SlideShare a Scribd company logo
1 of 32
Download to read offline
MARI BERSATU DI BARISAN KOKOH. QS.61:4 WWW.ISLAMTERBUKTIBENAR.NET MARI PERERAT UKHUWAH: 1 ALLAH, 1 QUR’AN, 1 KIBLAT, 1 ISLAM, 1 HATI
HENDAKLAH MENYERU DENGAN HIKMAH & CARA BAIK DISERTAI BUKTI SEPERTI PARA NABI MENYERU SELALU DISERTAI BUKTI.
http://islamterbuktibenar.net/?pg=articles&article=13526
ijk
‫السالم‬
‫عليكم‬
.
‫ال‬
‫إله‬
‫ﱠ‬‫ال‬‫إ‬
‫ﷲ‬
.
‫محمد‬
‫رسو‬
‫ل‬
‫ﷲ‬
‫الحمد‬

‫رب‬
‫العا‬
‫لمين‬
.
‫الصالة‬
‫و‬
‫السالم‬
‫على‬
‫رسو‬
‫ل‬
‫ﷲ‬
.
‫اما‬
‫بعد‬
Segala puji hanya bagi Allah semata yang telah memberi kesempatan pada
kita semua  juga atas Hidayah serta segala nikmat yang tidak akan
pernah bisa kita hitung satu persatu.
Terimakasih kami ucapkan pada saudara saudari yg setia pada ITB versi
page www.facebook.com/1SLAM.TERBUKTI.BENAR?sk=info  versi group
www.facebook.com/home.php?sk=group_131429706933189view=members
Kami tak dapat membalas apa-apa, hanya teriring doa agar semua
dukungan saudara-saudari menjadi amal yang berat timbangannya di hari
perhitungan kelak saat emas perak tidak berlaku lagi.
MUKADIMAH
Segala puji hanya milik Allah. Kita memuji, meminta pertolongan serta
meminta ampunan kepada-Nya. Kita berlindung kepada Allah dari kejahatan diri
kita dan keburukan amal-amal kita. Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah,
maka tidak ada yang dapat menyesatkannya. Dan, barangsiapa yang disesatkan
oleh-Nya, maka tidak ada yang dapat memberinya petunjuk.
Aku bersaksi bahwa tidak ada ilah (yang berhak disembah) selain Allah
semata, tiada sekutu bagi-Nya, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah
hamba dan Rasul-Nya. Allah SWT berfirman:
100 AGAMA TAK BERARTI ADA 100 TUHAN, TUHAN TETAP 1  TURUNKAN AGAMA PUN CUMA 1 WWW.ISLAMTERBUKTIBENAR.NET
ISLAM TAK KAN BANGKIT SELAMA UMAT MASIH BANYAK RAGU  TAK DAPAT BUKTIKAN ISLAM SEBAGAI SATU-SATUNYA AGAMA YANG TERBUKTI BENAR
ISLAM PUN TAK KAN BANGKIT SELAMA UMAT CINTA DUNIA SERTA TIDAK MENCINTAI ALLAH  RASUL MELEBIHI SEGALANYA. QS.9:24, 33:6, 9:120, 9:15
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar
takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam
keadaan beragama Islam.” (QS. Ali ‘Imran [3]: 102)
“Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah
menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan
isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki
dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan
(mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan
(peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga
dan mengawasi kamu.” (QS. An-Nisa’ [4]: 1)
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan
katakanlah perkataan yang benar. Niscaya Allah memperbaiki bagimu
amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. Dan
barangsiapa mentaati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah
mendapat kemenangan yang besar.” (QS. Al-Ahzab [33]: 70-71)
Amma ba’du; Ini adalah tulisan kedua dari mata rantai tema seputar
kesalahan-kesalahan dalam ibadah. Tulisan ini berkaitan dengan bulan
Ramadhan, ragam manusia pada bulan ini, beberapa hukum terkait mereka,
sunnah-sunnah Ramadhan, dan berbagai kesalahan yang dilakukan oleh orang
yang berpuasa. Selanjutnya, saya menambahkan beberapa fatwa seputar
kesalahan yang telah merebak pada bulan Ramadhan.
Tulisan ini saya akhiri dengan menyampaikan beberapa hadits dhaif dan
maudhu’ yang banyak disebutkan di buku-buku tentang nasihat, atau melalui
lisan orang-orang yang sering memberikan nasihat tentang bulan Ramadhan.
Saya memohon kepada Allah agar menjadikan niat kita tulus ikhlas untuk
mencari ridha-Nya semata. Sesungguhnya, Dia Maha Mendengar lagi Maha
Mengabulkan doa.
Yang pertama dan terakhir, saya panjatkan puji syukur kepada Allah sebab
telah memberikan kemudahan. Selanjutnya, saya ucapkan banyak terima kasih
kepada semua pihak yang telah mendukung dan membantu saya dalam
penyelesaian pembahasan ini. Mereka adalah kalangan akademis, terutama
Syaikh Sa’ad Al-Humaid, semoga Allah membalasnya dengan kebaikan.
Perlu diperhatikan, bahwa tulisan ini adalah kumpulan kesalahan yang
sering terlihat, didengar, dan dibaca. Takni, permasalahan yang dilakukan oleh
banyak umat Islam meski sebab niat baik, ikut-ikutan, atau yang lainnya dalam
perkara yang menyelisihi nash-nash syar’i, atau menyelisihi perbuatan yang lebih
utama menuju perbuatan yang kurang utama, seperti yang akan dijelaskan nanti,
insya Allah.
Saya sangat ingin mengingatkan di sini, bahwa kebanyakan kesalahan itu
diberitahukan kepada saya oleh orang-orang yang semangat memberikan nasihat
kepada umat. Begitulah dugaan saya dan hanya Allah yang akan menghitung
amal mereka. Saya tidak menganggap suci seorang pun di hadapan Allah.
Semoga Allah membalas mereka dengan kebaikan atas usaha mereka dan
menjadikan kita semua termasuk orang-orang yang menunjukkan kepada
kebaikan, sehingga mendapat pahala seperti pahala yang diperoleh pelakunya.
Berangkat dari sini dan agar kita termasuk kelompok orang-orang yang
saling tolong-menolong dalam kebaikan dan takwa, maka saya mengajak kepada
setiap orang yang gemar memberikan nasihat untuk membantu saya dalam
membahas masalah ini. Yakni, dengan memberitahukan secara tertulis atau lisan
tentang berbagai kesalahan yang ia ketahui yang belum dikemukakan dalam
buku ini, termasuk arahan dan catatan yang ia pandang sejalan dengan tema ini.
Terakhir, ini hanyalah usaha saya yang tak seberapa. Tidak ada taufiq bagi
saya melainkan dengan pertolongan Allah. Hanya kepada-Nya saya bertawakal
dan hanya kepada-Nya saya kembali. Ya Allah, aku memohon agar tulisan ini
bermanfaat bagi penulis, pembaca, pendengar, dan semua pihak yang telah
membantu penerbitannya. Sesungguhnya, Allah Ta’ala adalah sebaik-baik tempat
meminta. Segala puji bagi Allah yang dengan nikmat-Nya sempurnalah segala
kebaikan. Semoga Allah melimpahkan shalawat, salam, dan berkah kepada
Rasulullah SAW beserta keluarga, para sahabat dan siapa pun yang berwala’
kepada beliau.
SERBA-SERBI DI BULAN RAMADHAN
KEISTIMEWAN RAMADHAN
Umat Islam pada bulan Ramadhan hidup dalam hari-hari yang penuh
kebaikan yang luar biasa yang telah Allah karuniakan kepada mereka. Allah
memuliakan mereka dengan bulan ini. Allah SWT berfirman:
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa
sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu
bertakwa.” (QS. Al-Baqarah [2]: 183)
FREE DOWNLOAD: E-BOOK, SOFTWARE ISLAM KOMPUTER  HANDPHONE, CERAMAH, VIDEO WWW.ISLAMTERBUKTIBENAR.NET
KEWAJIBANMU YANG DIBEBANKAN ATASMU HANYALAH MENYAMPAIKAN. QS.16:82 KEWAJIBANMU HANYALAH MENYAMPAIKAN. QS.3:20, QS.42:48
SEKALI-KALI KAU TAK KAN SAMPAI PADA KEBAJIKAN HINGGA KAU NAFKAHKAN HARTA DI JALAN ALLAH. QS.3 ALI IMRAN:19, 61 SHAFF:10-12, 47 HUJURAAT:15
Allah SWT mengkhususkan bulan ini sebagai bulan puasa dengan berbagai
keistimewaan yang menunjukkan keutamaan dan kemuliaannya. Di antara
keistimewaan bulan Ramadhan:
1. Diturunkan Al-Qur’an, Allah SWT berfirman:
“Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di
dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia
dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang
hak dan yang bathil)…” (QS. Al-Baqarah [2]: 185)
2. Lailatul Qadr, Di dalam bulan Ramadhan terdapat Lailatul Qadr. Malam ini di
sisi Allah lebih baik dari 1.000 bulan. Allah SWT berfirman:
“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Quran) pada malam
kemuliaan.” (QS. Al-Qadr [97]: 1)
3. Pada Ramadhan, Setan-setan Dibelenggu, Pintu-pintu SUrga Dibuka, dan
Pintu-pintu Neraka Ditutup.
Diriwayatkan dari Abu Hurairah, ia berkata: Rasulullah SAW bersabda:
“Sesungguhnya, pada setiap kali berbuka, ada orang-orang yang akan Allah
bebaskan (dari neraka), dan itu pada setiap malam.” (HR. Tirmidzi, Ibnu
Majah, dan lainnya)
Allah juga menyiapkan satu pintu khusus di surga untuk orang yang
berpuasa, yang tidak dimasuki oleh yang lainnya. Diriwayatkan dari Sahl bin Sa’d,
ia berkata: Rasulullah SAW bersabda:
“Bagi orang-orang yang berpuasa disediakan satu pintu di surga yang
disebut Ar-Rayyan. Tidak ada seorang pun yang memasukinya selain mereka.
Bila orang terakgir dari mereka telah masuk, pintu itu ditutup. Barangsiapa
yang masuk ke sana, maka ia akan minum, dan orang yang telah minum,
tidak akan haus selamanya.” (HR. Nasai)
4. Doa Orang yang Berpuasa Akan Dikabulkan
Diriwayatkan dari Sahl bin Sa’d, ia berkata: Rasulullah SAW bersabda:
“Ada tiga macam doa yang dikabulkan; doa orang yang berpuasa, doa orang
yang terzhalimi, serta doa orang musafir.” (HR. Baihaqi dan lainnya)
5. Puasa Adalah Perisai
Puasa adalah perisai yang digunakan seorang hamba untuk membentengi diri
dari neraka. Rasulullah SAW bersabda:
“Puasa merupakan perisai yang digunakan seorang hamba untuk
membentengi diri dari neraka.” (HR. Ahmad)
6. Secara Khusus, Allah Lebih Mengistimewakan Ibadah Puasa Dibandingkan
Ibadah yang lain
Diriwayatkan dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Allah
SWT berfirman:
“Setiap amal anak keturunan Adam adalah untuknya kecuali puasa, sebab itu
untuk-Ku dan Akulah yang akan membalasnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Dan, masih lagi keistimewaan lain yang tidak cukup dimuat disini.
KLASIFIKASI MANUSIA DI BULAN RAMADHAN
Terkait dengan bulan Ramadhan, manusia terbagi menjadi beberapa macam:
Pertama, kelompok yang menunggu kedatangan bulan ini dengan penuh
kesabaran. Ia bertambah gembira dengan kedatangannya, hingga ia pun
menyingsingkan lengan dan bersungguh-sungguh mengerjakan segala macam
bentuk ibadah, seperti; puasa, shalat, sedekah, dan lain sebagaimana. Ini
merupakan kelompok yang terbaik.
Ibnu Abbas menuturkan, “Nabi SAW adalah orang yang paling berdewrma.
Namun, beliau lebih berderma lagi pada bulan Ramadhan, ketika beliau selalu
ditemui Jibril. Setiap malam pada bulan Ramadhan, Jibril menemui beliau hingga
akgir bulan. Nabi SAW membacakan Al-Qur’an kepadanya. Bila beliau bertemu
Jibril, beliau lebih berderma daripada angin yang bertiup.” (HR. Bukhari)
Kedua, kelompok yang sejak bulan Ramadhan datang sampai berlalu,
keadaan mereka tetap saja seperti sebelum Ramadhan. Mereka tidak
terpengaruh oleh bulan puasa itu serta tidak bertambah senang atau bersegera
dalam hal kebaikan. Kelompok ini adalah orang-orang yang menyia-nyiakan
keuntungan besar yang nilainya tidak bisa diukur dengan apa pun. Sebab,
seorang muslim akan bertambah semangatnya pada waktu-waktu yang banyak
terdapat kebaikan dan pahala di dalamnya.
Ketiga, kelompok yang tidak mengenal Allah, kecuali pada bulan
Ramadhan saja. Bila bulan Ramadhan datang, Anda dapat melihat mereka ikut
rukuk dan sujud dalam shalat. Tetapi, bila Ramadhan berakhir, mereka kembali
berbuat maksiat seperti semula.
Mereka adalah kaum yang disebutkan kepada Imam Ahmad dan Al-Fudhail
bin ‘Iyadh dan keduanya berkata, “Mereka adalah seburuk-buruk kaum lantaran
tidak mengenal Allah kecuali pada bulan Ramadhan.”
100 AGAMA TAK BERARTI ADA 100 TUHAN, TUHAN TETAP 1  TURUNKAN AGAMA PUN CUMA 1 WWW.ISLAMTERBUKTIBENAR.NET
ISLAM TAK KAN BANGKIT SELAMA UMAT MASIH BANYAK RAGU  TAK DAPAT BUKTIKAN ISLAM SEBAGAI SATU-SATUNYA AGAMA YANG TERBUKTI BENAR
ISLAM PUN TAK KAN BANGKIT SELAMA UMAT CINTA DUNIA SERTA TIDAK MENCINTAI ALLAH  RASUL MELEBIHI SEGALANYA. QS.9:24, 33:6, 9:120, 9:15
Sebab itu, setiap orang yang termasuk dalam kelompok ini semestinya
tahu bahwa ia telah menipu dirinya sendiri dengan perbuatannya tersebut. Setan
pun juga memperoleh keuntungan besar darinya. Allah SWT berfirman, “Setan
telah menjadikan mereka mudah (berbuat dosa) dan memanjangkan angan-
angan mereka.” (QS. Muhammad [47]: 25)
Sebagai bentuk ajakan dan peringatan untuk kelompok seperti
mereka, hendaklah mereka bertaubat kepada Allah dengan sebenar-
benarnya taubat. Kami menghimbau agar mereka memanfaatkan bulan ini
untuk kembali dan tunduk kepada Allah serta meminta ampun dan
meninggalkan perbuatan buruk yang telah lalu. Allah SWT berfirman:
“Dan sesungguhnya, Aku Maha Pengampun bagi orang yang
bertaubat, beriman, beramal saleh, lalu tetap di jalan yang benar.”
(QS. Thaha [20]: 82)
“Kecuali orang-orang yang bertaubat, beriman dan mengerjakan
amal saleh; maka itu kejahatan mereka diganti Allah dengan
kebajikan. Dan adalah Allah maha Pengampun lagi Maha
Penyayang.” (QS. Al-Furqan [25]: 70)
Bila Allah telah mengetahui ketulusan dan keikhlasan mereka, maka Dia
akan memaafkan mereka sebagaimana yang Dia janjikan. Sebab, Allah tidak akan
mengingkari janji-Nya. Namun, bila mereka tetap saja berbuat maksiat, maka kita
harus mengingatkan perbuatan mereka, dan menyampaikan bahwa mereka
dalam bahaya besar. Bahaya macam palagi yang lebih besar daripada
meremehkan kewajiban, batasan-batasan, perintah, dan larangan-Nya.
Keempat, kelompok yang hanya perutnya saja yang berpuasa dari segala
macam makanan, namun tidak menahan diri dari selain itu. Anda akan
melihatnya sebagai orang yang paling tidak berselera terhadap makanan dan
minuman. Akan tetapi, mereka tidak merasa gerah ketika mendengar
kemungkaran, ghibah, adu domba, dan penghinaan. Bahkan, inilah kebiasaannya
pada bulan Ramadhan dan bulan-bulan lainnya.
Kepada orang-orang seperti ini, perlu kita sampaikan bahwa kemaksiatan
pada bulan Ramadhan dan bulan lainnya itu diharamkan, tetapi lebih diharamkan
lagi pada bulan Ramadhan, menurut pendapat sebagian ulama. Dengan
kemaksiatan tersebut berarti mereka telah menodai puasa dan menyia-nyiakan
pahala yang banyak. Diriwayatkan dari Abu Hurairah, ia berkata:
Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa tidak meninggalkan perkataan
dan perbuatan dusta, maka tidak ada kebutuhan bagi Allah dalam diri orang
yang meninggalkan makanan dan minumannya.” (HR. Bukhari dan Abu Dawud)
Rasulullah SAW juga bersabda: “Puasa itu bukan sekedar menahan makan
dan minum, tetapi puasa itu adalah meninggalkan perbuatan sia-sia dan
perkataan keji.” (HR. Ibnu Hibban)
Kelima, kelompok yang menjadikan siang hari untuk tidur, sedangkan
malam harinya untuk begadang dan main-main belaka. Mereka tidak
memanfaatkan siangnya untuk berdzikir dan berbuat kebaikan, tidak pula
membersihkan malamnya dari hal-hal yang diharamkan.
Kepada orang-orang seperti ini pelaku kita sampaikan agar mereka
takutlah kepada Allah berkenaan dengan diri mereka. Janganlah menyia-nyiakan
kebaikan yang datang kepada mereka. Mereka telah hidup sejahtera dan
makmur. Hendaklah mereka bertaubatlah kepada Allah dengan taubat nasuha
dan bergembira dengan berita dari Allah yang menyenangkan.
Keenam, kelompok yang tidak mengenal Allah pada bulan Ramadhan dan
tidak pula pada bulan lainnya. Mereka adalah kelompok yang paling buruk dan
berbahaya. Anda akan melihat mereka tidak memperhatikan shalat atau puasa.
Mereka meninggalkan kewajiban itu secara sengaja, padahal kondisinya sehat
dan segar bugar. Setelah itu mereka mengaku sebagai orang Islam. Padahal,
Islam sangat jauh dari mereka, bagaikan jauhnya Barat dan Timur. Orang-orang
Islam pun berlepas diri dari mereka.
Kepada orang-orang semacam ini perlu dikatakan, “Segeralah bertaubat
dan kembalilah kepada agama kalian. Lipatlah lembaran hitam hidup kalian.
Sesunggunya, Rabb kalian Maha Penyayang kepada siapa saja yang mentaati-
Nya, dan sangat keras siksanya kepada orang yang mendurhakai-Nya.”
FREE DOWNLOAD: E-BOOK, SOFTWARE ISLAM KOMPUTER  HANDPHONE, CERAMAH, VIDEO WWW.ISLAMTERBUKTIBENAR.NET
KEWAJIBANMU YANG DIBEBANKAN ATASMU HANYALAH MENYAMPAIKAN. QS.16:82 KEWAJIBANMU HANYALAH MENYAMPAIKAN. QS.3:20, QS.42:48
SEKALI-KALI KAU TAK KAN SAMPAI PADA KEBAJIKAN HINGGA KAU NAFKAHKAN HARTA DI JALAN ALLAH. QS.3 ALI IMRAN:19, 61 SHAFF:10-12, 47 HUJURAAT:15
Demikianlah, klasifikasi manusia secara global berkaitan dengan bulan
Ramadhan. Meski mungkin sebagian kelompok masuk pada kelompok lainnya,
namun ini perlu dijelaskan.
“Barangsiapa memberi makanan berbuka kepada orang yang puasa, maka ia
memperoleh pahala seperti pahala orang yang berpuasa, tanpa mengurangi
sedikit pun pahala orang yang berpuasa itu.” (HR. Ahmad)
ETIKA BERPUASA
Pertama kali yang perlu disebutkan, hendaknya seorang muslim yang
berpuasa menginginkan ridha Allah Ta’ala semata, dalam keadaan beriman dan
mengharap pahala-Nya. Nabi SAW bersabda:
“Barangsiapa berpuasa Ramadhan atas dasar iman dan mengharap
pahala, maka dosa-dosanya yang telah lalu diampuni.” (HR. Bukhari dan
Muslim). Dalam redaksi lain menurut riwayat Ahmad: “…diampuni dosa-dosanya
yang telah lalu dan yang akan datang.”
Sebelum seseorang berpuasa, maka ia harus berniat puasa terlebih dulu,
berdasarkan sabda Nabi SAW: “Barangsiapa tidak berniat puasa sebelum fajar
pagi, maka tidak ada puasa baginya.” (HR. Baihaqi)
Dalam riwayat Nasai disebutkan: “Barangsiapa tidak berniat puasa pada malam
hari, maka tidak ada puasa baginya.”
Seorang muslim hendaknya berusaha sekuat tenaga untuk tidak menyia-
nyiakan makan sahur. Dalam makan sahur terdapat banyak kebaikan dan pahala
