Dokumen tersebut membahas berbagai gangguan tidur seperti insomnia, hipersomnia, gangguan jadwal tidur, somnambulisme, teror tidur, dan mimpi buruk. Juga dijelaskan klasifikasi, gejala, dan diagnosis gangguan-gangguan tersebut berdasarkan kriteria ICD dan DSM.
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
Gangguan Tidur.pptx
1. I Gusti Ngurah Rama Krishna
2171121008
Kelompok 21
Dokter Pembimbing : dr. A.A.A.Agung Indriany, Sp.KJ
Bagian/KSM Ilmu Kesehatan Jiwa
RSUD Sanjiwani
2. Pendahuluan
Gangguan tidur merupakan suatu kumpulan kondisi yang dicirikan dengan adanya gangguan dalam jumlah, kualitas, atau waktu
tidur pada seorang individu.
Kuantitas tidur inadekuat durasi tidur yang inadekuat berdasarkan kebutuhan tidur sesuai usia akibat kesulitan memulai
(awitan tidur yang terlambat) dan/atau mempertahankan tidur (periode panjang terjaga di malam hari). Kualitas tidur inadekuat
fragmentasi dan terputusnya tidur akibat periode singkat terjaga di malam hari yang sering dan berulang.
Fase Tidur susunan saraf pusat masih bekerja dimana neuron-neuron di substansia retikularis ventral batang
otak melakukan sinkronisasi
Terletak pada substansia ventrikulo retikularis batang otak yang disebut sebagai sleep center.
Bagian susunan saraf pusat yang menghilangkan sinkronisasi/ desinkronisasi terdapat pada bagian rostral batang
otak disebut arousal center.
3. Pendahuluan
Tidur dibagi menjadi 2 tipe:
1. Tipe Rapid Eye Movement (REM)
2. Tipe Non Rapid Eye Movement (NREM)
Fase awal tidur didahului oleh fase NREM yang terdiri dari 4 stadium, lalu
diikuti oleh fase REM. Keadaan tidur normal antara fase NREM dan REM
terjadi secara bergantian antara 4-6 kali siklus semalam.
Tidur NREM yang meliputi 75% dari keseluruhan waktu tidur dan dibagi
menjadi 4 stadium. Sedangkan tidur REM meliputi 25% dari keseluruhan
waktu tidur. Tidur REM Tidak dibagi-bagi dalam stadium seperti dalam tidur
NREM
4. Dari Polisomnografi tidur dibagi 2:
1. REM (Rapid Eye Movement)
2. NonREM (tahap 1, 2, 3, 4).
Tahap Durasi Keterangan
Tahap 1 5% -Transisi terjaga –tidur
-EEG gel. Theta
-Amplitudo rendah runcing
-4—7 Hz
Tahap 2 45% -Kumparan tidur 12-14 Hz
-Komplek K (Negatif tajam, positif lambat)
Tahap 3-4 25% -Tidur dalam gelombang delta 50% (amplitudo tinggi, kurang dari 4
Hz)
-Tidak lazim bisa terjadi disorientasi, teror tidur dan tidur jalan.
REM 25% -Bergantian dengan nonREM setiap 90 menit
-Terjadi 1/3 akhir malam EEG Gelombang gigi gergaji
-Bola mata bergerak, ereksi penis dan mimpi buruk.
5. POLA SIKLUS BANGUN dan TIDUR
* Kadar melatonin dalam darah mulai meningkat pada jam 9 malam, terus meningkat sepanjang malam dan
menghilang pada jam 9 pagi.
TIDUR
6. Gangguan tidur
•suatu kondisi psikogenik primer dengan ciri gangguan
utama pada jumlah, kualitas, atau waktu tidur yang terkait
faktor emosional.
•Insomnia, hipersomnia, gangguan jadwal tidur
Dyssomnia
•Peristiwa episodic abnormal yang terjadi selama masa tidur.
•Somnabulisme (sleep walking), teror tidur (night terrors),
mimpi buruk (nightmares)
Parasomnia
7. Insomnia
Suatu kesulitan dalam memulai tidur, mempertahankan tidur, atau tidur yang tidak menyegarkan selama 1 bulan atau lebih dan
keadaan sulit tidur ini harus menyebabkan gangguan klinis yang signifikan.
Kelelahan di siang hari, suasana perasaan buruk, perilaku dan performa serta kesehatan menurun.
