Persalinan normal adalah bayi lahir dengan presentasi kepala tanpa bantuan alat atau pertolongan khusus dalam waktu kurang dari 24 jam tanpa melukai ibu dan bayi. Faktor yang berperan dalam persalinan normal adalah kekuatan his ibu, kekuatan meneran, ukuran dan posisi janin, serta kekerasan dan kelunakan jalan lahir. Kelainan his dapat terjadi karena faktor primigravida tua, keturunan, emosi, salah p
3. LATAR BELAKANG
1.1
Proses persalinan
:suatu proses mekanik, dimana janin didorong dengan tenaga his untuk
keluar melalui pelvis.
penyulit dalam proses persalinan
: letak janin yang abnormal, his yang tidak adekuat, hingga disproporsi
fetopelvik dan panggul sempit.
Proses kala II lama = lebih dari 2 jam pada primipara dan 1 jam
pada multipara
ibu : infeksi, kehabisan tenaga, dehidrasi, pendarahan post partum
Janin : gawat janin, infeksi, cedera dan asfiksia
penyebab kematian ibu dan bayi baru lahir
4. Partus
kasep
• Fase akhir dari suatu persalinan yang mengalami kemacetan dan
berlangsung lama lebih dari 18 jam, sehingga timbul komplikasi
pada ibu maupun anak
Masa
nifas
• Berlangsung kira-kira 6 minggu atau 42 hari.
• Keadaan fisiologi maupun patologis dapat terjadi pada masa nifas.
• Diperkirakan bahwa 69% kematian ibu akibat kehamilan terjadi
setelah persalinan
• 50% kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama.
SKDI
• Persalinan lama 31%
• Perdarahan berlebihan terjadi pada 7% persalinan,
• Angka kejadian infeksi sebesar 5%.
• Sementara ibu yang tidak mengalami komplikasi selama persalinan
adalah sebesar 64%.
7. Post partum SCTPP 72 jam
Seorang pasien masuk ke kamar perawatan nifas RSUD AA
Pekanbaru pada tanggal 09 Februari 2016, pukul 19.34 WIB,
kiriman dari OK IGD RSUD AA dengan P4A0H2 post SCTPP
a/i pastus kasep + fetal distress.
8. 72 JAM
• Pasien datang dengan post SCTPP sejak 72 jam yang lalu di
RSUD AA
• Lahir bayi perempuan,
• BBL 3100 gram, PB 46 cm, apgar score 2/1/0,
• Plasenta lengkap, bayi tidak menangis dan dilakukan
resusitasi neonatus selama 40 menit dan akhirnya bayi
meninggal.
Rujukan
• Pasien merupakan rujukan dari puskesmas Tapung Hulu
1 dengan G4P3A0H2 gravid aterm + inpartu kala II +
partus kasep + janin tunggal hidup intrauterine,
9. 4 jam
SMRS
• pasien sudah merasa ingin meneran dan telah dipimpin meneran
selama 2 jam.
8 jam
SMRS
• Keluar lendir darah
12 jam
SMRS
• Pasien mulai merasa nyeri perut atau mules-mules
2 hari
SMRS
• Keluar air-air yang membasahi celana pasien, berwarna hijau encer
• Demam sejak 2 jam SMRS
Lanjutan...
10. Lanjutan...
• Pasien merasa hamil cukup bulan dengan HPHT
12/05/2015, TP 19/02/2016
• Pasien mulai merasakan gerakan janin sejak usia
kehamilan 5 bulan dan dirasakan berkurang sejak
5 jam dan dirasakan berkurang sejak 5 jam SMRS.
Keluhan
lainnya
• Saat ini pasien mengeluhkan nyeri, bengkak dan
keluar ASI pada ke dua payudara sejak 3 hari
setelah persalinan, nyeri bekas luka operasi (+),
nyeri dikemaluan (+).
• BAB dan BAK tidak ada gangguan.
Keluhan
lainnya
11. Lanjutan...
• Mual dan muntah sejak awal kehamilan,
tidak mengganggu aktivitas
• Tidak pernah mengalami perdarahan dari
kemaluan.
RHM
• Mual (-)
• Muntah (-)
• Perdarahan (-)
RHT
• Pasien ANC selama kehamilan 4 kali di
Bidan tempat tinggal pasien
• Tidak pernah USG selama kehamilan
• Pasien mendapatkan imunisasi selama
kehamilan.
PNC
12. Lanjutan...
• Tidak ada, alergi obat (-)
Riwayat
minum obat
• Tidak terdapat riwayat hipertensi, diabetes
mellitus, asma, penyakit jantung. Riwayat
operasi sectio caesaria (+).
RPD
• Tidak ada anggota keluarga yang
menderita penyakit keturunan, penyakit
menular ataupun kelainan jiwa.
