SlideShare a Scribd company logo
1 of 129
(NEGLECTED LABOR)”
KEPANITERAAN KLINIK
BAGIAN OBSTETRI & GYNEKOLOGY
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS RIAU
RSUD ARIFIN ACHMAD PEKANBARU
2016
Pembimbing :
dr. Nicko Pisceski K.S, SpOG
BAB I PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
1.1
 Proses persalinan
:suatu proses mekanik, dimana janin didorong dengan tenaga his untuk
keluar melalui pelvis.

penyulit dalam proses persalinan
: letak janin yang abnormal, his yang tidak adekuat, hingga disproporsi
fetopelvik dan panggul sempit.
Proses kala II lama = lebih dari 2 jam pada primipara dan 1 jam
pada multipara

ibu : infeksi, kehabisan tenaga, dehidrasi, pendarahan post partum
Janin : gawat janin, infeksi, cedera dan asfiksia

penyebab kematian ibu dan bayi baru lahir
Partus
kasep
• Fase akhir dari suatu persalinan yang mengalami kemacetan dan
berlangsung lama lebih dari 18 jam, sehingga timbul komplikasi
pada ibu maupun anak
Masa
nifas
• Berlangsung kira-kira 6 minggu atau 42 hari.
• Keadaan fisiologi maupun patologis dapat terjadi pada masa nifas.
• Diperkirakan bahwa 69% kematian ibu akibat kehamilan terjadi
setelah persalinan
• 50% kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama.
SKDI
• Persalinan lama 31%
• Perdarahan berlebihan terjadi pada 7% persalinan,
• Angka kejadian infeksi sebesar 5%.
• Sementara ibu yang tidak mengalami komplikasi selama persalinan
adalah sebesar 64%.
BAB II
LAPORAN KASUS
Post partum SCTPP 72 jam
Seorang pasien masuk ke kamar perawatan nifas RSUD AA
Pekanbaru pada tanggal 09 Februari 2016, pukul 19.34 WIB,
kiriman dari OK IGD RSUD AA dengan P4A0H2 post SCTPP
a/i pastus kasep + fetal distress.
72 JAM
• Pasien datang dengan post SCTPP sejak 72 jam yang lalu di
RSUD AA
• Lahir bayi perempuan,
• BBL 3100 gram, PB 46 cm, apgar score 2/1/0,
• Plasenta lengkap, bayi tidak menangis dan dilakukan
resusitasi neonatus selama 40 menit dan akhirnya bayi
meninggal.
Rujukan
• Pasien merupakan rujukan dari puskesmas Tapung Hulu
1 dengan G4P3A0H2 gravid aterm + inpartu kala II +
partus kasep + janin tunggal hidup intrauterine,
4 jam
SMRS
• pasien sudah merasa ingin meneran dan telah dipimpin meneran
selama 2 jam.
8 jam
SMRS
• Keluar lendir darah
12 jam
SMRS
• Pasien mulai merasa nyeri perut atau mules-mules
2 hari
SMRS
• Keluar air-air yang membasahi celana pasien, berwarna hijau encer
• Demam sejak 2 jam SMRS
Lanjutan...
Lanjutan...
• Pasien merasa hamil cukup bulan dengan HPHT
12/05/2015, TP 19/02/2016
• Pasien mulai merasakan gerakan janin sejak usia
kehamilan 5 bulan dan dirasakan berkurang sejak
5 jam dan dirasakan berkurang sejak 5 jam SMRS.
Keluhan
lainnya
• Saat ini pasien mengeluhkan nyeri, bengkak dan
keluar ASI pada ke dua payudara sejak 3 hari
setelah persalinan, nyeri bekas luka operasi (+),
nyeri dikemaluan (+).
• BAB dan BAK tidak ada gangguan.
Keluhan
lainnya
Lanjutan...
• Mual dan muntah sejak awal kehamilan,
tidak mengganggu aktivitas
• Tidak pernah mengalami perdarahan dari
kemaluan.
RHM
• Mual (-)
• Muntah (-)
• Perdarahan (-)
RHT
• Pasien ANC selama kehamilan 4 kali di
Bidan tempat tinggal pasien
• Tidak pernah USG selama kehamilan
• Pasien mendapatkan imunisasi selama
kehamilan.
PNC
Lanjutan...
• Tidak ada, alergi obat (-)
Riwayat
minum obat
• Tidak terdapat riwayat hipertensi, diabetes
mellitus, asma, penyakit jantung. Riwayat
operasi sectio caesaria (+).
RPD
• Tidak ada anggota keluarga yang
menderita penyakit keturunan, penyakit
menular ataupun kelainan jiwa.
RPK
Riw. Haid
• Menarche umur 12
tahun
• Siklus 28 hari
• Lama haid 4 hari
• GP 2 kali ganti
pembalut/hari
• Nyeri haid tidak ada
dirasakan.
Riw. Pernikahan
• Menikah 2 kali, yang
pertama pada usia
15 tahun yaitu tahun
1995 dan yang
kedua pada usia
2015.
Riwayat persalinan
Anak I/Laki-
laki/BBL 3000
gram/lahir normal
di Bidan/cukup
bulan/usia 3 bulan
meninggal, hamil
saat usia ±15
tahun
Anak
II/Perempuan/BBL
2700 gram/cukup
bulan/lahir normal
di Bidan/ usia saat
ini 20 tahun
Anak III/Laki-
laki/BBL 3000
gram/cukup bulan/
lahir normal di
Bidan/ usia saat
ini 15 tahun
Anak
IV/Peremuan/BBL
3100 gram/cukup
bulan/lahir operasi
SC di Spesialis
kandungan,
meninggal setelah
di lakukan
resusitasi
neotatus selama
40 menit.
• Riwayat menggunakan KB suntik
Riw.
KB
• Pasien = IRT, pendidikan terakhir SD
• Suami = Wiraswasta.
• Pasien dengan perekonomian menengah
kebawah (Pasien mendapatkan
suratpengantar dari Dinas Sosial dan tenaga
kerja yang menerangkan bahwa pasien
dengan perekonomian menengah ke bawah)
Riw.
Obsos
Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum :
Tampak sakit sedang
Kesadaran :
Komposmentis
Tanda-tanda vital :
TD : 100/70mmHg
HR : 102 x/menit
RR : 20 x / menit
Suhu : 38 0C
Gizi
TB : 162 cm
BB : 54kg
IMT : 20,59
Muka : Kloasma
gravidarum (-)
Mata : CA (-/-);
SI (-/-)
Leher : DBN
Dada : DBN
Abd : St.obstetri
Genitalia: St.obstetri
Ekst : DBN
STATUS OBSTETRIKUS
Mammae
Inspeksi
Papil mammae menonjol,
corpus mammae simetris,
tanda-tanda radang (-),
retraksi(-), gambaran kulit jeruk
(-), aerola mammae
hiperpigmentasi, tidak retraksi
dan tidak ada menyerupai kulit
jeruk.
Palpasi
Corpus mammae nyeri (+),
benjolan (-), aerola mammae
keluar ASI (+/+), teraba keras
(+/+), kalor (panas)
Abdomen
Inspeksi
Perut membuncit, TFU 2 jari
dibawah umbilikus, kontraksi (+),
striae gravidarum (-), Tampak
luka bekas operasi yang dibalut
perban secara horizontal.
Palpasi
Nyeri tekan (+), nyeri lepas (-),
supel (+)
Genitalia eksterna :
I/P : Uretra tenang,
terpasang foley kateter,
volume urine 250 cc
jernih, darah (-), vulva
udema, lokia rubra (+)
Genitalia interna
Inspekulo: tidak dilakukan
VT / Bimanual Palpasi :
tidak dilakukan
Pemeriksaan laboratorium
Tanggal 09 Februari 2016
Hb : 10 g/dL
Leukosit : 17.100 /µL
Trombosit : 168.000/uL
Diagnosis
DIAGNOSIS KERJA
P4A0H2 post sectio caesaria transperitoneal profunda
(SCTPP) atas indikasi partus kasep + infeksi intrauterine +
udem vulva + nifas hari ke -3.
Tatalaksana
Kondisi pasien saat di
VK IGD
TTV
Tanggal 04 Februari 2016
Tekanan Darah : 100/70mmHg
Frek. Nadi : 102 x/menit
Frek. Nafas : 20 x / menit
Suhu : 38 0C
Status Obstetrikus
Tanggal 04 Februari 2016
TFU 2 jari dibawah procesus xipoideus (34 cm), punggung
kiri, 4/5
His =2x/10’/25””
DJJ (19:20) = 178 dpm ; pukul 19:30 = 98 dpm
Inspekulo = V/U tenang
VT = Pembukaan lengkap, ketuban (-), sisa ketuban
hijau kental, kepala hodge III-IV, UUK anterior
Pemeriksaan laboratorium
Tanggal 04 Februari 2016
Hb : 14,2 g/dL
Ht : 40,3 %
Leukosit : 34.200 /µL
Trombosit : 233.000/uL
TERAPI
Hemodinamik ibu dan janin stabil (observasi keluhan
utama, tanda-tanda vital, djj, hiss/5menit)
Resusitasi neonatus, miring kiri, beri oksigen 4
liter/menit, dextrose 40%
Atasi infeksi : injeksi ceftriaxone 1gram/12 jam;
injeksi metronidazol 3x500mg; injeksi
gentamizin1x80 mg
Percepat kala II dengan ekstraksi
forcepsgagalSectio caesaria (SC)
L
A
P
O
R
A
N
O
P
E
R
A
S
I
Diagnosis pra operasi
G4P3A0H3 gravid 39-40 minggu inpartu + kala II + partus kasep +
janin presentasi kepala tunggal hidup,fetal distress.
Instruksi perawatan pasca
operasi
FOLLOW UP
BAB III
TINJAUN PUSTAKA
SISTEM RUJUKAN
DEFINISI
Suatu sistem pelayanan kesehatan di mana terjadi
pelimpahan tanggung jawab timbal balik atas kasus atau
masalah kesehatan yang timbul secara horizontal
maupun vertikal, baik untuk kegiatan pengiriman
penderita, pendidikan, maupun penelitian
Kelompok faktor risiko
Kelompok faktor risiko I : Ada-Potensi-Gawat-Obstetrik/APGO
Kelompok FR II : Ada-Gawat-Obstetrik/AGO-penyakit ibu
(KIE berulang kali rujukan terencana)
Kelompok FR III : Ada-Gawat-Darurat-Obstetrik/AGDO
RUJUKAN
Rujukan Terencana
Rujukan Dini
Berencana (RDB)
Rujukan Dalam
Rahim (RDR)
Rujukan Tepat
Waktu/RTW
(‘prompt timely
referral’)
PERSALINAN NORMAL
Persalinan/ partus
Suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat
hidup dari dalam uterus melalui vagina atau abdomen
ke dunia luar
Persalinan Normal
Bayi lahir presentasi belakang kepala, tanpa memakai
alat atau pertolongan istimewa, tidak melukai ibu dan
bayi, berlangsung dalam waktu <24 jam
Persalinan Abnormal
Bayi lahir pervaginam dengan bantuan ekstraksi
cunam, ekstraksi vakum, versi & ekstraksi, dekapitasi,
embriotomi atau dilahirkan perabdominam (seksio
sesarea)
Teori penyebab persalinan
Rangsangan oksitosin
Pengaruh kortisol janin
Pengeluaran prostaglandin
Peregangan otot uterus
Penurunan kadar progesteron
Faktor yang berperanan
Kekuatan his
Kekuatan mengejan
Power
Jalan lahir keras
Jalan lahir lunak
Passage
Ukuran janin
Posisi janin
Passenger
Gejala persalinan
Lightening
Polakisuri (sering kencing)
Serviks matang
His palsu
3-4 mgg sebelum persalinan
Nyeri di perut bawah
Tidak teratur
Pendek
Tidak berpengaruh pada serviks
Tanda persalinan
His
Bloody show
Ketuban pecah
Nyeri melingkar
Teratur
Makin lama makin sering
Dibawa berjalan semakin kuat
Serviks mendatar dan
membuka
45
Penipisan dan pembukaan serviks
Penipisan dilanjutkan
pembukaan
Penipisan bersamaan
dengan pembukaan
Primipara Multipara
Kala dalam persalinan
Kala I Kala pembukaan
Serviks membuka sampai diameter 10 cm
Kala II Kala pengeluaran
Mulai pembukaan lengkap sampai Bayi
dilahirkan
Kala III Kala uri
Plasenta terlepas dan dilahirkan
Kala IV Mulai dari plasenta lahir sampai 2 jam
sesudahnya
47
Gerakan utama janin pada
saat proses persalinan
1. Masuk pintu atas panggul
2. Turun ke ronga panggul
3. Fleksi
4. Putaran paksi dalam (rotasi
interna)
5. Ekstensi
6. Putaran paksi luar (rotasi
eksterna)
7. Expulsi
KELAINAN PADA
PERSALINAN
DISTOSIA KARENA KELAINAN HIS
His yang tidak normal, baik kekuatan maupun
sifatnya menghambat kelancaran persalinan
Etiologi
Primigravida tua
Faktor herediter,
emosi dan
ketakutan
Salah pimpinan
persalinan dan
pemberian obat-
obatan
Kesalahan letak
janin dan
disproporsi
sefalopelvik
Kehamilan
postmatur
Penanganan
Infus dektorse 5% atau larutan garam
fisiologis 1 liter dalam 1 jam pertama
dan selanjutnya menurut kebutuhan
Bila his menyebabkan rasa sakit yang
berlebihan berkan injeksi pethidin 50
mg
Berikan kortison 200 mg
Berikan antibiotik
INERSIA UTERI
His yang sifanya lebih lemah, lebih singkat dan lebih
jarang dibanding yang normal
• Kelemahan his timbul sejak
permulaan persalinan
Inersia
uteri
primer
• Kelemahan his yang timbul
setelah adanya his yang kuat
teratur dan dalam waktu yang
lama
Inersia
uteri
sekunder
Penanganan
Untuk pembukaan serviks
• Oksitosin drips 5-10 satuan dalam 500 cc dektrosa 5%, dimulai
dengan 12 tetes per menit, dinaikkan setiap 10-15 menit sampai
40 tetes permenit
Bila inersia uteri disertai dengan disproporsi sepalopelvis
• Seksio sesaria
TETANIA UTERI
His yang telalu kuat dan terlampau sering sehingga tidak
ada relaksasi rahim. Hal ini dapat menyebabkan
terjadinya partus prematurus
Penanganan
