1. BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pengembangan Program Imunisasi (PPI) merupakan program pemerintah dalam
bidang imunisasi guna mencapai komitmen internasional Universal Child Immunization
(UCI) pada akhir 1990. Tujuan program imunisasi dalam komitmen internasional (ultimate
goal) adalah eradikasi polio (ERAPO), eliminasi tetanus neonatorum (ETN), serta reduksi
campak, yang akan dicapai pada tahun 2000. Sedangkan target UCI 80-80-80 merupakan
tujuan antara (intermediate goal) berarti cakupan imunisasi untuk BCG, DPT, polio, campak
dan hepatitis B, harus mencapai 80% baik di tingkat nasional, propinsi, kabupaten bahkan di
setiap desa (Ismael, 2001)
Pada saat ini imunisasi sendiri sudah berkembang cukup pesat, ini terbukti dengan
menurunnya angka kesakitan dan angka kematian bayi. Angka kesakitan bayi menurun 10%
dari angka sebelumnya, sedangkan angka kematian bayi menurun 5% dari angka sebelumnya
menjadi 1,7 juta kematian setiap tahunnya di Indonesia (Depkes RI/2009).
Apabila Imunisasi dasar belum pernah diberikan pada usia yang seharusnya tetapi
belum mencapai usia 8 tahun, perlu diberikan 4 dosis DPT (1-3 berselang 1-2 bulan dan yang
ke-4 diberikan enam bulan kemudian). Apabila umur anak sudah menginjak lebih dari 8
tahun, dapat diberikan Td (ADT=adult),vaksin difteri untuk dewasa), sebagai pengganti DT
yang diberikan 3 dosis intrval 1-2 bulan dengan booster TD maupun TT sepuluh tahun
kemudian (Ranuh, 2001).
Pemerintah juga berencana melakukan tiga tahap kampanye imunisasi campak dan
polio selama tahun 2009-2011. Kampanye polio dan campak tahap pertama dilaksanakan
tanggal 6-24 Oktober di provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Utara dan Maluku
Utara. "Untuk tahap pertama di tiga provinsi, nanti semua akan dapat. Penetapan prioritas ini
dilakukan berdasar cakupan imunisasi dan hasil surveilans. Tahun 2010, kampanye serupa
tahap kedua akan dilakukan di Maluku, Papua Barat, Sumatra Barat, Riau, Jambi,
2. Sumatera Selatan, Bengkulu, Bangka Belitung, Kepulauan Riau, Nusa Tenggara Timur
dan Banten. Kampanye tahap ketiga akan dilakukan di semua provinsi yang ada di pulau
Kalimantan dan Sulawesi.
Selama masa kampanye, masyarakat yang memiliki anak berusia di bawah lima tahun
diminta membawa anak-anak mereka ke pos-pos pelayanan imunisasi yang ada di puskesmas,
posyandu dan sarana kesehatan lain untuk mendapatkan vaksinasi polio oral dan suntikan
vaksin campak. Kegiatan itu diharapkan dapat mencegah munculnya kasus baru penyakit
yang dapat dicegah dengan imunisasi hingga saat ini kejadian penyakit tersebut masih
ditemui dan bahkan menimbulkan kejadian luar biasa di beberapa daerah.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa saja definisi dari imunisasi ?
2. Reaksi apa saja yang akan timbul ?
3. Apa saja jenis vaksin ?
4. Perbedaan imunisasi aktif dan pasif ?
5. Penyakit apa saja yang harus dicega dengan vaksin ?
6. Apa itu imunisasi dewasa ?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa saja definisi dari imunisasi.
2. Untuk mengetahui reaksi apa saja pada imunisasi.
3. Untuk mengetahui apa saja jenis imunisasi.
4. Untuk mengetahui perbedaan imunisasi akti dan pasif
5. Untuk mengetahui Penyakit apa saja yang harus dicegah dengan vaksin
6. Untuk mengetahui tentang imunisasi dewasa
3. BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Imunisasi adalah memberikan vaksin yang mengandung kuman yang sudah
dilemahkan, caranya bisa diteteskan melalui mulut seperti imunisasi polio dan bisa juga
melalui injeksi. Vaksin yang masuk dalam tubuh bayi itu akan merangsang tubuh
memproduksi antibodi. "Antibodi itu akan melawan bibit penyakit yang masuk dalam tubuh,"
ujarnya.