RPK
13. Riw. Haid
• Menarche umur 12
tahun
• Siklus 28 hari
• Lama haid 4 hari
• GP 2 kali ganti
pembalut/hari
• Nyeri haid tidak ada
dirasakan.
Riw. Pernikahan
• Menikah 2 kali, yang
pertama pada usia
15 tahun yaitu tahun
1995 dan yang
kedua pada usia
2015.
14. Riwayat persalinan
Anak I/Laki-
laki/BBL 3000
gram/lahir normal
di Bidan/cukup
bulan/usia 3 bulan
meninggal, hamil
saat usia ±15
tahun
Anak
II/Perempuan/BBL
2700 gram/cukup
bulan/lahir normal
di Bidan/ usia saat
ini 20 tahun
Anak III/Laki-
laki/BBL 3000
gram/cukup bulan/
lahir normal di
Bidan/ usia saat
ini 15 tahun
Anak
IV/Peremuan/BBL
3100 gram/cukup
bulan/lahir operasi
SC di Spesialis
kandungan,
meninggal setelah
di lakukan
resusitasi
neotatus selama
40 menit.
15. • Riwayat menggunakan KB suntik
Riw.
KB
• Pasien = IRT, pendidikan terakhir SD
• Suami = Wiraswasta.
• Pasien dengan perekonomian menengah
kebawah (Pasien mendapatkan
suratpengantar dari Dinas Sosial dan tenaga
kerja yang menerangkan bahwa pasien
dengan perekonomian menengah ke bawah)
Riw.
Obsos
16. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum :
Tampak sakit sedang
Kesadaran :
Komposmentis
Tanda-tanda vital :
TD : 100/70mmHg
HR : 102 x/menit
RR : 20 x / menit
Suhu : 38 0C
Gizi
TB : 162 cm
BB : 54kg
IMT : 20,59
Muka : Kloasma
gravidarum (-)
Mata : CA (-/-);
SI (-/-)
Leher : DBN
Dada : DBN
Abd : St.obstetri
Genitalia: St.obstetri
Ekst : DBN
17. STATUS OBSTETRIKUS
Mammae
Inspeksi
Papil mammae menonjol,
corpus mammae simetris,
tanda-tanda radang (-),
retraksi(-), gambaran kulit jeruk
(-), aerola mammae
hiperpigmentasi, tidak retraksi
dan tidak ada menyerupai kulit
jeruk.
Palpasi
Corpus mammae nyeri (+),
benjolan (-), aerola mammae
keluar ASI (+/+), teraba keras
(+/+), kalor (panas)
Abdomen
Inspeksi
Perut membuncit, TFU 2 jari
dibawah umbilikus, kontraksi (+),
striae gravidarum (-), Tampak
luka bekas operasi yang dibalut
perban secara horizontal.
Palpasi
Nyeri tekan (+), nyeri lepas (-),
supel (+)
18. Genitalia eksterna :
I/P : Uretra tenang,
terpasang foley kateter,
volume urine 250 cc
jernih, darah (-), vulva
udema, lokia rubra (+)
Genitalia interna
Inspekulo: tidak dilakukan
VT / Bimanual Palpasi :
tidak dilakukan
37. DEFINISI
Suatu sistem pelayanan kesehatan di mana terjadi
pelimpahan tanggung jawab timbal balik atas kasus atau
masalah kesehatan yang timbul secara horizontal
maupun vertikal, baik untuk kegiatan pengiriman
penderita, pendidikan, maupun penelitian
Kelompok faktor risiko
Kelompok faktor risiko I : Ada-Potensi-Gawat-Obstetrik/APGO
Kelompok FR II : Ada-Gawat-Obstetrik/AGO-penyakit ibu
(KIE berulang kali rujukan terencana)
Kelompok FR III : Ada-Gawat-Darurat-Obstetrik/AGDO
42. Persalinan/ partus
Suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat
hidup dari dalam uterus melalui vagina atau abdomen
ke dunia luar
Persalinan Normal
Bayi lahir presentasi belakang kepala, tanpa memakai
alat atau pertolongan istimewa, tidak melukai ibu dan
bayi, berlangsung dalam waktu <24 jam
Persalinan Abnormal
Bayi lahir pervaginam dengan bantuan ekstraksi
cunam, ekstraksi vakum, versi & ekstraksi, dekapitasi,
embriotomi atau dilahirkan perabdominam (seksio
sesarea)
43. Teori penyebab persalinan
Rangsangan oksitosin
Pengaruh kortisol janin
Pengeluaran prostaglandin
Peregangan otot uterus
Penurunan kadar progesteron
44. Faktor yang berperanan
Kekuatan his
Kekuatan mengejan
Power
Jalan lahir keras
Jalan lahir lunak
Passage
Ukuran janin
Posisi janin
Passenger
Gejala persalinan
Lightening
Polakisuri (sering kencing)
Serviks matang
His palsu
3-4 mgg sebelum persalinan
Nyeri di perut bawah
Tidak teratur
Pendek
Tidak berpengaruh pada serviks
Tanda persalinan
His
Bloody show
Ketuban pecah
Nyeri melingkar
Teratur
Makin lama makin sering
Dibawa berjalan semakin kuat
Serviks mendatar dan
membuka
45. 45
Penipisan dan pembukaan serviks
Penipisan dilanjutkan
pembukaan
Penipisan bersamaan
dengan pembukaan
Primipara Multipara
46. Kala dalam persalinan
Kala I Kala pembukaan
Serviks membuka sampai diameter 10 cm
Kala II Kala pengeluaran
Mulai pembukaan lengkap sampai Bayi