melimpah. Bila itu di tinggalkan, berarti ia telah menghalangi diri dari
mendapatkan pahala berlimpah. Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan hadits
Nabi SAW bahwa beliau bersabda:
“Makan sahurlah kalian, sebab dalam makan sahur terdapat berkah.”
Nabi SAW juga bersabda: “Sahur itu semuanya merupakan berkah, maka
janganlah kalian meninggalkannya meski hanya minum seteguk air. Sebab Allah
dan para malaikat-Nya mengucapkan shalawat kepada orang-orang yang
sahur.” (HR. Ahmad)
Seorang sahabat Nabi SAW berkata, “Aku pernah masuk menemui Nabi
ketika beliau sedang makan sahur. Beliau lalu bersabda, ‘Sesungguhnya makan
sahur adalah berkah yang diberikan Allah kepada kalian. Maka, janganlah kalian
tinggalkan.” Nabi bersabda:
“Berkah itu ada dalam tiga hal; berjamaah, tsarid (bubur daging), dan
makan sahur.” (HR. Thabarani)
Di antara keutamaan makan sahur, bahwa perbuatan ini sebagai pembeda
antara puasa orang Islam dengan puasa Ahli kitab.
Nabi SAW bersabda:
“Perbedaan antara puasa kita dan puasa ahli kitab adalah dalam makan
sahur.” (HR. Ad-Darimi, Ibnu Hibban, dan Ibnu Khuzaimah)
Bila hal itu telah diketahui, maka keutamaan makan sahur itu lebih besar
lagi bila diakhirkan, sebab dalam hal ini ada kebaikan yang banyak. Nabi SAW
biasa mengakhirkan makan sahur. Diriwayatkan dari Zaid bin Tsabit, ia berkata
“Kami pernah makan sahur bersama Nabi SAW, setelah itu beliau bangkit menuju
shalat. Anas bertanya, ‘berapa lama waktu antara adzan dan makan sahur?’ Zaid
menjawab, ‘Sekira-kira bacaan 50 ayat.”
Diriwayatkan dari Abu Darda, “Ada tiga akhlak kenabian; menyegerakan
berbuka puasa, mengakhirkan makan sahur, dan meletakkan tangan kanan di
atas tangan kiri di dalam shalat.” (HR. Thabrani dan dihukumi hadits marfu’
sebagai mana pernyataan para ulama).
Keutamaan makan sahur menjadi lebih bagus bila makan dengan kurma,
atau disertai kurma. Ini berdasarkan sabda Nabi SAW:
“Makanan sahur terbaik bagi orang beriman adalah kurma.” (HR. Abu
Dawud dan lainnya)
Bila seorang mukmin telah menyelesaikan sahurnya, hendaknya ia segera
bersiap-siap untuk menunaikan shalat Subuh. Janganlah ia menyepelekannya,
sebagaimana yang dilakukan oleh sebagian orang yang makan sahur lalu tidur
hingga tidak mengerjakan shalat Subuh. Cukuplah iu dianggap sebagai musibah
dan tindakan penyepelean, terutama bila malamnya ia begadang.
Seorang mukmin harus memanfaatkan semua waktu puasanya untuk
kebaikan dengan segala macamnya. Misalnya, membaca Al-Qur’an, istighfar, dan
lainnya. Bila telah dekat waktu berbuka, hendaknya ia mengingat sunnah-sunnah
yang biasa dikerjakan Nabi SAW, di antaranya segera berbuka. Imam Bukhari dan
Muslim mengeluarkan sebuah hadits yang marfu’ dari Sahl bin Sa’ad, disebutkan:
100 AGAMA TAK BERARTI ADA 100 TUHAN, TUHAN TETAP 1  TURUNKAN AGAMA PUN CUMA 1 WWW.ISLAMTERBUKTIBENAR.NET
ISLAM TAK KAN BANGKIT SELAMA UMAT MASIH BANYAK RAGU  TAK DAPAT BUKTIKAN ISLAM SEBAGAI SATU-SATUNYA AGAMA YANG TERBUKTI BENAR
ISLAM PUN TAK KAN BANGKIT SELAMA UMAT CINTA DUNIA SERTA TIDAK MENCINTAI ALLAH  RASUL MELEBIHI SEGALANYA. QS.9:24, 33:6, 9:120, 9:15
“Manusia senantiasa dalam kebaikan selama mereka menyegerakan
berbuka.”
Dari Abu Hurairah diriwayatkan hadits marfu’:
“Agama Islam senantiasa unggul selama pemeluknya menyegerakan
berbuka, sebab kaum yahudi dan nasrani mengakhirkan (berbuka).” (HR.
Abu Dawud dan Ahmad)
Sebelumnya, telah disebutkan hadits dari Abu Darda’ bahwa ada tiga
akhlak kenabian dan salah satunya adalah menyegerakan berbuka puasa.
Termasuk sunnah, orang yang puasa hendaknya berbuka dengan kurma.
Bila tidak mendapatkannya, cukuplah dengan air. Diriwayatkan dari Salman
bin’Amir Adh-Dhabi yang berkata: Rasulullah SAW bersabda:
“Bila salah seorang di antara kalian berbuka puasa, hendaklah berbuka
dengan kurma, sebab itu mengandung berkah. Bila tidak mendapatkan
kurma, maka dengan air, sebab air itu suci.” (HR. Ahmad dan Penulis kitab-
kitab Sunan)
Mengawali buka puasa dengan kurma itu memiliki rahasia yang
menakjubkan. Beberapa pakar kedokteran menyebutkan bahwa usus itu
menyerap zat gula yang bersifat mudah dicerna dalam waktu kurang dari 5
menit. Badan pun jadi terasa segar dan hilanglah kekurangan zat gula dan cairan.
Sebab, gula darah dalam tubuh akan menurun pada saat berpuasa, sehingga
terkadang menyebabkan rasa lapar dan terkadang agak lemas. Kondisi ini akan
cepat hilang bila makan makanan mengandung zat gula.”
Pakar lainnya mengatakan, “Alasan berbuka dengan air, sebab ketika
berpuasa badan mengalami semacam kekeringan. Bila dibasahi dengan air, maka
tubuh akan lebih sempurna dalam memfungsikan makanan.” Semoga shalawat
dan salam senantiasa Allah limpahkan kepada Nabi kita yang mengasihi dan
menyayangi umatnya.
Termasuk amalan sunnah, orang yang berpuasa hendaknya berdoa ketika
berbuka puasa. Ada anjuran dalam hal ini dari Rasulullah SAW. Beliau bersabda:
“Ada tiga orang yang tidak ditolak doanya; orang yang berpuasa sampai
berbuka, imam yang adil, dan orang yang dianiaya.” (HR. Thabrani)
Rasulullah SAW juga bersabda, “Ada tiga doa yang dikabulkan; doa orang
berpuasa, doa orang yang dianiaya, dan doa orang yang bepergian.” Rasulullah
SAW bersabda, “Ada tiga doa yang tidak ditolak; doa orang tua untuk anaknya,
doanya orang yang berpuasa, dan doanya orang yang bepergian.”
Termasuk amalan sunnah, orang yang berpuasa hendaknya berdoa dengan
doa yang diwariskan dari Nabi SAW. Ketika berbuka puasa, beliau berdoa:
“Telah hilang rasa dahaga, telah basah kerongkongan, dan tetaplah
pahalanya insya Allah.” (HR. Abu Dawud)
Seorang muslim hendaknya berusaha mengajak orang lai untuk berbuka
puasa bersamanya. Ada sebuah riwayat, bahwa Nabi SAW bersabda,
“Barangsiapa memberi makanan berbuka kepada orang yang puasa, atau
menyiapkan perbekalan seorang pejuang, maka ia akan mendapatkan pahala
seperti pahala mereka.” Rasulullah SAW juga bersabda:
“Barangsiapa memberi makanan berbuka kepada orang yang puasa, maka
ia memperoleh pahala seperti pahala orang yang berpuasa, tanpa
mengurangi sedikit pun pahala orang yang berpuasa itu.” (HR. Ahmad)
Sebab itu, kita semua harus memiliki obsesi untuk segera berbat kebaikan.
Pasalnya, dagangan Allah itu mahal. Kami memohon kepada-Mu; ya Allah,
jadikanlah kami dan saudara-saudara sesama muslim termasuk orang-orang yang
menunaikan puasa Ramadhan atas dasar iman dan mengharap pahala.
Jadikanlah amal kami yang terbaik sebagai penutup hidup kami dan hari-hari
terbaik kami adalah saat bertemu dengan-Mu.
Sebagai catatan, bahwa sebuah ibadah harus memenuhi dua syarat utama,
yaitu ikhlas kepada Allah dan mengikuti petunjuk Rasul SAW. Allah SWT
berfirman:
“Maka sembahlah Allah dengan memurnikan ibadat kepada-Nya,
meskipun orang-orang kafir tidak menyukai(nya).” (QS. Al-Mukmin [40]:
14)
“Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan apa yang
dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah…” (QS. Al-Hasyr [59]: 7)
Dalam beribadah, hendaknya seorang muslim meneladani Nabi SAW baik
dalam perkataan maupun amal perbuatan, dan ikhlas hanya untuk Allah semata.
Setelah kami sebutkan itu semua, alangkah baiknya kalau dalam kesempatan ini
kami sebutkan beberapa perkara yang sangat penting bagi seorang muslim yang
giat agar puasanya sesuai dengan puasa Nabi SAW.
FREE DOWNLOAD: E-BOOK, SOFTWARE ISLAM KOMPUTER  HANDPHONE, CERAMAH, VIDEO WWW.ISLAMTERBUKTIBENAR.NET
KEWAJIBANMU YANG DIBEBANKAN ATASMU HANYALAH MENYAMPAIKAN. QS.16:82 KEWAJIBANMU HANYALAH MENYAMPAIKAN. QS.3:20, QS.42:48
SEKALI-KALI KAU TAK KAN SAMPAI PADA KEBAJIKAN HINGGA KAU NAFKAHKAN HARTA DI JALAN ALLAH. QS.3 ALI IMRAN:19, 61 SHAFF:10-12, 47 HUJURAAT:15
BERBAGAI KESALAHAN ORANG BERPUASA
1. Tetap Makan Sahur Sampai mendengar Lafazh Adzan: Hayya ‘Alash
Shalah
Sebagian orang bila mendengar muadzin mengumandangkan adzan shalat
Subuh, mereka baru bangun tidur untuk makan dan minum. Bila ANda
menasihati dan menjelaskan bahwa itu salah, mereka akan menjawab bahwa
ahal itu dibolehkan sampai muadzin mengucapkan: Hayya’alash shalah. Bila
muadzin mengucapkan kalimat itu, maka makan dan minum tidak dibolehkan
lagi. Pendapat ini tentu membutuhkan dalil yang shahih.
Setelah kami teliti dan tanyakan, bahwa hal itu tidak ada dalilnya. Bahkan,
itu hanyalah perbuatan yang dianggap baik oleh sebagian orang dan bertolak
berdasarkan sabda Nabi SAW:
“Barangsiapa mengada-adakan perkara
baru dalam urusan (agama) kami yang bukan berasal darinya, maka itu
tertolak.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Dalam lafal riwayat yang lain:
“Barangsiapa mengerjakan suatu amalan yang bukan atas dasar perintah
kami, maka itu tertolak.” (HR. Muslim)
Nash Al-Quran dan As-Sunnah telah menetapkan batasan imsak, yaitu
ketika telah terang benang putih dari benang hitam, yaitu fajar. Bila fajar telah
diketahui, maka orang yang sahur hendaklah meninggalkan makan dan minum.
Inilah yang benar. Allah SWT berfirman, “…dan makan minumlah hingga terang
bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar.” (QS. Al-Baqarah [2]: 187).
Nabi SAW bersabda, “Sesungguhnya, Bilal mengumandangkan adzan pada
malam hari. Maka, makan dan minumlah hingga Ibnu Ummi Maktum
mengumandangkan adzan (Subuh).” (HR. Bukhari). Ibnu Ummi Maktum adalah
sahabat yang buta. Ia tidak akan mengumandangkan adzan sebelum ada orang
yang mengatakan kepadanya, “Waktu Subuh telah tiba. Waktu Subuh telah tiba.”
Dari ayat dan hadits di atas, jelaslah bahwa batasan imsak itu adalah
terbutnya fajar, sedangkan adzan hanya sebagai pemberitahuan hal itu. Maka,
saat muadzin mulai mengumandangkan adzan, berarti waktu imsak telah masuk.
Jadi, waktu imsak itu bukan dibatasi pada ucapan muadzin: Hayya’alash shalah.
2. Makan Sahur lebih Awal
Kesalahan lain yang dilakukan oleh orang yang puasa adalah bersegera
makan sahur pada awal waktu. Ini merupakan tindakan menyia-nyiakan pahala
yang banyak. Sebab, menurut As-Sunnah, seorang muslim hendaknya
mengakhirkan makan sahur agar mendapatkan pahala sebab mencontoh Nabi
SAW. Anas meriwayatkan dari Zaid bin Tsabit, ia berkata, “Kami pernah makan
sahur bersama Nabi. Setelah itu, beliau bangkit menuju shalat. Aku (Anas)
bertanya, ‘Berapa lama waktu antara adzan dan makan sahur?’ Zaid bin Tsabit
menjawab, ‘Kira-kira selama bacaan 50 ayat’.” HR. Bukhari dan Muslim)
3. Sengaja Minum Saat Adzan Subuh
Kesalahan lain terkait dengan puasa, sengaja minum saat adzan Subuh
kedua yang dilakukan sebagian orang. Menjelang adzan dikumandang, Anda
melihatnya hanya duduk santai. Namun, saat muadzin mulai mengumandangkan
adzan, ia justru bergegas untuk mengambil air dan meminumnya. Bila diingatkan,
ia menjawab, “Aku boleh makan dan minum sampai adzan selesai.”
Dengan perbuatannya itu, ia telah merusak puasanya, terutama bila
muadzin teliti dalam melihat jadwal adzan. Allah Ta’ala telah mensyariatkan
waktu imsak ketika masuk waktu Subuh dengan firman-Nya, “…dan makan
minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar.”
(QS. Al-Baqarah [2]: 187). Nabi SAW bersabda, “Sesungguhnya, Bilal
mengumandangkan adzan pada malam hari. Maka, makan dan minumlah
hingga Ibnu Ummi Maktum mengumandangkan adzan (Subuh).” (HR. Bukhari-
Muslim).
Kata hatta dalam ayat dan hadits di atas berarti masuk, maksudnya kalian
boleh makan dan minum sampai waktu Subuh. Hanya saja, ada permasalahan
yang harus dijelaskan beraitan dengan hal ini. Yaitu, seorang muslim boleh
minum air di gelas yang telah berada di tangannya saat muadzin
mengumandangkan adzan. Ini berdasarkan sabda Nabi SAW:
“Bila salah seorang di antara kalian mendengar seruan adzan, sedangkan
gelas minuman masih di tangannya, maka janganlah ia meletakkannya
sebelum melaksanakan keinginannya untuk minum.” (HR. Abu Dawud,
Ibnu Jarir, Hakim, Baihaqi, dan lainnya. Hadits ini memiliki banyak penguat)
Perlu ditambahkan juga terkait hal ini, bahwa seorang muslim masih
dibolehkan makan dan minum setelah adzan bilamana muadzin
mengumandangkan adzan sebelum waktunya. Adzan tersebut tidak berlaku,
sehingga orang yang puasa tidak diharamkan dari apa pun yang dibolehkan oleh
Allah baginya di watu ifthar. Shalat Subuh juga tidak dianjurkan untuk segera
dilaksanakan sebab waktunya belum masuk.
100 AGAMA TAK BERARTI ADA 100 TUHAN, TUHAN TETAP 1  TURUNKAN AGAMA PUN CUMA 1 WWW.ISLAMTERBUKTIBENAR.NET
ISLAM TAK KAN BANGKIT SELAMA UMAT MASIH BANYAK RAGU  TAK DAPAT BUKTIKAN ISLAM SEBAGAI SATU-SATUNYA AGAMA YANG TERBUKTI BENAR
ISLAM PUN TAK KAN BANGKIT SELAMA UMAT CINTA DUNIA SERTA TIDAK MENCINTAI ALLAH  RASUL MELEBIHI SEGALANYA. QS.9:24, 33:6, 9:120, 9:15
Syaikhul Islam mengatakan, “Bila Muadzin mengumandangkan adzan
sebelum fajar terbit, sebagaimana Bilal mengumandangkan adzan sebelum fajar
pada masa Nabi dan adzannya para muadzin di Damaskus dan kota lainnya, maka
makan dan minum setelah itu tidak ada masalah dengan waktu secukupnya.”
Syaikh Ibnu Utsaimin mengatakan, “Adzan shalat Subuh, baik setelah terbit
fajar atau sebelumnya, jika dikumandangkan setelah terbit fajar, maka orang
yang sahur wajib berhenti makan dan minum dengan sekedar mendengar adzan
saja. Sebab, Nabi SAW bersabda, “Sesungguhnya, Bilal mengumandangkan
adzan pada malam hari, maka makan dan minumlah sampai kalian mendengar
adzan Ibnu Ummi Maktum. Dia tidak mengumandangkan adzan kecuali fajar
telah terbit.” (HR. Bukhari-Muslim). Jika kalian mengetahui bahwa muadzin
mengumandangkan adzan setelah terbit fajar Subuh, maka berhentilah makan
dan minum ketika mendengar adzan itu.”
Syaikh Abdul Aziz bin Baz mengatakan saat menjawab masalah ini dan hal-
hal yang berkaitan dengannya, “Seorang mukmin yang berpuasa wajib menahan
diri dari makan dan minum serta lainnya bila terbitnya fajar sudah ia ketahui. Itu
dalam puasa wajib, seperti; puasa Ramadhan, puasa nadzar, dan puasa kafarat.
Hal ini berdasarkan firman Allah SWt:
“…dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang
hitam, yaitu fajar, lalu sempurnakanlah puasa itu sampai (datang)
malam.” (QS. Al-Baqarah [2]: 187).
Selain itu, bila ia mendengar adzan dan mengetahui bahwa itu adzan
Subuh, maka ia wajib berhenti dari makan dan minum. Bila muadzin
mengumandangkan adzan sebelum terbit fajar atau setelahnya, maka yang
utama dan selamat adalah berhenti makan dan minum bila telah mendengarnya.
Tidak ada masalah, seandainya seseorang minum atau makan sekedarnya ketika
terdengar adzan, sebab ia tidak mengetahui terbitnya fajar.
Telah diketahui bersama bahwa masyarakat yang tinggal di tengah-tengah
kota yang terdapat banyak cahaya listrik, mereka tidak bisa mengetahui terbitnya
fajar dengan mata kepalanya sendiri pada waktu tersebut. Namun, ia hendaknya
berhati-hati dalam menggunakan jadwal adzan dan kalender waktu yang
membatasi terbitnya fajar dengan jam dan menit, sebagai bentuk pengamalan
sabda Nabi SAW:
“Tinggalkanlah sesuatu yang meragukanmu kepada sesuatu yang tidak
meragukanmu.” (HR. Bukhari)
Juga sabda beliau, “Barangsiapa menjauhi sesuatu yang samar (syubhat),
berarti ia telah menjaga agama dan kehormatannya.” (HR. Bukhari dan Abu
Dawud). Hanya Allah sebagai pelindung dan pemberi taufiq.”
4. Memajukan Waktu Adzan Subuh
Kesalahan lain yang berkaitan dengan puasa adalah adzan Subuh beberapa
saat sebelum waktunya yang dilakukan sebagian muadzin. Mereka menganggap
bahwa itu merupakan bentuk kehati-hatian dalam beribadah. Perbuatan mereka
ini sangat buruk. Mereka tidak berhak mendapatkan citra baik yang diberikan
oleh Nabi SAW kepada muadzin, dengan sabda beliau:
“Muadzin itu dipercaya.” (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi dari Abu Hurairah)
Al-Hafizh Ibnu Hajar mengatakan, “Di antara bid’ah munkar yang diada-
adakan pada zaman sekarang adalah mengumandangkan adzan kedua sebelum
terbit fajar sekitar 1/3 jam dalam bulan Ramadhan. Demikian juga, mematikan
lampu-lampu sebagai tanda larangan makan dan minum bagi siapa saja yang
ingin berpuasa. Orang yang mengadakan bid’ah itu mengklaim bahwa itu untuk
kehati-hatian dalam beribadah, dan hanya segelintir orang yang tahu hal itu.
Perbuatan itu telah menyeret mereka untuk tidak mengumandangkan adzan
kecuali beberapa menit setelah matahari terbenam untuk memantapkan waktu.
Dengan keyakinan itu, mereka telah mengakhirkan buka puasa dan
menyegerakan makan sahur. Mereka telah menyelisihi sunnah. Sebab itu,
kebaikan mereka hanya sedikit, sedangkan keburukan mereka bertambah
banyak. Hanya kepada Allah kita meminta pertolongan.”
Di samping menyelisihi sunnah, memajukan waktu adzan juga
menyebabkan seorang muslim terhalang untuk makan yang pada dasarnya itu
masih dibolehkan oleh Allah baginya. Akibatnya, shalat sunah qabliyah
dikerjakan sebelum waktunya.
5. Merasa Berdosa Sebab Lupa Makan dan Minum Saat Berpuasa
Sebagian orang terkadang merasa berdosa sekali bila mengingat dirinya
telah makan atau minum saat puasa sebab factor lupa. Ia bahkan merasa ragu