Imunisasi merupakan salah satu usaha memberikan kekebalan bayi dan anak dengan
cara vaksin ke dalam tubuh. Tujuan imunisasi sendiri adalah agar tubuh terlindung dari
beberapa penyakit berbahaya. Jikapun bayi dan anak sakit, dapat menghindarkan dari
perkembangan penyakit yang menyebabkan cacat atau meninggal dunia.
Imunisasi adalah pemberian vaksin untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu.
Vaksin adalah suatu obat yang diberikan untuk membantu mencegah suatu penyakit.
Vaksin membantu tubuh untuk menghasilkan antibodi. Antibodi ini berfungsi melindungi
terhadap penyakit.Vaksin tidak hanya menjaga agar anak tetap sehat, tetapi juga membantu
membasmi penyakit yang serius yang timbul pada masa kanak-kanak.
Vaksin secara umum cukup aman. Keuntungan perlindungan yang diberikan vaksin
jauh lebih besar daripada efek samping yang mungkin timbul. Dengan adanya vaksin maka
banyak penyakit masa kanak-kanak yang serius, yang sekarang ini sudah jarang ditemukan.
2.2 Reaksi aantigen-antibodi
Dalam bidang imunologi kuman atau racun kuman (toksin) disebut sebagai antigen.
Secara khusus antigen tersebut merupakan bagian protein kuman atau protein racunnya. Bila
antigen untuk pertama kali masuk ke dalam tubuh manusia, maka sebagai reaksinya tubuh
akan membentuk zat anti. Bila antigen itu kuman, zat anti yang dibuat tubuh disebut antibodi.
Zat anti terhadap racun kuman disebut antioksidan. Berhasil tidaknya tubuh
memusnahkan antigen atau kuman itu bergantung kepada jumlah zat anti yang dibentuk.
Pada umumnya tubuh anak tidak akan mampu melawan antigen yang kuat. Antigen yang kuat
ialah jenis kuman ganas. Virulen yang baru untuk pertama kali dikenal oleh tubuh. Karena itu
anak anda akan menjadi sakit bila terjangkit kuman ganas.
4. Jadi pada dasarnya reaksi pertama tubuh anak untuk membentuk antibodi/antitoksin
terhadap antigen, tidaklah terlalu kuat. Tubuh belum mempunyai “pengalaman” untuk
mengatasinya. Tetapi pada reaksi yang ke-2, ke-3 dan berikutnya, tubuh anak sudah pandai
membuat zat anti yang cukup tinggi. Dengan cara reaksi antigen-anibody, tubuh anak dengan
kekuatan zat antinya dapat menghancurkan antigen atau kuman; berarti bahwa anak telah
menjadi kebal (imun) terhadap penyakit tersebut.
Dengan dasar reaksi antigen antibodi ini tubuh anak memberikan reaksi perlawanan
terhadap benda-benda asing dari luar (kuman, virus, racun, bahan kimia) yang mungkin akan
merusak tubuh. Dengan demikian anak terhindar dari ancaman luar. Akan tetapi, setelah
beberapa bulan/tahun, jumlah zat anti dalam tubuh akan berkurang, sehingga imunitas tubuh
pun menurun. Agar tubuh tetap kebal diperlukan perangsangan kembali oleh antigen, artinya
anak terseut harus mendapat suntikan/imunisasi ulangan
Sebagai ringkasan mengenai pengertian dasar Imunologi ialah:
Bila ada antigen (kuman, bakteri, virus, parasit, racun kuman) memasuki tubuh, maka
tubuh akan berusaha untuk menolaknya. Tubuh membuat zat anti yang berupa
antibodi atau antitoksin
Reaksi tubuh pertama kali terhadap antigen, berlangsung lambat dan lemah, sehingga
tidak cukup banyak antibodi terbentuk.
