan dengan bayi
yang lahir dengan berat cukup
23. 12
Menurut hasil Riskesdas 2007, penyebab kematian bayi baru lahir 0-6 hari
dan 7-28 hari di Indonesia adalah
1. BBLR
Bayi prematur adalah bayi yang lahir dengan usia gestasi kurang dari
dan sama dengan 37 minggu dengan berat badan lahir rendah yaitu kurang dari
2500 gram. Sejak tahun 1961 WHO (World Health Organization) telah mengganti
istilah prematur dengan bayi dengan berat lahir rendah (BBLR) atau Low Birth
Weight Baby. Hal ini dilakukan karena tidak semua bayi dengan berat kurang dari
2500 gram pada lahir waktu lahir disebut bayi prematur. Seorang bayi prematur
belum berfungsi seperti bayi matur, oleh sebab itu bayi akan banyak mengalami
kesulitan untuk hidup diluar uterus ibunya (Prawirohardjo, 2009)
Penyebab prematur dengan berat badan rendah di bagi atas empat faktor
maternal, fetal, medical dan iatrogenik. Faktor maternal adalah penyakit yang
dialami ibu selama mengandung, komplikasi persalinan seperti plasenta previa,
perdarahan, serviks inkompeten, dan infeksi maternal. Faktor fetal adalah
kehamilan ganda dan malformasi kongenital. Faktor medical adalah proses
kelahiran yang harus dilakukan sebelum waktunya oleh karena ibunya diabetes,
penyakit jantung yang parah, hipertensi, hipoksia fetus, hidrops fetalis, dan lain-
lain ( Maisarah, I.S. 2010 )
24. 13
2.Gangguan Pernapasan
a. Pengertian
Kegawatan pernapasan adalah keadaan kekurangan oksigen yang terjadi
dalam jangka waktu relatif lama sehingga mengaktifkan metabolism anaerob yang
menghasilkan asam laktat. Apabila keadaan asidosis memburuk dan terjadi
penurunan aliran darah ke otak maka akan terjadi kerusakan otak dan organ lain.
Selanjutnyadapat terjadi depresi pernapasan yang dimanifestasikan dengan apneu
yang memanjang dan bahkan dapat menyebabkan kematian
Kegawatan pernapasan dapat terjadi pada bayi aterm maupun pada bayi
preterm, yaitu bayi dengan berat lahir cukup maupun dengan berat lahir rendah
(BBLR).Bayi dengan BBLR yang preterm mempunyai potensi kegawatan lebih
besar karena belum maturnya fungsi organ-organ tubuh.
Kegawatan pernapasan ini menimbulkan dampak negatif bagi tubuh bayi
berupa terjadinya kekurangan oksigen pada tubuh (hipoksia ). Tubuh bayi akan
beradaptasi dengan cara mengaktifkan metabolism anaerob yang menghasilkan
asam laktat. Apabila hipoksia berlanjut, gerakan akan berhenti, denyut jantung
mulai menurun dan tonus otot neuromuskuler berkurang secara berangsur-angsur.
Pada fase ini akan terjadi apneu primer. Apabila hipoksia berlanjut, denyut
jantung terus menurun, tekanan darah akan semakin menurun, bayi tidak bereaksi
terhadap rangsangan dan tidak menunjukkan upaya pernapasan secara spontan.
Pada fase iniakan terjadi apneu sekunder dan akan terjadi kematian bila tidak
segera dilakukan resusitasi dengan pernapasan buatan.
25. 14
Secara klinis keadaan apneu primer atau apneu sekunder sulit
dibedakan.Hal ini berarti bahwa dalam menghadapi bayi dengan kondisi apneu,
harus dianggap bahwa bayi mengalami apneu sekunderdan harus segera dilakukan
resusitasi.Resusitasi bertujuan memberikan ventilasi yang adekuat, pemberian
oksigen dan curah jantung yang cukup untuk menyalurkan oksigen ke otak,
jantung dan alat vital lainnya. Tindakan resusitasi mengikuti tahapan yang dikenal
sebagai ABC Resusitasi yaitu:
A : Airway, mempertahankan saluran napas terbuka melliputi kegiatan
meletakkan bayi dengan posisi sedikit ekstensi, menghisap mulut dan hidung
bayi.
B : Breathing, memberikan napas buatan meliputi kegiatan melakukan rangsang
taktil untuk memulai pernapasan, melakukan ventilasi tekanan positif dengan
sungkup dan balon.
C : Circulation, mempertahankan sirkulasi (peredaran) darah meliputi kegiatan
mempertahankan sirkulasi darah dengan cara kompres dada.
b Etiologi
Towel dalam Jumiarni, menggolongkan penyebab kegagalan pernapasan
pada neonatus yang terdiri dari faktor ibu, faktor plasenta, faktor janin dan faktor
persalinan.
1) Faktor ibu
Meliputi hipoksia pada ibu, usia ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35
tahun, gravida empat atau lebih, sosial ekonomi rendah, maupun penyakit
26. 15
pembuluh darah ibu yang mengganggu pertukaran gas janin seperti hipertensi,
penyakit jantung, diabetes mellitus dan lain-lain.
(a) Faktor plasenta
Meliputi solusio plasenta, perdarahan plasenta, plasenta kecil, plasenta
tipis, plasenta tida menempel pada tempatnya.
(b) Faktor janin atau neonatus
Meliputi tali pusat menumbung, tali pusat melilit leher, kompresi tali pusat
antara janin dan jalan lahir, gemeli, prematur, kelainan kongenital pada
neonatus dan lain-lain.
(c) Faktor persalinan
Meliputi partus lama, partus dengan tindakan dan lain-lain.