terhadap keabsahan puasanya. Untuk masalah seperti ini dan semisalnya, perlu
dikatakan, ahwa tidak ada dosa seberat biji sawi pun, dan puasa tersebut tetap
sah, insya Allah. Hendaklah puasa tersebut tetap disempurnakan. Inilah
pendapat yang benar. Nabi SAW bersabda:
“Bila salah seorang dari kalian lupa, sehingga ia pun makan dan minum,
maka hendaklah ia menyempurnakan puasanya. Allah telah memberinya
makan dan minum.” (HR. Bukhari)
FREE DOWNLOAD: E-BOOK, SOFTWARE ISLAM KOMPUTER  HANDPHONE, CERAMAH, VIDEO WWW.ISLAMTERBUKTIBENAR.NET
KEWAJIBANMU YANG DIBEBANKAN ATASMU HANYALAH MENYAMPAIKAN. QS.16:82 KEWAJIBANMU HANYALAH MENYAMPAIKAN. QS.3:20, QS.42:48
SEKALI-KALI KAU TAK KAN SAMPAI PADA KEBAJIKAN HINGGA KAU NAFKAHKAN HARTA DI JALAN ALLAH. QS.3 ALI IMRAN:19, 61 SHAFF:10-12, 47 HUJURAAT:15
Dalam hal ini, tidak ada bedanya apakah makanan dan minuman itu sedikit
atau banyak. Ibnu hajar mengatakan, “Hadits tersebut mengandung makna
kelembutan Allah kepada para hamba-Nya dan bentuk kemudahan bagi mereka,
serta diangkatnya kesukaran dan kesempitan dari mereka.”
Syaikh Muhammad bin Utsaimin ketika menjawab pertanyaan terkait
masalah ini mengatakan, “Siapa saja yang makan atau minum saat berpuasa
sebab lupa, maka puasanya tetap sah. Akan tetapi, bila ia teringat, maka ia harus
berhenti dan mengeluarkan makanan atau minuman yang ada di mulutnya.
Adapun, dalil sempurnanya puasa sebab lupa makan adalah hadits shahih yang
disabdakan oleh Nabi SAW dan diriwayatkan Abu Hurairah: “Bila salah seorang
dari kalian lupa, sehingga ia pun makan dan minum, maka hendaklah ia
menyempurnakan puasanya. Allah telah memberinya makan dan minum.” (HR.
Muslim)
Sebab, lupa itu tidak menyebabkan seseorang dihukum sebab
mengerjakan perbatan terlarang. Ini berdasarkan firman Allah yang
menyebutkan orang yang meminta ampun akibat lupa, “Ya Rabb kami, janganlah
Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami khilaf.” (Al Baqarah [2]: 286). Allah
pun menjawab, ‘Telah Aku ampuni’.”
6. Tidak mengingatkan Orang Lain yang Makan dan Minum Sebab
Lupa
Kesalahan lain yang berkaitan dengan puasa adalah sebagian orang
membiarkan orang lain makan dan minum sebab lupa hingga ia
menyelesaikannya. Orang yang mengetahui hal itu beranggapan bahwa
bila orang yang lupa itu diingatkan, maka ia akan terhalang mendapatkan
rezeki dari Allah. Orang tersebut tidak sadar kalau sikpanya itu merupakan
sebuah kemunkaran dan menyetujui kemunkaran dengan kebodohannya.
Di sini, kami akan menyampaikan fatwa Syaikh Abdul ziz bin
Abdullah bin Baz yang berkaitan dengan permasalahan ini. Ada orang yang
bertanya, “Sebagian orang mengatakan, ‘Bila Anda melihat seorang
muslim berpuasa, lalu makan atau minum pada siang hari bulan
Ramadhan sebab lupa, maka Anda tidak semestinya mngingatkannya.
Sebab, Allah telah memberinya makan dan minum sebagaimana
disebutkan dalam hadits. Apakah tindakan ini benar? Berilah kami fatwa,
semoga Anda dibalas pahala.”
Syaikh Ibnu Baz menjawab, “Siapa pun yang melihat orang berpuasa
yang minum atau makan, atau menelan apa saja pada siang hari bulan
Ramadhan, maka ia wajib mengingkarinya. Sebab, memperlihatkan makan
dan minum pada siang hari bulan puasa adalah bentuk kemunkaran,
meskipun pelakunya memiliki alasan dalam perkara itu. Tujuannya, agar
orang-orang tidak akan berani terang-terangan melanggar larangan Allah,
dengan makan dan minum pada siang hari bulan puasa dengan alasan
lupa.
Bila pelakunya memang jujur dalam hal klaim kelupaannya itu, maka
ia tidak mengganti (mengadha’) puasanya itu. Hal ini berdasarkan sabda
Nabi SAW, “Bila salah seorang dari kalian lupa, sehingga ia pun makan
dan minum, maka hendaklah ia menyempurnakan puasanya. Allah telah
memberinya makan dan minum.” (Muttafaqun’Alaih).
Pun demikian dengan musafir, ia tidak boleh menampakkan makan
dan minumnya di hadapan orang-orang yang tidak bepergian sebab
mereka tidak mengetahui statusnya. Ia harus mencari tempat tertutup
supaya tidak dituduh melanggar larangan Allah, juga agar orang lain tidak
berani berbuat serupa.
Orang-orang kafir juga sama, mereka dilarang memperlihatkan
makan, minum dan semisalnya di hadapan kaum muslimin. Celah
penyepelean ini harus ditutup rapat. Sebab, mereka dilarang
menampakkan syi’ar agama mereka yang batil di hadapan kaum muslimin.
Hanya Allah sebagai pelindung dan pemberi taufiq.”
Kami sampaikan juga fatwa Syaikh Muhammad bin Utsaimin terkait
masalah ini. Syaikh Utsaimin pernah ditanya tentang hukum makan dan
minum sebab lupa, apakah orang yang melihat pelakunya wajib
mengingatkan puasanya?
Ia menjawab, “Siapa saja yang makan atau minum saat berpuasa
sebab lupa, maka puasanya tetap sah. Akan tetapi, bila ia teringat, maka ia
harus berhenti dan mengeluarkan makanan atau minuman yang ada di
mulutnya. Adapun dalil yang menunjukkan kesempurnaan puasa sebab
lupa makan adalah hadits shahih yang disabdakan Nabi SAW dan
diriwayatkan Abu Hurairah, ‘Barangsiapa terlupa sedang ia berpuasa
sehingga terlanjur makan dan minum, maka hendaklah ia
menyempurnakan puasanya. Allah telah memberinya makan dan minum.’
(HR. Muslim).
100 AGAMA TAK BERARTI ADA 100 TUHAN, TUHAN TETAP 1  TURUNKAN AGAMA PUN CUMA 1 WWW.ISLAMTERBUKTIBENAR.NET
ISLAM TAK KAN BANGKIT SELAMA UMAT MASIH BANYAK RAGU  TAK DAPAT BUKTIKAN ISLAM SEBAGAI SATU-SATUNYA AGAMA YANG TERBUKTI BENAR
ISLAM PUN TAK KAN BANGKIT SELAMA UMAT CINTA DUNIA SERTA TIDAK MENCINTAI ALLAH  RASUL MELEBIHI SEGALANYA. QS.9:24, 33:6, 9:120, 9:15
Sebab, lupa itu tidak menyebabkan seseorang dihukum sebab
mengerjakan perbuatan terlarang. Ini berdasarkan firman Allah yang
menyebutkan orang yang meminta ampun akibat lupa, “Ya Rabb kami,
janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami khilaf.” (QS. Al-
Baqarah [2]: 286). Allah pun menjawab, ‘Telah Aku ampuni.’
Adapun orang yang melihat orang makan dan minum saat berpuasa
sebab lupa, maka ia wajib mengingatkannya. Sebab, ini termasuk
mengubah kemunkaran. Nabi SAW bersabda:
‘Barangsiapa di antara kalian melihat kemunkaran, maka hendaklah
ia mengubah dengan tangannya. Bila tidak mampu, maka
hendaklah mengubah dengan lisannya. Bila tidak mampu, maka
dengan hatinya.’ (HR. Muslim)
Tidak diragukan lagi bahwa tindakan makan dan minum yang
dilakukan oleh orang yang berpuasa adalah bentuk kemunkaran. Akan
tetapi, pelakunya dimaafkan bila dalam kondisi lupa sebab memang tidak
ada sangsi hukuman baginya. Adapun, orang yang melihat perbuatan itu,
maka tidak ada alasan baginya untuk tidak mengingkarinya.”
Berkaitan dengan masalah ini, Syaikh Ibnu Jibrin mengatakan, “Ada
sebagian orang yang mengatakan, ‘Kami tidak akan mengingatkan orang
yang lupa. Kami tidak akan menghentikan rezeki makanan dan minuman
yang dikaruniakan oleh Allah kepadanya.’ Yang benar, orang yang melihat
hendaknya mengingatkannya, sebab itu wajib hukumnya dan termasuk
bentuk amar makruf nahi munkar. Hal yang sama juga berlaku, ketika
seseorang melakukan sesuatu yang bisa membatalkan puasa selain makan
dan minum sebab dianalogika dengan kedua hal tersebut.”
7. Mengakhirkan Adzan Maghrib
Kesalahan lain yang berkaitan dengan muadzin pada bulan Ramadhan, ada
sebagian orang tidak mengumandangkan adzan kecuali setelah kegelapan
merata, dan tidak cukup hanya dengan terbenanmnya matahari saja. Mereka
beranggapan bahwa itu merupakan sikap lebih berhati-hati dalam ibadah.
Perbuatan ini termasuk menyelisihi sunnah. Sebab, menurut sunnah, hendaknya
adzan dikumandangkan ketika matahari terbenam dengan smpurna, sedangkan
acuan yang lain tidak dianggap. Allah Ta’ala berfirman:
“…lalu sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam….” (QS. Al-
Baqarah [2]: 187).
Allah Ta’ala menjadikan batasan puasa dengan masuknya waktu malam.
Sedangkan, masuknya waktu malam ditandai dengan terbenamnya
matahari, sebagaimana sabda Nabi SAW: “Apabila waktu malam telah tiba dari
sini dan waktu siang telah pergi dari sini dan matahari telah terbenam, maka
orang yang puasa (boleh) berbuka.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Imam Muhammad bin Nashr Al-Marwazi, setelah menyebutkan ayat di
atas, mengatakan, “Para ulama sepakat bahwa bila matahari telah terbenam,
berarti telah masuk waktu malam dan orang yang puasa dibolehkan berbuka.”
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah pernah ditanya tentang terbenamnya
matahari, apakah dibolehkan bagi orang yang puasa berbuka dengan sekedar
melihat terbenamnya matahari? Syaikhul Islam menjawab, “Bila bulatan
matahari seluruhnya telah terbenam, maka yang berpuasa boleh berbuka.
Sedangkan, warna merah menyala yang masih terlihat di ufuk itu tidak perlu
dianggap. Bila bulatan matahari seluruhnya telah sirna, maka akan tampak warna
hitam di ufuk timur, sebagaimana sabda Nabi SAW, “Apabila waktu malam telah
tiba dari sini dan waktu siang telah pergi dari sini dan matahari telah terbenam,
maka orang yang puasa (boleh) berbuka,”
8. Mengakhirkan Berbuka
Termasuk kesalahan yang banyak dilakukan kaum muslin adalah
mengakhirkan buka puasa. Di sini ada dua kesalahan; pertama, hal itu pada
mumnya akan menyebabkan terlambatnya pelaksanaan shalat Maghrib. Bahkan,
terkadang bisa menyebabkan habisnya waktu shalat Maghrib secara
keseluruhan. Ini tentu saja musibah yang besar dan lebih pahit. Sebab itu,
seorang muslim harus segera buka puasa agar bisa shalat berjamaah bersama
kaum muslimin.
Kedua, mengakhirkan buka puasa berarti menyelisihi sunnah Nabi SAW
dan menyerupai kaum yahudi dan nasrani. Hal ini dijelaskan oleh dalil-dalil
berikut. Diriwayatkan dari Sahl bin Sa’ad, bahwa rasulullah bersabda, “Manusia
senantiasa dalam kebaikan selama mereka menyegerakan berbuka.” (HR.
Bukhari dan Muslim). Rasulullah SAW bersabda:
“Umatku senantiasa di atas sunnahku selama tidak menunggu munculnya
bintang-bintang untuk berbuka puasa.” (HR. Ibnu Hibban)
FREE DOWNLOAD: E-BOOK, SOFTWARE ISLAM KOMPUTER  HANDPHONE, CERAMAH, VIDEO WWW.ISLAMTERBUKTIBENAR.NET
KEWAJIBANMU YANG DIBEBANKAN ATASMU HANYALAH MENYAMPAIKAN. QS.16:82 KEWAJIBANMU HANYALAH MENYAMPAIKAN. QS.3:20, QS.42:48
SEKALI-KALI KAU TAK KAN SAMPAI PADA KEBAJIKAN HINGGA KAU NAFKAHKAN HARTA DI JALAN ALLAH. QS.3 ALI IMRAN:19, 61 SHAFF:10-12, 47 HUJURAAT:15
Diriwayatkan dari Abu Darda’, ia berkata, “Ada tiga akhlak kenabian;
menyegerakan berbuka puasa; mengakhirkan makan sahir; dan melatakkan
tangan kanan di atas tangan kiri di dalam shalat.” HR. Thabarani, hadits Mauquf).
Diriwayatkan dari Abu Hurairah, ia berkata: Rasulullah SAW bersabda:
‘Agama (Islam) ini akan senantiasa unggul selama pemeluknya
mengerakan berbuka, sebab yahudi dan nasrani mengakhirkan (berbuka).”
(HR. Ahmad dan Tirmidzi)
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan, “Ini merupakan dalil, bahwa
kemenangan agama Islam yang didapatkan dengan mengerakan berbuka puasa
itu sebab menyelisihi kaum yahudi dan nasrani. Bila menyelisihi mereka
merupakan sebab kemenangan agama, sedangkan Allah mengutus para rasul
agar agama yang hak dimenangkan-Nya terhadap semua agama, maka
menyelisihi orang-orang yahudi dan nasrani termasuk tujuan terbesar diutusnya
rasul.”
9. Tidak Bersiwak Setelah Matahari Condong ke Barat
Kesalahan lain yang berkaitan dengan puasa adalah keengganan sebagian
umat Islam bersiwak setelah matahari condong ke Barat. Mereka juga
mengingkari orang yang bersiwak pada waktu tersebut. Di antara argument
pengingkaran mereka bahwa bersiwak itu menghilangkan bau mulut, padahal di
sisi Allah, bau mulut orang yang berpuasa lebih wangi dari minyak kasturi,
sebagaimana yang tertera dalam sabda Nabi SAW:
“Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, bau mulut orang puasa itu lebih
wangi di sisi Allah daripada minyak kasturi.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Imam Asy-Syaukani mengisyaratkan dalam kitab Nailul Authar ketika menyebut
perbedaan pendapat terkait bau mulut orang puasa, apakah itu terjadi di dunia
atau di akhirat. Asy-sayukani mengatakan, “Perbedaan pendapat ini berakibat
munculnya pendapat yang memakruhkan bersiwak bagi orang berpuasa.”
Dalil lain yang mereka jadikan argumen adalah hadits yang diriwayatkan oleh
Baihaqi, Ath-Thabrani, dan Daruquthni dari Ali secara mauquf serta dari Khabbab
secara marfu’ bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Bila kalian puasa, maka
bersiwaklah pada pagi hari dan jangan bersiwak pada sore hari. Sebab
sesungguhnya, tidaklah kedua bibir orang puasa kering pada sore hari, kecuali
akan menjadi cahaya antara kedua matanya pada hari kiamat.” Ini adalah hadits
dha’if, marfu’, dan mauquf. Hadits ini dinyatakan lemah oleh Al-‘Iraqi, Ibnu Hajar,
dan Asy-Syaukani.”
Orang yang enggan bersiwak saat matahari telah condong ke Barat atau
sore hari, berdalil dengan riwayat yang berasal dari Abu Hurairah yang berkata,
“Kamu boleh bersiwak sampai waktu Ashar. Bila kamu telah shalat (Ashar), maka
tinggalkan siwak itu. Sesungguhnya, aku pernah mendengar Rasulullah SAW
pernah bersabda, ‘…bau mulut orang puasa itu lebih wangi di sisi Allah…” (HR.
Daruquthni).”
Asy-Syaukani berkata, “Perkataan Abu Hurairah selain konteksnya tidak
menunjukkan sebuah permintaan tidak bisa dijadikan hujjah sebab di dalam
sanadnya terdapat Umar bin Qais. Ia tidak dipakai haditsnya. Pendapat yang
benar, bersiwak itu disunnahkan bagi orang yang puasa, baik pada pagi maupun
sore hari. Inilah pendapat jumhur ulama.” Dalil yang menunjukkan bolehnya
bersiwak adalah keumuman sabda Nabi SAW:
“Seandainya aku tidak memberatkan umatku, niscaya aku perintahkan
mereka bersiwak setiap kali akan shalat.” (Muttafaqun’Alaih)
Imam Bukhari mengatakan, “Nabi SAW tidak memberikan kekhusukan bagi
orang yang puasa dari yang lain.” Nabi SAW juga bersabda:
“Siwak itu pembersih mulut dan diridhai Rabb.”
Dalil yang menguatkan pendapat di atas adalah riwayat yang dikeluarkan
oleh Ath Thabrani dengan sanad yang dinyatakan bagus oleh Ibnu Hajar.
Disebutkan dari Abdurrahman bin Ghanmin, ia berkata, “ku bertanya kepada
Mu’adz bin Jabal, ‘Apakah aku mesti bersiwak saat aku puasa?’ ia menjawab,
‘Ya’. ‘Kapan waktunya?’ tanyaku. ‘Sesukamu, pagi atau sore,’ jawabnya. Aku
bertanya lagi, ‘Orang-orang enggan bersiwak di sore hari. Mereka berkata bahwa
Rasulullah bersabda, ‘Bau mulut orang puasa itu lebih wangi di sisi Allah
daripada minyak katsuri?’ Ia menjawab, ‘Subhanallah, beliau telah
memerintahkan mereka bersiwak, sedang beliau mengetahui bahwa orang puasa
itu pasti bau mulutnya tidak sedap, meski ia bersiwak. Orang yang menyuruh
orang lain agar dengan sengaja membuat bau mulutnya tidak sedap, maka tidak
ada kebaikannya sama sekali, bahkan yang ada adalah keburukan. Kecuali, bila
orang tersebut sedang diuji dengan mendapat musibah dan tidak mendapatkan
jalan keluarnya sama sekali’.
100 AGAMA TAK BERARTI ADA 100 TUHAN, TUHAN TETAP 1  TURUNKAN AGAMA PUN CUMA 1 WWW.ISLAMTERBUKTIBENAR.NET
ISLAM TAK KAN BANGKIT SELAMA UMAT MASIH BANYAK RAGU  TAK DAPAT BUKTIKAN ISLAM SEBAGAI SATU-SATUNYA AGAMA YANG TERBUKTI BENAR
ISLAM PUN TAK KAN BANGKIT SELAMA UMAT CINTA DUNIA SERTA TIDAK MENCINTAI ALLAH  RASUL MELEBIHI SEGALANYA. QS.9:24, 33:6, 9:120, 9:15
Aku bertanya lagi, ‘Apakah debu akibat berjuang di jalan Allah akan dibalas
dengan pahala, yaitu bagi orang yang dipaksa keuar ke sana dan tidak
mendapatkan jalan keluar darinya?’ Ia menjawab, ‘Benar. Adapun, orang yang
sengaja melemparkan dirinya ke dalam kebinasaan, maka ia tidak mendapatkan
pahala’.”
Syaikh Ibnu Utsaimin berkata, “Orang yang puasa tidak batal puasanya
hanya dengan bersiwak. Bahkan, siwak adalah sunnah baginya dan bagi selainnya
di setiap waktu, baik pagi atau sore hari.”
10. Merasa Tertekan Sebab di Pagi Hari Dalam Kondisi Junub
Kesalahan lain adalah perasaan sangat tertekan yang dialami oleh sebagian
umat Islam bila bangun pagi dalam kondisi junub. Kepada mereka, perlu
disampaikan, “Tidak ada dosa atas kalian. Sempurnakanlah puasa kalian. Sebab,
Nabi SAW pernah mendapatkan waktu Subuh dalam keadaan Junub. Lalu, beliau
mandi dan puasa.”
Syaikh Abdul Aziz bin Baz pernah ditanya tentang orang yang puasa yang
mimpi basah siang hari bulan Ramadhan; apakah puasanya batal atau tidak dan
apakah ia wajib segera mandi. Ia menjawab, “Mimpi basah tidak membatalkan
puasa. Sebab, itu bukan atas kemauan orang puasa. Hendaknya ia mandi janabat
bila ia mendapati air mani pada dirinya. Seandainya ia mimpi basah setelah
shalat Subuh dan mengakhirkan mandi sampai waktu Zhuhur, maka hal tersebut
tidaklah mengapa.
Pun demikian, seandainya ia menggauli istrinya pada malam hari dan baru
mandi setelah terbit fajar, maka tidak ada dosa atasnya. Ada riwayat shahih dari
Nabi SAW bahwa pada waktu Subuh beliau pernah junub sebab bersetubuh, lalu
beliau mandi dan berpuasa.
Wanita yang sedang haid atau nifas juga sama, seandainya keduanya telah
suci pada malam hari dan baru mandi setelah terbit fajar, maka tidak ada dosa
atas mereka, dan puasanya tetap sah. Akan tetapi, keduanya tidak boleh