Pada reaksi atau respons yang kedua, ketiga dan seterusnya tubuh sudah lebih
mengenal jenis antigen tersebut. Tubuh sudah lebih pandai membuat zat anti,
sehingga dalam waktu yang lebih singkat akan dibentuk zat anti cukup banyak.
Setelah beberapa waktu, jumlah zat anti dalam tubuh akan berkurang. Untuk
mempertahankan agar tubuh tetap kebal, perlu diberikan antigen/ suntikan/imunisasi
ulang. Ini merupakan rangsangan bagi tubuh untuk membuat zat anti kembali.
Di manakah zat anti tersebut dibentuk tubuhyaitu pada tempat-tempat yang strategis
terdapat alat tubuh yang dapat memproduksi zat anti. Tempat itu adalah hati, limpa , kelenjar
timus dan kelenjar getah bening. Kelenjar getah bening misalnya, tersebar luas di seluruh
jaringan tubuh, seperti di sekitar rongga hidung dan mulut, leher, ketiak, selangkangan,
rongga perut. “Amandel” atau tonil merupakan kelenjar getah bening yang terdapat pada
rongga mulut sebelah dalam. Berbagai alat tubuh yang disebutkan tadi merupakan pusat
jaringan terbentuknya kekebalan pada manusia. Kerusakan pada alat ini akan menyebabkan
5. seringnya anak terserang berbagai jenis infeksi: lazimnya dikatakan “daya tahan tubuh anak
merendah”.
2.3 Jenis vaksin
Ada beberapa jenis penyakit yang dianggap berbahaya bagi anak,dapat dilakukan
dengan pemberian imunisasi.
Program pengembangangan imunisasi (PPI diwajibkan)
1) BCG
Imunisasi BCG (basillus calmette guerin) merupakan imunisasi yang digunakan
untuk mencegah terjadinya penyakit TBC yang berat sebab terjadinya penyakit TBC yang
primer atau yang ringan dapat terjadi walaupun sudah dilakukan imunisasi BCG. TBC yang
berat contohnya adalah TBC pada selaput otak, TBC milier pada seluruh lapangan paru, atau
TBC tulang. Vaksin BCG merupakan vaksin yang mengandung kuman TBC yang telah
dilemahkan. Vaksin BCG diberikan melalui intradermal. Efek samping pemberian imunisasi
BCG adalah terjadinya ulkus pada daerah suntikan, limfadenitis regionalis, dan reaksi panas
(Hidayat, 2008).
2) HEPATITIS B
Imunisasi hepatitis B merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah
terjadinya penyakit hepatitis. Kandungan vaksin ini adalah HbsAg dalam bentuk cair.
Frekuensi pemberian imunisasi hepatitis sebanyak 3 kali dan penguatnya dapat diberikan pada
usia 6 tahun. Imunisais hepatitis ini diberikan melalui intramuskular. Angka kejadian hepatitis
B pada anak balita juga sangat tinggi salam memengaruhi angka kesakitan dan kematian
balita.
3) POLIO
Imunisasi polio merupakan imunisasi yang digunakan ntuk mencegah terjadinya
penyakit poliomyelitis yang dapat menyebabkan kelumpuhan pada anak. Kandungan vaksin
ini adalah virus yang dilemahkan. Imunisasi polio diberikan melalui oral.
4) DPT
Imuniasi DPT (diphteria, pertussis, tetanus) merupakan imunisasi yang digunakan
untuk mencegah terjadinya penyakit difter, pertusis, dan tetanus. Vaksin DPT ini merupakan
6. vaksin yang mengandung racun kuman difteri yan telah dihilangkan sifat racunnya, namun
masih dapat merangsang pemberian zat anti (toksoid). Pemberian pertama zat anti terbentuk
masih sangat sedikit (tahap pengenalan) terhadap vaksin dan mengaktifkan organ-organ tubuh
membuat zat anti. Pada pemberian kedua dan ketiga terbentuk zat anti yang cukup. Imunisasi
DPT diberikan melalui intramuskular.