3. Sepsis Neonatorum
a. Pengertian
Sepsis neonatorum atau septicemia neonatorum merupakan keadaan
dimana terdapat infeksi oleh bakteri dalam darah di seluruh tubuh yang terjadi
pada bayi baru lahir 0 – 28 hari pertama (Maryunani dan Nurhayati, 2009)
Sepsis neonatorum yaitu infeksi sistemik pada neonatus yang
disebabkan oleh bakteri, jamur dan virus (Fauziah dan Sudarti : 2013).
b. Klasifikasi.
1) Sepsis Awitan Dini (EOS-early onset sepsis)
27. 16
Merupakan infeksi perinatal yang terjadi segera dalam periode setelah
lahir (kurang dari 72 jam) dan biasanya diperoleh pada saat proses
kelahiran atau inutero.
Karakteristiknya yaitu didapat dari bentuk langsung atau tidak langsung
dengan organisme yang ditemukan dari lingkungan tempat perawatan
bayi, sering mengalami komplikasi (Maryunani dan Nurhayati, 2009).
2) Sepsis Awitan Lambat / SAL / Sepsis lanjutan / Sepsis Nosokomial
Merupakan infeksi setelah lahir ( lebih dari 72 jam) yang di peroleh
dari lingkungan sekitar atau rumah sakit (infeksi nosokomial).
Karakteristiknya yaitu didapat dari bentuk langsung atau tidak langsung
dengan organisme yang ditemukan dari lingkungan tempat perawatan
bayi, sering mengalami kompikasi (Maryunani dan Nurhayati, 2009).
c. Etiologi.
Penyebabnya biasanya adalah infeksi bakteri:
1) Ketuban pecah sebelum waktunya
2) Perdarahan atau infeksi pada ibu.
3) Penyebab yang lain karena bakteri virus, dan jamur, yang terserang
bakteri, jenis bakteri bervariasi tergantung tempat dan waktu seperti
Streptococus group B (SGB), bakteri enterik dari saluran kelamin ibu,
virus herpes simplek, Enterovirus, E. Coli, Candida, Stafilokokus.
28. 17
d. Patofisiologi
1) Selama dalam Kandungan
Oleh karena terlindung berbagai organ tubuh seperti plasenta, selaput
amnion, khorion dan beberapa faktor anti infeksi pada cairan amnion,
janin selama dalam kandungan sebenarnya relatif aman terhadap
kontaminasi. Namun, terdapat beberapa kemungkinan kontaminasi
kuman melalui :
(a) Infeksi kuman yang diderita ibu yang dapat mencapai janin
melalui aliran darah menembus barier plasenta dan masuk
sirkulasi janin.
(b) Prosedur tindakan obstetri yang kurang memperhatikan factor
antiseptic misalnya pada saat pengambilan contoh darah janin.
(c) Pada saat ketuban pecah, paparan kuman yang berasal dari vagina
akan berperan dalam infeksi janin.
2) Setelah Lahir
Kontaminasi kuman dapat terjadi dari lingkungan bayi oleh karena
antara lain hal-hal berikut ini :
(a) Infeksi silang
(b) Alat-alat yang digunakan bayi kurang bersih / steril
(c) Prosedur invasive seperti kateterisasi umbilicus
(d) Kurang memperhatikan tindakan aseptic
(e) Rawat inap terlalu lama
29. 18
(f) Bayi yang dirawat terlalu banyak / padat (Maryunani dan
Nurhayati, 2009).
e Faktor Risiko
1) Faktor risiko dilihat dari :
a) Sepsis Awitan Dini (SAD), meliputi :
(1) Kolonisasi maternal dalam GBS, infeksi fekal
(2) Malnutrisi pada ibu
(3) Prematuritas, BBLR (Maryunani dan Nurhayati, 2009).
(4) Ketuban pecah dini memanjang (>18 jam)
(5) Demam saat ibu melahirkan (> 38ºC)
(6) Khorioamnionitis
(7) Bayi sebelumnya terinfeksi (Fanaroff dan Lissauer, 2013).
b) Sepsis Awitan Lanjutan (SAL), meliputi :
(1) BBLR, pertumbuhan janin terhambat / IUGR
(2) Nutrisi parenteral totalis, pemberian makanan melalui selang
(3) Pemberian antibiotic (Maryunani dan Nurhayati, 2009).
(4) Prematuritas
(5) Kerusakan kulit akibat plester, alat-alat yang terpasang pada
kulit, dan lain-lain (Fanaroff dan Lissauer, 2013).
2) Faktor risiko dilihat dari faktor risiko ibu dan bayi
a) Faktor risiko ibu
30. 19
(1) Perdarahan
(2) Ketuban pecah dini dan ketuban pecah lama > 18 jam
(3) Infeksi dan demam > 38ºC pada masa peripartum karena
khorioamnionitis infeksi saluran kemih, kolonisasi kuman
streptokokus group B di vagina, kolonisasi kuman E.Coli di
perineum.
(4) Cairan ketuban hijau dan keruh
(5) Kehamilan kembar
(6) Proses kelahiran yang lama dan sulit
(7) Faktor sosial ekonomi dan gizi buruk pada ibu (Maryunani dan
Nurhayati, 2009).
(8) Infeksi saat hamil (TORCH)
(9) Persalinan tidak steril (Fauziah dan Sudarti, 2013).
b) Faktor risiko bayi
(1) Bayi prematur dan berat lahir rendah
(2) Bayi dengan cacat bawaan
(3) Bayi dirawat di rumah sakit
(4) Bayi dilakukan tindakan resusitasi pada saat lahir
(5) Bayi dilakukan invasive, seperti pemasangan infus, kateter,
intubasi ETT, pemakaian ventilator, akses vena sentral,
pembedahan.
31. 20
(6) Bayi dengan asfiksia neonatorum
(7) Bayi yang tidak diberi ASI
(8) Bayi dengan pemberian nutrisi parenteral
(9) Bayi yang dirawat terlalu lama di ruang intensif bayi
(10) Bayi yang dirawat di ruang rawat bayi baru lahir terlalu padat
(11) Kebersihan ruang bayi atau ruang intensif bayi yang buruk
(12) Prosedur cuci tangan yang tidak benar pada tenaga kesehatan
maupun anggota keluarga pasien (bayi) (Maryunani dan
Nurhayati, 2009).
e. Tanda dan Gejala.