mengakhirkan mandi atau shalat sampai terbitnya matahari. Mereka harus
segera mandi sebelum terbit matahari, sehingga mereka bisa menunaikan shalat
tepat waktunya. Seorang lelaki harus segera mandi janabat sebelum waktu shalat
Subuh, sehingga ia bisa melaksanakan shalat dengan berjamaah. Wallahu
waliyyut taufiq.”
Terkait masalah ini, Syaikh Muhammad bin Utsaimin mengatakan, “Bila
fajar telah terbit, maka puasa orang yang sedang junub tetap sah dan tidak ada
masalah dengannya. Dalil mengenai ini ada dalam Al-Quran dan As-Sunnah.
Adapun dalil dari Al-Quran adalah firman Allah Ta’ala:
“Maka sekarang campurilah mereka dan ikutilah apa yang telah
ditetapkan Allah untukmu, dan makan minumlah hingga terang bagimu
benang putih dari benang hitam, yaitu fajar…” (QS. Al-Baqarah [2]: 187)
Allah menghalalkan bersetubuh pada malam hari sampai fajar tampak
jelas. Ini berkonsekuensi bahwa orang itu tidak mandi kecuali setelah terbit fajar.
Sebab, bila perbuatan ini dibolehkan untuknya sampai terbit fajar, maka ia akan
tetap dalam kondisinya sampai akhir malam yang singkat itu, dan pasti mandinya
akan dilakukan setelah terbit fajar.
Adapun dalil dari As-Sunnah dalah riwayat yang shahih dari Nabi SAW
bahwa beliau pernah dalam keadaan junub pada waktu pagi dan beliau pun
berpuasa. Akan tetapi, yang utama bagi orang yang junub hendaklah segera
mandi agar ia dalam kondisi suci. Bila itu tidak mungkin, maka hendaklah ia
berwudhu, sebab wudhu dapat meringankan janabat.
Nabi SAW pernah ditanya tentang orang yang tidur dalam kondisi junub.
Beliau menjawab, “Bila ia telah wudhu, silakan tidur.” (HR. Bukhari). Ini
merupakan dalil bahwa wudhu bisa meringankan janabat, juga sebagai dalil
bahwa seseorang itu semestinya tidur dalam keadaan suci. Bisa jadi suci secara
sempurna yaitu dengan mandi atau suci yang meringankan yaitu dengan
berwudhu.
11. Mengharamkan Hubungan Biologis di Bulan Ramadhan
Kesalahan lain terkait bulan Ramadhan adalah kasak-kusuk yang menyebar
di kalangan kaum muslimin tentang haramnya bersetubuh dengan istri pada
malam bulan Ramadhan. Mereka menolak pendapat yang membolehkannya.
Penolakan ini batal dan tidak perlu dipedulikan. Allah Ta’ala berfirman.
“Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan puasa bercampur dengan
isteri-isteri kamu; mereka adalah pakaian bagimu, dan kamupun adalah
pakaian bagi mereka…” (QS. AL-Baqarah [2]: 187)
Ini merupakan dalil yang tegas tentang dibolehkannya menyetubuhi istri
pada malam hari bulan puasa. Siapa pun yang menyelisihi hal ini, maka ia telah
mengucapkan suatu perkataan yang munkar dan dusta.
Adapun, riwayat yang dinukil dari sebagian salaf bahwa mereka tidak
menyetubuhi istri-istri mereka pada malam bulan Ramadhan bila itu memang
shahih dari mereka, itu bisa jadi sebab mereka tidak ada waktu untuk itu, baik
FREE DOWNLOAD: E-BOOK, SOFTWARE ISLAM KOMPUTER  HANDPHONE, CERAMAH, VIDEO WWW.ISLAMTERBUKTIBENAR.NET
KEWAJIBANMU YANG DIBEBANKAN ATASMU HANYALAH MENYAMPAIKAN. QS.16:82 KEWAJIBANMU HANYALAH MENYAMPAIKAN. QS.3:20, QS.42:48
SEKALI-KALI KAU TAK KAN SAMPAI PADA KEBAJIKAN HINGGA KAU NAFKAHKAN HARTA DI JALAN ALLAH. QS.3 ALI IMRAN:19, 61 SHAFF:10-12, 47 HUJURAAT:15
sebab keseriusan mereka dalam beribadah maupun sebab sedang tidak
berhasrat untuk itu pada waktu tersebut. Jadi, mereka meninggalkan perbuatan
itu, tidak lantas mereka memandang bersetubuh itu haram.
12. Melarang Anak Perempuan yang Masih Kecil untuk Puasa
Kesalahan lain terkait bulan Ramadhan adalah pengingkaran sebagian
kaum muslimin terhadap anak perempuan mereka yang sebenarnya ingin
berpuasa. Mereka berargumen bahwa anak perempuan yang masih kecil tidak
diwajibkan puasa, dan yang diwajibkan adalah remaja putrid yang sudah haid.
Anak itu ingin berpuasa sebab merasa sudah mukallaf, lalu keluarganya
melarangnya dengan argumen bahwa ia masih kecil, tanpa terlebih dulu
menanyainya tentang datangnya haid.
Kita sampaikan di sini fatwa Syaikh Jibrin Hafizhahullah, ketika ditanya
tentang batasan waktu wajibnya puasa bagi anak perempuan. Syaikh menjawab,
“Seorang anak perempuan wajib puasa ketika telah sampai usia taklif (mendapat
beban kewajiban syari’at) dan sudah balig, yaitu usia sekitar 15 tahun, atau bulu
di sekitar kemaluan telah tumbuh, atau telah mimpi basah, atau mengalami haid,
atau hamil. Kapan pun salah satu dari tanda itu ada, maka ia wajib puasa meski
masih berusia 10 tahun.
Kebanyakan perempuan mengalami haid pada usia 10 atau 11 tahun.
Keluarganya terkadang meremehkannya dan menyangka bahwa putrinya masih
kecil, jadi tidak wajib puasa. Ini adalah kesalahan. Perempuan bila telah haid,
berarti telah menginjak usia dewasa dan dibebani kewajiban syari’at. Wallahu
a’lam.”
13. Merasa Berat Menggunakan Inai Pada Saat Puasa
Kesalahan lain terkait bulan Ramadhan yang diyakini sebagian wanita
muslimah adalah merasa berat untuk menggunakan inai pada bulan puasa.
Syaikh Utsaimin pernah ditanya tentang larangan menggunakan inai di
rambut pada saat puasa, apakah itu memang membatalkan puasa? Syaikh
menjawab dengan pernyataannya, “Pendapat itu tidak benar. Menggunakan inai
pada saat puasa tidaklah membatalkan puasa dan tidak memberi pengaruh apa-
apa padanya. Itu seperti halnya celak, tetes telinga, ataupun tetes mata.
Semuanya tidak membahayakan orang yang puasa dan tidak membatalkannya.”
14. Enggan Mencicipi Makanan
Sebagian wanita terkadang merasa enggan untuk mencicipi makanan
sebab takut akan membatalkan puasa. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan bila
memang tidak menelan makanan sedikit pun. Ibnu Abbas berkata, “Tidak
mengapa mencicipi makanan di periuk atau sesuatu apapun.”
Imam Bukhari membuat bab dengan judul bab Ightisalush Sha’im
(Mandinya Orang yang Sedang Berpuasa). Ibnu Hajar mengatakan, “Kesesuaian
pernyataan itu dengan pembahasan ini adalah berdasarkan metode al-fahwa
(subtansi). Bila memasukkan makanan ke dalam mulut dan mencicipinya tidak
membatalkan puasa dan itu lebih dekat kepada tindakan menelan, maka
sampainya air ke kulit tubuh itu lebih utama (tidak membatalkan puasa).”
Syaikh Abdullah bin JIbrin pernah ditanya, apakah boleh tukang masak
mencicipi makanan untuk meyakinkan keleztannya, padahal ia sedang puasa?
Syaikh menjawab dengan redaksi sebagai berikut, “Tidak mengapa orang yang
berpuasa mencicipi makanan sebab satu keperluan. Yakni, dengan cara
meletakkan makanan itu di ujung lidahnya untuk mengetahui rasa manis dan
asinnya, atau sebaliknya. Akan tetapi, jangan menelannya meski hanya sedikit.
Makanan yang dicicipi itu hendaknya dibuang atau dikeluarkan dari mulutnya.
Tindakan ini tidak akan membatalkan puasanya, insya Allah.”
15. Wanita yang Tidak Menyempurnakan Shalat Fardhu
Kesalahan yang terkait dengan wanita, bahwa dirinya bila masuk masjid
mendapati imam dan telah tertinggal satu atau dua raka’at, maka ia ikut salam
bersama imam dan tidak mengganti raka’at yang ketinggalan.
Kasus semacam ini pada umumnya terjadi pada bulan Ramadhan pada
waktu shalat Tarawih. Yang benar dalam masalah ini, hendaknya wanita itu
menyempurnakan raka’at yang tertinggal bersama imam. Ini berdasarkan sabda
Nabi SAW: “Keadaan apa pun yang kamu dapati, maka shalatlah. Dan, (raka’at)
yang terluput darimu, maka sempurnakanlah.” (HR. Bukhari dan Muslim). Dalam
riwayat lain disebutkan: “Maka, gantilah.”
Hadits ini bersifat umum dan berlaku bagi laki-laki dan perempuan. Maka,
seorang wanita bila masuk masjid dan telah tertinggal satu raka’at atau lebih,
maka hendaknya ia menunggu sampai imam menyempurnakan salamnya, lalu ia
berdiri untuk mengganti raka’at yang ketinggalan. Dengan demikian shalatnya
menjadi sempurna.
16. Sucinya Wanita Nifas Sebelum genap 40 Hari dan Tidak Berpuasa
Ataupun Shalat
100 AGAMA TAK BERARTI ADA 100 TUHAN, TUHAN TETAP 1  TURUNKAN AGAMA PUN CUMA 1 WWW.ISLAMTERBUKTIBENAR.NET
ISLAM TAK KAN BANGKIT SELAMA UMAT MASIH BANYAK RAGU  TAK DAPAT BUKTIKAN ISLAM SEBAGAI SATU-SATUNYA AGAMA YANG TERBUKTI BENAR
ISLAM PUN TAK KAN BANGKIT SELAMA UMAT CINTA DUNIA SERTA TIDAK MENCINTAI ALLAH  RASUL MELEBIHI SEGALANYA. QS.9:24, 33:6, 9:120, 9:15
Kesalahan lain yang terkait dengan wanita, bahwa sebagian mereka pada
saat nifas telah suci sebelum genap 40 hari, mereka enggan mengerjakan shalat
dan puasa sebelum genap 40 hari. Ini adalah kesalahan. Yang benar, kapan pun
darah nifas telah berhenti dari orang perempuan pada saat-saat tersebut meski
belum genap 40 hari, maka ia harus mandi lalu menunaikan shalat dan puasa,
bila itu pada bulan puasa.
Imam Tirmidzi mengatakan, “Para ulama dari kalangan sahabat Nabi SAW,
tabi’in dan orang-orang sesudah mereka telah sepakat bahwa perempuan nifas
itu meninggalkan shalat selama 40 hari, kecuali bila dirinya telah suci sebelum
batas waktu itu, maka ia harus mandi dan shalat. Apabila ia masih melihat darah
setelah genap 40 hari, maka mayoritas ulama berpendapat bahwa ia tetap
mengerjakan shalat setelah 40 hari itu tersebut. Inilah pendapat mayoritas ahli
fikih. Pendapat inilah yang dipegang oleh Sufyan Ats-Tsauri, Ibnu Mubarak,
Syafi’i, Ahmad, dan Ishaq.”
Syaikh Abdul Aziz bin Baz pernah ditanya, “Apakah seorang perempuan
nifas boleh berpuasa, shalat, dan haji sebelum genap 40 hari, namun telah suci?
Syaikh menjawab, “Ya, ia boleh berpuasa, shalat, haji, umrah, serta suaminya
halal menyetubuhinya saat belum genap 40 hari namun ia telah suci. Seandainya
ia telah suci pada hari ke 20, maka ia mesti mandi, shalat, puasa serta halal
disetubuhi suaminya.”
Adapun riwayat dari Utsman bin Abil Ash bahwa ia memakruhkan hal itu,
maka kemakruhan tersebut ditafsirkan sebagai makruh tanzil. Artinya, itu adalah
ijtihadnya semoga Allah merahmati dan meridhainya yang tidak ada dalilnya.”
Pendapat yang benar, tidak ada dosa dalam hal itu bila wanita tersebut
telah suci sebelum genap 40 hari. Sucinya itu sah. Bila darah nifas itu keluar lagi
dalam rentang waktu 40 hari itu, maka menurut pendapat yang benar, itu
dianggap nifas dalam selang waktu 40 hari. Akan tetapi, puasanya, shalatnya, dan
hajinya yang dikerjakan saat suci sebelum 40 hari itu, seluruhnya sah. Tidak
sedikit pun yang hilang percuma selama itu dikerjakan pada waktu suci.”
Syaikh Ibnu Jibrin mengatakan, ketika menjawab pertanyaan terkait
masalah ini, “Kapan saja wanita nifas telah suci dan kelihatan tandanya yang
telah dikenal, yaitu cairan putih atau cairan jernih sempurna, maka ia harus
shalat dan puasa meskipun itu ada setelah persalinan selang sehari atau
seminggu. Jadi tidak ada batasan minimalnya bagi wanita nifas. Beberapa wanita
memang tidak mendapati darah sama sekali setelah persalinan. Jadi, batasan
sampai 40 hari itu bukan sebuah syarat.”
Kesimpulannya, bahwa wanita nifas bila darah nifasnya telah berhenti
sebelum genap 40 hari, maka ia harus shalat, puasa, dan ia halal disetubuhi
suaminya. Namun, bila darah keluar kembali dalam masa 40 hari itu, maka
menurut pendapat yang benar, darah itu adalah darah nifas. Sehingga, ia tidak
boleh mengerjakan puasa, shalat, dan bersetubuh.
Bila darah nifas tetap keluar setelah 40 hari, maka menurut pendapat yang
benar, itu merupakan darah istihadhah, yang tidak ada hukumnya. Kecuali bila
darah itu bertepatan dengan masa haidnya, maka ia adalah darah haid. Imam
Ahmad mengatakan, “Darah yang keluar setelah 40 hari, bila sebelumnya ia
mengetahui bahwa itu kebiasaan hari-hari haidnya, maka itu adalah darah haid.
Bila ia belum tahu bahwa itu kebiasaan hari-hari haidnya, maka itu adalah darah
istihadhah. Degan darah istihadhah ini, seorang wanita harus shalat dan puasa,
dan tidak mengulang puasa.”
17. Wanita yang Telah Suci dari Haid Sebelum Waktu Fajar Namun
Belum Mandi besar
Ada sebagian wanita yang apabila telah suci dari masa haidnya menjelang
fajar dan belum memungkinkan untuk mandi sebab sempitnya waktu, maka ia
tidak mengerjakan puasa dengan alasan bahwa waktu Subuh telah masuk,
sedangkan dirinya belum mandi dari haidnya.
Ketika Syaikh Ibnu Jibrin hafizhahullah ditanya tentang wanita yang telah
suci tepat setelah waktu fajar, apakah ia harus berhenti makan dan berpuasa
pada hari itu. Bila ia puasa pada hari itu, apakah puasanya dianggap sah atau
tidak, sehingga wajib mengganti (mengqadha’) kewajiban puasa pada hari itu?
Syaikh menjawab, “Bila darah telah berhenti pada waktu terbit fajar atau
sesaat sebelumnya (lalu ia puasa), maka puasanya tetap sah, dan mencukupi
kewajiban meskipun baru mandi setelah masuk waktu Subuh.”
Syaikh Ibnu Utsaimin berkata, “Bila perempuan telah suci pada malam hari
bulan Ramadhan, meski sucinya itu tepat sesaat sebelum fajar, maka ia wajib
berpuasa sebab ia termasuk orang yang wajib puasa. Tidak ada sesuatu pun yang
menghalanginya. Ia wajib berpuasa dan puasanya sah ketika itu, meskipun belum
mandi kecuali setelah terbit fajar. Ini seperti halnya orang junub yang berpuasa
dan belum mandi kecuali setelah terbit fajar, maka puasanya sah berdasarkan
riwayat Aisyah, “Nabi SAW pernah ketika waktu Subuh dalam keadaan junub
sebab bersetubuh, dan bukan sebab mimpi basah, lalu beliau puasa Ramadhan.”
(Muttafaqun’Alaih). Hukum wanita nifas itu seperti halnya hukum wanita haid.”
FREE DOWNLOAD: E-BOOK, SOFTWARE ISLAM KOMPUTER  HANDPHONE, CERAMAH, VIDEO WWW.ISLAMTERBUKTIBENAR.NET
KEWAJIBANMU YANG DIBEBANKAN ATASMU HANYALAH MENYAMPAIKAN. QS.16:82 KEWAJIBANMU HANYALAH MENYAMPAIKAN. QS.3:20, QS.42:48
SEKALI-KALI KAU TAK KAN SAMPAI PADA KEBAJIKAN HINGGA KAU NAFKAHKAN HARTA DI JALAN ALLAH. QS.3 ALI IMRAN:19, 61 SHAFF:10-12, 47 HUJURAAT:15
18. Wanita yang Tetap Mengeluarkan Darah Setelah Masa Haidnya
Ada sebagian wanita yang apabila terus menerus mengeluarkan darah
setelah masa haid, maka ia mandi dan beraktivitas sebagaimana wanita yang
dalam kondisi suci. Ini tidak diperkenankan. Bila darah masih saja keluar, maka ia
tetap saja terputus dari kewajiban puasa, shalat dan hukum-hukum lain terkait
wanita haid, hingga ia suci yang ditandai dengan berhentinya darah.
Kami sampaikan di sini fatwa Syaikh Ibnu Utsaimin terkait hal ini. Ada
seorang wanita bertanya, “Bila kebiasaan datang bulan wanita selama 7 atau 8
hari, lalu sekali atau dua kali darahnya malah mengalir lebih banyak dari hari-hari
biasanya itu, bagaimanakah hukumnya?”
Syaikh menjawab, “Bila kebiasaan datang bulan seorang wanita adalah 6
atau 7 hari, lalu tempo tersebut bertambah menjadi 8, 9, 10, 11, tau 12 hari,
maka ia tetap tidak shalat, sampai suci kembali. Sebab, Nabi SAW tidak
memberikan batasan tertentu tentang haid. Allah SWT berfirman, “Mereka
bertanya kepadamu tentang haidh. Katakanlah: Haidh itu adalah suatu
kotoran… (QS. Al-Baqarah [2]: 222).
Selama darah ini masih tetap keluar, maka seorang wanita tetap pada kondisi
haid sampai suci kembali, lalu mandi dan shalat. Bila padabulan kedua masa
haidnya berkurang dari itu, maka ia harus mandi bila telah suci meskipun
temponya tidak seperti tempo yang lalu. Intinya, selama wanita masih haid,
maka ia tidak wajib shalat, baik itu haid sesuai kebiasaan sebelumnya maupun
bertambah atau berkurang. Namun bila telah suci, maka ia harus shalat.”
19. Wanita Memakai Wewangian Waktu Shalat Tarawih
Kesalahan lain yang berkaitan dengan wanita adalah memakai minyak
wangi yang aromanya menyengat ketika pergi ke masjid untuk shalat Tarawih.
Mereka juga tidak berhijab dengan sempurna dan suaranya terdengar keras. Ini
tentu saja menjadi sumber fitnah. Lantas, bagaimana bila si wanita tadi
melakukannya pada waktu dan kondisi yang mulia (yakni bulan Ramadhan)?
Sebab itu, sudah seharusnya seorang wanita muslimah berusaha sekuat
tenaga untuk menjauhinya agar selamat dari dosa yang diakibatkan dari semua
perbuatan tersebut. Terutama, sebab mereka datang ke masjid untuk mencari
pahala dengan mengikuti shalat dan doa bersama kaum muslimin. Kami
peringatkan kaum wanita muslimah dengan firman Allah Ta’ala:
“…dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang
(biasa) nampak dari padanya.” (QS. An-Nur [24]: 31)
Nabi SAW bersabda: “Wanita mana saja yang memakai wewangian, maka
janganlah ia menghadiri shalat Isyak bersama kami.” (HR. Muslim)
Dalam lafazh yang lain disebutkan: “Wanita mana saja yang memakai
wewangian, lalu keluar menuju masjid, maka shalatnya tidak akan diterima
sebelum mandi dulu.” (HR. Ibnu Majah)
Diriwayatkan dari Abdurrahman bin Al-Harits bin Abi Ubaid dari kakeknya,
ia berkata, “Suatu ketika, aku keluar bersama Abu Hurairah dari masjid pada
waktu Dhuha. Lalu, kami berpapasan dengan seorang perempuan yang memakai
minyak wangi yang baunya belum pernah dihirup hidungku sebelumnya. Abu
Hurairah menyapa wanita itu, ‘Alaikis salam.’ ‘Wa’alaikas salam,’ jawabnya.
‘Kamu mau ke mana? Tanya Abu Hurairah. ‘Ke masjid,’ jawabnya. ‘Untuk apa
kamu memakai minyak wangi seperti ini?’ ‘Untuk masjid.’ ‘Demi Allah?’ Tanya
Abu Hurairah. ‘Demi Allah,’ jawab wanita tadi. ‘Demi Allah?’ Tanya Abu Hurairah
meyakinkan. ‘Demi Allah,’ jawabnya. Abu Hurairah berkata, ‘Sesungguhnya,