5) CAMPAK
Imunisasi campak merupakan imunisais yang digunakan untuk mencegah terjadinya
penyakit campak pada anak karena termasuk penyakit menular. Kandungan vaksin ini adalah
virus yang dilemahkan. Imunisasi campak diberikan melalui subkutan.
Program pengembangan imunisasi Non PPI (Dianjurkan)
1) Hib
Imunisasi HiB (haemophilus influenza tipe b) merupakan imunisasi yang digunakan
untuk mencegah terjadinya penyakit influenza tipe b. Vaksin ini adalah bentuk polisakarida
murni (PRP; purified capsular polysaccharide) kuman H.influenzae tipe b.
2) PNEUMOKOKUS (PCV)
Vaksin pneumokokus memberikan perlindungan terhadap beberapa strain
Streptococcus pneumoniae. Vaksin dianjurkan untuk anak-anak usia 12 tahun atau lebih yang
menderita amnesia sel sabit, asplenia, HIV, dan limfoma Hodgkin.
3) INFLUENZA
Vaksin virus influenza memberikan perlindungan terhadap strain influenza.
Dianjurkan pada anak berusia lebih dari 6 bulan, yang memiliki penyakit kronis (seperti,
gangguan pernapasan atau jantung, penyakit ginjal, dan diabetes melitus), penyakit HIV, dan
anak-anak yang menerima terapi aspirin jangka panjang (risiko terhadap sindrom Reye)
4) MMR
Imunisasi MMR (measles, mumps, rubella) merupakan imunisasi yang digunakan
dalam memberikan kekebalan terhadap penyakit campak (measles); gondong,
parotisepidemika (mumps); dan campak Jerman (rubella). Dalam imunisasi MMR, antigen
yang dipakai adalah campak strain edmonson yag dilemahkan, virus rubella strain RA 27/3,
dan virus gondong.
7. 5) HEPATITS A
Imunisasi hepatitis A merupakan imunisasi yang dgunakan untuk mencegah
terjadinya penyakit hepatitis A. Pemberian imuniasi ini dapat diberikan untuk usia di atas 2
tahun.
6) VARISELA
Imuniasi varicella merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya
penyakit cacar air (varicella).
7) HPV
Vaksin adalah obat yang berisi protein HPV (cangkang HPV) yang dapat merangsang
pembentukan antibodi dan dapat mematikan kuman/virus penyebab penyakit yang tidak
mengandung DNA-HPV. Vaksin HPV akan mencegah terjadinya infeksi HPV tipe 16 dan 18
sehingga tidak terjadi kanker serviks karena infeksi HPV 16 dan 18.
8. 2.4 Imunisasi aktif dan pasif
Pada dasarnya ada 2 (dua) jenis imunisasi :
A. Imunisasi pasif (passive immunization)
Kekebalan pasif yaitu tubuh anak tidak membuat zat anti body sendiri tetapi
kekebalan tersebut diperoleh dari luar setelah memperoleh zat penolakan, sehingga proses
cepat tetapi tidak tahan lama.
Kekebalan pasif ini terjadi dengan 2 cara :
Kekebalan pasif alamiah/ kekebalan pasif bawaan kekebalan yang diperoleh bayi
sejak lahir dari ibunya. Kekebalan ini tidak berlangsung lama (kira-kira hanya sekitar
5 bulan setelah bayi lahir) misalnya difteri, morbili dan tetanus.
Kekebalan pasif buatan dimana kekebalan ini diperoleh setelah mendapat suntikan zat
penolakan.
B. Imunisasi aktif (active immunization)
Kekebalan aktif adalah kekebalan yang dibuat sendiri oleh tubuh untuk menolak
terhadap suatu penyakit tertentu dimana prosesnya lambat tetapi dapat bertahan lama.