Tanda dan gejala sepsis neonatorum dibagi menjadi enam kelompok, antara
lain :
1) Gejala umum, tampak sakit, tidak mau minum, suhu naik turun, sklerema
2) Gejala gastrointestinal, muntah, diare, hepatomegali, perut kembung
3) Gejala saluran nafas, dispneu, takipneu, sianosis
4) Gejala kardiovaskuler, takikardi, edema, dehidrasi
5) Gejala syaraf pusat, letargi, iritabel, kejang, gejala hematomegali, ikterus,
splenomegali, pteki/perdarahan, lekopenia (fauziah dan sudarti, 2013)
f. Diagnosis
Gejala sepsis sering kali tidak khas pada bayi. Maka diperlukan pemeriksaan
laboratorium untuk menegakkan diagnosis sepsis, hal ini meliputi beberapa
hal sebagai berikut :
32. 21
1) Pemeriksaan hematologi
(a) Trombosit : < 100.000/μL
(b) Leukosit : dapat meningkat atau menurun
(c) Pemeriksaan kadar D-Dimer
Tes darah lainnya dapat memeriksa fungsi organ tubuh seperti hati dan ginjal
(Maryunani dan Nurhayati, 2009).
2) Kultur darah untuk menentukan ada atau tidaknya bakteri di dalam darah
(Putra, 2012).
3) Urine diambil dengan kateter steril untuk memeriksa urine di bawah
mikroskop, dan kultur urine untuk mengetahui ada atau tidaknya bakteri
(Putra, 2012).
4) Pungsi lumbal (pengambilan cairan otak dari tulang belakang) untuk
mengetahui bayi terkena meningitis (Putra, 2012).
5) Rontgen terutama paru-paru untuk memastikan ada atau tidaknya pneumonia
(Putra, 2012).
6) Jika bayi menggunakan perlengkapan medis di tubuhnya, seperti infus atau
kateter, maka cairan dalam perlengkapan medis tersebut akan diperiksa ada
atau tidaknya tanda-tanda infeksi (Putra, 2012).
7) Pemeriksaan C-Reactive Protein (CRP) merupakan pemeriksaan protein yang
disintesis di hepatosit dan muncul pada fase akut bila terdapat kerusakan
jaringan (Maryunani dan Nurhayati, 2009).
33. 22
8) Lokasi infeksi-pertimbangkan aspirasi jarum atau biopsi untuk pemeriksaan
gram dan mikroskopi direk (Fanaroff dan Lissauer, 2013).
9) Aspirat trakea bila menggunakan ventilasi mekanik. Pertimbangkan (Fanaroff
dan Lissauer, 2013).
10) Kultur vagina ibu (Fanaroff dan Lissauer, 2013).
11) Kultur jaringan plasenta dan histopatologi (Fanaroff dan Lissauer, 2013).
12) Skrining antigen cepat (Fanaroff dan Lissauer, 2013).
13) Gas darah (Fanaroff dan Lissauer, 2013).
14) Skrining koagulasi (Fanaroff dan Lissauer, 2013).
g. Prognosis
25% bayi meninggal meskipun telah diberikan antibiotik dan perawatan
intensi.Angka kematian pada bayi prematur yang kecil adalah dua kali lebih besar
(Marmi dan Rahardjo, 2012).
h. Penanganan.
1) Terapi suportif - jalan napas, pernapasan, sirkulasi (A-B-C: airway, breathing,
circulation). Periksa gula darah.
2) Obati dengan antibiotik segera bila ada dugaan sepsis, segera setelah
mengambil kultur tetapi sambil menunggu hasil kultur.
3) Pilihan antibiotik bergantung kepada kejadian dan praktik setempat.
(a) Sepsis awitan dini (Early-onset sepsis)
Mencakup organisme gram positif dan gram negatif, contoh : penicillin /
amoxcillin + aminoglikosida (misalnya : gentamisin / tobramisin).
34. 23
(b) Sepsis awitan lambat (Late-onset sepsis)
Perlu juga mencakup stafilokokus dan enterokokkus koagulase negative ,
contoh : methicillin / flucloxacillin + gentamisin atau sefalosporin /
gentamisin + vancomysin. Bila terpasang kateter vena sentral, pindahkan
bila tidak ada respons terhadap antibiotik, kultur terus menerus positif,
adanya organisme gram negatif atau sangat sakit (Fanaroff dan Lissauer,
2013)
4. Kematian Perinatal
a. Pengertian
Kematian perinatal (perinatal mortality) adalah jumlah bayi lahir-
mati dan kematian bayi dalam tujuh hari pertama sesudah lahir (early
neonatal) yang terjadi dari masa kehamilan ibu 28 minggu atau lebih. Adapun
angka kematian perinatal adalah jumlah lahir mati (umur kehamilan ibu 28
minggu) ditambah jumlah kematian neonatal dini (umur bayi 0 – 7 hari) per
jumlah kelahiran hidup pada tahun yang sama dikali 1000 (Wiknjosastro,
2006).
Kematian maternal dan perinatal merupakan masalah besar,
khususnya di negara berkembang sekitar 98% - 99%, sedangkan negara maju
hanya 1%-2%. Menurut laporan World Health Organization (WHO) tahun
2000 kematian perinatal adalah 400 per 100.000 orang atau sekitar 200.000
ribu orang pertahun sehingga kematian perinatal terjadi 1,2-1,5 menit.
35. 24
Kematian perinatal di Indonesia adalah yang tertinggi diantara negara-negara
Association South Of East Nation (ASEAN) kejadiannya sekitar 15 kali di
Malaysia (Manuaba, 2007).