dilahirkan
Kala III Kala uri
Plasenta terlepas dan dilahirkan
Kala IV Mulai dari plasenta lahir sampai 2 jam
sesudahnya
47. 47
Gerakan utama janin pada
saat proses persalinan
1. Masuk pintu atas panggul
2. Turun ke ronga panggul
3. Fleksi
4. Putaran paksi dalam (rotasi
interna)
5. Ekstensi
6. Putaran paksi luar (rotasi
eksterna)
7. Expulsi
51. Penanganan
Infus dektorse 5% atau larutan garam
fisiologis 1 liter dalam 1 jam pertama
dan selanjutnya menurut kebutuhan
Bila his menyebabkan rasa sakit yang
berlebihan berkan injeksi pethidin 50
mg
Berikan kortison 200 mg
Berikan antibiotik
52. INERSIA UTERI
His yang sifanya lebih lemah, lebih singkat dan lebih
jarang dibanding yang normal
• Kelemahan his timbul sejak
permulaan persalinan
Inersia
uteri
primer
• Kelemahan his yang timbul
setelah adanya his yang kuat
teratur dan dalam waktu yang
lama
Inersia
uteri
sekunder
53. Penanganan
Untuk pembukaan serviks
• Oksitosin drips 5-10 satuan dalam 500 cc dektrosa 5%, dimulai
dengan 12 tetes per menit, dinaikkan setiap 10-15 menit sampai
40 tetes permenit
Bila inersia uteri disertai dengan disproporsi sepalopelvis
• Seksio sesaria
54. TETANIA UTERI
His yang telalu kuat dan terlampau sering sehingga tidak
ada relaksasi rahim. Hal ini dapat menyebabkan
terjadinya partus prematurus
Penanganan
Morfin, luminal dsb, asal
janin tidak lahir dalam
waktu dekat (4-6 jam
kemudian)
Bila ada tanda-tanda
obstruksi, persalinan
seksio sesaria
55. UTERUS INKOORDINASI
Sifat his yang berubah-ubah, tidak ada koordinasi dan
sinkronisasi antara kontraksi dan bagian-bagiannya
Penanganan
obat-obat anti nyeri dan
penenang
mengurangi rasa takut,
cemas dan tonus otot
Terminasi partus
menggunakan hasil
pemeriksaan dan evaluasi
dengan ekstraksi vacum,
forceps atau seksio sesaria
persalinan telah
berlangsung lama dan
berlarut-larut
57. Pemeriksaan panggul
• Pemeriksaan panggul luar
• Pemeriksaan panggul dalam
Pemeriksaan besarnya janin
• Pada bentuk normal dan letak anak memanjang yang
menentukan imbang feto-pelvik adalah kepala
• Besarnya kepala trata- rata ergantung dari besarnya
berat badan janin
Imbang Feto-pelvik, Imbang sefalo-
pelvik, dan disproporsi sefalo-pelvik
58. • CV kurang dari 10 cm atau
diameter transversa kurang dari
11,5 cm
• Diameter interspinarum <10 cm
Panggul
sempit
• panjang CV 8 10 cm → partus
percobaan
• panjang CV 6 8 cm → SC primer
• panjang CV < 6 cm → SC
absolut
Tindakan
59. DISTOSIA KARENA KALAINAN JANIN
(PASSA-NGER)
Letak defleksi
Posisi oksiput posterior persisten
Letak belakang kepala UUK
melintang
Letak tulang ubun-ubun
Kelainan pada letak kepala
61. KELAINAN PADA PERSALINAN
• Partus lama > 24 jam pada primi, > 18 jam
pada multi
• Partus kasep sudah timbul gejala seperti
dehidrasi, kelelahan ibu, asfiksia dan
kematian janin dalam kandungan
Definisi
• Kelainan letak janin
• Kelainan panggul
• Kelainan his
• Pimpinan partus yang salah
• Janin besar atau ada kelainan kongenital
• Primitua
• Perut gantung, grandemulti
• Ketuban pecah dini
Etiologi
Partus lama dan partus terlantar
64. Definisi
KPD pecahnya ketuban sebelum in
partu, dengan pembukaan:
primi kurang dari 3 cm
multipara kurang dari 5 cm
65. Etiologi
Serviks inkompeten
Ketegangan rahim berlebihan
Kelainan letak janin dalam rahim
Kemungkinan kesempitan panggul
Kelainan bawaan dari selaput ketuban
Infeksi yang menyebabkan terjadi proses biomekanik pada
selaput ketuban
66. Diagnosis
Anamnesis
Pasien mengetahui cairan yang keluar atau tidak
Cairan keluar terus atau tidak
Warna cairan yang keluar
Pemeriksaan fisik
TTV
Tanda infeksi: suhu meningkat, nadi cepat
Pemeriksaan obstetrik
Menentukan umur kehamilan, kontraksi uterus
Menentukan kondisi janin
Inspeksi vulva
Apa ada cairan yang keluar dan bila ada tentukan warnanya
Apa terlihat tali pusat, bila ada perhatikan dengan teliti adakah
pulsasi pada tali pusat
67. Pemeriksaan dengan spekulum
Tes nitrazin: Memeriksa keasaman cairan vagina. Kertas mustard
emas akan berubah menjadi biru tua pada keberadaan bahan
basa
Melihat porsio masih tertutup atau terbuka
Menentukan besar pembukaan
Lanjutan...
