Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
kelompok 6 teori pembelajaran.docx
1. TEORI BELAJAR KOGNITIVISTIK MENURUT ALBERT BANDURA
DALAM PROSES PEMBELAJARAN
Mata Kuliah : Teori Pembelajaran
Dosen Pengampuh : Dini Apriansyah, M.Pd
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas kelompok
Disusun oleh:
1. Siti Masruroh (202020
2. Thasya Monika (2020207034)
3. Gita Umaroh (2020207070)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH PALEMBANG
2023
2. KATA PENGANTAR
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Allah Swt. atas limpahan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga makalah ini bisa terselesaikan dengan baik.
Shalawat beriring salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad
Saw, beserta keluarga, sahabat dan pengikutnya yang selalu dijadikan tauladan
dan tetap istiqomah di jalan-Nya.
Makalah yang berjudul Teori Pembelajaran Kognitivistik Menurut Albert
Bandura Dalam Proses Pembelajaran ini disusun untuk memenuhi tugas
kelompok mata kuliah teori pembelajaran Program Studi Pendidikan Biologi
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Raden Fatah Palembang.
Penyusunan dan penulisan makalah ini tidak lepas dari bantuan,
bimbingan serta dukungan dari dosen pengampu mata kuliah, bapak, Dini
Apriyansyah M.Pd yang telah memberikan arahan dalam penyusunan makalah
Teori Pembelajaran Kognitivistik Menurut Albert Bandura Dalam Proses
Pembelajaran serta anggota kelompok yang telah membantu dalam mencari
sumber refrensi dalam penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih banyak
kekurangan, karenanya penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun agar dapat digunakan demi perbaikan makalah ini nantinya. Akhirnya
penulis juga berharap agar makalah ini akan memberikan banyak manfaat bagi
yang membacanya.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Palembang, 4 Mei 2023
Kelompok 4
3. DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................. 2
DAFTAR ISI ........................................................................................................... 3
BAB I ...................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN .................................................................................................. 4
A. Latar Belakang ............................................................................................. 4
B. Rumusan Masalah........................................................................................ 5
C. Tujuan........................................................................................................... 5
BAB II..................................................................................................................... 6
PEMBAHASAN ..................................................................................................... 6
A. Awal Kelahiran Teori Bandura..................................................................... 6
B. Teori Pendidikan Sosial dan Moral (Teori Kognitif Sosial)......................... 6
C. Eskperime Albert Bandura........................................................................... 7
D. Prinsip-Prinsip Teori Albert Bandura......................................................... 13
E. Kelemahan Dan Kelebihan Terori Belajar Kognitif Albert Bandura ......... 16
F. Implementasi Teori Albert Bandura Dalam Pembelajaran......................... 17
BAB III ................................................................................................................. 18
PENUTUP............................................................................................................. 18
A. Kesimpulan ................................................................................................ 18
B. Saran........................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................ 19
4. BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pesatnya perkembangan globalisasi yang terjadi saat ini sangat
mempengaruhi berbagai aspek kehidupan, khususnya gaya hidup sebagian
masyarakat. Hal ini dapat dilihat dengan semakin bergesernya nilai-nilai lama
menjadi nilai-nilai baru. Menghadapi tantangan ini, sebagian masyarakat yang
sangat peduli terhadap perubahan tersebut tidak ingin ketinggalan dan akan
berusaha mengimbangi perubahan tersebut. Salah satu cara yang dilakukan adalah
dengan belajar. Masyarakat perlu belajar tentang pertumbuhan dan perkembangan
manusia agar dapat mengaplikasikan dirinya dengan baik di dalam kehidupan.
Belajar adalah suatu proses perubahan di dalam kepribadian manusia, dan
perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas
tingkah laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan,
pemahaman, keterampilan, daya pikir, dan kemampuan lainnya. Salah satu
psikolog yang terkenal dengan teori pembelajaran adalah Albert Bandura.
