1. Dokumen menjelaskan ketentuan perpajakan terkait Badan Usaha Milik Desa (BUM Desa) dan Badan Usaha Milik Desa Bersama (BUM Desa Bersama), termasuk definisi, dasar hukum pembentukan, jenis dan tujuan, serta kewajiban perpajakan meliputi mendaftar, menghitung pajak terutang, membayar pajak, dan melaporkan SPT.
2. DASAR HUKUM
• Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa
• Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan
• Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja
• Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2021 tentang Badan Usaha Milik Desa
• Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 juncto Peraturan Pemerintah
Tahun 2018 tentang Pajak Penghasilan atas Penghasilan dari Usaha yang
Diterima atau Diperoleh Wajib Pajak yang Memiliki Peredaran Bruto
tertentu beserta peraturan pelaksanaannya
3. DASAR HUKUM
Badan Usaha Milik Desa yang selanjutnya disebut BUM Desa
adalah badan hukum yang didirikan oleh desa dan/atau
bersama desa-desa guna mengelola usaha, memanfaatkan
aset, mengembangkan investasi dan produktivitas,
menyediakan jasa pelayanan, dan/atau menyediakan jenis
usaha lainnya untuk sebesar-besarnya kesejahteraan
masyarakat desa. – Pasal 1 angka 1 PP 11/2021
Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2021 tentang Badan Usaha Milik Desa
4. BUM DESA
BUM DESA
BUM DESA
BERSAMA
1. melakukan kegiatan usaha ekonomi melalui pengelolaan
usaha, serta pengembangan investasi dan produktivitas
perekonomian, dan potensi Desa;
2. melakukan kegiatan usaha ekonomi melalui pengelolaan
usaha, serta pengembangan investasi dan produktivitas
perekonomian, dan potensi Desa;
3. memperoleh keuntungan atau laba bersih bagi
peningkatan pendapatan asli Desa serta
mengembangkan sebesar-besarnya manfaat atas sumber
daya ekonomi masyarakat Desa;
4. pemanfaatan Aset Desa guna menciptakan nilai tambah
atas Aset Desa; dan
5. mengembangkan ekosistem ekonomi digital di Desa.
PASAL 2 DAN PASAL 3 PP 11/2021
Jenis dan Tujuan
5. BUM DESA
PASAL 5 PP 11/2021
konsolidasi produk
barang dan/atau jasa
masyarakat Desa
produksi barang
dan/atau jasa
penampung, pembeli,
pemasaran produk
masyarakat Desa
inkubasi usaha
masyarakat Desa
stimulasi dan
dinamisasi usaha
ekonomi masyarakat
Desa
pelayanan kebutuhan
dasar dan umum bagi
masyarakat Desa
peningkatan kemanfaatan
dan nilai ekonomi
kekayaan budaya,
religiusitas, dan sumber
daya alam
peningkatan nilai
tambah aset Desa dan
pendapatan asli Desa
Pengembangan Fungsi untuk mencapai Tujuan
6. BUM DESA
Bentuk-bentuk
SERVING
lumbung pangan,
air bersih dll.
BANKING
lembaga
keuangan mikro,
koperasi, Bank
Desa dll.
RENTING
sewa alat berat,
perkakas, sewa
gedung,
persewaan
rumah/homestay
dll.
BROKERING
perantara
penjualan susu
dan hasil bumi
dari petani
kepada pembeli
atau pabrikan
TRADING
toko, penjualan
langsung hasil
bumi,
peternakan dll
HOLDING
desa wisata
yang
mengkoordinir
berbagai jenis
bisnis dari
kelompok
masyarakat
CONTRACTING
pekerjaan fisik
sarana dan
prasarana
7. KETENTUAN BUM DES KETENTUAN PERPAJAKAN
Definisi BUMDES
Tujuan BUMDES
badan hukum yang didirikan oleh desa dan/atau
bersama desa-desa guna mengelola usaha,
memanfaatkan aset, mengembangkan investasi
dan produktivitas, menyediakan jasa pelayanan,
dan/atau menyediakan jenis usaha lainnya untuk
sebesar-besarnya kesejahteraan masyarakat desa
memperoleh keuntungan atau laba bersih bagi
peningkatan pendapatan asli Desa serta
mengembangkan sebesar-besarnya manfaat
atas sumber daya ekonomi masyarakat Desa
Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yg
merupakan kesatuan baik yg melakukan usaha maupun yg
tidak melakukan usaha yg meliputi perseroan terbatas,
perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik
negara atau badan usaha milik daerah dengan nama dan
dalam bentuk apa pun, firma, kongsi, koperasi, dst.