kekasihku, Abu Qasim (Muhammad SAW) telah memberitahukan kepadaku,
‘Sesungguhnya, tidak akan diterima shalat seorang wanita yang memakai
minyak wangi yang tidak diperuntukkan bagi suaminya sebelum ia mandi
layaknya mandi janabat.’ Sebab itu, pergi dan mandilah, lalu kembalilah dan
silahkan shalat.” (HR. Nasai dan Baihaqi. Lihat as-Silsilatush Shahihah, no. 131).
Syaikh Ibnu Utsaimin berkata, “Kaum wanita dibolehkan menghadiri shalat
Tarawih dimasjid bila aman dari fitnah terhadap dirinya dan orang lain. Ini
berdasarkan sabda Nabi SAW:
“Janganlah kamu larang wanita-wanita itu pergi ke masjid Allah.” (HR.
Muslim)
Juga, sebab perbuatan tersebut termasuk amalan para salafush shalih.
Akan tetapi, para wanita tersebut wajib berhijab dan tidak berhias atau memakai
wewangian, tidak mengeraskan suara serta tidak menampakkan perhiasan.
Sebab, Allah Ta’ala berfirman, ‘…dan janganlah mereka menampakkan
perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya.’ (QS. An-Nur [24]: 31)
Yakni yang biasa tampak darinya dan tidak mungkin disembunyikan, seperti
jilbab dan baju luar. Selain itu, sebab Nabi SAW ketika memerintahkan para
wanita agar keluar pada hari raya Ied, maka Ummu ‘Athiyah berkata, “Wahai
Rasulullah, di antara kami ada yang tidak memiliki jilbab.’ Beliau menjawab,
‘Hendaklah saudarinya meminjamkan jilbab padanya.’ (Muttafaqun ‘Alaih).
100 AGAMA TAK BERARTI ADA 100 TUHAN, TUHAN TETAP 1  TURUNKAN AGAMA PUN CUMA 1 WWW.ISLAMTERBUKTIBENAR.NET
ISLAM TAK KAN BANGKIT SELAMA UMAT MASIH BANYAK RAGU  TAK DAPAT BUKTIKAN ISLAM SEBAGAI SATU-SATUNYA AGAMA YANG TERBUKTI BENAR
ISLAM PUN TAK KAN BANGKIT SELAMA UMAT CINTA DUNIA SERTA TIDAK MENCINTAI ALLAH  RASUL MELEBIHI SEGALANYA. QS.9:24, 33:6, 9:120, 9:15
Menurut sunnah, posisi kaum wanita hendaknya di belakang kaum laki-laki
dan menjauh dari mereka. Kaum wanita hendaknya membentuk shaf awal dari
belakang sendiri, lalu depannya, dan seterusnya, berlawanan dengan shaf laki-
laki. Ini berdasarkan sabda Nabi SAW:
“Sebaik-baik shaf laki-laki adalah yang pertama dan seburuk-buruknya adalah
shaf terakhir. Sedangkan, sebaik-baiknya shafperempuan adalah yang terakhir,
dan seburuk-buruknya adalah shaf yang pertama.” (HR. Muslim)
Para wanita hendaknya segera beranjak pergi setelah ucapan salam imam
dan jangan berlambat-lambat kecuali ada halangan. Ini berdasarkan hadits
Ummu Salamah yang berkata, “Dulu, bila Nabi SAW selesai mengucapkan salam,
maka para wanita bangkit ketika beliau selesai mengucapkan salam. Sementara,
beliau masih di tempatnya sejenak sebelum berdiri”. Ia melanjutkan, ‘Kami
berpendapat wallahu a’lam bahwa hal itu agar para wanita beranjak pergi
terlebih dulu sebelum mereka tersusul kaum laki-laki. (HR. Bukhari)
Syaikh Shalih Fauzan bin Al-Fauzan Hafizhahullah ketika menjawab tentang
masalah ini mengatakan, “Seorang wanita bila berangkat ke pasar lalu
mengerjakan shalat atau lainnya, ia tidak diperkenankan memakai minyak wangi,
krim pewangi, dan lainnya. Sungguh, ada hadits shahih dari Nabi bahwa beliau
bersabda, “Wanita mana saja yang memakai wewangian, maka janganlah ia
turut shalat Isyak bersama kami.”
Pada kesempatan ini, saya ingin mengingatkan satu persatu terkait dengan
kebiasaan sebagian wanita yang mendatangi masjid pada saat bulan Ramadhan
dengan memakai wewangian. Mereka memakainya saat berada di dalam masjid,
sehingga aromanya itu melekat pada mereka. Bila mereka berangkat kepasar,
sisa aroma minyak wangi itu masih tercium. Ini tentu saja menyelisihi syari’at
terkait dengan mereka.”
Sebab itu, wahai kaum ibu dan wanita muslimah, semoga Allah membalas
kalian dengan kebaikan dan menambahkan kepada kalian semangat cinta
kebaikan dan bersegera kepadanya, saya ingatkan kalian dari bujukan setan dan
perangkapnya. Kalian adalah para pendidik dan pengajar bagi generasi Islam
mendatang. Sebab itu, jadilah orang yang pantas mengemban tanggung jawab
tersebut yang dibebankan di atas pundak kalian.”
20. Melewatkan Shalat Isyak Demi Shalat Tarawih
Kesalahan sebagian kaum muslimin lainnya dalam bulan Ramadhan adalah
meninggalkan shalat Isyak hanya sebab ingin bermakmum kepada iman tertentu
yang biasanya ia shalat Tarawih bersamanya setiap malam. Ini merupakan
kesalahan yang nyata dan tindakan yang tidak diperkenankan. Pelakunya berdosa
bila mengetahui bahwa shalat Isyak akan terlewatkan. Sebab, ia telah
menyepelekan penjagaan terhadap shalat fardhu berjamaah hanya untuk
mendapatkan shalat Tarawih.
Anda akan lebih heran lagi bilamana Anda melihat dan mendengar ulah
mereka yang datang berbondong-bondong ke masjid tertentu (yang bacaan
imamnya lebih bagus). Setiap kali satu kelompok ikut shalat berjamaah,
kelompok lain pun datang. Kondisinya tetap seperti itu sampai imam tetap
masjid itu selesai mengucap dua atau tiga salam shalat Tarawih.
Anehnya lagi, ada di antara mereka yang melewati satu masjid ke masjid
lainnya, padahal waktunya telah mendekati iqamah. Celakanya lagi, ada sebagian
mereka yang telah mendengar beberapa masjid telah mulai melaksanakan shalat
Isyak, namun mereka masih saja berjalan ke masjid yang lebih jauh. Ini termasuk
tipu daya setan terhadap mereka. Bila tidak begitu, bagaimana bisa seorang
muslim yang berakal menyia-nyiakan keutamaan bulan mulia ini, khususnya
dalam menggapai shalat berjamaah? Bagaimana kondisi seseorang selalu
berbuat demikian ini pada malam-malam bulan Ramadhan?
Untuk orang-orang macam ini, perlu dikatakan, “Ingatlah kondisi Nabi kalian yang
bersemangat dalam kebaikan selama hidup beliau secara umum, dan di bulan
Ramadhan khususnya. Ibnu Abbas berkata, ‘Nabi adalah orang yang paling giat
dalam kebaikan. Beliau lebih giat lagi ketika dalam bulan Ramadhan…’ Al-Hadits.
Di manakah semangat kalian dalam kebaikan? Kalian datang ke masjid
yang kalian inginkan, sedangkan shalat telah berlalu satu atau dua raka’at, atau
bahkan terlewatkan semuanya. Perbuatan ini yakni menyepelekan dalam
mendapatkan shalay Isyak berjamaah hanya untuk mendapatkan shalat Tarawih
berjamaah termasuk celah masuk bagi setan atas seorang muslim. Sebab, setan
telah memalingkan dari penjagaan terhadap pelaksanaan yang wajib menjadi
penjagaan terhadap pelaksanaan shalat sunnah.
Ibnul Qayyim membagi godaan setan terhadap anak keturunan Adam itu menjadi
tujuh tigkatan. Ia menempatkan urutan keenam adalah sibuk memilih sesuatu
yang derajatnya lebih rendah (mafdhul) daripada yang derajatnya lebih baik
(fadhil). Ibnul Qayyim berkata, “Tingkatan godaan keenam, setan menyibukkan
seseorang dengan amalan yang derajatnya lebih rendah disbanding yang lebih
utama untuk melenyapkan keutamaan itu darinya dan hilangnya pahala amal
utama. Setan itu memerintahnya agar mengerjakan amal kebaikan yang rendah
derajatnya, memotivasinya serta menghiasinya bila amalan itu memang
mengandung unsur meninggalkan yang afdhal dan lebih tinggi derajatnya.
FREE DOWNLOAD: E-BOOK, SOFTWARE ISLAM KOMPUTER  HANDPHONE, CERAMAH, VIDEO WWW.ISLAMTERBUKTIBENAR.NET
KEWAJIBANMU YANG DIBEBANKAN ATASMU HANYALAH MENYAMPAIKAN. QS.16:82 KEWAJIBANMU HANYALAH MENYAMPAIKAN. QS.3:20, QS.42:48
SEKALI-KALI KAU TAK KAN SAMPAI PADA KEBAJIKAN HINGGA KAU NAFKAHKAN HARTA DI JALAN ALLAH. QS.3 ALI IMRAN:19, 61 SHAFF:10-12, 47 HUJURAAT:15
Sedikit sekali orang yang waspada terhadap hal ini. Ada sebagian orang
yang apabila melihat pada dirinya terdapat dorongan yang sangat kuat untuk
melakukan sebuah ketaatan yang tidak disangsikan merupakan salah satu bentuk
ketaatan dan bentuk taqarrub, maka hamper dipastikan ia tidak akan
mengatakan bahwa dorongan tersebut berasal dari setan. Sebab, setan itu tidak
memerintahkan kebaikan. Ia melihat bahwa itu merupakan sebuah kebaikan,
seraya berkata, ‘Dorongan ini berasal dari Allah.’
Orang seperti ini dapat dimaklumi, sebab ia belum tahu bahwa setan memberi
perintah melalui tujuh puluh pintu kebaikan untuk menjerumuskan kepada salah
satu pintu keburukan ataupun sebagai sarana untuk menghilangkan kebaikan
yang lebih besar dan lebih mulia dari tujuhpuluh pintu kebaikan tersebut.
Pengetahuan seperti ini memang tidak akan dicapai kecuali dengan cahaa
dari Allah yang dipancarkan ke dalam hati seorang hamba. Penyebab jauhnya
cahaya itu adalah keengganan seseorang untuk mengikuti Rasul SAW serta tidak
adanya keseriusan terhadap tangga-tangga amal di sisi Allah dan amal yang
paling dicintai-Nya, dan yang paling diridhai-Nya. Amal yang paling bermanfaat
dan paling luas bagi hamba, sebagai nasihat kepada Allah, kitab-Nya, Rasul-Nya,
orang-orang mukmin, orang-orang terpandang, maupun kalangan awam.
Tidak ada yang mengetahui kecuali para pewaris Nabi dan para wakil dan
khalifah-Nya di muka bumi sedangkan, banyak orang tidak paham akan hal ini
hingga tidak terlintas di hati mereka. Dan, Allah memberikan anugerah-Nya pada
siapa dikehendaki-Nya di antara hamba-Nya.” (Bada’iul Fawaid, II: 261-262).
Bila masalah ini berkenaan dengan orang yang sibuk memilih amalan yang
lebih rendah derajatnya daripada yang utama, lantas bagaimana kiranya dengan
orang yang menyia-nyiakan kewajiban shalat berjamaah hanya untuk
mendapatkan amalan sunnah? Tidak disangsikan lagi bahwa masalah ini lebih
besar dan berbahaya. Maka, bertakwalah kalian semua dan janganlah kalian
membuka pintu masuk bagi setan menuju kalian. Bila perbuatan tersebut sering
dilakukan dalam bulan Ramadhan, dikhawatirkan ia akan menikmati amalan itu
hingga berlanjut menjadi kebiasaannya. Sebabnya, seorang muslim yang ingin
taat kepada Allah semestinya sangat gigih untuk mendapatkan shalat berjamaah
agar bisa memperoleh pahala.
21. Terlalu Cepat Melaksanakan Shalat Tarawih
Kesalahan lain adalah tidak menyempurnakan pelaksanaan shalat Tarawih.
Yaitu mengerjakannya seperti ayam mematuk dan sangat cepat dalam membaca
dengan tidak ada tujuan lain kecuali agar cepat selesai.
Syaikh Muhammad Jamaludin Al-Qasimi mengatakan, “Bukan rahasia lagi
bahwa shalat Tarawih setiap malam di bulan Ramadhan adalah amalan sunnah
yang diwariskan secara turun-temurun. Sungguh, ada banyak imam di sebagian
besar masjid yang mempercepat shalat sampai pada tingkatan yang
menyebabkan bisa merusak rukun-rukun shalat dan sunnah-sunnahnya, misalnya
meninggalkan tumakninah dalam rukuk dan sujud. Kesalahan lain semisal
menyeret bacaan, memasukkan huruf bacaan satu sama lain. Semua itu
dilakukan sebab ingin cepat selesai. Perbuatan ini sangat mirip dengan tipu daya
setan terbesar terhadap orang beriman. Tipu daya itu akan membatalkannya
amal pelakunya seiring dengan yang diperbuatnya. Bahkan, kebanyakan orang
yang menaati setan dengan tergesa-gesa itu, shalat mereka lebih dekat kepada
perbuatan main-main belaka ketimbang merupakan sebuah amal ketaatan.
Sebab itu, orang yang shalat, baik shalat fardhu atau pun sunnah, wajib
menegakkan shalat dengan sifat lahiriahnya, berupa bacaan, berdiri, rukuk, sujud
dan sejenisnya, sedangkan sifat batiniyahnya, yaitu dengan khusyuk,
menghadirkan hati, ikhlas sepenuhnya, merenungkan, memahami makna
bacaan, tasbih dan semisalnya. Lahiriyah shalat itu merupakan amalan anggota
badan. Sedangkan, batinnya adalah amalan hati. Itu merupakan cara pandangan
yang benar dari seorang hamba.
Imam Ghazali telah membuat satu perumpamaan bagi orang yang
mengerjakan shalat lahirnya saja tanpa batinnya bagaikan orang yang
mempersembahkan kepada raja agung seorang gadis yang membujur kaku tidak
bernyawa. Perumpamaan orang mengurangi lahiriyah shalatnya, bagaikan orang
yang mempersembahkan kepada raja agung seorang gadis yang terputus semua
ujung jarinya dan matanya buta. Dengan dua hadiah seperti itu, dua orang
tersebut pantas mendapatkan hukuman dan siksa dari sang raja disebabkan
penistaan dan pelecehan keduanya terhadap kehormatan sang raja. Lebih lanjut,
Al-Ghazali berkata, “Engkau menghadiahkan shalatmu kepada Rabbmu. Sebab
itu, jauhilah memberi-nya hadiah seperti itu agar engau tidak mendapatkan
hukuman.” (Ishlahul Masajid, hal. 85-86)
Syaikh Muhammad bin Utsaimin mengatakan saat berbicara tentang sifat
shalat Nabi dan para sahabat “(Shalat mereka) itu berbeda dengan shalat yang
dilakukan kebanyakan manusia sekarang ini. Orang-orang sekarang shalat
Tarawih dengan sangat cepat. Mereka tidak memenuhi kewajiban shalat, yaitu
tenang dan tumakninah, yang merupakan rukun shalat. Shalat tidak sah
tanpanya. Mereka (para imam itu) mengurangi rukun ini dan membuat lelah
orang-orang di belakang mereka yang terdiri dari orang-orang lemah, orang sakit,
dan manula. Mereka membuat jengkel diri mereka sendiri dan orang lain.
100 AGAMA TAK BERARTI ADA 100 TUHAN, TUHAN TETAP 1  TURUNKAN AGAMA PUN CUMA 1 WWW.ISLAMTERBUKTIBENAR.NET
ISLAM TAK KAN BANGKIT SELAMA UMAT MASIH BANYAK RAGU  TAK DAPAT BUKTIKAN ISLAM SEBAGAI SATU-SATUNYA AGAMA YANG TERBUKTI BENAR
ISLAM PUN TAK KAN BANGKIT SELAMA UMAT CINTA DUNIA SERTA TIDAK MENCINTAI ALLAH  RASUL MELEBIHI SEGALANYA. QS.9:24, 33:6, 9:120, 9:15
Para ulama menyatakan bahwa makruh bagi imam mempercepat shalat
dengan kecepatan yang bisa menghalangi makmum untuk mengerjakan sunnah-
sunnah shalat. Lantas, bagaimana halnya jika tindakan mempercepat shalat itu
menghalangi orang untuk melakukan bagian shalat yang sifatnya wajib? Kita
memohon keselamatan kepada Allah.”
Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab pernah ditanya tentang sikap
terburu-buru dalam shalat Tarawih. Ia menjawab, “Pertanyaan Anda bahwa bila
imam shalat dengan cepat maka banyak orang yang bermakmum kepadanya,
sedangkan bila ia memperlama maka tidak ada yang ikut shalat bersamanya
kecuali sedikit. Tidak pelak lagi bahwa setan memiliki tujuan dalam hal ini dan
berambisi agar seseorang meninggalkan amalnya. Bila setan tak kuasa melakukan
itu, maka ia akan berbuat sesuatu yang bisa membatalkan amal.
Kebanyakan imam di banyak negeri melakukan perbuatan jahiliyah dalam
shalat Tarawih. Mereka mengerjakan shalat, namun mereka sendiri tidak
memahami apa itu shalat. Mereka tidak tumakninah dalam sujud maupun dalam
rukuk. Padahal, tumakninah adalah rukun shalat. Shalat tidak sah tanpanya.
Kehadiran hati di hadapan Allah Ta’ala, meresapi firman Allah saat dibaca,
khusyuk, dan tumakninah dalam shlat adalah suatu keniscayaan. Inilah yang
biasanya tdak didapat oleh kebanyakan orang yang terburu-buru.
Bila Anda ingin shalat 20 raka’at bersama imam tetapi terburu-buru, maka
lebih baik Anda shalat 10 raka’at saja tetapi dengan khusyuk dan tumakninah. Ini
lebih bermanfaat bagi Anda daripada banyak raka’at tanpa diiringi khusyuk dan
tumakninah. Apa yang kami sebutkan ini adalah yang semestinya dikerjakan.
Namun, bila terjadi cekcok antara jamaah dan imam, misalnya sang imam
bertekad untuk mempercepat shalat, sedangkan jamaah tidak menyetujuinya
bila mengerjakan sesuai sunnah, maka ia semsetinya bertekad untuk tetap
tumakninah dan tidak tergesa-gesa sebab bisa mengurangi kesempurnaannya.
Pada kondisi seperti ini, memendekkan bacaan dengan disertai khusyuk
dalam rukuk dan sujud adalah lebih utama daripada memanjangkan bacaan
shalat namun dengan tergesa-gesa yang dimakruhkan. Demikian pula, shalat 10
raka’at dengan bacaan yang panjang dan tumakninah dalam rukuk dan sujud, itu
lebih utama daripada shalat 20 raka’at dengan tergesa-gesa yang dimakruhkan.
Sebab, inti shalat dan ruhnya adalah menghadapkan hati kepada Allah dalam
melakukannya. Barangkali yang sedikit itu lebih baik daripada yang banyak.” (Ad-
Durarus Saniyah, IV: 186-187)
Penulis kitab As-Sunan wal Mubtada’at menyebutkan, bahwa ada sebagian
imam yang shalatnya menyerupai shalatnya orang gila, terutama pada waktu
shalat Tarawih. Ia menyebutkan bahwa mereka shalat sebanyak 23 raka’at dalam
waktu kurang dari sepertiga jam. Dalam seluruh raka’atnya, mereka membaca
surat Al-A’la atau Adh-Dhuha, atau seperempat dari surat Ar-Rahman. Ini tentu
saja shalat yang batil menurut setiap muslim yang berakal di seluruh madzhab.
Sebab, itu adalah shalatnya kaum munafik, yang disertai oleh Allah dengan
firman-Nya: “Dan apabila mereka berdiri untuk shalat, mereka berdiri dengan
malas…” (QS. AN-Nisa’ [4]: 142)
Shalat mereka tidaklah seperti shalat orang beriman yang beruntung yang
disifati oleh Allah dengan firman-Nya: “Sesungguhnya beruntunglah orang-orang
yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyu' dalam sembahyangnya.” (QS.
Al-Mukminun [23]: 1-2)
Shalat tersebut juga bukan seperti shalatnya Rasulullah SAW. Beliau
melarang shalat seperti gagak mematuk dan mencuri dalam shalat. Imam Ad-
Darimi meriwayatkan dari Abu Al-Aliyah, “Kami pernah mendatangi seseorang
untuk kami ambil ilmunya. Kami melihat shalatnya. Bila shalatnya bagus, maka
kami menimba ilmunya. Sebab, menurut kami bila shalatnya bagus, maka dalam
hal lainnya tentu lebih bagus. Akan tetapi, bila shalatnya buruk, kami akan
meninggalkannya sebab menurut kami, bila shalatnya buruk, maka dalam hal
lainnya tentu lebih buruk.” Dinukil secara ringkas hal. 155.
22. Rutin Melakukan Qunut dalam Shalat Tarawih