Teori Bandura yang sangat terkenal adalah Teori Pembelajaran Sosial
(Social Learning Theory) yang menekankan pada komponen kognitif dari pikiran,
pemahaman, dan evaluasi. Teori kognitif sosial (social cognitive theory) yang
dikemukakan oleh Albert Bandura menyatakan bahwa faktor sosial dan kognitif
serta faktor pelaku memainkan peran penting dalam pembelajaran. Faktor kognitif
berupa ekspektasi atau penerimaan siswa untuk meraih keberhasilan, faktor sosial
mencakup pengamatan siswa terhadap perilaku orangtuanya. Albert Bandura
merupakan salah satu perancang teori kognitif sosial. Menurut Bandura ketika
siswa belajar mereka dapat merepresentasikan atau mentrasformasi pengalaman
mereka secara kognitif. Bandura mengembangkan model deterministic resipkoral
yang terdiri dari tiga faktor utama yaitu perilaku, person atau kognitif dan
lingkungan. Faktor ini bisa saling berinteraksi dalam proses pembelajaran. Faktor
lingkungan mempengaruhi perilaku, perilaku mempengaruhi lingkungan, faktor
person/kognitif mempengaruhi perilaku.
Menurut Bandura proses mengamati dan meniru perilaku dan sikap orang
lain sebagai model merupakan tindakan belajar. Teori Bandura menjelaskan
5. perilaku manusia dalam konteks interaksi timbal balik yang berkesinambungan
antara kognitif, perilaku dan pengaruh lingkungan. Kondisi lingkungan sekitar
individu sangat berpengaruh pada pola belajar sosial jenis ini. Contohnya,
seseorang yang hidupnya dan dibesarkan di dalam lingkungan judi, maka dia
cenderung untuk memilih bermain judi, atau sebaliknya menganggap bahwa judi
itu adalah tidak baik. Penjelasan lebih lanjut akan dibahas dalam makalah ini.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka dapat dirumuskan
permasalahan:
1. Bagaimana awal kelahiran teori Albert Bandura?
2. Apa pengertian Teori Belajar Kognitif Sosial?
3. Bagaimana Pemikiran teori belajar kognitif sosial Albert Bandura?
4. Bagaimana kelebihan dan kelemahan teori belajar Albert Bandura?
5. Bagaimana implementasi teori Albert Bandura dalam pembelajaran?
C. Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu:
1. Mengetahui awal kelahiran teori Albert Bandura
2. Mengetahui pengertian Teori Belajar Kognitif Sosial
3. Mengetahui Pemikiran teori belajar kognitif sosial Albert Bandura
4. Mengetahui kelebihan dan kelemahan teori belajar Albert Bandura
5. Mengetahui implementasi teori Albert Bandura dalam pembelajaran
6. BAB II
PEMBAHASAN
A. Awal Kelahiran Teori Bandura
Albert Bandura lahir pada 4 Desember 1925, di kota Mundare bagian
selatan Alberta, Kanada. Ia menempuh pendidikan sekolah dasar hingga sekolah
menengah di tempat yang sederhana dengan fasilitas yang kurang, tetapi dengan
hasil yang rata-rata sangat memuaskan. Setelah selesai SMA, dia bekerja di
perusahaan penggalian jalan raya Alaska Highway di Yukon. Bandura mendapat
gelar sarjana muda dari Universitas Colombia. Kemudian memperoleh gelas
Master di bidang psikologi klinis di Universitas Iowa, Amerika Serikat, dan
meraih gelar Ph.D pada tahun 1952. Albert Bandura sangat terkenal dengan
konsep “Teori Pembelajaran Sosial” (Social Learning Theory), salah satu konsep
pembalajaran yang menekankan pada komponen kognitif dari pikiran,
pemahaman, dan evaluasi. Bandara dan Richard Walters bekerjasama menyusun
sebuah buku, dimana keduannya mengemukakan pandangan mereka, bukan hanya
mengenai imitasi, melainkan dalam cakupan dan jangkauan yang lebih luas
(Tullah dan Amiruddin, 2020).
Penelitian yang dilakukan oleh Bandura adalah mengenai prilaku agresif.
Bandura mengamati masalah yang diakibatkan oleh agresif dan Bandura secara
khusus mengkhawatirkan bagaimana model-model agresif di televisi bisa
berkontribusi pada prilaku agresif oleh anak-anak yang menontonnya. Penelitian
Bandura menunjukkan bahwa anak-anak belajar respon-respon agresif dari apa
yang telah mereka tonton dan dalam banyak kasus permainan mereka pun
terpengaruh oleh apa yang telah mereka tonton sehingga menjadi bentuk-bentuk
yang agresif. Perubahan-perubahan ini mencakup belajar respon-respon baru,
disinhibisi respon-respon lama dan barangkali elisitasi respon-respon lama tanpa
disinhibisi.