Kekebalan aktif alamiah
Dimana tubuh anak membuat kekebalan sendiri setelah mengalami atau sembuh dari suatu
penyakit misalnya anak telah menderita campak. Setelah sembuh anak tidak akan terserang
campak lagi, karena tubuhnya telah membuat zat penolakan terhadap penyakit tersebut.
Kekebalan aktif buatan
Kekebalan yang dibuat tubuh setelah mendapat vaksin (imunisasi), misalnya anak
diberikan vaksinasi BCG, DPT, HB, Polio dan lainnya.
Perbedaan yang penting antara jenis imunisasi aktif dan imunisasi pasif ialah:
Untuk memperoleh kekebalan yang cukup, jumlah zat anti dalam tubuh harus
meningkat; pada imunisasi aktif diperlukan waktu yang agak lebih lama untuk
membuat zat anti itu dibandingkan dengan imunisasi pasif.
9. Kekebalan yang terdapat pada imunisasi aktif bertahan lama (bertahun-tahun),
sedangkan pada imunisasi pasif hanya berlangsung untuk 1 – 2 bulan.
Imunisasi aktif: tubuh anak sendiri membuat zat anti yang akan bertahan selama
bertahun-tahun.
Imunisasi pasif: tubuh anak tidak membuat sendiri zat anti. Si anak mendapatnya dari
luar tubuh dengan cara penyuntikan bahan/serum yang telah mengandung zat anti
Kekebalan yang diperoleh dengan imunisasi pasif tidak berlangsung lama.
2.5 Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
1) TBC
Untuk mencegah timbulnya tuberkolosis (TBC) dapat dilakukan imunisasi BCG.
Imunisasi BCGadalah singkatan dari Basillus Calmatto Guenin. Nama ini diambil dari nama
penemu kumanyaitu Calmotto dan Guenin yang digunakan tersebut sejak tahun 1920
dibiakkan sampai 230 kaliselama 13 tahunDi Negara yang telah maju, imunisasi BCG
diberikan kepada mereka yang mempunyai resikokontak dengan penderita TBC dan uji
tuberkulinya masih negative, misalnya dokter, mahasiswakedokteran, dan perawat. Uji
tuberculin adalah suatu tes (uji) untuk mengetahui apakahseseorang telah memiliki zat anti
terhadap penyakit TBC atau belum.Di Indonesia pemberian imunisasi BCG tidak hanya
terbatas pada mereka yang memiliki resikotinggi mengingat tingginya kemungkinan infeksi
kuman TBC. Imunisasi BCG diberikan padasemua bayi baru lahir sampai usia kurang dari
dua bulan.
2) Difteri, Pertusis dan Tetanus
Penderita difteri, pertusis, dan tetanus ini bila tidak segera mendapat pertolongan yang
memadaimaka berakibat fatal. Imunisasi DPT dimaksudkan untuk mencegah ketiga penyakit
tersebut diatas. Imunisasi dasar diberikan tiga kali, pertama kali bersama dengan BCG dan
polio, kemudian berturut-turut dua kali dengan jarak masing-masing 4 minggu (1 bulan).
Imunisasi ulangan dapatdilakukan 1 tahun setelah imunisasi ketiga dan pada saat usia masuk
sekolah dasar (5-6 tahun).Imunisasi selanjutnya dianjurkan tiap lima tahun dengan imunisasi
DT (tanpa pertusis).
3) Poliomyelitis
10. Penderita poliomyelitis apabila terhindar dari kematian banyak yang menderita
kecacatansehingga imunisasi sebagai usaha pencegahan sangat dianjurkan.Imunisasi polio di
Indonesia dilakukan dengan cara meneteskan vaksin sabin sebanyak 2 tetes dimulut. Pertama
kali diberikan bersama BCG dan DPT pertama pada usia dua bulan. Kemudiandiulang
dengan jarak 4 minggu sebanyak 4 kali. Imunisasi ulangan dilakukan satu tahun,
setelahimunisasi dasar ke-4 dan saat masuk SD (6-7 tahun). Imunisasi tambahan dapat
diberikan apabilaada resiko kontak dengan virus ganas.