Morfin, luminal dsb, asal
janin tidak lahir dalam
waktu dekat (4-6 jam
kemudian)
Bila ada tanda-tanda
obstruksi, persalinan 
seksio sesaria
UTERUS INKOORDINASI
Sifat his yang berubah-ubah, tidak ada koordinasi dan
sinkronisasi antara kontraksi dan bagian-bagiannya
Penanganan
obat-obat anti nyeri dan
penenang 
mengurangi rasa takut,
cemas dan tonus otot
Terminasi partus
menggunakan hasil
pemeriksaan dan evaluasi
dengan ekstraksi vacum,
forceps atau seksio sesaria
 persalinan telah
berlangsung lama dan
berlarut-larut
DISTOSIA JALAN LAHIR
KELAINAN BENTUK PANGGUL
Kongenital
Kelainan
penyakit
tulang
panggul
Kelainan
tulang
belakang
Pemeriksaan panggul
• Pemeriksaan panggul luar
• Pemeriksaan panggul dalam
Pemeriksaan besarnya janin
• Pada bentuk normal dan letak anak memanjang yang
menentukan imbang feto-pelvik adalah kepala
• Besarnya kepala trata- rata ergantung dari besarnya
berat badan janin
Imbang Feto-pelvik, Imbang sefalo-
pelvik, dan disproporsi sefalo-pelvik
• CV kurang dari 10 cm atau
diameter transversa kurang dari
11,5 cm
• Diameter interspinarum <10 cm
Panggul
sempit
• panjang CV 8 10 cm → partus
percobaan
• panjang CV 6 8 cm → SC primer
• panjang CV < 6 cm → SC
absolut
Tindakan
DISTOSIA KARENA KALAINAN JANIN
(PASSA-NGER)
Letak defleksi
Posisi oksiput posterior persisten
Letak belakang kepala UUK
melintang
Letak tulang ubun-ubun
Kelainan pada letak kepala
DISTOSIA KARENA KALAINAN JANIN
(PASSA-NGER)
Letak sunsang
Letak lintang
Letak rangkap/ganda
KELAINAN PADA PERSALINAN
• Partus lama  > 24 jam pada primi, > 18 jam
pada multi
• Partus kasep  sudah timbul gejala seperti
dehidrasi, kelelahan ibu, asfiksia dan
kematian janin dalam kandungan
Definisi
• Kelainan letak janin
• Kelainan panggul
• Kelainan his
• Pimpinan partus yang salah
• Janin besar atau ada kelainan kongenital
• Primitua
• Perut gantung, grandemulti
• Ketuban pecah dini
Etiologi
Partus lama dan partus terlantar
KPD
(KETUBAN PECAH DINI)
Definisi
KPD  pecahnya ketuban sebelum in
partu, dengan pembukaan:
primi kurang dari 3 cm
multipara kurang dari 5 cm
Etiologi
 Serviks inkompeten
 Ketegangan rahim berlebihan
 Kelainan letak janin dalam rahim
 Kemungkinan kesempitan panggul
 Kelainan bawaan dari selaput ketuban
 Infeksi yang menyebabkan terjadi proses biomekanik pada
selaput ketuban
Diagnosis
 Anamnesis
 Pasien mengetahui cairan yang keluar atau tidak
 Cairan keluar terus atau tidak
 Warna cairan yang keluar
 Pemeriksaan fisik
 TTV
 Tanda infeksi: suhu meningkat, nadi cepat
 Pemeriksaan obstetrik
 Menentukan umur kehamilan, kontraksi uterus
 Menentukan kondisi janin
 Inspeksi vulva
 Apa ada cairan yang keluar dan bila ada tentukan warnanya
 Apa terlihat tali pusat, bila ada perhatikan dengan teliti adakah
pulsasi pada tali pusat
 Pemeriksaan dengan spekulum
 Tes nitrazin: Memeriksa keasaman cairan vagina. Kertas mustard
emas akan berubah menjadi biru tua pada keberadaan bahan
basa
 Melihat porsio masih tertutup atau terbuka
 Menentukan besar pembukaan
Lanjutan...
Komplikasi
Terhadap janin
infeksi intrauterin
Terhadap ibu
infeksi intrapartal
Penatalaksanaan
 Kehamilan lebih dari 36 minggu
Jika servik sudah matang, penundaan persalinan tidak
bermanfaat dan persalinan harus diinduksi. Jika servix
belum matang, periode laten sampai 24 jam diijinkan
sebelum dilakukan induksi persalinan
 Kehamilan 34 hingga 36 minggu
Induksi partus ditunda selama 16-24 jam untuk
membiarkan paru mencapai maturitasnya dahulu
 Kehamilan kurang dari 34 minggu
Konservatif selama tidak ada infeksi atau tanda-tanda
gawat janin
KORIOAMNIONITIS
Definisi dan insidensi
 Infeksi jaringan membrane fetalis beserta cairan amnion
yang terjadi sebelum partus sampai 24 jam post partum yang
merupakan manifestasi dari infeksi intrauterine (IIU)
 Insidensi dari korioamnionitis adalah 1 – 5% dari kehamilan
aterm dan sekitar 25% dari partus preterm
Etiologi
 Bakteri yang dapat menyebabkan korioamnionitis diantaranya
gardnerella vaginalis dan bakterioides, bakteri aerob lainnya
termasuk grup B streptococcus dan bakteri gram negative
termasuik E. coli. Organisme-organisme ini merupakan flora normal
vagina dan flora normal enteric
Patogenesis
 Mulainya infeksi biasanya disebabkan oleh infeksi secara
retrograde dan ascending dari traktus genitalis bawah
Manifestasi klinis
 Demam
 takikardia ibu dan takikardia fetus
 uterine tenderness
 vaginal discharge yang berbau.
Penatalaksanaan
 Penatalaksanaan koriomnionitis terdiri dari pemberian
antimikroba, antipiretik, dan pelahiran janin
Komplikasi
1. Komplikasi maternal
 Korioamnionitis dapat meningkatkan 2-4 kali lipat terjadinya
endomiometritis, infeksi perlukaan, abses pelvik, bakterimia, dan post
partum hemoragik
2. Komplikasi fetus
 Paparan infeksi pada fetus dapat menimbulkan kematian fetus, sepsis
neonates, dan beberapa komliksi postnatal lainnya.
3. Komplikasi jangka panjang untuk neonates
 Neonates yang terpapar infeksi intrauterine dapat menampakkan efek
advers saat atau segera setelah lahir. Efek advers yang muncul termasuk
kematian perinatal, adfiksia, septik neonatorum, septik shok, peneumoni
EKSTRAKSI
FORCEPS
Ekstraksi Cunam
Persalinan buatan
dimana janin dilahirkan
dengan suatu tarikan
cunam yang dipasang
pada kepalanya
Fungsi Cunam
Ekstraktor Rotator
Ekstraktor dan
rotator
bersama-sama
Indikasi cunam
Ibu Eklamsia,
preeklamsia
Ruptur uteri
membakat
Ibu dengan penyakit
jantung, paru-paru dll
Janin Gawat
janin
Waktu Kala II
memanjang
Kontra Indikasi
Bila semua syarat
terpenuhi, tidak ada
kontra indikasi
Syarat
Janin harus dapat
lahir per vaginam
(tidak ada
disporposi
sefalopelvik)
Pembukaan serviks
lengkap
Kepala janin sudah
cakap
Kepala janin sudah
harus dipegang oleh
cunam
Ketuban sudah
pecah
Janin hidup
Ekstraksi cunam gagal
Pemasangan/ekstraksi cunam dinyatakan
gagal, bila:
Sendok cunam tidak dapat dikunci
meskipun pemasangan cunam sudah
betul
Tiga kali traksi dengan tenaga cukup
janin tidak dapat lahir
FETAL DISTRESS
Definisi
 Suatu kelainan pada fetus akibat gangguan oksigenasi atau
nutrisi yang bisa bersifat akut (prolaps tali pusat, sub akut
(kontraksi uterus yang terlalu kuat), atau kronik (plasenta
insufisiensi).
Etiologi
Kelainan pasokan
plasenta
Kelainan arus
darah plasenta
Saturasi oksigen
ibu berkurang
Gejala Klinik
 Gerakan janin menurun
 Pasien mengalami kegagalan dalam pertambahan berat badan
dan uterus tidak bertambah besar.
Diagnosis
Kriteria gawat janin:
 Denyut jantung janin di atas 160/menit atau di bawah 100 /menit
 Denyut jantung tidak teratur
 Keluarnya mekonium yang kental diawal persalinan
Menurut National Institutes of Health Workshop tahun
1997, kemungkinan adanya gawat janin, dengan
kriteria:
Bradikardi menetap
Variabilitas denyut jantung
dasar yang menurun
Takikardi
Pola deselerasi
Adanya mekonium didalam
cairan amnion
Tatalaksana
 Meningkatkan oksigenasi janin dan aliran darah
uteroplasenta
 Menurunkan aktivitas kontraksi uterus
 Membebaskan kompresi tali pusat
 Menilai apakah persalinan dapat berlangsung normal atau
terminasi kehamilan merupakan indikasi
Bentuk intervensi yang dilakukan yaitu:
 Merubah posisi ibu dari telentang menjadi miring
 Pemberian oksigensi yang adekuat kepada ibu
 Pemberian cairan intra vena 500-1000 ml Ringer Laktat dalam
waktu > 20 menit.
 Menurunkan frekuensi kontraksi uterus dengan menghentikan
pemberian oksitosin atau prostaglandin
 Memberikan tokolitik sesuai rekomendasi American College of
Obstetricians and Gynecologist tahun 2013
Komplikasi
 Hipoksia dan asidosis yang terjadi pada fetal distress dapat
menyebabkan kematian pada janin. Selain itu, keadaan ini
bisa menimbulkan kerusakan pada otak janin.
FISIOLOGI & KOMPLIKASI
MASA NIFAS
Definisi
 Masa nifas (postpartum/puerperium) berasal dari bahasa latin yaitu
dari kata:
 “Puer” yang artinya bayi
 “Parous” yang berarti melahirkan
 Masa nifas dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat
kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil
 Biasanya berlangsung selama 6 minggu atau 42 hari, namun secara
keseluruhan akan pulih dalam waktu 3 bulan.1,3
Masa nifas
Fisiologis Patologis
1. Masa nifas fisiologi
Involusi uterus
Proses laktasi
Hemokonsentrasi
Waktu Bobot
Uterus
Diameter
Uterus
Palpasi
Serviks
Pada akhir
persalinan
900 gram 12,5 cm Lembut/lunak
Akhir minggu ke-1 450 gram 7,5 cm 7,5 cm
Akhir minggu ke-2 200 gram 5,0 cm 1 cm
Akhir minggu ke-6 60 gr 2,5 cm Menyempit
• Involusi uteruslapisan luar dari desidua yang mengelilingi situs
plasenta akan menjadi necrotik (layu/mati)
• Desidua yang mati akan keluar bersama dengan sisa cairan =
lokia
Lokia Waktu Warna Ciri-ciri
Rubra 1-3 hari Merah kehitaman Terdiri dari sel desidua, verniks caseosa,
rambut lanugo, sisa mekoneum dan sisa
darah.
Sanginolenta 3-7 hari Putih bercampur
merah
Sisa darah bercampur lendir.
Serosa 7-14 hari Kekuningan/
kecoklatan
Lebih sedikit darah dan lebih banyak
serum, juga terdiri dari leukosit dan robekan
laserasi plasenta.
Alba >14 hari Putih Mengandung leukosit, selaput lendir serviks
dan serabut jaringan yang mati.
Plasenta mengandung hormon penghambat prolaktin
(hormon plasenta) yang menghambat pembentukan ASI.
Setelah plasenta lepas hormon plasenta itu tidak dihasilkan
lagi, sehingga terjadi produksi ASI (lactogenic hormone
(prokeksin)).
 ASI keluar 2-3 hari setelah melahirkan.
 ASI mengandung lactoferin, lysozyme & imunogbulin A.
Pada kehamilan terdapat shunt antara sirkulasi ibu &
plasenta. Setelah melahirkan, shunt tersebut hilang tiba-
tiba. Volume darah pada ibu relatif bertambah yang dapat
menimbulkan beban jantung sehingga dapat terjadi
dekompensasi kordis pada penderita vitum kardis.
Terjadi pada hari ke 3-15 post partum.
Perdarahan post partum
Infeksi masa nifas
Subinvolusi uterus
Tromboflebitis dan emboli paru
2. Masa nifas Patologis
Perdarahan post partum
Atonia uteri
Robekan jalan lahir
Retensio plasenta
Sisa plasenta
Sub-involusi uterus
Nyeri tekan perut bawah
Lokhia mukopurulen dan berbau
Infeksi masa nifas
Persalinan lama + KP
KP yang lama
Tindakan aseptik
VT saat KP
Manipulasi intra uterine’
Laserasi yang tidak diperbaiki
Hematoma
Hemaragik > 1000 ml
Retnsio plasenta
Perawatan perineum tidak memadai
Infeksi vagina/serviks/PMS
Lanjutan...
Penanganan:
Antibiotik, dalam hal ini dapat diberikan penicilin
dalam dosis tinggi atau antibiotika dengan
spektrum luas (broad spectrum antibiotics) seperti
ampicillin, dan lainlain
Subinvolusi uterus
Definisi
Proses involusi rahim (pengecilan rahim) tidak berjalan sesuai
sebagaimana mestinya  Terlambat
Tanda+Gejala
Uterus lunak /tidak adanya penurunan TFU
Warna lokhia merah kecoklatan persisten/berkembang lambat
Tatalaksana
Ergonovin (Ergotrate) / metilergonovin (methergine), 0,2 mg per oral
setiap 4 jam selama 3 hari, ibu dievaluasi kembali dalam 2 minggu.
Jika endometritis antibiotik spektrum luas.