Definisi BADAN
Yang menjadi objek pajak adalah penghasilan, yaitu setiap
tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh
Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar
Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk
menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan, dengan
nama dan dalam bentuk apa pun
Definisi Penghasilan
Definisi Penyerahan BKP/JKP
Penyerahan Barang Kena Pajak adalah setiap kegiatan penyerahan
Barang Kena Pajak.
Penyerahan Jasa Kena Pajak adalah setiap kegiatan pemberian Jasa
Kena Pajak.
8. Kewajiban Perpajakan
Mendaftarkan Menghitung Membayar Melaporkan
diri untuk memperoleh
NPWP jika telah memenuhi
syarat objektif dan subjektif
pajak yang harus dibayar
sesuai dengan kegiatan
usaha wajib pajak
Pajak yang seharusnya
dibayar dengan
mekanisme membayar
sendiri ke Kas Negara
(melalui Kantor Pos atau
Bank Persepsi), dan
Pemotongan/ Pemungutan
Pajak oleh pihak lain
seluruh kegiatan usaha
dalam Surat
Pemberitahuan (SPT)
Masa dan Tahunan
sesuai kondisi
sebenarnya
9. MENDAFTARKAN DIRI SEBAGAI WAJIB PAJAK
SYARAT PAJAK SUBJEKTIF
Dimulai saat badan didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia dan berakhir
pada saat dibubarkan atau tidak lagi bertempat kedudukan di Indonesia.
Paling lambat 1 bulan setelah saat usaha mulai dijalankan
JANGKA WAKTU PENDAFTARAN NPWP
nomor yang diberikan kepada Wajib Pajak sebagai sarana
dalam administrasi perpajakan yang dipergunakan sebagai
tanda pengenal diri atau identitas Wajib Pajak dalam
melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya.
N
P
W
P
PASAL 2 AYAT (5) UU KUP
10. MENGHITUNG PAJAK TERUTANG
KEWAJIBAN PEMBUKUAN BAGI WAJIB PAJAK BADAN
1. Wajib Pajak badan di Indonesia wajib menyelenggarakan
pembukuan. – Pasal 28 ayat (1) KUP
2. Pembukuan sekurang-kurangnya terdiri atas catatan
mengenai harta, kewajiban, modal, penghasilan dan
biaya, serta penjualan dan pembelian sehingga dapat
dihitung besarnya pajak yang terutang. – Pasal 28 ayat (1)
KUP
3. Buku, catatan, dan dokumen yang menjadi dasar
pembukuan atau pencatatan dan dokumen lain wajib di
simpan selama 10 tahun di Indonesia di tempat
kedudukan Wajib Pajak. – Pasal 28 ayat (10) KUP
11. MENGHITUNG PAJAK TERUTANG
KEWAJIBAN PEMBUKUAN BAGI WAJIB PAJAK BADAN
Peredaran Usaha
Harga Pokok Penjualan
Laba Bruto
Biaya Usaha Lainnya
Laba Operasional
Penghasilan luar usaha
Biaya luar usaha
Laba bersih sebelum Pajak
Rpxxx
Rpxxx (-)
Rpxxx
Rpxxx (-)
Rpxxx
Rpxxx
Rpxxx (-)
Rpxxx
CATATAN PENTING BERKAITAN PEREDARAN USAHA
Rp4,8 Miliar
1. Wajib Pajak wajib melaporkan usahanya
untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena
Pajak.