4) Hepatitis B
Pencegahan dapat dilakukan dengan cara vaksin hepatitis B yang dipakai untuk
program pemerintah di Indonesia adalah vaksin buatan Korean Green Cross yang dibuat dari
plasmadarah penderita hepatitis B. Adapula vaksin yang dibuat secara sintetis. Vaksin ini
dibuat dari selragi, misalnya H-B Vak II yang dikembangkan oleh MSD (Merck Sharp dan
Dohme).
5) Campak
Pencegahan penyakit campak dapat dilakukan melalui imunisasi. Imunisasi campak
dilakukanketika bayi berumur sekitar 9 bulan. Imunisasi campak hanya dilakukan satu kali
dankekebalannya bisa berlangsung seumur hidup. Imunisasi campak bisa diberikan sendiri
atau bersama dalam imunisasi MMR (Sudarmanto,1997:22).
2.6 Imunisasi pada orang dewasa
Dalam mencapai Indonesia sehat di tahun 2010, upaya pencegahan penyakit
termasuk imunisasi merupakan upaya penting. Manfaat imunisasi pada anak telah
diyakini dapat mencegah penularan berbagai penyakit infeksi. Pemerintah telah
melaksanakan program imunisasi anak di tingkat pelayanan primer. Namun demikian
manfaat imunisasi pada orang dewasa belum sepenuhnya diyakini petugas kesehatan apalagi
orang awam.
Padahal American Society of Internal Medicine dalam pertemuan tahunannya di
Atlanta, Amerika Serikat menegaskan kembali bahwa imunisasi pada orang dewasa dapat
mencegah kematian seratus kali lipat akibat penyakit yang dapat dicegah dengan vaksin
dibandingkan dengan anak. Jadi terdapat peluang besar untuk mencegah kematian orang
dewasa melalui imunisasi. Upaya menggiatkan imunisasi dewasa perlu dimulai dengan
meningkatkan kepedulian dan pemahaman petugas kesehatan terhadap pentingnya
pencegahan.
11. Penjelasan rekomendasi jadwal imunisasi dewasa
1. Tetanus dan Diphteria (Td)
Seluruh orang dewasa harus mendapat vaksinasi lengkap 3 dosis seri primer dari
difteri dan toksoid tetanus, dengan 2 dosis diberikan paling tidak dengan jarak 4
minggu dan dosis ketiga diberikan 6 hingga 12 bulan setelah dosis kedua. Jika orang
dewasa belum pernah mendapat imunisasi tetanus dan difteri, maka diberikan seri
primer diikuti dosis penguat setiap 10 tahun.
2. Measles, Mumps, Rubella (MMR)
Orang dewasa yang lahir sebelum 1957 dianggap telah mendapat imunitas secara
alamiah. Orang dewasa yang lahir pada tahun 1957 atau sesudahnya perlu mendapat 1
dosis vaksin MMR. Beberapa kelompok orang dewasa yang berisiko terpapar
mungkin memerlukan 2 dosis yang diberikan tidak kurang dari jarak 4 minggu.
Misalnya, mereka yang kerja di fasilitas kesehatan dan yang sering melakukan
perjalanan.
3. Influenza
Vaksinasi influenza dilakukan setiap tahun bagi orang dewasa dengan usia > 50
tahun; penghuni rumah jompo dan penghuni fasilitas-fasilitas lain dalam waktu lama
(misalnya biara, asrama dsb); orang muda dengan penyakit jantung, paru kronis,
penyakit metabolisme (termasuk diabetes), disfungsi ginjal, hemoglobinopati atau
immunosupresi, HIV, juga untuk anggota rumah tangga, perawat dan petugas-
petugas kesehatan di atas. Vaksin ini juga dianjurkan untuk calon jemaah haji karena
risiko paparan tinggi. Di Amerika Serikat dan Australia, imunisasi influenza telah
dijadikan program sehingga semua orang berumur 65 tahun atau lebih mendapat
layanan imunisasi infuenza melalui program pemerintah.