69. Penatalaksanaan
Kehamilan lebih dari 36 minggu
Jika servik sudah matang, penundaan persalinan tidak
bermanfaat dan persalinan harus diinduksi. Jika servix
belum matang, periode laten sampai 24 jam diijinkan
sebelum dilakukan induksi persalinan
Kehamilan 34 hingga 36 minggu
Induksi partus ditunda selama 16-24 jam untuk
membiarkan paru mencapai maturitasnya dahulu
Kehamilan kurang dari 34 minggu
Konservatif selama tidak ada infeksi atau tanda-tanda
gawat janin
71. Definisi dan insidensi
Infeksi jaringan membrane fetalis beserta cairan amnion
yang terjadi sebelum partus sampai 24 jam post partum yang
merupakan manifestasi dari infeksi intrauterine (IIU)
Insidensi dari korioamnionitis adalah 1 – 5% dari kehamilan
aterm dan sekitar 25% dari partus preterm
72. Etiologi
Bakteri yang dapat menyebabkan korioamnionitis diantaranya
gardnerella vaginalis dan bakterioides, bakteri aerob lainnya
termasuk grup B streptococcus dan bakteri gram negative
termasuik E. coli. Organisme-organisme ini merupakan flora normal
vagina dan flora normal enteric
73. Patogenesis
Mulainya infeksi biasanya disebabkan oleh infeksi secara
retrograde dan ascending dari traktus genitalis bawah
74. Manifestasi klinis
Demam
takikardia ibu dan takikardia fetus
uterine tenderness
vaginal discharge yang berbau.
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan koriomnionitis terdiri dari pemberian
antimikroba, antipiretik, dan pelahiran janin
75. Komplikasi
1. Komplikasi maternal
Korioamnionitis dapat meningkatkan 2-4 kali lipat terjadinya
endomiometritis, infeksi perlukaan, abses pelvik, bakterimia, dan post
partum hemoragik
2. Komplikasi fetus
Paparan infeksi pada fetus dapat menimbulkan kematian fetus, sepsis
neonates, dan beberapa komliksi postnatal lainnya.
3. Komplikasi jangka panjang untuk neonates
Neonates yang terpapar infeksi intrauterine dapat menampakkan efek
advers saat atau segera setelah lahir. Efek advers yang muncul termasuk
kematian perinatal, adfiksia, septik neonatorum, septik shok, peneumoni
81. Syarat
Janin harus dapat
lahir per vaginam
(tidak ada
disporposi
sefalopelvik)
Pembukaan serviks
lengkap
Kepala janin sudah
cakap
Kepala janin sudah
harus dipegang oleh
cunam
Ketuban sudah
pecah
Janin hidup
82. Ekstraksi cunam gagal
Pemasangan/ekstraksi cunam dinyatakan
gagal, bila:
Sendok cunam tidak dapat dikunci
meskipun pemasangan cunam sudah
betul
Tiga kali traksi dengan tenaga cukup
janin tidak dapat lahir
84. Definisi
Suatu kelainan pada fetus akibat gangguan oksigenasi atau
nutrisi yang bisa bersifat akut (prolaps tali pusat, sub akut
(kontraksi uterus yang terlalu kuat), atau kronik (plasenta
insufisiensi).
Etiologi
Kelainan pasokan
plasenta
Kelainan arus
darah plasenta
Saturasi oksigen
ibu berkurang
85. Gejala Klinik
Gerakan janin menurun
Pasien mengalami kegagalan dalam pertambahan berat badan
dan uterus tidak bertambah besar.