Kesalahan lainnya adalah terus menerus melakukan qunut dalam shalat
witir pada bulan Ramadhan setelah rukuk, dan mengingkari orang yang tidak
mengerjakannya. Sebenarnya, qunut itu terkadang dikerjakan setelah rukuk,
terkadang sebelum rukuk. Semua ini shahih berasal dari Nabi SAW. Atas dasar ini,
imam boleh memilih antara melakukan qunut setelah rukuk, sebelum rukuk, atau
terkadang tidak melakukannya.
Qunut setelah rukuk, dalilnya adalah riwayat dari Anas, bahwa Rasulullah
SAW pernah melakukan qunut selama satu bulan setelah rukuk dalam shalat
Subuh. (HR. Bukhari). Qunut sebelum rukuk, dalilnya adalah riwayat dari Ubay
bin Ka’ab, ia berkata, “Nabi SAW pernah melakukan qunut sebelum rukuk.”
Diriwayatkan dari Alqamah bahwa Ibnu Mas’ud dan para sahabat Nabi SAW
lainnya pernah melakukan qunut shalat witir sebelum rukuk. Adapun
meninggalkan qunut sesekali waktu, maka imam boleh melakukannya. Bagi
orang yang mengingkarinya hal ini, maka ia wajib mengemukakan dalil. Namun,
ia tidak akan mendapatkan dalil. Justru dalil yang ada akan membungkamnya.
FREE DOWNLOAD: E-BOOK, SOFTWARE ISLAM KOMPUTER  HANDPHONE, CERAMAH, VIDEO WWW.ISLAMTERBUKTIBENAR.NET
KEWAJIBANMU YANG DIBEBANKAN ATASMU HANYALAH MENYAMPAIKAN. QS.16:82 KEWAJIBANMU HANYALAH MENYAMPAIKAN. QS.3:20, QS.42:48
SEKALI-KALI KAU TAK KAN SAMPAI PADA KEBAJIKAN HINGGA KAU NAFKAHKAN HARTA DI JALAN ALLAH. QS.3 ALI IMRAN:19, 61 SHAFF:10-12, 47 HUJURAAT:15
Syaikh AL-Albani mengatakan, “Dulu, Nabi kadang-kadang melakukan
qunut dalam raka’at shalat witir. Kami katakana ‘kadang-kadang’ sebab para
sahabat yang mriwayatkan sifat shalat witir itu tidak menyebutkan adanya qunut
di situ. Seandainya Nabi SAW selalu mengerjakannya, niscaya mereka semua
akan menukilnya dari beliau SAW. Benar, Ubay bin Ka’ab meriwayatkan dari
beliau sendirian. Ini menunjukkan bahwa beliau mengerjakannya sesekali waktu
saja. Ini menjadi dalil bahwa qunut tidak wajib hukumnya. Inilah madzhab
mayoritas ulama.
Oleh sebabnya, dalam Fathul Qadir, I: 306, 359, dan 360, Muhaqqiq Ibnul
Hammam pun mengakuinya bahwa pendapat yang mewajibkan qunut adalah
lemah, tidak ada landasan dalilnya. Ini merupakan bentuk keadilan dan
ketidakfanatikannya. Pendapat inilah yang dikuatkannya, meski hal tersebut
menyelisihi madzhabnya sendiri.”
Ada juga riwayat yang shahih dari Ubay bin Ka’ab bahwa ia pernah
melaksanakan (mengimami) shalat bersama para sahabat, lalu qunut pada
separuh akhir bulan Ramadhan. Ada lagi riwayat dari Ibnu Umar bahwa ia tidak
melakukan qunut dalam shalat witir. Ada juga atsar lain yang menunjukkan
bolehnya meninggalkan qunut dalam shalat witir.
23. Menangis Secara Berlebihan dalam Shalat Tarawih
Kesalahan lainnya adalah tangisan keras yang terdengar dari sebagian
orang dalam shalat Tarawih. Terkait hal ini, perlu dikatakan, “Menangis ketika
membaca Al-Quran menunjukkan Insya Allah bahwa yang shalat terkesan dengan
firman Allah yang agung yang ia dengar. Tidak diragukan dan tidak disangsikan
lagi bahwa ini merupakan perkara yang terpuji. Allah SWT berfirman:
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut
nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya
bertambahlah iman mereka (sebabnya)…”. (QS. Al-Anfal [8]: 2)
“Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu) Al Quran yang
serupa (mutu ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang [1312]
, gemetar sebabnya
kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya, lalu menjadi tenang kulit
dan hati mereka di waktu mengingat Allah…”. (QS. Az-Zumar [39]: 23)
Imam Nawawi mengatakan, “Siapa pun yang tidak bisa menangis ketika
membaca AL-Quran, maka menangislah sebab tidak bisa menangis. Sebab, itu
sungguh merupakan musibah besar.”
Akan tetapi, yang terlihat dan terdengar dari sebagian orang yang shalat
adalah suara tangisan yang keras. Sehingga, hal itu menyebabkan orang-orang
yang disekitarnya terganggu, ditambah lagi dengan gerakan-gerakan yang
mengiringi tangisan itu.
Anehnya, tangisan mereka itu terjadi ketika membaca doa qunut, bukan
ketika membaca Al-Quran. Perlu dikatakan kepada orang yang seperti itu,
“Sebaiknya, tangisan dan rasa haru itu ditempatkan ketika mendengar bacaan Al-
Quran.”
Syaikh Bakr bin Abdullah bin Abu Zaid Hafizhahullah ketika mengomentasi
masalah menangis dalam qunut, bukan ketika membaca Al-Quran, mengatakan,
“Makmum ataupun imam yang dikehendaki oleh Allah menangis ketika
membaca qawari’ut tanzil (ayat-ayat yang bila dibaca, maka akan amanlah
dirinya dari godaan setan) dan ayat-ayat dzikir yang dibaca pada malam-malam
bulan Ramadhan, bahkan sepanjang tahun. Semoga Allah membalas niat baik
mereka. Kita hamper-hampir tidak pernah mendengar sedu-sedan dan raut muka
sedih sebab tangisan imam atau makmum. Padahal, Allah Ta’ala berfirman,
‘Kalau sekiranya Kami turunkan Al-Quran ini kepada sebuah gunung, pasti kamu
akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan ketakutannya kepada Allah.’
(QS. Al-Hasyr [59]: 21)
Seandainya kita perhatikan Sunnah Rasulullah, beliau adalah manusia yang
paling bertakwa dan paling takut kepada Rabbnya. Ada riwayat dari Abdullah bin
Mas’ud, ia berkata, ‘Aku pernah masuk menemui Nabi ketika beliau sedang
shalat. Aku mendengar gemuruh di dada beliau seperti suara mendidihnya (isi)
periuk disebabkan tangisan.”
Ketika Abdullah bin Mas’ud membaca surat An-Nisa’ dan sampai pada
firman-Nya, “Maka, bagaimanakah (halnya orang kafir nanti), apabila Kami
mendatangkan seorang saksi (rasul) dari tiap-tiap umat dan Kami mendatangkan
kamu (Muhammad) sebagai saksi atas mereka itu (sebagai umatmu).’ (An-Nisa’
[4]: 41). Nabi SAW bersabda, ‘Cukup’. Ibnu Masud berkata, ‘Aku menoleh kepada
beliau, ternyata kedua ata beliau mencucurkan air mata.”
Lalu, wahai hamba Allah, lihatlah kondisi para salaf ketika mereka
mendengarkan bacaan Al-Quran, juga pengingkaran mereka terhadap
pembacanya yang keluar dari batasan yang wajar. Imam Asy-Syatibi mengatakan,
‘Said bin Manshur dalam tafsirnya mengelarkan sebuah riwayat dari Abdullah bin
‘Urwah bin Zubair yang mengatakan, ‘Aku pernah bertanya kepada nenekku,
100 AGAMA TAK BERARTI ADA 100 TUHAN, TUHAN TETAP 1  TURUNKAN AGAMA PUN CUMA 1 WWW.ISLAMTERBUKTIBENAR.NET
ISLAM TAK KAN BANGKIT SELAMA UMAT MASIH BANYAK RAGU  TAK DAPAT BUKTIKAN ISLAM SEBAGAI SATU-SATUNYA AGAMA YANG TERBUKTI BENAR
ISLAM PUN TAK KAN BANGKIT SELAMA UMAT CINTA DUNIA SERTA TIDAK MENCINTAI ALLAH  RASUL MELEBIHI SEGALANYA. QS.9:24, 33:6, 9:120, 9:15
Asma’, Bagaimanakah kondisi para sahabat dulu bilamembaca Al-Quran?’ Ia
menjawab, ‘Mereka seperti yang disifatkan oleh Allah, yaitu mata mereka
mengalirkan air ata dan kulit mereka merinding.’ Aku berkata, ‘tetapi orang-
orang di sini bila mendengar bacaan Al-Quran, mereka jatuh pingsan.’ Asma’
berkata, ‘Aku berlindung kepada Allah dari godaan setan yang terkutuk.’
Abu ‘Ubaid meriwayatkan sebagian hadits Abu Hazim yang berkata, ‘Ibnu
Umar pernah melewati salah satu penduduk Irak yang jatuh pingsan, sedangkan
orang-orang mengerumuninya. Ia bertanya, ‘Ada apa ini?’ Mereka menjawab,
‘Bila dibacakan kepadanya ayat Al-Quran atau mendengar nama Allah tersebut,
maka ia tersungkur jatuh sebab takut kepada Allah.’ Ibnu Umar berkata, ‘Demi
Allah, kami adalah orang yang sangat takut pada Allah, tetapi kami tidak pernah
tersungkur jatuh seperti ini.’ Demikianlah pengingkaran yang dilakukan Ibnu
Umar.
Dikisahkan kepada Aisyah, ‘Ada satu kaum yang bila mendengar Al-Quran
mereka jatuh pingsan.’ Aisyah menjawab, ‘Sesungguhnya, Al-Quran itu lebih
mulia dari pada hilangnya akal seseorang. Sifat Al-Quran adalah sebagaimana
yang tertera dalam firman Allah Ta’ala, ‘Kulit orang-orang yang takut kepada
Rabbnya gemetar sebabnya, lalu kulit dan hati mereka menjadi tenang waktu
mengingat Allah.’ (QS. Az-Zumar [39]: 23)
Diriwayatkan dari Anas bin Malik bahwa ia pernah ditanya tentang satu
kaum yang bila dibacakan AL-Quran kepada mereka, maka mereka tak sadarkan
diri. Anas menjawab, ‘Itu perbuatan orang-orang Khawarij.”
Abu Nuaim meriwayatkan dari Jabir bin Abdullah, bahwa Ibnu Zubair
berkata, ‘Aku pernah datang kepada Ayahku, lalu ia bertanya, ‘Dari mana saja
kamu?’ Aku menjawab,’Aku menjumpai beberapa kaum yang berdzikir kepada
Allah, lalu salah seorang di antara mereka ada yang menggigil sampai jatuh
pingsan sebab takutnya kepada Allah, sehingga aku pun duduk bersama mereka.’
Ayah berkata, ‘Jangan kamu duduk bersama merekalagi.’ Ayah melihatku seakan-
akan beliau tidak suka bila perbuatan itu menimpaku. Ayah berkata, ‘Aku pernah
melihat Rasulullah SAW, Abu Bakar, dan Umar membaca Al-Quran, namun
mereka tidak sampai jatuh pingsan. Apakah kamu melihat mereka lebih khusyuk
kepada Allah daripada Abu bakar dan Umar? Sehingga, ketika kamu melihat hal
itu, kamu meninggalkan (sunnah) mereka. Ini semua hanyalah direka-reka dan
memaksa diri. Para ahli ibadah sama sekali tidak meridhainya’.”
Ibnu Muflih mengatakan, “Yang diriwayatkan dari Nabi SAW dan para
sahabat beliau ketika mendengar Al-Quran dibaca hanyalah mengalirkan air
mata, kulit merinding, dan hati melembut. Ini sebagaimana firman Allah, ‘Allah
telah menurunkan perkataan yang paling baik…’.” (QS. Az-zumar [39]: 23)
Ibnu Mas’ud pernah membacakan ayat-ayat Al-Quran untuk Nabi SAW.
Ketika sampai pada firman-Nya, “Maka, bagaimanakah (halnya orang kafir
nanti), apabila Kami mendatangkan seseorang saksi (rasul) dari tiap-tiap
umat….” (QS. An-Nisa’ [4]: 41). Nabi SAW bersabda, “Cukup.” Ibnu Mas’ud
berkata, “Aku menoleh kepada beliau, ternyata kedua mata beliau mencucurkan
air mata.” (HR. Bukhari dan Muslim). Tentang hilang kesadaran ataupun pingsan
dan semisalnya, itu terjadi pada masa tabi’in, disebabkan kuatnya pengaruh
bacaan Al-Quran itu, sedangkan hati mereka lemah. Berbeda dengan para
sahabat, hati mereka kuat dan sempurna, sehingga itu tidak terjadi para
mereka.”
24. Memanjangkan Doa Qunut
Kesalahan lain yang dilakukan para imam adalah terlalu memperpanjang
doa qunut. Ini tentu saja menjadi hal yang berat, sehingga menimbulkan
keburukan dan keengganan. Sungguh, Nabi SAW telah memerintahkan agar
imam memperhatikan kondisi para makmumnya. Beliau bersabda:
“Apabila di antara kalian mengimami shalat, maka hendaklah ia
meringankannya. Sebab, di antara mereka ada yang lemah, sakit, dan
telah tua. Namun, bila kalian shlat sendirian, maka silakan memanjangkan
sesukanya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Hadits lain menyebutkan bahwa Nabi bersabda: “Sungguh ketika aku mulai
shalat dan aku ingin memanjangkannya, maka aku mendengar tangisan anak
kecil, sehingga aku pun memendekkan shalat sebab mengetahui adanya
kesedihan ibunya atas anaknya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Demikian juga, riwayat tentang Mu’adz bin Jabal ketika memanjangkan shalat,
lalu rasulullah SAW bersabda kepadanya, “Hai Mu’adz, apakah kamu hendak
membuat fitnah?” (HR. Muslim). Nabi SAW pernah menyuruh Utsman bin Abi Al-
Ash. Beliau bersabda: “Imamilah kaummu. Barangsiapa mengimami kamu, maka
hendaklah meringankannya, sebab di antara mereka ada yang sudah tua, ada
yang sedang sakit, ada yang lemah, dan ada yang memiliki keperluan. Bila shalat
sendirian, maka silakan shalat sekehendaknya.” (HR. Muslim)
Dalam riwayat lain disebutkan, “Kamu adalah imam bagi kaummu. Ukurlah
kemampuan mereka dengan orang yang paling lemah di antara mereka.”
FREE DOWNLOAD: E-BOOK, SOFTWARE ISLAM KOMPUTER  HANDPHONE, CERAMAH, VIDEO WWW.ISLAMTERBUKTIBENAR.NET
KEWAJIBANMU YANG DIBEBANKAN ATASMU HANYALAH MENYAMPAIKAN. QS.16:82 KEWAJIBANMU HANYALAH MENYAMPAIKAN. QS.3:20, QS.42:48
SEKALI-KALI KAU TAK KAN SAMPAI PADA KEBAJIKAN HINGGA KAU NAFKAHKAN HARTA DI JALAN ALLAH. QS.3 ALI IMRAN:19, 61 SHAFF:10-12, 47 HUJURAAT:15
Nash-nash tersebut telah menegaskan perkara meringankan shalat
(berjamaah) dan larangan memanjangkannya. Adapun tolok ukur meringankan
shalat itu adalah dengan memperhatikan shalatnya Nabi SAW, sebab beliau
adalah orang yang paling sempurna shalatnya. Al-Baghawi mengakatan,
“Memanjangkan qunut itu makruh hukumnya.”
Tema ini kita akhiri dengan ungkapan Syaikh Abdullah bin Qu’ud
Hafizhahullah terkait memperpanjang doa dalam qunut, termasuk bersajak dan
memberatkan diri dalam melagukan doa ini. Di samping itu, ada lagi keruwetan
pemahaman tentang waktu-waktu qunut, sehingga sebagian makmum tidak bisa
membedakan antara qunut nazilah dan qunut lainnya. Syaikh Abdullah bin Qu’ud
mengatakan, “Menurut sunnah, dalam qunut nazilah hendaknya orang yang
berdoa memendekkannya sesuai dengan konteks musibahnya saja. Banyak
hadits dari Nabi SAW dalam hal ini. Siapa yang mencarinya, niscaya akan
mendapatkannya.’
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan, ‘Sebagaimana Nabi SAW shalat,
ketika melakukan qunut pertama kali untuk mendoakan keburukan atas kabilah
Bani Sulaim yang telah membunuh para qari’, beliau mendoakan kebinasaan atas
mereka dengan doa yang selaras dengan tujuan ini. Lalu, ketika beliau melakukan
qunut untuk mendoakan sahabat-sahabat beliau yang lemah, beliau membaca
doa yang selaras dengan tujuan ini.
Jadi, Sunnah Rasulullah itu menunjukkan dua hal; pertama, doa qunut itu
disyariatkan sebab adanya sebab yang menuntut untuk melakukannya, dan ini
bukanlah sunnah yang mesti terus-menerus dilakukan dalam shalat. Kedua, doa
dalam qunut bukanlah doa permanen, tetapi dalam setiap qunut itu ada doa
yang sesuai dengan keadaannya masing-masing, seperti yang dilakukan oleh Nabi
SAW dalam contoh di atas. Hal yang sama juga pernah dilakukan oleh Umar dan
Ali ketika keduanya memerangi orang-orang yang memerangi keduanya saat
terjadi fitnah. Keduanya membaca doa yang sesuai dengan tujuan itu.’ (l-Majmu’,
XXIII: 109).
Itulah tuntunan As-Sunnah dalam doa qunut nazilah. Selalu
memanjangkan doa qunut yang lamanya semakin bertambah dari waktu ke
waktu sehingga shalat hanya habis untuk itu, atau hingga memakan waktu berdiri
maupun waktu tasyahud yang dilakukan oleh sebagian imam adalah perbuatan
yang menyalahi sunnah rasulullah. Diriwayatkan dari Al-Bara’, ia berkata, “Rukuk,
sujud, duduk di antara dua sujud, dan I’tidal Nabi SAW sama panjangnya, kecuali
berdiri dan duduk (tasyahud).” (Muttafaqun’Alaih).
Tinggalkanlah perbuatan memanjangkan doa qunut itu dan lafazh-lafazh
yang dikapai dalam qunut nazilah oleh para imam. Mereka hanya membaca dua
atau tiga ayat dalam shalat witir atau shalat lainnya ketika terjadi musibah.
Namun, setelah itu, mereka membaca doa qunut yang panjangnya mirip
ceramah. Lihatlah, apakah amal itu selaras dengan sunnah, atau malah
menyelisihinya.
Adapun, penggunaan sajak dan kata-kata indah yang lebih ditekankan oleh
pembaca berdoa daripada menghayati makna-maknanya; atau membawakan
bermacam-macam doa diluar konteks qunut nazilah; atau menekuni doa tertentu
yang tidak ada kaitannya; dan mengulang-ulang lafazh doa seperti pengulangan
lafazh-lafazh yang wajib dalam shalat, maka ini semua tidak diperbolehkan.
Sudah sepantasnya bila shalatnya batal. Ini bagi orang yang mengetahui
hukum asal dan sumbernya, serta yang sunnah yang menyelisihinya. Sudah
sewajarnya, bila doanya tidak dikabulkan sebab sudah maklum bahwa doa itu
ibadah. Padahal, ibadah apa pun tidak sah dan tidak ada gunanya kecuali bila
terpenuhi syarat-syaratnya, yaitu ikhlas, mengikuti petunjuk Nabi SAW, serta
dilakukan oleh orang beriman.
Juga, berdasarkan apa yang disebutkan oleh para ulama tentang
pentingnya membatasi ucapan dia dalam shalat dengan dalil-dalil (yang sah),
kecuali pada kesempatan yang memang dilonggarkan untuk itu. Seperti, doa
ketika sujud, doa sesudah tasyahud dan sebelum salam, dan pada doa qunut
nazilah dengan lafzh yang sesuai konteks kejadian. Demikianlah keterangan
seputar qunut dalam shalat fardhu ketika sangat dibutuhkan.”
Lebih lanjut, Syaikh Qu’ud mengatakan, “Terakhir, saya ingatkan bahwa
membagus-baguskan doa agar dipuji orang, atau membiasakan seperti itu agar
seseorang puas, maka masuk kandungan sabda Nabi yang diriwayatkan Abu Said
Al-Khudri berikut ini. Abu Said berkata, ‘Rasulullah bersabda, ‘Maukah kalian aku
beritahukan tentang sesuatu yang lebih aku takutkan atas kalian daripada Al-
Masih Dajjal.’ Para sahabat menjawab, ‘Ya.’ Beliau bersabda, “Syirik yang
tersembunyi. (Yaitu) orang yang berdiri shalat dengan membagus-baguskan
shalatnya sebab tahu dilihat orang’.” Hadits ini diriwayatkan oleh Ahmad dan
Ibnu Majah dalam Al-Misykah, no. 5333, dan Taisirul Azizil Hamid, hal. 532.
Semoga shalawat dan salam dilimpahkan kepada hamba dan rasul-Nya,
Muhammad.” Demikian penjelasan Syaikh Qu’ud.
MARI BERSATU DI BARISAN KOKOH
MARI BERSATU DI BARISAN KOKOH
MARI BERSATU DI BARISAN KOKOH
MARI BERSATU DI BARISAN KOKOH
MARI BERSATU DI BARISAN KOKOH
MARI BERSATU DI BARISAN KOKOH
MARI BERSATU DI BARISAN KOKOH
MARI BERSATU DI BARISAN KOKOH
MARI BERSATU DI BARISAN KOKOH
MARI BERSATU DI BARISAN KOKOH
MARI BERSATU DI BARISAN KOKOH