Emboli paru & Tromboflebitis
 Risiko terbesar yang berkaitan dengan tromboflebitis adalah
emboli paru (tromboflebitis vena profunda >>)
 Risiko:
 Wanita penderita varikositis
 Secara genetik rentan terhadap relaksasi dinding vena dan stasis
vena.
 Tanda dan gejala emboli paru:
 Rasa sakit hingga ke dada, yang bisa merupakan indikasi gumpalan
darah pada paru-paru
 Rasa sakit di tempat tertentu, lemah dan hangat di betis atau paha
dengan atau tanpa adanya tanda merah, bengkak dan nyeri ketika
menggerakkan kaki, yang bisa merupakan tanda gumpalan darah pada
saluran darah di kaki.
 Awitan tiba-tiba takipnea, dispnea, dan nyeri dada tajam adalah gejala
yang paling umum.
Lanjutan...
• Peningkatan suhu ringan
• Takikardia ringan
• Awitan tiba-tiba nyeri sangat berat pada tungkai
diperburuk dengan pergerakan atau saat berdiri,
• edema pergelangan kaki, tungkai dan paha, nyeri
saat penekanan betis, nyeri tekan sepanjang aliran
pembuluh darah yang terkena dengan pembuluh
darah dapat teraba.
Tanda &
gejala
• Elevasi ekstremitas yang terkena
• Kompres panas
• Stoking elastis
• Analgesia jika dibutuhkan
• Rujukan ke dokter konsultan penting untuk
memutuskan penggunaan antikoagulan dan
antibiotik.
Penanganan
Program Dan Kebijakan Teknis
Masa Nifas
K1
• 6-8 jam setelah persalinan
• Tujuan mencegah pendarahan masa nifas, pemberian ASI awal.
K2
• 6 hari setelah persalinan
• T/memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus berkontraksi, fundus dibawah
umbilikus, perdarahan abnormal (-), bau (-), demam, infeksi atau cairan, dan
istirahat, memastikan ibu menyusui dengan baik
K3
• 2 minggu setelah persalinan (K2)
K4
• 6 minggu setelah persalinan
• Bertujuan untuk menanyakan pada ibu tentang penyulit–penyulit yang ia atau bayi
alami, juga memberikan konseling untuk mendapatkan pelayanan KB secara dini
PERAWATAN MASA NIFAS
•Tidur terlentang selama 8 jam PP untuk memcegah perdarahan post partum.
•Miring ke kiri dan ke kanan untuk memcegah terjadinya trombosis dan
tromboemboli.
•Hari ke-2 duduk; Hari ke-3 telah dapat jalan-jalan; Hari ke-4 -5 boleh pulang
Mobilisasi
• Cukup kalori, cukup protein, banyak cairan, serta banyak
buah-buahan dan
Diet/makanan
•6 jam postpartum
•Buang air kecil harus secepatnya dilakukan sendiri
•Jika dalam 8 jam PP belum dapat berkemih atau 1x berkemih belum >100 cc
 kateterisasi.
BAK
•3-4 hari post partum
•Bila ada obstipasi = pemberian obat pencahar (laxantia) peroral/parenteral,
atau dilakukan klisma
BAB
•suhu badan ibu naik ± 0,5 C dari keadaan normal, tapi tidak melebihi 38 C.
Dan sesudah 12 jam pertama suhu badan akan kembali normal
•Jaga hiegine
Demam
BAB IV
PEMBAHASAN
Apakah diagnosis masuk pada pasien ini sudah tepat?
Apakah penatalaksanaan awal pada pasien ini sudah
tepat?
Apakah diagnosis nifas pada pasien ini sudah tepat?
Bagaimana penatalaksanaan masa nifas pada pasien
ini?
Apakah sistem rujukan pada pasien ini sudah tepat?
1
2
3
4
5
Apakah diagnosis masuk pada pasien ini
sudah tepat
1 G4P3A0H2
Kehamilan ke-
4
Sudah
melahirkan
sabanyak 3x
Riwayat
abortus (-)
Anak hidup 2
orang
Anak 1
meninggal saat
usia 3 bulan
1
Usia Kehamilan 38 minggu, 4 hari (38-39 minggu)
• Haid teratur siklus 28 hari
• HPHT = 12-05-2015
• TP = 19-02-2016
• TFU = 34 cm
• BUKAN 39-40 minggu
Anamnesis
Keluar lendir darah
sejak 8 jam SMRS
PF + PP
His 2x/10’/25”
Pembukaan
serviks lengkap
Tanda
inpartu
&
kala II
Partus kasep (neglected labor)
• Pembukaan lengkap dan telah dipimpin mengejan selama 2 jam di Puskesmas
Tapung Hulu 1,
• Bayi tidak lahir
• sindroma ibu dan janin
• Demam dengan peningkatan suhu yaitu 38℃
• P↑ nadi (102 kali/menit)
• Vulva udem (pasien telah lama dipimpin mengejan)
• His pada pasien lemah (2x/10’/20”)
• Cairan ketuban berwarna hijau kental,
• Darah rutin (leukosit) ↑yaitu 34.200/uL.
Sindroma
ibu
• P↑ djj yaitu 178 dpm (pukul 19:20 WIB)
• P↓ djj 98 dpm (pukul 19:30)
• Fetal distress
Sindroma
janin
Penyebab distosia
faktor panggul
(kesempitan panggul)
faktor anak (kelainan
letak)
faktor tenaga
(hipotenia)
faktor penolong
(pimpinan yang salah)
his
2x/10’/20”.
Pada kasus ini, setelah dilakukan SCTPP, lahir bayi dan
dilakukan resusitasi neonatus selama 40 menit namun bayi
meninggal.
Persalinan
lama
(kala II
lama)
Jenis
anestesi
SC
(spinal)
Fetal
distress
Berkurangnya aliran darah ke plasenta
mengkompesi tali pusatnutri
terganggu
Salah satu efek = Hipotensi  pengurangan jumlah aliran
darah dari vena cafa ke jantung.
Gejala dan tanda klinis dari fetal distress
Gerakan janin menurun dengan djj pada pukul 19:20 WIB=
178 dpm dan djj pukul 19:30 WIB= 98 dpm(>160 atau <100)
Pemeriksaan dalam = air ketuban tidak utuh dan air ketuban
berwarna hijau kental.
Faktor risiko yang berhubungan dengan gawat janin pada
kasus ini yaitu :
Pasien berusia 36 tahun (usia > 35 tahun)
pasien juga merasakan gerakan janin menurun sejak 5 jam
SMRS.
Apakah penatalaksanaan awal pada
pasien ini sudah tepat?
1
2
Rehidrasi
IVFD RL + O2
pemberian antibiotik :
injeksi ceftriaxone 1
gram/12 jam, injeksi
metronidazol 3x500 mg,
gentamisin 1x80 mg
Pemasangan kateter
urine.
Resusitasi
Miring kiri
Beri oksigen 4
liter/menit,
dextrose 40%.
• Tindakan ekstraksi forceps mengalami kegagalan karena sendok
cunam tidak dapat dikunc
• faktor pemasangan cunam yang salah
• keterampilan tenaga medis yang tidak kompeten
• kesalahan dalam interpretasi posisi bayi.
Gagal
pemasangan
forceps
• Suhu tubuh (axilla) 38℃
• Takikardi ibu (102 kali/menit)
• Takikardi janin (178 dpm)
• Darah rutin (leukosit) meningkat 34.300/uL (>25.000).
IIU
• 2 hari SMRS pasien mengatakan keluar air-air dari jalan lahir yang
membasahi kain sarung
KPD
 Berdasarkan literatur, terdapat hubungan antara IIU, pecahnya ketuban lama
dan persalinan yang lama.
 Ketuban pecah dini menyebabkan hubungan langsung antara dunia luar dan
ruangan dalam rahimmemudahkan terjadinya infeksi ascenden.
 Sering kali sulit dibedakan apakah infeksi terlebih dahulu atau ruptur membran
terlebih dahulu yang terjadi.
Jadi
D/ G4P3A0H2 gravid aterm, inpartu kala II, partus kasep
dengan gagal pemasangan forceps + infeksi itnra uterine +
KPD, janin tunggal hidup intrauterine, presentasi kepala + fetal
distress.
Antibiotik Gentamisin
Pada kasus ini sebaiknya antibiotik golongan aminoglikosida
(gentamisin) tidak digunakan, apalagi pada penatalaksanaan di VK IGD
juga telah diberikan injeksi ceftriaxcone 1gr/12 jam IV, drip
metronidazole 500 gr/ 8 jam.
Golongan antibiotik
bakterisidal
Toksik
(saraf otak VII
komponen vestibular
maupun akustik +
nefrotoksik)
Spektrum antimikroba
yang lebar
Resisten relatif cepat
berkembang
Toksisitas relatif tinggi
Tersedianya antibiotik lain
yang cukup efektif dan
toksisitasnya lebih rendah.
Kategori D
Absorbsi
Jelek di
saluran cerna
Distribusi
Hampir diseluruh
cairan tubuh
Eksresi
95-98% di Ginjal
<< empedu.
Ibu hamil dan menyusui = Jangka pendek 5-7 hari jika tidak
ada pilihan obat lain,
TETAPI penggunaan jangka panjang sebaiknya dihindari 
Kerusakan Nervus VIII pada janin.
KI
Lanjutan...
Syarat forceps pada pasien berdasarkan hasil
pemeriksaan dalam saat di VK IGD sudah terpenuhi
yaitu :
 Full dilatation (lengkap/10 cm)
 Oksipital
 Ruptur membran (-)
 Cepalo pelvic disproportion (CPD) (-)
 Engagment (+)
 Posterior positon
 Station Hodge III-IV.
Gagal
pemasangan
forceps
SC
Ekstraksi
Forceps
Laporan operasi
“Dengan meluksir kepala lahir bayi”
Kepala masih berada jauh diatas, bukan di
hodge III-IV
• Apakah hanya dengan meluksir kepala saja, bayi
sudah lahir ? (kepala masih tinggi artinya belum
engagment (belum cakap)/bukan di Hodge III plus)
• Apakah ada tindakan lain seperti mendorong dari
bawah, atau mengangkat bahu, bayi baru lahir?”~
kesalahan dalam penulisan laporan operasi
Syarat
forceps tidak
terpenuhi
• Kesalahan dalam pemasangan cunam
• Keterampilan/kemahiran
• Kesalahan/kesulitan dalam menentukan posisi
bayi
Gagal
pemasangan
forceps
Apakah diagnosis nifas pada pasien ini
sudah tepat?
1
3
P4A0H2 post sectio caesaria transperitoneal profunda (SCTPP) atas
indikasi partus kasep, Infeksi intrauterine, udem vulva dan nifas hari ke-3.
Diagnosis gagal pemasangan forceps atau syarat forceps tidak
terpenuhi, KPD + IIU dalam perbaikan P4A0H2 post sectio
caesaria transperitoneal profunda (SCTPP) atas indikasi partus
kasep dengan gagal pemasangan forceps/syarat forceps tidak
terpenuhi, KPD, IIU dalam perbaikan, udem vulva dan nifas hari ke-3.
IIU
IIU
dalam perbaikan
Bagaimana penatalaksanaan masa
nifas pada pasien ini?
1
4
Sangga payudara ibu dengan bebat/bra yang pas
Kompres payudara dengan menggunakan kain basah/hangat selama 5 menit
Urut payudara dari arah pangkal menuju putting
Keluarkan ASI dari bagian depan payudara
Analgetik (PCT)
Lynoral
Tidak adekuat
Harusnya 2x1
Apakah sistem rujukan dan diagnosis
rujukan pada pasien ini sudah tepat?
1
5
1
• Tidak membawa partograf
2
• Keterlambatan merujuk
• KPD
• Partus kasep
3
• Penatalaksanaan
• Tidak diberi antibiotik
• Tidak ada pemasangan kateter urine
BAB V
PENUTUP
KESIMPULAN
5.1
• Belum tepat
• “G4P3A0H2 gravid aterm, inpartu kala II, partus kasep
dengan gagal pemasangan forceps/syarat forceps
tidak terpenuhi + KPD + IUU, janin tunggal hidup
intrauterine, presentasi kepala + fetal distress”
Diagnosis masuk
• Melakukan rehidrasi
• Pemberian antibiotik(sebaiknya Gentamicin tidak digunakan)
• Terminasi kehamilan serta resusitasi pada janin.
• Mpercepatkan kala II dengan ekstraksi forceps harus
memenuhi syarat.
Penatalaksanaan
• Belum tepat
• P4A0H2 post sectio caesaria transperitoneal profunda
(SCTPP) atas indikasi partus kasep dengan gagal
pemasangan forceps/syarat forceps tidak terpenuhi, IIU
dalam perbaikan udem vulva dan nifas hari ke-3.
Diagnosis nifas
Lampiran...
• Belum tepat,
• Hanya mengompres payudaranya
• Menolak untuk mengeluarkan ASI dan tidak
menyangga payudaranya.
• Pemberian lynoral pada pasien selama perawatan
nifas tida adekuat karena hanya diberikan 1x1,
sebaiknya 2x1.
Penatalaksanaan
masa nifas
• Belum tepat
• Tidak membawa partograf
• Keterlambatan merujuk pasien dengan partus
kasep + KPD
• Petalaksanaan sebelum dirujuk belum tepat
Rujukan
SARAN
5.2
1
• Penegakkan diagnosis pada pasien harus ditegakkan sesuai dengan
anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.
2
• Penatalaksanaan pada pasien harus sesuai dengan diagnosis dan harus
memenuhi indikasi.
3
• Penegakkan diagnosis pada pasien di masa nifas harus sesuai anamnesis,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.
4
• Penatalaksanaan pasien pada masa nifas dilakukan sesuai dengan
diagnosis dan harus memberi edukasi kepada pasien dan harus
disesuaikan dengan tingkat pendidikan pasien.
5
• Pemberian pelatihan kepada petugas kesehatan di layanan primer sehingga
dapat melakukan rujukan tepat yang dapat dideteksi saat melakukan ANC.
TERIMA KASIH

More Related Content

Similar to MAKALAH CASE OBs.pptx

Similar to MAKALAH CASE OBs.pptx (20)

PPT MATA KULIAH KEBIDANAN TENTANG ABORTUS.pptx
PPT MATA KULIAH KEBIDANAN TENTANG ABORTUS.pptxPPT MATA KULIAH KEBIDANAN TENTANG ABORTUS.pptx
PPT MATA KULIAH KEBIDANAN TENTANG ABORTUS.pptx
 
Manajemen asuhan kebidanan ante natal komprehensif AKBID PARAMATA RAHA
Manajemen asuhan kebidanan ante natal komprehensif AKBID  PARAMATA RAHA Manajemen asuhan kebidanan ante natal komprehensif AKBID  PARAMATA RAHA
Manajemen asuhan kebidanan ante natal komprehensif AKBID PARAMATA RAHA
 
Preskas garut
Preskas garutPreskas garut
Preskas garut
 
Oligohidramnion
OligohidramnionOligohidramnion
Oligohidramnion
 
Obsgin
ObsginObsgin
Obsgin
 
Obsgin ''mekanisme persalinan normal''
Obsgin ''mekanisme persalinan normal''Obsgin ''mekanisme persalinan normal''
Obsgin ''mekanisme persalinan normal''
 
Obsgin AKPER PEMKAB MUNA
Obsgin AKPER PEMKAB MUNA Obsgin AKPER PEMKAB MUNA
Obsgin AKPER PEMKAB MUNA
 
Obsgin
ObsginObsgin
Obsgin
 
Laporan Kasus RETENSIO PLASENTA oleh : dr. Rachel Sagrim (FK Uncen)
Laporan Kasus RETENSIO PLASENTA oleh : dr. Rachel Sagrim (FK Uncen)Laporan Kasus RETENSIO PLASENTA oleh : dr. Rachel Sagrim (FK Uncen)
Laporan Kasus RETENSIO PLASENTA oleh : dr. Rachel Sagrim (FK Uncen)
 
CASE CELIN OBGYN.pptx
CASE CELIN OBGYN.pptxCASE CELIN OBGYN.pptx
CASE CELIN OBGYN.pptx
 
asuhan persalinan kala 1.ppt
asuhan persalinan kala 1.pptasuhan persalinan kala 1.ppt
asuhan persalinan kala 1.ppt
 
SGD Kel. 2 Kelas A3 Keperawatan Maternitas 2.pptx
SGD Kel. 2 Kelas A3 Keperawatan Maternitas 2.pptxSGD Kel. 2 Kelas A3 Keperawatan Maternitas 2.pptx
SGD Kel. 2 Kelas A3 Keperawatan Maternitas 2.pptx
 
Partus lama Ibu
Partus lama IbuPartus lama Ibu
Partus lama Ibu
 
Kardiotokografi
KardiotokografiKardiotokografi
Kardiotokografi
 
260270809 ppt-obsgin
260270809 ppt-obsgin260270809 ppt-obsgin
260270809 ppt-obsgin
 
lapsus kpd.pptx
lapsus kpd.pptxlapsus kpd.pptx
lapsus kpd.pptx
 
Ppt study kasus fix
Ppt study kasus fixPpt study kasus fix
Ppt study kasus fix
 
Gawat darurat-edt
Gawat darurat-edtGawat darurat-edt
Gawat darurat-edt
 
Post partum khusnul khotimah
Post partum khusnul khotimahPost partum khusnul khotimah
Post partum khusnul khotimah
 
Post partum khusnul khotimah
Post partum khusnul khotimahPost partum khusnul khotimah
Post partum khusnul khotimah
 

Recently uploaded

PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptPERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptbekamalayniasinta
 
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxSediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxwisanggeni19
 
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptxrachmatpawelloi
 
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptxPEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptxpuspapameswari
 
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar KepHaslianiBaharuddin
 
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinanDwiNormaR
 
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfhsetraining040
 
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmasserbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmasmufida16
 
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docxpuskesmasseigeringin
 
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.pptSOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.pptDwiBhaktiPertiwi1
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptRoniAlfaqih2
 
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/mamateri kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/maGusmaliniEf
 
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptxTUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptxTriNurmiyati
 
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar KeperawatanHaslianiBaharuddin
 
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptxILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptxfania35
 
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod SurabayaToko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabayaajongshopp
 
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdfLaporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdfHilalSunu
 
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdfMeboix
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptRoniAlfaqih2
 
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obatFARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obatSyarifahNurulMaulida1
 

Recently uploaded (20)

PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptPERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
 
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxSediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
 
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
 
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptxPEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
 
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
 
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
 
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
 
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmasserbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
 
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
 
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.pptSOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
 
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/mamateri kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
 
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptxTUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
 
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
 
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptxILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
 
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod SurabayaToko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
 
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdfLaporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
 
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
 
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obatFARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
 

MAKALAH CASE OBs.pptx

  • 1. (NEGLECTED LABOR)” KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN OBSTETRI & GYNEKOLOGY FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS RIAU RSUD ARIFIN ACHMAD PEKANBARU 2016 Pembimbing : dr. Nicko Pisceski K.S, SpOG
  • 3. LATAR BELAKANG 1.1  Proses persalinan :suatu proses mekanik, dimana janin didorong dengan tenaga his untuk keluar melalui pelvis.  penyulit dalam proses persalinan : letak janin yang abnormal, his yang tidak adekuat, hingga disproporsi fetopelvik dan panggul sempit. Proses kala II lama = lebih dari 2 jam pada primipara dan 1 jam pada multipara  ibu : infeksi, kehabisan tenaga, dehidrasi, pendarahan post partum Janin : gawat janin, infeksi, cedera dan asfiksia  penyebab kematian ibu dan bayi baru lahir
  • 4. Partus kasep • Fase akhir dari suatu persalinan yang mengalami kemacetan dan berlangsung lama lebih dari 18 jam, sehingga timbul komplikasi pada ibu maupun anak Masa nifas • Berlangsung kira-kira 6 minggu atau 42 hari. • Keadaan fisiologi maupun patologis dapat terjadi pada masa nifas. • Diperkirakan bahwa 69% kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan • 50% kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama. SKDI • Persalinan lama 31% • Perdarahan berlebihan terjadi pada 7% persalinan, • Angka kejadian infeksi sebesar 5%. • Sementara ibu yang tidak mengalami komplikasi selama persalinan adalah sebesar 64%.
  • 6.
  • 7. Post partum SCTPP 72 jam Seorang pasien masuk ke kamar perawatan nifas RSUD AA Pekanbaru pada tanggal 09 Februari 2016, pukul 19.34 WIB, kiriman dari OK IGD RSUD AA dengan P4A0H2 post SCTPP a/i pastus kasep + fetal distress.
  • 8. 72 JAM • Pasien datang dengan post SCTPP sejak 72 jam yang lalu di RSUD AA • Lahir bayi perempuan, • BBL 3100 gram, PB 46 cm, apgar score 2/1/0, • Plasenta lengkap, bayi tidak menangis dan dilakukan resusitasi neonatus selama 40 menit dan akhirnya bayi meninggal. Rujukan • Pasien merupakan rujukan dari puskesmas Tapung Hulu 1 dengan G4P3A0H2 gravid aterm + inpartu kala II + partus kasep + janin tunggal hidup intrauterine,
  • 9. 4 jam SMRS • pasien sudah merasa ingin meneran dan telah dipimpin meneran selama 2 jam. 8 jam SMRS • Keluar lendir darah 12 jam SMRS • Pasien mulai merasa nyeri perut atau mules-mules 2 hari SMRS • Keluar air-air yang membasahi celana pasien, berwarna hijau encer • Demam sejak 2 jam SMRS Lanjutan...
  • 10. Lanjutan... • Pasien merasa hamil cukup bulan dengan HPHT 12/05/2015, TP 19/02/2016 • Pasien mulai merasakan gerakan janin sejak usia kehamilan 5 bulan dan dirasakan berkurang sejak 5 jam dan dirasakan berkurang sejak 5 jam SMRS. Keluhan lainnya • Saat ini pasien mengeluhkan nyeri, bengkak dan keluar ASI pada ke dua payudara sejak 3 hari setelah persalinan, nyeri bekas luka operasi (+), nyeri dikemaluan (+). • BAB dan BAK tidak ada gangguan. Keluhan lainnya
  • 11. Lanjutan... • Mual dan muntah sejak awal kehamilan, tidak mengganggu aktivitas • Tidak pernah mengalami perdarahan dari kemaluan. RHM • Mual (-) • Muntah (-) • Perdarahan (-) RHT • Pasien ANC selama kehamilan 4 kali di Bidan tempat tinggal pasien • Tidak pernah USG selama kehamilan • Pasien mendapatkan imunisasi selama kehamilan. PNC
  • 12. Lanjutan... • Tidak ada, alergi obat (-) Riwayat minum obat • Tidak terdapat riwayat hipertensi, diabetes mellitus, asma, penyakit jantung. Riwayat operasi sectio caesaria (+). RPD • Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit keturunan, penyakit menular ataupun kelainan jiwa. RPK
  • 13. Riw. Haid • Menarche umur 12 tahun • Siklus 28 hari • Lama haid 4 hari • GP 2 kali ganti pembalut/hari • Nyeri haid tidak ada dirasakan. Riw. Pernikahan • Menikah 2 kali, yang pertama pada usia 15 tahun yaitu tahun 1995 dan yang kedua pada usia 2015.
  • 14. Riwayat persalinan Anak I/Laki- laki/BBL 3000 gram/lahir normal di Bidan/cukup bulan/usia 3 bulan meninggal, hamil saat usia ±15 tahun Anak II/Perempuan/BBL 2700 gram/cukup bulan/lahir normal di Bidan/ usia saat ini 20 tahun Anak III/Laki- laki/BBL 3000 gram/cukup bulan/ lahir normal di Bidan/ usia saat ini 15 tahun Anak IV/Peremuan/BBL 3100 gram/cukup bulan/lahir operasi SC di Spesialis kandungan, meninggal setelah di lakukan resusitasi neotatus selama 40 menit.
  • 15. • Riwayat menggunakan KB suntik Riw. KB • Pasien = IRT, pendidikan terakhir SD • Suami = Wiraswasta. • Pasien dengan perekonomian menengah kebawah (Pasien mendapatkan suratpengantar dari Dinas Sosial dan tenaga kerja yang menerangkan bahwa pasien dengan perekonomian menengah ke bawah) Riw. Obsos
  • 16. Pemeriksaan Fisik Keadaan umum : Tampak sakit sedang Kesadaran : Komposmentis Tanda-tanda vital : TD : 100/70mmHg HR : 102 x/menit RR : 20 x / menit Suhu : 38 0C Gizi TB : 162 cm BB : 54kg IMT : 20,59 Muka : Kloasma gravidarum (-) Mata : CA (-/-); SI (-/-) Leher : DBN Dada : DBN Abd : St.obstetri Genitalia: St.obstetri Ekst : DBN
  • 17. STATUS OBSTETRIKUS Mammae Inspeksi Papil mammae menonjol, corpus mammae simetris, tanda-tanda radang (-), retraksi(-), gambaran kulit jeruk (-), aerola mammae hiperpigmentasi, tidak retraksi dan tidak ada menyerupai kulit jeruk. Palpasi Corpus mammae nyeri (+), benjolan (-), aerola mammae keluar ASI (+/+), teraba keras (+/+), kalor (panas) Abdomen Inspeksi Perut membuncit, TFU 2 jari dibawah umbilikus, kontraksi (+), striae gravidarum (-), Tampak luka bekas operasi yang dibalut perban secara horizontal. Palpasi Nyeri tekan (+), nyeri lepas (-), supel (+)
  • 18. Genitalia eksterna : I/P : Uretra tenang, terpasang foley kateter, volume urine 250 cc jernih, darah (-), vulva udema, lokia rubra (+) Genitalia interna Inspekulo: tidak dilakukan VT / Bimanual Palpasi : tidak dilakukan
  • 19. Pemeriksaan laboratorium Tanggal 09 Februari 2016 Hb : 10 g/dL Leukosit : 17.100 /µL Trombosit : 168.000/uL
  • 20. Diagnosis DIAGNOSIS KERJA P4A0H2 post sectio caesaria transperitoneal profunda (SCTPP) atas indikasi partus kasep + infeksi intrauterine + udem vulva + nifas hari ke -3.
  • 22. Kondisi pasien saat di VK IGD
  • 23. TTV Tanggal 04 Februari 2016 Tekanan Darah : 100/70mmHg Frek. Nadi : 102 x/menit Frek. Nafas : 20 x / menit Suhu : 38 0C
  • 24. Status Obstetrikus Tanggal 04 Februari 2016 TFU 2 jari dibawah procesus xipoideus (34 cm), punggung kiri, 4/5 His =2x/10’/25”” DJJ (19:20) = 178 dpm ; pukul 19:30 = 98 dpm Inspekulo = V/U tenang VT = Pembukaan lengkap, ketuban (-), sisa ketuban hijau kental, kepala hodge III-IV, UUK anterior
  • 25. Pemeriksaan laboratorium Tanggal 04 Februari 2016 Hb : 14,2 g/dL Ht : 40,3 % Leukosit : 34.200 /µL Trombosit : 233.000/uL
  • 26. TERAPI Hemodinamik ibu dan janin stabil (observasi keluhan utama, tanda-tanda vital, djj, hiss/5menit) Resusitasi neonatus, miring kiri, beri oksigen 4 liter/menit, dextrose 40% Atasi infeksi : injeksi ceftriaxone 1gram/12 jam; injeksi metronidazol 3x500mg; injeksi gentamizin1x80 mg Percepat kala II dengan ekstraksi forcepsgagalSectio caesaria (SC)
  • 27. L A P O R A N O P E R A S I Diagnosis pra operasi G4P3A0H3 gravid 39-40 minggu inpartu + kala II + partus kasep + janin presentasi kepala tunggal hidup,fetal distress.
  • 30.
  • 31.
  • 32.
  • 33.
  • 34.
  • 37. DEFINISI Suatu sistem pelayanan kesehatan di mana terjadi pelimpahan tanggung jawab timbal balik atas kasus atau masalah kesehatan yang timbul secara horizontal maupun vertikal, baik untuk kegiatan pengiriman penderita, pendidikan, maupun penelitian Kelompok faktor risiko Kelompok faktor risiko I : Ada-Potensi-Gawat-Obstetrik/APGO Kelompok FR II : Ada-Gawat-Obstetrik/AGO-penyakit ibu (KIE berulang kali rujukan terencana) Kelompok FR III : Ada-Gawat-Darurat-Obstetrik/AGDO
  • 38. RUJUKAN Rujukan Terencana Rujukan Dini Berencana (RDB) Rujukan Dalam Rahim (RDR) Rujukan Tepat Waktu/RTW (‘prompt timely referral’)
  • 39.
  • 40.
  • 42. Persalinan/ partus Suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam uterus melalui vagina atau abdomen ke dunia luar Persalinan Normal Bayi lahir presentasi belakang kepala, tanpa memakai alat atau pertolongan istimewa, tidak melukai ibu dan bayi, berlangsung dalam waktu <24 jam Persalinan Abnormal Bayi lahir pervaginam dengan bantuan ekstraksi cunam, ekstraksi vakum, versi & ekstraksi, dekapitasi, embriotomi atau dilahirkan perabdominam (seksio sesarea)
  • 43. Teori penyebab persalinan Rangsangan oksitosin Pengaruh kortisol janin Pengeluaran prostaglandin Peregangan otot uterus Penurunan kadar progesteron
  • 44. Faktor yang berperanan Kekuatan his Kekuatan mengejan Power Jalan lahir keras Jalan lahir lunak Passage Ukuran janin Posisi janin Passenger Gejala persalinan Lightening Polakisuri (sering kencing) Serviks matang His palsu 3-4 mgg sebelum persalinan Nyeri di perut bawah Tidak teratur Pendek Tidak berpengaruh pada serviks Tanda persalinan His Bloody show Ketuban pecah Nyeri melingkar Teratur Makin lama makin sering Dibawa berjalan semakin kuat Serviks mendatar dan membuka
  • 45. 45 Penipisan dan pembukaan serviks Penipisan dilanjutkan pembukaan Penipisan bersamaan dengan pembukaan Primipara Multipara
  • 46. Kala dalam persalinan Kala I Kala pembukaan Serviks membuka sampai diameter 10 cm Kala II Kala pengeluaran Mulai pembukaan lengkap sampai Bayi dilahirkan Kala III Kala uri Plasenta terlepas dan dilahirkan Kala IV Mulai dari plasenta lahir sampai 2 jam sesudahnya
  • 47. 47 Gerakan utama janin pada saat proses persalinan 1. Masuk pintu atas panggul 2. Turun ke ronga panggul 3. Fleksi 4. Putaran paksi dalam (rotasi interna) 5. Ekstensi 6. Putaran paksi luar (rotasi eksterna) 7. Expulsi
  • 49. DISTOSIA KARENA KELAINAN HIS His yang tidak normal, baik kekuatan maupun sifatnya menghambat kelancaran persalinan
  • 50. Etiologi Primigravida tua Faktor herediter, emosi dan ketakutan Salah pimpinan persalinan dan pemberian obat- obatan Kesalahan letak janin dan disproporsi sefalopelvik Kehamilan postmatur
  • 51. Penanganan Infus dektorse 5% atau larutan garam fisiologis 1 liter dalam 1 jam pertama dan selanjutnya menurut kebutuhan Bila his menyebabkan rasa sakit yang berlebihan berkan injeksi pethidin 50 mg Berikan kortison 200 mg Berikan antibiotik
  • 52. INERSIA UTERI His yang sifanya lebih lemah, lebih singkat dan lebih jarang dibanding yang normal • Kelemahan his timbul sejak permulaan persalinan Inersia uteri primer • Kelemahan his yang timbul setelah adanya his yang kuat teratur dan dalam waktu yang lama Inersia uteri sekunder
  • 53. Penanganan Untuk pembukaan serviks • Oksitosin drips 5-10 satuan dalam 500 cc dektrosa 5%, dimulai dengan 12 tetes per menit, dinaikkan setiap 10-15 menit sampai 40 tetes permenit Bila inersia uteri disertai dengan disproporsi sepalopelvis • Seksio sesaria
  • 54. TETANIA UTERI His yang telalu kuat dan terlampau sering sehingga tidak ada relaksasi rahim. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya partus prematurus Penanganan Morfin, luminal dsb, asal janin tidak lahir dalam waktu dekat (4-6 jam kemudian) Bila ada tanda-tanda obstruksi, persalinan  seksio sesaria
  • 55. UTERUS INKOORDINASI Sifat his yang berubah-ubah, tidak ada koordinasi dan sinkronisasi antara kontraksi dan bagian-bagiannya Penanganan obat-obat anti nyeri dan penenang  mengurangi rasa takut, cemas dan tonus otot Terminasi partus menggunakan hasil pemeriksaan dan evaluasi dengan ekstraksi vacum, forceps atau seksio sesaria  persalinan telah berlangsung lama dan berlarut-larut
  • 56. DISTOSIA JALAN LAHIR KELAINAN BENTUK PANGGUL Kongenital Kelainan penyakit tulang panggul Kelainan tulang belakang
  • 57. Pemeriksaan panggul • Pemeriksaan panggul luar • Pemeriksaan panggul dalam Pemeriksaan besarnya janin • Pada bentuk normal dan letak anak memanjang yang menentukan imbang feto-pelvik adalah kepala • Besarnya kepala trata- rata ergantung dari besarnya berat badan janin Imbang Feto-pelvik, Imbang sefalo- pelvik, dan disproporsi sefalo-pelvik
  • 58. • CV kurang dari 10 cm atau diameter transversa kurang dari 11,5 cm • Diameter interspinarum <10 cm Panggul sempit • panjang CV 8 10 cm → partus percobaan • panjang CV 6 8 cm → SC primer • panjang CV < 6 cm → SC absolut Tindakan
  • 59. DISTOSIA KARENA KALAINAN JANIN (PASSA-NGER) Letak defleksi Posisi oksiput posterior persisten Letak belakang kepala UUK melintang Letak tulang ubun-ubun Kelainan pada letak kepala
  • 60. DISTOSIA KARENA KALAINAN JANIN (PASSA-NGER) Letak sunsang Letak lintang Letak rangkap/ganda
  • 61. KELAINAN PADA PERSALINAN • Partus lama  > 24 jam pada primi, > 18 jam pada multi • Partus kasep  sudah timbul gejala seperti dehidrasi, kelelahan ibu, asfiksia dan kematian janin dalam kandungan Definisi • Kelainan letak janin • Kelainan panggul • Kelainan his • Pimpinan partus yang salah • Janin besar atau ada kelainan kongenital • Primitua • Perut gantung, grandemulti • Ketuban pecah dini Etiologi Partus lama dan partus terlantar
  • 62.
  • 64. Definisi KPD  pecahnya ketuban sebelum in partu, dengan pembukaan: primi kurang dari 3 cm multipara kurang dari 5 cm
  • 65. Etiologi  Serviks inkompeten  Ketegangan rahim berlebihan  Kelainan letak janin dalam rahim  Kemungkinan kesempitan panggul  Kelainan bawaan dari selaput ketuban  Infeksi yang menyebabkan terjadi proses biomekanik pada selaput ketuban
  • 66. Diagnosis  Anamnesis  Pasien mengetahui cairan yang keluar atau tidak  Cairan keluar terus atau tidak  Warna cairan yang keluar  Pemeriksaan fisik  TTV  Tanda infeksi: suhu meningkat, nadi cepat  Pemeriksaan obstetrik  Menentukan umur kehamilan, kontraksi uterus  Menentukan kondisi janin  Inspeksi vulva  Apa ada cairan yang keluar dan bila ada tentukan warnanya  Apa terlihat tali pusat, bila ada perhatikan dengan teliti adakah pulsasi pada tali pusat
  • 67.  Pemeriksaan dengan spekulum  Tes nitrazin: Memeriksa keasaman cairan vagina. Kertas mustard emas akan berubah menjadi biru tua pada keberadaan bahan basa  Melihat porsio masih tertutup atau terbuka  Menentukan besar pembukaan Lanjutan...
  • 69. Penatalaksanaan  Kehamilan lebih dari 36 minggu Jika servik sudah matang, penundaan persalinan tidak bermanfaat dan persalinan harus diinduksi. Jika servix belum matang, periode laten sampai 24 jam diijinkan sebelum dilakukan induksi persalinan  Kehamilan 34 hingga 36 minggu Induksi partus ditunda selama 16-24 jam untuk membiarkan paru mencapai maturitasnya dahulu  Kehamilan kurang dari 34 minggu Konservatif selama tidak ada infeksi atau tanda-tanda gawat janin
  • 71. Definisi dan insidensi  Infeksi jaringan membrane fetalis beserta cairan amnion yang terjadi sebelum partus sampai 24 jam post partum yang merupakan manifestasi dari infeksi intrauterine (IIU)  Insidensi dari korioamnionitis adalah 1 – 5% dari kehamilan aterm dan sekitar 25% dari partus preterm
  • 72. Etiologi  Bakteri yang dapat menyebabkan korioamnionitis diantaranya gardnerella vaginalis dan bakterioides, bakteri aerob lainnya termasuk grup B streptococcus dan bakteri gram negative termasuik E. coli. Organisme-organisme ini merupakan flora normal vagina dan flora normal enteric
  • 73. Patogenesis  Mulainya infeksi biasanya disebabkan oleh infeksi secara retrograde dan ascending dari traktus genitalis bawah
  • 74. Manifestasi klinis  Demam  takikardia ibu dan takikardia fetus  uterine tenderness  vaginal discharge yang berbau. Penatalaksanaan  Penatalaksanaan koriomnionitis terdiri dari pemberian antimikroba, antipiretik, dan pelahiran janin
  • 75. Komplikasi 1. Komplikasi maternal  Korioamnionitis dapat meningkatkan 2-4 kali lipat terjadinya endomiometritis, infeksi perlukaan, abses pelvik, bakterimia, dan post partum hemoragik 2. Komplikasi fetus  Paparan infeksi pada fetus dapat menimbulkan kematian fetus, sepsis neonates, dan beberapa komliksi postnatal lainnya. 3. Komplikasi jangka panjang untuk neonates  Neonates yang terpapar infeksi intrauterine dapat menampakkan efek advers saat atau segera setelah lahir. Efek advers yang muncul termasuk kematian perinatal, adfiksia, septik neonatorum, septik shok, peneumoni
  • 77. Ekstraksi Cunam Persalinan buatan dimana janin dilahirkan dengan suatu tarikan cunam yang dipasang pada kepalanya
  • 78. Fungsi Cunam Ekstraktor Rotator Ekstraktor dan rotator bersama-sama
  • 79. Indikasi cunam Ibu Eklamsia, preeklamsia Ruptur uteri membakat Ibu dengan penyakit jantung, paru-paru dll Janin Gawat janin Waktu Kala II memanjang
  • 80. Kontra Indikasi Bila semua syarat terpenuhi, tidak ada kontra indikasi
  • 81. Syarat Janin harus dapat lahir per vaginam (tidak ada disporposi sefalopelvik) Pembukaan serviks lengkap Kepala janin sudah cakap Kepala janin sudah harus dipegang oleh cunam Ketuban sudah pecah Janin hidup
  • 82. Ekstraksi cunam gagal Pemasangan/ekstraksi cunam dinyatakan gagal, bila: Sendok cunam tidak dapat dikunci meskipun pemasangan cunam sudah betul Tiga kali traksi dengan tenaga cukup janin tidak dapat lahir
  • 84. Definisi  Suatu kelainan pada fetus akibat gangguan oksigenasi atau nutrisi yang bisa bersifat akut (prolaps tali pusat, sub akut (kontraksi uterus yang terlalu kuat), atau kronik (plasenta insufisiensi). Etiologi Kelainan pasokan plasenta Kelainan arus darah plasenta Saturasi oksigen ibu berkurang
  • 85. Gejala Klinik  Gerakan janin menurun  Pasien mengalami kegagalan dalam pertambahan berat badan dan uterus tidak bertambah besar. Diagnosis Kriteria gawat janin:  Denyut jantung janin di atas 160/menit atau di bawah 100 /menit  Denyut jantung tidak teratur  Keluarnya mekonium yang kental diawal persalinan
  • 86. Menurut National Institutes of Health Workshop tahun 1997, kemungkinan adanya gawat janin, dengan kriteria: Bradikardi menetap Variabilitas denyut jantung dasar yang menurun Takikardi Pola deselerasi Adanya mekonium didalam cairan amnion
  • 87. Tatalaksana  Meningkatkan oksigenasi janin dan aliran darah uteroplasenta  Menurunkan aktivitas kontraksi uterus  Membebaskan kompresi tali pusat  Menilai apakah persalinan dapat berlangsung normal atau terminasi kehamilan merupakan indikasi Bentuk intervensi yang dilakukan yaitu:  Merubah posisi ibu dari telentang menjadi miring  Pemberian oksigensi yang adekuat kepada ibu  Pemberian cairan intra vena 500-1000 ml Ringer Laktat dalam waktu > 20 menit.  Menurunkan frekuensi kontraksi uterus dengan menghentikan pemberian oksitosin atau prostaglandin  Memberikan tokolitik sesuai rekomendasi American College of Obstetricians and Gynecologist tahun 2013
  • 88. Komplikasi  Hipoksia dan asidosis yang terjadi pada fetal distress dapat menyebabkan kematian pada janin. Selain itu, keadaan ini bisa menimbulkan kerusakan pada otak janin.
  • 90. Definisi  Masa nifas (postpartum/puerperium) berasal dari bahasa latin yaitu dari kata:  “Puer” yang artinya bayi  “Parous” yang berarti melahirkan  Masa nifas dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil  Biasanya berlangsung selama 6 minggu atau 42 hari, namun secara keseluruhan akan pulih dalam waktu 3 bulan.1,3
  • 92. 1. Masa nifas fisiologi Involusi uterus Proses laktasi Hemokonsentrasi
  • 93. Waktu Bobot Uterus Diameter Uterus Palpasi Serviks Pada akhir persalinan 900 gram 12,5 cm Lembut/lunak Akhir minggu ke-1 450 gram 7,5 cm 7,5 cm Akhir minggu ke-2 200 gram 5,0 cm 1 cm Akhir minggu ke-6 60 gr 2,5 cm Menyempit • Involusi uteruslapisan luar dari desidua yang mengelilingi situs plasenta akan menjadi necrotik (layu/mati) • Desidua yang mati akan keluar bersama dengan sisa cairan = lokia
  • 94. Lokia Waktu Warna Ciri-ciri Rubra 1-3 hari Merah kehitaman Terdiri dari sel desidua, verniks caseosa, rambut lanugo, sisa mekoneum dan sisa darah. Sanginolenta 3-7 hari Putih bercampur merah Sisa darah bercampur lendir. Serosa 7-14 hari Kekuningan/ kecoklatan Lebih sedikit darah dan lebih banyak serum, juga terdiri dari leukosit dan robekan laserasi plasenta. Alba >14 hari Putih Mengandung leukosit, selaput lendir serviks dan serabut jaringan yang mati.
  • 95. Plasenta mengandung hormon penghambat prolaktin (hormon plasenta) yang menghambat pembentukan ASI. Setelah plasenta lepas hormon plasenta itu tidak dihasilkan lagi, sehingga terjadi produksi ASI (lactogenic hormone (prokeksin)).  ASI keluar 2-3 hari setelah melahirkan.  ASI mengandung lactoferin, lysozyme & imunogbulin A.
  • 96. Pada kehamilan terdapat shunt antara sirkulasi ibu & plasenta. Setelah melahirkan, shunt tersebut hilang tiba- tiba. Volume darah pada ibu relatif bertambah yang dapat menimbulkan beban jantung sehingga dapat terjadi dekompensasi kordis pada penderita vitum kardis. Terjadi pada hari ke 3-15 post partum.
  • 97. Perdarahan post partum Infeksi masa nifas Subinvolusi uterus Tromboflebitis dan emboli paru 2. Masa nifas Patologis
  • 98. Perdarahan post partum Atonia uteri Robekan jalan lahir Retensio plasenta Sisa plasenta Sub-involusi uterus Nyeri tekan perut bawah Lokhia mukopurulen dan berbau
  • 99. Infeksi masa nifas Persalinan lama + KP KP yang lama Tindakan aseptik VT saat KP Manipulasi intra uterine’ Laserasi yang tidak diperbaiki Hematoma Hemaragik > 1000 ml Retnsio plasenta Perawatan perineum tidak memadai Infeksi vagina/serviks/PMS
  • 100. Lanjutan... Penanganan: Antibiotik, dalam hal ini dapat diberikan penicilin dalam dosis tinggi atau antibiotika dengan spektrum luas (broad spectrum antibiotics) seperti ampicillin, dan lainlain
  • 101. Subinvolusi uterus Definisi Proses involusi rahim (pengecilan rahim) tidak berjalan sesuai sebagaimana mestinya  Terlambat Tanda+Gejala Uterus lunak /tidak adanya penurunan TFU Warna lokhia merah kecoklatan persisten/berkembang lambat Tatalaksana Ergonovin (Ergotrate) / metilergonovin (methergine), 0,2 mg per oral setiap 4 jam selama 3 hari, ibu dievaluasi kembali dalam 2 minggu. Jika endometritis antibiotik spektrum luas.
  • 102. Emboli paru & Tromboflebitis  Risiko terbesar yang berkaitan dengan tromboflebitis adalah emboli paru (tromboflebitis vena profunda >>)  Risiko:  Wanita penderita varikositis  Secara genetik rentan terhadap relaksasi dinding vena dan stasis vena.  Tanda dan gejala emboli paru:  Rasa sakit hingga ke dada, yang bisa merupakan indikasi gumpalan darah pada paru-paru  Rasa sakit di tempat tertentu, lemah dan hangat di betis atau paha dengan atau tanpa adanya tanda merah, bengkak dan nyeri ketika menggerakkan kaki, yang bisa merupakan tanda gumpalan darah pada saluran darah di kaki.  Awitan tiba-tiba takipnea, dispnea, dan nyeri dada tajam adalah gejala yang paling umum.
  • 103. Lanjutan... • Peningkatan suhu ringan • Takikardia ringan • Awitan tiba-tiba nyeri sangat berat pada tungkai diperburuk dengan pergerakan atau saat berdiri, • edema pergelangan kaki, tungkai dan paha, nyeri saat penekanan betis, nyeri tekan sepanjang aliran pembuluh darah yang terkena dengan pembuluh darah dapat teraba. Tanda & gejala • Elevasi ekstremitas yang terkena • Kompres panas • Stoking elastis • Analgesia jika dibutuhkan • Rujukan ke dokter konsultan penting untuk memutuskan penggunaan antikoagulan dan antibiotik. Penanganan
  • 104. Program Dan Kebijakan Teknis Masa Nifas K1 • 6-8 jam setelah persalinan • Tujuan mencegah pendarahan masa nifas, pemberian ASI awal. K2 • 6 hari setelah persalinan • T/memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus berkontraksi, fundus dibawah umbilikus, perdarahan abnormal (-), bau (-), demam, infeksi atau cairan, dan istirahat, memastikan ibu menyusui dengan baik K3 • 2 minggu setelah persalinan (K2) K4 • 6 minggu setelah persalinan • Bertujuan untuk menanyakan pada ibu tentang penyulit–penyulit yang ia atau bayi alami, juga memberikan konseling untuk mendapatkan pelayanan KB secara dini
  • 105. PERAWATAN MASA NIFAS •Tidur terlentang selama 8 jam PP untuk memcegah perdarahan post partum. •Miring ke kiri dan ke kanan untuk memcegah terjadinya trombosis dan tromboemboli. •Hari ke-2 duduk; Hari ke-3 telah dapat jalan-jalan; Hari ke-4 -5 boleh pulang Mobilisasi • Cukup kalori, cukup protein, banyak cairan, serta banyak buah-buahan dan Diet/makanan •6 jam postpartum •Buang air kecil harus secepatnya dilakukan sendiri •Jika dalam 8 jam PP belum dapat berkemih atau 1x berkemih belum >100 cc  kateterisasi. BAK •3-4 hari post partum •Bila ada obstipasi = pemberian obat pencahar (laxantia) peroral/parenteral, atau dilakukan klisma BAB •suhu badan ibu naik ± 0,5 C dari keadaan normal, tapi tidak melebihi 38 C. Dan sesudah 12 jam pertama suhu badan akan kembali normal •Jaga hiegine Demam
  • 107. Apakah diagnosis masuk pada pasien ini sudah tepat? Apakah penatalaksanaan awal pada pasien ini sudah tepat? Apakah diagnosis nifas pada pasien ini sudah tepat? Bagaimana penatalaksanaan masa nifas pada pasien ini? Apakah sistem rujukan pada pasien ini sudah tepat? 1 2 3 4 5
  • 108. Apakah diagnosis masuk pada pasien ini sudah tepat 1 G4P3A0H2 Kehamilan ke- 4 Sudah melahirkan sabanyak 3x Riwayat abortus (-) Anak hidup 2 orang Anak 1 meninggal saat usia 3 bulan 1 Usia Kehamilan 38 minggu, 4 hari (38-39 minggu) • Haid teratur siklus 28 hari • HPHT = 12-05-2015 • TP = 19-02-2016 • TFU = 34 cm • BUKAN 39-40 minggu
  • 109. Anamnesis Keluar lendir darah sejak 8 jam SMRS PF + PP His 2x/10’/25” Pembukaan serviks lengkap Tanda inpartu & kala II
  • 110. Partus kasep (neglected labor) • Pembukaan lengkap dan telah dipimpin mengejan selama 2 jam di Puskesmas Tapung Hulu 1, • Bayi tidak lahir • sindroma ibu dan janin • Demam dengan peningkatan suhu yaitu 38℃ • P↑ nadi (102 kali/menit) • Vulva udem (pasien telah lama dipimpin mengejan) • His pada pasien lemah (2x/10’/20”) • Cairan ketuban berwarna hijau kental, • Darah rutin (leukosit) ↑yaitu 34.200/uL. Sindroma ibu • P↑ djj yaitu 178 dpm (pukul 19:20 WIB) • P↓ djj 98 dpm (pukul 19:30) • Fetal distress Sindroma janin
  • 111. Penyebab distosia faktor panggul (kesempitan panggul) faktor anak (kelainan letak) faktor tenaga (hipotenia) faktor penolong (pimpinan yang salah) his 2x/10’/20”.
  • 112. Pada kasus ini, setelah dilakukan SCTPP, lahir bayi dan dilakukan resusitasi neonatus selama 40 menit namun bayi meninggal. Persalinan lama (kala II lama) Jenis anestesi SC (spinal) Fetal distress Berkurangnya aliran darah ke plasenta mengkompesi tali pusatnutri terganggu Salah satu efek = Hipotensi  pengurangan jumlah aliran darah dari vena cafa ke jantung.
  • 113. Gejala dan tanda klinis dari fetal distress Gerakan janin menurun dengan djj pada pukul 19:20 WIB= 178 dpm dan djj pukul 19:30 WIB= 98 dpm(>160 atau <100) Pemeriksaan dalam = air ketuban tidak utuh dan air ketuban berwarna hijau kental. Faktor risiko yang berhubungan dengan gawat janin pada kasus ini yaitu : Pasien berusia 36 tahun (usia > 35 tahun) pasien juga merasakan gerakan janin menurun sejak 5 jam SMRS.
  • 114. Apakah penatalaksanaan awal pada pasien ini sudah tepat? 1 2 Rehidrasi IVFD RL + O2 pemberian antibiotik : injeksi ceftriaxone 1 gram/12 jam, injeksi metronidazol 3x500 mg, gentamisin 1x80 mg Pemasangan kateter urine. Resusitasi Miring kiri Beri oksigen 4 liter/menit, dextrose 40%.
  • 115. • Tindakan ekstraksi forceps mengalami kegagalan karena sendok cunam tidak dapat dikunc • faktor pemasangan cunam yang salah • keterampilan tenaga medis yang tidak kompeten • kesalahan dalam interpretasi posisi bayi. Gagal pemasangan forceps • Suhu tubuh (axilla) 38℃ • Takikardi ibu (102 kali/menit) • Takikardi janin (178 dpm) • Darah rutin (leukosit) meningkat 34.300/uL (>25.000). IIU • 2 hari SMRS pasien mengatakan keluar air-air dari jalan lahir yang membasahi kain sarung KPD  Berdasarkan literatur, terdapat hubungan antara IIU, pecahnya ketuban lama dan persalinan yang lama.  Ketuban pecah dini menyebabkan hubungan langsung antara dunia luar dan ruangan dalam rahimmemudahkan terjadinya infeksi ascenden.  Sering kali sulit dibedakan apakah infeksi terlebih dahulu atau ruptur membran terlebih dahulu yang terjadi. Jadi D/ G4P3A0H2 gravid aterm, inpartu kala II, partus kasep dengan gagal pemasangan forceps + infeksi itnra uterine + KPD, janin tunggal hidup intrauterine, presentasi kepala + fetal distress.
  • 116. Antibiotik Gentamisin Pada kasus ini sebaiknya antibiotik golongan aminoglikosida (gentamisin) tidak digunakan, apalagi pada penatalaksanaan di VK IGD juga telah diberikan injeksi ceftriaxcone 1gr/12 jam IV, drip metronidazole 500 gr/ 8 jam. Golongan antibiotik bakterisidal Toksik (saraf otak VII komponen vestibular maupun akustik + nefrotoksik) Spektrum antimikroba yang lebar Resisten relatif cepat berkembang Toksisitas relatif tinggi Tersedianya antibiotik lain yang cukup efektif dan toksisitasnya lebih rendah. Kategori D
  • 117. Absorbsi Jelek di saluran cerna Distribusi Hampir diseluruh cairan tubuh Eksresi 95-98% di Ginjal << empedu. Ibu hamil dan menyusui = Jangka pendek 5-7 hari jika tidak ada pilihan obat lain, TETAPI penggunaan jangka panjang sebaiknya dihindari  Kerusakan Nervus VIII pada janin. KI Lanjutan...
  • 118. Syarat forceps pada pasien berdasarkan hasil pemeriksaan dalam saat di VK IGD sudah terpenuhi yaitu :  Full dilatation (lengkap/10 cm)  Oksipital  Ruptur membran (-)  Cepalo pelvic disproportion (CPD) (-)  Engagment (+)  Posterior positon  Station Hodge III-IV. Gagal pemasangan forceps SC Ekstraksi Forceps
  • 119. Laporan operasi “Dengan meluksir kepala lahir bayi” Kepala masih berada jauh diatas, bukan di hodge III-IV • Apakah hanya dengan meluksir kepala saja, bayi sudah lahir ? (kepala masih tinggi artinya belum engagment (belum cakap)/bukan di Hodge III plus) • Apakah ada tindakan lain seperti mendorong dari bawah, atau mengangkat bahu, bayi baru lahir?”~ kesalahan dalam penulisan laporan operasi Syarat forceps tidak terpenuhi • Kesalahan dalam pemasangan cunam • Keterampilan/kemahiran • Kesalahan/kesulitan dalam menentukan posisi bayi Gagal pemasangan forceps
  • 120. Apakah diagnosis nifas pada pasien ini sudah tepat? 1 3 P4A0H2 post sectio caesaria transperitoneal profunda (SCTPP) atas indikasi partus kasep, Infeksi intrauterine, udem vulva dan nifas hari ke-3. Diagnosis gagal pemasangan forceps atau syarat forceps tidak terpenuhi, KPD + IIU dalam perbaikan P4A0H2 post sectio caesaria transperitoneal profunda (SCTPP) atas indikasi partus kasep dengan gagal pemasangan forceps/syarat forceps tidak terpenuhi, KPD, IIU dalam perbaikan, udem vulva dan nifas hari ke-3. IIU IIU dalam perbaikan
  • 121. Bagaimana penatalaksanaan masa nifas pada pasien ini? 1 4 Sangga payudara ibu dengan bebat/bra yang pas Kompres payudara dengan menggunakan kain basah/hangat selama 5 menit Urut payudara dari arah pangkal menuju putting Keluarkan ASI dari bagian depan payudara Analgetik (PCT) Lynoral Tidak adekuat Harusnya 2x1
  • 122. Apakah sistem rujukan dan diagnosis rujukan pada pasien ini sudah tepat? 1 5 1 • Tidak membawa partograf 2 • Keterlambatan merujuk • KPD • Partus kasep 3 • Penatalaksanaan • Tidak diberi antibiotik • Tidak ada pemasangan kateter urine
  • 123.
  • 124.
  • 126. KESIMPULAN 5.1 • Belum tepat • “G4P3A0H2 gravid aterm, inpartu kala II, partus kasep dengan gagal pemasangan forceps/syarat forceps tidak terpenuhi + KPD + IUU, janin tunggal hidup intrauterine, presentasi kepala + fetal distress” Diagnosis masuk • Melakukan rehidrasi • Pemberian antibiotik(sebaiknya Gentamicin tidak digunakan) • Terminasi kehamilan serta resusitasi pada janin. • Mpercepatkan kala II dengan ekstraksi forceps harus memenuhi syarat. Penatalaksanaan • Belum tepat • P4A0H2 post sectio caesaria transperitoneal profunda (SCTPP) atas indikasi partus kasep dengan gagal pemasangan forceps/syarat forceps tidak terpenuhi, IIU dalam perbaikan udem vulva dan nifas hari ke-3. Diagnosis nifas
  • 127. Lampiran... • Belum tepat, • Hanya mengompres payudaranya • Menolak untuk mengeluarkan ASI dan tidak menyangga payudaranya. • Pemberian lynoral pada pasien selama perawatan nifas tida adekuat karena hanya diberikan 1x1, sebaiknya 2x1. Penatalaksanaan masa nifas • Belum tepat • Tidak membawa partograf • Keterlambatan merujuk pasien dengan partus kasep + KPD • Petalaksanaan sebelum dirujuk belum tepat Rujukan
  • 128. SARAN 5.2 1 • Penegakkan diagnosis pada pasien harus ditegakkan sesuai dengan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. 2 • Penatalaksanaan pada pasien harus sesuai dengan diagnosis dan harus memenuhi indikasi. 3 • Penegakkan diagnosis pada pasien di masa nifas harus sesuai anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. 4 • Penatalaksanaan pasien pada masa nifas dilakukan sesuai dengan diagnosis dan harus memberi edukasi kepada pasien dan harus disesuaikan dengan tingkat pendidikan pasien. 5 • Pemberian pelatihan kepada petugas kesehatan di layanan primer sehingga dapat melakukan rujukan tepat yang dapat dideteksi saat melakukan ANC.