Penyebab:
• Ritme sirkardian
• Kondisi medis
• Obat-obatan
• Stres
• Cemas dan depresi
• Kafein, nikotin, alkohol
• Perubahan lingkungan
8. Klasifikasi Insomnia
• Terjadi hyperarousal berlebihan
• Pasien dapat tidur namun tidak merasa tidur
• Periode tidur terganggu, sering terbangun
• Berhubungan dengan kebiasaan sebelum tidur, pola tidur dan lingkungan
tempat tidur
Insomnia
primer
• Berhubungan dengan ritme sirkardian, masalah kejiwaan, masalah
neurologi, masalah medis lainnya atau pengaruh obat
• Sering terjadi pada orang tua
• Contoh : pada pasien penderita artitis sering terbangun akibat rasa nyeri
Insomnia
sekunder
9. F51.0 Insomnia non-organik
Hal dibawah ini diperlukan untuk membuat diagnosis pasti:
• Keluhan adanya kesulitan masuk tidur atau mempertahankan tidur, atau kualitas tidur
yang buruk
• Gangguan terjadi minimal 3 kali dalam seminggu selama minimal satu bulan
• Adanya preokupasi dengan tidak bisa tidur (sleeplessness) dan peduli yang berlebihan
terhadap akibatnya pada malam hari dan sepanjang siang hari
• Ketidakpuasan terhadap kuantitas dan atau kualitas tidur menyebabkan penderitaan
yang cukup berat dan mempengaruhi fungsi dalam sosial dan pekerjaan.
Adanya gejala gangguan jiwa lain seperti depresi, anxietas, atau obsesi tidak
menyebabkan diagnosis insomnia diabaikan
10. Tatalaksana non farmakologis
Mengatur jadwal tidur
yang konsisten
termasuk pada hari
libur
Tidak berada di tempat
tidur ketika tidak tidur
Tidak memaksakan diri
untuk tidur jika tidak
bisa
Hanya menggunakan
tempat tidur hanya
untuk tidur
Relaksasi sebelum tidur,
seperti mandi air
hangat, membaca,
latihan pernapasan atau
beribadah
Menghindari atau
membatasi tidur siang
karena akan
menyulitkan tidur pada
malam hari.
Menyiapkan suasana
nyaman pada kamar
untuk tidur, seperti
menghindari
kebisingan
Hindari stimulant
(kopi)
11. F51.1 Hipersomnia non-organik
Gambaran klinis di bawah ini adalah esensial untuk diagnosis pasti:
• Rasa kantuk pada siang hari yang berlebihan atau adanya serangan tidur / "sleep attacks"
(tidak disebabkan oleh jumlah tidur yang kurang), dan atau transisi yang memanjang dari
saat mulai bangun tidur sampai sadar sepenuhnya (sleep drunkenness)
• Gangguan tidur terjadi setiap hari selama lebih dari 1 bulan atau berulang dengan kurun
waktu yang lebih pendek, menyebabkan penderitaan yang cukup berat dan mempengaruhi
fungsi dalam sosial dan pekerjaan
• Tidak ada gejala tambahan "narcolepsy" (cataplexy, sleep paralysis, hypnagogic hallucination) atau
bukti klinis untuk "sleep apnoe" (nocturnal breath cessation, typical intermittent snoring sounds,
etc.)
• Tidak ada kondisi neurologis atau medis yang menunjukkan gejala rasa kantuk pada siang
hari.
Bila hipersomnia hanya merupakan salah satu gejala dari ganggun jiwa lain, misalnya
Gangguan Afektif, maka diagnosis harus sesuai dengan gangguan yang mendasarinya.
Diagnosis hipersomnia psikogenik harus ditambahkan bila hipersomnia merupakan
keluhan yang dominan dari penderita dengan gangguan jiwa lainnya.
12. F51.2 Gangguan Jadwal Tidur-jaga
Non-organik
Gambaran klinis dibawah ini esensial untuk diagnosis pasti:
• Pola tidur-jaga dari individu tidah seirama (out of synchrony) dengan pola tidur-jaga
yang normal bagi masyarakat setempat
• Insomnia pada waktu orang-orang tidur dan hipersomnia pada waktu kebanyakan
orang jaga, yang dialami hampir setiap hari untuk sedikitnya 1 bulan atau berulang
dengan kurun waktu yang lebih pendek.