Hampir seluruh dari kematian perinatal adalah bayi lahir mati atau
disebut juga Kematian Janin Dalam Rahim(KJDR). Menurut hasil riset
kesehatan dasar yang dilakukan Departemen Kesehatan (Depkes) tahun 1997,
kematian perinatal terbesar disebabkan oleh kematian janin dalam rahim
(31,3%) disusul asfiksia (20,4%) dan prematur (18,7%). (Anonim,2009).
Kematian perinatal dini (early neonatal death) ialah kematian bayi
dalam 7 hari pertama kehidupannya. Sedangkan kematian perinatal (perinatal
mortality) ialah bayi lahir mati dan kematian bayi dalam 7 hari pertama
sesudah lahir (ACOG, 2009)
Kematian pada masa kehamilan 28 minggu sampai dengan 7 hari
sesudah lahir.angka kematian perinatal ( perinatal mortality rate ) adalah
jumlah kematian perinatal dikalikan 1.000 kemudian dibagi dengan jumlah
bayi lahir hidup dan lahir mati. Kematian neonatal dini (early neonatal death )
kematian pada 7 hari pertama sesudah lahir. jika umur bayi kurang dari satu
hari, gunakan hitungan umur sesuai, jam atau menit. Kematian neonatal lanjut
( late neonatal death ) adalah kematian bayi pada hari ke 7-28 sesudah lahir (
Muslihatun W N, 2011 )
36. 25
Kematian perinatal merupakan ukuran kemampuan pelayanan
kesehatan suatu negara. Untuk dapat lebih memahami kematian ditetapkan
beberapa definisi sebagai berikut :
1) Kelahiran hidup (live birth) : dikeluarkan hasil konsepsi secara sempurna
dari ibunya yang setelah dipisahkan mempunyai tanda-tanda kehidupan,
tanpa memandang umur kehamilan.
2) Kematian janin (fetal death) : kematian hasil konsepsi, sebelum
dikeluarkan dengan sempurna dari ibunya,tanpa memandang umur
kehamilannya
Penggolongan pada kematian janin
a) Kematian sebelum umur hamil 20 minggu.
b) Kematian janin antara umur hamil 20 – 28 minggu
c) Kematian janin setelah umur hamil 28 minggu atau berat diatas 1.000
gr.
d) Kematian yang tidak dapat digolongkan
Kelahiran mati (stillbirth) adalah kematian hasil konsepsi setelah
mencapai umur 28 minggu atau berat diatas 1.000 gr.Kematian
perinatal dini adalah kematian bayi dalam 7 hari pertama
hidupnya.Kematian perinatal adalah jumlah lahir mati ditambah
dengan kematian bayi dalam 7 hari pertama kehidupannya.Bayi berat
badan lahir rendah (BBLR) bayi dengan berat badan lahir sama atau
kurang dari 2.500 gr (manuaba, 2010)
37. 26
Kematian ibu dan perinatal merupakan tolak ukur kemampuan
pelayanan kesehatan suatu negara. Di negara ASEAN , indonesia
mempunyai angka kematian tertinggi 330 / 100.000 dan angka
kematian perinatal 420/100000 persalinan hidup.
AKI bervariasi di berbagai daerah dengan rentang 330 –
700/100.000.Angka kematian perinatal dengan cepat dapat dirasakan
penurunannya tetapi AKI belum terjadi penurunan. Bila persalinan di
indonesia di perkirakan 5.000.000 per tahun :
1) AKI : 16.000 -17 000 / tahu. Sepertiga yang disebabkan abortus
terjadi 45-55/hari atau setiap 25-30 menit ; sepertiga lainnya atau
6.000 – 7000 sebab akibat gugur kandungan yang tidak aman dan
tidak bersih.
2) AKP : 29.000/tahun atau 2.417 / Bulan atau 80/hari setiap 18
menit. Kematian ibu dan perinatal terjadi justru pada pertolongan
pertama yang sangat diperlukan,sehingga sebenarnya masih
banyak mempunyai peluang untuk dapat menghindari atau
menurunkannya ( manuaba, 2008 )
Sekarang, kematian bayi dianggap sebagai ukuran yang lebih baik
untuk menilai kualitas pelayanan kebidanan. Untuk itu digunakan
angka kematian perinatal ( perinatal mortality rate ) yang terdiri atas
jumlah anak yang tidak menunjukan tanda – tanda hidup waktu
dilahirkan, ditambah dengan jumlah anak yang meninggal dalam
38. 27
minggu pertama dalam kehidupannya, untuk 1000 kelahiran.
Penurunan jumlah kematian perinatal dapat dicapai disamping
membuat persalinan seaman-amannya bagi bayi dengan
mengusahakan agar janin dalam kandungan dapat hidup dalam kondisi
sebaik-baiknya hal ini menjadi dorongan kuat untuk lebih mengetahui
faktor-faktor yang mempengaruhi kematian janin dalam uterus,
termasuk apa yang menyebabkan prematuritas ( sebagian besar bayi
yang meninggal dalam minggu pertama ialah bayi prematur ).
Perkembangan ini membuka bidang yang luas serta baru bagi ilmu
kebidanan.