2. Wajib Pajak tidak boleh melakukan
pembayaran pajak mengikuti ketentuan PP-
23 Tahun 2018.
DASAR PENGHITUNGAN PAJAK
TERUTANG
X
tarif
12. MENGHITUNG PAJAK TERUTANG
WAJIB PAJAK DENGAN PEREDARAN USAHA DALAM JUMLAH TERTENTU
PP 23 tahun 2018
Atas penghasilan dari usaha* yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak dalam
negeri yang memiliki peredaran bruto tertentu, dikenai Pajak Penghasilan
yang bersifat final dalam jangka waktu tertentu. → < 4,8 Miliar
*
USAHA antara lain usaha dagang, industri, dan jasa, seperti
misalnya toko/kios/los kelontong, pakaian, elektronik, bengkel,
penjahit, warung/rumah makan, salon, dan usaha lainnya
PPh Pasal 4 ayat (2)
13. MENGHITUNG PAJAK TERUTANG
IKHTISAR KEWAJIBAN PERPAJAKAN TERKAIT KEGIATAN USAHA BUM DES/BUM DESA
PPh PASAL 22 PPh PASAL 23 PPh PASAL 25 PPh PASAL 4 (2) PPN
Dalam hal bertindak
sebagai Pedagang
Pengumpul atas barang
hasil pertanian,
perhutanan,
perkebunan, dan
perikanan
Tarif: 0,25% dari
Nilai Transaksi
Dalam hal memperoleh
penghasilan dari jasa,
persewaan alat,
catering, dan jasa-jasa
lainnya.
Tarif: 2% dari Nilai
Transaksi
Merupakan angsuran
PPh setiap masa pajak
(bulan) untuk
meringankan beban
PPh Wajib Pajak pada
saat pelaporan SPT
Tahunan PPh pada akhir
tahun pajak.
PPh terutang tahun
pajak sebelumnya
dibagi 12
Dalam hal memperoleh
penghasilan dari
persewaan tanah
dan/atau bangunan,
penghasilan dari
transaksi pengalihan
tanah dan/atau
bangunan.
Tarif: 2,5% dari Nilai
Transaksi
Dalam hal
melakukan
penyerahan
BKP/JKP.
Jika omzet sudah >
4,8 Miliar
Tarif: 10% dari Nilai
Transaksi
14. MENYETOR PAJAK TERUTANG
Buat Kode Billing
1.
• DJP Online (SSE1, SSE2, atau SSE3)
• Layanan billing-djp/ di KPP/KP2KP
• Kring Pajak 1500200
• Petugas Teller/CS Bank & Kantor Pos
• Internet Banking
• ASP
• SMS ID Billing *141*500#
• ATM
2.
• Petugas Teller Bank &
Kantor Pos
• Mini ATM
• Internet Banking &
Mobile Banking
• ATM
Bayar Pajaknya
15. MENYETOR PAJAK TERUTANG
BATAS WAKTU PEMBAYARAN
Jenis Pajak Jatuh Tempo Pembayaran
Pasal 4 ayat (2) Tanggal 10 bulan berikutnya
PPh Pasal 22 Tanggal 10 bulan berikutnya
PPh Pasal 23 Tanggal 10 bulan berikutnya
PPh Pasal 25 Tanggal 15 bulan berikutnya
PPN Akhir bulan berikutnya
Dalam hal tanggal jatuh tempo jatuh pada hari libur, maka
jatuh tempo pembayaran di undur pada hari kerja berikutnya
Dasar Hukum : Nomor : 242/PMK.03/2014
17. MELAPORKAN SPT
BATAS WAKTU PELAPORAN
Dasar Hukum: PMK-243/PMK.03/2014
Jenis Pajak Jatuh Tempo Pembayaran
Pasal 4 ayat (2) Tanggal 20 bulan berikutnya
Selain untuk penghasilan dg jumlah
peredaran usaha tertentu
PPh Pasal 22 Tanggal 20 bulan berikutnya
PPh Pasal 23 Tanggal 20 bulan berikutnya
PPh Pasal 25 Tidak perlu dilaporkan
PPN Akhir bulan berikutnya
Dalam hal tanggal jatuh tempo jatuh pada hari libur, maka
jatuh tempo pembayaran di undur pada hari kerja berikutnya