Diagnosis
Kriteria gawat janin:
Denyut jantung janin di atas 160/menit atau di bawah 100 /menit
Denyut jantung tidak teratur
Keluarnya mekonium yang kental diawal persalinan
86. Menurut National Institutes of Health Workshop tahun
1997, kemungkinan adanya gawat janin, dengan
kriteria:
Bradikardi menetap
Variabilitas denyut jantung
dasar yang menurun
Takikardi
Pola deselerasi
Adanya mekonium didalam
cairan amnion
87. Tatalaksana
Meningkatkan oksigenasi janin dan aliran darah
uteroplasenta
Menurunkan aktivitas kontraksi uterus
Membebaskan kompresi tali pusat
Menilai apakah persalinan dapat berlangsung normal atau
terminasi kehamilan merupakan indikasi
Bentuk intervensi yang dilakukan yaitu:
Merubah posisi ibu dari telentang menjadi miring
Pemberian oksigensi yang adekuat kepada ibu
Pemberian cairan intra vena 500-1000 ml Ringer Laktat dalam
waktu > 20 menit.
Menurunkan frekuensi kontraksi uterus dengan menghentikan
pemberian oksitosin atau prostaglandin
Memberikan tokolitik sesuai rekomendasi American College of
Obstetricians and Gynecologist tahun 2013
88. Komplikasi
Hipoksia dan asidosis yang terjadi pada fetal distress dapat
menyebabkan kematian pada janin. Selain itu, keadaan ini
bisa menimbulkan kerusakan pada otak janin.
90. Definisi
Masa nifas (postpartum/puerperium) berasal dari bahasa latin yaitu
dari kata:
“Puer” yang artinya bayi
“Parous” yang berarti melahirkan
Masa nifas dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat
kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil
Biasanya berlangsung selama 6 minggu atau 42 hari, namun secara
keseluruhan akan pulih dalam waktu 3 bulan.1,3
92. 1. Masa nifas fisiologi
Involusi uterus
Proses laktasi
Hemokonsentrasi
93. Waktu Bobot
Uterus
Diameter
Uterus
Palpasi
Serviks
Pada akhir
persalinan
900 gram 12,5 cm Lembut/lunak
Akhir minggu ke-1 450 gram 7,5 cm 7,5 cm
Akhir minggu ke-2 200 gram 5,0 cm 1 cm
Akhir minggu ke-6 60 gr 2,5 cm Menyempit
• Involusi uteruslapisan luar dari desidua yang mengelilingi situs
plasenta akan menjadi necrotik (layu/mati)
• Desidua yang mati akan keluar bersama dengan sisa cairan =
lokia
94. Lokia Waktu Warna Ciri-ciri
Rubra 1-3 hari Merah kehitaman Terdiri dari sel desidua, verniks caseosa,
rambut lanugo, sisa mekoneum dan sisa
darah.
Sanginolenta 3-7 hari Putih bercampur
merah
Sisa darah bercampur lendir.
Serosa 7-14 hari Kekuningan/
kecoklatan
Lebih sedikit darah dan lebih banyak
serum, juga terdiri dari leukosit dan robekan
laserasi plasenta.
Alba >14 hari Putih Mengandung leukosit, selaput lendir serviks
dan serabut jaringan yang mati.
95. Plasenta mengandung hormon penghambat prolaktin
(hormon plasenta) yang menghambat pembentukan ASI.
Setelah plasenta lepas hormon plasenta itu tidak dihasilkan
lagi, sehingga terjadi produksi ASI (lactogenic hormone
(prokeksin)).
ASI keluar 2-3 hari setelah melahirkan.
ASI mengandung lactoferin, lysozyme & imunogbulin A.
96. Pada kehamilan terdapat shunt antara sirkulasi ibu &
plasenta. Setelah melahirkan, shunt tersebut hilang tiba-
tiba. Volume darah pada ibu relatif bertambah yang dapat
menimbulkan beban jantung sehingga dapat terjadi
dekompensasi kordis pada penderita vitum kardis.
Terjadi pada hari ke 3-15 post partum.
98. Perdarahan post partum
Atonia uteri
Robekan jalan lahir
Retensio plasenta
Sisa plasenta
Sub-involusi uterus
Nyeri tekan perut bawah
Lokhia mukopurulen dan berbau
99. Infeksi masa nifas
Persalinan lama + KP
KP yang lama
Tindakan aseptik
VT saat KP
Manipulasi intra uterine’
Laserasi yang tidak diperbaiki
Hematoma
Hemaragik > 1000 ml
Retnsio plasenta
Perawatan perineum tidak memadai
Infeksi vagina/serviks/PMS
100. Lanjutan...
Penanganan:
Antibiotik, dalam hal ini dapat diberikan penicilin
dalam dosis tinggi atau antibiotika dengan
spektrum luas (broad spectrum antibiotics) seperti
ampicillin, dan lainlain
101. Subinvolusi uterus
Definisi
Proses involusi rahim (pengecilan rahim) tidak berjalan sesuai
sebagaimana mestinya Terlambat
Tanda+Gejala
Uterus lunak /tidak adanya penurunan TFU
Warna lokhia merah kecoklatan persisten/berkembang lambat
Tatalaksana
Ergonovin (Ergotrate) / metilergonovin (methergine), 0,2 mg per oral
setiap 4 jam selama 3 hari, ibu dievaluasi kembali dalam 2 minggu.