Sedangkan angka kematian bayi ( infant mortality rate ), yakni angka
kematian bayi sampai umur satu tahun, di negara-negara maju telah
turun dengan cepat dan sekarang mencapai angka dibawah 20 pada
1.000 kelahiran. Penurunan angka kematian perinanatal berlangsung
lebih lamban, sebabnya ialah karena kesehatan serta keselamatan janin
dalam rahim sangat bergantung dari keadaan dan kesempurnaan
bekerjanya sistem dalam tubuh ibu yang mempunyai fungsi untuk
menumbuhkan hasil konsepsi dari mudigah menjadi janin cukup
bulan(Prawirohardjo S, 2009 )
B. Landasan Teori
Landasan teori ini menjelaskan beberapa teori penyebab kematian bayi
baru lahir/ prematuritas,BBLR penyebabnya sebagai berikut:
39. 28
Kematian bayi adalah kematian yang terjadi antara saat setelah bayi lahir sampai
belum berusia tepat satu tahun (Hamzah, 2013)
1. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi baru lahir yang berat badan
lahirnya pada saat kelahiran kurang dari 2.500 gram. Dahulu neonatus dengan
berat badan lahir kurang dari 2.500 gram atau sama dengan 2.500 gram disebut
prematur. Pada tahun 1961 oleh WHO semua bayi yang baru lahir dengan berat
lahir kurang dari 2.500 gram disebut Low Birth Weight Infants
(BBLR).Beratbadan lahir ada dua kelompok yaitu bayi yang lahir dengan usia
kehamilan kurang dari 37 minggu (preterm) yang disebut berat badan rendah
prematur dan dan bayi yang lahir dengan usia kehamilan besar 37 minggu yang
disebut pertumbuhan janin terhambat (IUGR).
2. Gangguanpernapasan adalah keadaan kekurangan oksigen yang terjadi dalam
jangka waktu relatif lama sehingga mengaktifkan metabolism anaerob yang
menghasilkan asam laktat. Apabila keadaan asidosis memburuk dan terjadi
penurunan aliran darah ke otak maka akan terjadi kerusakan otak dan organ lain.
Selanjutnya dapat terjadi depresi pernapasan yang dimanifestasikan dengan apneu
yang memanjang dan bahkan dapat menyebabkan kematian
3. Sepsis neonatorum atau septicemia neonatorum merupakan keadaan dimana
terdapat infeksi oleh bakteri dalam darah di seluruh tubuh yang terjadi pada bayi
baru lahir 0 – 28 hari pertama (Maryunani dan Nurhayati, 2009).
40. 29
C. Kerangka Konsep
Gambar 1. Kerangka Konsep
Keterangan :
: Variabel Independent
: Hubungan variabel yang diteliti
: Variabel Dependent
Variabel bebas : BBLR, gangguan pernapasan, dan sepsis neonatorum
Variabel terikat : Bayi dengan komplikasi
Penyebab Kematian
Bayi
BBLR
Gangguan pernapasan
Sepsis neonatorum
Penyebab yang tidak
diketahui
41. 30
D. Pertanyaan Penelitian
1. Berapa persentaseBBLR sebagai penyebab kematian bayi di Rumah Sakit Umum
Daerah Kabupaten Muna tahun 2014 s.d 2015?
2. Berapa persentasegangguan pernapasan sebagai penyebab kematian bayi di
Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna tahun 2014 s.d 2015?
3. Berapa persentasesepsis neonatorum sebagai penyebab kematian bayi di Rumah
Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna tahun 2014 s.d 2015?
4. Berapa persentase penyebab yang tidak diketahuisebagai penyebab kematian
bayi di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna tahun 2014 s.d 2015?
42. 31
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif yakni penelitian yang
menggambarkan dan menerangkan masalah penelitian yang terjadi yakni
mengidentifikasi penyebab kematian bayi di RSUD Kabupaten Muna tahun 2014 s.d
2015 (Nursalam, 2016).
B. Subyek Penelitian
1. Populasi
Populasi dalam penelitian adalah semua bayi yang meninggal diruang teratai
RSUD Kabupaten Muna pada tahun 2014 s.d 2015 sebanyak 59 orang
2. Sampel
Sampel pada penelitian ini adalah bayi yang meninggal diruang teratai yang
berjumlah 59orang dengan teknik pengambilan sampel secara total sampling yaitu
keseluruhan jumlah populasi
C. Tempat dan WaktuPenelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Ruang Teratai RSUD Kabupaten Muna pada
tanggal 10-17 Juli 2016.
D. Identifikasi Variabel Penelitian
Variabel dependent dalam penelitian ini adalah penyebab kematian bayi ,sedangkan
variabel independen dalam penelitian ini yaitu BBLR, asfiksia, prematuritas,
gangguan pernapasan, dan sepsis neonatorum
43. 32
E. Defenisi Operasional dan Kriteria Obyektif
Defenisi operasional dapat disajikan pada tabel 1
Tabel 1
Defenisi Operasional dan Kriteria Obyektif
N
o
Variabel Defenisi operasional
Kriteria
obyektif
Alat
ukur
Skala
1. 1
.
Dependent
Kematian bayi
Bayi yang meninggal yang
tertulis dibuku rekam medik
berdasarkan diagnose dokter
Cheklist Nominal
2. 2
.
Independent
BBLR,
BBLR yang tertulis dibuku
rekam medik berdasarkan
diagnosa dokter
Cheklist Nominal
3.
4. Sepsisneonatorum Sepsisneonatorum yang
tertulis dibuku rekam medik
berdasarkan diagnosa dokter
Cheklist Nominal
5.
6. Gangguan
pernapasan
Bayi yang RDN, USB dispnue
HDN, yang tertulis dibuku
rekam medik berdasarkan
diagnosa dokter
Cheklist Nominal
E. Instrumen Penelitian
Untuk pengambilan data dalam penelitian ini yaitu data sekunder dengan
dengan cara pengambilan data melalui rekam medik. Alat ukur yang digunakan
adalah lembar checklist
44. 33
F. Cara Analisis Data
1. Analisis Univariat
Data yang diperoleh dari hasil pengumpulan data disajikan dalam bentuk table
distribusi frekuensi dan grafik.Dalam penelitian ini dilakukan analisis univariat
secara deskriptif sederhana berupa persentase.
Rumus yang digunakan adalah :
= 100%
Keterangan:
f = Frekuensi (Jumlah Populasi)
P = Persentase (Jumlah Hasil)
n = Jumlah sampel (Putri Ariani, 2014).