4. Pneumokok
Vaksin polisakarida pneumokok diberikan, pada orang dewasa usia > 65 tahun dan
mereka yang berusia < 65 tahun dengan penyakit kardiovaskular kronis, penyakit paru
kronis, diabetes melitus, alkoholik chirrosis, kebocoran cairan serebospinal, asplenia
12. anatomik/fungsional, infeksi HIV, leukemia, penyakit limfoma Hodgkins, mieloma
berganda, malignansi umum, gagal ginjal kronis, gejala nefrotik, atau mendapat
kemoterapi imunosupresif. Vaksinasi ulang secara rutin pada individu
imunokompeten yang sebelumnya mendapat vaksinasi Pneumo 23 valensi tidak
dianjurkan; tetapi, revaksinasi dianjurkan jika vaksinasi sebelumnya sudah > 5 tahun
dan juga
1. Umur < 65 th ketika divaksinasi terdahulu dan sekarang > 65 th
2. Merupakan individu berisiko tinggi terjadinya infeksi pneumokok serius (sesuai
deskripsi Advisory Comittee on Immunization Practice, ACIP)
3. Individu dengan tingkat antibodi yang cepat sekali turun
5. Hepatitis A
Vaksin Hepatitis A diberikan dua dosis dengan jarak 6 hingga 12 bulan pada individu
berisiko terjadinya infeksi virus Hepatitis A, seperti penyaji makanan (food handlers)
dan mereka yang menginginkan imunitas, populasi berisiko tinggi, mis: individu yang
sering melakukan perjalanan atau bekerja di suatu negara dengan prevalensi tinggi
Hepatitis A, homoseksual, pengguna narkoba, penderita penyakit hati, individu yang
bekerja dengan hewan primata terinfeksi Hepatitis A atau peneliti virus Hepatitis A.
6. Hepatitis B
Dewasa yang berisiko terinfeksi Hepatitis B: Individu yang terpapar darah atau
produk darah dalam kerjanya, klien dan staff institusi pendidikan manusia cacat,
pasien hemodialisis, penerima konsentrat faktor VIII atau IX, rumah tangga atau
kontak seksual dengan individu yang teridentifikasi positif HBsAg-nya, individu
yang berencana pergi atau tinggal di suatu tempat dimana infeksi Hepatitis B sering
dijumpai, pengguna obat injeksi, homoseksual/biseksual aktif, individu heteroseksual
aktif dengan pasangan berganti-ganti atau baru terkena PMS, fasilitas penampungan
korban narkoba, individu etnis kepulauan pasifik atau imigran/pengungsi baru dimana
endemisitas daerah asal sangat tinggi/lumayan. Berikan 3 dosis dengan jadwal 0, 1
dan 6 bulan. Bila setelah imunisasi terdapat respons baik, maka tidak perlu dilakukan
pemberian imunisasi penguat (booster).
13. 7. Meningokok
Vaksin meningokok polisakarida tetravalen (A/C/Y/W-135) wajib diberikan pada
calon haji. Vaksin ini juga dianjurkan untuk individu defisiensi komponen, pasien
asplenia anatomik dan fungsional, dan pelancong ke negara di mana terdapat epidemi
penyakit meningokok (misalnya “Meningitis belt” di sub-Sahara Afrika).
Pertimbangkan vaksinasi ulang setelah 3 tahun.
8. Varisela
Vaksin varisela diberikan pada individu yang akan kontak dekat dengan pasien
berisiko tinggi terjadinya komplikasi (misalnya petugas kesehatan dan keluarga yang
kontak dengan individu imunokompromais). Pertimbangkan vaksinasi bagi mereka
yang berisiko tinggi terpapar virus varisela, seperti mereka yang pekerjaannya
berisiko (misalnya guru yang mengajar anak-anak, petugas kesehatan, dan residen
serta staf di lingkungan institusi), mahasiswa, penghuni serta staf institusi penyadaran
(rehabilitasi) anggota militer, wanita usia subur yang belum hamil, dan mereka yang
sering melakukan perjalanan kerja/wisata. Vaksinasi terdiri dari 2 dosis yang
diberikan dengan jarak 4–8 minggu.
9. Demam Tifoid
Dianjurkan penggunaannya pada pekerja jasa boga, wisatawan yang berkunjung ke
daerah endemis. Pemberian vaksin Thypim vi perlu diulang setiap 3 tahun.
10. Yellow Fever
WHO mewajibkan vaksin ini bagi wisatawan yang akan berkunjung ke Afrika
Selatan. Ulangan vaksinasi setiap 10 tahun.
11. Japanese Encephalitis
Untuk wisatawan yang akan bepergian ke daerah endemis (Asia) dan tinggal lebih
dari 30 hari atau akan tinggal lama di sana, terutama jika mereka melakukan aktivitas
di pedesaan.
14. 12. Rabies
Bukan merupakan imunisasi rutin. Dianjurkan pada individu berisiko tinggi tertular
(dokter hewan dan petugas yang bekerja dengan hewan, pekerja laboratorium),
wisatawan yang berkunjung ke daerah endemis yang berisiko kontak dengan hewan
dan individu yang tergigit binatang tersangka rabies.
15. BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Imunisasi adalah pemberian vaksin untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu.
Vaksin adalah suatu obat yang diberikan untuk membantu mencegah suatu penyakit. Vaksin
membantu tubuh untuk menghasilkan antibodi. Antibodi ini berfungsi melindungi terhadap
penyakit.Vaksin tidak hanya menjaga agar anak tetap sehat, tetapi juga membantu membasmi
penyakit yang serius yang timbul pada masa kanak-kanak.
Vaksin secara umum cukup aman. Keuntungan perlindungan yang diberikan vaksin
jauh lebih besar daripada efek samping yang mungkin timbul. Dengan adanya vaksin maka
banyak penyakit masa kanak-kanak yang serius, yang sekarang ini sudah jarang ditemukan.
Jadi pada dasarnya reaksi pertama tubuh anak untuk membentuk antibodi/antitoksin terhadap
antigen, tidaklah terlalu kuat. Tubuh belum mempunyai “pengalaman” untuk mengatasinya.
Tetapi pada reaksi yang ke-2, ke-3 dan berikutnya, tubuh anak sudah pandai membuat
zat anti yang cukup tinggi. Dengan cara reaksi antigen-anibody, tubuh anak dengan kekuatan
zat antinya dapat menghancurkan antigen atau kuman; berarti bahwa anak telah menjadi
kebal (imun) terhadap penyakit tersebut.
Dari uraian ini, yang terpenting ialah bahwa dengan imunisasi, anak anda terhindar
dari ancaman penyakit yang ganas tanpa bantuan pengobatan
B. Saran
Jika dalam penuilisan makalah ini terdapat kekuarangn dan kesalahan, kami mohon
maaf. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun agar kami
dapat membuat makalah yang lebih baik di kemudian hari.
16. KATA PENGANTAR
Puji syukur saya ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan
karunia-Nya saya masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan makalah ini.Tidak lupa saya
ucapkan kepada dosen pembimbing dan teman-teman yang telah memberikan dukungan
dalam menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini jauh dari sempurna dan disana
sini masih banyak kekurangan dan, oleh sebab itu saya sangat mengharapkan kritik dan saran
yang membangun dari pembaca.
Pada kesempatan ini juga kami tak lupa mengucapkan terima kasih.Dan semoga
dengan selesainya makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan teman-teman.Amin.
17. DAFTAR PUSTAKA
HANDBOOK FOR HEALTH STUDENT/2015 nursing,midwife,pharmacy,doctor
Jawa pos
Wikipedia
Blog.Dinas kesehatan
18. Tugas Kelompok
K I A
‘IMUNISASI’
OLEH
SANGGULA K201302143
ASMAYANTI K201302149
SITI AMINAH K201302
PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
MANDALA WALUYA
KENDARI
2016