More Related Content

What's hot

! Mengapa shalawat, apa nabi belum selamat!
! Mengapa shalawat, apa nabi belum selamat!! Mengapa shalawat, apa nabi belum selamat!
! Mengapa shalawat, apa nabi belum selamat!Nano Nani
 
! Adab doa agar mustajab
! Adab doa agar mustajab! Adab doa agar mustajab
! Adab doa agar mustajabNano Nani
 
! Jawaban untuk para pendeta
! Jawaban untuk para pendeta! Jawaban untuk para pendeta
! Jawaban untuk para pendetaNano Nani
 
! 4 tips shalat khusyuk baru 8 juli 2011
! 4 tips shalat khusyuk baru   8 juli 2011! 4 tips shalat khusyuk baru   8 juli 2011
! 4 tips shalat khusyuk baru 8 juli 2011Nano Nani
 
! Aku dilanda cinta
! Aku dilanda cinta! Aku dilanda cinta
! Aku dilanda cintanie2t
 
! The dark bible
! The dark bible! The dark bible
! The dark bibleNano Nani
 
! Serulah dengan bukti seperti para nabi datang selalu membawa tanda tanda &a...
! Serulah dengan bukti seperti para nabi datang selalu membawa tanda tanda &a...! Serulah dengan bukti seperti para nabi datang selalu membawa tanda tanda &a...
! Serulah dengan bukti seperti para nabi datang selalu membawa tanda tanda &a...Nano Nani
 
! Injil membantah ketuhanan yesus ust.ahmad deedat
! Injil membantah ketuhanan yesus   ust.ahmad deedat! Injil membantah ketuhanan yesus   ust.ahmad deedat
! Injil membantah ketuhanan yesus ust.ahmad deedatNano Nani
 
! La tahzan dr. aidh al-qarni
! La tahzan   dr. aidh al-qarni! La tahzan   dr. aidh al-qarni
! La tahzan dr. aidh al-qarniNano Nani
 
! Mengapa babi haram jawaban telak !!!
! Mengapa babi haram   jawaban telak !!!! Mengapa babi haram   jawaban telak !!!
! Mengapa babi haram jawaban telak !!!Nano Nani
 
Perbedaan sunni syiah dalam tabel
Perbedaan sunni syiah dalam tabelPerbedaan sunni syiah dalam tabel
Perbedaan sunni syiah dalam tabelEdi Awaludin
 
Pidato muharam ala bahasa banten
Pidato muharam ala bahasa bantenPidato muharam ala bahasa banten
Pidato muharam ala bahasa bantensela apriyani
 
Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01
Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01
Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01Muhsin Hariyanto
 
Khutbah idul fitri 1434 h kobe jepang
Khutbah idul fitri 1434 h kobe jepangKhutbah idul fitri 1434 h kobe jepang
Khutbah idul fitri 1434 h kobe jepangHatta Syamsuddin
 
! Sejarah april mop hari berbohong
! Sejarah april mop   hari berbohong! Sejarah april mop   hari berbohong
! Sejarah april mop hari berbohongNano Nani
 
15 alasan merindukan ramadhan
15 alasan merindukan ramadhan15 alasan merindukan ramadhan
15 alasan merindukan ramadhannyongkoh
 
02 perkawinan pria muslim dengan wanita non muslim
02 perkawinan pria muslim dengan wanita non muslim02 perkawinan pria muslim dengan wanita non muslim
02 perkawinan pria muslim dengan wanita non muslimasnin_syafiuddin
 
khutbah hari raya idul fitri
khutbah hari raya idul fitrikhutbah hari raya idul fitri
khutbah hari raya idul fitrisetya share
 

What's hot (20)

! Mengapa shalawat, apa nabi belum selamat!
! Mengapa shalawat, apa nabi belum selamat!! Mengapa shalawat, apa nabi belum selamat!
! Mengapa shalawat, apa nabi belum selamat!
 
! Adab doa agar mustajab
! Adab doa agar mustajab! Adab doa agar mustajab
! Adab doa agar mustajab
 
! Jawaban untuk para pendeta
! Jawaban untuk para pendeta! Jawaban untuk para pendeta
! Jawaban untuk para pendeta
 
! 4 tips shalat khusyuk baru 8 juli 2011
! 4 tips shalat khusyuk baru   8 juli 2011! 4 tips shalat khusyuk baru   8 juli 2011
! 4 tips shalat khusyuk baru 8 juli 2011
 
! Aku dilanda cinta
! Aku dilanda cinta! Aku dilanda cinta
! Aku dilanda cinta
 
! The dark bible
! The dark bible! The dark bible
! The dark bible
 
! Serulah dengan bukti seperti para nabi datang selalu membawa tanda tanda &a...
! Serulah dengan bukti seperti para nabi datang selalu membawa tanda tanda &a...! Serulah dengan bukti seperti para nabi datang selalu membawa tanda tanda &a...
! Serulah dengan bukti seperti para nabi datang selalu membawa tanda tanda &a...
 
! Injil membantah ketuhanan yesus ust.ahmad deedat
! Injil membantah ketuhanan yesus   ust.ahmad deedat! Injil membantah ketuhanan yesus   ust.ahmad deedat
! Injil membantah ketuhanan yesus ust.ahmad deedat
 
! La tahzan dr. aidh al-qarni
! La tahzan   dr. aidh al-qarni! La tahzan   dr. aidh al-qarni
! La tahzan dr. aidh al-qarni
 
! Mengapa babi haram jawaban telak !!!
! Mengapa babi haram   jawaban telak !!!! Mengapa babi haram   jawaban telak !!!
! Mengapa babi haram jawaban telak !!!
 
Perbedaan sunni syiah dalam tabel
Perbedaan sunni syiah dalam tabelPerbedaan sunni syiah dalam tabel
Perbedaan sunni syiah dalam tabel
 
Pidato muharam ala bahasa banten
Pidato muharam ala bahasa bantenPidato muharam ala bahasa banten
Pidato muharam ala bahasa banten
 
Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01
Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01
Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01
 
Khutbah idul fitri 1434 h kobe jepang
Khutbah idul fitri 1434 h kobe jepangKhutbah idul fitri 1434 h kobe jepang
Khutbah idul fitri 1434 h kobe jepang
 
Hadits Berbakti Kepada Kedua Orang Tua
Hadits Berbakti Kepada Kedua Orang TuaHadits Berbakti Kepada Kedua Orang Tua
Hadits Berbakti Kepada Kedua Orang Tua
 
! Sejarah april mop hari berbohong
! Sejarah april mop   hari berbohong! Sejarah april mop   hari berbohong
! Sejarah april mop hari berbohong
 
15 alasan merindukan ramadhan
15 alasan merindukan ramadhan15 alasan merindukan ramadhan
15 alasan merindukan ramadhan
 
Mencapai Kesempurnaan Ramadhan
Mencapai Kesempurnaan RamadhanMencapai Kesempurnaan Ramadhan
Mencapai Kesempurnaan Ramadhan
 
02 perkawinan pria muslim dengan wanita non muslim
02 perkawinan pria muslim dengan wanita non muslim02 perkawinan pria muslim dengan wanita non muslim
02 perkawinan pria muslim dengan wanita non muslim
 
khutbah hari raya idul fitri
khutbah hari raya idul fitrikhutbah hari raya idul fitri
khutbah hari raya idul fitri
 

Similar to MARI BERSATU DI BARISAN KOKOH

Id virtues of_ramadan_fasting_baz
Id virtues of_ramadan_fasting_bazId virtues of_ramadan_fasting_baz
Id virtues of_ramadan_fasting_bazLoveofpeople
 
Welcome Ramadhan
Welcome RamadhanWelcome Ramadhan
Welcome Ramadhanmirhankhans
 
Ebook ringkasan kitab hadist shahih imam bukhari
Ebook   ringkasan kitab hadist shahih imam bukhariEbook   ringkasan kitab hadist shahih imam bukhari
Ebook ringkasan kitab hadist shahih imam bukhariAri Khozin
 
Shalatlah Sebagaimana Melihatku Shalat
Shalatlah Sebagaimana Melihatku ShalatShalatlah Sebagaimana Melihatku Shalat
Shalatlah Sebagaimana Melihatku ShalatYulian Purnama
 
Id ramadan message
Id ramadan messageId ramadan message
Id ramadan messageLoveofpeople
 
Hadist sahih imam muslim
Hadist sahih imam muslimHadist sahih imam muslim
Hadist sahih imam muslimAyenk Yenk
 
DRAFT AD ART MUSHOLA NURUL HUDA.pdf
DRAFT AD ART MUSHOLA NURUL HUDA.pdfDRAFT AD ART MUSHOLA NURUL HUDA.pdf
DRAFT AD ART MUSHOLA NURUL HUDA.pdfMustainAdam
 
Makalah fiqih kelompok 6 materi 8
Makalah fiqih kelompok 6 materi 8Makalah fiqih kelompok 6 materi 8
Makalah fiqih kelompok 6 materi 8NavenAbsurd
 
Prinsip dasar-tauhid-fiqh-dan-akidah
Prinsip dasar-tauhid-fiqh-dan-akidahPrinsip dasar-tauhid-fiqh-dan-akidah
Prinsip dasar-tauhid-fiqh-dan-akidahRatnaKusumasari1
 
Kiat kiat menghidupkan bulan ramadhan
Kiat kiat menghidupkan bulan ramadhanKiat kiat menghidupkan bulan ramadhan
Kiat kiat menghidupkan bulan ramadhanilmu ilmu
 
Membentuk Keluarga Bahagia Yang Sakinah , Mawadah , & Warohmah
Membentuk Keluarga Bahagia Yang  Sakinah , Mawadah , & WarohmahMembentuk Keluarga Bahagia Yang  Sakinah , Mawadah , & Warohmah
Membentuk Keluarga Bahagia Yang Sakinah , Mawadah , & WarohmahAgam Real
 

Similar to MARI BERSATU DI BARISAN KOKOH (20)

Id virtues of_ramadan_fasting_baz
Id virtues of_ramadan_fasting_bazId virtues of_ramadan_fasting_baz
Id virtues of_ramadan_fasting_baz
 
Welcome Ramadhan
Welcome RamadhanWelcome Ramadhan
Welcome Ramadhan
 
Buletin 2 edisi haji
Buletin 2  edisi hajiBuletin 2  edisi haji
Buletin 2 edisi haji
 
Ebook ringkasan kitab hadist shahih imam bukhari
Ebook   ringkasan kitab hadist shahih imam bukhariEbook   ringkasan kitab hadist shahih imam bukhari
Ebook ringkasan kitab hadist shahih imam bukhari
 
Tazkirah perhimpunan
Tazkirah perhimpunanTazkirah perhimpunan
Tazkirah perhimpunan
 
nikah-fiqih-nikah.pdf
nikah-fiqih-nikah.pdfnikah-fiqih-nikah.pdf
nikah-fiqih-nikah.pdf
 
Rahasia puasa
Rahasia puasaRahasia puasa
Rahasia puasa
 
Shalatlah Sebagaimana Melihatku Shalat
Shalatlah Sebagaimana Melihatku ShalatShalatlah Sebagaimana Melihatku Shalat
Shalatlah Sebagaimana Melihatku Shalat
 
Romadhan membentuk sifat ihsan
Romadhan membentuk sifat ihsanRomadhan membentuk sifat ihsan
Romadhan membentuk sifat ihsan
 
Makalah Qurdits
Makalah QurditsMakalah Qurdits
Makalah Qurdits
 
Id ramadan message
Id ramadan messageId ramadan message
Id ramadan message
 
Bq lanjutan puasa
Bq lanjutan puasaBq lanjutan puasa
Bq lanjutan puasa
 
Tugas agama
Tugas agamaTugas agama
Tugas agama
 
Hadist sahih imam muslim
Hadist sahih imam muslimHadist sahih imam muslim
Hadist sahih imam muslim
 
DRAFT AD ART MUSHOLA NURUL HUDA.pdf
DRAFT AD ART MUSHOLA NURUL HUDA.pdfDRAFT AD ART MUSHOLA NURUL HUDA.pdf
DRAFT AD ART MUSHOLA NURUL HUDA.pdf
 
Makalah fiqih kelompok 6 materi 8
Makalah fiqih kelompok 6 materi 8Makalah fiqih kelompok 6 materi 8
Makalah fiqih kelompok 6 materi 8
 
Prinsip dasar-tauhid-fiqh-dan-akidah
Prinsip dasar-tauhid-fiqh-dan-akidahPrinsip dasar-tauhid-fiqh-dan-akidah
Prinsip dasar-tauhid-fiqh-dan-akidah
 
Ramadhan
RamadhanRamadhan
Ramadhan
 
Kiat kiat menghidupkan bulan ramadhan
Kiat kiat menghidupkan bulan ramadhanKiat kiat menghidupkan bulan ramadhan
Kiat kiat menghidupkan bulan ramadhan
 
Membentuk Keluarga Bahagia Yang Sakinah , Mawadah , & Warohmah
Membentuk Keluarga Bahagia Yang  Sakinah , Mawadah , & WarohmahMembentuk Keluarga Bahagia Yang  Sakinah , Mawadah , & Warohmah
Membentuk Keluarga Bahagia Yang Sakinah , Mawadah , & Warohmah
 

More from Nano Nani

! Aku dilanda cinta
! Aku dilanda cinta! Aku dilanda cinta
! Aku dilanda cintaNano Nani
 
! Dialog masalah ketuhanan yesus
! Dialog masalah ketuhanan yesus! Dialog masalah ketuhanan yesus
! Dialog masalah ketuhanan yesusNano Nani
 
! Sejarah hitam perayaan natal 25 desember
! Sejarah hitam perayaan natal 25 desember! Sejarah hitam perayaan natal 25 desember
! Sejarah hitam perayaan natal 25 desemberNano Nani
 
Perbedaan sunni syiah dalam tabel
Perbedaan sunni syiah dalam tabelPerbedaan sunni syiah dalam tabel
Perbedaan sunni syiah dalam tabelNano Nani
 
! Ulama pewaris para nabi www.islamterbuktibenar.net
! Ulama pewaris para nabi   www.islamterbuktibenar.net! Ulama pewaris para nabi   www.islamterbuktibenar.net
! Ulama pewaris para nabi www.islamterbuktibenar.netNano Nani
 
! Tahukah anda keajaiban sifat bumi
! Tahukah anda keajaiban sifat bumi! Tahukah anda keajaiban sifat bumi
! Tahukah anda keajaiban sifat bumiNano Nani
 
! Ramuan herbal sang nabi
! Ramuan herbal sang nabi! Ramuan herbal sang nabi
! Ramuan herbal sang nabiNano Nani
 
! Mengenal hadits shohih & dhoif
! Mengenal hadits shohih & dhoif! Mengenal hadits shohih & dhoif
! Mengenal hadits shohih & dhoifNano Nani
 
! Bukti allah itu ada
! Bukti allah itu ada! Bukti allah itu ada
! Bukti allah itu adaNano Nani
 
! 13 alasan harus masuk islam
! 13 alasan harus masuk islam! 13 alasan harus masuk islam
! 13 alasan harus masuk islamNano Nani
 

More from Nano Nani (10)

! Aku dilanda cinta
! Aku dilanda cinta! Aku dilanda cinta
! Aku dilanda cinta
 
! Dialog masalah ketuhanan yesus
! Dialog masalah ketuhanan yesus! Dialog masalah ketuhanan yesus
! Dialog masalah ketuhanan yesus
 
! Sejarah hitam perayaan natal 25 desember
! Sejarah hitam perayaan natal 25 desember! Sejarah hitam perayaan natal 25 desember
! Sejarah hitam perayaan natal 25 desember
 
Perbedaan sunni syiah dalam tabel
Perbedaan sunni syiah dalam tabelPerbedaan sunni syiah dalam tabel
Perbedaan sunni syiah dalam tabel
 
! Ulama pewaris para nabi www.islamterbuktibenar.net
! Ulama pewaris para nabi   www.islamterbuktibenar.net! Ulama pewaris para nabi   www.islamterbuktibenar.net
! Ulama pewaris para nabi www.islamterbuktibenar.net
 
! Tahukah anda keajaiban sifat bumi
! Tahukah anda keajaiban sifat bumi! Tahukah anda keajaiban sifat bumi
! Tahukah anda keajaiban sifat bumi
 
! Ramuan herbal sang nabi
! Ramuan herbal sang nabi! Ramuan herbal sang nabi
! Ramuan herbal sang nabi
 
! Mengenal hadits shohih & dhoif
! Mengenal hadits shohih & dhoif! Mengenal hadits shohih & dhoif
! Mengenal hadits shohih & dhoif
 
! Bukti allah itu ada
! Bukti allah itu ada! Bukti allah itu ada
! Bukti allah itu ada
 
! 13 alasan harus masuk islam
! 13 alasan harus masuk islam! 13 alasan harus masuk islam
! 13 alasan harus masuk islam
 

Recently uploaded

Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxJamhuriIshak
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau tripletMelianaJayasaputra
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDmawan5982
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdftsaniasalftn18
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxDwiYuniarti14
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKirwan461475
 
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxPPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxHeruFebrianto3
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdfvebronialite32
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxSyaimarChandra1
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxFuzaAnggriana
 
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptxMateri Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptxc9fhbm7gzj
 
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada AnakPpt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anakbekamalayniasinta
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfElaAditya
 
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxPPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxalalfardilah
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...MarwanAnugrah
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...Kanaidi ken
 
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxmtsmampunbarub4
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxsudianaade137
 

Recently uploaded (20)

Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
 
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxPPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
 
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptxMateri Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
 
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada AnakPpt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anak
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
 
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxPPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
 