G. JalannyaPenelitian
1. Tahap Persiapan
Pelaksanaan penelitian dimulai dengan mengurus surat izin penelitian
pada institusi yang ditujukan kepada kantor Badan Kesbang Pol dan Linmas
Kabupaten Muna, kemudian dari kantor badan kesbang pol dan linmas
kabupaten muna membawa surat izin penelitian ke rumah sakit umum daerah
kabupaten muna.
45. 34
2. Tahap Pelaksanaan
Dimulai dengan pengambilan sampel melalui buku register pasien di
ruang bersalin kemudian ditulis dalam lembaran cheklist sesuai dengan
kriteria sampel
3. Tahap Pengolahan dan Analisis Data
Data yang dikumpulkan kemudian diolah dan dianalisis dengan
menggunakan analisis distribusi frekuensi sebagai bahan untuk penyusunan
hasil penelitian
4. Tahap Penulisan Laporan
Pada tahap ini disusun laporan sebagai tahaap akhir dari penelitian.
46. 35
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
a. Letak Geografis
Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna Propinsi Sulawesi
tenggara terletak di ibukota kabupaten tepatnya di jalan Sultan Syahrir
Kelurahan Laende Kecamatan Katobu Kabupaten Muna Propinsi Sulawesi
Tenggara. Lokasi ini mudah dijangkau dengan kendaraan umum dengan batas
sebagai berikut :
1) Sebelah Utara : Jl. Basuki Rahmat
2) Sebelah Timur : Jl. Sultan Hasanudin
3) Sebelah Selatan : Jl. Laode Pandu
4) Sebelah Barat : Jl. Ir. Juanda
b. Sejarah Singkat
Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna didirikan pada masa
penjajahan Belanda oleh mantri yang berkebangsaan Belanda.Pada saat itu
mantri berkebangsaan Belanda hanya dibantu oleh asistennya dan dua orang
perawat.Setelah 11 tahun berlalu mantri tersebut pulang kembali ke negerinya
dan tepat pada tahun 1928 beliau diganti oleh seorang dokter dari Jawa yang
bernama dokter Soeparjo.Masyarakat Muna mengenal dokter Soeparjo dengan
47. 36
sebutan dokter Jawa. Beliau tamatan dari sekolah Belanda yaitu Nederlandhes
In Launshe Aonzen School (NIAS).
Masa kepemimpinan dokter Soeparjo hanya berlangsung selama
tujuh tahun, kemudian beliau digantikan oleh dokter berkebangsaan Belanda
bernama dokter Hyaman. Selang 5 tahun kemudian, tepatnya pada tahun 1940
seorang dokter asal Cina bernama dokter Pang Ing Ciang menggantikan
kepemimpinan dokter Hyaman. Pada masa kepemimpinan dokter Pang Ing
Ciang sangat disukai oleh masyarakat Muna sebab beliau sangat
memperhatikan kesehatan masyarakat Muna pada saat itu.
Pada tahu 1949, saat peralihan pemerintahan Belanda ke
pemerintahan Republik Indonesia, masa pemerintahan Pang Ing Cian berakhir
dan beliau diganti oleh dokter berkebangsaan Belandabernama dokter
Post.Dokter Post mempunyai dua orang asisten sehingga sebagian besar
pekerjaannya diserahkan kepada kedua asistennya. Namun kepemimpinan
dokter Post tidak berlangsung lama, beliau hanya satu tahun lamanya.
Pada tahun 1950 dokter Post digantikan oleh dokter Lemens yang
berasal dari Belgia.Dokter Lemens memimpin selama 10 tahun yakni pada
tahun 1950 sampai dengan tahun 1960. Pada tahun 1965 dilakukan rehabilitasi
yang diprakarsai oleh Bupati Muna Laode Rasyid, SH. Ini merupakan
rehabilitasi pertama selama rumah sakit tersebut didirikan tahun 1965-1970.
Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna dipimpin oleh dokter Ibrahim
Athar Nasution, masa kepemimpinannya berlangsung selama 3 tahun dan
48. 37
sejak itu periode masa kepemimpinan Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten
Muna ditetapkan setiap 3 tahun sekali memimpin.
Saat ini Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna dijadikan
sebagai salah satu rumah sakit yang merupakan lahan praktek dan kajian
ilmiah bagi Mahasiswa Keperawatan dan Mahasiswa Kebidanan.
c. Lingkungan Fisik
Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna Povinsi Sulawesi
Tenggara berdiri diatas lahan seluas 10.740 Ha.
d. Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Fasilitas/sarana pelayanan kesehatan yang ada di Rumah Sakit Umum Daerah
Kabupaten Muna Propinsi Sulawesi Tenggara adalah :
1) Pelayanan kesehatan rawat jalan yakni poliklinik penyakit dalam,
poliklinik umum, poliklinik kebidanan dan penyakit kandungan,
poliklinik gigi dan mulut, poliklinik bedah, poliklinik saraf, poliklinik
dalam, instalasi rehabilitasi medik, dan instalasi gawat darurat, poliklinik
mata, poliklinik THT, dan poliklinik psikiatri.
2) Pelayanan kesehatan rawat inap yakni kebidanan dan kandungan,
perawatan bayi/perinatologi dan perawatan umum, ICU
3) Pelayanan medik yakni fisioterapi, rontgen, apotik, laboratorium klinik
dan instalasi gizi.
49. 38
e. Ketenagaan
Jumlah ketenagaan di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna saat ini
adalah 529 orang (terdiri atas paramedis 430 orang, non paramedis 73 orang
dan dokter ahli 26 orang). Dengan jumlah bidan di Rumah Sakit Umum
Daerah Kabupaten Muna adalah sebanyak 144 orang, yang bekerja di Ruang
Teratai sebanyak 26 orang dan terdapat 1orang dokter anak.
2. Analisis Univariat
Penelitian ini dilakukan di ruang bayi RSUD Kab. Muna pada tanggal 28
September 2016 selama 1 haridengan jumlah sampel 60 responden. Adapun hasil
analisisnya dari data hasil penelitian selanjutnya disajikan dalam bentuk analisis
univariat.