Jika endometritis antibiotik spektrum luas.
102. Emboli paru & Tromboflebitis
Risiko terbesar yang berkaitan dengan tromboflebitis adalah
emboli paru (tromboflebitis vena profunda >>)
Risiko:
Wanita penderita varikositis
Secara genetik rentan terhadap relaksasi dinding vena dan stasis
vena.
Tanda dan gejala emboli paru:
Rasa sakit hingga ke dada, yang bisa merupakan indikasi gumpalan
darah pada paru-paru
Rasa sakit di tempat tertentu, lemah dan hangat di betis atau paha
dengan atau tanpa adanya tanda merah, bengkak dan nyeri ketika
menggerakkan kaki, yang bisa merupakan tanda gumpalan darah pada
saluran darah di kaki.
Awitan tiba-tiba takipnea, dispnea, dan nyeri dada tajam adalah gejala
yang paling umum.
103. Lanjutan...
• Peningkatan suhu ringan
• Takikardia ringan
• Awitan tiba-tiba nyeri sangat berat pada tungkai
diperburuk dengan pergerakan atau saat berdiri,
• edema pergelangan kaki, tungkai dan paha, nyeri
saat penekanan betis, nyeri tekan sepanjang aliran
pembuluh darah yang terkena dengan pembuluh
darah dapat teraba.
Tanda &
gejala
• Elevasi ekstremitas yang terkena
• Kompres panas
• Stoking elastis
• Analgesia jika dibutuhkan
• Rujukan ke dokter konsultan penting untuk
memutuskan penggunaan antikoagulan dan
antibiotik.
Penanganan
104. Program Dan Kebijakan Teknis
Masa Nifas
K1
• 6-8 jam setelah persalinan
• Tujuan mencegah pendarahan masa nifas, pemberian ASI awal.
K2
• 6 hari setelah persalinan
• T/memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus berkontraksi, fundus dibawah
umbilikus, perdarahan abnormal (-), bau (-), demam, infeksi atau cairan, dan
istirahat, memastikan ibu menyusui dengan baik
K3
• 2 minggu setelah persalinan (K2)
K4
• 6 minggu setelah persalinan
• Bertujuan untuk menanyakan pada ibu tentang penyulit–penyulit yang ia atau bayi
alami, juga memberikan konseling untuk mendapatkan pelayanan KB secara dini
105. PERAWATAN MASA NIFAS
•Tidur terlentang selama 8 jam PP untuk memcegah perdarahan post partum.
•Miring ke kiri dan ke kanan untuk memcegah terjadinya trombosis dan
tromboemboli.
•Hari ke-2 duduk; Hari ke-3 telah dapat jalan-jalan; Hari ke-4 -5 boleh pulang
Mobilisasi
• Cukup kalori, cukup protein, banyak cairan, serta banyak
buah-buahan dan
Diet/makanan
•6 jam postpartum
•Buang air kecil harus secepatnya dilakukan sendiri
•Jika dalam 8 jam PP belum dapat berkemih atau 1x berkemih belum >100 cc
kateterisasi.
BAK
•3-4 hari post partum
•Bila ada obstipasi = pemberian obat pencahar (laxantia) peroral/parenteral,
atau dilakukan klisma
BAB
•suhu badan ibu naik ± 0,5 C dari keadaan normal, tapi tidak melebihi 38 C.
Dan sesudah 12 jam pertama suhu badan akan kembali normal
•Jaga hiegine
Demam
107. Apakah diagnosis masuk pada pasien ini sudah tepat?
Apakah penatalaksanaan awal pada pasien ini sudah
tepat?
Apakah diagnosis nifas pada pasien ini sudah tepat?
Bagaimana penatalaksanaan masa nifas pada pasien
ini?
Apakah sistem rujukan pada pasien ini sudah tepat?