B. Teori Pendidikan Sosial dan Moral (Teori Kognitif Sosial)
Teori yang diciptakan oleh Albert Bandura dikenal dengan sebutan “Social
Learning Theory” dan teori Pembelajaran Sosial Kognitif. Satu hal yang
ditonjolkan dalam teori Bandura ini ialah gagasan bahwa sebagian besar
7. pembelajaran manusia terjadi dalam sebuah lingkungan sosial. Teori ini juga
menekankan bahwa proses kognitif manusia berperan dalam kegiatan dan
mempertahankan pola-pola perilaku. Teori ini menyakini pentingnya situasi
eksternal dan peranan reinforcement dalam menentukan perilaku, dan bahwa
stimulus memainkan peranan yang kuat dalam menentukan perilaku. Definisi
Pembelajaran Sosial (social kognitif) adalah “proses pem-belajar-an atau perilaku
yang dibentuk melalui konteks sosial”. Teori Pembelajaran Sosial merupakan
perluasan dari teori belajar perilaku yang tradisional (behavioristik) (Tullah dan
Amiruddin, 2020).
Salah satu asumsi yang paling awal dan mendasar dari teori Pembelajaran
Sosial Bandura adalah manusia cukup fleksibel dan sanggup mempelajari
beragam kecakapan bersikap maupun berprilaku dan bahwa titik pembelajaran
terbaik dari semua ini adalah pengalaman-pengalaman tak terduga (vicarious
experiences). Bandura memandang bahwa tingkah laku bukan semata-mata reflek
oomatis atas stimulus, melainkan juga akibat yang timbul karena interaksi antara
lingkungan dengan skema kognitif manusia itu sendiri. Menurut Bandura, baik
tingah laku, lingkungan, dan kejadian-kejadian internal pada pembelajar yang
mempengaruhi persepsi dan aksi adalah merupakan hubungan yang saling
mempengaruhi. Hal itu dapat dilihat seperti pada diagram berikut:
C. Eskperime Albert Bandura
Eksperimen yang sangat terkenal adalah eksperimen Bobo Doll yang
menunjukkan anak-anak meniru seperti perilaku agresif dari orang dewasa
disekitarnya. Albert Bandura seorang tokoh teori belajar social ini menyatakan
bahwa proses pembelajaran dapat dilaksanakan dengan lebih berkesan dengan
8. menggunakan pendekatan “permodelan”. Beliau menjelaskan lagi bahwa aspek
perhatian pelajar terhadap apa yang disampaikan atau dilakukan oleh guru dan
aspek peniruan oleh pelajar akan dapat memberikan kesan yang optimum kepada
pemahaman pelajar (Yanuardianto, 2019). Eksperimen Pemodelan Bandura :
- KUMPULAN A = Disuruh memerhati sekumpulan orang dewasa memukul,
menumbuk, menendang dan menjerit ke arah patung besar Bobo.
Hasil = Meniru apa yang dilakukan orang dewasa malahan lebih agresif.
- KUMPULAN B = Disuruh memerhati sekumpulan orang dewasa bermesra
dengan patung besar Bobo.
Hasil = Tidak menunjukkan sebarang tingkah laku agresif seperti kumpulan
Rumusan:
Tingkah laku kanak-kanak dipelajari melalui peniruan/ permodelan.
Hasil keseluruhan eksperimen:
Kumpulan A menunjukkan tingkah laku lebih agresif dari orang dewasa. B dan C
tidak menunjukkan tingkah laku agresif.
RUMUSAN:
Tingkah laku peniruan/permodelan adalah hasil dari peneguhan.
Subjek terdiri daripada kanak-kanak pra sekolah. Subjek dalam kumpulan
eksperimental didedahkan kepada model manusia sebenar, kartun atau model
dalam filem yang terlibat dengan tingkahlaku agresif terhadap patung (doll)
plastik yang besar. Subjek-subjek itu mungkin memukul dengan kayu, menendang
atau menumbuk patung plasktik itu. manakala dalam kumpulan kawalan, subjek
melihat model-model yang sama tidak melakukan apa-apa pun terhadap patung
plastik. Hasil kajian menunjukkan bahawa kanak-kanak dalam kumpulan
9. eksperimen mempamerkan tingakahlaku agresif apabila dibiarkan bersama
patung plastik berkenaan.