Analisis univariat dilakukan untuk menggambarkan semua variabel yang
diteliti dengan cara mendeskripsikan tiap variabel penelitian yang selengkapnya
disajikan dalam bentuk tabel besar yang terdiri dari BBLR, prematuritas, gangguan
pernapasan, sepsis neonatorum dan RDN. Maka distribusi dari tiap variabel dapat
dilihat pada tabel sebagai berikut :
50. 39
Tabel 2
Distribusi Responden yang mengalami kematian di Ruang Teratai
Rumah Sakit Umum Daerah Kbupaten Muna
Tahun 2014-2015
No Penyebab kematian bayi Frekuensi Persentase
1 BBLR
Sepsis neonatorum
RDN
13
3
1
24,52%
5,66%
1,88%
2 BBLR + RDN
BBLR + Asfiksia
BBLR + sepsis
4
5
8
7,54%
9,43%
15,09%
3 BBLR + RDN + Asfiksia
BBLR + RDN + sepsis neonatorum
BBLR + RDN + prematur
1
3
1
1,88%
5,66%
1,88%
4 RDN + Asfiksia
RDN + Sepsis
1
2
1,88%
3,77%
5 Asfiksia + Sepsis 11 20,75%
6 Penyebab kematian yang tidak diketahui 6 11, 32%
JUMLAH (N) 53 100
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa jumlah kematian bayi sebanyak
59 responden kematian bayi dengan satu diagnosa diantaranya yang mengalami
BBLR sebanyak 13 orang (24,52 %) , sepsis neonatorum 3 orang (5,66%), RDN 1
orang (1,88%), sedangkan BBLR + RDN 4 orang (7,54%),BBLR + Asfiksia 5 orang
(9,43%),BBLR + sepsis 8 orang (15,09%),
51. 40
BBLR + RDN + Asfiksia1 orang(1,88%) BBLR + RDN + sepsis neonatorum 3
(5,66) orangBBLR + RDN + prematur 1 orang (1,88%),RDN + Asfiksia 1 orang
(1,88%), RDN + Sepsis 2 orang (3,77%), Asfiksia + Sepsis 11 orang (20,75%),
Penyebab kematian yang tidak diketahui 6 orang (11,32%).
B. Pembahasan
Setelah melakukan pengolahan data sesuai dengan penelitian yang telah
dilakukan di ruang teratai rumah sakit umum daerah kabupaten muna tahun 2014-
2015 maka secara terperinci hasil penelitian tersebut dapat dibahas berdasarkan
variable tersebut.
1. BBLR
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi baru lahir yang berat
badan lahirnya pada saat kelahiran kurang dari 2.500 gram. Dahulu neonatus
dengan berat badan lahir kurang dari 2.500 gram atau sama dengan 2.500 gram
disebut prematur .
BBLR dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu :Faktor ibu yang
meliputi penyakit ibu (toksemia gravidarum, pendarahan antepartum, trauma fisik
dan psikologis, nefritis akut, serta diabetes melitus), usia ibu (usia ibu kurang dari 16
tahun, dan usiaibulebih dari 35 tahun, serta multigravida yang jarak kelahirannya
terlalu dekat), keadaan sosial (golongan sosial ekonomi rendah, dan perkawinan yang
tidak syah), sebab lain (ibu yang perokok, dan ibu peminum alkohol, serta ibu
pecandu narkotik).
52. 41
Faktorjanin, meliputi sebpagai berikut : hidramnion, kehamilan ganda,
kelainan kromosom. Sedangkan faktor lingkunganmeliputi sebagai berikut : tempat
tinggal dataran tinggi, radiasi, zat-zat racun.
Berdasarkan tabel 1 hasil penelitian di ruang teratai rumah sakit umum
daerah kabupaten muna diketahui bahwa jumlah kematian bayi dari 53 orang
akibat BBLR sebanyak 13 orang (24,52%) responden sedangkan kematian yang
tidak mengalami BBLR sebanyak 13 orang (24,52%). Dan 6 orang merupakan
penyebabnya lain-lain. Hal ini sejalan denganJoyo Minardo mahasiswa Akademi
Keperawatan Ngudi Waluyoyang berjudul “Analisa faktor-faktor penyebab kematian
bayidengan asfiksia di kabupaten semarang”Penyebab kematian bayi tersebut
adalah sebanyak60 orang (32,3%) bayi mati disebabkan oleh BBLR, 38 (20,4%) yang
tidak BBLR 22 orang (36,66%).
2. Gangguan Pernapasan
Kegawatan pernapasan adalah keadaan kekurangan oksigen yang terjadi
dalam jangka waktu relatif lama sehingga mengaktifkan metabolism anaerob yang
menghasilkan asam laktat. Apabila keadaan asidosis memburuk dan terjadi
penurunan aliran darah ke otak maka akan terjadi kerusakan otak dan organ lain.
Selanjutnyadapat terjadi depresi pernapasan yang dimanifestasikan dengan apneu
yang memanjang dan bahkan dapat menyebabkan kematian
Kegawatan pernapasan dapat terjadi pada bayi aterm maupun pada bayi
preterm, yaitu bayi dengan berat lahir cukup maupun dengan berat lahir rendah
53. 42
(BBLR).Bayi dengan BBLR yang preterm mempunyai potensi kegawatan lebih
besar karena belum maturnya fungsi organ-organ tubuh.
Towel dalam Jumiarni, dkk (1995) menggolongkan penyebab kegagalan
pernapasan pada neonatus yang terdiri dari faktor ibu, faktor plasenta, faktor janin
dan faktor persalinan.Menurut Prawirohardjo (2011) penyebab terjadinya kematian
bayi adalah sebagai berikut: asfiksia, trauma kelahira, infeksi,prematuritas, kelainan
bawaan.