1
2
3
4
5
108. Apakah diagnosis masuk pada pasien ini
sudah tepat
1 G4P3A0H2
Kehamilan ke-
4
Sudah
melahirkan
sabanyak 3x
Riwayat
abortus (-)
Anak hidup 2
orang
Anak 1
meninggal saat
usia 3 bulan
1
Usia Kehamilan 38 minggu, 4 hari (38-39 minggu)
• Haid teratur siklus 28 hari
• HPHT = 12-05-2015
• TP = 19-02-2016
• TFU = 34 cm
• BUKAN 39-40 minggu
110. Partus kasep (neglected labor)
• Pembukaan lengkap dan telah dipimpin mengejan selama 2 jam di Puskesmas
Tapung Hulu 1,
• Bayi tidak lahir
• sindroma ibu dan janin
• Demam dengan peningkatan suhu yaitu 38℃
• P↑ nadi (102 kali/menit)
• Vulva udem (pasien telah lama dipimpin mengejan)
• His pada pasien lemah (2x/10’/20”)
• Cairan ketuban berwarna hijau kental,
• Darah rutin (leukosit) ↑yaitu 34.200/uL.
Sindroma
ibu
• P↑ djj yaitu 178 dpm (pukul 19:20 WIB)
• P↓ djj 98 dpm (pukul 19:30)
• Fetal distress
Sindroma
janin
112. Pada kasus ini, setelah dilakukan SCTPP, lahir bayi dan
dilakukan resusitasi neonatus selama 40 menit namun bayi
meninggal.
Persalinan
lama
(kala II
lama)
Jenis
anestesi
SC
(spinal)
Fetal
distress
Berkurangnya aliran darah ke plasenta
mengkompesi tali pusatnutri
terganggu
Salah satu efek = Hipotensi pengurangan jumlah aliran
darah dari vena cafa ke jantung.
113. Gejala dan tanda klinis dari fetal distress
Gerakan janin menurun dengan djj pada pukul 19:20 WIB=
178 dpm dan djj pukul 19:30 WIB= 98 dpm(>160 atau <100)
Pemeriksaan dalam = air ketuban tidak utuh dan air ketuban
berwarna hijau kental.
Faktor risiko yang berhubungan dengan gawat janin pada
kasus ini yaitu :
Pasien berusia 36 tahun (usia > 35 tahun)
pasien juga merasakan gerakan janin menurun sejak 5 jam
SMRS.
114. Apakah penatalaksanaan awal pada
pasien ini sudah tepat?
1
2
Rehidrasi
IVFD RL + O2
pemberian antibiotik :
injeksi ceftriaxone 1
gram/12 jam, injeksi
metronidazol 3x500 mg,
gentamisin 1x80 mg
Pemasangan kateter
urine.
Resusitasi
Miring kiri
Beri oksigen 4
liter/menit,
dextrose 40%.
115. • Tindakan ekstraksi forceps mengalami kegagalan karena sendok
cunam tidak dapat dikunc
• faktor pemasangan cunam yang salah
• keterampilan tenaga medis yang tidak kompeten
• kesalahan dalam interpretasi posisi bayi.
Gagal
pemasangan
forceps
• Suhu tubuh (axilla) 38℃
• Takikardi ibu (102 kali/menit)
• Takikardi janin (178 dpm)
• Darah rutin (leukosit) meningkat 34.300/uL (>25.000).
IIU
• 2 hari SMRS pasien mengatakan keluar air-air dari jalan lahir yang
membasahi kain sarung
KPD
Berdasarkan literatur, terdapat hubungan antara IIU, pecahnya ketuban lama
dan persalinan yang lama.
Ketuban pecah dini menyebabkan hubungan langsung antara dunia luar dan
ruangan dalam rahimmemudahkan terjadinya infeksi ascenden.
Sering kali sulit dibedakan apakah infeksi terlebih dahulu atau ruptur membran
terlebih dahulu yang terjadi.
Jadi
D/ G4P3A0H2 gravid aterm, inpartu kala II, partus kasep
dengan gagal pemasangan forceps + infeksi itnra uterine +
KPD, janin tunggal hidup intrauterine, presentasi kepala + fetal
distress.
116. Antibiotik Gentamisin
Pada kasus ini sebaiknya antibiotik golongan aminoglikosida
(gentamisin) tidak digunakan, apalagi pada penatalaksanaan di VK IGD
juga telah diberikan injeksi ceftriaxcone 1gr/12 jam IV, drip
metronidazole 500 gr/ 8 jam.
Golongan antibiotik
bakterisidal
Toksik
(saraf otak VII
komponen vestibular
maupun akustik +
nefrotoksik)
Spektrum antimikroba
yang lebar
Resisten relatif cepat
berkembang
Toksisitas relatif tinggi
Tersedianya antibiotik lain
yang cukup efektif dan
toksisitasnya lebih rendah.
Kategori D
117. Absorbsi
Jelek di
saluran cerna
Distribusi
Hampir diseluruh
cairan tubuh
Eksresi
95-98% di Ginjal
<< empedu.
Ibu hamil dan menyusui = Jangka pendek 5-7 hari jika tidak
ada pilihan obat lain,
TETAPI penggunaan jangka panjang sebaiknya dihindari
Kerusakan Nervus VIII pada janin.
KI
Lanjutan...