1. Pembelajaran Observasi/Modelling
Bandura menekankan teori social kognitif pada dua hal yaitu
modelling dan self efficacy. Ada dua tipe modelling yang bisa diamati oleh
siswa, yaitu model nyata (live) dan simbolis (symbolic). Live modelling
adalah modelling oleh anggota keluarga, teman, guru, sedangkan symbolic
modelling adalah contoh prilaku yang diamati oleh siswa melalui media masa
atau majalah (Gredler, 319). Pemodelan bukan hanya mencakup imajinasi
sederhana dari seseorang oleh orang lainnya, melainkan juga mencakup
proses-proses (disebut dengan identifikasi) yang lebih menyeuruh dimana
seseorang berusaha menjadi jenis orang yang sama dengan orang lainnya.
Model tidak hanya harus berupa orang nyata yang diamanati seseorang, tetapi
bisa berupa tokoh sejarah atau fiksi, atau orang yang dicita-citakan khayalak
(Yanuardianto, 2019)
Pembelajaran observasional atau pengaruh pemodelan (modeling) itu
setidaknya ditentukan oleh beberapa proses yang saling terkait, yaitu sebagai
berikut :
a. Proses Perhatian
Proses ini merupakan fase pertama dalam proses belajar
observasional. Perhatian yang dimaksud ialah memberikan perhatian pada
suatu model. Bandura menganggap belajar adalah proses yang terus
berlangsung, tetapi ia menunjukkan bahwa hanya yang diamati sajalah
yang dapat diamati.8 gar pada proses ini dapat berlangsung maksimal
maka perhatian harus diberikan secara lebih, semakin besar perhatiannya
maka proses belajarnya akan semakin efektif. Sebaliknya, semakin
banyak hal yang mengganggu perhatian maka proses belajar akan
semakin lambat. Dalam proses pengamatan ini, perhatian selektif
pengamaat bisa dipengaruhi oleh penguataan di masa lalu. Misalnya, jika
aktifitas yang lalu dipelajaari lewat observasi terbukti berguna untuk
mendapaatkan suatu penguatan, maka perilaku yang sama akan
10. diperhatikan pada situasi modeling berikutnya, dengan kata lain,
penguatan sebelumnya dapat menciptakan tata-situasi perseptual dalam
diri pengamat yang akan memengaruhi observasi selanjutnya.
Dalam teori social kognitif yang dikembangkan oleh Albert
Bandura, siswa mengamati secara cermat setiap prilaku yang diberikan
seorang oleh model dan lingkungan. Sebuah pembelajaran terjadi karena
siswa mengamati seorang model. Siswa juga membangun rasa percaya
diri (self-efficacy) dengan memiliki keyakinan diri bahwa dia mampu
melakukan sesuatu tugas dengan baik. Rasa percaya diri (self-efficacy)
adalah keyakinan seseorang akan kemampuannya untuk melakukan dan
mengatur sebuah kondisi yang dialaminya. Contohnya, seorang siswa
yang memiliki rasa percaya diri akan mampu melakukan sebuah ujian
dengan baik. Prilaku ini muncul Karena dia merasa sudah menguasai
bahan ujian dengan baik, sehingga keyakinan dirinya membuat dia
mampu beradaptasi dengan kondisi ujian yang mungkin menegangkan
bagi siswa (Yanuardianto, 2019).
b. Proses Pengingatan (Retention Processes)
Proses selanjutnya adalah pengingatan (Retensi), yaitu kemampuan
mengingat ketika seseorang telah memperhatikan suatu model dan
perilakunya. Dalam tahap ini seseorang menyimpan apa saja yang
dilakukan model yang dilihat dalam citraan mental atau deskripsi-
deskripsi verbal. Proses ini cukup penting karena pengaruh yang
didapatkan seseorang dari model tergantung pada kemampuan individu
untuk mengingat tindakan model itu sesudah dia hilang dari pandangan.
Bandura mengemukakan bahwa peranan kata-kata, nama-nama, atau
bayangan yang kuat yang dikaitkan dengan kegiatan-kegiatan yang
dimodelkan dalam mempelajari dan mengingat perilaku sangatlah
penting.