Berdasarkan tabel 5 hasil penelitian di ruang teratai rumah sakit umum
daerah kabupaten muna diketahui bahwa jumlah kematian bayi dari 53 orang
akibat RDN sebanyak 20 orang (37,74 %) sedangkan kematian yang tidak
mengalami RDN sebanyak 33 orang (62,26%). Dan 6 orang merupakan
penyebabnya lain-lain. Hal ini sejalan denganJoyo Minardo mahasiswa Akademi
Keperawatan Ngudi Waluyoyang berjudul “Analisa faktor-faktor penyebab kematian
bayidengan asfiksia di Kabupaten Semarang”Penyebab kematian bayi tersebut
adalah sebanyak60 orang (32,3%) bayi mati disebabkan oleh RDN 8 (4,3%) yang
tidak RDN 52 orang (8,66%).
Hal ini hasil penelitian di ruang teratai rumah sakit umum daerah Kabupaten
Muna sejalan dengan hasil penelitian oleh Joyo Minardo mahasiswa Akademi
Keperawatan Ngudi Waluyoyangdi Kabupaten Semarang dan sesuai dengan teori
yang ada mengenai penyebeb kematian bayi yaitu gangguan pernapasan (RDN).
54. 43
3. Sepsis Neonatorumar
Sepsis neonatorum atau septicemia neonatorum merupakan keadaan
dimana terdapat infeksi oleh bakteri dalam darah di seluruh tubuh yang terjadi
pada bayi baru lahir 0 – 28 hari pertama (Maryunani dan Nurhayati, 2009) Sepsis
neonatorum yaitu infeksi sistemik pada neonatus yang disebabkan oleh bakteri,
jamur dan virus (Fauziah dan Sudarti : 2013).Penyebabnya biasanya adalah
infeksi bakteri: Ketuban pecah sebelum waktunya, Perdarahan atau infeksi pada
ibu.
Penyebab yang lain karena bakteri virus, dan jamur, yang terserang
bakteri, jenis bakteri bervariasi tergantung tempat dan waktu seperti Streptococus
group B (SGB), bakteri enterik dari saluran kelamin ibu, virus herpes simplek,
Enterovirus, E. Coli, Candida, Stafilokokus
Menurut Prawirohardjo (2011) penyebab terjadinya kematian bayi adalah sebagai
berikut: asfiksia, trauma kelahira, infeksi, prematuritas, kelainan bawaan.
Berdasarkan tabel 3 hasil penelitian di ruang teratai rumah sakit umum
daerah kabupaten muna diketahui bahwa jumlah kematian bayi dari 53 orang
akibat sepsis neonatrum sebanyak 27 orang (50,95%)sedangkan kematian yang
tidak mengalami sepsis neonatorum sebanyak 26 orang (49,05%). Dan 6 orang
(11,32%) merupakan penyebabnya lain-lain. Hal ini sejalan denganJoyo
Minardo mahasiswa Akademi Keperawatan Ngudi Waluyoyang berjudul “Analisa
faktor-faktor penyebab kematian bayidengan asfiksia di Kabupaten Semarang”
Penyebab kematian bayi tersebut adalah sebanyak60 orang (32,3%) bayi mati
55. 44
disebabkan oleh sepsis neonatorum 11 (18,33%) yang tidak sepsis neonatorum 49
orang (92, 45%).Hal ini hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian oleh
Joyo Minardo dan teori yang ada.
56. 45
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Penyebab kematian bayi di Rumah Sakit Umum Kabupaten Muna
Tahun 2014 s.d 2015 paling banyak ditemukan pada kasus BBLR sebesar
24,52%, dan yang sedikit Gangguan Pernafasan sebesar 1,88%.
B. Saran
Adapun saran yang dapat diberikan berdasarkan hasil penelitian tentang penyebab
kematian bayi di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna yaitu Petugas
kesehatan terutama bidan agar lebih memperhatikan kondisi yang terjadi pada
bayi khususnya penyebab kematian bayi agar lebih meningkatkan tingkat
pencapaian pelayanann, agar lebih memiliki tingkat yang dapat dikategorikan
tingkat penilaian yang baik dan lebih meningkatkan mutu pelayanan kesehatan
57. 46
DAFTAR PUSTAKA
Bahiyatun (2009) Asuhan Kebidanan Nifas Normal.EGC
Carpenito (2009) kti-skripsi.2011.hubungan mobilisasi dini post sectio.htmldiakses
tanggal 26 April 2014
Fracer (2010).Praktik Klinik Kebidanan
Hamzah, Dra.,MA(2013). Sosiologis Pengasuhan Anak Makassar, Masagena Press
Hakimi, M.(2010). Ilmu Kebidanan Patologi dan Fisiologi Persalinan. Yogyakarta,
YEM.
Lestari, N, (2013) http://nofiindra akademi kebidanan adila aktn
5.blogspot.co.id/2013/07/asuhan-kebidanan-pada-ibu-nifas-dengan
Maimonah, M (2010) https://www. scribd.com/ doc/203359388/ Jurnal- pengetahuan
Maryunani (2009).Nyeri dalam persalinan
Muslihatun W N (2011). Asuhan neonatus bayi dan balita
Marmi (2011).Ilmu kebidanan dah penyakit
Nilda, Y.S.(2013) Mida yulistiregar.Blogspot.co.id/ 2013.01/kti.html?m=1
Nursalam(2016)MetodologiPenelitian keperawatan,Yogyakarta. Nuha medika
Prawirohardjo, S.(2011) Ilmu Kebidanan. Edisi 4, Jakarta, BP-SP
Rahmawati, T(2012) Dasar-Dasar Kebidanan. Jakarta. Prestasi Pustaka
Sugeng, J. Weni, K (2012) Bahan Ajar KDM .Yogyakarta, Nuha Medika.
Wahid I, M, Cahyatin N.(2008) Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia. Edisi 1,
Gresik, EGC
Vhe Key (2013) Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir