SlideShare a Scribd company logo
1 of 84
Download to read offline
Antikorupsi
Modul Penguatan Nilai-nilai Antikorupsi pada
Pendidikan Dasar dan Menengah
Tingkat SMA/MA/SMK/MAK
Pendidikan
Pendidikan Antikorupsi. Modul Penguatan Nilai-nilai Antikorupsi pada Pendidikan Dasar
dan Menengah. Tingkat SMA/MA/SMK/MAK
Komisi Pemberantasan Korupsi 2017
Pengarah:
Komisioner KPK
Deputi Bidang Pencegahan
Penanggung jawab:
Direktur Pendidikan dan Pelayanan Masyarakat
Sujanarko
Supervisi:
Dony Mariantono
Irawati
Handayani
Gumilar Prana Wilaga
Penyusun:
Ir. Akhmad Supriyatna, M.Pd
Dr. Maulia D. Kembara
Prof. Burhanuddin Tola, Ph.D
Deni Hadiana S.Si, M.Si
Dr. Jaka Warsihna
Editor:
Ahmad Farid
Abdul Hanan Hasanudin
Desain dan Ilustrasi:
Babay Suhendri
Abdul Hanan Hasanudin
Diterbitkan oleh:
Direktorat Pendidikan dan Pelayanan Masyarakat
Kedeputian Bidang Pencegahan
Komisi Pemberantasan Korupsi
Jl. Kuningan Persada Kav. IV Setiabudi Kuningan Jakarta Selatan 12950.
www.kpk.go.id
www.acch.kpk.go.id
www.aclc.kpk.go.id
Cetakan 1: Jakarta, 2017
Buku ini boleh dikutip dengan menyebutkan sumbernya, diperbanyak untuk tujuan
pendidikan dan non-komersial lainnya, dan bukan untuk diperjualbelikan.
Antikorupsi
Modul Penguatan Nilai-nilai Antikorupsi pada
Pendidikan Dasar dan Menengah
Tingkat SMA/MA/SMK/MAK
Pendidikan
Komisi Pemberantasan Korupsi
vi PendidikanAntikorupsi |Tingkat SMA/MA/SMK/MAK
“Pembangunan budaya sebuah
bangsa haruslah by design. Not
by default”
--KOENTJARANINGRAT--
vii
PendidikanAntikorupsi |Tingkat SMA/MA/SMK/MAK
PENGANTAR
Puji Syukur dipanjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa penyusunan naskah
Pendidikan Antikorupsi: Modul Penguatan Nilai-nilai Antikorupsi pada Pen-
didikan Dasar dan Menengah telah selesai dibuat dan disusun oleh Direktorat
Pendidikan dan Pelayanan Masyarakat, Komisi Pemberantasan Korupsi.
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK ) sebagai lembaga yang mempunyai visi
‘Bersama Elemen Bangsa, Mewujudkan Indonesia Yang Bersih Dari Korupsi’
dan dalam menjalankan salah satu tugasnya dalam bidang pencegahan sesuai
dengan amanat UU No.30 tahun 2002 pasal 13 huruf c yakni menyelenggara-
kan program pendidikan antikorupsi pada setiap jenjang pendidikan tentunya
dalam meningkatkan daya guna dan hasil guna upaya pemberantasan korupsi
diperlukan peran serta dari seluruh stakeholder bangsa ini.
Modul ini disusun dengan tujuan sebagai proses pembelajaran dalam pen-
guatan nilai-nilai antikorupsi untuk setiap level jenjang pendidikan dengan peli-
batan dari seluruh elemen agar lebih dapat memahami, menyadari dan menya-
kini serta mengaktualisasikan pendidikan antikorupsi dari ruang kelas, sekolah,
rumah, serta lingkungan. Keniscayaan akan generasi ke depan akan mempunyai
karakter moral yang antikorupsi akan terwujud jika dalam setiap proses pembe-
lajaran tidak hanya mengajarkan akan tetapi juga adanya pengkondisian yang
dipraktekkan secara nyata melalui sikap dan perilaku yang baik.
Kami menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang memberikan
dukungan dan kontribusi dalam penyusunan modul ini. Kami menyadari bahwa
modul ini masih jauh dari kata sempurna, karenanya saran dan kritik memban-
gun sangat diharapkan guna perbaikkan di masa yang akan datang.
Agustus, 2017
Pimpinan
Komisi Pemberantasan Korupsi
viii PendidikanAntikorupsi |Tingkat SMA/MA/SMK/MAK
DAFTAR ISI
Pengantar ..... vii
Daftar Isi.....viii
Petunjuk Penggunaan Modul.....x
Langkah 1 Pahami: Mengapa Perlu Pendidikan Antikorupsi? ..1
• Kita Berada di Tepi Jurang.....4
• Sekolah Kita yang Rawan .....6
• Upaya Tidak Biasa .....10
• Fokus Pada Pendidikan Antikorupsi .....11
• Prinsip Pendidikan Antikorupsi .....12
• Kompetensi Sesuai Tahapan Perkembangan .....14
Langkah 2. Sadari dan Yakini: Antikorupsi Adalah Kebutu-
han....17
• Nilai-Nilai Pembentuk Perilaku Antikorupsi .....18
• Nilai-Nilai Antikorupsi dan Manfaatnya .....20
• Indikator Perilaku Jujur .....22
• Indikator Perilaku Peduli .....24
• Indikator Perilaku Mandiri .....26
• Indikator Perilaku Disiplin .....28
• Indikator Perilaku Tanggung Jawab .....30
• Indikator Perilaku Kerja Keras .....32
• Indikator Perilaku Sederhana .....34
• Indikator Perilaku Berani .....36
• Indikator Perilaku Adil .....38
ix
PendidikanAntikorupsi |Tingkat SMA/MA/SMK/MAK
Langkah 3. Amalkan: Penguatan Nilai-Nilai Antikorupsi .....41
• Tahapan Pembelajaran .....42
• Garis Besar Pengkondisian dan Tata Kelola .....44
• Langkah Pengkondisian Lengkap .....46
• Mata Pelajaran Adalah Alat .....48
• Langkah Praktis Guru (Contoh) .....50
• Tahapan Penyusunan Lesson Plan .....52
• Contoh Lesson Plan .....54
• Contoh Lesson Plan Kreatif....56
• Contoh Instrumen Penilaian .....58
• Peta Indikator Per Jenjang .....60
Langkah 4. Deklarasikan: Peta Jalan Tindak Lanjut.....63
• Intervensi Pembudayaan di Masyarakat .....64
• Meluaskan Pendidikan Berbudaya Antikorupsi .....66
Referensi.....68
Kontributor .....70
x PendidikanAntikorupsi |Tingkat SMA/MA/SMK/MAK
PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL
Salam Antikorupsi Bapak Ibu Guru!
Lazimnya, ketika kita menerima
sebuah modul pembelajaran, ker-
ap kali kita berpikir modul ini untuk
dibelajarkan langsung kepada peserta
didik. Tapi, tidak untuk modul ini.
Modul ini adalah untuk para guru dan
kita semua sebagai orang dewasa.
Lantas, apakah modul ini menambah
beban pembelajaran? Sama sekali
Mulailah dengan Langkah Pertama. Pada
bagian ini kita mencoba memahami
mengapa perlu pendidikan Antikorupsi.
Kita selami kondisi kita sebagai bangsa,
kondisi sekolah sebagai pembangun
budaya, dan cara pandang kita sendiri se-
bagai makhluk Tuhan. Apakah kita sudah
antikorupsi? Apakah antikorupsi itu aturan
atau kebutuhan? Mengapa harus sekolah
yang memotori?
Patut diingat bahwa dalam pendidikan,
yang utama adalah membangun watak,
bukan penguasaan pengetahuan.
1
tidak. Tidak ada materi ajar baru yang
harus disampaikan sehingga menam-
bah waktu dan beban belajar. Modul
ini semata untuk menguatkan nilai-
nilai antikorupsi dalam diri kita yang
diterapkan secara konsisten di semua
aspek kehidupan. Melalui cara ini di-
harapkan semua orang dewasa dapat
menjadi teladan bagi peserta didik.
Bagaimana langkah menggunakan
modul ini? Berikut empat langkah
yang perlu dicermati.
2
Selanjutnya lanjutkan ke Langkah Kedua.
Sadari dan yakini apa saja nilai-nilai
antikorupsi yang harus kita amalkan
dan perlu dibelajarkan kepada anak.
Apa saja nilai-nilai pembentuk perilaku
antikorupsi itu? Apakah harus dibelajar-
kan sekaligus? Apakah teknisnya tidak
merepotkan?
Sadari dan yakini bahwa nilai-nilai an-
tikorupsi itu sudah ada dalam jiwa setiap
individu. Tugas kita, sebagai orang de-
wasa adalah menguatkan nilai itu melalui
pengkondisian dalam semua aktivitas
kehidupan secara konsisten.
xi
PendidikanAntikorupsi |Tingkat SMA/MA/SMK/MAK
3
Selanjutnya mulailah mempraktekkan antikorupsi.
Teknisnya ada di Langkah Ketiga. Pada bagian ini kita
diajak memulai pembelajaran dengan terlebih dahulu
mengamalkan antikorupsi untuk diri kita sendiri, dan
menjadi contoh bagi peserta didik. Setelah itu kita
membuat kondisi agar nilai-nilai antikorupsi dalam
diri peserta didik melekat kuat dan diamalkan dalam
praktek kehidupan sehari-hari.
Bagaimana pengkondisian harus dilakukan? Ikuti taha-
pannya pada bagian ini.
a. Sebagai guru, kita senantiasa melengkapi diri
dengan perangkat (instrumen) untuk mengecek
ketercapaian hasil belajar anak/peserta didik sesuai
indikator pencapaian hasil belajar untuk menentu-
kan langkah-langkah tindak lanjut;
b. Agar konsisten, Sekolah melengkapi diri dengan
perangkat (instrumen) untuk mengecek keterlaksa-
naan apakah proses pengkondisian antikorupsi di
sekolahnya berjalan atau tidak.
Jika langkah ketiga sudah tercapai,
mulaikan meluaskan pendidikan
antikorupsi seperti di Langkah Keem-
pat. Deklarasikan pengamalan yang
kita lakukan dengan langkah Tindak
Lanjut. Tularkan budaya antikorupsi
ke sekolah lain dalam satu wilayah.
Kemudian luaskan ke wilayah lain.
Jadikan sekolah kita sebagai lokomotif
penyebaran budaya antikorupsi di
wilayah di mana kita berada.
4
xii PendidikanAntikorupsi |Tingkat SMA/MA/SMK/MAK
Kekuatan rakyat adalah jumlah kekuatan
tiap-tiap anggota dari rakyat itu. Segala
daya upaya untuk menjunjung derajat
bangsa tidak akan berhasil kalau tidak
dimulai dari bawah. Rakyat yang kuat
akan pandai melakukan segala usaha yang
perlu atau berguna bagi kemakmuran
negeri.
—KI HAJAR DEWANTARA—
1
PendidikanAntikorupsi |Tingkat SMA/MA/SMK/MAK
Langkah
1
Sebelum menyelami lebih jauh tentang Pendidi-
kan Antikorupsi, pahami terlebih dahulu tentang
apa itu Pendidikan Antikorupsi dan mengapa
diperlukan Pendidikan Antikorupsi.
MENGAPAPERLU
PENDIDIKAN
ANTIKORUPSI?
PAHAMI
2 PendidikanAntikorupsi |Tingkat SMA/MA/SMK/MAK
jalan pintas, arogan, inkonsisten, dan
rupa-rupa perilaku tak pantas lainnya
kian menyesakkan dada, kita sadar
budaya antikorupsi kita menghilang.
Kemanakah budaya antikorupsi kita?
Di satu sisi Bangsa kita memiliki
kelemahan perilaku yang diwariskan
sebagai hasil penjajahan. Sejak lama
kita sadari kelemahan ini. Mental
menerabas, tidak menghargai waktu,
meremehkan mutu, tidak percaya diri,
dan banyak lagi.
Sementara di sisi lain, dunia pendidi-
kan yang diharapkan menjadi penguat
budaya antikorupsi makin dirasakan
tidak konsisten dalam menjalankan
fungsinya. Proses pendidikan seperti
mementingkan penguasaan pengeta-
huan semata ketimbang membiasa-
KELEMAHAN PERILAKU
• mentalitas yang meremehkan mutu;
• mentalitas yang suka menerabas (in-
stan);
• tidak percaya pada diri sendiri;
• tidak berdisiplin murni;
• mentalitas yang suka mengabaikan
tanggung jawab”.
Perlu Budaya
Baru Antikorupsi
yang dimotori
oleh sekolah.
Perilaku koruptif di-
anggap biasa. Marak
di semua segi kehidu-
pan dalam beragam
modus
MENGAPA PERLU PENDIDIKAN
Hari-hari ini kita menyaksikan berita
tentang tindak pidana korupsi dan
perilaku koruptif di mana-mana. Ter-
jadi di hampir semua daerah di Tanah
Air, di semua level, dan di semua segi
kehidupan dengan beragam jenis,
modus, dan kompleksitas. Perilaku
koruptif telah merasuki semua elemen
bangsa. Padahal kita semua tahu bah-
wa korupsi adalah perilaku yang tidak
bermoral. Sebuah ironi.
Muara dari persoalan korupsi adalah
hilangnya nilai-nilai antikorupsi (jujur,
peduli, mandiri, disiplin, tanggung-
jawab, kerja keras, sederhana, berani,
adil) dari dalam diri individu.
Ketika hari-hari ini kita menyaksi-
kan kasus-kasus korupsi kian marak,
meluas dan beragam, serta perilaku
saling tidak percaya, saling menyalah-
kan, lepas tanggungjawab, mencari
Koentjaraningrat (1974)
Mochtar Lubis (1978)
• mempunyai penampilan yang berbeda
di depan dan belakang.
• segan dan enggan bertanggung-
jawab atas perbuatannya, putusannya,
kelakuannya, pikirannya, dan sebagain-
ya.
• jiwa feodalistik.
3
PendidikanAntikorupsi |Tingkat SMA/MA/SMK/MAK
PERLUUPAYADISEKOLAH
YANGTIDAKBIASA
• Fokus pada penguatan karakter;
• Fokus pada perbaikan pola pikir dan
perilaku, bukan pengetahuan;
• Mengutamakan pembelajaran melalui
pengkondisian untuk menguatkan
karakter peserta didik;
• Mempraktekkan dan mengamalkan
perilaku antikorupsi secara massif di
semua “pusat pendidikan” dengan
pembelajaran di kelas sebagai loko-
motif.
• Menggunakan keteladanan orang
dewasa sebagai prasyarat untuk mel-
akukan proses pendidikan.
• Proses pembudayaan melalui pen-
dekatan wilayah dan budaya luhur
setempat.
• Pendidikan Karakter berlangsung Par-
sial dan hanya bersifat pengetahuan;
• Kerawanan Perilaku Koruptif di dunia
Pendidikan:
• penerimaan peserta didik baru dan mutasi;
• diskriminatif (munculnya sekolah unggulan
atau kelas unggulan yang memicu perilaku
koruptif);
• inkonsisten dalam berbagai aturan;
• pungutan tidak sesuai aturan;
• gratifikasi;
• mark up dan manipulasi nilai;
• menyontek;
• perbuatan curang;
• ambisi orang tua untuk mendukung anaknya
mencapai nilai angka terbaik;
• formalistik dan verbalistik;
• tidak jujur;
• tidak mengutamakan pendidikan anak yang
sesungguhnya.
FAKTA DI SEKOLAH SAAT INI
ANTIKORUPSI?
Perlu pembentukan Bu-
daya Baru dengan Cara
Berbeda, yang dilaku-
kan melalui Pendidikan
Karakter di semua pusat
pendidikan (keluarga,
sekolah, dan masyarakat),
dengan sekolah sebagai
lokomotif.
kan perilaku baik. Sekalipun sekolah
mengimplementasikan berbagai
kegiatan sejenis, akan tetapi hal terse-
but dilaksanakan seolah terpisah dari
proses pembelajaran yang utuh.
Lebih dari itu, praktek pengelolaan
sekolah pun tidak luput dari perilaku
koruptif pada segala lini. Padahal, se-
kolah diharapkan menjadi “lokomotif”
dalam penguatan budaya antikorupsi.
Alih-alih menguatkan sekolah sebagai
pusat pendidikan yang utama dalam
penguatan budaya antikorupsi, kita
semua lebih sibuk melakukan upaya
penanganan jangka pendek.
Oleh karena itu, inilah saatnya untuk
mengembalikan sekolah sebagai loko-
motif penguatan budaya antikorupsi
untuk jangka panjang. Kita awali den-
gan melakukan Pendidikan Antikorupsi
yang dimotori oleh satuan pendidikan.
4 PendidikanAntikorupsi |Tingkat SMA/MA/SMK/MAK
Sudah cukup banyak catatan ten-
tang persoalan yang kita hadapi
sebagai bangsa, yang kesemuanya
bermuara pada lemahnya perilaku.
Berbagai alasan juga sudah dikemuka-
kan. Koentjaraningrat (1974) sudah
mengemukakan tentang lima sikap
mental bermuatan pola pikir koruptif
warisan kolonial yang “hidup” dalam
pola pikir anak bangsa kita. Mochtar
Lubis (1978) juga mengungkapkan
beberapa ciri manusia Indonesia yang
berkonotasi negatif sebagai warisan
zaman penindasan.
Masih banyak lagi, kelemahan perilaku
tercermin sehari-hari. Semua itu men-
jangkiti semua sendi kehidupan kita
hari-hari ini, juga dunia pendidikan,
yang semestinya menjadi lokomotif
pembangunan budaya.
KITA DI TEPI JURANG
Sejak lama kita menyadari adanya kelemahan perilaku pada bang-
sa kita sebagai warisan kolonial. Kita juga mencoba berupaya
mengikis kelemahan itu. Namun, segala upaya seolah tiada hasil.
Lima sikap mental
bermuatan pola pikir
koruptif warisan kolo-
nial
1. mentalitas yang meremehkan
mutu;
2. mentalitas yang suka menera-
bas (instan);
3. tidak percaya pada diri
sendiri;
4. tidak berdisiplin murni;
5. mentalitas yang suka meng-
abaikan tanggung jawab”.
Sumber: Koentjaraningrat (1974)
Puisi Sajak Palsu Agus S. Sardjono
cukup mengusik nurani tentang kon-
disi sekolah kita. Puisi ini mengingat-
kan kita bahwa jika ada kepalsuan di
dunia pendidikan, sekecil apapun itu,
akan berdampak pada pola pikir anak
dan terus berkembang sampai dewa-
sa. Pada saatnya nanti, ketika mereka
menduduki posisi penting sebagai
pelaku atau penentu keputusan, pola
pikir palsu itu akan beraksi.
Kita berada di tepi jurang! Sangat
berbahaya.
Semua itu kita sadari. Selalu kita cari
jalan keluarnya. Tapi caranya selalu
menggunakan pola pikir dan praktek
dengan mentalitas yang sama. Sehing-
ga hasilnya, hanya menjadi kegiatan
besar tanpa hasil.
Ciri Manusia Indonesia
1. mempunyai penampilan
yang berbeda di depan dan
belakang.
2. segan dan enggan ber-
tanggungjawab atas per-
buatannya, putusannya,
kelakuannya, pikirannya, dan
sebagainya.
3. jiwa feodalistik.
Sumber: Mochtar Lubis (1978)
5
PendidikanAntikorupsi |Tingkat SMA/MA/SMK/MAK
Oleh: Agus R. Sardjono
Selamat pagi Pak, Selamat pagi Bu
Ucap anak sekolah dengan sapaan palsu.
Lalu merekapun belajar dari buku-buku palsu.
Di akhir sekolah mereka terperangah melihat hamparan nilai mere-
ka yang palsu.
Karena tidak cukup nilai, maka berdatanganlah mereka ke ru-
mah-rumah bapak dan Ibu guru untuk menyerahkan amplop berisi
perhatian dan rasa hormat palsu
Sambil tersipu palsu dan membuat tolakan-tolakan palsu, akhirnya
Pak guru dan Bu guru terima juga amplop itu sambil berjanji palsu
untuk mengubah nilai-nilai palsu yang baru
Masa sekolah demi masa sekolah berlalu
Merekapun lahir sebagai ekonom-ekonom palsu, ahli hukum palsu,
ahli pertanian palsu, insinyur palsu, sebagian menjadi guru, ilmu-
wan, atau seniman palsu
Dengan gairah tinggi mereka menghambur ke tengah pembangunan
palsu dengan ekonomi palsu sebagai panglima palsu
Mereka saksikan ramainya perniagaan palsu dengan ekspor dan
impor palsu yang mengirim dan mendatangkan berbagai barang
kelontong kualitas palsu
Dan bank-bank palsu dengan giat menwarkan bonus dan hadi-
ah-hadiah palsu tapi diam-diam meminjam juga pinjaman dengan
izin dan surat palsu kepada bank negeri yang dijaga pejabat-pejabat
palsu
Masyarakat pun berniaga dengan uang palsu yang dijamin devisa
palsu.
Maka uang asing menggertak dengan kurs palsu sehingga semua
blingsatan dan terperosok krisis yang meruntuhkan pemerintahan
palsu ke dalam nasib buruk palsu.
Lalu orang-orang palsu meneriakkan kegembiraan palsu dan mende-
batkan gagasan-gagasan palsu di tengah seminar dan dialog-dialog
palsu menyambut tibanya demokrasi palsu yang berkibar-kibar
begitu nyaring dan palsu.
Sajak Palsu
*Terimakasih kepada Agus R. Sardjono yang telah mengizinkan
Sajak Palsu ini dikutip utuh di sini.
6 PendidikanAntikorupsi |Tingkat SMA/MA/SMK/MAK
SEKOLAH KITA YANG RAWAN
Alih-alih menjadi lokomotif, sekolah
kita selama ini justru tidak lepas dari
persoalan disintegritas. Di sekolah kita
masih terdapat titik-titik rawan yang
memungkinkan terjadinya perilaku tak
berintegritas yang nantinya dapat ber-
muara pada terjadinya penyimpangan
prosedur yang mengarah tindakan
korupsi, gratifikasi/suap. Berdasarkan
hasil penelitian KPK, titik-titik rawan.
Berikut contoh kemungkinan bentuk
Penyusunan, penetapan, dan penge-
sahan rencana kerja menengah dan
tahunan sekolah
• Kemungkinan adanya peluang
terjadinya pemberian oleh pemo-
hon (sekolah) kepada pejabat
yang berwenang dalam rangka
mengesahkan Rencana Kegiatan
dan Anggaran Sekolah/Madrasah
(RKAS/M), atau Rencana Angga-
ran dan Pendapatan dan Belanja
Sekolah/Madrasah (RAPBS/M)
• Kemungkinan adanya peluang
terjadinya pemerasan oleh pejabat
atau petugas yang berwenang
terhadap pemohon (sekolah) dalam
rangka mengesahkan RKAS/M atau
RAPBS/M
Penerimaan, penempatan dan
mutasi pendidik dan tenaga kepen-
didikan
• Kemungkinan adanya per-
mintaan uang oleh pihak yang
berwenang dalam mengurus
penerimaan, penempatan dan
mutasi pendidik dan tenaga
kependidikan yang akan ber-
dampak pada kinerja pegawai/
pejabat yang bersangkutan
dalam memberikan pelayanan
pendidikan;
• Kemungkinan adanya permint-
aan atau pemberian dalam
artian luas dalam proses pene-
mpatan, promosi jabatan dan
pembagian tugas di sekolah
yang bersangkutan oleh kepala
sekolah/yayasan sehingga ber-
dampak pada kinerja pegawai/
pejabat yang bersangkutan
dalam memberikan pelayanan
kepada semua warga sekolah.
Perlu upaya memperbaiki bangsa. Dari mana mulainya? Satu-
satunya harapan kita bertumpu pada sekolah. Karena sekolah lah
lokomotif pembentukan budaya. Sekolah yang berintegritas dapat
membangun budaya baru yang berintegritas pula.
tindak korupsi, gratifikasi/suap atau
bentuk lain yang memicu terjadinya
penyimpangan prosedur/ mengarah
pada tindakan korupsi, gratifikasi/
suap pada jenis kegiatan yang ada di
sekolah antara lain:
7
PendidikanAntikorupsi |Tingkat SMA/MA/SMK/MAK
Proses pengadaan barang dan
jasa di sekolah
• Kemungkinan adanya peluang
pemberian dalam artian luas (ter-
masuk fee ) dari rekanan kepada
pejabat pejabat yang berwenang
sebagai ucapan terima kasih atas
penunjukkan sebagai penye-
dia barang/jasa yang kemudian
berdampak pada pelaksanaan
pengadaan barang dan jasa, misal-
nya untuk mendapatkan bantuan,
sekolah harus mengeluarkan biaya
tambahan di luar ketentuan yang
berlaku;
• Kemungkinan adanya peluang
pemberian dalam artian luas (ter-
masuk fee ) dari rekanan kepada
kepala sekolah sebagai ucapan
terimakasih atas penunjukkan
sebagai penyedia barang/jasa.
• Kemungkinan terjadinya pen-
gadaan barang/peralatan dan jasa
fiktif yang dipertanggungjawabkan
dalam laporan realisasi penge-
luaran rutin sekolah sehingga
seolah-olah pengadaan tersebut
memang terlaksana
• Kemungkinan terjadinya penge-
naan berbagai jenis pungutan di
luar ketentuan yang berlaku oleh
pihak sekolah kepada orang tua/
wali siswa, sebagai contoh: pun-
gutan pemeliharaan perpustakaan
sekolah, pungutan pembelian
peralatan laboratorium, pungutan
pengambilan rapor, pengambilan
ijazah, legalisir rapor, legalisasi
ijazah dan sebagainya.
• Kemungkinan terjadinya mark-
up biaya pembangunan gedung
sekolah dan pengadaan sarana
lainnya.
Penerimaan siswa baru, kenaikan
kelas dan mutasi siswa
•Kemungkinan peluang terjad-
inya penetapan jumlah dana
“sukarela” yang dibebankan
kepada calon orang tua dalam
proses penerimaan siswa baru,
kenaikan kelas dan mutasi siswa
dari sekolah lain
•Kemungkinan adanya kecuran-
gan atau cara-cara lain yang
memberikan peluang terjadinya
tindakan korupsi, suap, gratifika-
si atau bentuk-bentuk lainnya
yang memungkinkan terjadinya
penyimpangan prosedur dalam
proses penerimaan siswa baru,
kenaikan kelas, atau mutasi
siswa
•Kemungkinan terjadinya peny-
impangan atau kekeliruan
adminstrasi dan pendokumenta-
sian sebagai akibat dari kela-
laian/kekurang profesionalan
petugas, adanya permainan,
ketertutupan, atau keterbatasan
sarana pendukung tersedia se-
hingga pihak-pihak terkait tidak
mendapatkan informasi yang
jelas. Hal ini akan menimbulkan
peluang adanya “negosiasi”
pihak-pihak terkait.
• Adanya peluang mark-up pada
saat sekolah memfasilitasi orang
tua siswa/wali siswa dalam
penyediaan seragam sekolah,
buku pelajaran, dan sarana
penunjang belajar lainnya bagi
putra/putrinya.
8 PendidikanAntikorupsi |Tingkat SMA/MA/SMK/MAK
Kegiatan pembelajaran dan
kegiatan lain dalam rangka
pengembangan diri dan pen-
guatan karakter
• Kemungkinan adanya pilih kasih
dalam memberikan kesempatan dan
pembinaan kepada peserta didik un-
tuk mengikuti berbagai lomba, dan
kemungkinan terjadinya kecurangan,
membiarkan terjadinya kecurangan
atau membantu siswa untuk berbuat
curang dalam berbagai kegiatan
lomba atau pembagian kerja dalam
berbagai kegiatan lainnya;
• Kemungkinan adanya pelanggaran
disiplin oleh guru atau peserta didik
mulai dari awal pembelajaran, pada
saat proses belajar, pemberian
tugas, ulangan, dan di akhir pem-
belajaran, misalnya guru atau siswa
datang terlambat, ketidakadilan
dalam pembagian tugas-tugas
dalam pembelajaran, pelanggaran
etika kesantunan dalam proses
pembelajaran, guru meninggalkan
siswa di kelas pada saat pembelaja-
ran berlangsung, kecurangan dalam
melaksanakan tugas dan ulangan,
dan guru mengakhiri pembelajaran
sebelum jam pelajaran berakhir
• Kemungkinan adanya janji atau pem-
berian dalam arti luas oleh orang
tua/wali siswa kepada pendidik yang
memungkinkan adanya perlakuan
khusus kepada peserta didik tertentu
• Kemungkinan adanya pilih kasih
(ketidakadilan) dalam memberikan
pelayanan dan/atau tugas-tugas
kepada peserta didik, misalnya anak
yang dikategorikan berkemampuan
“unggul” dilayani dengan baik,
sementara anak yang berkemamp-
uan biasa-biasa atau berkebutuhan
khusus tidak diberikan pelayanan
sesuai dengan kebutuhan mereka.
• Kemungkinan adanya penjiplakan
hasil karya orang lain, atau meng-
akui hasil karya orang lain sebagai
hasil karyanya, atau mengutip
sebagian hasil karya orang lain tanpa
menyebutkan sumber aslinya.
Pengawasan/supervisi dan
monitoring sekolah
• Kemungkinan adanya pemberi-
an dalam arti luas dari pihak se-
kolah kepada pengawas yang
melakukan tugasnya sebagai
supervisor sekolah
• Kemungkinan adanya per-
mintaan tertentu dari pihak
pengawas kepada sekolah
sehubungan dengan pelaksan-
aan tugasnya dalam melakukan
supervisi ke sekolah
• Kemungkinan adanya pembe-
rian oleh pihak sekolah kepada
pejabat institusi di atasnya agar
sekolah mendapatkan angga-
ran proyek dan menganggar-
kan biaya tersebut dalam pos
APBS
Proses kenaikan dan kelulusan
siswa
• Kemungkinan adanya tawaran
dari orang tua/wali siswa kepada
pendidik untuk meningkatkan
nilai rapor bagi putera/puterinya
dengan menjanjikan imbalan
tertentu
• Kemungkinan adanya pungutan
di luar ketentuan untuk pengam-
bilan rapor, ijazah atau legalisir
rapor, ijazah.
•Tekanan dari orang tua untuk
mengubah nilai rapor.
9
PendidikanAntikorupsi |Tingkat SMA/MA/SMK/MAK
Penyelenggaraan ulanagan atau
ujian (ulangan harian, ulangan
tengah semester, ulangan akhir
semester, ulangan kenaikan ujian
sekolah dan ujian nasional)
• Kemungkinan adanya penetapan
jumlah dana “sukarela” yang
dibebankan kepada orang tua/wali
siswa sehubungan dengan akan
diadakannya ujian
• Kemungkinan adanya pembe-
rian oleh orang tua/wali siswa
kepada tenaga pendidik untuk
memberikan kemudahaan ke-
pada putera-puterinya sehingga
memunculkan peluang untuk
melakukan perbuatan curang,
seperti menyontek, membuatkan
dan memberikan jawaban kepada
siswa, membocorkan soal dan
sebagainya
• Kemungkinan adanya kesem-
patan atau celah bagi siswa untuk
berbuat curang (menyontek dari
teman, menyontek dari buku/sum-
ber lain), atau ada kemungkinan
pendidik membantu/memberi
kesempatan kepada peserta didik
untuk berbuat curang dengan
berbagai alasan, misalnya mem-
bantu siswa mengerjakan soal,
memberi kesempatan siswa untuk
menyontek, membocorkan soal
sebelum ujian dan sebagainya
• Kemungkinan adanya tekanan
dari pihak luar untuk kepentingan
tertentu sehingga mendorong
sekolah untuk membantu siswa
dengan cara-cara yang ilegal,
seperti membantu siswa dalam
mengerjakan soal ujian nasional,
memberikan jawaban kepada
siswa, atau membocorkan soal
sebelum ujian berlangsung.
Penegakkan disiplin dan
keteladanan
• Kemungkinan terjadinya ket-
idakadilan (pilih kasih) dalam
penegakkan disiplin oleh
pendidik kepada peserta didik
karena alasan tertentu
• Kemungkinan kurangnya
keteladanan dari para pendidik
atau tenaga kependidikan
yang berdampak pada peri-
laku siswa, misalnya ada guru
yang terlambat namun tidak
merasa bersalah, sementara
kalau siswa terlambat dikenai
sanksi. Hal ini akan mendorong
tumbuhnya kebiasaan “korup-
si” waktu oleh pendidik dan
tenaga kependidikan.
10 PendidikanAntikorupsi |Tingkat SMA/MA/SMK/MAK
Perlu terobosan besar. Harus dilaku-
kan semacam revolusi mental-kultural
(suprastruktur) yang diarahkan untuk
menciptakan masyarakat religius
yang berperikemanusiaan, egaliter,
mandiri, amanah, dan terbebas dari
berhala materialisme-hedonisme, serta
sanggup menjalin persatuan (gotong
royong) dengan semangat pelayanan
(pengorbanan)” (Yudi Latif, 2015).
Diperlukan upaya “tidak biasa”
dengan cara pandang yang juga tidak
biasa. Termasuk cara pendidikan dan
cara pandang terhadap pendidikan.
Cara pandang terhadap pendidikan
mungkin harus diletakkan terbalik.
PERLU UPAYA YANG TIDAK BIASA
• Anak ditempatkan sebagai konsu-
men dan obyek pembelajaran;
• Guru hanya bekerja mendidik anak
sesuai tahapan dalam aturan yang
berlaku;
• Sarana prasarana fisik adalah kunci
keberhasilan proses pendidikan;
• Besarnya penghasilan guru adalah
kunci keberhasilan pendidikan.
Kesejahteraan guru harus dipenuhi
terlebih dulu agar kualitas pendidi-
kan menjadi baik;
• Sekolah akan mengikuti budaya
masyarakat. Ketika masyarakat
berperilaku koruptif, maka sekolah
juga demikinan.
CARA PANDANG TERHADAP
PENDIDIKAN SELAMA INI
• Anak adalah produsen, pelaku
aktif dalam pembelajaran;
• Guru adalah profesi yang inde-
penden yang mendidik anak
sesuai kondisi anak, konteks lokal
dan variasinya tanpa bertentan-
gan dengan prinsip yang tertuang
dalam kebijakan dan aturan yang
berlaku;
• Sarana-prasarana fisik hanyalah
pendukung proses pendidikan;
• Penghasilan guru harus memenu-
hi standar kelayakan dan penam-
bahannya berkorelasi dengan
keberhasilan pendidikan.
• Sekolah adalah lokomotif peruba-
han. Sekolah lah yang memotori
perubahan budaya korupsi mas-
yarakat menjadi budaya antiko-
rupsi.
CARA PANDANG TERHADAP
PENDIDIKAN YANG SEMESTINYA
Bagaimanapun juga, sekolah ada-
lah replika masyarakat masa depan,
semua hal yang terjadi pada masa-ma-
sa sekolah akan menjadi cerminan
masyarakat di masa depan. Maka,
sekolah harus ditempatkan sebagai
lokomotif yang akan membawa pe-
rubahan pada bangsa ini.
Mari kita bergerak aktif. Dimulai dari
pembangunan jiwa, pembangunan
budaya, dan diawali dari ruang kelas
dan dari sekolah.
Di tengah segala persoalan, perlu proses pendidikan yang ber-
beda, dimulai dari cara pandang yang berbeda.
11
PendidikanAntikorupsi |Tingkat SMA/MA/SMK/MAK
FOKUS PADA ANTIKORUPSI
Dari segala persoalan tersebut, terutama untuk mencegah ko-
rupsi secara sistemik, saatnya sekolah kembali fokus ke penguatan
perilaku antikorupsi, bukan penguasaan materi pengetahuan.
Dasarnya jelas dan lebih memiliki makna dan memberi harapan.
ada dalam setiap jiwa individu.
Dalam kaitan itulah pendidikan ber-
fungsi sebagai proses untuk memupuk
dan menguatkan nilai-nilai yang sudah
tertanam dalam diri setiap individu.
Oleh karena itu pendidikan harus lah
tanpa paksaan.
Untuk mewujudkan hal itu perlu
desain pendidikan yang utuh, yang
memosisikan anak agar aktif mem-
bangun gerakan antikorupsi melalui
prakarsa-prakarsa individu maupun
kelompok. Artinya, anak diposisikan
sebagai produsen yang aktif dalam
segala hal.
Ini perlu dilakukan untuk mengem-
balikan iklim dunia pendidikan yang
selama ini, anak diposisikan sebagai
konsumen yang harus menampung
semua yang diinginkan orang dewasa.
Pola ini kontraproduktif dengan upaya
membangun karakter.
Setiap manusia terlahir dibekali poten-
si dan sikap positif agar kehadirannya
mampu menyelamatkan diri pribadi,
keluarga, lingkungan, masyarakat,
bangsa dan negaranya. Itulah fitrah
manusia, yang diutus Tuhan sebagai
rahmat bagi seluruh alam. Fitrah inilah
yang membedakan manusia den-
gan makhluk Tuhan lainnya. Dengan
demikian sebetulnya cikal bakal dan
bibit menjadi orang yang berbudaya
antikorupsi sudah ada dalam diri
manusia.
Ki Hajar Dewantara mengungkapkan
bahwa pendidikan itu hanya suatu
“tuntunan” di dalam tumbuhnya anak-
anak kita. Hidup tumbuhnya anak di
luar kecakapan dan kehendak kita
kaum pendidik.
Maka dari itu, untuk menyelesaikan
segala persoalan akibat kelemahan
perilaku, tidak ada jalan lain selain
menguatkan bibit perilaku baik yang
Ketertiban yang dihasilkan
melalui paksaan dan hu-
kuman (regering-tucht-en
orde). Paksa dan hukum
merupakan pola pendidikan
Barat.
Pendidikan Barat
Prinsip Pendidikan Indonesia dan perbedaannya
dengan Pendidikan Barat
Pendidikan Indonesia
Kehidupan yang tata tentrem
yang bersumber dari ketertiban
dan kedamaian (orde en vrede).
Oleh karena itu pendidikan di
Indonesia lebih pada Among
Methode. Pendidikan tidak atas
dasar paksaan.
(Ki Hajar Dewantara, 1977.)
12 PendidikanAntikorupsi |Tingkat SMA/MA/SMK/MAK
Budaya itu dianut dan diyakini
bersama, diwariskan dan dipela-
jari. Proses mempelajari budaya
(enkulturasi) dilakukan melalui
semua aspek kehidupan keseh-
arian manusia dalam satu ko-
munitas. Pendidikan merupakan
salah satu proses pembentukan
budaya. Untuk itu harus dilakukan
aktivitas konsisten di berbagai
tempat.
Terdapat 4 Prinsip Pendidikan
Antikorupsi yang mengarah pada
penguatan dan pembangunan
Karakter.
Usia PAUD dan SD adalah
fase pendidikan karakter. Porsi
pembelajaran terkait pengeta-
huan sangat kecil.
Makin meningkat usia, porsi
pengetahuan makin banyak.
Hal ini bukan berarti, makin
bertambah usia, pendidikan
karakter dianggap tidak
penting. Melainkan, karakter
yang tertanam di usia rendah
diharapkan sudah melekat
kuat dan sudah diamalkan se-
cara konsisten. Bahkan sudah
menjadi prinsip hidup.
Sumber: Ki Hajar Dewantara (1977)
PT
SMA
SMP
SD
PAUD
PENDIDIKAN KARAKTER
BERSIFAT JANGKA PANJANG
Pengetahuan
Karakter
1. Sebagai bagian dari pendidikan
karakter, pendidikan antikorupsi
bersifat jangka panjang. Dimulai
sejak peserta didik masuk ke satuan
pendidikan dasar hingga di pen-
didikan tinggi. Proses awal memer-
lukan identifikasi dan perencanaan
yang matang, sementara hasilnya
baru akan terlihat dalam beberapa
dekade.
2. Sebagaimana pendidikan karakter,
pendidikan antikorupsi dipengaru-
hi oleh perbedaan setiap tahap
perkembangan anak. Efektivitas
pendidikan karakter harus menim-
bang dengan seksama karakteristik
PRINSIP PENDIDIKAN ANTIKORUPSI
13
PendidikanAntikorupsi |Tingkat SMA/MA/SMK/MAK
perkembangan yang dominan pada setiap tahapan usia (Piaget, 1896 –
1980).
3. Pendidikan antikorupsi harus bertumbuh memadukan antara pemahaman,
penyadaran dan pengamalan di semua segi kehidupan secara konsisten.
Proses ini berlangsung keluarga, sekolah, dan lingkungan atau masyarakat,
serta komunitas-komunitas yang dekat dengan kehidupan anak, baik pada
tataran sosial maupun budaya.
Ki Hajar Dewantara menyebut ter-
dapat tiga tempat pergaulan yang
menjadi pusat pendidikan, yakni apa
yang ia sebut sebagai alam-keluarga,
alam perguruan, dan alam-pergerakan
pemuda. Secara lebih luas, alam-per-
guruan /sekolah meliputi di kelas dan
di luar kelas, sedangkan alam-perger-
akan pemuda meliputi teman bermain
dan masyarakat.
4. Pendidikan antikorupsi merupa-
kan bagian integral dari pendidikan
karakter generasi muda. Hal ini sangat
bergantung pada 2 (dua) faktor besar.
Pertama, motivasi individu. Artinya,
meskipun pendidikan karakter an-
tikorupsi berjalan baik, tetapi selama
motivasi individu untuk korupsi tidak
berkurang, maka efektivitas sosialisasi
nilai-nilai antikorupsi masih diper-
tanyakan. Kedua, pada aras makro,
kesempatan untuk melakukan korupsi
merupakan salah satu faktor yang
dapat mengikis habis penanaman
nilai-nilai baik anti korupsi.
TEMPAT YANG MENJADI PUSAT-PUSAT
PENDIDIKAN ANTIKORUPSI
Sumber: Ki Hajar Dewantara (1977), IIB (2017)
Keluarga
Kelas
Sekolah
Lingkungan
Teman Bermain
14 PendidikanAntikorupsi |Tingkat SMA/MA/SMK/MAK
Sebagaimana pendidikan karakter,
pendidikan antikorupsi dipengaru-
hi oleh perbedaan setiap tahap
perkembangan anak (Piaget; 1896
–1980). Piaget menyatakan bahwa
anak-anak sangat bergantung pada
tahap perkembangannya, mengalami
pendewasaan dan kemudian mampu
untuk berfikir mengenai moralitas.
Oleh karena itu pendidikan antikorupsi
harus sejalan dengan tingkat perkem-
KOMPETENSI SESUAI
TAHAPAN PERKEMBANGAN
Menguatkan pe-
nyadaran dalam
pembiasaan dan
pengamalan ten-
tang manfaat
aturan bagi kehidu-
pan, baik kehidupan
diri pribadi maupun
kehidupan sosial
dan lingkungan.
Memperkenalkan
melalui pembiasaan
dan pengamalan,
semua aturan moral di
rumah, sekolah dan
lingkungan tempat
tinggal dan diperkuat
dengan cerita, per-
mainan, aktivitas dan
simbol-simbol keta-
atan.
SD
Kelas 4-6
SD
Kelas 1-3
PAUD
bangan anak. Selain Piaget, para ahli
membagi tingkatan perkembangan in-
dividu secara beragam. Namun dalam
konteks pendidikan, semua aspek
perkembangan, antara lain perkem-
bangan kognitif, iman, moral, dan
Kemampuan pencapaian kompetensi anak tergantung pada taha-
pan perkembangan sesuai tingkatan usia.
15
PendidikanAntikorupsi |Tingkat SMA/MA/SMK/MAK
SMP
Kelas 7-9
SMA
Kelas 10-12
Menguatkan pem-
biasaan dan penga-
malan aturan secara
konsisten dimanapun,
kapanpun, dalam
situasi apapun, ber-
peran aktif serta
berkomitmen untuk
menegakkan prinsip
dalam menaati aturan
di lingkungan yang
lebih luas.
Menguatkan pembi-
asaan dan pengamalan
aturan secara konsisten
dimanapun, kapanpun,
dalam situasi apapun
serta berperan aktif
dalam penerapan atur-
an dalam kehidupan
sosial
DEWASA
lainnya menjadi pertimbangan
dalam pendidikan antikorupsi.
Berikut kerangka dasar
pendidikan antikorupsi yang
disesuaikan dengan tingkat
perkembangan anak.
16 PendidikanAntikorupsi |Tingkat SMA/MA/SMK/MAK
Pengetahuan tidaklah cukup; kita
harus mengamalkannya.
Niat tidaklah cukup; kita harus
melakukannya.
--JOHANN WOLFGANG VON
GOETHE--
17
PendidikanAntikorupsi |Tingkat SMA/MA/SMK/MAK
Setelah Anda memahami betapa pent-
ingnya pendidikan antikorupsi, sadari
dan yakini bahwa perilaku itu perlu
diwujudkan untuk menguatkan jati diri.
Perilaku antikorupsi itu merupakan kebu-
tuhan pribadi sebagai orang yang ber-
moral, bukan karena kewajiban, paksaan
atau tuntutan pihak lain.
SADARI & YAKINI
ANTIKORUPSI
ADALAH
KEBUTUHAN
Langkah
2
18 PendidikanAntikorupsi |Tingkat SMA/MA/SMK/MAK
Salah satu hal yang menyatukan kita
dalam kehidupan berbangsa adalah
adanya nilai-nilai utama yang menjadi
landasan kepribadian bangsa. Nilai-
nilai tersebut disepakati, dipahami,
kemudian meresap menjadi acuan
dalam kehidupan bangsa dan men-
jadi pedoman dalam segala aktivitas
penyelenggaraan negara.
NILAI-NILAIPEMBENTUK
PERILAKUANTIKORUPSI
•Religius,
•Jujur,
•Toleransi,
•Disiplin,
•Kerja keras,
•Kreatif,
•Mandiri,
•Demokratis,
•Rasa Ingin Tahu,
•Semangat Kebangsaan,
•Cinta Tanah Air,
•Menghargai Prestasi,
•Bersahabat/Komunikatif,
•Cinta Damai,
•Gemar Membaca,
•Peduli Lingkungan,
•Peduli Sosial,
•Tanggung Jawab
18 NILAI KARAKTER
(Versi Kemendikbud)
•Kejujuran,
•Tanggung jawab,
•Kesederhanaan,
•Kepedulian,
•Kemandirian,
•Disiplin,
•Keadilan,
•Kerja keras,
•Keberanian.
9 NILAI PEMBENTUK
KARAKTER
(Versi KPK)
5 NILAI PENGUATAN
PENDIDIKAN KARAKTER
(Versi Kemendikbud)
19
PendidikanAntikorupsi |Tingkat SMA/MA/SMK/MAK
Dari berbagai kajian dan sudut
pandang, kita memiliki banyak sekali
nilai-nilai karakter.
Kemendikbud melansir 18 Nilai Pen-
didikan Karakter yang dikembangkan
di sekolah yang diperoleh melalui
kajian empiris yang bersumber dari
Agama, Pancasila, budaya, dan tujuan
pendidikan nasional.
Nilai ini kemudian dikerucutkan lagi
menjadi lima nilai: Integritas, Religi-
us, Nasionalis, Mandiri dan Gotong
Royong.
Melalui kajian yang dilakukan KPK
ditemukan sembilan nilai sebagai
pembentuk karakter yang bermuara
pada perilaku antikorupsi.
KPK memilih dan menetapkan nilai-
nilai antikorupsi, sebagai pedoman
dan inspirasi bagi setiap individu dan
organisasi (baik pemerintah maupun
swasta), dan mentransformasikan
nilai-nilai tersebut dalam kerangka
mencapai idealisme sebagai Bangsa
Indonesia yang Bermartabat.
Variasi ini membedakan sudut pan-
dang dalam mengartikan nilai-nilai
karakter. Akan tetapi, dalam pelaksa-
naannya, nilai manapun yang diguna-
kan bukanlah masalah.
Yang penting bagaimana membelajar-
kan nilai itu dalam proses pembelaja-
ran yang konsisten dan terus menerus
dengan indikator hasil belajar yang
tepat.
Fokus pembelajaran adalah bagaima-
na menguatkan perilaku pribadi sesuai
nilai-nilai yang diharapkan. Untuk itu
harus ada identitas diri yang melan-
dasi. Identitas diri ini adalah sebuah
Konsep Diri Bermoral yang melekat
pada masing-masing individu.
Konsep diri bermoral inilah yang akan
memotivasi individu untuk memban-
gun kepribadiannya yang utuh dan
stabil. Utuh dalam arti terdapatnya
konsistensi antara perkataan, perasaan
dan perilaku. (Ade Murti; 2016)
NILAI-NILAI UTAMA DAN NILAI PEMBENTUK PERILAKU ANTIKORUPSI
Versi: Kajian KPK
NILAI UTAMA
• Integritas
• Kejujuran
• Tanggung
jawab
• Kerja keras
PERILAKU
ANTIKORUPSI
•Kepedulian
•Kesederhanaan
•Keadilan
•Keberanian
•Kebersyukuran
•Optimisme
•Kemandirian
•Kedisiplinan
NILAI PEMBENTUK
PERILAKU ANTIKORUPSI
20 PendidikanAntikorupsi |Tingkat SMA/MA/SMK/MAK
NILAI-NILAI ANTIKORUPSI
DAN MANFAATNYA
Berikut nilai-nilai pembentuk perilaku antikorupsi, deskripsi singkat
serta manfaatnya bagi diri pribadi dan secara sosial.
Berkata benar
sesuai dengan
yang dilihat,
didengar, dan
dirasakan
Jujur
Manfaat Pribadi:
• Jiwa tenang,
damai, bahagia,
percaya diri;
• Selamat dari
fitnah;
• Bernilai ibadah.
Manfaat Sosial:
• Dipercaya,
dihargai, dihor-
mati
• Orang lain
merasa nyaman
Memiliki kasih
sayang, empati
dan keberpi-
hakan kepada
sesama maupun
lingkungan
Peduli
Manfaat Pribadi:
• Kepuasan
batin, disayang,
dihargai,
dihormati dan
disegani
• Bernilai ibadah
Manfaat Sosial:
• Kerukunan,
saling men-
yayangi, saling
menghormati,
dan timbulnya
rasa aman dan
nyaman
Memiliki karakter
yang kuat, punya
inisiatif dan tidak
menggantungkan
keputusan kepa-
da orang lain
Mandiri
Konsisten, tertib,
menepati janji,
komitmen dan
taat aturan
Disiplin
Manfaat Pribadi:
• Jiwa tenang,
damai, bahagia,
percaya diri,
terhindar dari
kecemasan dan
kekhawatiran
• Dihargai, dihor-
mati, disegani,
dan diteladani
• Bernilai ibadah
Manfaat Sosial:
• Kehidupan
yang teratur,
harmonis, sal-
ing menghor-
mati dan saling
menghargai
Manfaat Sosial:
• Dipercaya,
dihargai, dihor-
mati
• Terciptanya
suasana kerja/
kehidupan so-
sial yang saling
mendukung
satu sama lain
Manfaat Pribadi:
• Percaya diri,
optimis, tidak
sombong
• Bernilai ibadah
21
PendidikanAntikorupsi |Tingkat SMA/MA/SMK/MAK
Menempatkan
sesuatu pada
tempatnya, kon-
sisten, selaras,
seimbang, dan
berpegang
teguh pada
kebenaran
Manfaat Pribadi
• Jiwa tenang,
tenteram, dihor-
mati, disegani,
diteladani
• Bernilai ibadah
Manfaat Sosial
• Dipercaya,
dihargai, dihor-
mati
• Menciptakan
kedamaian,
ketenteraman,
kenyamanan
dan kesejahter-
aan.
Menerima semua
konsekuensi
akibat perkataan
dan perbuatan
yang dilakukan
berdasarkan
nilai, moral, atau
aturan.
Tanggung
Jawab
Manfaat Pribadi
• Berhati-hati
dalam perkataan
dan perbuatan
• Menghargai
waktu dan mutu
• Produktif
• Disiplin
• Bernilai ibadah
Manfaat Sosial
• Dipercaya,
dihargai, dihor-
mati
• Orang lain
merasa nyaman
Melakukan
upaya sung-
guh-sungguh
hingga tercapai
apa yang ditarg-
etkan berdasar-
kan nilai dan
moral
Manfaat Pribadi
• Mendapatkan
kepuasan batin
• Dapat mencapai
cita-cita
• Menghargai
waktu
• Menghargai
mutu
• Produktif
• Bernilai ibadah
Manfaat Sosial
• Dipercaya,
dihargai, dihor-
mati
• Orang lain
merasa
nyaman
Bersahaja, tidak
berlebih-lebi-
han, ikhlas, dan
selalu ber-
syukur.
Sederhana
Manfaat Pribadi
• Jiwa tenang,
tenteram, ber-
pikir positif
• Bernilai ibadah
Manfaat Sosial
• Harmonis,
saling meng-
hormati dan
menghargai
• Terhindar dari
fitnah
Memiliki karak-
ter yang kuat,
kemantapan hati,
tidak takut untuk
mengatakan yang
benar, menolak
ajakan berbuat
tidak baik, dan
semangat juang
yang tinggi
Berani
Manfaat Pribadi
• Percaya diri,
optimis, berpe-
luang meraih
kesuksesan
dengan cara
yang terhormat
• Bernilai ibadah
Manfaat Sosial
• Menjadi
teladan, dise-
gani, dihormati,
menjadi sum-
ber inspirasi
• Orang lain
merasa nyaman
Adil
Kerja Keras
22 PendidikanAntikorupsi |Tingkat SMA/MA/SMK/MAK
Tanda-tanda hasil belajar ten-
tang perilaku jujur bagi peserta
didik SMA/MA/SMK/MAK
INDIKATOR PERILAKU JUJUR
Berkata benar sesuai
dengan yang dilihat,
didengar, dan diras-
akan
Jujur
Berpegang teguh pada prin-
sip-prinsip tentang kejujuran
dalam setiap aspek kehidupan
Berani mendeklarasikan diri se-
bagai orang yang jujur dalam
segala aspek kehidupan;
Berperan aktif dalam mendor-
ong orang lain untuk menga-
malkan perilaku jujur secara
konsisten;
Berperan aktif dalam tindakan
pencegahan perilaku tidak
jujur secara kreatif dan inovatif;
Terbiasa melakukan evaluasi
diri dalam pengamalan perila-
ku jujur.
Indikator Hasil Belajar
23
PendidikanAntikorupsi |Tingkat SMA/MA/SMK/MAK
Indikator Kelas Sekolah Keluarga Lingkungan
1. Adanya role model yang
dapat diteladani oleh peserta
didik
2. Adanya simbol-simbol (gam-
bar, poster, spanduk, kata-kata
bijak) yang menginspirasi
pengamalan nilai-nilai kejujuran
3. Adanya konsistensi penga-
malan nilai-nilai kejujuran di
semua kegiatan dan proses
pembelajaran;
4. Adanya dorongan atau apre-
siasi agar peserta didik berper-
an aktif dalam dalam menga-
malkan nilai-nilai kejujuran;
5. Adanya dorongan atau
apresiasi agar anak berpegang
teguh pada prinsip nilai-nilai
kejujuran;
6. Adanya dorongan atau apre-
siasi agar peserta didik berani
mendeklarasikan diri sebagai
orang yang jujur.
7. Adanya dorongan atau
apresiasi agar anak selalu mel-
akukan evaluasi diri terhadap
konsistensi dalam pengamalan
nilai-nilai kejujuran
8. Adanya konsistensi penera-
pan nilai kejujuran dalam tata
kelola sekolah seperti bebas
dari pungli, gratifikasi dalam
bentuk apapun.
Indikator Proses Pembelajaran, Pengkon-
disian dan Tata Kelola
Tanda-tanda terjadinya proses pembelajaran, pengkondisian, dan
tata kelola untuk menguatkan perilaku jujur pada peserta didik
SMA/MA/SMK/MAK
24 PendidikanAntikorupsi |Tingkat SMA/MA/SMK/MAK
Tanda-tanda hasil belajar ten-
tang perilaku peduli bagi peser-
ta didik SMA/MA/SMK/MAK
INDIKATOR PERILAKU PEDULI
Memiliki kasih
sayang, empati dan
keberpihakan kepa-
da sesama maupun
lingkungan
Peduli
Berpegang teguh pada prin-
sip-prinsip tentang kepedulian
dalam setiap aspek kehidupan;
Berani mendeklarasikan diri se-
bagai orang yang peduli dalam
segala aspek kehidupan;
Berperan aktif dalam mendor-
ong orang lain untuk menga-
malkan perilaku peduli secara
konsisten;
Berperan aktif dalam tindakan
pencegahan perilaku tidak
peduli secara kreatif dan ino-
vatif;
Terbiasa melakukan evaluasi
diri dalam pengamalan perila-
ku peduli.
Indikator Hasil Belajar
25
PendidikanAntikorupsi |Tingkat SMA/MA/SMK/MAK
Indikator Kelas Sekolah Keluarga Lingkungan
1. Adanya role model yang
dapat diteladani oleh peserta
didik
2. Adanya simbol-simbol
(gambar, poster, spanduk,
kata-kata bijak) yang mengin-
spirasi pengamalan nilai-nilai
kepedulian
3. Adanya konsistensi penga-
malan nilai-nilai kepedulian di
semua kegiatan dan proses
pembelajaran;
4. Adanya dorongan atau apre-
siasi agar peserta didik berper-
an aktif dalam dalam menga-
malkan nilai-nilai kepedulia;
5. Adanya dorongan atau
apresiasi agar anak berpegang
teguh pada prinsip nilai-nilai
kepedulian;
6. Adanya dorongan atau apre-
siasi agar peserta didik berani
mendeklarasikan diri sebagai
orang yang peduli.
7. Adanya dorongan atau
apresiasi agar anak selalu mel-
akukan evaluasi diri terhadap
konsistensi dalam pengamalan
nilai-nilai kepedulian
8. Adanya konsistensi penera-
pan nilai kepedulian dalam tata
kelola sekolah seperti bebas
dari pungli, gratifikasi dalam
bentuk apapun.
Indikator Proses Pembelajaran, Pengkon-
disian dan Tata Kelola
Tanda-tanda terjadinya proses pembelajaran, pengkondisian, dan
tata kelola untuk menguatkan perilaku peduli pada peserta didik
SMA/MA/SMK/MAK
26 PendidikanAntikorupsi |Tingkat SMA/MA/SMK/MAK
Berpegang teguh pada prin-
sip-prinsip tentang kemandirian
dalam setiap aspek kehidupan
Berani mendeklarasikan diri
sebagai orang yang mandiri
dalam segala aspek kehidupan;
Berperan aktif dalam mendor-
ong orang lain untuk menga-
malkan perilaku mandiri secara
konsisten;
Berperan aktif dalam tindakan
pencegahan perilaku tidak
mandiri secara kreatif dan
inovatif;
Terbiasa melakukan evaluasi
diri dalam pengamalan perilaku
mandiri.
INDIKATOR PERILAKU MANDIRI
Memiliki karakter
yang kuat, punya
inisiatif dan tidak
menggantungkan
keputusan kepada
orang lain
Mandiri
Indikator Hasil Belajar
Tanda-tanda hasil belajar ten-
tang perilaku mandiri bagi anak
SMA/MA/SMK/MAK
27
PendidikanAntikorupsi |Tingkat SMA/MA/SMK/MAK
Indikator Kelas Sekolah Keluarga Lingkungan
1. Adanya role model yang dap-
at diteladani oleh peserta didik
2. Adanya simbol-simbol (gam-
bar, poster, spanduk, kata-kata
bijak) yang menginspirasi penga-
malan nilai-nilai kemandirian
3. Adanya konsistensi penga-
malan nilai-nilai kemandirian
di semua kegiatan dan proses
pembelajaran;
4. Adanya dorongan atau apre-
siasi agar peserta didik berperan
aktif dalam dalam mengamalkan
nilai-nilai kemandirian;
5. Adanya dorongan atau apre-
siasi agar anak berpegang teguh
pada prinsip nilai-nilai kemandi-
rian;
6. Adanya dorongan atau apre-
siasi agar peserta didik berani
mendeklarasikan diri sebagai
orang yang mandiri.
7. Adanya dorongan atau apre-
siasi agar anak selalu melakukan
evaluasi diri terhadap konsistensi
dalam pengamalan nilai-nilai
kemandirian
8. Adanya konsistensi penerapan
nilai kemandirian dalam tata
kelola sekolah seperti bebas dari
pungli, gratifikasi dalam bentuk
apapun.
Indikator Proses Pembelajaran, Pengkon-
disian dan Tata Kelola
Tanda-tanda terjadinya proses pembelajaran, pengkondisian, dan
tata kelola untuk menguatkan perilaku mandiri pada peserta didik
SMA/MA/SMK/MAK
28 PendidikanAntikorupsi |Tingkat SMA/MA/SMK/MAK
Berpegang teguh pada
prinsip-prinsip tentang ke-
disiplinan dalam setiap aspek
kehidupan
Berani mendeklarasikan diri
sebagai orang yang disiplin
dalam segala aspek kehidu-
pan;
Berperan aktif dalam mendor-
ong orang lain untuk menga-
malkan perilaku disiplin secara
konsisten;
Berperan aktif dalam tindakan
pencegahan perilaku tidak
disiplin secara kreatif dan
inovatif;
Terbiasa melakukan evaluasi
diri dalam pengamalan perila-
ku disiplin.
INDIKATOR PERILAKU DISIPLIN
Konsisten, tertib,
menepati janji,
komitmen dan taat
aturan
Disiplin
Indikator Hasil Belajar
Tanda-tanda hasil belajar ten-
tang perilaku disiplin bagi anak
SMA/MA/SMK/MAK
29
PendidikanAntikorupsi |Tingkat SMA/MA/SMK/MAK
Indikator Kelas Sekolah Keluarga Lingkungan
1. Adanya role model yang dap-
at diteladani oleh peserta didik
2. Adanya simbol-simbol (gam-
bar, poster, spanduk, kata-kata
bijak) yang menginspirasi penga-
malan nilai-nilai kedisiplinan;
3. Adanya konsistensi penga-
malan nilai-nilai kedisiplinan
di semua kegiatan dan proses
pembelajaran;
4. Adanya dorongan atau apre-
siasi agar peserta didik berperan
aktif dalam dalam mengamalkan
nilai-nilai kedisiplinan;
5. Adanya dorongan atau
apresiasi agar anak berpegang
teguh pada prinsip nilai-nilai
kedisiplinan;
6. Adanya dorongan atau apre-
siasi agar peserta didik berani
mendeklarasikan diri sebagai
orang yang disiplin.
7. Adanya dorongan atau apre-
siasi agar anak selalu melakukan
evaluasi diri terhadap konsistensi
dalam pengamalan nilai-nilai
kedisiplinan;
8. Adanya konsistensi penera-
pan nilai kedisiplinan dalam tata
kelola sekolah seperti bebas dari
pungli, gratifikasi dalam bentuk
apapun.
Indikator Proses Pembelajaran, Pengkon-
disian dan Tata Kelola
Tanda-tanda terjadinya proses pembelajaran, pengkondisian, dan
tata kelola untuk menguatkan perilaku disiplin pada peserta didik
SMA/MA/SMK/MAK
30 PendidikanAntikorupsi |Tingkat SMA/MA/SMK/MAK
Berpegang teguh pada prin-
sip-prinsip tentang tanggu-
ngjawab dalam setiap aspek
kehidupan
Berani mendeklarasikan diri
sebagai orang yang tanggu-
ngjawab dalam segala aspek
kehidupan;
Berperan aktif dalam mendor-
ong orang lain untuk menga-
malkan perilaku bertanggung-
jawab secara konsisten;
Berperan aktif dalam tindakan
pencegahan perilaku tidak
bertanggungjawab secara
kreatif dan inovatif;
Terbiasa melakukan evaluasi
diri dalam pengamalan perila-
ku bertanggungjawab.
INDIKATOR PERILAKU
BERTANGGUNGJAWAB
Konsisten, tertib,
menepati janji,
komitmen dan taat
aturan
Tanggung-
Jawab
Indikator Hasil Belajar
Tanda-tanda hasil belajar ten-
tang perilaku bertanggung-
jawab bagi anak SMA/MA/
SMK/MAK
31
PendidikanAntikorupsi |Tingkat SMA/MA/SMK/MAK
Indikator Kelas Sekolah Keluarga Lingkungan
1. Adanya role model yang dap-
at diteladani oleh peserta didik
2. Adanya simbol-simbol (gam-
bar, poster, spanduk, kata-kata
bijak) yang menginspirasi penga-
malan nilai-nilai tanggungjawab;
3. Adanya konsistensi penga-
malan nilai-nilai tanggungjawab
di semua kegiatan dan proses
pembelajaran;
4. Adanya dorongan atau apre-
siasi agar peserta didik berperan
aktif dalam dalam mengamalkan
nilai-nilai tanggungjawab;
5. Adanya dorongan atau apre-
siasi agar anak berpegang teguh
pada prinsip nilai-nilai tanggung-
jawab;
6. Adanya dorongan atau apre-
siasi agar peserta didik berani
mendeklarasikan diri sebagai
orang yang bertanggungjawab.
7. Adanya dorongan atau apre-
siasi agar anak selalu melakukan
evaluasi diri terhadap konsistensi
dalam pengamalan nilai-nilai
tanggungjawab;
8. Adanya konsistensi penerapan
nilai tanggungjawab dalam tata
kelola sekolah seperti bebas dari
pungli, gratifikasi dalam bentuk
apapun.
Indikator Proses Pembelajaran, Pengkon-
disian dan Tata Kelola
Tanda-tanda terjadinya proses pembelajaran, pengkondisian, dan
tata kelola untuk menguatkan perilaku bertanggungjawab pada
peserta didik SMA/MA/SMK/MAK
32 PendidikanAntikorupsi |Tingkat SMA/MA/SMK/MAK
Berpegang teguh pada prin-
sip-prinsip tentang kerja keras
dalam setiap aspek kehidupan
Berani mendeklarasikan diri
sebagai orang yang kerja keras
dalam segala aspek kehidu-
pan;
Berperan aktif dalam mendor-
ong orang lain untuk menga-
malkan perilaku bekerja keras
secara konsisten;
Berperan aktif dalam tindakan
pencegahan perilaku tidak
bekerja keras secara kreatif
dan inovatif;
Terbiasa melakukan evaluasi
diri dalam pengamalan perila-
ku bekerja keras.
INDIKATOR PERILAKU KERJA KERAS
Konsisten, tertib,
menepati janji,
komitmen dan taat
aturan
Kerja Keras
Indikator Hasil Belajar
Tanda-tanda hasil belajar ten-
tang perilaku bekerja keras bagi
anak SMA/MA/SMK/MAK
33
PendidikanAntikorupsi |Tingkat SMA/MA/SMK/MAK
Indikator Kelas Sekolah Keluarga Lingkungan
1. Adanya role model yang dap-
at diteladani oleh peserta didik
2. Adanya simbol-simbol (gam-
bar, poster, spanduk, kata-kata
bijak) yang menginspirasi penga-
malan nilai-nilai kerja keras;
3. Adanya konsistensi pengama-
lan nilai-nilai kerja keras di semua
kegiatan dan proses pembela-
jaran;
4. Adanya dorongan atau apre-
siasi agar peserta didik berperan
aktif dalam dalam mengamalkan
nilai-nilai kerja keras;
5. Adanya dorongan atau apre-
siasi agar anak berpegang teguh
pada prinsip nilai-nilai kerja
keras;
6. Adanya dorongan atau apre-
siasi agar peserta didik berani
mendeklarasikan diri sebagai
orang yang bekerja keras.
7. Adanya dorongan atau apre-
siasi agar anak selalu melakukan
evaluasi diri terhadap konsistensi
dalam pengamalan nilai-nilai
kerja keras;
8. Adanya konsistensi penera-
pan nilai kerja keras dalam tata
kelola sekolah seperti bebas dari
pungli, gratifikasi dalam bentuk
apapun.
Indikator Proses Pembelajaran, Pengkon-
disian dan Tata Kelola
Tanda-tanda terjadinya proses pembelajaran, pengkondisian, dan
tata kelola untuk menguatkan perilaku bekerja keras pada peserta
didik SMA/MA/SMK/MAK
34 PendidikanAntikorupsi |Tingkat SMA/MA/SMK/MAK
Berpegang teguh pada prin-
sip-prinsip tentang keseder-
hanaan dalam setiap aspek
kehidupan;
Berani mendeklarasikan diri
sebagai orang yang sederhana
dalam segala aspek kehidu-
pan;
Berperan aktif dalam mendor-
ong orang lain untuk menga-
malkan perilaku sederhana
secara konsisten;
Berperan aktif dalam tindakan
pencegahan perilaku tidak
sederhana secara kreatif dan
inovatif;
Terbiasa melakukan evaluasi
diri dalam pengamalan perila-
ku sederhana.
INDIKATOR PERILAKU SEDERHANA
Bersahaja, tidak
berlebih-lebihan,
ikhlas, dan selalu
bersyukur.
Sederhana
Indikator Hasil Belajar
Tanda-tanda hasil belajar ten-
tang perilaku sederhana bagi
anak SMA/MA/SMK/MAK
35
PendidikanAntikorupsi |Tingkat SMA/MA/SMK/MAK
Indikator Kelas Sekolah Keluarga Lingkungan
1. Adanya role model yang dap-
at diteladani oleh peserta didik
2. Adanya simbol-simbol (gam-
bar, poster, spanduk, kata-kata
bijak) yang menginspirasi penga-
malan nilai-nilai kesederhanaan;
3. Adanya konsistensi penga-
malan nilai-nilai kesederhanaan
di semua kegiatan dan proses
pembelajaran;
4. Adanya dorongan atau apre-
siasi agar peserta didik berperan
aktif dalam dalam mengamalkan
nilai-nilai kesederhanaan;
5. Adanya dorongan atau apre-
siasi agar anak berpegang teguh
pada prinsip nilai-nilai keseder-
hanaan;
6. Adanya dorongan atau apre-
siasi agar peserta didik berani
mendeklarasikan diri sebagai
orang yang sederhana.
7. Adanya dorongan atau apre-
siasi agar anak selalu melakukan
evaluasi diri terhadap konsistensi
dalam pengamalan nilai-nilai
kesederhanaan;
8. Adanya konsistensi penerapan
nilai kesederhanaan dalam tata
kelola sekolah seperti bebas dari
pungli, gratifikasi dalam bentuk
apapun.
Indikator Proses Pembelajaran, Pengkon-
disian dan Tata Kelola
Tanda-tanda terjadinya proses pembelajaran, pengkondisian, dan
tata kelola untuk menguatkan perilaku sederhana pada peserta
didik SMA/MA/SMK/MAK
36 PendidikanAntikorupsi |Tingkat SMA/MA/SMK/MAK
Berpegang teguh pada prin-
sip-prinsip tentang keberanian
dalam setiap aspek kehidupan;
Berani mendeklarasikan diri se-
bagai orang yang berani dalam
segala aspek kehidupan;
Berperan aktif dalam mendor-
ong orang lain untuk menga-
malkan perilaku berani secara
konsisten;
Berperan aktif dalam tindakan
pencegahan perilaku tidak be-
rani secara kreatif dan inovatif;
Terbiasa melakukan evaluasi
diri dalam pengamalan perila-
ku berani.
INDIKATOR PERILAKU BERANI
Memiliki karakter
yang kuat, kemanta-
pan hati, tidak takut
untuk mengatakan
yang benar, menolak
ajakan berbuat tidak
baik, dan semangat
juang yang tinggi
Berani
Indikator Hasil Belajar
Tanda-tanda hasil belajar ten-
tang perilaku berani bagi anak
SMA/MA/SMK/MAK
37
PendidikanAntikorupsi |Tingkat SMA/MA/SMK/MAK
Indikator Kelas Sekolah Keluarga Lingkungan
1. Adanya role model yang dap-
at diteladani oleh peserta didik
2. Adanya simbol-simbol (gam-
bar, poster, spanduk, kata-kata
bijak) yang menginspirasi penga-
malan nilai-nilai keberanian;
3. Adanya konsistensi penga-
malan nilai-nilai keberanian di
semua kegiatan dan proses
pembelajaran;
4. Adanya dorongan atau apre-
siasi agar peserta didik berperan
aktif dalam dalam mengamalkan
nilai-nilai keberanian;
5. Adanya dorongan atau apre-
siasi agar anak berpegang teguh
pada prinsip nilai-nilai keberani-
an;
6. Adanya dorongan atau apre-
siasi agar peserta didik berani
mendeklarasikan diri sebagai
orang yang berani.
7. Adanya dorongan atau apre-
siasi agar anak selalu melakukan
evaluasi diri terhadap konsistensi
dalam pengamalan nilai-nilai
keberanian;
8. Adanya konsistensi penera-
pan nilai keberanian dalam tata
kelola sekolah seperti bebas dari
pungli, gratifikasi dalam bentuk
apapun.
Indikator Proses Pembelajaran, Pengkon-
disian dan Tata Kelola
Tanda-tanda terjadinya proses pembelajaran, pengkondisian, dan
tata kelola untuk menguatkan perilaku berani pada peserta didik
SMA/MA/SMK/MAK
38 PendidikanAntikorupsi |Tingkat SMA/MA/SMK/MAK
Berpegang teguh pada prin-
sip-prinsip tentang keadilan
dalam setiap aspek kehidupan;
Berani mendeklarasikan diri
sebagai orang yang adil dalam
segala aspek kehidupan;
Berperan aktif dalam mendor-
ong orang lain untuk menga-
malkan perilaku adil secara
konsisten;
Berperan aktif dalam tindakan
pencegahan perilaku tidak adil
secara kreatif dan inovatif;
Terbiasa melakukan evaluasi
diri dalam pengamalan perila-
ku adil.
INDIKATOR PERILAKU ADIL
Menempatkan ses-
uatu pada tempatn-
ya, konsisten, se-
laras, seimbang, dan
berpegang teguh
pada kebenaran
Adil
Indikator Hasil Belajar
Tanda-tanda hasil belajar ten-
tang perilaku adil bagi anak
SMA/MA/SMK/MAK
39
PendidikanAntikorupsi |Tingkat SMA/MA/SMK/MAK
Indikator Kelas Sekolah Keluarga Lingkungan
1. Adanya role model yang dap-
at diteladani oleh peserta didik
2. Adanya simbol-simbol (gam-
bar, poster, spanduk, kata-kata
bijak) yang menginspirasi penga-
malan nilai-nilai keadilan;
3. Adanya konsistensi pengama-
lan nilai-nilai keadilan di semua
kegiatan dan proses pembela-
jaran;
4. Adanya dorongan atau apre-
siasi agar peserta didik berperan
aktif dalam dalam mengamalkan
nilai-nilai keadilan;
5. Adanya dorongan atau apre-
siasi agar anak berpegang teguh
pada prinsip nilai-nilai keadilan;
6. Adanya dorongan atau apre-
siasi agar peserta didik berani
mendeklarasikan diri sebagai
orang yang adil.
7. Adanya dorongan atau apre-
siasi agar anak selalu melakukan
evaluasi diri terhadap konsistensi
dalam pengamalan nilai-nilai
keadilan;
8. Adanya konsistensi pener-
apan nilai keadilan dalam tata
kelola sekolah seperti bebas dari
pungli, gratifikasi dalam bentuk
apapun.
Indikator Proses Pembelajaran, Pengkon-
disian dan Tata Kelola
Tanda-tanda terjadinya proses pembelajaran, pengkondisian, dan
tata kelola untuk menguatkan perilaku adil pada peserta didik
SMA/MA/SMK/MAK
40 PendidikanAntikorupsi |Tingkat SMA/MA/SMK/MAK
If you want to change the world,
—JAMES REDFILLE—
41
PendidikanAntikorupsi |Tingkat SMA/MA/SMK/MAK
AMALKAN
PENGUATAN
NILAI-NILAI
ANTIKORUPSI
Langkah
3
Para guru, setelah kita mema-
hami, menyadari dan meyakini,
dan mengamalkan, mari kita mulai
pendidikan antikorupsi dari Ruang
Kelas kita, dimulai dari diri kita, saat
ini juga!
42 PendidikanAntikorupsi |Tingkat SMA/MA/SMK/MAK
Menciptakan situasi
atau mengkondisikan
agar anak mengenal,
mengetahui, men-
gerti, memaklumi,
perlunya nilai antiko-
rupsi dalam menjala-
ni kehidupan.
Pahami
TAHAPAN PEMBELAJARAN
Tujuan pembelajaran antikorupsi
adalah peserta didik mengamal-
kan nilai-nilai antikorupsi di mana-
pun, kapanpun dan dalam kondisi
bagaimanapun. Tidak berhenti sampai
mereka paham atau sadar.
Caranya bukan dengan mengajarkan,
tapi melalui pengkondisian. Lakukan
pengkondisian secara konsisten dalam
setiap aktivitas mulai dari dalam pem-
belajaran di kelas, lalu kaitkan dengan
aktivitas di luar kelas.
Perlu dua utama, yakni, pertama, guru
mengamalkan semua nilai pembentuk
perilaku antikorupsi dalam kehidupan-
nya, sehingga ia bisa menjadi contoh
bagi seluruh peserta didik. Langkah
berikutnya, guru melakukan pengkon-
disian agar nilai-nilai tersebut diamal-
kan seluruh peserta didik. Pengkon-
disian dilakukan melalui berbagai jenis
kegiatan pembelajaran dan dilakukan
koneksi dengan kegiatan di sekolah,
di rumah, dalam kegiatan bermain,
dan di masyarakat. Cermati uraiannya
di bagian ini.
Lebih dalam lagi, setiap nilai harus
bersifat substantif, bukan sekadar
istilah, melainkan dipraktekkan secara
nyata dalam sikap dan perilaku indi-
vidu.
Pembelajaran dilakukan melalui pen-
gondisian di segala aspek. Pada satu
sisi nilai-nilai antikorupsi sudah ada
dalam diri setiap anak sebagai fitrah.
Pada sisi lain, setiap mata pelajaran,
mengandung nilai-nilai tersebut. Den-
gan demikian proses pembelajaran
1
Membelajarkan nilai-nilai antikorupsi tidak menambah materi ajar
dan jam belajar yang sudah ada. Hanya satu prasyarat yang dibu-
tuhkan: guru harus yang pertama menjadi role model.
pada intinya adalah mengolah yang
sudah ada yaitu melalui olah pikir, olah
rasa, olah hati, olah karsa, dan olah
raga.
43
PendidikanAntikorupsi |Tingkat SMA/MA/SMK/MAK
Menciptakan situasi atau
mengkondisikan agar anak
meyakini, menginsyafi, dan
menyadari bahwa nilai-nilai
antikorupsi membawa ke-
baikan bagi dirinya pribadi
maupun orang lain dan ling-
kungan.
Menciptakan Situasi
atau mengkondisikan
agar anak terbiasa
menerapkan perilaku
baik sesuai dengan
nilai-nilai antikorupsi
secara konsisten di
manapun, kapanpun
dan dalam kondisi
apapun.
Deklarasikan
Menciptakan situasi atau
mengkondisikan agar anak
berani menyatakan dirinya
sebagai orang yang kon-
sisten berperilaku baik ses-
uai nilai-nilai antikorupsi,
menjadi teladan, dan aktif
mengkampanyekan penting-
nya perilaku antikorupsi bagi
individu, masyarakat dan
lingkungan.
Sadari
& Yakini
2 Amalkan
3
4
44 PendidikanAntikorupsi |Tingkat SMA/MA/SMK/MAK
GARIS BESAR PENGKONDISIAN
DAN TATA KELOLA
Contoh:
Guru menjadikan dirinya sebagai
pribadi yang jujur dalam hidupnya. Di
manapun, kapanpun dan dalam situasi
apapun dia menjadi pribadi yang jujur
sehingga menjadi role model.
Pendidikan antikorupsi dilakukan mel-
alui pengkondisian dimulai dari kelas.
Sebelum melakukan pengkondisian,
syarat utama yang harus dilakukan
guru adalah mengamalkan terlebih
dahulu nilai-nilai antikorupsi pada
dirinya sendiri.
Dengan demikian peserta didik
dapat menjadikan para guru sebagai
teladan. Apabila guru tidak menjadi
contoh maka pengkondisian lainnya
tidak akan berjalan.
Berikut tahapan pengkondisian yang
dapat dilakukan setelah guru menjadi
teladan.
Guru mengamalkan nilai antikorupsi dalam
kehidupannya sebagai kebutuhan dirinya,
sehingga peserta didik dapat meneladani.
45
PendidikanAntikorupsi |Tingkat SMA/MA/SMK/MAK
Perbanyak Simbol-simbol antikorupsi dalam
pembelajaran, baik berbentuk teks, gambar,
audio, audio visual, atau gerakan (contoh: slogan
Jujur itu Hebat, film-film tentang antikorupsi)
Perbanyak Kegiatan pembelajaran di kelas
yang dapat menjadi media yang relevan dan
konsisten dalam pengamalan nilai antikorupsi,
dan ciptakan momentum (event) untuk menguat-
kan.
Berilah apresiasi kepada peserta didik yang
mengamalkan nilai-nilai antikorupsi secara kon-
sisten dalam segala aspek kehidupan.
Dorong peserta didik untuk mengajak teman
atau orang lain untuk mengamalkan hal yang
sama dan mencegah perilaku korupsi dalam
kehidupannya.
Kaitkan den-
gan kegiatan di
sekolah, keluarga,
teman bermain
dan masyarakat.
46 PendidikanAntikorupsi |Tingkat SMA/MA/SMK/MAK
Langkah praktis mewujudkan budaya integritas. Mulailah dari ruang kelas. Lalu,
lakukan langkah konsisten di sekolah. Kaitkan dengan aktivitas di keluarga,
teman bermain dan masyarakat secara konsisten dan berkelanjutan.
Sekolah mengkondisikan suasana
sekolah sehingga peserta didik terbi-
asa mengamalkan dan berperan aktif
dalam penerapan nilai-nilai antikorupsi
di semua kegiatan atas dasar prinsip
yang diyakini,melalui:
1. Menjadikan semua orang dewasa
yang berada di lingkungan sekolah
menjadi role model;
2. Menyediakan simbol-simbol audio,
visual, audio visual, serta gerakan yang
terkait dengan pengamalan dan pen-
egakan prinsip nilai-nilai antikorupsi;
3. Mengadakan kegiatan, permainan,
cerita, film, atau bentuk lainnya yang
membiasakan pengamalan dan pen-
egakan prinsip nilai-nilai antikorupsi
dalam semua situasi;
4. Memberikan apresiasi dalam berb-
agai bentuk untuk merangsang peran
aktif dalam pengamalan dan penega-
kan prinsip nilai-nilai antikorupsi.
5. Mendorong peserta didik untuk
mendeklarasikan diri sebagai bukti
pengamalan dan keteguhan pada
prinsip nilai-nilai antikorupsi dalam
berbagai kegiatan di sekolah.
6. Menerapkan nilai antikorupsi dalam
pengelolaan sekolah, mulai dari pen-
erimaan peserta didik, administrasi,
hingga layanan pasca sekolah.
LANGKAH PENGKONDISIAN LENGKAP
Keluarga
Kelas
Sekolah
Lingkungan
1
Guru mengkondisikan proses pembelajaran di
kelas sehingga peserta didik terbiasa menga-
malkan dan berperan aktif dalam penerapan
nilai-nilai antikorupsi di semua kegiatan atas
dasar prinsip yang diyakini, melalui:
1. Menjadi role model bagi peserta didik;
2. Menjaga konsistensi peserta didik dalam
mengamalkan dan memegang prinsip nilai-nilai
KELAS
2
SEKOLAH
Teman
Bermain
47
PendidikanAntikorupsi |Tingkat SMA/MA/SMK/MAK
antikorupsi di semua kegiatan dan proses pembe-
lajaran;
3. Mendorong dan memberikan apresiasi agar pe-
serta didik berperan aktif dalam dalam mengamal-
kan dan memegang prinsip nilai-nilai antikorupsi
di semua kegiatan dan proses pembelajaran;
4. Melakukan berbagai kegiatan pembelajaran
yang mendorong anak untuk terbiasa mengamal-
kan, berperan aktif dan memegang prinsip dalam
penerapan nilai-nilai antikorupsi di semua kegiatan
dan proses pembelajaran;
5. Mendorong peserta didik untuk
mendeklarasikan diri seba-gai bukti
pengamalan dan keteguhan pada prinsip
nilai-nilai antikorupsi dalam berbagai
kegiatan di kelas.
6. Melakukan evaluasi pencapaian kom-
petensi dengan cara kreatif dan inovatif
sehingga peserta didik menganggap rugi
dan tidak ada manfaatnya apabila mel-
akukan pelanggaran terhadap nilai-nilai
antikorupsi.
5
Guru dan Orang tua mengkondisikan suasana
bermain anak yang dapat menunjukkan penga-
malan dan berperan aktif dalam penerapan nilai-
nilai antikorupsi di semua kegiatan atas dasar
prinsip yang diyakini, melalui:
1. Mendorong anak untuk menjadi contoh bagi
teman-teman sepermainan dalam mengamalkan
dan menegakkan prinsip nilai-nilai antikorupsi;
2. Mendorong anak untuk menolak ajakan
teman untuk melakukan hal-hal yang melanggar
nilai-nilai antikorupsi;
3. Memberikan apresiasi dan dorongan agar
anak selalu memiliki keberanian untuk mengajak
teman-temannya untuk mengamalkan dan ber-
pegang pada prinsip nilai-nilai antikorupsi;
4. Mendorong anak berperan aktif membentuk
kelompok-kelompok sosial bersama teman sep-
ermainan dalam pengamalan dan penegakan
prinsip nilai-nilai antikorupsi.
Guru, Orang tua, dan semua orang
dewasa / remaja secara bersama-sama
menciptakan suasana antikorupsi di
lingkungan yang sehat, dengan cara:
1. Mendorong anak untuk menjadi
contoh bagi teman-teman sebayanya
di lingkungan tempat tinggal dalam
menerapkan nilai-nilai antikorupsi
yang sudah dia pahami melalui berb-
agai cara;
2. Mendorong anak untuk menolak aja-
kan siapapun untuk melakukan hal-hal
yang melanggar nilai-nilai antikorupsi;
3. Memberikan apresiasi dan dorongan
agar anak selalu menceritakan pen-
galaman di lingkungannya mengenai
upaya menciptakan suasana antikorupsi
kepada orang tua/guru.
KELUARGA
Orang tua mengkondisikan suasana
keluarga yang mendukung semua aktivitas
anak untuk menunjukkan pengamalan dan
penegakan prinsip nilai-nilai antikorupsi,
melalui:
1. Menjadikan semua anggota keluarga
sebagai role model;
2. Mengadakan kegiatan yang secara
konsisten membiasakan perilaku penga-
malan nilai-nilai antikorupsi dalam segala
hal dalam keluarga;
3. Memberikan apresiasi dalam berbagai
bentuk untuk menjaga konsistensi pen-
gamalan dan penegakan prinsip nilai-nilai
antikorupsi.
3
TEMAN BERMAIN
MASYARAKAT
4
48 PendidikanAntikorupsi |Tingkat SMA/MA/SMK/MAK
“Saya kan guru matematika, apa
urusannya saya dengan pendidikan
antikorupsi?”
Masih kerap terdengar pertanyaan de-
mikian. Seolah antara materi di mata
pelajaran dan nilai antikorupsi berada
di ruang yang berbeda.
Secara filosofis, nilai-nilai antikorupsi
sudah terkandung di dalam mata
pelajaran dan masing-masing mata
pelajaran memiliki kekhasan sendiri.
Oleh karena itu, semua mata pelajaran
berfungsi sebagai alat untuk mem-
perkuat dan memperkokoh nilai-nilai
antikorupsi dan karakter di dalam diri
setiap peserta didik.
Berikut nilai khas yang terkandung
dalam mata pelajaran:
Catatan Penting untuk Guru:
MATA PELAJARAN ADALAH ALAT
No Mata Pelajaran Nilai khas yang dikandung
1 Ilmu Pasti/
Matematika
Keteraturan, ketegasan, perkem-
bangan logika dari sederhana ke
kompleks, kepastian, universalitas,
abstraksi, ekonomis, kesejajaran,
keragaman, ritme, dan keseimban-
gan.
2 Ilmu Alam/IPA Obyektif, general, terhitung dan
teoretis, rasa syukur, keteraturan.
3 IPS Kebersamaan, perbedaan se-
bagai kekayaan, kesetaraan, saling
membutuhkan, keteraturan, berbagi
peran,
4 Sejarah Ketelitian, kerapihan, urutan logis,
logika peristiwa, pemahaman dan
penghargaan terhadap waktu, sim-
pati, empati,
5 Seni Kelembutan, keteraturan,keindahan,
harmoni, irama, struktur, keseimban-
gan, kreativitas
6 Pendidikan
Jasmani
Kerja keras, sehat, teratur, sportif,
kebersamaan, kerja tim, disiplin,
kesesuaian, berbagi peran.
7 Bahasa Kerja keras, saling memahami,
mendengarkan, kebersamaan, men-
erima perbedaan.
Sumber: Paedia
CONTOH
Dalam pelajaran
matematika, ten-
tang urutan bilangan
di kelas-kelas awal
merupakan proses pe-
numbuhan kesadaran
pentingnya kemam-
puan untuk memilih
dan menentukan
prioritas mana yang
harus didahulukan
dan mana yang harus
belakangan. Apabila
anak menyadari hal ini
dan diterapkan dalam
setiap aktivitas secara
konsisten, maka ber-
perilaku tertib, disiplin,
dan antri akan menjadi
kebiasaan yang dilaku-
kan dengan kesadaran
penuh.
NILAI-NILAI KARAKTER YANG DIKANDUNG DALAM
MATA PELAJARAN
49
PendidikanAntikorupsi |Tingkat SMA/MA/SMK/MAK
Dengan contoh tersebut, nampak bahwa nilai-nilai antikorupsi telah menjadi ruh
dalam mata pelajaran. Tidak ada dalih untuk mengabaikan penguatan nilai an-
tikorupsi ketika mempelajari materi mata pelajaran apapun. Justru semua mata
pelajaran harus bergerak ke titik yang sama yakni penguatan antikorupsi.
Dalam proses pembelajaran dalam mata pelajaran, nilai-nilai antikorupsi itu bisa
berada dalam berbagai muatan.
TEMA
KEGIATAN
KONTEN
PPKn> Hak dan kewajiban warga
negara
Pendidikan Agama>berbuat
baik kepada sesama manusia;
kaitan antara beriman kepada
hari akhir dengan perilaku jujur,
bertanggung jawab, dan adil;
perilaku bekerja keras dan
bertanggung jawab kehidupan
sehari-hari yang berkembang di
masyarakat dengan keimanan
(Tema: hak dan tanggungjawab war-
ga negara dalam berbagai kegiatan)
Seni Budaya>4.4 mementaskan teat-
er kontemporer sesuai konsep, teknik
dan prosedur
Bhs Indonesia> 4.6 Merancang teks
editorial dengan memerhatikan struk-
tur dan kebahasaan baik secara lisan
maupun tulis; 4.10 Menyusun opini
dalam bentuk artikel; 4.12 Menyusun
kritik dan esai dengan memerhatikan
aspek pengetahuan dan pandangan
penulis baik secara lisan maupun tulis.
PAI>Menyajikan nilai-nilai ketela-
danan tokoh-tokoh dalam sejarah
perkembangan Islam di Indonesia
TATA KELOLA SEKOLAH
Seni Budaya>Pementasan
teater kontemporer sesuai
tema;
Bhs Indonesia> Lomba
menulis artikel, editorial,
kritik, essai serta lomba
Konsisten dalam menerapkan hak dan kewajiban
dasar warga negara dalam lingkup sekolah.
Contoh sebagai berikut:
• hak siswa mendapatkan layanan pendidikan
yang antidiskriminasi,
• kewajiban siswa mengikuti aturan negara di
sekolah secara konsisten (Contoh: memiliki
KTP bagi yang telah berusia 17, memiliki SIM
sebagai syarat berkendara)
• kewajiban sekolah menyelenggarakan
layanan pendidikan yang antikorupsi.
• Pahami Dulu, Baru Lawan
• Kisah Kasus Di Sekolah
• 99 Model Pembelajaran Antikorupsi
• Memahami untuk Membasmi : Buku saku untuk
memahami tindak korupsi
• Pahami Dulu Baru Lawan
• Cerita dari Peternakan Kakek Tulus
• Terajana: Petualangan Memecahkan Sandi Kuno
• PDKT: Pilih Diri, Komitmen & Tanggung Jawab
Kita
• Kumpulan Cerpen, Esai, Naskah Drama, Puisi,
• Modul Pendidikan Antikorupsi Tingkat SMA/MA
CONTOH BAHAN AJAR
YANG DAPAT DIGUNAKAN
pidato dengan tema hak dan kewajiban
warga negara
Sosiologi>4.4 Merancang, melaksan-
akan, dan melaporkan aksi pember-
dayaan komunitas dengan mengede-
pankan nilai-nilai kearifan lokal di
tengah-tengah pengaruh globalisasi.
Geografi>4.2 Membuat makalah
tentang usaha pemerataan pembangu-
nan di desa dan kota yang dilengkapi
dengan peta, bagan, tabel, grafik, dan/
atau diagram
Sejarah Ind>4.6 melakukan penelitian
sederhana tentang pekembangan
kehidupan politik dan ekonomi Bangsa
Indonesia pada masa awal Reformasi
dan menyajikannya dalam bentuk
laporan tertulis;
1.1.Menghargai perbedaan sebagai anugerah
Tuhan yang Maha Esa
2.1. Bersikap responsif dan proaktif terhadap
pelanggaran hak dan pengingkaran kewajiban
warga negara dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara
3.1. Menganalisis nilai-nilai Pancasila terkait
dengan kasus-kasus pelanggaran hak dan
pengingkaran kewajiban warga negara dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara
4.1. Menyaji hasil analisis nilai-nilai Pancasila
terkait dengan kasus kasus pelanggaran hak dan
pengingkaran kewajiban warga negara dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara
PPKn
50 PendidikanAntikorupsi |Tingkat SMA/MA/SMK/MAK
Apapun Mata Pelajaran yang Anda ampu, Anda berperan penting dalam
penguatan nilai-nilai antikorupsi pada diri peserta didik. Di muka sudah diba-
has bahwa semua mata pelajaran membawa misi antikorupsi melalui ciri khas
masing-masing.
LANGKAH PRAKTIS GURU (CONTOH)
LANGKAH UMUM
1
Amalkan perilaku antikorupsi secara kon-
sisten dalam setiap gerak langkah kehidupan
sebagai amal baik anda pribadi, yang manfaat-
nya untuk diri pribadi. Hal itu akan berguna
sebagai teladan.
2
Perkenalkan simbol-simbol baik berupa teks,
audio, visual, audio-visual, atau gerak yang
menggugah peserta didik untuk memegang
prinsip perlunya mengamalkan nilai-nilai an-
tikorupsi.
6
Buat Evaluasi yang Kreatif dan Inovatif agar
anak terhindar dari perilaku tidak antikorupsi,
seperti mencegah anak menyontek, tidak ber-
tanggungjawab, dan lain-lain
3
Perbanyak Kegiatan, Event, yang secara
konsisten mendorong anak untuk makin kuat
memegang prinsip dalam mengamalkan nilai-
nilai antikorupsi.
4
Deklarasikan bahwa diri Anda Antikorupsi
(mulai dari hal kecil terlebih dulu yang selalu
Anda amalkan). Dorong peserta didik untuk
mendeklarasikan dirinya antikorupsi, pada
perilaku termudah sesuai nilai antikorupsi.
5
Secara periodik dan konsisten Berikan Apre-
siasi kepada peserta didik yang konsisten
mengamalkan nilai-nilai antikorupsi dalam
setiap aktivitas kehidupannya.
51
PendidikanAntikorupsi |Tingkat SMA/MA/SMK/MAK
1
Mulailah menjadi pribadi antikorupsi. Mulai
dari yang paling mudah. Misalnya amalkan keju-
juran dalam diri kita. Niatkan semua itu sebagai
perilaku baik yang wajib kita jalani sebagai ma-
nusia beragama. Jangan pernah tidak jujur pada
siapapun, terlebih pada peserta didik. Karenanya
anda akan diteladani.
2
Pasanglah simbol-simbol tentang kejujuran di
ruang kelas. Misalnya slogan: Jujur itu Hebat
atau Kejujuran menyebabkan ketenangan.
Selain itu, berulang kali menyampaikan slogan
secara lisan, memutar film tentang tokoh bangsa
yang dikenang karena kejujuran.
6
Buat Soal-soal evaluasi yang kreatif dan
berbeda tiap anak. Yang tidak membuka pe-
luang anak menyontek. Misalnya: mengaitkan
setiap soal dengan keluarga masing-masing,
kampung, atau lingkungan, sehingga anak
tidak bisa menyontek.
3
Buatlah kegiatan pembelajaran atau event
yang membiasakan perilaku jujur. Beberapa
game Produk KPK bisa digunakan, seperti: Ular
Tangga, Terajana, PDKT, Keranjang Bolong,
atau game lain yang dikembangkan sendiri
oleh guru. Juga seriusi pengelolaan Kantin
Kejujuran, Lost & found, dan event lain.
4
Pasang pin “Saya Pribadi Jujur”, atau “Saya
belajar jujur”. Tunjukkan perilaku jujur secara
konsisten dalam tiap aktivitas. Ajak peserta
didik untuk jujur dan ingatkan secara baik pe-
serta didik yang ketahuan tidak jujur.
5
Berikan pujian, penghargaan, perhatian pada
pribadi yang jujur dan tidak pernah menyontek
(walau nilai ulangannya kecil). Tegaskan jujur
itu utama dalam pendidikan. Jika perlu diberi
hadiah, meski hanya tepukan di pundak.
LANGKAH TEKNIS CONTOH PADA MAPEL PKN
52 PendidikanAntikorupsi |Tingkat SMA/MA/SMK/MAK
TAHAPAN PENYUSUNAN
LESSON PLAN
Pahami dan Sadari
Kompetensi yang dibe-
lajarkan (Pengetahuan,
keterampilan, sikap dan
nilai-nilai)
Pahami Kompetensi
1 Tentukan indikator pe-
nilaian proses dan hasil
belajar
Tentukan Indikator
Tentukan materi pembe-
lajaran sebagai alat untuk
mencapai kompetensi
yang utuh
Tentukan Materi
Buat rencana pembelajaran sesuai dengan kompetensi yang akan
dibelajarkan. Apapun mata pelajaran yang Anda ampu, berikut
langkah singkat dalam menyusun Lesson Plan yang kreatif dan
inovatif.
Tujuan pem-
belajaran tiap
pertemuan
disesuaikan
dengan
tuntutan
pencapaian
kompetensi
2
3
53
PendidikanAntikorupsi |Tingkat SMA/MA/SMK/MAK
Diperlukan kepekaan dan keter-
ampilan guru untuk memancing
dan membangkitkan kecerdasan
berpikir peserta didik di setiap taha-
pan proses pembelajaran sehingga
peserta didik dapat menyadari
nilai-nilai yang terkandung di dalam
proses tersebut.
Rancang tahap demi tahap
kegiatan untuk membela-
jarkan peserta didik
Rancang Proses
Pembelajaran
Dokumentasikan data
perkembangan hasil
belajar setiap peserta
didik pada pertemuan
tersebut
Dokumentasikan
4
Dokumen
Lesson Plan
5
54 PendidikanAntikorupsi |Tingkat SMA/MA/SMK/MAK
1.1.Menghargai perbedaan sebagai anugerah
Tuhan yang Maha Esa
2.1. Bersikap responsif dan proaktif terhadap
pelanggaran hak dan pengingkaran kewajiban
warga negara dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara
3.1. Menganalisis nilai-nilai Pancasila terkait den-
gan kasus-kasus pelanggaran hak dan penging-
karan kewajiban warga negara dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara
4.1. Menyaji hasil analisis nilai-nilai Pancasila
terkait dengan kasus kasus pelanggaran hak dan
pengingkaran kewajiban warga negara dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara
Kompetensi
1
• Menguraikan pengertian dan jenis-jenis hak dan kewajiban
warga negara menurut para ahli
• Menyimpulkan melalui kalimat sendiri tentang pengertian dan
jenis-jenis hak dan kewajiban warga negara
• Mengidentifikasi aspek-aspek yang harus diperhatikan dalam
menggunakan hak dan melaksanakan kewajiban warga negara
• Menganalisis bentuk-bentuk hak dan kewajiban warga negara
sesuai dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indo-
nesia Tahun 1945
• Mengkomunikasikan hasil analisis nilai Pancasila dikaitkan
dengan kasus pelanggaran hak dan pengingkaran kewajiban
warga negara dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
• Menghormati hak dan kewajiban setiap individu sebagai ben-
tuk rasa syukur terhadap anugerah Tuhan YME
• Mendukung segala upaya penegakan hak dan kewajiban yang
dilakukan oleh pemerintah
• Membiasakan diri bersikap sesuai dengan nilai-nilai yang ter
kandung dalam Pancasila dan proaktif menegakkan nilai-nilai
Pancasila dalam menyikapi berbagai permasalahan terkait
dengan penyimpangan/penyalahgunaan hak dan kewajiban
warga negara
Contoh Indikator
Buat rencana pembelajaran
antikorupsi dimotori oleh mata
pelajaran PPKn.
Tujuan pertemuan 1: Siswa
dapat memahami dan
mengimplementasikan hak
dan kewajiban warga negara
serta bersikap proaktif dalam
pencegahan pelanggaran
aturan tentang hak dan ke-
wajiban
2
• Hak Asasi Manusia;
• Kewajiban Warga Negera;
• Pelanggaran terhadap Hak Asasi
dan Upaya Pencegahannya.
Materi
3
CONTOH LESSON PLAN
PPKn Kelas XII Smst 1 (Pertemuan 1 dari 3)
55
PendidikanAntikorupsi |Tingkat SMA/MA/SMK/MAK
Contoh Rancangan Pembelajaran
4
Data pencapaian
kompetensi tiap
peserta didik
Dokumen
Hasil Belajar
5
No Inti Kegiatan Pembelajaran Bahan dan Alat
Keterkaitan antara Kondisi
yang diciptakan dengan
menguatan nilai-nilai
1 Guru meyampaikan tujuan pembelajaran dan menye-
pakati kontrak belajar dengan siswa dikahiri dengan
pemberian motivasi kepada siswa.
Guru berpeluang memancing
dan membangkitkan krea-
tivitas dan keberanian siswa
menyampaikan pendapat
2 Guru membagikan beberapa lembar kertas kecil bertu-
liskan atau bergambarkan beberapa contoh “Hak dan
Kewajiban Warga Negara” dan beberapa contoh peny-
impangan, penyalahgunaan, atau pelanggaran terhadap
hak dan kewajiban seperti pelanaggaran rambu-rambu
lalu lintas, obat atau surat-surat palsu, makanan meng-
gunakan bahan pengawet, Tindak Korupsi dan berbagai
pelanggaran lainnya.
Kertas kecil
bertuliskan atau
bergambarkan
contoh-con-
toh “Hak dan
Kewajiban Warga
Negara”
Guru berpeluang memancing
dan menguatkan kemamp-
uan siswa untuk berkata jujur,
mandiri dan berani mengam-
bil keputusan dan menilai
keputusannya sendiri
3 Siswa secara bersamaan mengangkat kertas yang bertu-
liskan/bergambarkan tentang Hak, atau kewajiban, atau
pengingkaran/[elanggaran terhadap hak dan kewajiban
untuk memastikan bahwa siswa dapat membedakan
antara hak, kewajiban, dan berbagai jenis pelanggaran
atau penginkaran terhadap hak dan kewajiban.
Kertas kecil
bertuliskan atau
bergambarkan
contoh-con-
toh “Hak dan
Kewajiban Warga
Negara”
Guru berpeluang memancing
dan membangkitkan krea-
tivitas dan keberanian siswa
menyampaikan pendapat
4 Permainan (Game) “make a match” dengan lang-
kah-langkah sebagai berikut:
• Guru membagi peserta didik menjadi empat kelompok
(disesuaikan dengan jumlah peserta didik).
• Peserta didik di setiap kelompok membagi peran ada
yang bermain di games dan ada yang berperan mencari
jawaban dari pertanyaan yang keluar dalam games
tersebut.
• Setiap angka dalam papan ular tangga mengandung soal
yang harus dijawab secara berdiskusi kelompok
• Setelah semua soal terjawab guru bersama peserta didik
melakukan koreksi terhadap jawaban hasil diskusi
Beberapa Game
Produk KPK yang
dapat digunakan,
seperti: Ular
Tangga, Teraja-
na, PDKT, Ker-
anjang Bolong,
atau game lain
yang dikembang-
kan sendiri oleh
guru
Guru dan peserta didik
secara bersama-sama mel-
akukan konfirmasi ke sumber
yang valid sebagai langkah
pembiasan berpikir ilmiah
(jujur, disiplin, bertangggu-
ngjawab)
5 Peserta didik memberikan kesimpulan atas pembe-
lajaran dan catatan reflektif berkaitan dengan respon
proaktif terhadap penegakkan hak dan kewajiban secara
konsisten dan upaya pencegahan terhadap penyimpan-
gan
Bahan paparan
siswa berupa
gambar/tabel/
catatan
Guru berpeluang memancing
dan membangkitkan kreativi-
tas, keseriusan dan ketekunan
dan menilai keputusan dan
berkomitmen untuk menga-
malkan nilai-nilai antikorupsi
(jujur, peduli, mandiri, berani
dan tanggung jawab secara
konsisten
A. Pendahuluan (lakukan pembiasaaan, seperti berdoa, kelas
bersih, dan lain sebagainya)
B. Inti Kegiatan Pembelajaran
C. Penutup. Lakukan review (lakukan pembiasaaan, seperti berdoa, kelas bersih,
dan lain sebagainya)
Text
56 PendidikanAntikorupsi |Tingkat SMA/MA/SMK/MAK
CONTOH LESSON PLAN KREATIF
Lesson Plan adalah dokumen peren-
canaan yang mutlak dipersiapkan oleh
guru. Umumnya, lesson plan disusun
dengan format baku. Padahal tidak
selalu harus sama formatnya.
Karena lesson plan merupakan alat
bantu guru, maka bentuknya dapat
disesuaikan dengan kreativitas guru.
Yang harus diingat, lesson plan yang
dibuat guru juga harus bisa dipahami
oleh pihak lain yang terkait. Misalnya
pengawas dan guru lain di sekolah.
Berikut contoh-contoh lesson plan
kreatif yang tidak menggunakan
format teks, melainkan gambar dan
skema.
57
PendidikanAntikorupsi |Tingkat SMA/MA/SMK/MAK
58 PendidikanAntikorupsi |Tingkat SMA/MA/SMK/MAK
CONTOH INSTRUMEN PENILAIAN
No Indikator Ketercapaian Kompetensi Instrumen
Tindak
Lanjut
1 Menguraikan pengertian dan jenis-jenis hak
dan kewajiban warga negara menurut para
ahli
Daftar
ceklist
Guru
melakukan
tindakan
berdasar-
kan capaian
sesuai
indikator
2 Menyimpulkan melalui kalimat sendiri
tentang pengertian dan jenis-jenis hak dan
kewajiban warga negara
Daftar
ceklist
3 Mengidentifikasi aspek-aspek yang harus
diperhatikan dalam menggunakan hak dan
melaksanakan kewajiban warga negara
Daftar
ceklist
4 Menganalisis bentuk-bentuk hak dan kewa-
jiban warga negara sesuai dengan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945
Daftar
ceklist
5 Mengkomunikasikan hasil analisis nilai Pan-
casila dikaitkan dengan kasus pelanggaran
hak dan pengingkaran kewajiban warga
negara dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara
Daftar
ceklist
6 Menghormati hak dan kewajiban setiap indi-
vidu sebagai bentuk rasa syukur terhadap
anugerah Tuhan YME
Daftar
ceklist
7 Mendukung segala upaya penegakan hak
dan kewajiban yang dilakukan oleh pemer-
intah
Daftar
ceklist
8 Membiasakan diri bersikap sesuai dengan
nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila
dan proaktif menegakkan nilai-nilai Pancasi-
la dalam menyikapi berbagai permasalahan
terkait dengan penyimpangan/penyalahgu-
naan hak dan kewajiban warga Negara.
Rubrik dan
Daftar
ceklist
59
PendidikanAntikorupsi |Tingkat SMA/MA/SMK/MAK
Contoh Dokumen
Hasil Belajar
5
No Nama Kelas
Indikator Pencapaian Kompetensi
Ket
1 2 3 4 5 6 7 8
1 Ahmad XII
2 Bella XII
3 Charlie XII
4 Erik XII
5 Galih XII
6 Ratna XII
7 Siti XII
8 Zafira XII
No. Nilai Deskripsi Capaian
1 Jujur
Berkata benar sesuai dengan yang dilihat,
didengar, dan dirasakan
Ya Tidak
2 Peduli
Memiliki kasih sayang, empati dan keberpiha-
kan kepada sesama maupun lingkungan
3 Mandiri
Memiliki karakter yang kuat, punya inisiatif
dan tidak menggantungkan keputusan kepa-
da orang lain
4 Disiplin
Konsisten, tertib, menepati janji, komitmen
dan taat aturan
5
Tanggung
Jawab
Menerima semua konsekuensi akibat per-
kataan dan perbuatan yang dilakukan ber-
dasarkan nilai, moral, atau aturan
6 Kerja Keras
Melakukan upaya sungguh-sungguh hingga
tercapai apa yang ditargetkan berdasarkan
nilai dan moral
7 Sederhana
Bersahaja, tidak berlebih-lebihan, ikhlas, dan
selalu bersyukur.
8 Berani
Memiliki karakter yang kuat, kemantapan hati,
tidak takut untuk mengatakan yang benar,
menolak ajakan berbuat tidak baik, dan se-
mangat juang yang tinggi
9 Adil
Menempatkan sesuatu pada tempatnya,
konsisten, selaras, seimbang, dan berpegang
teguh pada kebenaran
CONTOH RUBRIK PENILAIAN SIKAP UNTUK SATU KALI PERTEMUAN
CONTOH CEKLIST PENCAPAIAN KOMPETENSI
60 PendidikanAntikorupsi |Tingkat SMA/MA/SMK/MAK
Sebagai bahan referensi, untuk melihat konsistensi
dalam perkembangan pembelajaran dapat dilihat dari
capaian indikator hasil belajar pendidikan antikorupsi
berdasarkan jenjang pendidikan.
PAUD
PETA INDIKATOR PER JENJANG
SD
Kelas 4-6
PAUD Indikator Hasil Belajar SD/
MI (Kelas 1-3)
• Mengenali nilai-nilai antikorupsi
yang dibutuhkan dalam keseh-
arian;
• Memahami perlunya nilai-nilai
antikorupsi (integritas, jujur,
bertanggungjawab dan kerja
keras) dalam keseharian;
• Menunjukkan dengan benar
contoh pengamalan nilai-nilai
antikorupsi dalam keseharian;
• Mengamalkan nilai-nilai antiko-
rupsi dalam keseharian;
• Mencegah hal-hal yang ber-
tentangan dengan nilai-nilai
antikorupsi dalam keseharian.
Indikator Hasil Belajar SD/
MI (Kelas 4-6)
• Menyadari manfaat nilai-nilai
antikorupsi (integritas, jujur,
bertanggungjawab dan kerja
keras) untuk diri pribadi dan
sosial;
• Menunjukkan contoh-contoh
manfaat penerapan nilai-nilai
antikorupsi dalam kehidupan
sehari-hari;
• Merespon praktek penerapan
nilai-nilai antikorupsi dalam
keseharian di lingkungannya;
• Membiasakan pengamalan
nilai-nilai antikorupsi dalam
keseharian yang ia tiru;
• Membiasakan pencegahan hal-
hal yang bertentangan dengan
nilai-nilai antikorupsi dalam
keseharian yang ia tiru.
SD
Kelas 1-3
61
PendidikanAntikorupsi |Tingkat SMA/MA/SMK/MAK
SMP
Kelas 7-9
SMP
Kelas 7-9
SMA
Kelas 10-12
DEWASA
Indikator Hasil Belajar SMP/MTs
• Terbiasa secara konsisten mengamal-
kan nilai-nilai antikorupsi kapanpun, di
manapun, dan dalam situasi apapun;
• Terbiasa secara konsisten meng-
hindari perilaku yang bertentangan
dengan nilai-nilai antikorupsi;
• Berperan aktif dalam mengajak
teman dalam pengamalan nilai-nilai
antikorupsi di semua kegiatan secara
konsisten;
• Berperan aktif dalam mengajak
teman dalam menghindari perilaku
yang bertentangan dengan nilai-nilai
antikorupsi di semua kegiatan secara
konsisten;
• Menghasilkan berbagai karya sebagai
bukti pengamalan nilai-nilai antikorup-
si dalam berbagai kegiatan;
Indikator Hasil Belajar SMA/
MA/SMK/MAK
• Berpegang teguh pada prinsip-prin-
sip antikorupsi (satu kesatuan antara
kata dan perbuatan, jujur, bertanggu-
ngjawab, dan kerja keras) dalam
setiap aspek kehidupan
• Berani mendeklarasikan diri sebagai
orang orang yang antikorupsi dalam
segala aspek kehidupan;
• Berperan aktif dalam mendorong
orang lain untuk mengamalkan peri-
laku antikorupsi secara konsisten;
• Berperan aktif dalam tindakan
pencegahan perilaku tidak antikorup-
si secara kreatif dan inovatif;
• Terbiasa melakukan evaluasi diri da-
lam pengamalan perilaku antikorupsi.
62 PendidikanAntikorupsi |Tingkat SMA/MA/SMK/MAK
When wealth is lost, Nothing is lost.
When health is lost, Something is lost.
When Character is lost, Everyhing is lost.
(KATA BIJAK)
63
PendidikanAntikorupsi |Tingkat SMA/MA/SMK/MAK
DEKLARASIKAN
PETAJALAN
TINDAKLANJUT
Langkah
4
Para guru, setelah proses pendidikan an-
tikorupsi berjalan di kelas, dorong agar kon-
sisten dilaksanakan di sekolah, lalu kaitkan
dengan keluarga dan masyarakat. Setelah
itu janganlah berhenti. Berupayalah untuk
meluaskan budaya antikorupsi lebih luas lagi,
untuk Indonesia yang bebas korupsi.
64 PendidikanAntikorupsi |Tingkat SMA/MA/SMK/MAK
Budaya itu dianut dan diyakini bersa-
ma, diwariskan dan dipelajari. Proses
mempelajari budaya (enkulturasi)
dilakukan melalui semua aspek ke-
hidupan keseharian manusia dalam
satu komunitas. Pendidikan merupa-
kan salah satu proses pembentukan
budaya. Untuk itu harus dilakukan
aktivitas konsisten di berbagai tempat.
Oleh karena itu, pendidikan antiko-
rupsi adalah pembangunan budaya
yang harus melibatkan semua elemen
Inilah Sosok Pelopor Bu-
daya Antikorupsi
• Bekerja Sukarela dan tidak ada
kompensasi finansial;
• Lebih karena dorongan iba-
dah;
• Menjadi panutan di wilayah-
nya;
• Berasal dari tokoh agama/to-
koh adat/orang yang dihorma-
ti, dll
• Memahami perilaku masyar-
akatnya;
• Dapat meluangkan waktu
untuk secara rutin berkumpul
informal.
INTERVENSI PEMBUDAYAAN
DI MASYARAKAT
Kegiatan Pelopor Budaya
Antikorupsi di Wilayahnya
• Memastikan proses pengkon-
disian budaya antikorupsi di se-
kolah berjalan (PAUD, SD, SMP,
SMA dan jenjang sederajat);
• Memastikan terjadi koneksi
antara pengkondisian budaya
antikorupsi di sekolah dengan
keluarga dan masyarakat;
• Memastikan pengkondisian
budaya antikorupsi di keluarga
dan masyarakat (instansi pemer-
intah dan organisasi masyarakat)
berjalan dalam keseharian
kehidupan;
• Mendorong konsistensi penga-
malan nilai-nilai budaya antiko-
rupsi berjalan di semua unsur
masyarakat.
Hadirnya pelopor-pelopor Budaya Antikorupsi di tiap wilayah akan
menjadi harapan baru. Mari kita mulai.
masyarakat. Sekolah, sekali lagi dipo-
sisikan, sebagai lokomotif penggerak.
Setelah kita mengamalkan, kelas dan
sekolah kita terkondisi secara konsist-
en, mulailah meluaskan ke sekolah lain
dan wilayah lain.
Pendidikan antikorupsi harus dilakukan
dengan pendekatan kewilayahan yang
bergerak seperti bola salju. Dilakukan
terus menerus, konsisten, pelibatan
publik secara aktif, dan akan lebih
optimal dimulai dari daerah pinggiran
65
PendidikanAntikorupsi |Tingkat SMA/MA/SMK/MAK
PENGKONDISIAN DENGAN PENDEKATAN WILAYAH
Keluarga
PAUD
Masyarakat
SD/MI
SMP/
MTs
SMA/
MA
SMK/
MAK
PT
PNF
Puskes-
mas
Ru-
mah Iba-
dah
RT
RW Kelura-
han
Pos
Yandu
yang memiliki karakteristik masyarakat
yang cenderung homogen. Perlu
pelopor-pelopor Budaya Antikorupsi
Satuan pendidikan menerapkan pendidikan karakter sesuai model ini secara
optimal di sekolah dan mengaitkan kegiatan pembelajarannya dengan keluarga
dan masyarakat. Kegiatan itu didukung oleh para pelopor budaya antikorupsi
yang menjaga konsistensi pengamalannya di masyarakat.
Kel.
Tani
Pasar
Kec
Usaha
Industri
Lem/
Keuan-
gan
Trans-
portasi
Tele-
komuni-
asi
dll
di tiap wilayah.
Mari, bersama-sama kita mulai. Jadilah
pelopor.
66 PendidikanAntikorupsi |Tingkat SMA/MA/SMK/MAK
Setelah pengkondisian di kelas kemudian diikuti dengan
pengkondisian di luar kelas, dan luar sekolah, perlu kebija-
kan untuk meluaskan pendidikan antikorupsi secara massif.
Bagaimana langkahnya?
MELUASKAN PENDIDIKAN
BERBUDAYA ANTIKORUPSI
MA
Keluarga
MI
MTs
SMA
SMP
SMK
SD
Masyarakat
PAUD
PNF
Kecamatan
Berbudaya Antikorupsi
Pemerintah/Institusi
menginisiasi pendidikan
antikorupsi di satu wilayah
terkecil (desa/kecamatan)
yang kemudian dikem-
bangkan ke wilayah yang
lebih luas.
Kabupaten
Berbudaya Antikorupsi
67
PendidikanAntikorupsi |Tingkat SMA/MA/SMK/MAK
Prinsip Perluasan Budaya Antikorupsi
• Setiap sekolah yang telah berbudaya antikorupsi mel-
uaskan ke sekolah lain;
• Dilakukan dengan pendekatan wilayah secara lintas
jenjang jalur serta status satuan pendidikan dan meli-
batkan semua masyarakat/elemen di wilayah terkecil.
• Dilakukan secara bekesinambungan, terus menerus;
• Melibatkan seluas mungkin partisipasi publik;
• Dimulai dari daerah pinggiran;
• Proses penguatan bisa berbeda untuk nilai yang
sama.
Provinsi
Berbudaya Antikorupsi
Indonesia
Bebas Korupsi
68 PendidikanAntikorupsi |Tingkat SMA/MA/SMK/MAK
Adler, M. 2009. Program Paedia: Silabus Pendidikan Humanistik (Terj.). Indone-
sia Publishing. Bandung
Anderson, L. W., Krathwohl, D. R., Airasian, P. W., 2001. A Taxonomy For
Learning, Teaching, and Assesing: A Revision of Bloom’s Taxonomy of
Educational Objective. Addison Wesley Longman. Boston.
Anita Woolfolk. 2009. Educational Psychology; Aktive Learning Edition. Pustaka
Pelajar. Yogyakarta.
Aunurrahman. 2012. Belajar dan Pembelajaran. Alfabeta. Bandung.
Cottrell, S. 2005. Critical Thinking Skill: Developing Effective Analysis and Argu-
ment. Palgrave Macmillan. New York.
Dewey, J. 2009. Pendidikan Dasar Berbasis Pengalaman (Terj.). Indonesia Pub-
lishing. Bandung
Hurlock, E. B. 1980. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang
Rentang Kehidupan (Terj.). Erlangga. Jakarta
Jensen, E. 2008. Brain-Based Learning. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Johnson, E. 2010. Contextual Teaching and Learning : Menjadikan Kegiatan
Belajar-Mengajar Mengasyikan dan Bermakna. Kaifa. Bandung.
Joyce, A., Weil, M., Calhoun, E. 2009. Model of Teaching: Model-Model Penga-
jaran. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Karzon, A. A. 2010. Tazkiyatun Nafs: Gelombang Energi Penyucian Jiwa
Menurut Al-Qur’an dan As-Sunnah di Atas Manhaj Salafus Shaalih. Ak-
barmedia. Jakarta.
Khoe Yao Tung. 2015. Pembelajaran dan Perkembangan Belajar. Indeks. Jakar-
ta.
Latif, Yudi. 2015. Revolusi Pancasila. Mizan: Jakarta.
Lickona, A. 2012. Mendidik Untuk Membentuk Karakter: Bagaimana Sekolah
Dapat Memberikan Pendidikaan Tentang Sikap Hormat dan Bertanggu-
ng Jawab. Bumi Aksara. Jakarta.
Majid, A. 2014. Strategi Pembelajaran. Remaja Rosdakarya. Bandung.
Ki Hadjar Dewantara. 1977. Pendidikan. Majelis Luhur Persatuan Taman Siswa.
Yogyakarta.
Marzano, R. J., Kendall, J. S. The New Taxonomy of Educational Objectives:
Second Edition. Corwin Press. California.
Marzano, R. J., Kendall, J. S. Designing Assessing Educational Objective: Apply-
ing the New Taxonomy. Corwin Press. California.
REFERENSI
69
PendidikanAntikorupsi |Tingkat SMA/MA/SMK/MAK
Megawangi, R. 2009. Menyemai Benih Karakter. Indonesia Heritage Founda-
tion. Depok.New Jersey.
Murty, Ade Iva. 2016. Perumusan Indikator Nilai-Nilai Antikorupsi. Komisi Pem-
berantasan Korupsi-GIZ, Jakarta.
Murty, Ade Iva. 2016. Kajian Kristalisasi Nilai-Nilai Antikorupsi. Komisi Pember-
antasan Korupsi-GIZ, Jakarta.
Samani, M., Hariyanto. 2012. Konsep dan Model Pendidikan Karakter. Remaja
Rosdakarya. Bandung.
Sandra Aamodt dan Sam Wang. Welcome to Your Child’s Brain; Cara Pikiran
Berkembang dari Masa Pembuahan Hingga Kuliah. Gramedia Pustaka
Utama. Jakarta.
Santrock, J. W. Psikologi Pendidikan. Kencana. Jakarta.
Soedarsono, S. 2008. Membangun Kembali Jati Diri Bangsa. Elex Media Kom-
putindo. Jakarta.
Smith, P. L., Ragan, T. J. 2005. Instructional Design: Third Edition. John Wiley &
Sons. New Jersey.
Sjafei, M. 2010. Arah Aktif: Sebuah Seni Mendidik Berkreativitas dan Berakhlak
Mulia. Tiga Serangkai Pustaka Mandiri. Solo.
Wragg, E. C. 1997. The Cubic Curriculum. Routledge. London.
70 PendidikanAntikorupsi |Tingkat SMA/MA/SMK/MAK
KONTRIBUTOR
1. Heri Setiadi, Ph.D (Pasca Sarjana Uhamka)
2. Dr. Awaluddin Tjalla (Puskurbuk)
3. Drs. Evi Afrizal Sinaro (Ikapi DKI Jakarta)
4. Dr. Ade Iva Murty (Universitas Pancasila)
5. Dr. Misbah Fikrianto (Polimedia)
6. Dr. Akbar Alwi (UNJ)
7. Dr. Pahrurrodji (MAN Insan Cendikia)
8. Dr. Hasan Basri Tanjung (Yay. Dinamika Umat)
9. Ismail Nur, MA. (MAN 4 Jakarta)
10. Khairunnas, MA. (IB Bogor Raya)
11. Mochammad Dimyati (UNJ)
12. Drs. Rokhman (MIN 4 Jakarta)
13. Pandu Hyangsewu (UPI)
14. Heri Kurniawan, M.Si (IndonesiaBermutu)
15. Rahmat Syehani (Nurul Fikri)
16. Asmaul Husna (IN K-13)
17. Deliana Sagitalia (IN K-13)
18. Wawan Setiawan, S.Pd. (SMA Bina Putera-Kopo)
19. Eka Putri Handayani, S.Pd. (Alifa Kids Center)
20. Kamilah, S.Pd. (Alifa Kids Center)
21. Ai Nurhasanah, S.Pd.(Al Iman)
22. Nurita, S.Pd.(SD Al Iman)
23. Meladih, S.Pd. (SMP Al Iman)
24. Irwan Kelana (Republika)
25. Muhaemin, MM. (IB Bogor Raya)
Terima kasih kepada seluruh kontributor dalam penyusunan Modul Pendidikan
Antikorupsi ini.
71
PendidikanAntikorupsi |Tingkat SMA/MA/SMK/MAK
72 PendidikanAntikorupsi |Tingkat SMA/MA/SMK/MAK

More Related Content

Similar to Beberapa alasan mengapa diperlukan pendidikan antikorupsi:1. Korupsi sudah marak di berbagai aspek kehidupan dengan berbagai modus. Perilaku koruptif sudah menjadi hal yang biasa.2. Kita mengalami kelemahan perilaku sebagai warisan penjajahan, seperti mentalitas yang meremehkan mutu, suka menerobos aturan, dan tidak bertanggung jawab. 3. Proses pendidikan saat ini lebih menekankan penguasaan pen

Pembelajaran pkn di sd
Pembelajaran pkn di sdPembelajaran pkn di sd
Pembelajaran pkn di sdHesti Daryadi
 
RTL PPK Antikorupsi_SMA Negeri 1 Sukodono_SULISTIYO.docx
RTL PPK Antikorupsi_SMA Negeri 1 Sukodono_SULISTIYO.docxRTL PPK Antikorupsi_SMA Negeri 1 Sukodono_SULISTIYO.docx
RTL PPK Antikorupsi_SMA Negeri 1 Sukodono_SULISTIYO.docxpaksulis2
 
Pend Anti Korupsi Disdik Bangkalan (1).pptx
Pend Anti Korupsi Disdik Bangkalan (1).pptxPend Anti Korupsi Disdik Bangkalan (1).pptx
Pend Anti Korupsi Disdik Bangkalan (1).pptxthahaajah1
 
Pend Anti Korupsi Disdik Bangkalan.pptx
Pend Anti Korupsi Disdik Bangkalan.pptxPend Anti Korupsi Disdik Bangkalan.pptx
Pend Anti Korupsi Disdik Bangkalan.pptxthahaajah1
 
357604315 dokumen-tips-progfoitulkutoram-bimbingan-konseling-di-sekolah-dasar...
357604315 dokumen-tips-progfoitulkutoram-bimbingan-konseling-di-sekolah-dasar...357604315 dokumen-tips-progfoitulkutoram-bimbingan-konseling-di-sekolah-dasar...
357604315 dokumen-tips-progfoitulkutoram-bimbingan-konseling-di-sekolah-dasar...AgungSetiaBudi16
 
Lomba media pembelajaran pgri cinangka
Lomba media pembelajaran pgri cinangkaLomba media pembelajaran pgri cinangka
Lomba media pembelajaran pgri cinangkaAkang Juve
 
Modul 1.4. Angkatan 5 Reguler. Budaya Positif - Final.pdf
Modul 1.4. Angkatan 5 Reguler. Budaya Positif - Final.pdfModul 1.4. Angkatan 5 Reguler. Budaya Positif - Final.pdf
Modul 1.4. Angkatan 5 Reguler. Budaya Positif - Final.pdfIrman Ramly
 
Modul 1.4. Angkatan 5 Reguler. Budaya Positif - Final.pdf
Modul 1.4. Angkatan 5 Reguler. Budaya Positif - Final.pdfModul 1.4. Angkatan 5 Reguler. Budaya Positif - Final.pdf
Modul 1.4. Angkatan 5 Reguler. Budaya Positif - Final.pdfpkgnedusi2021
 
Modul 1.4. Budaya Positif - Final.pdf
Modul 1.4. Budaya Positif - Final.pdfModul 1.4. Budaya Positif - Final.pdf
Modul 1.4. Budaya Positif - Final.pdfAnaliaNesa1
 
_Lampiran Merancang Modul Projek SD Fase C (Bangunlah Jiwa dan Raganya).pdf
_Lampiran Merancang Modul Projek SD Fase C (Bangunlah Jiwa dan Raganya).pdf_Lampiran Merancang Modul Projek SD Fase C (Bangunlah Jiwa dan Raganya).pdf
_Lampiran Merancang Modul Projek SD Fase C (Bangunlah Jiwa dan Raganya).pdfMartinusSinungWikant
 
Aset Based Community Development untuk pendidikan
Aset Based Community Development untuk pendidikanAset Based Community Development untuk pendidikan
Aset Based Community Development untuk pendidikanSabarinaNurSarah
 
Teladan guru anti korupsi
Teladan guru anti korupsiTeladan guru anti korupsi
Teladan guru anti korupsiWachid Nugroho
 
Pembelajaran Paradigma Baru SMA - Alman.pptx
Pembelajaran Paradigma Baru SMA - Alman.pptxPembelajaran Paradigma Baru SMA - Alman.pptx
Pembelajaran Paradigma Baru SMA - Alman.pptxhalimahnasution4
 
Makalah etika profesi mengenai kejujuran pendidikan karakter
Makalah etika profesi mengenai kejujuran pendidikan karakterMakalah etika profesi mengenai kejujuran pendidikan karakter
Makalah etika profesi mengenai kejujuran pendidikan karaktertio_arkarna
 
Filosofi K-13.pptx
Filosofi K-13.pptxFilosofi K-13.pptx
Filosofi K-13.pptxmaszakki1
 
KONEKSI ANTAR MATERI 3.3 PENGELOLAAN PROGRAM YANG BERDAMPAK POSITIF PADA MURID
KONEKSI ANTAR MATERI 3.3 PENGELOLAAN PROGRAM YANG BERDAMPAK POSITIF PADA MURIDKONEKSI ANTAR MATERI 3.3 PENGELOLAAN PROGRAM YANG BERDAMPAK POSITIF PADA MURID
KONEKSI ANTAR MATERI 3.3 PENGELOLAAN PROGRAM YANG BERDAMPAK POSITIF PADA MURIDyogimentaripagi
 
Peranan guru bimbingan dan kaunseling dalam menangani masalah disiplin pelaja...
Peranan guru bimbingan dan kaunseling dalam menangani masalah disiplin pelaja...Peranan guru bimbingan dan kaunseling dalam menangani masalah disiplin pelaja...
Peranan guru bimbingan dan kaunseling dalam menangani masalah disiplin pelaja...murugan muruga
 
Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar dan Menengah, Pendidikan Orang..ppt
Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar dan Menengah, Pendidikan Orang..pptPendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar dan Menengah, Pendidikan Orang..ppt
Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar dan Menengah, Pendidikan Orang..pptAmiraWidi
 
Pengembangan model pendidikan multikulturalisme untuk anak usia sekolah
Pengembangan model pendidikan multikulturalisme untuk anak usia sekolahPengembangan model pendidikan multikulturalisme untuk anak usia sekolah
Pengembangan model pendidikan multikulturalisme untuk anak usia sekolahHari Adi
 
Korupsi dan Pendidikan Anti Korupsi Fenti Anita Sari
Korupsi dan Pendidikan Anti Korupsi Fenti Anita SariKorupsi dan Pendidikan Anti Korupsi Fenti Anita Sari
Korupsi dan Pendidikan Anti Korupsi Fenti Anita SariFenti Anita Sari
 

Similar to Beberapa alasan mengapa diperlukan pendidikan antikorupsi:1. Korupsi sudah marak di berbagai aspek kehidupan dengan berbagai modus. Perilaku koruptif sudah menjadi hal yang biasa.2. Kita mengalami kelemahan perilaku sebagai warisan penjajahan, seperti mentalitas yang meremehkan mutu, suka menerobos aturan, dan tidak bertanggung jawab. 3. Proses pendidikan saat ini lebih menekankan penguasaan pen (20)

Pembelajaran pkn di sd
Pembelajaran pkn di sdPembelajaran pkn di sd
Pembelajaran pkn di sd
 
RTL PPK Antikorupsi_SMA Negeri 1 Sukodono_SULISTIYO.docx
RTL PPK Antikorupsi_SMA Negeri 1 Sukodono_SULISTIYO.docxRTL PPK Antikorupsi_SMA Negeri 1 Sukodono_SULISTIYO.docx
RTL PPK Antikorupsi_SMA Negeri 1 Sukodono_SULISTIYO.docx
 
Pend Anti Korupsi Disdik Bangkalan (1).pptx
Pend Anti Korupsi Disdik Bangkalan (1).pptxPend Anti Korupsi Disdik Bangkalan (1).pptx
Pend Anti Korupsi Disdik Bangkalan (1).pptx
 
Pend Anti Korupsi Disdik Bangkalan.pptx
Pend Anti Korupsi Disdik Bangkalan.pptxPend Anti Korupsi Disdik Bangkalan.pptx
Pend Anti Korupsi Disdik Bangkalan.pptx
 
357604315 dokumen-tips-progfoitulkutoram-bimbingan-konseling-di-sekolah-dasar...
357604315 dokumen-tips-progfoitulkutoram-bimbingan-konseling-di-sekolah-dasar...357604315 dokumen-tips-progfoitulkutoram-bimbingan-konseling-di-sekolah-dasar...
357604315 dokumen-tips-progfoitulkutoram-bimbingan-konseling-di-sekolah-dasar...
 
Lomba media pembelajaran pgri cinangka
Lomba media pembelajaran pgri cinangkaLomba media pembelajaran pgri cinangka
Lomba media pembelajaran pgri cinangka
 
Modul 1.4. Angkatan 5 Reguler. Budaya Positif - Final.pdf
Modul 1.4. Angkatan 5 Reguler. Budaya Positif - Final.pdfModul 1.4. Angkatan 5 Reguler. Budaya Positif - Final.pdf
Modul 1.4. Angkatan 5 Reguler. Budaya Positif - Final.pdf
 
Modul 1.4. Angkatan 5 Reguler. Budaya Positif - Final.pdf
Modul 1.4. Angkatan 5 Reguler. Budaya Positif - Final.pdfModul 1.4. Angkatan 5 Reguler. Budaya Positif - Final.pdf
Modul 1.4. Angkatan 5 Reguler. Budaya Positif - Final.pdf
 
Modul 1.4. Budaya Positif - Final.pdf
Modul 1.4. Budaya Positif - Final.pdfModul 1.4. Budaya Positif - Final.pdf
Modul 1.4. Budaya Positif - Final.pdf
 
_Lampiran Merancang Modul Projek SD Fase C (Bangunlah Jiwa dan Raganya).pdf
_Lampiran Merancang Modul Projek SD Fase C (Bangunlah Jiwa dan Raganya).pdf_Lampiran Merancang Modul Projek SD Fase C (Bangunlah Jiwa dan Raganya).pdf
_Lampiran Merancang Modul Projek SD Fase C (Bangunlah Jiwa dan Raganya).pdf
 
Aset Based Community Development untuk pendidikan
Aset Based Community Development untuk pendidikanAset Based Community Development untuk pendidikan
Aset Based Community Development untuk pendidikan
 
Teladan guru anti korupsi
Teladan guru anti korupsiTeladan guru anti korupsi
Teladan guru anti korupsi
 
Pembelajaran Paradigma Baru SMA - Alman.pptx
Pembelajaran Paradigma Baru SMA - Alman.pptxPembelajaran Paradigma Baru SMA - Alman.pptx
Pembelajaran Paradigma Baru SMA - Alman.pptx
 
Makalah etika profesi mengenai kejujuran pendidikan karakter
Makalah etika profesi mengenai kejujuran pendidikan karakterMakalah etika profesi mengenai kejujuran pendidikan karakter
Makalah etika profesi mengenai kejujuran pendidikan karakter
 
Filosofi K-13.pptx
Filosofi K-13.pptxFilosofi K-13.pptx
Filosofi K-13.pptx
 
KONEKSI ANTAR MATERI 3.3 PENGELOLAAN PROGRAM YANG BERDAMPAK POSITIF PADA MURID
KONEKSI ANTAR MATERI 3.3 PENGELOLAAN PROGRAM YANG BERDAMPAK POSITIF PADA MURIDKONEKSI ANTAR MATERI 3.3 PENGELOLAAN PROGRAM YANG BERDAMPAK POSITIF PADA MURID
KONEKSI ANTAR MATERI 3.3 PENGELOLAAN PROGRAM YANG BERDAMPAK POSITIF PADA MURID
 
Peranan guru bimbingan dan kaunseling dalam menangani masalah disiplin pelaja...
Peranan guru bimbingan dan kaunseling dalam menangani masalah disiplin pelaja...Peranan guru bimbingan dan kaunseling dalam menangani masalah disiplin pelaja...
Peranan guru bimbingan dan kaunseling dalam menangani masalah disiplin pelaja...
 
Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar dan Menengah, Pendidikan Orang..ppt
Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar dan Menengah, Pendidikan Orang..pptPendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar dan Menengah, Pendidikan Orang..ppt
Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar dan Menengah, Pendidikan Orang..ppt
 
Pengembangan model pendidikan multikulturalisme untuk anak usia sekolah
Pengembangan model pendidikan multikulturalisme untuk anak usia sekolahPengembangan model pendidikan multikulturalisme untuk anak usia sekolah
Pengembangan model pendidikan multikulturalisme untuk anak usia sekolah
 
Korupsi dan Pendidikan Anti Korupsi Fenti Anita Sari
Korupsi dan Pendidikan Anti Korupsi Fenti Anita SariKorupsi dan Pendidikan Anti Korupsi Fenti Anita Sari
Korupsi dan Pendidikan Anti Korupsi Fenti Anita Sari
 

More from Toni Amrizal (14)

Bab nikah.pdf
Bab nikah.pdfBab nikah.pdf
Bab nikah.pdf
 
PPT Bab 2 PAI Kls X
PPT Bab 2 PAI Kls XPPT Bab 2 PAI Kls X
PPT Bab 2 PAI Kls X
 
Buku guru kelas 11 pai
Buku guru kelas 11 paiBuku guru kelas 11 pai
Buku guru kelas 11 pai
 
Buku guru kelas 10 pai
Buku guru kelas 10 paiBuku guru kelas 10 pai
Buku guru kelas 10 pai
 
PPT Bab 1
PPT Bab 1 PPT Bab 1
PPT Bab 1
 
12. rpp 3
12. rpp 312. rpp 3
12. rpp 3
 
12. rpp 2
12. rpp 212. rpp 2
12. rpp 2
 
12. rpp 1
12. rpp 112. rpp 1
12. rpp 1
 
12. rpp 3
12. rpp 312. rpp 3
12. rpp 3
 
12. rpp 2
12. rpp 212. rpp 2
12. rpp 2
 
12. rpp 1
12. rpp 112. rpp 1
12. rpp 1
 
12. rpp 3
12. rpp 312. rpp 3
12. rpp 3
 
12. rpp 2
12. rpp 212. rpp 2
12. rpp 2
 
12. rpp 1
12. rpp 112. rpp 1
12. rpp 1
 

Recently uploaded

TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfElaAditya
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxnerow98
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxIrfanAudah1
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxRezaWahyuni6
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfirwanabidin08
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfCandraMegawati
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxWirionSembiring2
 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1udin100
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKirwan461475
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfbibizaenab
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASreskosatrio1
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..ikayogakinasih12
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docxbkandrisaputra
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5KIKI TRISNA MUKTI
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggeraksupriadi611
 
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxTugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxmawan5982
 
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptxGiftaJewela
 
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxawaldarmawan3
 
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptxHendryJulistiyanto
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxIgitNuryana13
 

Recently uploaded (20)

TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
 
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxTugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
 
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
 
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
 
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
 

Beberapa alasan mengapa diperlukan pendidikan antikorupsi:1. Korupsi sudah marak di berbagai aspek kehidupan dengan berbagai modus. Perilaku koruptif sudah menjadi hal yang biasa.2. Kita mengalami kelemahan perilaku sebagai warisan penjajahan, seperti mentalitas yang meremehkan mutu, suka menerobos aturan, dan tidak bertanggung jawab. 3. Proses pendidikan saat ini lebih menekankan penguasaan pen

  • 1.
  • 2.
  • 3. Antikorupsi Modul Penguatan Nilai-nilai Antikorupsi pada Pendidikan Dasar dan Menengah Tingkat SMA/MA/SMK/MAK Pendidikan
  • 4. Pendidikan Antikorupsi. Modul Penguatan Nilai-nilai Antikorupsi pada Pendidikan Dasar dan Menengah. Tingkat SMA/MA/SMK/MAK Komisi Pemberantasan Korupsi 2017 Pengarah: Komisioner KPK Deputi Bidang Pencegahan Penanggung jawab: Direktur Pendidikan dan Pelayanan Masyarakat Sujanarko Supervisi: Dony Mariantono Irawati Handayani Gumilar Prana Wilaga Penyusun: Ir. Akhmad Supriyatna, M.Pd Dr. Maulia D. Kembara Prof. Burhanuddin Tola, Ph.D Deni Hadiana S.Si, M.Si Dr. Jaka Warsihna Editor: Ahmad Farid Abdul Hanan Hasanudin Desain dan Ilustrasi: Babay Suhendri Abdul Hanan Hasanudin Diterbitkan oleh: Direktorat Pendidikan dan Pelayanan Masyarakat Kedeputian Bidang Pencegahan Komisi Pemberantasan Korupsi Jl. Kuningan Persada Kav. IV Setiabudi Kuningan Jakarta Selatan 12950. www.kpk.go.id www.acch.kpk.go.id www.aclc.kpk.go.id Cetakan 1: Jakarta, 2017 Buku ini boleh dikutip dengan menyebutkan sumbernya, diperbanyak untuk tujuan pendidikan dan non-komersial lainnya, dan bukan untuk diperjualbelikan.
  • 5. Antikorupsi Modul Penguatan Nilai-nilai Antikorupsi pada Pendidikan Dasar dan Menengah Tingkat SMA/MA/SMK/MAK Pendidikan Komisi Pemberantasan Korupsi
  • 6. vi PendidikanAntikorupsi |Tingkat SMA/MA/SMK/MAK “Pembangunan budaya sebuah bangsa haruslah by design. Not by default” --KOENTJARANINGRAT--
  • 7. vii PendidikanAntikorupsi |Tingkat SMA/MA/SMK/MAK PENGANTAR Puji Syukur dipanjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa penyusunan naskah Pendidikan Antikorupsi: Modul Penguatan Nilai-nilai Antikorupsi pada Pen- didikan Dasar dan Menengah telah selesai dibuat dan disusun oleh Direktorat Pendidikan dan Pelayanan Masyarakat, Komisi Pemberantasan Korupsi. Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK ) sebagai lembaga yang mempunyai visi ‘Bersama Elemen Bangsa, Mewujudkan Indonesia Yang Bersih Dari Korupsi’ dan dalam menjalankan salah satu tugasnya dalam bidang pencegahan sesuai dengan amanat UU No.30 tahun 2002 pasal 13 huruf c yakni menyelenggara- kan program pendidikan antikorupsi pada setiap jenjang pendidikan tentunya dalam meningkatkan daya guna dan hasil guna upaya pemberantasan korupsi diperlukan peran serta dari seluruh stakeholder bangsa ini. Modul ini disusun dengan tujuan sebagai proses pembelajaran dalam pen- guatan nilai-nilai antikorupsi untuk setiap level jenjang pendidikan dengan peli- batan dari seluruh elemen agar lebih dapat memahami, menyadari dan menya- kini serta mengaktualisasikan pendidikan antikorupsi dari ruang kelas, sekolah, rumah, serta lingkungan. Keniscayaan akan generasi ke depan akan mempunyai karakter moral yang antikorupsi akan terwujud jika dalam setiap proses pembe- lajaran tidak hanya mengajarkan akan tetapi juga adanya pengkondisian yang dipraktekkan secara nyata melalui sikap dan perilaku yang baik. Kami menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang memberikan dukungan dan kontribusi dalam penyusunan modul ini. Kami menyadari bahwa modul ini masih jauh dari kata sempurna, karenanya saran dan kritik memban- gun sangat diharapkan guna perbaikkan di masa yang akan datang. Agustus, 2017 Pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi
  • 8. viii PendidikanAntikorupsi |Tingkat SMA/MA/SMK/MAK DAFTAR ISI Pengantar ..... vii Daftar Isi.....viii Petunjuk Penggunaan Modul.....x Langkah 1 Pahami: Mengapa Perlu Pendidikan Antikorupsi? ..1 • Kita Berada di Tepi Jurang.....4 • Sekolah Kita yang Rawan .....6 • Upaya Tidak Biasa .....10 • Fokus Pada Pendidikan Antikorupsi .....11 • Prinsip Pendidikan Antikorupsi .....12 • Kompetensi Sesuai Tahapan Perkembangan .....14 Langkah 2. Sadari dan Yakini: Antikorupsi Adalah Kebutu- han....17 • Nilai-Nilai Pembentuk Perilaku Antikorupsi .....18 • Nilai-Nilai Antikorupsi dan Manfaatnya .....20 • Indikator Perilaku Jujur .....22 • Indikator Perilaku Peduli .....24 • Indikator Perilaku Mandiri .....26 • Indikator Perilaku Disiplin .....28 • Indikator Perilaku Tanggung Jawab .....30 • Indikator Perilaku Kerja Keras .....32 • Indikator Perilaku Sederhana .....34 • Indikator Perilaku Berani .....36 • Indikator Perilaku Adil .....38
  • 9. ix PendidikanAntikorupsi |Tingkat SMA/MA/SMK/MAK Langkah 3. Amalkan: Penguatan Nilai-Nilai Antikorupsi .....41 • Tahapan Pembelajaran .....42 • Garis Besar Pengkondisian dan Tata Kelola .....44 • Langkah Pengkondisian Lengkap .....46 • Mata Pelajaran Adalah Alat .....48 • Langkah Praktis Guru (Contoh) .....50 • Tahapan Penyusunan Lesson Plan .....52 • Contoh Lesson Plan .....54 • Contoh Lesson Plan Kreatif....56 • Contoh Instrumen Penilaian .....58 • Peta Indikator Per Jenjang .....60 Langkah 4. Deklarasikan: Peta Jalan Tindak Lanjut.....63 • Intervensi Pembudayaan di Masyarakat .....64 • Meluaskan Pendidikan Berbudaya Antikorupsi .....66 Referensi.....68 Kontributor .....70
  • 10. x PendidikanAntikorupsi |Tingkat SMA/MA/SMK/MAK PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL Salam Antikorupsi Bapak Ibu Guru! Lazimnya, ketika kita menerima sebuah modul pembelajaran, ker- ap kali kita berpikir modul ini untuk dibelajarkan langsung kepada peserta didik. Tapi, tidak untuk modul ini. Modul ini adalah untuk para guru dan kita semua sebagai orang dewasa. Lantas, apakah modul ini menambah beban pembelajaran? Sama sekali Mulailah dengan Langkah Pertama. Pada bagian ini kita mencoba memahami mengapa perlu pendidikan Antikorupsi. Kita selami kondisi kita sebagai bangsa, kondisi sekolah sebagai pembangun budaya, dan cara pandang kita sendiri se- bagai makhluk Tuhan. Apakah kita sudah antikorupsi? Apakah antikorupsi itu aturan atau kebutuhan? Mengapa harus sekolah yang memotori? Patut diingat bahwa dalam pendidikan, yang utama adalah membangun watak, bukan penguasaan pengetahuan. 1 tidak. Tidak ada materi ajar baru yang harus disampaikan sehingga menam- bah waktu dan beban belajar. Modul ini semata untuk menguatkan nilai- nilai antikorupsi dalam diri kita yang diterapkan secara konsisten di semua aspek kehidupan. Melalui cara ini di- harapkan semua orang dewasa dapat menjadi teladan bagi peserta didik. Bagaimana langkah menggunakan modul ini? Berikut empat langkah yang perlu dicermati. 2 Selanjutnya lanjutkan ke Langkah Kedua. Sadari dan yakini apa saja nilai-nilai antikorupsi yang harus kita amalkan dan perlu dibelajarkan kepada anak. Apa saja nilai-nilai pembentuk perilaku antikorupsi itu? Apakah harus dibelajar- kan sekaligus? Apakah teknisnya tidak merepotkan? Sadari dan yakini bahwa nilai-nilai an- tikorupsi itu sudah ada dalam jiwa setiap individu. Tugas kita, sebagai orang de- wasa adalah menguatkan nilai itu melalui pengkondisian dalam semua aktivitas kehidupan secara konsisten.
  • 11. xi PendidikanAntikorupsi |Tingkat SMA/MA/SMK/MAK 3 Selanjutnya mulailah mempraktekkan antikorupsi. Teknisnya ada di Langkah Ketiga. Pada bagian ini kita diajak memulai pembelajaran dengan terlebih dahulu mengamalkan antikorupsi untuk diri kita sendiri, dan menjadi contoh bagi peserta didik. Setelah itu kita membuat kondisi agar nilai-nilai antikorupsi dalam diri peserta didik melekat kuat dan diamalkan dalam praktek kehidupan sehari-hari. Bagaimana pengkondisian harus dilakukan? Ikuti taha- pannya pada bagian ini. a. Sebagai guru, kita senantiasa melengkapi diri dengan perangkat (instrumen) untuk mengecek ketercapaian hasil belajar anak/peserta didik sesuai indikator pencapaian hasil belajar untuk menentu- kan langkah-langkah tindak lanjut; b. Agar konsisten, Sekolah melengkapi diri dengan perangkat (instrumen) untuk mengecek keterlaksa- naan apakah proses pengkondisian antikorupsi di sekolahnya berjalan atau tidak. Jika langkah ketiga sudah tercapai, mulaikan meluaskan pendidikan antikorupsi seperti di Langkah Keem- pat. Deklarasikan pengamalan yang kita lakukan dengan langkah Tindak Lanjut. Tularkan budaya antikorupsi ke sekolah lain dalam satu wilayah. Kemudian luaskan ke wilayah lain. Jadikan sekolah kita sebagai lokomotif penyebaran budaya antikorupsi di wilayah di mana kita berada. 4
  • 12. xii PendidikanAntikorupsi |Tingkat SMA/MA/SMK/MAK Kekuatan rakyat adalah jumlah kekuatan tiap-tiap anggota dari rakyat itu. Segala daya upaya untuk menjunjung derajat bangsa tidak akan berhasil kalau tidak dimulai dari bawah. Rakyat yang kuat akan pandai melakukan segala usaha yang perlu atau berguna bagi kemakmuran negeri. —KI HAJAR DEWANTARA—
  • 13. 1 PendidikanAntikorupsi |Tingkat SMA/MA/SMK/MAK Langkah 1 Sebelum menyelami lebih jauh tentang Pendidi- kan Antikorupsi, pahami terlebih dahulu tentang apa itu Pendidikan Antikorupsi dan mengapa diperlukan Pendidikan Antikorupsi. MENGAPAPERLU PENDIDIKAN ANTIKORUPSI? PAHAMI
  • 14. 2 PendidikanAntikorupsi |Tingkat SMA/MA/SMK/MAK jalan pintas, arogan, inkonsisten, dan rupa-rupa perilaku tak pantas lainnya kian menyesakkan dada, kita sadar budaya antikorupsi kita menghilang. Kemanakah budaya antikorupsi kita? Di satu sisi Bangsa kita memiliki kelemahan perilaku yang diwariskan sebagai hasil penjajahan. Sejak lama kita sadari kelemahan ini. Mental menerabas, tidak menghargai waktu, meremehkan mutu, tidak percaya diri, dan banyak lagi. Sementara di sisi lain, dunia pendidi- kan yang diharapkan menjadi penguat budaya antikorupsi makin dirasakan tidak konsisten dalam menjalankan fungsinya. Proses pendidikan seperti mementingkan penguasaan pengeta- huan semata ketimbang membiasa- KELEMAHAN PERILAKU • mentalitas yang meremehkan mutu; • mentalitas yang suka menerabas (in- stan); • tidak percaya pada diri sendiri; • tidak berdisiplin murni; • mentalitas yang suka mengabaikan tanggung jawab”. Perlu Budaya Baru Antikorupsi yang dimotori oleh sekolah. Perilaku koruptif di- anggap biasa. Marak di semua segi kehidu- pan dalam beragam modus MENGAPA PERLU PENDIDIKAN Hari-hari ini kita menyaksikan berita tentang tindak pidana korupsi dan perilaku koruptif di mana-mana. Ter- jadi di hampir semua daerah di Tanah Air, di semua level, dan di semua segi kehidupan dengan beragam jenis, modus, dan kompleksitas. Perilaku koruptif telah merasuki semua elemen bangsa. Padahal kita semua tahu bah- wa korupsi adalah perilaku yang tidak bermoral. Sebuah ironi. Muara dari persoalan korupsi adalah hilangnya nilai-nilai antikorupsi (jujur, peduli, mandiri, disiplin, tanggung- jawab, kerja keras, sederhana, berani, adil) dari dalam diri individu. Ketika hari-hari ini kita menyaksi- kan kasus-kasus korupsi kian marak, meluas dan beragam, serta perilaku saling tidak percaya, saling menyalah- kan, lepas tanggungjawab, mencari Koentjaraningrat (1974) Mochtar Lubis (1978) • mempunyai penampilan yang berbeda di depan dan belakang. • segan dan enggan bertanggung- jawab atas perbuatannya, putusannya, kelakuannya, pikirannya, dan sebagain- ya. • jiwa feodalistik.
  • 15. 3 PendidikanAntikorupsi |Tingkat SMA/MA/SMK/MAK PERLUUPAYADISEKOLAH YANGTIDAKBIASA • Fokus pada penguatan karakter; • Fokus pada perbaikan pola pikir dan perilaku, bukan pengetahuan; • Mengutamakan pembelajaran melalui pengkondisian untuk menguatkan karakter peserta didik; • Mempraktekkan dan mengamalkan perilaku antikorupsi secara massif di semua “pusat pendidikan” dengan pembelajaran di kelas sebagai loko- motif. • Menggunakan keteladanan orang dewasa sebagai prasyarat untuk mel- akukan proses pendidikan. • Proses pembudayaan melalui pen- dekatan wilayah dan budaya luhur setempat. • Pendidikan Karakter berlangsung Par- sial dan hanya bersifat pengetahuan; • Kerawanan Perilaku Koruptif di dunia Pendidikan: • penerimaan peserta didik baru dan mutasi; • diskriminatif (munculnya sekolah unggulan atau kelas unggulan yang memicu perilaku koruptif); • inkonsisten dalam berbagai aturan; • pungutan tidak sesuai aturan; • gratifikasi; • mark up dan manipulasi nilai; • menyontek; • perbuatan curang; • ambisi orang tua untuk mendukung anaknya mencapai nilai angka terbaik; • formalistik dan verbalistik; • tidak jujur; • tidak mengutamakan pendidikan anak yang sesungguhnya. FAKTA DI SEKOLAH SAAT INI ANTIKORUPSI? Perlu pembentukan Bu- daya Baru dengan Cara Berbeda, yang dilaku- kan melalui Pendidikan Karakter di semua pusat pendidikan (keluarga, sekolah, dan masyarakat), dengan sekolah sebagai lokomotif. kan perilaku baik. Sekalipun sekolah mengimplementasikan berbagai kegiatan sejenis, akan tetapi hal terse- but dilaksanakan seolah terpisah dari proses pembelajaran yang utuh. Lebih dari itu, praktek pengelolaan sekolah pun tidak luput dari perilaku koruptif pada segala lini. Padahal, se- kolah diharapkan menjadi “lokomotif” dalam penguatan budaya antikorupsi. Alih-alih menguatkan sekolah sebagai pusat pendidikan yang utama dalam penguatan budaya antikorupsi, kita semua lebih sibuk melakukan upaya penanganan jangka pendek. Oleh karena itu, inilah saatnya untuk mengembalikan sekolah sebagai loko- motif penguatan budaya antikorupsi untuk jangka panjang. Kita awali den- gan melakukan Pendidikan Antikorupsi yang dimotori oleh satuan pendidikan.
  • 16. 4 PendidikanAntikorupsi |Tingkat SMA/MA/SMK/MAK Sudah cukup banyak catatan ten- tang persoalan yang kita hadapi sebagai bangsa, yang kesemuanya bermuara pada lemahnya perilaku. Berbagai alasan juga sudah dikemuka- kan. Koentjaraningrat (1974) sudah mengemukakan tentang lima sikap mental bermuatan pola pikir koruptif warisan kolonial yang “hidup” dalam pola pikir anak bangsa kita. Mochtar Lubis (1978) juga mengungkapkan beberapa ciri manusia Indonesia yang berkonotasi negatif sebagai warisan zaman penindasan. Masih banyak lagi, kelemahan perilaku tercermin sehari-hari. Semua itu men- jangkiti semua sendi kehidupan kita hari-hari ini, juga dunia pendidikan, yang semestinya menjadi lokomotif pembangunan budaya. KITA DI TEPI JURANG Sejak lama kita menyadari adanya kelemahan perilaku pada bang- sa kita sebagai warisan kolonial. Kita juga mencoba berupaya mengikis kelemahan itu. Namun, segala upaya seolah tiada hasil. Lima sikap mental bermuatan pola pikir koruptif warisan kolo- nial 1. mentalitas yang meremehkan mutu; 2. mentalitas yang suka menera- bas (instan); 3. tidak percaya pada diri sendiri; 4. tidak berdisiplin murni; 5. mentalitas yang suka meng- abaikan tanggung jawab”. Sumber: Koentjaraningrat (1974) Puisi Sajak Palsu Agus S. Sardjono cukup mengusik nurani tentang kon- disi sekolah kita. Puisi ini mengingat- kan kita bahwa jika ada kepalsuan di dunia pendidikan, sekecil apapun itu, akan berdampak pada pola pikir anak dan terus berkembang sampai dewa- sa. Pada saatnya nanti, ketika mereka menduduki posisi penting sebagai pelaku atau penentu keputusan, pola pikir palsu itu akan beraksi. Kita berada di tepi jurang! Sangat berbahaya. Semua itu kita sadari. Selalu kita cari jalan keluarnya. Tapi caranya selalu menggunakan pola pikir dan praktek dengan mentalitas yang sama. Sehing- ga hasilnya, hanya menjadi kegiatan besar tanpa hasil. Ciri Manusia Indonesia 1. mempunyai penampilan yang berbeda di depan dan belakang. 2. segan dan enggan ber- tanggungjawab atas per- buatannya, putusannya, kelakuannya, pikirannya, dan sebagainya. 3. jiwa feodalistik. Sumber: Mochtar Lubis (1978)
  • 17. 5 PendidikanAntikorupsi |Tingkat SMA/MA/SMK/MAK Oleh: Agus R. Sardjono Selamat pagi Pak, Selamat pagi Bu Ucap anak sekolah dengan sapaan palsu. Lalu merekapun belajar dari buku-buku palsu. Di akhir sekolah mereka terperangah melihat hamparan nilai mere- ka yang palsu. Karena tidak cukup nilai, maka berdatanganlah mereka ke ru- mah-rumah bapak dan Ibu guru untuk menyerahkan amplop berisi perhatian dan rasa hormat palsu Sambil tersipu palsu dan membuat tolakan-tolakan palsu, akhirnya Pak guru dan Bu guru terima juga amplop itu sambil berjanji palsu untuk mengubah nilai-nilai palsu yang baru Masa sekolah demi masa sekolah berlalu Merekapun lahir sebagai ekonom-ekonom palsu, ahli hukum palsu, ahli pertanian palsu, insinyur palsu, sebagian menjadi guru, ilmu- wan, atau seniman palsu Dengan gairah tinggi mereka menghambur ke tengah pembangunan palsu dengan ekonomi palsu sebagai panglima palsu Mereka saksikan ramainya perniagaan palsu dengan ekspor dan impor palsu yang mengirim dan mendatangkan berbagai barang kelontong kualitas palsu Dan bank-bank palsu dengan giat menwarkan bonus dan hadi- ah-hadiah palsu tapi diam-diam meminjam juga pinjaman dengan izin dan surat palsu kepada bank negeri yang dijaga pejabat-pejabat palsu Masyarakat pun berniaga dengan uang palsu yang dijamin devisa palsu. Maka uang asing menggertak dengan kurs palsu sehingga semua blingsatan dan terperosok krisis yang meruntuhkan pemerintahan palsu ke dalam nasib buruk palsu. Lalu orang-orang palsu meneriakkan kegembiraan palsu dan mende- batkan gagasan-gagasan palsu di tengah seminar dan dialog-dialog palsu menyambut tibanya demokrasi palsu yang berkibar-kibar begitu nyaring dan palsu. Sajak Palsu *Terimakasih kepada Agus R. Sardjono yang telah mengizinkan Sajak Palsu ini dikutip utuh di sini.
  • 18. 6 PendidikanAntikorupsi |Tingkat SMA/MA/SMK/MAK SEKOLAH KITA YANG RAWAN Alih-alih menjadi lokomotif, sekolah kita selama ini justru tidak lepas dari persoalan disintegritas. Di sekolah kita masih terdapat titik-titik rawan yang memungkinkan terjadinya perilaku tak berintegritas yang nantinya dapat ber- muara pada terjadinya penyimpangan prosedur yang mengarah tindakan korupsi, gratifikasi/suap. Berdasarkan hasil penelitian KPK, titik-titik rawan. Berikut contoh kemungkinan bentuk Penyusunan, penetapan, dan penge- sahan rencana kerja menengah dan tahunan sekolah • Kemungkinan adanya peluang terjadinya pemberian oleh pemo- hon (sekolah) kepada pejabat yang berwenang dalam rangka mengesahkan Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah/Madrasah (RKAS/M), atau Rencana Angga- ran dan Pendapatan dan Belanja Sekolah/Madrasah (RAPBS/M) • Kemungkinan adanya peluang terjadinya pemerasan oleh pejabat atau petugas yang berwenang terhadap pemohon (sekolah) dalam rangka mengesahkan RKAS/M atau RAPBS/M Penerimaan, penempatan dan mutasi pendidik dan tenaga kepen- didikan • Kemungkinan adanya per- mintaan uang oleh pihak yang berwenang dalam mengurus penerimaan, penempatan dan mutasi pendidik dan tenaga kependidikan yang akan ber- dampak pada kinerja pegawai/ pejabat yang bersangkutan dalam memberikan pelayanan pendidikan; • Kemungkinan adanya permint- aan atau pemberian dalam artian luas dalam proses pene- mpatan, promosi jabatan dan pembagian tugas di sekolah yang bersangkutan oleh kepala sekolah/yayasan sehingga ber- dampak pada kinerja pegawai/ pejabat yang bersangkutan dalam memberikan pelayanan kepada semua warga sekolah. Perlu upaya memperbaiki bangsa. Dari mana mulainya? Satu- satunya harapan kita bertumpu pada sekolah. Karena sekolah lah lokomotif pembentukan budaya. Sekolah yang berintegritas dapat membangun budaya baru yang berintegritas pula. tindak korupsi, gratifikasi/suap atau bentuk lain yang memicu terjadinya penyimpangan prosedur/ mengarah pada tindakan korupsi, gratifikasi/ suap pada jenis kegiatan yang ada di sekolah antara lain:
  • 19. 7 PendidikanAntikorupsi |Tingkat SMA/MA/SMK/MAK Proses pengadaan barang dan jasa di sekolah • Kemungkinan adanya peluang pemberian dalam artian luas (ter- masuk fee ) dari rekanan kepada pejabat pejabat yang berwenang sebagai ucapan terima kasih atas penunjukkan sebagai penye- dia barang/jasa yang kemudian berdampak pada pelaksanaan pengadaan barang dan jasa, misal- nya untuk mendapatkan bantuan, sekolah harus mengeluarkan biaya tambahan di luar ketentuan yang berlaku; • Kemungkinan adanya peluang pemberian dalam artian luas (ter- masuk fee ) dari rekanan kepada kepala sekolah sebagai ucapan terimakasih atas penunjukkan sebagai penyedia barang/jasa. • Kemungkinan terjadinya pen- gadaan barang/peralatan dan jasa fiktif yang dipertanggungjawabkan dalam laporan realisasi penge- luaran rutin sekolah sehingga seolah-olah pengadaan tersebut memang terlaksana • Kemungkinan terjadinya penge- naan berbagai jenis pungutan di luar ketentuan yang berlaku oleh pihak sekolah kepada orang tua/ wali siswa, sebagai contoh: pun- gutan pemeliharaan perpustakaan sekolah, pungutan pembelian peralatan laboratorium, pungutan pengambilan rapor, pengambilan ijazah, legalisir rapor, legalisasi ijazah dan sebagainya. • Kemungkinan terjadinya mark- up biaya pembangunan gedung sekolah dan pengadaan sarana lainnya. Penerimaan siswa baru, kenaikan kelas dan mutasi siswa •Kemungkinan peluang terjad- inya penetapan jumlah dana “sukarela” yang dibebankan kepada calon orang tua dalam proses penerimaan siswa baru, kenaikan kelas dan mutasi siswa dari sekolah lain •Kemungkinan adanya kecuran- gan atau cara-cara lain yang memberikan peluang terjadinya tindakan korupsi, suap, gratifika- si atau bentuk-bentuk lainnya yang memungkinkan terjadinya penyimpangan prosedur dalam proses penerimaan siswa baru, kenaikan kelas, atau mutasi siswa •Kemungkinan terjadinya peny- impangan atau kekeliruan adminstrasi dan pendokumenta- sian sebagai akibat dari kela- laian/kekurang profesionalan petugas, adanya permainan, ketertutupan, atau keterbatasan sarana pendukung tersedia se- hingga pihak-pihak terkait tidak mendapatkan informasi yang jelas. Hal ini akan menimbulkan peluang adanya “negosiasi” pihak-pihak terkait. • Adanya peluang mark-up pada saat sekolah memfasilitasi orang tua siswa/wali siswa dalam penyediaan seragam sekolah, buku pelajaran, dan sarana penunjang belajar lainnya bagi putra/putrinya.
  • 20. 8 PendidikanAntikorupsi |Tingkat SMA/MA/SMK/MAK Kegiatan pembelajaran dan kegiatan lain dalam rangka pengembangan diri dan pen- guatan karakter • Kemungkinan adanya pilih kasih dalam memberikan kesempatan dan pembinaan kepada peserta didik un- tuk mengikuti berbagai lomba, dan kemungkinan terjadinya kecurangan, membiarkan terjadinya kecurangan atau membantu siswa untuk berbuat curang dalam berbagai kegiatan lomba atau pembagian kerja dalam berbagai kegiatan lainnya; • Kemungkinan adanya pelanggaran disiplin oleh guru atau peserta didik mulai dari awal pembelajaran, pada saat proses belajar, pemberian tugas, ulangan, dan di akhir pem- belajaran, misalnya guru atau siswa datang terlambat, ketidakadilan dalam pembagian tugas-tugas dalam pembelajaran, pelanggaran etika kesantunan dalam proses pembelajaran, guru meninggalkan siswa di kelas pada saat pembelaja- ran berlangsung, kecurangan dalam melaksanakan tugas dan ulangan, dan guru mengakhiri pembelajaran sebelum jam pelajaran berakhir • Kemungkinan adanya janji atau pem- berian dalam arti luas oleh orang tua/wali siswa kepada pendidik yang memungkinkan adanya perlakuan khusus kepada peserta didik tertentu • Kemungkinan adanya pilih kasih (ketidakadilan) dalam memberikan pelayanan dan/atau tugas-tugas kepada peserta didik, misalnya anak yang dikategorikan berkemampuan “unggul” dilayani dengan baik, sementara anak yang berkemamp- uan biasa-biasa atau berkebutuhan khusus tidak diberikan pelayanan sesuai dengan kebutuhan mereka. • Kemungkinan adanya penjiplakan hasil karya orang lain, atau meng- akui hasil karya orang lain sebagai hasil karyanya, atau mengutip sebagian hasil karya orang lain tanpa menyebutkan sumber aslinya. Pengawasan/supervisi dan monitoring sekolah • Kemungkinan adanya pemberi- an dalam arti luas dari pihak se- kolah kepada pengawas yang melakukan tugasnya sebagai supervisor sekolah • Kemungkinan adanya per- mintaan tertentu dari pihak pengawas kepada sekolah sehubungan dengan pelaksan- aan tugasnya dalam melakukan supervisi ke sekolah • Kemungkinan adanya pembe- rian oleh pihak sekolah kepada pejabat institusi di atasnya agar sekolah mendapatkan angga- ran proyek dan menganggar- kan biaya tersebut dalam pos APBS Proses kenaikan dan kelulusan siswa • Kemungkinan adanya tawaran dari orang tua/wali siswa kepada pendidik untuk meningkatkan nilai rapor bagi putera/puterinya dengan menjanjikan imbalan tertentu • Kemungkinan adanya pungutan di luar ketentuan untuk pengam- bilan rapor, ijazah atau legalisir rapor, ijazah. •Tekanan dari orang tua untuk mengubah nilai rapor.
  • 21. 9 PendidikanAntikorupsi |Tingkat SMA/MA/SMK/MAK Penyelenggaraan ulanagan atau ujian (ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, ulangan kenaikan ujian sekolah dan ujian nasional) • Kemungkinan adanya penetapan jumlah dana “sukarela” yang dibebankan kepada orang tua/wali siswa sehubungan dengan akan diadakannya ujian • Kemungkinan adanya pembe- rian oleh orang tua/wali siswa kepada tenaga pendidik untuk memberikan kemudahaan ke- pada putera-puterinya sehingga memunculkan peluang untuk melakukan perbuatan curang, seperti menyontek, membuatkan dan memberikan jawaban kepada siswa, membocorkan soal dan sebagainya • Kemungkinan adanya kesem- patan atau celah bagi siswa untuk berbuat curang (menyontek dari teman, menyontek dari buku/sum- ber lain), atau ada kemungkinan pendidik membantu/memberi kesempatan kepada peserta didik untuk berbuat curang dengan berbagai alasan, misalnya mem- bantu siswa mengerjakan soal, memberi kesempatan siswa untuk menyontek, membocorkan soal sebelum ujian dan sebagainya • Kemungkinan adanya tekanan dari pihak luar untuk kepentingan tertentu sehingga mendorong sekolah untuk membantu siswa dengan cara-cara yang ilegal, seperti membantu siswa dalam mengerjakan soal ujian nasional, memberikan jawaban kepada siswa, atau membocorkan soal sebelum ujian berlangsung. Penegakkan disiplin dan keteladanan • Kemungkinan terjadinya ket- idakadilan (pilih kasih) dalam penegakkan disiplin oleh pendidik kepada peserta didik karena alasan tertentu • Kemungkinan kurangnya keteladanan dari para pendidik atau tenaga kependidikan yang berdampak pada peri- laku siswa, misalnya ada guru yang terlambat namun tidak merasa bersalah, sementara kalau siswa terlambat dikenai sanksi. Hal ini akan mendorong tumbuhnya kebiasaan “korup- si” waktu oleh pendidik dan tenaga kependidikan.
  • 22. 10 PendidikanAntikorupsi |Tingkat SMA/MA/SMK/MAK Perlu terobosan besar. Harus dilaku- kan semacam revolusi mental-kultural (suprastruktur) yang diarahkan untuk menciptakan masyarakat religius yang berperikemanusiaan, egaliter, mandiri, amanah, dan terbebas dari berhala materialisme-hedonisme, serta sanggup menjalin persatuan (gotong royong) dengan semangat pelayanan (pengorbanan)” (Yudi Latif, 2015). Diperlukan upaya “tidak biasa” dengan cara pandang yang juga tidak biasa. Termasuk cara pendidikan dan cara pandang terhadap pendidikan. Cara pandang terhadap pendidikan mungkin harus diletakkan terbalik. PERLU UPAYA YANG TIDAK BIASA • Anak ditempatkan sebagai konsu- men dan obyek pembelajaran; • Guru hanya bekerja mendidik anak sesuai tahapan dalam aturan yang berlaku; • Sarana prasarana fisik adalah kunci keberhasilan proses pendidikan; • Besarnya penghasilan guru adalah kunci keberhasilan pendidikan. Kesejahteraan guru harus dipenuhi terlebih dulu agar kualitas pendidi- kan menjadi baik; • Sekolah akan mengikuti budaya masyarakat. Ketika masyarakat berperilaku koruptif, maka sekolah juga demikinan. CARA PANDANG TERHADAP PENDIDIKAN SELAMA INI • Anak adalah produsen, pelaku aktif dalam pembelajaran; • Guru adalah profesi yang inde- penden yang mendidik anak sesuai kondisi anak, konteks lokal dan variasinya tanpa bertentan- gan dengan prinsip yang tertuang dalam kebijakan dan aturan yang berlaku; • Sarana-prasarana fisik hanyalah pendukung proses pendidikan; • Penghasilan guru harus memenu- hi standar kelayakan dan penam- bahannya berkorelasi dengan keberhasilan pendidikan. • Sekolah adalah lokomotif peruba- han. Sekolah lah yang memotori perubahan budaya korupsi mas- yarakat menjadi budaya antiko- rupsi. CARA PANDANG TERHADAP PENDIDIKAN YANG SEMESTINYA Bagaimanapun juga, sekolah ada- lah replika masyarakat masa depan, semua hal yang terjadi pada masa-ma- sa sekolah akan menjadi cerminan masyarakat di masa depan. Maka, sekolah harus ditempatkan sebagai lokomotif yang akan membawa pe- rubahan pada bangsa ini. Mari kita bergerak aktif. Dimulai dari pembangunan jiwa, pembangunan budaya, dan diawali dari ruang kelas dan dari sekolah. Di tengah segala persoalan, perlu proses pendidikan yang ber- beda, dimulai dari cara pandang yang berbeda.
  • 23. 11 PendidikanAntikorupsi |Tingkat SMA/MA/SMK/MAK FOKUS PADA ANTIKORUPSI Dari segala persoalan tersebut, terutama untuk mencegah ko- rupsi secara sistemik, saatnya sekolah kembali fokus ke penguatan perilaku antikorupsi, bukan penguasaan materi pengetahuan. Dasarnya jelas dan lebih memiliki makna dan memberi harapan. ada dalam setiap jiwa individu. Dalam kaitan itulah pendidikan ber- fungsi sebagai proses untuk memupuk dan menguatkan nilai-nilai yang sudah tertanam dalam diri setiap individu. Oleh karena itu pendidikan harus lah tanpa paksaan. Untuk mewujudkan hal itu perlu desain pendidikan yang utuh, yang memosisikan anak agar aktif mem- bangun gerakan antikorupsi melalui prakarsa-prakarsa individu maupun kelompok. Artinya, anak diposisikan sebagai produsen yang aktif dalam segala hal. Ini perlu dilakukan untuk mengem- balikan iklim dunia pendidikan yang selama ini, anak diposisikan sebagai konsumen yang harus menampung semua yang diinginkan orang dewasa. Pola ini kontraproduktif dengan upaya membangun karakter. Setiap manusia terlahir dibekali poten- si dan sikap positif agar kehadirannya mampu menyelamatkan diri pribadi, keluarga, lingkungan, masyarakat, bangsa dan negaranya. Itulah fitrah manusia, yang diutus Tuhan sebagai rahmat bagi seluruh alam. Fitrah inilah yang membedakan manusia den- gan makhluk Tuhan lainnya. Dengan demikian sebetulnya cikal bakal dan bibit menjadi orang yang berbudaya antikorupsi sudah ada dalam diri manusia. Ki Hajar Dewantara mengungkapkan bahwa pendidikan itu hanya suatu “tuntunan” di dalam tumbuhnya anak- anak kita. Hidup tumbuhnya anak di luar kecakapan dan kehendak kita kaum pendidik. Maka dari itu, untuk menyelesaikan segala persoalan akibat kelemahan perilaku, tidak ada jalan lain selain menguatkan bibit perilaku baik yang Ketertiban yang dihasilkan melalui paksaan dan hu- kuman (regering-tucht-en orde). Paksa dan hukum merupakan pola pendidikan Barat. Pendidikan Barat Prinsip Pendidikan Indonesia dan perbedaannya dengan Pendidikan Barat Pendidikan Indonesia Kehidupan yang tata tentrem yang bersumber dari ketertiban dan kedamaian (orde en vrede). Oleh karena itu pendidikan di Indonesia lebih pada Among Methode. Pendidikan tidak atas dasar paksaan. (Ki Hajar Dewantara, 1977.)
  • 24. 12 PendidikanAntikorupsi |Tingkat SMA/MA/SMK/MAK Budaya itu dianut dan diyakini bersama, diwariskan dan dipela- jari. Proses mempelajari budaya (enkulturasi) dilakukan melalui semua aspek kehidupan keseh- arian manusia dalam satu ko- munitas. Pendidikan merupakan salah satu proses pembentukan budaya. Untuk itu harus dilakukan aktivitas konsisten di berbagai tempat. Terdapat 4 Prinsip Pendidikan Antikorupsi yang mengarah pada penguatan dan pembangunan Karakter. Usia PAUD dan SD adalah fase pendidikan karakter. Porsi pembelajaran terkait pengeta- huan sangat kecil. Makin meningkat usia, porsi pengetahuan makin banyak. Hal ini bukan berarti, makin bertambah usia, pendidikan karakter dianggap tidak penting. Melainkan, karakter yang tertanam di usia rendah diharapkan sudah melekat kuat dan sudah diamalkan se- cara konsisten. Bahkan sudah menjadi prinsip hidup. Sumber: Ki Hajar Dewantara (1977) PT SMA SMP SD PAUD PENDIDIKAN KARAKTER BERSIFAT JANGKA PANJANG Pengetahuan Karakter 1. Sebagai bagian dari pendidikan karakter, pendidikan antikorupsi bersifat jangka panjang. Dimulai sejak peserta didik masuk ke satuan pendidikan dasar hingga di pen- didikan tinggi. Proses awal memer- lukan identifikasi dan perencanaan yang matang, sementara hasilnya baru akan terlihat dalam beberapa dekade. 2. Sebagaimana pendidikan karakter, pendidikan antikorupsi dipengaru- hi oleh perbedaan setiap tahap perkembangan anak. Efektivitas pendidikan karakter harus menim- bang dengan seksama karakteristik PRINSIP PENDIDIKAN ANTIKORUPSI
  • 25. 13 PendidikanAntikorupsi |Tingkat SMA/MA/SMK/MAK perkembangan yang dominan pada setiap tahapan usia (Piaget, 1896 – 1980). 3. Pendidikan antikorupsi harus bertumbuh memadukan antara pemahaman, penyadaran dan pengamalan di semua segi kehidupan secara konsisten. Proses ini berlangsung keluarga, sekolah, dan lingkungan atau masyarakat, serta komunitas-komunitas yang dekat dengan kehidupan anak, baik pada tataran sosial maupun budaya. Ki Hajar Dewantara menyebut ter- dapat tiga tempat pergaulan yang menjadi pusat pendidikan, yakni apa yang ia sebut sebagai alam-keluarga, alam perguruan, dan alam-pergerakan pemuda. Secara lebih luas, alam-per- guruan /sekolah meliputi di kelas dan di luar kelas, sedangkan alam-perger- akan pemuda meliputi teman bermain dan masyarakat. 4. Pendidikan antikorupsi merupa- kan bagian integral dari pendidikan karakter generasi muda. Hal ini sangat bergantung pada 2 (dua) faktor besar. Pertama, motivasi individu. Artinya, meskipun pendidikan karakter an- tikorupsi berjalan baik, tetapi selama motivasi individu untuk korupsi tidak berkurang, maka efektivitas sosialisasi nilai-nilai antikorupsi masih diper- tanyakan. Kedua, pada aras makro, kesempatan untuk melakukan korupsi merupakan salah satu faktor yang dapat mengikis habis penanaman nilai-nilai baik anti korupsi. TEMPAT YANG MENJADI PUSAT-PUSAT PENDIDIKAN ANTIKORUPSI Sumber: Ki Hajar Dewantara (1977), IIB (2017) Keluarga Kelas Sekolah Lingkungan Teman Bermain
  • 26. 14 PendidikanAntikorupsi |Tingkat SMA/MA/SMK/MAK Sebagaimana pendidikan karakter, pendidikan antikorupsi dipengaru- hi oleh perbedaan setiap tahap perkembangan anak (Piaget; 1896 –1980). Piaget menyatakan bahwa anak-anak sangat bergantung pada tahap perkembangannya, mengalami pendewasaan dan kemudian mampu untuk berfikir mengenai moralitas. Oleh karena itu pendidikan antikorupsi harus sejalan dengan tingkat perkem- KOMPETENSI SESUAI TAHAPAN PERKEMBANGAN Menguatkan pe- nyadaran dalam pembiasaan dan pengamalan ten- tang manfaat aturan bagi kehidu- pan, baik kehidupan diri pribadi maupun kehidupan sosial dan lingkungan. Memperkenalkan melalui pembiasaan dan pengamalan, semua aturan moral di rumah, sekolah dan lingkungan tempat tinggal dan diperkuat dengan cerita, per- mainan, aktivitas dan simbol-simbol keta- atan. SD Kelas 4-6 SD Kelas 1-3 PAUD bangan anak. Selain Piaget, para ahli membagi tingkatan perkembangan in- dividu secara beragam. Namun dalam konteks pendidikan, semua aspek perkembangan, antara lain perkem- bangan kognitif, iman, moral, dan Kemampuan pencapaian kompetensi anak tergantung pada taha- pan perkembangan sesuai tingkatan usia.
  • 27. 15 PendidikanAntikorupsi |Tingkat SMA/MA/SMK/MAK SMP Kelas 7-9 SMA Kelas 10-12 Menguatkan pem- biasaan dan penga- malan aturan secara konsisten dimanapun, kapanpun, dalam situasi apapun, ber- peran aktif serta berkomitmen untuk menegakkan prinsip dalam menaati aturan di lingkungan yang lebih luas. Menguatkan pembi- asaan dan pengamalan aturan secara konsisten dimanapun, kapanpun, dalam situasi apapun serta berperan aktif dalam penerapan atur- an dalam kehidupan sosial DEWASA lainnya menjadi pertimbangan dalam pendidikan antikorupsi. Berikut kerangka dasar pendidikan antikorupsi yang disesuaikan dengan tingkat perkembangan anak.
  • 28. 16 PendidikanAntikorupsi |Tingkat SMA/MA/SMK/MAK Pengetahuan tidaklah cukup; kita harus mengamalkannya. Niat tidaklah cukup; kita harus melakukannya. --JOHANN WOLFGANG VON GOETHE--
  • 29. 17 PendidikanAntikorupsi |Tingkat SMA/MA/SMK/MAK Setelah Anda memahami betapa pent- ingnya pendidikan antikorupsi, sadari dan yakini bahwa perilaku itu perlu diwujudkan untuk menguatkan jati diri. Perilaku antikorupsi itu merupakan kebu- tuhan pribadi sebagai orang yang ber- moral, bukan karena kewajiban, paksaan atau tuntutan pihak lain. SADARI & YAKINI ANTIKORUPSI ADALAH KEBUTUHAN Langkah 2
  • 30. 18 PendidikanAntikorupsi |Tingkat SMA/MA/SMK/MAK Salah satu hal yang menyatukan kita dalam kehidupan berbangsa adalah adanya nilai-nilai utama yang menjadi landasan kepribadian bangsa. Nilai- nilai tersebut disepakati, dipahami, kemudian meresap menjadi acuan dalam kehidupan bangsa dan men- jadi pedoman dalam segala aktivitas penyelenggaraan negara. NILAI-NILAIPEMBENTUK PERILAKUANTIKORUPSI •Religius, •Jujur, •Toleransi, •Disiplin, •Kerja keras, •Kreatif, •Mandiri, •Demokratis, •Rasa Ingin Tahu, •Semangat Kebangsaan, •Cinta Tanah Air, •Menghargai Prestasi, •Bersahabat/Komunikatif, •Cinta Damai, •Gemar Membaca, •Peduli Lingkungan, •Peduli Sosial, •Tanggung Jawab 18 NILAI KARAKTER (Versi Kemendikbud) •Kejujuran, •Tanggung jawab, •Kesederhanaan, •Kepedulian, •Kemandirian, •Disiplin, •Keadilan, •Kerja keras, •Keberanian. 9 NILAI PEMBENTUK KARAKTER (Versi KPK) 5 NILAI PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER (Versi Kemendikbud)
  • 31. 19 PendidikanAntikorupsi |Tingkat SMA/MA/SMK/MAK Dari berbagai kajian dan sudut pandang, kita memiliki banyak sekali nilai-nilai karakter. Kemendikbud melansir 18 Nilai Pen- didikan Karakter yang dikembangkan di sekolah yang diperoleh melalui kajian empiris yang bersumber dari Agama, Pancasila, budaya, dan tujuan pendidikan nasional. Nilai ini kemudian dikerucutkan lagi menjadi lima nilai: Integritas, Religi- us, Nasionalis, Mandiri dan Gotong Royong. Melalui kajian yang dilakukan KPK ditemukan sembilan nilai sebagai pembentuk karakter yang bermuara pada perilaku antikorupsi. KPK memilih dan menetapkan nilai- nilai antikorupsi, sebagai pedoman dan inspirasi bagi setiap individu dan organisasi (baik pemerintah maupun swasta), dan mentransformasikan nilai-nilai tersebut dalam kerangka mencapai idealisme sebagai Bangsa Indonesia yang Bermartabat. Variasi ini membedakan sudut pan- dang dalam mengartikan nilai-nilai karakter. Akan tetapi, dalam pelaksa- naannya, nilai manapun yang diguna- kan bukanlah masalah. Yang penting bagaimana membelajar- kan nilai itu dalam proses pembelaja- ran yang konsisten dan terus menerus dengan indikator hasil belajar yang tepat. Fokus pembelajaran adalah bagaima- na menguatkan perilaku pribadi sesuai nilai-nilai yang diharapkan. Untuk itu harus ada identitas diri yang melan- dasi. Identitas diri ini adalah sebuah Konsep Diri Bermoral yang melekat pada masing-masing individu. Konsep diri bermoral inilah yang akan memotivasi individu untuk memban- gun kepribadiannya yang utuh dan stabil. Utuh dalam arti terdapatnya konsistensi antara perkataan, perasaan dan perilaku. (Ade Murti; 2016) NILAI-NILAI UTAMA DAN NILAI PEMBENTUK PERILAKU ANTIKORUPSI Versi: Kajian KPK NILAI UTAMA • Integritas • Kejujuran • Tanggung jawab • Kerja keras PERILAKU ANTIKORUPSI •Kepedulian •Kesederhanaan •Keadilan •Keberanian •Kebersyukuran •Optimisme •Kemandirian •Kedisiplinan NILAI PEMBENTUK PERILAKU ANTIKORUPSI
  • 32. 20 PendidikanAntikorupsi |Tingkat SMA/MA/SMK/MAK NILAI-NILAI ANTIKORUPSI DAN MANFAATNYA Berikut nilai-nilai pembentuk perilaku antikorupsi, deskripsi singkat serta manfaatnya bagi diri pribadi dan secara sosial. Berkata benar sesuai dengan yang dilihat, didengar, dan dirasakan Jujur Manfaat Pribadi: • Jiwa tenang, damai, bahagia, percaya diri; • Selamat dari fitnah; • Bernilai ibadah. Manfaat Sosial: • Dipercaya, dihargai, dihor- mati • Orang lain merasa nyaman Memiliki kasih sayang, empati dan keberpi- hakan kepada sesama maupun lingkungan Peduli Manfaat Pribadi: • Kepuasan batin, disayang, dihargai, dihormati dan disegani • Bernilai ibadah Manfaat Sosial: • Kerukunan, saling men- yayangi, saling menghormati, dan timbulnya rasa aman dan nyaman Memiliki karakter yang kuat, punya inisiatif dan tidak menggantungkan keputusan kepa- da orang lain Mandiri Konsisten, tertib, menepati janji, komitmen dan taat aturan Disiplin Manfaat Pribadi: • Jiwa tenang, damai, bahagia, percaya diri, terhindar dari kecemasan dan kekhawatiran • Dihargai, dihor- mati, disegani, dan diteladani • Bernilai ibadah Manfaat Sosial: • Kehidupan yang teratur, harmonis, sal- ing menghor- mati dan saling menghargai Manfaat Sosial: • Dipercaya, dihargai, dihor- mati • Terciptanya suasana kerja/ kehidupan so- sial yang saling mendukung satu sama lain Manfaat Pribadi: • Percaya diri, optimis, tidak sombong • Bernilai ibadah
  • 33. 21 PendidikanAntikorupsi |Tingkat SMA/MA/SMK/MAK Menempatkan sesuatu pada tempatnya, kon- sisten, selaras, seimbang, dan berpegang teguh pada kebenaran Manfaat Pribadi • Jiwa tenang, tenteram, dihor- mati, disegani, diteladani • Bernilai ibadah Manfaat Sosial • Dipercaya, dihargai, dihor- mati • Menciptakan kedamaian, ketenteraman, kenyamanan dan kesejahter- aan. Menerima semua konsekuensi akibat perkataan dan perbuatan yang dilakukan berdasarkan nilai, moral, atau aturan. Tanggung Jawab Manfaat Pribadi • Berhati-hati dalam perkataan dan perbuatan • Menghargai waktu dan mutu • Produktif • Disiplin • Bernilai ibadah Manfaat Sosial • Dipercaya, dihargai, dihor- mati • Orang lain merasa nyaman Melakukan upaya sung- guh-sungguh hingga tercapai apa yang ditarg- etkan berdasar- kan nilai dan moral Manfaat Pribadi • Mendapatkan kepuasan batin • Dapat mencapai cita-cita • Menghargai waktu • Menghargai mutu • Produktif • Bernilai ibadah Manfaat Sosial • Dipercaya, dihargai, dihor- mati • Orang lain merasa nyaman Bersahaja, tidak berlebih-lebi- han, ikhlas, dan selalu ber- syukur. Sederhana Manfaat Pribadi • Jiwa tenang, tenteram, ber- pikir positif • Bernilai ibadah Manfaat Sosial • Harmonis, saling meng- hormati dan menghargai • Terhindar dari fitnah Memiliki karak- ter yang kuat, kemantapan hati, tidak takut untuk mengatakan yang benar, menolak ajakan berbuat tidak baik, dan semangat juang yang tinggi Berani Manfaat Pribadi • Percaya diri, optimis, berpe- luang meraih kesuksesan dengan cara yang terhormat • Bernilai ibadah Manfaat Sosial • Menjadi teladan, dise- gani, dihormati, menjadi sum- ber inspirasi • Orang lain merasa nyaman Adil Kerja Keras
  • 34. 22 PendidikanAntikorupsi |Tingkat SMA/MA/SMK/MAK Tanda-tanda hasil belajar ten- tang perilaku jujur bagi peserta didik SMA/MA/SMK/MAK INDIKATOR PERILAKU JUJUR Berkata benar sesuai dengan yang dilihat, didengar, dan diras- akan Jujur Berpegang teguh pada prin- sip-prinsip tentang kejujuran dalam setiap aspek kehidupan Berani mendeklarasikan diri se- bagai orang yang jujur dalam segala aspek kehidupan; Berperan aktif dalam mendor- ong orang lain untuk menga- malkan perilaku jujur secara konsisten; Berperan aktif dalam tindakan pencegahan perilaku tidak jujur secara kreatif dan inovatif; Terbiasa melakukan evaluasi diri dalam pengamalan perila- ku jujur. Indikator Hasil Belajar
  • 35. 23 PendidikanAntikorupsi |Tingkat SMA/MA/SMK/MAK Indikator Kelas Sekolah Keluarga Lingkungan 1. Adanya role model yang dapat diteladani oleh peserta didik 2. Adanya simbol-simbol (gam- bar, poster, spanduk, kata-kata bijak) yang menginspirasi pengamalan nilai-nilai kejujuran 3. Adanya konsistensi penga- malan nilai-nilai kejujuran di semua kegiatan dan proses pembelajaran; 4. Adanya dorongan atau apre- siasi agar peserta didik berper- an aktif dalam dalam menga- malkan nilai-nilai kejujuran; 5. Adanya dorongan atau apresiasi agar anak berpegang teguh pada prinsip nilai-nilai kejujuran; 6. Adanya dorongan atau apre- siasi agar peserta didik berani mendeklarasikan diri sebagai orang yang jujur. 7. Adanya dorongan atau apresiasi agar anak selalu mel- akukan evaluasi diri terhadap konsistensi dalam pengamalan nilai-nilai kejujuran 8. Adanya konsistensi penera- pan nilai kejujuran dalam tata kelola sekolah seperti bebas dari pungli, gratifikasi dalam bentuk apapun. Indikator Proses Pembelajaran, Pengkon- disian dan Tata Kelola Tanda-tanda terjadinya proses pembelajaran, pengkondisian, dan tata kelola untuk menguatkan perilaku jujur pada peserta didik SMA/MA/SMK/MAK
  • 36. 24 PendidikanAntikorupsi |Tingkat SMA/MA/SMK/MAK Tanda-tanda hasil belajar ten- tang perilaku peduli bagi peser- ta didik SMA/MA/SMK/MAK INDIKATOR PERILAKU PEDULI Memiliki kasih sayang, empati dan keberpihakan kepa- da sesama maupun lingkungan Peduli Berpegang teguh pada prin- sip-prinsip tentang kepedulian dalam setiap aspek kehidupan; Berani mendeklarasikan diri se- bagai orang yang peduli dalam segala aspek kehidupan; Berperan aktif dalam mendor- ong orang lain untuk menga- malkan perilaku peduli secara konsisten; Berperan aktif dalam tindakan pencegahan perilaku tidak peduli secara kreatif dan ino- vatif; Terbiasa melakukan evaluasi diri dalam pengamalan perila- ku peduli. Indikator Hasil Belajar
  • 37. 25 PendidikanAntikorupsi |Tingkat SMA/MA/SMK/MAK Indikator Kelas Sekolah Keluarga Lingkungan 1. Adanya role model yang dapat diteladani oleh peserta didik 2. Adanya simbol-simbol (gambar, poster, spanduk, kata-kata bijak) yang mengin- spirasi pengamalan nilai-nilai kepedulian 3. Adanya konsistensi penga- malan nilai-nilai kepedulian di semua kegiatan dan proses pembelajaran; 4. Adanya dorongan atau apre- siasi agar peserta didik berper- an aktif dalam dalam menga- malkan nilai-nilai kepedulia; 5. Adanya dorongan atau apresiasi agar anak berpegang teguh pada prinsip nilai-nilai kepedulian; 6. Adanya dorongan atau apre- siasi agar peserta didik berani mendeklarasikan diri sebagai orang yang peduli. 7. Adanya dorongan atau apresiasi agar anak selalu mel- akukan evaluasi diri terhadap konsistensi dalam pengamalan nilai-nilai kepedulian 8. Adanya konsistensi penera- pan nilai kepedulian dalam tata kelola sekolah seperti bebas dari pungli, gratifikasi dalam bentuk apapun. Indikator Proses Pembelajaran, Pengkon- disian dan Tata Kelola Tanda-tanda terjadinya proses pembelajaran, pengkondisian, dan tata kelola untuk menguatkan perilaku peduli pada peserta didik SMA/MA/SMK/MAK
  • 38. 26 PendidikanAntikorupsi |Tingkat SMA/MA/SMK/MAK Berpegang teguh pada prin- sip-prinsip tentang kemandirian dalam setiap aspek kehidupan Berani mendeklarasikan diri sebagai orang yang mandiri dalam segala aspek kehidupan; Berperan aktif dalam mendor- ong orang lain untuk menga- malkan perilaku mandiri secara konsisten; Berperan aktif dalam tindakan pencegahan perilaku tidak mandiri secara kreatif dan inovatif; Terbiasa melakukan evaluasi diri dalam pengamalan perilaku mandiri. INDIKATOR PERILAKU MANDIRI Memiliki karakter yang kuat, punya inisiatif dan tidak menggantungkan keputusan kepada orang lain Mandiri Indikator Hasil Belajar Tanda-tanda hasil belajar ten- tang perilaku mandiri bagi anak SMA/MA/SMK/MAK
  • 39. 27 PendidikanAntikorupsi |Tingkat SMA/MA/SMK/MAK Indikator Kelas Sekolah Keluarga Lingkungan 1. Adanya role model yang dap- at diteladani oleh peserta didik 2. Adanya simbol-simbol (gam- bar, poster, spanduk, kata-kata bijak) yang menginspirasi penga- malan nilai-nilai kemandirian 3. Adanya konsistensi penga- malan nilai-nilai kemandirian di semua kegiatan dan proses pembelajaran; 4. Adanya dorongan atau apre- siasi agar peserta didik berperan aktif dalam dalam mengamalkan nilai-nilai kemandirian; 5. Adanya dorongan atau apre- siasi agar anak berpegang teguh pada prinsip nilai-nilai kemandi- rian; 6. Adanya dorongan atau apre- siasi agar peserta didik berani mendeklarasikan diri sebagai orang yang mandiri. 7. Adanya dorongan atau apre- siasi agar anak selalu melakukan evaluasi diri terhadap konsistensi dalam pengamalan nilai-nilai kemandirian 8. Adanya konsistensi penerapan nilai kemandirian dalam tata kelola sekolah seperti bebas dari pungli, gratifikasi dalam bentuk apapun. Indikator Proses Pembelajaran, Pengkon- disian dan Tata Kelola Tanda-tanda terjadinya proses pembelajaran, pengkondisian, dan tata kelola untuk menguatkan perilaku mandiri pada peserta didik SMA/MA/SMK/MAK
  • 40. 28 PendidikanAntikorupsi |Tingkat SMA/MA/SMK/MAK Berpegang teguh pada prinsip-prinsip tentang ke- disiplinan dalam setiap aspek kehidupan Berani mendeklarasikan diri sebagai orang yang disiplin dalam segala aspek kehidu- pan; Berperan aktif dalam mendor- ong orang lain untuk menga- malkan perilaku disiplin secara konsisten; Berperan aktif dalam tindakan pencegahan perilaku tidak disiplin secara kreatif dan inovatif; Terbiasa melakukan evaluasi diri dalam pengamalan perila- ku disiplin. INDIKATOR PERILAKU DISIPLIN Konsisten, tertib, menepati janji, komitmen dan taat aturan Disiplin Indikator Hasil Belajar Tanda-tanda hasil belajar ten- tang perilaku disiplin bagi anak SMA/MA/SMK/MAK
  • 41. 29 PendidikanAntikorupsi |Tingkat SMA/MA/SMK/MAK Indikator Kelas Sekolah Keluarga Lingkungan 1. Adanya role model yang dap- at diteladani oleh peserta didik 2. Adanya simbol-simbol (gam- bar, poster, spanduk, kata-kata bijak) yang menginspirasi penga- malan nilai-nilai kedisiplinan; 3. Adanya konsistensi penga- malan nilai-nilai kedisiplinan di semua kegiatan dan proses pembelajaran; 4. Adanya dorongan atau apre- siasi agar peserta didik berperan aktif dalam dalam mengamalkan nilai-nilai kedisiplinan; 5. Adanya dorongan atau apresiasi agar anak berpegang teguh pada prinsip nilai-nilai kedisiplinan; 6. Adanya dorongan atau apre- siasi agar peserta didik berani mendeklarasikan diri sebagai orang yang disiplin. 7. Adanya dorongan atau apre- siasi agar anak selalu melakukan evaluasi diri terhadap konsistensi dalam pengamalan nilai-nilai kedisiplinan; 8. Adanya konsistensi penera- pan nilai kedisiplinan dalam tata kelola sekolah seperti bebas dari pungli, gratifikasi dalam bentuk apapun. Indikator Proses Pembelajaran, Pengkon- disian dan Tata Kelola Tanda-tanda terjadinya proses pembelajaran, pengkondisian, dan tata kelola untuk menguatkan perilaku disiplin pada peserta didik SMA/MA/SMK/MAK
  • 42. 30 PendidikanAntikorupsi |Tingkat SMA/MA/SMK/MAK Berpegang teguh pada prin- sip-prinsip tentang tanggu- ngjawab dalam setiap aspek kehidupan Berani mendeklarasikan diri sebagai orang yang tanggu- ngjawab dalam segala aspek kehidupan; Berperan aktif dalam mendor- ong orang lain untuk menga- malkan perilaku bertanggung- jawab secara konsisten; Berperan aktif dalam tindakan pencegahan perilaku tidak bertanggungjawab secara kreatif dan inovatif; Terbiasa melakukan evaluasi diri dalam pengamalan perila- ku bertanggungjawab. INDIKATOR PERILAKU BERTANGGUNGJAWAB Konsisten, tertib, menepati janji, komitmen dan taat aturan Tanggung- Jawab Indikator Hasil Belajar Tanda-tanda hasil belajar ten- tang perilaku bertanggung- jawab bagi anak SMA/MA/ SMK/MAK
  • 43. 31 PendidikanAntikorupsi |Tingkat SMA/MA/SMK/MAK Indikator Kelas Sekolah Keluarga Lingkungan 1. Adanya role model yang dap- at diteladani oleh peserta didik 2. Adanya simbol-simbol (gam- bar, poster, spanduk, kata-kata bijak) yang menginspirasi penga- malan nilai-nilai tanggungjawab; 3. Adanya konsistensi penga- malan nilai-nilai tanggungjawab di semua kegiatan dan proses pembelajaran; 4. Adanya dorongan atau apre- siasi agar peserta didik berperan aktif dalam dalam mengamalkan nilai-nilai tanggungjawab; 5. Adanya dorongan atau apre- siasi agar anak berpegang teguh pada prinsip nilai-nilai tanggung- jawab; 6. Adanya dorongan atau apre- siasi agar peserta didik berani mendeklarasikan diri sebagai orang yang bertanggungjawab. 7. Adanya dorongan atau apre- siasi agar anak selalu melakukan evaluasi diri terhadap konsistensi dalam pengamalan nilai-nilai tanggungjawab; 8. Adanya konsistensi penerapan nilai tanggungjawab dalam tata kelola sekolah seperti bebas dari pungli, gratifikasi dalam bentuk apapun. Indikator Proses Pembelajaran, Pengkon- disian dan Tata Kelola Tanda-tanda terjadinya proses pembelajaran, pengkondisian, dan tata kelola untuk menguatkan perilaku bertanggungjawab pada peserta didik SMA/MA/SMK/MAK
  • 44. 32 PendidikanAntikorupsi |Tingkat SMA/MA/SMK/MAK Berpegang teguh pada prin- sip-prinsip tentang kerja keras dalam setiap aspek kehidupan Berani mendeklarasikan diri sebagai orang yang kerja keras dalam segala aspek kehidu- pan; Berperan aktif dalam mendor- ong orang lain untuk menga- malkan perilaku bekerja keras secara konsisten; Berperan aktif dalam tindakan pencegahan perilaku tidak bekerja keras secara kreatif dan inovatif; Terbiasa melakukan evaluasi diri dalam pengamalan perila- ku bekerja keras. INDIKATOR PERILAKU KERJA KERAS Konsisten, tertib, menepati janji, komitmen dan taat aturan Kerja Keras Indikator Hasil Belajar Tanda-tanda hasil belajar ten- tang perilaku bekerja keras bagi anak SMA/MA/SMK/MAK
  • 45. 33 PendidikanAntikorupsi |Tingkat SMA/MA/SMK/MAK Indikator Kelas Sekolah Keluarga Lingkungan 1. Adanya role model yang dap- at diteladani oleh peserta didik 2. Adanya simbol-simbol (gam- bar, poster, spanduk, kata-kata bijak) yang menginspirasi penga- malan nilai-nilai kerja keras; 3. Adanya konsistensi pengama- lan nilai-nilai kerja keras di semua kegiatan dan proses pembela- jaran; 4. Adanya dorongan atau apre- siasi agar peserta didik berperan aktif dalam dalam mengamalkan nilai-nilai kerja keras; 5. Adanya dorongan atau apre- siasi agar anak berpegang teguh pada prinsip nilai-nilai kerja keras; 6. Adanya dorongan atau apre- siasi agar peserta didik berani mendeklarasikan diri sebagai orang yang bekerja keras. 7. Adanya dorongan atau apre- siasi agar anak selalu melakukan evaluasi diri terhadap konsistensi dalam pengamalan nilai-nilai kerja keras; 8. Adanya konsistensi penera- pan nilai kerja keras dalam tata kelola sekolah seperti bebas dari pungli, gratifikasi dalam bentuk apapun. Indikator Proses Pembelajaran, Pengkon- disian dan Tata Kelola Tanda-tanda terjadinya proses pembelajaran, pengkondisian, dan tata kelola untuk menguatkan perilaku bekerja keras pada peserta didik SMA/MA/SMK/MAK
  • 46. 34 PendidikanAntikorupsi |Tingkat SMA/MA/SMK/MAK Berpegang teguh pada prin- sip-prinsip tentang keseder- hanaan dalam setiap aspek kehidupan; Berani mendeklarasikan diri sebagai orang yang sederhana dalam segala aspek kehidu- pan; Berperan aktif dalam mendor- ong orang lain untuk menga- malkan perilaku sederhana secara konsisten; Berperan aktif dalam tindakan pencegahan perilaku tidak sederhana secara kreatif dan inovatif; Terbiasa melakukan evaluasi diri dalam pengamalan perila- ku sederhana. INDIKATOR PERILAKU SEDERHANA Bersahaja, tidak berlebih-lebihan, ikhlas, dan selalu bersyukur. Sederhana Indikator Hasil Belajar Tanda-tanda hasil belajar ten- tang perilaku sederhana bagi anak SMA/MA/SMK/MAK
  • 47. 35 PendidikanAntikorupsi |Tingkat SMA/MA/SMK/MAK Indikator Kelas Sekolah Keluarga Lingkungan 1. Adanya role model yang dap- at diteladani oleh peserta didik 2. Adanya simbol-simbol (gam- bar, poster, spanduk, kata-kata bijak) yang menginspirasi penga- malan nilai-nilai kesederhanaan; 3. Adanya konsistensi penga- malan nilai-nilai kesederhanaan di semua kegiatan dan proses pembelajaran; 4. Adanya dorongan atau apre- siasi agar peserta didik berperan aktif dalam dalam mengamalkan nilai-nilai kesederhanaan; 5. Adanya dorongan atau apre- siasi agar anak berpegang teguh pada prinsip nilai-nilai keseder- hanaan; 6. Adanya dorongan atau apre- siasi agar peserta didik berani mendeklarasikan diri sebagai orang yang sederhana. 7. Adanya dorongan atau apre- siasi agar anak selalu melakukan evaluasi diri terhadap konsistensi dalam pengamalan nilai-nilai kesederhanaan; 8. Adanya konsistensi penerapan nilai kesederhanaan dalam tata kelola sekolah seperti bebas dari pungli, gratifikasi dalam bentuk apapun. Indikator Proses Pembelajaran, Pengkon- disian dan Tata Kelola Tanda-tanda terjadinya proses pembelajaran, pengkondisian, dan tata kelola untuk menguatkan perilaku sederhana pada peserta didik SMA/MA/SMK/MAK
  • 48. 36 PendidikanAntikorupsi |Tingkat SMA/MA/SMK/MAK Berpegang teguh pada prin- sip-prinsip tentang keberanian dalam setiap aspek kehidupan; Berani mendeklarasikan diri se- bagai orang yang berani dalam segala aspek kehidupan; Berperan aktif dalam mendor- ong orang lain untuk menga- malkan perilaku berani secara konsisten; Berperan aktif dalam tindakan pencegahan perilaku tidak be- rani secara kreatif dan inovatif; Terbiasa melakukan evaluasi diri dalam pengamalan perila- ku berani. INDIKATOR PERILAKU BERANI Memiliki karakter yang kuat, kemanta- pan hati, tidak takut untuk mengatakan yang benar, menolak ajakan berbuat tidak baik, dan semangat juang yang tinggi Berani Indikator Hasil Belajar Tanda-tanda hasil belajar ten- tang perilaku berani bagi anak SMA/MA/SMK/MAK
  • 49. 37 PendidikanAntikorupsi |Tingkat SMA/MA/SMK/MAK Indikator Kelas Sekolah Keluarga Lingkungan 1. Adanya role model yang dap- at diteladani oleh peserta didik 2. Adanya simbol-simbol (gam- bar, poster, spanduk, kata-kata bijak) yang menginspirasi penga- malan nilai-nilai keberanian; 3. Adanya konsistensi penga- malan nilai-nilai keberanian di semua kegiatan dan proses pembelajaran; 4. Adanya dorongan atau apre- siasi agar peserta didik berperan aktif dalam dalam mengamalkan nilai-nilai keberanian; 5. Adanya dorongan atau apre- siasi agar anak berpegang teguh pada prinsip nilai-nilai keberani- an; 6. Adanya dorongan atau apre- siasi agar peserta didik berani mendeklarasikan diri sebagai orang yang berani. 7. Adanya dorongan atau apre- siasi agar anak selalu melakukan evaluasi diri terhadap konsistensi dalam pengamalan nilai-nilai keberanian; 8. Adanya konsistensi penera- pan nilai keberanian dalam tata kelola sekolah seperti bebas dari pungli, gratifikasi dalam bentuk apapun. Indikator Proses Pembelajaran, Pengkon- disian dan Tata Kelola Tanda-tanda terjadinya proses pembelajaran, pengkondisian, dan tata kelola untuk menguatkan perilaku berani pada peserta didik SMA/MA/SMK/MAK
  • 50. 38 PendidikanAntikorupsi |Tingkat SMA/MA/SMK/MAK Berpegang teguh pada prin- sip-prinsip tentang keadilan dalam setiap aspek kehidupan; Berani mendeklarasikan diri sebagai orang yang adil dalam segala aspek kehidupan; Berperan aktif dalam mendor- ong orang lain untuk menga- malkan perilaku adil secara konsisten; Berperan aktif dalam tindakan pencegahan perilaku tidak adil secara kreatif dan inovatif; Terbiasa melakukan evaluasi diri dalam pengamalan perila- ku adil. INDIKATOR PERILAKU ADIL Menempatkan ses- uatu pada tempatn- ya, konsisten, se- laras, seimbang, dan berpegang teguh pada kebenaran Adil Indikator Hasil Belajar Tanda-tanda hasil belajar ten- tang perilaku adil bagi anak SMA/MA/SMK/MAK
  • 51. 39 PendidikanAntikorupsi |Tingkat SMA/MA/SMK/MAK Indikator Kelas Sekolah Keluarga Lingkungan 1. Adanya role model yang dap- at diteladani oleh peserta didik 2. Adanya simbol-simbol (gam- bar, poster, spanduk, kata-kata bijak) yang menginspirasi penga- malan nilai-nilai keadilan; 3. Adanya konsistensi pengama- lan nilai-nilai keadilan di semua kegiatan dan proses pembela- jaran; 4. Adanya dorongan atau apre- siasi agar peserta didik berperan aktif dalam dalam mengamalkan nilai-nilai keadilan; 5. Adanya dorongan atau apre- siasi agar anak berpegang teguh pada prinsip nilai-nilai keadilan; 6. Adanya dorongan atau apre- siasi agar peserta didik berani mendeklarasikan diri sebagai orang yang adil. 7. Adanya dorongan atau apre- siasi agar anak selalu melakukan evaluasi diri terhadap konsistensi dalam pengamalan nilai-nilai keadilan; 8. Adanya konsistensi pener- apan nilai keadilan dalam tata kelola sekolah seperti bebas dari pungli, gratifikasi dalam bentuk apapun. Indikator Proses Pembelajaran, Pengkon- disian dan Tata Kelola Tanda-tanda terjadinya proses pembelajaran, pengkondisian, dan tata kelola untuk menguatkan perilaku adil pada peserta didik SMA/MA/SMK/MAK
  • 52. 40 PendidikanAntikorupsi |Tingkat SMA/MA/SMK/MAK If you want to change the world, —JAMES REDFILLE—
  • 53. 41 PendidikanAntikorupsi |Tingkat SMA/MA/SMK/MAK AMALKAN PENGUATAN NILAI-NILAI ANTIKORUPSI Langkah 3 Para guru, setelah kita mema- hami, menyadari dan meyakini, dan mengamalkan, mari kita mulai pendidikan antikorupsi dari Ruang Kelas kita, dimulai dari diri kita, saat ini juga!
  • 54. 42 PendidikanAntikorupsi |Tingkat SMA/MA/SMK/MAK Menciptakan situasi atau mengkondisikan agar anak mengenal, mengetahui, men- gerti, memaklumi, perlunya nilai antiko- rupsi dalam menjala- ni kehidupan. Pahami TAHAPAN PEMBELAJARAN Tujuan pembelajaran antikorupsi adalah peserta didik mengamal- kan nilai-nilai antikorupsi di mana- pun, kapanpun dan dalam kondisi bagaimanapun. Tidak berhenti sampai mereka paham atau sadar. Caranya bukan dengan mengajarkan, tapi melalui pengkondisian. Lakukan pengkondisian secara konsisten dalam setiap aktivitas mulai dari dalam pem- belajaran di kelas, lalu kaitkan dengan aktivitas di luar kelas. Perlu dua utama, yakni, pertama, guru mengamalkan semua nilai pembentuk perilaku antikorupsi dalam kehidupan- nya, sehingga ia bisa menjadi contoh bagi seluruh peserta didik. Langkah berikutnya, guru melakukan pengkon- disian agar nilai-nilai tersebut diamal- kan seluruh peserta didik. Pengkon- disian dilakukan melalui berbagai jenis kegiatan pembelajaran dan dilakukan koneksi dengan kegiatan di sekolah, di rumah, dalam kegiatan bermain, dan di masyarakat. Cermati uraiannya di bagian ini. Lebih dalam lagi, setiap nilai harus bersifat substantif, bukan sekadar istilah, melainkan dipraktekkan secara nyata dalam sikap dan perilaku indi- vidu. Pembelajaran dilakukan melalui pen- gondisian di segala aspek. Pada satu sisi nilai-nilai antikorupsi sudah ada dalam diri setiap anak sebagai fitrah. Pada sisi lain, setiap mata pelajaran, mengandung nilai-nilai tersebut. Den- gan demikian proses pembelajaran 1 Membelajarkan nilai-nilai antikorupsi tidak menambah materi ajar dan jam belajar yang sudah ada. Hanya satu prasyarat yang dibu- tuhkan: guru harus yang pertama menjadi role model. pada intinya adalah mengolah yang sudah ada yaitu melalui olah pikir, olah rasa, olah hati, olah karsa, dan olah raga.
  • 55. 43 PendidikanAntikorupsi |Tingkat SMA/MA/SMK/MAK Menciptakan situasi atau mengkondisikan agar anak meyakini, menginsyafi, dan menyadari bahwa nilai-nilai antikorupsi membawa ke- baikan bagi dirinya pribadi maupun orang lain dan ling- kungan. Menciptakan Situasi atau mengkondisikan agar anak terbiasa menerapkan perilaku baik sesuai dengan nilai-nilai antikorupsi secara konsisten di manapun, kapanpun dan dalam kondisi apapun. Deklarasikan Menciptakan situasi atau mengkondisikan agar anak berani menyatakan dirinya sebagai orang yang kon- sisten berperilaku baik ses- uai nilai-nilai antikorupsi, menjadi teladan, dan aktif mengkampanyekan penting- nya perilaku antikorupsi bagi individu, masyarakat dan lingkungan. Sadari & Yakini 2 Amalkan 3 4
  • 56. 44 PendidikanAntikorupsi |Tingkat SMA/MA/SMK/MAK GARIS BESAR PENGKONDISIAN DAN TATA KELOLA Contoh: Guru menjadikan dirinya sebagai pribadi yang jujur dalam hidupnya. Di manapun, kapanpun dan dalam situasi apapun dia menjadi pribadi yang jujur sehingga menjadi role model. Pendidikan antikorupsi dilakukan mel- alui pengkondisian dimulai dari kelas. Sebelum melakukan pengkondisian, syarat utama yang harus dilakukan guru adalah mengamalkan terlebih dahulu nilai-nilai antikorupsi pada dirinya sendiri. Dengan demikian peserta didik dapat menjadikan para guru sebagai teladan. Apabila guru tidak menjadi contoh maka pengkondisian lainnya tidak akan berjalan. Berikut tahapan pengkondisian yang dapat dilakukan setelah guru menjadi teladan. Guru mengamalkan nilai antikorupsi dalam kehidupannya sebagai kebutuhan dirinya, sehingga peserta didik dapat meneladani.
  • 57. 45 PendidikanAntikorupsi |Tingkat SMA/MA/SMK/MAK Perbanyak Simbol-simbol antikorupsi dalam pembelajaran, baik berbentuk teks, gambar, audio, audio visual, atau gerakan (contoh: slogan Jujur itu Hebat, film-film tentang antikorupsi) Perbanyak Kegiatan pembelajaran di kelas yang dapat menjadi media yang relevan dan konsisten dalam pengamalan nilai antikorupsi, dan ciptakan momentum (event) untuk menguat- kan. Berilah apresiasi kepada peserta didik yang mengamalkan nilai-nilai antikorupsi secara kon- sisten dalam segala aspek kehidupan. Dorong peserta didik untuk mengajak teman atau orang lain untuk mengamalkan hal yang sama dan mencegah perilaku korupsi dalam kehidupannya. Kaitkan den- gan kegiatan di sekolah, keluarga, teman bermain dan masyarakat.
  • 58. 46 PendidikanAntikorupsi |Tingkat SMA/MA/SMK/MAK Langkah praktis mewujudkan budaya integritas. Mulailah dari ruang kelas. Lalu, lakukan langkah konsisten di sekolah. Kaitkan dengan aktivitas di keluarga, teman bermain dan masyarakat secara konsisten dan berkelanjutan. Sekolah mengkondisikan suasana sekolah sehingga peserta didik terbi- asa mengamalkan dan berperan aktif dalam penerapan nilai-nilai antikorupsi di semua kegiatan atas dasar prinsip yang diyakini,melalui: 1. Menjadikan semua orang dewasa yang berada di lingkungan sekolah menjadi role model; 2. Menyediakan simbol-simbol audio, visual, audio visual, serta gerakan yang terkait dengan pengamalan dan pen- egakan prinsip nilai-nilai antikorupsi; 3. Mengadakan kegiatan, permainan, cerita, film, atau bentuk lainnya yang membiasakan pengamalan dan pen- egakan prinsip nilai-nilai antikorupsi dalam semua situasi; 4. Memberikan apresiasi dalam berb- agai bentuk untuk merangsang peran aktif dalam pengamalan dan penega- kan prinsip nilai-nilai antikorupsi. 5. Mendorong peserta didik untuk mendeklarasikan diri sebagai bukti pengamalan dan keteguhan pada prinsip nilai-nilai antikorupsi dalam berbagai kegiatan di sekolah. 6. Menerapkan nilai antikorupsi dalam pengelolaan sekolah, mulai dari pen- erimaan peserta didik, administrasi, hingga layanan pasca sekolah. LANGKAH PENGKONDISIAN LENGKAP Keluarga Kelas Sekolah Lingkungan 1 Guru mengkondisikan proses pembelajaran di kelas sehingga peserta didik terbiasa menga- malkan dan berperan aktif dalam penerapan nilai-nilai antikorupsi di semua kegiatan atas dasar prinsip yang diyakini, melalui: 1. Menjadi role model bagi peserta didik; 2. Menjaga konsistensi peserta didik dalam mengamalkan dan memegang prinsip nilai-nilai KELAS 2 SEKOLAH Teman Bermain
  • 59. 47 PendidikanAntikorupsi |Tingkat SMA/MA/SMK/MAK antikorupsi di semua kegiatan dan proses pembe- lajaran; 3. Mendorong dan memberikan apresiasi agar pe- serta didik berperan aktif dalam dalam mengamal- kan dan memegang prinsip nilai-nilai antikorupsi di semua kegiatan dan proses pembelajaran; 4. Melakukan berbagai kegiatan pembelajaran yang mendorong anak untuk terbiasa mengamal- kan, berperan aktif dan memegang prinsip dalam penerapan nilai-nilai antikorupsi di semua kegiatan dan proses pembelajaran; 5. Mendorong peserta didik untuk mendeklarasikan diri seba-gai bukti pengamalan dan keteguhan pada prinsip nilai-nilai antikorupsi dalam berbagai kegiatan di kelas. 6. Melakukan evaluasi pencapaian kom- petensi dengan cara kreatif dan inovatif sehingga peserta didik menganggap rugi dan tidak ada manfaatnya apabila mel- akukan pelanggaran terhadap nilai-nilai antikorupsi. 5 Guru dan Orang tua mengkondisikan suasana bermain anak yang dapat menunjukkan penga- malan dan berperan aktif dalam penerapan nilai- nilai antikorupsi di semua kegiatan atas dasar prinsip yang diyakini, melalui: 1. Mendorong anak untuk menjadi contoh bagi teman-teman sepermainan dalam mengamalkan dan menegakkan prinsip nilai-nilai antikorupsi; 2. Mendorong anak untuk menolak ajakan teman untuk melakukan hal-hal yang melanggar nilai-nilai antikorupsi; 3. Memberikan apresiasi dan dorongan agar anak selalu memiliki keberanian untuk mengajak teman-temannya untuk mengamalkan dan ber- pegang pada prinsip nilai-nilai antikorupsi; 4. Mendorong anak berperan aktif membentuk kelompok-kelompok sosial bersama teman sep- ermainan dalam pengamalan dan penegakan prinsip nilai-nilai antikorupsi. Guru, Orang tua, dan semua orang dewasa / remaja secara bersama-sama menciptakan suasana antikorupsi di lingkungan yang sehat, dengan cara: 1. Mendorong anak untuk menjadi contoh bagi teman-teman sebayanya di lingkungan tempat tinggal dalam menerapkan nilai-nilai antikorupsi yang sudah dia pahami melalui berb- agai cara; 2. Mendorong anak untuk menolak aja- kan siapapun untuk melakukan hal-hal yang melanggar nilai-nilai antikorupsi; 3. Memberikan apresiasi dan dorongan agar anak selalu menceritakan pen- galaman di lingkungannya mengenai upaya menciptakan suasana antikorupsi kepada orang tua/guru. KELUARGA Orang tua mengkondisikan suasana keluarga yang mendukung semua aktivitas anak untuk menunjukkan pengamalan dan penegakan prinsip nilai-nilai antikorupsi, melalui: 1. Menjadikan semua anggota keluarga sebagai role model; 2. Mengadakan kegiatan yang secara konsisten membiasakan perilaku penga- malan nilai-nilai antikorupsi dalam segala hal dalam keluarga; 3. Memberikan apresiasi dalam berbagai bentuk untuk menjaga konsistensi pen- gamalan dan penegakan prinsip nilai-nilai antikorupsi. 3 TEMAN BERMAIN MASYARAKAT 4
  • 60. 48 PendidikanAntikorupsi |Tingkat SMA/MA/SMK/MAK “Saya kan guru matematika, apa urusannya saya dengan pendidikan antikorupsi?” Masih kerap terdengar pertanyaan de- mikian. Seolah antara materi di mata pelajaran dan nilai antikorupsi berada di ruang yang berbeda. Secara filosofis, nilai-nilai antikorupsi sudah terkandung di dalam mata pelajaran dan masing-masing mata pelajaran memiliki kekhasan sendiri. Oleh karena itu, semua mata pelajaran berfungsi sebagai alat untuk mem- perkuat dan memperkokoh nilai-nilai antikorupsi dan karakter di dalam diri setiap peserta didik. Berikut nilai khas yang terkandung dalam mata pelajaran: Catatan Penting untuk Guru: MATA PELAJARAN ADALAH ALAT No Mata Pelajaran Nilai khas yang dikandung 1 Ilmu Pasti/ Matematika Keteraturan, ketegasan, perkem- bangan logika dari sederhana ke kompleks, kepastian, universalitas, abstraksi, ekonomis, kesejajaran, keragaman, ritme, dan keseimban- gan. 2 Ilmu Alam/IPA Obyektif, general, terhitung dan teoretis, rasa syukur, keteraturan. 3 IPS Kebersamaan, perbedaan se- bagai kekayaan, kesetaraan, saling membutuhkan, keteraturan, berbagi peran, 4 Sejarah Ketelitian, kerapihan, urutan logis, logika peristiwa, pemahaman dan penghargaan terhadap waktu, sim- pati, empati, 5 Seni Kelembutan, keteraturan,keindahan, harmoni, irama, struktur, keseimban- gan, kreativitas 6 Pendidikan Jasmani Kerja keras, sehat, teratur, sportif, kebersamaan, kerja tim, disiplin, kesesuaian, berbagi peran. 7 Bahasa Kerja keras, saling memahami, mendengarkan, kebersamaan, men- erima perbedaan. Sumber: Paedia CONTOH Dalam pelajaran matematika, ten- tang urutan bilangan di kelas-kelas awal merupakan proses pe- numbuhan kesadaran pentingnya kemam- puan untuk memilih dan menentukan prioritas mana yang harus didahulukan dan mana yang harus belakangan. Apabila anak menyadari hal ini dan diterapkan dalam setiap aktivitas secara konsisten, maka ber- perilaku tertib, disiplin, dan antri akan menjadi kebiasaan yang dilaku- kan dengan kesadaran penuh. NILAI-NILAI KARAKTER YANG DIKANDUNG DALAM MATA PELAJARAN
  • 61. 49 PendidikanAntikorupsi |Tingkat SMA/MA/SMK/MAK Dengan contoh tersebut, nampak bahwa nilai-nilai antikorupsi telah menjadi ruh dalam mata pelajaran. Tidak ada dalih untuk mengabaikan penguatan nilai an- tikorupsi ketika mempelajari materi mata pelajaran apapun. Justru semua mata pelajaran harus bergerak ke titik yang sama yakni penguatan antikorupsi. Dalam proses pembelajaran dalam mata pelajaran, nilai-nilai antikorupsi itu bisa berada dalam berbagai muatan. TEMA KEGIATAN KONTEN PPKn> Hak dan kewajiban warga negara Pendidikan Agama>berbuat baik kepada sesama manusia; kaitan antara beriman kepada hari akhir dengan perilaku jujur, bertanggung jawab, dan adil; perilaku bekerja keras dan bertanggung jawab kehidupan sehari-hari yang berkembang di masyarakat dengan keimanan (Tema: hak dan tanggungjawab war- ga negara dalam berbagai kegiatan) Seni Budaya>4.4 mementaskan teat- er kontemporer sesuai konsep, teknik dan prosedur Bhs Indonesia> 4.6 Merancang teks editorial dengan memerhatikan struk- tur dan kebahasaan baik secara lisan maupun tulis; 4.10 Menyusun opini dalam bentuk artikel; 4.12 Menyusun kritik dan esai dengan memerhatikan aspek pengetahuan dan pandangan penulis baik secara lisan maupun tulis. PAI>Menyajikan nilai-nilai ketela- danan tokoh-tokoh dalam sejarah perkembangan Islam di Indonesia TATA KELOLA SEKOLAH Seni Budaya>Pementasan teater kontemporer sesuai tema; Bhs Indonesia> Lomba menulis artikel, editorial, kritik, essai serta lomba Konsisten dalam menerapkan hak dan kewajiban dasar warga negara dalam lingkup sekolah. Contoh sebagai berikut: • hak siswa mendapatkan layanan pendidikan yang antidiskriminasi, • kewajiban siswa mengikuti aturan negara di sekolah secara konsisten (Contoh: memiliki KTP bagi yang telah berusia 17, memiliki SIM sebagai syarat berkendara) • kewajiban sekolah menyelenggarakan layanan pendidikan yang antikorupsi. • Pahami Dulu, Baru Lawan • Kisah Kasus Di Sekolah • 99 Model Pembelajaran Antikorupsi • Memahami untuk Membasmi : Buku saku untuk memahami tindak korupsi • Pahami Dulu Baru Lawan • Cerita dari Peternakan Kakek Tulus • Terajana: Petualangan Memecahkan Sandi Kuno • PDKT: Pilih Diri, Komitmen & Tanggung Jawab Kita • Kumpulan Cerpen, Esai, Naskah Drama, Puisi, • Modul Pendidikan Antikorupsi Tingkat SMA/MA CONTOH BAHAN AJAR YANG DAPAT DIGUNAKAN pidato dengan tema hak dan kewajiban warga negara Sosiologi>4.4 Merancang, melaksan- akan, dan melaporkan aksi pember- dayaan komunitas dengan mengede- pankan nilai-nilai kearifan lokal di tengah-tengah pengaruh globalisasi. Geografi>4.2 Membuat makalah tentang usaha pemerataan pembangu- nan di desa dan kota yang dilengkapi dengan peta, bagan, tabel, grafik, dan/ atau diagram Sejarah Ind>4.6 melakukan penelitian sederhana tentang pekembangan kehidupan politik dan ekonomi Bangsa Indonesia pada masa awal Reformasi dan menyajikannya dalam bentuk laporan tertulis; 1.1.Menghargai perbedaan sebagai anugerah Tuhan yang Maha Esa 2.1. Bersikap responsif dan proaktif terhadap pelanggaran hak dan pengingkaran kewajiban warga negara dalam kehidupan berbangsa dan bernegara 3.1. Menganalisis nilai-nilai Pancasila terkait dengan kasus-kasus pelanggaran hak dan pengingkaran kewajiban warga negara dalam kehidupan berbangsa dan bernegara 4.1. Menyaji hasil analisis nilai-nilai Pancasila terkait dengan kasus kasus pelanggaran hak dan pengingkaran kewajiban warga negara dalam kehidupan berbangsa dan bernegara PPKn
  • 62. 50 PendidikanAntikorupsi |Tingkat SMA/MA/SMK/MAK Apapun Mata Pelajaran yang Anda ampu, Anda berperan penting dalam penguatan nilai-nilai antikorupsi pada diri peserta didik. Di muka sudah diba- has bahwa semua mata pelajaran membawa misi antikorupsi melalui ciri khas masing-masing. LANGKAH PRAKTIS GURU (CONTOH) LANGKAH UMUM 1 Amalkan perilaku antikorupsi secara kon- sisten dalam setiap gerak langkah kehidupan sebagai amal baik anda pribadi, yang manfaat- nya untuk diri pribadi. Hal itu akan berguna sebagai teladan. 2 Perkenalkan simbol-simbol baik berupa teks, audio, visual, audio-visual, atau gerak yang menggugah peserta didik untuk memegang prinsip perlunya mengamalkan nilai-nilai an- tikorupsi. 6 Buat Evaluasi yang Kreatif dan Inovatif agar anak terhindar dari perilaku tidak antikorupsi, seperti mencegah anak menyontek, tidak ber- tanggungjawab, dan lain-lain 3 Perbanyak Kegiatan, Event, yang secara konsisten mendorong anak untuk makin kuat memegang prinsip dalam mengamalkan nilai- nilai antikorupsi. 4 Deklarasikan bahwa diri Anda Antikorupsi (mulai dari hal kecil terlebih dulu yang selalu Anda amalkan). Dorong peserta didik untuk mendeklarasikan dirinya antikorupsi, pada perilaku termudah sesuai nilai antikorupsi. 5 Secara periodik dan konsisten Berikan Apre- siasi kepada peserta didik yang konsisten mengamalkan nilai-nilai antikorupsi dalam setiap aktivitas kehidupannya.
  • 63. 51 PendidikanAntikorupsi |Tingkat SMA/MA/SMK/MAK 1 Mulailah menjadi pribadi antikorupsi. Mulai dari yang paling mudah. Misalnya amalkan keju- juran dalam diri kita. Niatkan semua itu sebagai perilaku baik yang wajib kita jalani sebagai ma- nusia beragama. Jangan pernah tidak jujur pada siapapun, terlebih pada peserta didik. Karenanya anda akan diteladani. 2 Pasanglah simbol-simbol tentang kejujuran di ruang kelas. Misalnya slogan: Jujur itu Hebat atau Kejujuran menyebabkan ketenangan. Selain itu, berulang kali menyampaikan slogan secara lisan, memutar film tentang tokoh bangsa yang dikenang karena kejujuran. 6 Buat Soal-soal evaluasi yang kreatif dan berbeda tiap anak. Yang tidak membuka pe- luang anak menyontek. Misalnya: mengaitkan setiap soal dengan keluarga masing-masing, kampung, atau lingkungan, sehingga anak tidak bisa menyontek. 3 Buatlah kegiatan pembelajaran atau event yang membiasakan perilaku jujur. Beberapa game Produk KPK bisa digunakan, seperti: Ular Tangga, Terajana, PDKT, Keranjang Bolong, atau game lain yang dikembangkan sendiri oleh guru. Juga seriusi pengelolaan Kantin Kejujuran, Lost & found, dan event lain. 4 Pasang pin “Saya Pribadi Jujur”, atau “Saya belajar jujur”. Tunjukkan perilaku jujur secara konsisten dalam tiap aktivitas. Ajak peserta didik untuk jujur dan ingatkan secara baik pe- serta didik yang ketahuan tidak jujur. 5 Berikan pujian, penghargaan, perhatian pada pribadi yang jujur dan tidak pernah menyontek (walau nilai ulangannya kecil). Tegaskan jujur itu utama dalam pendidikan. Jika perlu diberi hadiah, meski hanya tepukan di pundak. LANGKAH TEKNIS CONTOH PADA MAPEL PKN
  • 64. 52 PendidikanAntikorupsi |Tingkat SMA/MA/SMK/MAK TAHAPAN PENYUSUNAN LESSON PLAN Pahami dan Sadari Kompetensi yang dibe- lajarkan (Pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai) Pahami Kompetensi 1 Tentukan indikator pe- nilaian proses dan hasil belajar Tentukan Indikator Tentukan materi pembe- lajaran sebagai alat untuk mencapai kompetensi yang utuh Tentukan Materi Buat rencana pembelajaran sesuai dengan kompetensi yang akan dibelajarkan. Apapun mata pelajaran yang Anda ampu, berikut langkah singkat dalam menyusun Lesson Plan yang kreatif dan inovatif. Tujuan pem- belajaran tiap pertemuan disesuaikan dengan tuntutan pencapaian kompetensi 2 3
  • 65. 53 PendidikanAntikorupsi |Tingkat SMA/MA/SMK/MAK Diperlukan kepekaan dan keter- ampilan guru untuk memancing dan membangkitkan kecerdasan berpikir peserta didik di setiap taha- pan proses pembelajaran sehingga peserta didik dapat menyadari nilai-nilai yang terkandung di dalam proses tersebut. Rancang tahap demi tahap kegiatan untuk membela- jarkan peserta didik Rancang Proses Pembelajaran Dokumentasikan data perkembangan hasil belajar setiap peserta didik pada pertemuan tersebut Dokumentasikan 4 Dokumen Lesson Plan 5
  • 66. 54 PendidikanAntikorupsi |Tingkat SMA/MA/SMK/MAK 1.1.Menghargai perbedaan sebagai anugerah Tuhan yang Maha Esa 2.1. Bersikap responsif dan proaktif terhadap pelanggaran hak dan pengingkaran kewajiban warga negara dalam kehidupan berbangsa dan bernegara 3.1. Menganalisis nilai-nilai Pancasila terkait den- gan kasus-kasus pelanggaran hak dan penging- karan kewajiban warga negara dalam kehidupan berbangsa dan bernegara 4.1. Menyaji hasil analisis nilai-nilai Pancasila terkait dengan kasus kasus pelanggaran hak dan pengingkaran kewajiban warga negara dalam kehidupan berbangsa dan bernegara Kompetensi 1 • Menguraikan pengertian dan jenis-jenis hak dan kewajiban warga negara menurut para ahli • Menyimpulkan melalui kalimat sendiri tentang pengertian dan jenis-jenis hak dan kewajiban warga negara • Mengidentifikasi aspek-aspek yang harus diperhatikan dalam menggunakan hak dan melaksanakan kewajiban warga negara • Menganalisis bentuk-bentuk hak dan kewajiban warga negara sesuai dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indo- nesia Tahun 1945 • Mengkomunikasikan hasil analisis nilai Pancasila dikaitkan dengan kasus pelanggaran hak dan pengingkaran kewajiban warga negara dalam kehidupan berbangsa dan bernegara • Menghormati hak dan kewajiban setiap individu sebagai ben- tuk rasa syukur terhadap anugerah Tuhan YME • Mendukung segala upaya penegakan hak dan kewajiban yang dilakukan oleh pemerintah • Membiasakan diri bersikap sesuai dengan nilai-nilai yang ter kandung dalam Pancasila dan proaktif menegakkan nilai-nilai Pancasila dalam menyikapi berbagai permasalahan terkait dengan penyimpangan/penyalahgunaan hak dan kewajiban warga negara Contoh Indikator Buat rencana pembelajaran antikorupsi dimotori oleh mata pelajaran PPKn. Tujuan pertemuan 1: Siswa dapat memahami dan mengimplementasikan hak dan kewajiban warga negara serta bersikap proaktif dalam pencegahan pelanggaran aturan tentang hak dan ke- wajiban 2 • Hak Asasi Manusia; • Kewajiban Warga Negera; • Pelanggaran terhadap Hak Asasi dan Upaya Pencegahannya. Materi 3 CONTOH LESSON PLAN PPKn Kelas XII Smst 1 (Pertemuan 1 dari 3)
  • 67. 55 PendidikanAntikorupsi |Tingkat SMA/MA/SMK/MAK Contoh Rancangan Pembelajaran 4 Data pencapaian kompetensi tiap peserta didik Dokumen Hasil Belajar 5 No Inti Kegiatan Pembelajaran Bahan dan Alat Keterkaitan antara Kondisi yang diciptakan dengan menguatan nilai-nilai 1 Guru meyampaikan tujuan pembelajaran dan menye- pakati kontrak belajar dengan siswa dikahiri dengan pemberian motivasi kepada siswa. Guru berpeluang memancing dan membangkitkan krea- tivitas dan keberanian siswa menyampaikan pendapat 2 Guru membagikan beberapa lembar kertas kecil bertu- liskan atau bergambarkan beberapa contoh “Hak dan Kewajiban Warga Negara” dan beberapa contoh peny- impangan, penyalahgunaan, atau pelanggaran terhadap hak dan kewajiban seperti pelanaggaran rambu-rambu lalu lintas, obat atau surat-surat palsu, makanan meng- gunakan bahan pengawet, Tindak Korupsi dan berbagai pelanggaran lainnya. Kertas kecil bertuliskan atau bergambarkan contoh-con- toh “Hak dan Kewajiban Warga Negara” Guru berpeluang memancing dan menguatkan kemamp- uan siswa untuk berkata jujur, mandiri dan berani mengam- bil keputusan dan menilai keputusannya sendiri 3 Siswa secara bersamaan mengangkat kertas yang bertu- liskan/bergambarkan tentang Hak, atau kewajiban, atau pengingkaran/[elanggaran terhadap hak dan kewajiban untuk memastikan bahwa siswa dapat membedakan antara hak, kewajiban, dan berbagai jenis pelanggaran atau penginkaran terhadap hak dan kewajiban. Kertas kecil bertuliskan atau bergambarkan contoh-con- toh “Hak dan Kewajiban Warga Negara” Guru berpeluang memancing dan membangkitkan krea- tivitas dan keberanian siswa menyampaikan pendapat 4 Permainan (Game) “make a match” dengan lang- kah-langkah sebagai berikut: • Guru membagi peserta didik menjadi empat kelompok (disesuaikan dengan jumlah peserta didik). • Peserta didik di setiap kelompok membagi peran ada yang bermain di games dan ada yang berperan mencari jawaban dari pertanyaan yang keluar dalam games tersebut. • Setiap angka dalam papan ular tangga mengandung soal yang harus dijawab secara berdiskusi kelompok • Setelah semua soal terjawab guru bersama peserta didik melakukan koreksi terhadap jawaban hasil diskusi Beberapa Game Produk KPK yang dapat digunakan, seperti: Ular Tangga, Teraja- na, PDKT, Ker- anjang Bolong, atau game lain yang dikembang- kan sendiri oleh guru Guru dan peserta didik secara bersama-sama mel- akukan konfirmasi ke sumber yang valid sebagai langkah pembiasan berpikir ilmiah (jujur, disiplin, bertangggu- ngjawab) 5 Peserta didik memberikan kesimpulan atas pembe- lajaran dan catatan reflektif berkaitan dengan respon proaktif terhadap penegakkan hak dan kewajiban secara konsisten dan upaya pencegahan terhadap penyimpan- gan Bahan paparan siswa berupa gambar/tabel/ catatan Guru berpeluang memancing dan membangkitkan kreativi- tas, keseriusan dan ketekunan dan menilai keputusan dan berkomitmen untuk menga- malkan nilai-nilai antikorupsi (jujur, peduli, mandiri, berani dan tanggung jawab secara konsisten A. Pendahuluan (lakukan pembiasaaan, seperti berdoa, kelas bersih, dan lain sebagainya) B. Inti Kegiatan Pembelajaran C. Penutup. Lakukan review (lakukan pembiasaaan, seperti berdoa, kelas bersih, dan lain sebagainya) Text
  • 68. 56 PendidikanAntikorupsi |Tingkat SMA/MA/SMK/MAK CONTOH LESSON PLAN KREATIF Lesson Plan adalah dokumen peren- canaan yang mutlak dipersiapkan oleh guru. Umumnya, lesson plan disusun dengan format baku. Padahal tidak selalu harus sama formatnya. Karena lesson plan merupakan alat bantu guru, maka bentuknya dapat disesuaikan dengan kreativitas guru. Yang harus diingat, lesson plan yang dibuat guru juga harus bisa dipahami oleh pihak lain yang terkait. Misalnya pengawas dan guru lain di sekolah. Berikut contoh-contoh lesson plan kreatif yang tidak menggunakan format teks, melainkan gambar dan skema.
  • 70. 58 PendidikanAntikorupsi |Tingkat SMA/MA/SMK/MAK CONTOH INSTRUMEN PENILAIAN No Indikator Ketercapaian Kompetensi Instrumen Tindak Lanjut 1 Menguraikan pengertian dan jenis-jenis hak dan kewajiban warga negara menurut para ahli Daftar ceklist Guru melakukan tindakan berdasar- kan capaian sesuai indikator 2 Menyimpulkan melalui kalimat sendiri tentang pengertian dan jenis-jenis hak dan kewajiban warga negara Daftar ceklist 3 Mengidentifikasi aspek-aspek yang harus diperhatikan dalam menggunakan hak dan melaksanakan kewajiban warga negara Daftar ceklist 4 Menganalisis bentuk-bentuk hak dan kewa- jiban warga negara sesuai dengan Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Daftar ceklist 5 Mengkomunikasikan hasil analisis nilai Pan- casila dikaitkan dengan kasus pelanggaran hak dan pengingkaran kewajiban warga negara dalam kehidupan berbangsa dan bernegara Daftar ceklist 6 Menghormati hak dan kewajiban setiap indi- vidu sebagai bentuk rasa syukur terhadap anugerah Tuhan YME Daftar ceklist 7 Mendukung segala upaya penegakan hak dan kewajiban yang dilakukan oleh pemer- intah Daftar ceklist 8 Membiasakan diri bersikap sesuai dengan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila dan proaktif menegakkan nilai-nilai Pancasi- la dalam menyikapi berbagai permasalahan terkait dengan penyimpangan/penyalahgu- naan hak dan kewajiban warga Negara. Rubrik dan Daftar ceklist
  • 71. 59 PendidikanAntikorupsi |Tingkat SMA/MA/SMK/MAK Contoh Dokumen Hasil Belajar 5 No Nama Kelas Indikator Pencapaian Kompetensi Ket 1 2 3 4 5 6 7 8 1 Ahmad XII 2 Bella XII 3 Charlie XII 4 Erik XII 5 Galih XII 6 Ratna XII 7 Siti XII 8 Zafira XII No. Nilai Deskripsi Capaian 1 Jujur Berkata benar sesuai dengan yang dilihat, didengar, dan dirasakan Ya Tidak 2 Peduli Memiliki kasih sayang, empati dan keberpiha- kan kepada sesama maupun lingkungan 3 Mandiri Memiliki karakter yang kuat, punya inisiatif dan tidak menggantungkan keputusan kepa- da orang lain 4 Disiplin Konsisten, tertib, menepati janji, komitmen dan taat aturan 5 Tanggung Jawab Menerima semua konsekuensi akibat per- kataan dan perbuatan yang dilakukan ber- dasarkan nilai, moral, atau aturan 6 Kerja Keras Melakukan upaya sungguh-sungguh hingga tercapai apa yang ditargetkan berdasarkan nilai dan moral 7 Sederhana Bersahaja, tidak berlebih-lebihan, ikhlas, dan selalu bersyukur. 8 Berani Memiliki karakter yang kuat, kemantapan hati, tidak takut untuk mengatakan yang benar, menolak ajakan berbuat tidak baik, dan se- mangat juang yang tinggi 9 Adil Menempatkan sesuatu pada tempatnya, konsisten, selaras, seimbang, dan berpegang teguh pada kebenaran CONTOH RUBRIK PENILAIAN SIKAP UNTUK SATU KALI PERTEMUAN CONTOH CEKLIST PENCAPAIAN KOMPETENSI
  • 72. 60 PendidikanAntikorupsi |Tingkat SMA/MA/SMK/MAK Sebagai bahan referensi, untuk melihat konsistensi dalam perkembangan pembelajaran dapat dilihat dari capaian indikator hasil belajar pendidikan antikorupsi berdasarkan jenjang pendidikan. PAUD PETA INDIKATOR PER JENJANG SD Kelas 4-6 PAUD Indikator Hasil Belajar SD/ MI (Kelas 1-3) • Mengenali nilai-nilai antikorupsi yang dibutuhkan dalam keseh- arian; • Memahami perlunya nilai-nilai antikorupsi (integritas, jujur, bertanggungjawab dan kerja keras) dalam keseharian; • Menunjukkan dengan benar contoh pengamalan nilai-nilai antikorupsi dalam keseharian; • Mengamalkan nilai-nilai antiko- rupsi dalam keseharian; • Mencegah hal-hal yang ber- tentangan dengan nilai-nilai antikorupsi dalam keseharian. Indikator Hasil Belajar SD/ MI (Kelas 4-6) • Menyadari manfaat nilai-nilai antikorupsi (integritas, jujur, bertanggungjawab dan kerja keras) untuk diri pribadi dan sosial; • Menunjukkan contoh-contoh manfaat penerapan nilai-nilai antikorupsi dalam kehidupan sehari-hari; • Merespon praktek penerapan nilai-nilai antikorupsi dalam keseharian di lingkungannya; • Membiasakan pengamalan nilai-nilai antikorupsi dalam keseharian yang ia tiru; • Membiasakan pencegahan hal- hal yang bertentangan dengan nilai-nilai antikorupsi dalam keseharian yang ia tiru. SD Kelas 1-3
  • 73. 61 PendidikanAntikorupsi |Tingkat SMA/MA/SMK/MAK SMP Kelas 7-9 SMP Kelas 7-9 SMA Kelas 10-12 DEWASA Indikator Hasil Belajar SMP/MTs • Terbiasa secara konsisten mengamal- kan nilai-nilai antikorupsi kapanpun, di manapun, dan dalam situasi apapun; • Terbiasa secara konsisten meng- hindari perilaku yang bertentangan dengan nilai-nilai antikorupsi; • Berperan aktif dalam mengajak teman dalam pengamalan nilai-nilai antikorupsi di semua kegiatan secara konsisten; • Berperan aktif dalam mengajak teman dalam menghindari perilaku yang bertentangan dengan nilai-nilai antikorupsi di semua kegiatan secara konsisten; • Menghasilkan berbagai karya sebagai bukti pengamalan nilai-nilai antikorup- si dalam berbagai kegiatan; Indikator Hasil Belajar SMA/ MA/SMK/MAK • Berpegang teguh pada prinsip-prin- sip antikorupsi (satu kesatuan antara kata dan perbuatan, jujur, bertanggu- ngjawab, dan kerja keras) dalam setiap aspek kehidupan • Berani mendeklarasikan diri sebagai orang orang yang antikorupsi dalam segala aspek kehidupan; • Berperan aktif dalam mendorong orang lain untuk mengamalkan peri- laku antikorupsi secara konsisten; • Berperan aktif dalam tindakan pencegahan perilaku tidak antikorup- si secara kreatif dan inovatif; • Terbiasa melakukan evaluasi diri da- lam pengamalan perilaku antikorupsi.
  • 74. 62 PendidikanAntikorupsi |Tingkat SMA/MA/SMK/MAK When wealth is lost, Nothing is lost. When health is lost, Something is lost. When Character is lost, Everyhing is lost. (KATA BIJAK)
  • 75. 63 PendidikanAntikorupsi |Tingkat SMA/MA/SMK/MAK DEKLARASIKAN PETAJALAN TINDAKLANJUT Langkah 4 Para guru, setelah proses pendidikan an- tikorupsi berjalan di kelas, dorong agar kon- sisten dilaksanakan di sekolah, lalu kaitkan dengan keluarga dan masyarakat. Setelah itu janganlah berhenti. Berupayalah untuk meluaskan budaya antikorupsi lebih luas lagi, untuk Indonesia yang bebas korupsi.
  • 76. 64 PendidikanAntikorupsi |Tingkat SMA/MA/SMK/MAK Budaya itu dianut dan diyakini bersa- ma, diwariskan dan dipelajari. Proses mempelajari budaya (enkulturasi) dilakukan melalui semua aspek ke- hidupan keseharian manusia dalam satu komunitas. Pendidikan merupa- kan salah satu proses pembentukan budaya. Untuk itu harus dilakukan aktivitas konsisten di berbagai tempat. Oleh karena itu, pendidikan antiko- rupsi adalah pembangunan budaya yang harus melibatkan semua elemen Inilah Sosok Pelopor Bu- daya Antikorupsi • Bekerja Sukarela dan tidak ada kompensasi finansial; • Lebih karena dorongan iba- dah; • Menjadi panutan di wilayah- nya; • Berasal dari tokoh agama/to- koh adat/orang yang dihorma- ti, dll • Memahami perilaku masyar- akatnya; • Dapat meluangkan waktu untuk secara rutin berkumpul informal. INTERVENSI PEMBUDAYAAN DI MASYARAKAT Kegiatan Pelopor Budaya Antikorupsi di Wilayahnya • Memastikan proses pengkon- disian budaya antikorupsi di se- kolah berjalan (PAUD, SD, SMP, SMA dan jenjang sederajat); • Memastikan terjadi koneksi antara pengkondisian budaya antikorupsi di sekolah dengan keluarga dan masyarakat; • Memastikan pengkondisian budaya antikorupsi di keluarga dan masyarakat (instansi pemer- intah dan organisasi masyarakat) berjalan dalam keseharian kehidupan; • Mendorong konsistensi penga- malan nilai-nilai budaya antiko- rupsi berjalan di semua unsur masyarakat. Hadirnya pelopor-pelopor Budaya Antikorupsi di tiap wilayah akan menjadi harapan baru. Mari kita mulai. masyarakat. Sekolah, sekali lagi dipo- sisikan, sebagai lokomotif penggerak. Setelah kita mengamalkan, kelas dan sekolah kita terkondisi secara konsist- en, mulailah meluaskan ke sekolah lain dan wilayah lain. Pendidikan antikorupsi harus dilakukan dengan pendekatan kewilayahan yang bergerak seperti bola salju. Dilakukan terus menerus, konsisten, pelibatan publik secara aktif, dan akan lebih optimal dimulai dari daerah pinggiran
  • 77. 65 PendidikanAntikorupsi |Tingkat SMA/MA/SMK/MAK PENGKONDISIAN DENGAN PENDEKATAN WILAYAH Keluarga PAUD Masyarakat SD/MI SMP/ MTs SMA/ MA SMK/ MAK PT PNF Puskes- mas Ru- mah Iba- dah RT RW Kelura- han Pos Yandu yang memiliki karakteristik masyarakat yang cenderung homogen. Perlu pelopor-pelopor Budaya Antikorupsi Satuan pendidikan menerapkan pendidikan karakter sesuai model ini secara optimal di sekolah dan mengaitkan kegiatan pembelajarannya dengan keluarga dan masyarakat. Kegiatan itu didukung oleh para pelopor budaya antikorupsi yang menjaga konsistensi pengamalannya di masyarakat. Kel. Tani Pasar Kec Usaha Industri Lem/ Keuan- gan Trans- portasi Tele- komuni- asi dll di tiap wilayah. Mari, bersama-sama kita mulai. Jadilah pelopor.
  • 78. 66 PendidikanAntikorupsi |Tingkat SMA/MA/SMK/MAK Setelah pengkondisian di kelas kemudian diikuti dengan pengkondisian di luar kelas, dan luar sekolah, perlu kebija- kan untuk meluaskan pendidikan antikorupsi secara massif. Bagaimana langkahnya? MELUASKAN PENDIDIKAN BERBUDAYA ANTIKORUPSI MA Keluarga MI MTs SMA SMP SMK SD Masyarakat PAUD PNF Kecamatan Berbudaya Antikorupsi Pemerintah/Institusi menginisiasi pendidikan antikorupsi di satu wilayah terkecil (desa/kecamatan) yang kemudian dikem- bangkan ke wilayah yang lebih luas. Kabupaten Berbudaya Antikorupsi
  • 79. 67 PendidikanAntikorupsi |Tingkat SMA/MA/SMK/MAK Prinsip Perluasan Budaya Antikorupsi • Setiap sekolah yang telah berbudaya antikorupsi mel- uaskan ke sekolah lain; • Dilakukan dengan pendekatan wilayah secara lintas jenjang jalur serta status satuan pendidikan dan meli- batkan semua masyarakat/elemen di wilayah terkecil. • Dilakukan secara bekesinambungan, terus menerus; • Melibatkan seluas mungkin partisipasi publik; • Dimulai dari daerah pinggiran; • Proses penguatan bisa berbeda untuk nilai yang sama. Provinsi Berbudaya Antikorupsi Indonesia Bebas Korupsi
  • 80. 68 PendidikanAntikorupsi |Tingkat SMA/MA/SMK/MAK Adler, M. 2009. Program Paedia: Silabus Pendidikan Humanistik (Terj.). Indone- sia Publishing. Bandung Anderson, L. W., Krathwohl, D. R., Airasian, P. W., 2001. A Taxonomy For Learning, Teaching, and Assesing: A Revision of Bloom’s Taxonomy of Educational Objective. Addison Wesley Longman. Boston. Anita Woolfolk. 2009. Educational Psychology; Aktive Learning Edition. Pustaka Pelajar. Yogyakarta. Aunurrahman. 2012. Belajar dan Pembelajaran. Alfabeta. Bandung. Cottrell, S. 2005. Critical Thinking Skill: Developing Effective Analysis and Argu- ment. Palgrave Macmillan. New York. Dewey, J. 2009. Pendidikan Dasar Berbasis Pengalaman (Terj.). Indonesia Pub- lishing. Bandung Hurlock, E. B. 1980. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan (Terj.). Erlangga. Jakarta Jensen, E. 2008. Brain-Based Learning. Pustaka Pelajar. Yogyakarta. Johnson, E. 2010. Contextual Teaching and Learning : Menjadikan Kegiatan Belajar-Mengajar Mengasyikan dan Bermakna. Kaifa. Bandung. Joyce, A., Weil, M., Calhoun, E. 2009. Model of Teaching: Model-Model Penga- jaran. Pustaka Pelajar. Yogyakarta. Karzon, A. A. 2010. Tazkiyatun Nafs: Gelombang Energi Penyucian Jiwa Menurut Al-Qur’an dan As-Sunnah di Atas Manhaj Salafus Shaalih. Ak- barmedia. Jakarta. Khoe Yao Tung. 2015. Pembelajaran dan Perkembangan Belajar. Indeks. Jakar- ta. Latif, Yudi. 2015. Revolusi Pancasila. Mizan: Jakarta. Lickona, A. 2012. Mendidik Untuk Membentuk Karakter: Bagaimana Sekolah Dapat Memberikan Pendidikaan Tentang Sikap Hormat dan Bertanggu- ng Jawab. Bumi Aksara. Jakarta. Majid, A. 2014. Strategi Pembelajaran. Remaja Rosdakarya. Bandung. Ki Hadjar Dewantara. 1977. Pendidikan. Majelis Luhur Persatuan Taman Siswa. Yogyakarta. Marzano, R. J., Kendall, J. S. The New Taxonomy of Educational Objectives: Second Edition. Corwin Press. California. Marzano, R. J., Kendall, J. S. Designing Assessing Educational Objective: Apply- ing the New Taxonomy. Corwin Press. California. REFERENSI
  • 81. 69 PendidikanAntikorupsi |Tingkat SMA/MA/SMK/MAK Megawangi, R. 2009. Menyemai Benih Karakter. Indonesia Heritage Founda- tion. Depok.New Jersey. Murty, Ade Iva. 2016. Perumusan Indikator Nilai-Nilai Antikorupsi. Komisi Pem- berantasan Korupsi-GIZ, Jakarta. Murty, Ade Iva. 2016. Kajian Kristalisasi Nilai-Nilai Antikorupsi. Komisi Pember- antasan Korupsi-GIZ, Jakarta. Samani, M., Hariyanto. 2012. Konsep dan Model Pendidikan Karakter. Remaja Rosdakarya. Bandung. Sandra Aamodt dan Sam Wang. Welcome to Your Child’s Brain; Cara Pikiran Berkembang dari Masa Pembuahan Hingga Kuliah. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Santrock, J. W. Psikologi Pendidikan. Kencana. Jakarta. Soedarsono, S. 2008. Membangun Kembali Jati Diri Bangsa. Elex Media Kom- putindo. Jakarta. Smith, P. L., Ragan, T. J. 2005. Instructional Design: Third Edition. John Wiley & Sons. New Jersey. Sjafei, M. 2010. Arah Aktif: Sebuah Seni Mendidik Berkreativitas dan Berakhlak Mulia. Tiga Serangkai Pustaka Mandiri. Solo. Wragg, E. C. 1997. The Cubic Curriculum. Routledge. London.
  • 82. 70 PendidikanAntikorupsi |Tingkat SMA/MA/SMK/MAK KONTRIBUTOR 1. Heri Setiadi, Ph.D (Pasca Sarjana Uhamka) 2. Dr. Awaluddin Tjalla (Puskurbuk) 3. Drs. Evi Afrizal Sinaro (Ikapi DKI Jakarta) 4. Dr. Ade Iva Murty (Universitas Pancasila) 5. Dr. Misbah Fikrianto (Polimedia) 6. Dr. Akbar Alwi (UNJ) 7. Dr. Pahrurrodji (MAN Insan Cendikia) 8. Dr. Hasan Basri Tanjung (Yay. Dinamika Umat) 9. Ismail Nur, MA. (MAN 4 Jakarta) 10. Khairunnas, MA. (IB Bogor Raya) 11. Mochammad Dimyati (UNJ) 12. Drs. Rokhman (MIN 4 Jakarta) 13. Pandu Hyangsewu (UPI) 14. Heri Kurniawan, M.Si (IndonesiaBermutu) 15. Rahmat Syehani (Nurul Fikri) 16. Asmaul Husna (IN K-13) 17. Deliana Sagitalia (IN K-13) 18. Wawan Setiawan, S.Pd. (SMA Bina Putera-Kopo) 19. Eka Putri Handayani, S.Pd. (Alifa Kids Center) 20. Kamilah, S.Pd. (Alifa Kids Center) 21. Ai Nurhasanah, S.Pd.(Al Iman) 22. Nurita, S.Pd.(SD Al Iman) 23. Meladih, S.Pd. (SMP Al Iman) 24. Irwan Kelana (Republika) 25. Muhaemin, MM. (IB Bogor Raya) Terima kasih kepada seluruh kontributor dalam penyusunan Modul Pendidikan Antikorupsi ini.