Pada tahapan ini, Bandura menjelaskan bahwa informasi disimpan
secara simbolis melalui dua cara, secara imajinal (imajinatif) dan secara
verbal. Simbol-simbol yang disimpan secara imajinatif adalah gambaran
tentang hal-hal yang dialami model, yang dapat diambil dan dilaksanakan
11. lama sesudah belajar observasional terjadi. Setelah informasi disimpan
secara kognitif, ia dapat diambil kembali, diulangi, dan diperkuat
beberapa waktu sesudah belajar observasional terjadi. Menurut Bandura
(1977), “peningkatan kapasitas simbolisasi inilah yang memampukan
manusia untuk mempelajari banyak perilaku melalui observasi”.
c. Proses Pembentukan Perilaku
Proses pembentukan perilaku ini menentukan sejauh mana hal-hal
yang telah dipelajari akan diterjemahkan ke dalam tindakan atau
performa. Barang kali tidak semua hal yang telah diperhatikan dan
disimpan dalam memori itu tidak semuanya dapat diwujudkan dalam
perilaku secara utuh. Ada sebagian yang hanya sampai pada tahapan
retentional prosess. Seseorang mungkin sudah belajar, lewat pengamatan
atas monyet, cara melompat bergelantungan dari satu pohon ke pohon
lainnya dengan menggunakan ekor, namun ia jelas tidak akan meniru
perilaku si monyet karena orang tidak punya ekor. Dengan kata lain,
seseorang mungkin mempelajari sesuatu secara kognitif namun dia tak
mampu menerjemahkan informasi itu ke dalam perilaku karena ada
keterbatasan.
d. Proses Penguatan dan Motivasi
Fase terakhir dalam proses belajar observasional ialah fase
motivasi. Para siswa akan meniru suatu model sebab mereka merasa
bahwa dengan berbuat demikian, mereka akan meningkatkan
kemungkinan untuk memperoleh reinforcement. Belajar melalui
pengamatan menjadid efektif kalau pembelajar memiliki motivasi yang
tinggi untuk “menyimak” tingkah laku sang model. Observasi mungkin
memudahkan orang untuk menguasai tingkah laku tertentu. Tetapi, kalau
motivasi untuk itu tidak ada, tidak bakal terjadi proses dari tingkah laku
yang dihukum.
2. Teori Pendidikan Moral
Proses perkembangan social dan moral siswa, menurut Bandura,
selalu berkaitan dengan proses belajar mengajar sebab proses belajar
mengajar tersebut sangat menentukan kemampuan siswa dalam bersikap
12. dan berperilaku yang selaras dengan norma moral agama, tradisi, hukum,
dan norma moral lainnya yang berlaku dalam masyarakat. Pada dasarnya
perilaku seseorang bersandar pada ukuran-ukuran moral yang dia yakini.
Menurut Bandura, seseorang tidak merasa nyaman jika perbuatan yang
dilakukannya menyalahi atau melanggar nilai-nilai kebaikan yang
diyakininya. Perasaan tidak nyaman tersebut mencegah seseorang dari
perbuatan yang diyakininya tidak baik. Namun menurut Bandura,
perbuatan baik dan buruk dapat diinterpretasikan secara luwes. Perbuatan
membunuh bagi seorang aktivis HAM adalah kejahatan besar, namun tidak
demikian halnya bagi seorang prajurit yang sedang berada dalam medan
perang.
Kode moral (moral code) seseorang berkembang melalui interaksi
dengan model. Dalam kasus moralitas, orang tua biasanya memberi contoh
aturan moral yang kemudian diinternalisasikan oleh anak. Setelah
terinternalisasi, kode moral seseorang akan menentukan perilaku (atau
pikiran) mana yang akan mendapat hukuman dan mana yang tidak.
Menyimpang dari kode moral akan menimbulkan self-contemp (mencela
diri) atau penyesalan,yang bukan merupakan pengalaman yang
menyenangkan, dan karenanya biasanya orang bertindak sesuai dengan
kode moralnya. Bandura (1977) mengatakan “Rasa mencela diri
(penyesalan) setelah melanggar standar akan menjadi sumber motivasi
bagi seseaorang untuk menjaga perilakunya sejalan dengan standarnya saat
berhadapan dengan motif yang bertentangan. Tidak ada hukuman yang
lebih buruk ketimbang pencelaan diri (Laila, Qumruin Nurul, 2015)
Perilaku anti social dan amoral, seperti yang ditayangkan di media
elektronik dan cetak akan menjadi idola dan model yang sangat mudah,
cepat ditiru dan diadopsi oleh anak. Film-film yang menampilkan adegan
perkelahian, pembunuhan, pornografi dan lain-lain dapat dengan mudah
diakses oleh anak dan generasi muda penerus bangsa. Semua itu memicu
tindak amoral dan kekerasan di kalangan anak-anak dan remaja. Seperti
dikatakan oleh Bandura, bahwa dalam kehidupan sehari-hari individu
menghadapi berbagai jenis stimulus model, yakni model hidup (live
13. model), model simbolik (symbolic model) dan deskripsi verbal (verbal
description model). Live model adalah model oleh anggota keluarga,
teman, guru, symbolic model adalah contoh prilaku yang diamati oleh
siswa melalui media masa atau majalah dan verbal description model
adalah model yang dinyatakan dalam suatu uraian verbal (kata-kata) atau
model yang bukan berupa tingkah laku tetapi berwujud instruksi-instruksi.
Bandura menentang teori tahapan (teori Piaget dan Kohlberg) dan
teori bawaan (teori Allport). Alasan utamanya adalah teori-teori itu
memprediksikan kestabilan perilaku manusia yang menurut Bandura tidak
mungkin terjadi. Bandura berpendapat bahwa perilaku manusia tidak
seluruhnya konsisten. Manusia itu dipengaruhi lingkungan. Dengan kata
lain, Bandura percaya bahwa perilaku manusia ditentukan oleh situasi dan
interprestasinya atas situasi itu, bukan oleh tahapan perkembangannya,
oleh ciri bawaannya atau oleh tipe orang lain. Contoh terbaik dari perilaku
situasional adalah moralitas. Meskipun seseorang prinsip moral yang kuat,
ada beberapa mekanisme yang dapat dipakai untuk memisahkan tindakan
yang tercela dengan pencelaan diri. Mekanisme ini memungkinkan
seseorang untuk melanggar prinsip moralnya tanpa merasa perlu mencela
diri atau tanpa merasa bersalah (Laila, Qumruin Nurul, 2015).
Sebagai contoh dalam dunia militer, Orang yang diajari bahwa
membunuh itu buruk akan bisa berubah total menjadi tentara perang yang
terlatih, yang merasa tidak bersalah atau bahkan merasa bangga saat
berhasil menewaskan orang dalam menjastifikasi perang, seseorang yang
menganggap dirinya bertempur melawan penjajah kejam yang haus
penaklukan, demi melindungi nyawa orang lain, demi menjaga
perdamaian, demi menyelamatkan orang dari ideologi jahat, dan demi
membela kehormatan negara. Restrukturisasi situasi ini didesain untuk
membuat orang menganggap kekerasan sebagai cara yang dapat
dijustifikasi secara moral demi tujuan kemanusiaan.
D. Prinsip-Prinsip Teori Albert Bandura
Prinsip-prinsip teori belajar sosial Albert Bandura dalam proses belajar
mengajar cenderung berorientasi pada:
14. 1. Kepribadian seseorang berkembang melalui proses pengamatan, dimana
orang belajar melalui pengamatan. Seseorang belajar melalui proses
observasi atau pengamatan terhadap orang yang dianggap memiliki nilai
lebih dibanding dirinya. Isi teori belajar sosial ini, cenderung mendorong
hasrat untuk terus belajar. Setiap individu sekurang-kurangnya tetap
mempertahankan akal sehat dan kemampuan pertimbangannya yang asli
untuk menyikapi berbagai kondisi hidup aktual. Kemudian bergerak
menggunakan bakat istimewa yaitu kesanggupan untuk belajar dari semua
pengalaman yang telah dimiliki dan diperoleh selanjutnya.
2. Belajar melalui proses pengamatan (modeling) terjadi proses pengamatan
terhadap segala yang dapat ditimba sebagai pengalaman sekarang dan
merasakannya. Bahwa manusia selalu hidup pada saat di mana manusia itu
hidup dan bukan pada suatu waktu lainnya. Hanya dengan setiap saat
menyaring, seluruh makna dari setiap pengamatan yang dimatai
sekarangini, maka manusia dipersiapkan untuk melakukan hal yang sama di
masa yang akan datang. Ini satu-satunya persiapan yang akan membawa
hasil.
3. Determenisme resipokal dalam teori belajar sosial Bandura, sebagai
pendekatan yang menjelaskan tingkah laku manusia dalam bentuk
hubungan interaksi timbal balik yang terus menerus, merupakan penerapan
makna belajar mengajar dalam fungsi dan daya pedagogis. Bahwa setiap
proses belajar mengajar yang bermakna memberi pengaruh timbal balik
antara pengalaman kontinuitas dengan interkasi, sebagai pengalaman yang
bersifat mendidik.
4. Tanpa reinforcement. Menurut Bandura reinforcement penting dalam
menentukan apakah suatu tingkah laku akan terus terjadi atau tidak, tapi itu
bukan merupakan satu-satunya pembentuk tingkah laku seorang individu.
5. Teori belajar sosial berusaha menjelaskan tingkah laku manusia dari segi
interaksi feedback yang berkesinambungan antara faktor kognitif, tingkah
laku, dan faktor lingkungan. Disinilah terletak kesempatan bagi manusia
untuk mempengaruhi nasibnya maupun batas-batas kemampuannya untuk
memimpin diri sendiri (self direction).
15. 6. Teori belajar sosial Bandura dapat menerapkan prinsip pertumbuhan,
kontinuitas dan rekonstruksi selama berlangsungnya proses belajar
mengajar karena terjadi upaya penyesuaian diri. Namun penyesuaian diri
itu bukanlah suatu hal yang pasif tetapi aktif, sebab organisme bertindak
terhadap lingkungan tersebut dengan memberikan perubahan terhadapnya
sesuai dengan usahanya dalam mempertahankan kehidupan dan
menghadapi lingkungannya.
7. Mengkaji empat tahap belajar dari proses pengamatan atau modeling yang
terjadi dalam observational learning yaitu:
a) Atensi, dalam seseorang harus memberikan perhatian terhadap model
dengan cermat.
b) Retensi, mengingat kembali perilaku yang ditampilkan oleh model yang
diamati maka seseorang perlu memiliki ingatan yang bagus terhadap
perilaku model.
c) Reproduksi, memberikan perhatian untuk mengamati dengan cermat
dan mengingat kembali perilaku yang telah ditampilkan oleh modelnya
setelah itu adalah mencoba menirukan atau mempraktekkan perilaku
yang dilakukan oleh modeldan
d) Motivasional, memiliki motivasi untuk belajar. Bahwa belajar yang
berdasarkan bakat alami merupakan suatu proses dari upaya mengatasi
kecenderungan alami dan menggantikannya degan berbagai kebiasaan
yang diperoleh lewat dukungan eksternal.
Gerak pemikiran manusia dibangkitkan dengan suatu keadaan yang
menimbulkan permasalahan di dunia sekitar kita dan gerak itu berakhir
dalam berbagai perubahan. Belajar dengan melibatkan dunia sosial
mengandung di dalamnya integrasi antara subjek dan objek, juga pelaku
dan sasarannya.
8. Konsep dasar teori efikasi diri adalah adanya keyakinan bahwa setiap
individu mempunyai kemampuan mengontrol pikiran, perasaan dan
perilakunya. Dengan demikian efikasi diri merupakan masalah persepsi
subyektif. Artinya efikasi diri tidak selalu menggambarkan kemampuan
yang sebenarnya, tetapi terkait dengan keyakinan yang dimiliki individu.
16. Secara kodrati struktur psikologis manusia atau kodrat manusia
mengandung kemampuan-kemampuan tertentu. Manusia yang sukses
dalam hal ini adalah yang mampu memecahkan masalah-masalah dan
menambahkan rincian-rincian dari proses-proses pemecahan masalah yang
berbeda-beda ke dalam gudang pengalaman untuk digunakan menghadapi
masalah-masalah yang mungkin saja mirip di masa akan datang (Janet,
2018).
E. Kelemahan Dan Kelebihan Terori Belajar Kognitif Albert Bandura
1. Kelebihan Teori Albert Bandura
Teori Albert Bandura lebih lengkap dibandingkan teori belajar
sebelumnya, karena itu menekankan bahwa lingkungan dan perilaku
seseorang dihubungkan melalui sistem kognitif orang tersebut. Bandura
memandang tingkah laku manusia bukan semata mata – reflex atas
stimulus (S-R bond), melainkan juga akibat reaksi yang timbul akibat
interaksi antara lingkungan dengan kognitif manusia itu sendiri.
Pendekatan teori belajar sosial lebih ditekankan pada perlunya
conditioning (pembiasan merespon) dan imitation (peniruan). Selain itu
pendekatan belajar sosial menekankan pentingnya penelitian empiris
dalam mempelajari perkembangan anak-anak. Penelitian ini berfokus pada
proses yang menjelaskan perkembangan anak-anak, faktor sosial dan
kognitif.
2. Kekurangan Teori Albert Bandura
Teori pembelajaran Sosial Bandura sangat sesuai jika
diklasifikasikan dalam teori behavioristik. Ini karena, teknik pemodelan
Albert Bandura adalah mengenai peniruan tingkah laku dan adakalanya
cara peniruan tersebut memerlukan pengulangan dalam mendalami sesuatu
yang ditiru. Selain itu juga, jika manusia belajar atau membentuk tingkah
lakunya dengan hanya melalui peniruan (modeling), sudah pasti terdapat
sebagian individu yang menggunakan teknik peniruan ini juga akan
meniru tingkah laku yang negative, termasuk perlakuan yang tidak
diterima dalam masyarakat.
17. F. Implementasi Teori Albert Bandura Dalam Pembelajaran
Penerapan dalam proses pembelajaran di dalam kelas, antara lain :
1. Penyampaian guru hendaklah cakap dan menarik agar dapat menjadi
model bagi siswa
2. Demonstrasi yang dilakukan oleh guru hendaknya jelas serta menarik agar
siswa dapat meniru dengan cepat
3. Hasil pekerjaan guru, lukisan, hendaknya bermutu
4. Guru boleh menggunakan teman sejawat yang terbaik sebagai model
5. Guru sebagai role model dan model simbolik. Guru hendaklah memastikan
dia mempunyai tingkah laku dan berpewatakan positif supaya pelajar
dapat menirunya. Segala tindakan yang ditunjukkan oleh guru hendaklah
yang boleh dicontohi oleh pelajarnya.
6. Modifikasi tingkah laku. Guru boleh menunjukkan teladan yang baik
seperti bersopan santun dan tidak meninggikan suara di dalam bilik darjah.
Sekiranya guru ingin mengubah tingkah laku murid yang kurang
menyenangkan kepada yang boleh diterima, guru hendaklah menunjukkan
kepada mereka contoh yang terbaik.
7. Dan Peniruan tidak langsung (Rafael dan Simon Petrus, 2008)
18. BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Albert Bandura lahir pada 4
Desember 1925, di kota Mundare bagian selatan Alberta, Kanada. Albert Bandura
sangat terkenal dengan konsep “Teori Pembelajaran Sosial” (Social Learning
Theory), salah satu konsep pembalajaran yang menekankan pada komponen
kognitif dari pikiran, pemahaman, dan evaluasi.
Penelitian yang dilakukan oleh Bandura adalah mengenai prilaku agresif.
Penelitian Bandura menunjukkan bahwa anak-anak belajar respon-respon agresif
dari apa yang telah mereka tonton dan dalam banyak kasus permainan mereka pun
terpengaruh oleh apa yang telah mereka tonton sehingga menjadi bentuk-bentuk
yang agresif. Satu hal yang ditonjolkan dalam teori Bandura ini ialah gagasan
bahwa sebagian besar pembelajaran manusia terjadi dalam sebuah lingkungan
sosial.
B. Saran
Akhurul Kalam “tiada gading yang tak retak”, demikian pula dengan makalah
ini, masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun
tetap penulis nantikan untuk kesempurnaan makalah ini.
19. DAFTAR PUSTAKA
Janet, H.L. 2018. Penerapan Teori Belajar Sosial Albert Bandura Dalam Proses
Belajar Mengajar di Sekolah. KENOSIS. 4 (2) : 186-202
Laila, Qumruin Nurul. 2015. Pemikiran Pendidikan Moral Albert Bandura. Vol.
III, No. 1. Mojokerto: STITINU Al-Hikmah.
Rafael, Simon Petrus. 2008. Implementasi Teori Sosial Kognitif Albert Bandura
dalam proses Pembelajaran dalam Kelas Drama Bahasa Inggris. Jurnal
Ilmiah Polyglot. Vol 2(2).
Tullah, R., Amiruddin. 2020. Penerapan Teori Sosial Albert Bandura Dalam
Proses Belajar. Jurnal At-Tarbiyyah: Jurnal Pendidikan Islam. 6 (1) : 48-
55
Yanuardianto, A. 2019. Teori Kognitif Sosial Albert Bandura (Studi Kritis dalam
Menjawab Problem Pembelajaran di MI). Jurnal Auladuna. 1 (2) : 94-111