118. Syarat forceps pada pasien berdasarkan hasil
pemeriksaan dalam saat di VK IGD sudah terpenuhi
yaitu :
Full dilatation (lengkap/10 cm)
Oksipital
Ruptur membran (-)
Cepalo pelvic disproportion (CPD) (-)
Engagment (+)
Posterior positon
Station Hodge III-IV.
Gagal
pemasangan
forceps
SC
Ekstraksi
Forceps
119. Laporan operasi
“Dengan meluksir kepala lahir bayi”
Kepala masih berada jauh diatas, bukan di
hodge III-IV
• Apakah hanya dengan meluksir kepala saja, bayi
sudah lahir ? (kepala masih tinggi artinya belum
engagment (belum cakap)/bukan di Hodge III plus)
• Apakah ada tindakan lain seperti mendorong dari
bawah, atau mengangkat bahu, bayi baru lahir?”~
kesalahan dalam penulisan laporan operasi
Syarat
forceps tidak
terpenuhi
• Kesalahan dalam pemasangan cunam
• Keterampilan/kemahiran
• Kesalahan/kesulitan dalam menentukan posisi
bayi
Gagal
pemasangan
forceps
120. Apakah diagnosis nifas pada pasien ini
sudah tepat?
1
3
P4A0H2 post sectio caesaria transperitoneal profunda (SCTPP) atas
indikasi partus kasep, Infeksi intrauterine, udem vulva dan nifas hari ke-3.
Diagnosis gagal pemasangan forceps atau syarat forceps tidak
terpenuhi, KPD + IIU dalam perbaikan P4A0H2 post sectio
caesaria transperitoneal profunda (SCTPP) atas indikasi partus
kasep dengan gagal pemasangan forceps/syarat forceps tidak
terpenuhi, KPD, IIU dalam perbaikan, udem vulva dan nifas hari ke-3.
IIU
IIU
dalam perbaikan
121. Bagaimana penatalaksanaan masa
nifas pada pasien ini?
1
4
Sangga payudara ibu dengan bebat/bra yang pas
Kompres payudara dengan menggunakan kain basah/hangat selama 5 menit
Urut payudara dari arah pangkal menuju putting
Keluarkan ASI dari bagian depan payudara
Analgetik (PCT)
Lynoral
Tidak adekuat
Harusnya 2x1
122. Apakah sistem rujukan dan diagnosis
rujukan pada pasien ini sudah tepat?
1
5
1
• Tidak membawa partograf
2
• Keterlambatan merujuk
• KPD
• Partus kasep
3
• Penatalaksanaan
• Tidak diberi antibiotik
• Tidak ada pemasangan kateter urine
126. KESIMPULAN
5.1
• Belum tepat
• “G4P3A0H2 gravid aterm, inpartu kala II, partus kasep
dengan gagal pemasangan forceps/syarat forceps
tidak terpenuhi + KPD + IUU, janin tunggal hidup
intrauterine, presentasi kepala + fetal distress”
Diagnosis masuk
• Melakukan rehidrasi
• Pemberian antibiotik(sebaiknya Gentamicin tidak digunakan)
• Terminasi kehamilan serta resusitasi pada janin.
• Mpercepatkan kala II dengan ekstraksi forceps harus
memenuhi syarat.
Penatalaksanaan
• Belum tepat
• P4A0H2 post sectio caesaria transperitoneal profunda
(SCTPP) atas indikasi partus kasep dengan gagal
pemasangan forceps/syarat forceps tidak terpenuhi, IIU
dalam perbaikan udem vulva dan nifas hari ke-3.
Diagnosis nifas
127. Lampiran...
• Belum tepat,
• Hanya mengompres payudaranya
• Menolak untuk mengeluarkan ASI dan tidak
menyangga payudaranya.
• Pemberian lynoral pada pasien selama perawatan
nifas tida adekuat karena hanya diberikan 1x1,
sebaiknya 2x1.
Penatalaksanaan
masa nifas
• Belum tepat
• Tidak membawa partograf
• Keterlambatan merujuk pasien dengan partus
kasep + KPD
• Petalaksanaan sebelum dirujuk belum tepat
Rujukan
128. SARAN
5.2
1
• Penegakkan diagnosis pada pasien harus ditegakkan sesuai dengan
anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.
2
• Penatalaksanaan pada pasien harus sesuai dengan diagnosis dan harus
memenuhi indikasi.
3
• Penegakkan diagnosis pada pasien di masa nifas harus sesuai anamnesis,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.
4
• Penatalaksanaan pasien pada masa nifas dilakukan sesuai dengan
diagnosis dan harus memberi edukasi kepada pasien dan harus
disesuaikan dengan tingkat pendidikan pasien.
5
• Pemberian pelatihan kepada petugas kesehatan di layanan primer sehingga
dapat melakukan rujukan tepat yang dapat dideteksi saat melakukan ANC.