• Ketidak-puasan dalam kuantitas, kualitas, dan waktu tidur menyebabkan
penderitaan yang cukup berat dan mempengaruhi fungsi dalam sosial dan
pekerjaan.
Adanya gejala gangguan jiwa lain, seperti anxietas, depresi, hipomania, tidak
menutup kemungkinan diagnosis gangguan jadwal tidur-jaga non-organik,
yang penting adanya dominasi gambaran klinis gangguan ini pada penderita.
Apabila gejala gangguan jiwa lain cukup jelas dan menetap harus dibuat
diagnosis gangguan jiwa yang spesifik secara terpisah.
13. F51.3 Somnambulisme
(sleepwalking)
Gambaran klinis dibawah ini esensial untuk diagnosis pasti:
• Gejala yang utama adalah satu atau lebih episode bangun dari tempat tidur, biasanya
pada sepertiga awal tidur malam, dan terus berjalan-jalan; (kesadaran berubah)
• Selama satu episode, individu menunjukkan wajah bengong (blank, staring face), relatif
tak memberi respons terhadap upaya orang lain untuk mempengaruhi keadaan atau
untuk berkomunikasi dengan penderita, dan hanya dapat disadarkan/dibangunkan
dari tidurnya dengan susah payah.
• Pada waktu sadar/bangun (setelah satu episode atau besok paginya), individu tidak
ingat apa yang terjadi
• Dalam kurun waktu beberapa menit setelah bangun dari episode tersebut, tidak ada
gangguan aktivitas mental, walaupun dapat dimulai dengan sedikit bingung dan
disorientasi dalam waktu singkat.
• Tidak ada bukti adanya gangguan mental organik.
14. F51.4 Teror tidur (night terrors)
Gambaran klinis dibawah ini adalah esensial untuk diagnosls pasti:
• Gejala utama adalah satu atau lebih episode bangun dari tidur, mulai dengan
berteriak karena panik, disertai anxietas yang hebat, seluruh tubuh bergetar, dan
hiperaktivitas otonomik seperti jantung berdebar, nafas cepat, pupil melebar dan
berkeringat
• Episode dapat berulang, setiap episode lamanya berkisar 1-10 menit, dan biasanya
terjadi pada sepertiga awal tidur malam
• Secara relatif tidak bereaksi terhadap berbagai upaya orang lain untuk
mempengaruhi keadaan teror tidurnya, dan kemudian dalam beberapa menit
setelah bangun biasanya terjadi disorientasi dan gerakan-gerakan berulang
• Ingatan terbadap kejadian, kalaupun ada, sangat minimal (biasanya terbatas pada
satu atau dua bayangan-bayangan yang terpilah-pilah)
• Tidak ada bukti adanya gangguan mental organik
Teror tidur dan somnambulisme sangat berhubungan erat, keduanya
mempunyai karakteristik klinis dan patofisiologis yang sama.
15. F51.5 Mimpi Buruk (Nightmares)
Gambaran klinis dibawah ini adalah esensial untuk diagnosis pasti:
• Terbangun dari tidur malam atau tidur siang berkaitan dengan mimpi yang menakutkan
yang dapat diingat kembali dengan rinci dan jelas (vivid), biasanya perihal ancaman
kelangsungan hidup, keamanan, atau harga diri; terbangun-nya dapat terjadi kapan saja
selama periode tidur, tetapi yang khas adalah pada paruh kedua masa tidur
• Setelah terbangun dari mimpi yang menakutkan, individu segera sadar penuh dan mampu
mengenali lingkungannya
• Pengalaman mimpi itu, dan akibat dari tidur yang terganggu, menyebabkan penderitaan
cukup berat bagi individu.
16. Referensi
Maslim, Rusdi. (2019). Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas
PPDGJ-III, DSM-V, ICD-11. Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa Fakultas
Kedokteran Unika Atma Jaya. Jakarta: PT Nuh Jaya.
Morin, C. M. et al. (2015) ‘Insomnia disorder’, Nature Reviews Disease
Primers. Macmillan Publishers Limited, 1(September), pp. 1–18. doi:
10.1038/nrdp.2015.26.
Editor's Notes
Pada kanak2 hal ini terjadi terkait dengan perkembangan anak, sedangkan pada dewasa pengaruh psikogenik