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
 

MARI BERSATU DI BARISAN KOKOH

  • 1. MARI BERSATU DI BARISAN KOKOH. QS.61:4 WWW.ISLAMTERBUKTIBENAR.NET MARI PERERAT UKHUWAH: 1 ALLAH, 1 QUR’AN, 1 KIBLAT, 1 ISLAM, 1 HATI HENDAKLAH MENYERU DENGAN HIKMAH & CARA BAIK DISERTAI BUKTI SEPERTI PARA NABI MENYERU SELALU DISERTAI BUKTI. http://islamterbuktibenar.net/?pg=articles&article=13526 ijk ‫السالم‬ ‫عليكم‬ . ‫ال‬ ‫إله‬ ‫ﱠ‬‫ال‬‫إ‬ ‫ﷲ‬ . ‫محمد‬ ‫رسو‬ ‫ل‬ ‫ﷲ‬ ‫الحمد‬ ‫رب‬ ‫العا‬ ‫لمين‬ . ‫الصالة‬ ‫و‬ ‫السالم‬ ‫على‬ ‫رسو‬ ‫ل‬ ‫ﷲ‬ . ‫اما‬ ‫بعد‬ Segala puji hanya bagi Allah semata yang telah memberi kesempatan pada kita semua juga atas Hidayah serta segala nikmat yang tidak akan pernah bisa kita hitung satu persatu. Terimakasih kami ucapkan pada saudara saudari yg setia pada ITB versi page www.facebook.com/1SLAM.TERBUKTI.BENAR?sk=info versi group www.facebook.com/home.php?sk=group_131429706933189view=members Kami tak dapat membalas apa-apa, hanya teriring doa agar semua dukungan saudara-saudari menjadi amal yang berat timbangannya di hari perhitungan kelak saat emas perak tidak berlaku lagi. MUKADIMAH Segala puji hanya milik Allah. Kita memuji, meminta pertolongan serta meminta ampunan kepada-Nya. Kita berlindung kepada Allah dari kejahatan diri kita dan keburukan amal-amal kita. Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka tidak ada yang dapat menyesatkannya. Dan, barangsiapa yang disesatkan oleh-Nya, maka tidak ada yang dapat memberinya petunjuk. Aku bersaksi bahwa tidak ada ilah (yang berhak disembah) selain Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya. Allah SWT berfirman:
  • 2. 100 AGAMA TAK BERARTI ADA 100 TUHAN, TUHAN TETAP 1 TURUNKAN AGAMA PUN CUMA 1 WWW.ISLAMTERBUKTIBENAR.NET ISLAM TAK KAN BANGKIT SELAMA UMAT MASIH BANYAK RAGU TAK DAPAT BUKTIKAN ISLAM SEBAGAI SATU-SATUNYA AGAMA YANG TERBUKTI BENAR ISLAM PUN TAK KAN BANGKIT SELAMA UMAT CINTA DUNIA SERTA TIDAK MENCINTAI ALLAH RASUL MELEBIHI SEGALANYA. QS.9:24, 33:6, 9:120, 9:15 “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.” (QS. Ali ‘Imran [3]: 102) “Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.” (QS. An-Nisa’ [4]: 1) “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar. Niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. Dan barangsiapa mentaati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar.” (QS. Al-Ahzab [33]: 70-71) Amma ba’du; Ini adalah tulisan kedua dari mata rantai tema seputar kesalahan-kesalahan dalam ibadah. Tulisan ini berkaitan dengan bulan Ramadhan, ragam manusia pada bulan ini, beberapa hukum terkait mereka, sunnah-sunnah Ramadhan, dan berbagai kesalahan yang dilakukan oleh orang yang berpuasa. Selanjutnya, saya menambahkan beberapa fatwa seputar kesalahan yang telah merebak pada bulan Ramadhan. Tulisan ini saya akhiri dengan menyampaikan beberapa hadits dhaif dan maudhu’ yang banyak disebutkan di buku-buku tentang nasihat, atau melalui lisan orang-orang yang sering memberikan nasihat tentang bulan Ramadhan. Saya memohon kepada Allah agar menjadikan niat kita tulus ikhlas untuk mencari ridha-Nya semata. Sesungguhnya, Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengabulkan doa. Yang pertama dan terakhir, saya panjatkan puji syukur kepada Allah sebab telah memberikan kemudahan. Selanjutnya, saya ucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung dan membantu saya dalam penyelesaian pembahasan ini. Mereka adalah kalangan akademis, terutama Syaikh Sa’ad Al-Humaid, semoga Allah membalasnya dengan kebaikan. Perlu diperhatikan, bahwa tulisan ini adalah kumpulan kesalahan yang sering terlihat, didengar, dan dibaca. Takni, permasalahan yang dilakukan oleh banyak umat Islam meski sebab niat baik, ikut-ikutan, atau yang lainnya dalam perkara yang menyelisihi nash-nash syar’i, atau menyelisihi perbuatan yang lebih utama menuju perbuatan yang kurang utama, seperti yang akan dijelaskan nanti, insya Allah. Saya sangat ingin mengingatkan di sini, bahwa kebanyakan kesalahan itu diberitahukan kepada saya oleh orang-orang yang semangat memberikan nasihat kepada umat. Begitulah dugaan saya dan hanya Allah yang akan menghitung amal mereka. Saya tidak menganggap suci seorang pun di hadapan Allah. Semoga Allah membalas mereka dengan kebaikan atas usaha mereka dan menjadikan kita semua termasuk orang-orang yang menunjukkan kepada kebaikan, sehingga mendapat pahala seperti pahala yang diperoleh pelakunya. Berangkat dari sini dan agar kita termasuk kelompok orang-orang yang saling tolong-menolong dalam kebaikan dan takwa, maka saya mengajak kepada setiap orang yang gemar memberikan nasihat untuk membantu saya dalam membahas masalah ini. Yakni, dengan memberitahukan secara tertulis atau lisan tentang berbagai kesalahan yang ia ketahui yang belum dikemukakan dalam buku ini, termasuk arahan dan catatan yang ia pandang sejalan dengan tema ini. Terakhir, ini hanyalah usaha saya yang tak seberapa. Tidak ada taufiq bagi saya melainkan dengan pertolongan Allah. Hanya kepada-Nya saya bertawakal dan hanya kepada-Nya saya kembali. Ya Allah, aku memohon agar tulisan ini bermanfaat bagi penulis, pembaca, pendengar, dan semua pihak yang telah membantu penerbitannya. Sesungguhnya, Allah Ta’ala adalah sebaik-baik tempat meminta. Segala puji bagi Allah yang dengan nikmat-Nya sempurnalah segala kebaikan. Semoga Allah melimpahkan shalawat, salam, dan berkah kepada Rasulullah SAW beserta keluarga, para sahabat dan siapa pun yang berwala’ kepada beliau. SERBA-SERBI DI BULAN RAMADHAN KEISTIMEWAN RAMADHAN Umat Islam pada bulan Ramadhan hidup dalam hari-hari yang penuh kebaikan yang luar biasa yang telah Allah karuniakan kepada mereka. Allah memuliakan mereka dengan bulan ini. Allah SWT berfirman: “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (QS. Al-Baqarah [2]: 183)
  • 3. FREE DOWNLOAD: E-BOOK, SOFTWARE ISLAM KOMPUTER HANDPHONE, CERAMAH, VIDEO WWW.ISLAMTERBUKTIBENAR.NET KEWAJIBANMU YANG DIBEBANKAN ATASMU HANYALAH MENYAMPAIKAN. QS.16:82 KEWAJIBANMU HANYALAH MENYAMPAIKAN. QS.3:20, QS.42:48 SEKALI-KALI KAU TAK KAN SAMPAI PADA KEBAJIKAN HINGGA KAU NAFKAHKAN HARTA DI JALAN ALLAH. QS.3 ALI IMRAN:19, 61 SHAFF:10-12, 47 HUJURAAT:15 Allah SWT mengkhususkan bulan ini sebagai bulan puasa dengan berbagai keistimewaan yang menunjukkan keutamaan dan kemuliaannya. Di antara keistimewaan bulan Ramadhan: 1. Diturunkan Al-Qur’an, Allah SWT berfirman: “Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil)…” (QS. Al-Baqarah [2]: 185) 2. Lailatul Qadr, Di dalam bulan Ramadhan terdapat Lailatul Qadr. Malam ini di sisi Allah lebih baik dari 1.000 bulan. Allah SWT berfirman: “Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Quran) pada malam kemuliaan.” (QS. Al-Qadr [97]: 1) 3. Pada Ramadhan, Setan-setan Dibelenggu, Pintu-pintu SUrga Dibuka, dan Pintu-pintu Neraka Ditutup. Diriwayatkan dari Abu Hurairah, ia berkata: Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya, pada setiap kali berbuka, ada orang-orang yang akan Allah bebaskan (dari neraka), dan itu pada setiap malam.” (HR. Tirmidzi, Ibnu Majah, dan lainnya) Allah juga menyiapkan satu pintu khusus di surga untuk orang yang berpuasa, yang tidak dimasuki oleh yang lainnya. Diriwayatkan dari Sahl bin Sa’d, ia berkata: Rasulullah SAW bersabda: “Bagi orang-orang yang berpuasa disediakan satu pintu di surga yang disebut Ar-Rayyan. Tidak ada seorang pun yang memasukinya selain mereka. Bila orang terakgir dari mereka telah masuk, pintu itu ditutup. Barangsiapa yang masuk ke sana, maka ia akan minum, dan orang yang telah minum, tidak akan haus selamanya.” (HR. Nasai) 4. Doa Orang yang Berpuasa Akan Dikabulkan Diriwayatkan dari Sahl bin Sa’d, ia berkata: Rasulullah SAW bersabda: “Ada tiga macam doa yang dikabulkan; doa orang yang berpuasa, doa orang yang terzhalimi, serta doa orang musafir.” (HR. Baihaqi dan lainnya) 5. Puasa Adalah Perisai Puasa adalah perisai yang digunakan seorang hamba untuk membentengi diri dari neraka. Rasulullah SAW bersabda: “Puasa merupakan perisai yang digunakan seorang hamba untuk membentengi diri dari neraka.” (HR. Ahmad) 6. Secara Khusus, Allah Lebih Mengistimewakan Ibadah Puasa Dibandingkan Ibadah yang lain Diriwayatkan dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Allah SWT berfirman: “Setiap amal anak keturunan Adam adalah untuknya kecuali puasa, sebab itu untuk-Ku dan Akulah yang akan membalasnya.” (HR. Bukhari dan Muslim) Dan, masih lagi keistimewaan lain yang tidak cukup dimuat disini. KLASIFIKASI MANUSIA DI BULAN RAMADHAN Terkait dengan bulan Ramadhan, manusia terbagi menjadi beberapa macam: Pertama, kelompok yang menunggu kedatangan bulan ini dengan penuh kesabaran. Ia bertambah gembira dengan kedatangannya, hingga ia pun menyingsingkan lengan dan bersungguh-sungguh mengerjakan segala macam bentuk ibadah, seperti; puasa, shalat, sedekah, dan lain sebagaimana. Ini merupakan kelompok yang terbaik. Ibnu Abbas menuturkan, “Nabi SAW adalah orang yang paling berdewrma. Namun, beliau lebih berderma lagi pada bulan Ramadhan, ketika beliau selalu ditemui Jibril. Setiap malam pada bulan Ramadhan, Jibril menemui beliau hingga akgir bulan. Nabi SAW membacakan Al-Qur’an kepadanya. Bila beliau bertemu Jibril, beliau lebih berderma daripada angin yang bertiup.” (HR. Bukhari) Kedua, kelompok yang sejak bulan Ramadhan datang sampai berlalu, keadaan mereka tetap saja seperti sebelum Ramadhan. Mereka tidak terpengaruh oleh bulan puasa itu serta tidak bertambah senang atau bersegera dalam hal kebaikan. Kelompok ini adalah orang-orang yang menyia-nyiakan keuntungan besar yang nilainya tidak bisa diukur dengan apa pun. Sebab, seorang muslim akan bertambah semangatnya pada waktu-waktu yang banyak terdapat kebaikan dan pahala di dalamnya. Ketiga, kelompok yang tidak mengenal Allah, kecuali pada bulan Ramadhan saja. Bila bulan Ramadhan datang, Anda dapat melihat mereka ikut rukuk dan sujud dalam shalat. Tetapi, bila Ramadhan berakhir, mereka kembali berbuat maksiat seperti semula. Mereka adalah kaum yang disebutkan kepada Imam Ahmad dan Al-Fudhail bin ‘Iyadh dan keduanya berkata, “Mereka adalah seburuk-buruk kaum lantaran tidak mengenal Allah kecuali pada bulan Ramadhan.”
  • 4. 100 AGAMA TAK BERARTI ADA 100 TUHAN, TUHAN TETAP 1 TURUNKAN AGAMA PUN CUMA 1 WWW.ISLAMTERBUKTIBENAR.NET ISLAM TAK KAN BANGKIT SELAMA UMAT MASIH BANYAK RAGU TAK DAPAT BUKTIKAN ISLAM SEBAGAI SATU-SATUNYA AGAMA YANG TERBUKTI BENAR ISLAM PUN TAK KAN BANGKIT SELAMA UMAT CINTA DUNIA SERTA TIDAK MENCINTAI ALLAH RASUL MELEBIHI SEGALANYA. QS.9:24, 33:6, 9:120, 9:15 Sebab itu, setiap orang yang termasuk dalam kelompok ini semestinya tahu bahwa ia telah menipu dirinya sendiri dengan perbuatannya tersebut. Setan pun juga memperoleh keuntungan besar darinya. Allah SWT berfirman, “Setan telah menjadikan mereka mudah (berbuat dosa) dan memanjangkan angan- angan mereka.” (QS. Muhammad [47]: 25) Sebagai bentuk ajakan dan peringatan untuk kelompok seperti mereka, hendaklah mereka bertaubat kepada Allah dengan sebenar- benarnya taubat. Kami menghimbau agar mereka memanfaatkan bulan ini untuk kembali dan tunduk kepada Allah serta meminta ampun dan meninggalkan perbuatan buruk yang telah lalu. Allah SWT berfirman: “Dan sesungguhnya, Aku Maha Pengampun bagi orang yang bertaubat, beriman, beramal saleh, lalu tetap di jalan yang benar.” (QS. Thaha [20]: 82) “Kecuali orang-orang yang bertaubat, beriman dan mengerjakan amal saleh; maka itu kejahatan mereka diganti Allah dengan kebajikan. Dan adalah Allah maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Furqan [25]: 70) Bila Allah telah mengetahui ketulusan dan keikhlasan mereka, maka Dia akan memaafkan mereka sebagaimana yang Dia janjikan. Sebab, Allah tidak akan mengingkari janji-Nya. Namun, bila mereka tetap saja berbuat maksiat, maka kita harus mengingatkan perbuatan mereka, dan menyampaikan bahwa mereka dalam bahaya besar. Bahaya macam palagi yang lebih besar daripada meremehkan kewajiban, batasan-batasan, perintah, dan larangan-Nya. Keempat, kelompok yang hanya perutnya saja yang berpuasa dari segala macam makanan, namun tidak menahan diri dari selain itu. Anda akan melihatnya sebagai orang yang paling tidak berselera terhadap makanan dan minuman. Akan tetapi, mereka tidak merasa gerah ketika mendengar kemungkaran, ghibah, adu domba, dan penghinaan. Bahkan, inilah kebiasaannya pada bulan Ramadhan dan bulan-bulan lainnya. Kepada orang-orang seperti ini, perlu kita sampaikan bahwa kemaksiatan pada bulan Ramadhan dan bulan lainnya itu diharamkan, tetapi lebih diharamkan lagi pada bulan Ramadhan, menurut pendapat sebagian ulama. Dengan kemaksiatan tersebut berarti mereka telah menodai puasa dan menyia-nyiakan pahala yang banyak. Diriwayatkan dari Abu Hurairah, ia berkata: Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa tidak meninggalkan perkataan dan perbuatan dusta, maka tidak ada kebutuhan bagi Allah dalam diri orang yang meninggalkan makanan dan minumannya.” (HR. Bukhari dan Abu Dawud) Rasulullah SAW juga bersabda: “Puasa itu bukan sekedar menahan makan dan minum, tetapi puasa itu adalah meninggalkan perbuatan sia-sia dan perkataan keji.” (HR. Ibnu Hibban) Kelima, kelompok yang menjadikan siang hari untuk tidur, sedangkan malam harinya untuk begadang dan main-main belaka. Mereka tidak memanfaatkan siangnya untuk berdzikir dan berbuat kebaikan, tidak pula membersihkan malamnya dari hal-hal yang diharamkan. Kepada orang-orang seperti ini pelaku kita sampaikan agar mereka takutlah kepada Allah berkenaan dengan diri mereka. Janganlah menyia-nyiakan kebaikan yang datang kepada mereka. Mereka telah hidup sejahtera dan makmur. Hendaklah mereka bertaubatlah kepada Allah dengan taubat nasuha dan bergembira dengan berita dari Allah yang menyenangkan. Keenam, kelompok yang tidak mengenal Allah pada bulan Ramadhan dan tidak pula pada bulan lainnya. Mereka adalah kelompok yang paling buruk dan berbahaya. Anda akan melihat mereka tidak memperhatikan shalat atau puasa. Mereka meninggalkan kewajiban itu secara sengaja, padahal kondisinya sehat dan segar bugar. Setelah itu mereka mengaku sebagai orang Islam. Padahal, Islam sangat jauh dari mereka, bagaikan jauhnya Barat dan Timur. Orang-orang Islam pun berlepas diri dari mereka. Kepada orang-orang semacam ini perlu dikatakan, “Segeralah bertaubat dan kembalilah kepada agama kalian. Lipatlah lembaran hitam hidup kalian. Sesunggunya, Rabb kalian Maha Penyayang kepada siapa saja yang mentaati- Nya, dan sangat keras siksanya kepada orang yang mendurhakai-Nya.”
  • 5. FREE DOWNLOAD: E-BOOK, SOFTWARE ISLAM KOMPUTER HANDPHONE, CERAMAH, VIDEO WWW.ISLAMTERBUKTIBENAR.NET KEWAJIBANMU YANG DIBEBANKAN ATASMU HANYALAH MENYAMPAIKAN. QS.16:82 KEWAJIBANMU HANYALAH MENYAMPAIKAN. QS.3:20, QS.42:48 SEKALI-KALI KAU TAK KAN SAMPAI PADA KEBAJIKAN HINGGA KAU NAFKAHKAN HARTA DI JALAN ALLAH. QS.3 ALI IMRAN:19, 61 SHAFF:10-12, 47 HUJURAAT:15 Demikianlah, klasifikasi manusia secara global berkaitan dengan bulan Ramadhan. Meski mungkin sebagian kelompok masuk pada kelompok lainnya, namun ini perlu dijelaskan. “Barangsiapa memberi makanan berbuka kepada orang yang puasa, maka ia memperoleh pahala seperti pahala orang yang berpuasa, tanpa mengurangi sedikit pun pahala orang yang berpuasa itu.” (HR. Ahmad) ETIKA BERPUASA Pertama kali yang perlu disebutkan, hendaknya seorang muslim yang berpuasa menginginkan ridha Allah Ta’ala semata, dalam keadaan beriman dan mengharap pahala-Nya. Nabi SAW bersabda: “Barangsiapa berpuasa Ramadhan atas dasar iman dan mengharap pahala, maka dosa-dosanya yang telah lalu diampuni.” (HR. Bukhari dan Muslim). Dalam redaksi lain menurut riwayat Ahmad: “…diampuni dosa-dosanya yang telah lalu dan yang akan datang.” Sebelum seseorang berpuasa, maka ia harus berniat puasa terlebih dulu, berdasarkan sabda Nabi SAW: “Barangsiapa tidak berniat puasa sebelum fajar pagi, maka tidak ada puasa baginya.” (HR. Baihaqi) Dalam riwayat Nasai disebutkan: “Barangsiapa tidak berniat puasa pada malam hari, maka tidak ada puasa baginya.” Seorang muslim hendaknya berusaha sekuat tenaga untuk tidak menyia- nyiakan makan sahur. Dalam makan sahur terdapat banyak kebaikan dan pahala melimpah. Bila itu di tinggalkan, berarti ia telah menghalangi diri dari mendapatkan pahala berlimpah. Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan hadits Nabi SAW bahwa beliau bersabda: “Makan sahurlah kalian, sebab dalam makan sahur terdapat berkah.” Nabi SAW juga bersabda: “Sahur itu semuanya merupakan berkah, maka janganlah kalian meninggalkannya meski hanya minum seteguk air. Sebab Allah dan para malaikat-Nya mengucapkan shalawat kepada orang-orang yang sahur.” (HR. Ahmad) Seorang sahabat Nabi SAW berkata, “Aku pernah masuk menemui Nabi ketika beliau sedang makan sahur. Beliau lalu bersabda, ‘Sesungguhnya makan sahur adalah berkah yang diberikan Allah kepada kalian. Maka, janganlah kalian tinggalkan.” Nabi bersabda: “Berkah itu ada dalam tiga hal; berjamaah, tsarid (bubur daging), dan makan sahur.” (HR. Thabarani) Di antara keutamaan makan sahur, bahwa perbuatan ini sebagai pembeda antara puasa orang Islam dengan puasa Ahli kitab. Nabi SAW bersabda: “Perbedaan antara puasa kita dan puasa ahli kitab adalah dalam makan sahur.” (HR. Ad-Darimi, Ibnu Hibban, dan Ibnu Khuzaimah) Bila hal itu telah diketahui, maka keutamaan makan sahur itu lebih besar lagi bila diakhirkan, sebab dalam hal ini ada kebaikan yang banyak. Nabi SAW biasa mengakhirkan makan sahur. Diriwayatkan dari Zaid bin Tsabit, ia berkata “Kami pernah makan sahur bersama Nabi SAW, setelah itu beliau bangkit menuju shalat. Anas bertanya, ‘berapa lama waktu antara adzan dan makan sahur?’ Zaid menjawab, ‘Sekira-kira bacaan 50 ayat.” Diriwayatkan dari Abu Darda, “Ada tiga akhlak kenabian; menyegerakan berbuka puasa, mengakhirkan makan sahur, dan meletakkan tangan kanan di atas tangan kiri di dalam shalat.” (HR. Thabrani dan dihukumi hadits marfu’ sebagai mana pernyataan para ulama). Keutamaan makan sahur menjadi lebih bagus bila makan dengan kurma, atau disertai kurma. Ini berdasarkan sabda Nabi SAW: “Makanan sahur terbaik bagi orang beriman adalah kurma.” (HR. Abu Dawud dan lainnya) Bila seorang mukmin telah menyelesaikan sahurnya, hendaknya ia segera bersiap-siap untuk menunaikan shalat Subuh. Janganlah ia menyepelekannya, sebagaimana yang dilakukan oleh sebagian orang yang makan sahur lalu tidur hingga tidak mengerjakan shalat Subuh. Cukuplah iu dianggap sebagai musibah dan tindakan penyepelean, terutama bila malamnya ia begadang. Seorang mukmin harus memanfaatkan semua waktu puasanya untuk kebaikan dengan segala macamnya. Misalnya, membaca Al-Qur’an, istighfar, dan lainnya. Bila telah dekat waktu berbuka, hendaknya ia mengingat sunnah-sunnah yang biasa dikerjakan Nabi SAW, di antaranya segera berbuka. Imam Bukhari dan Muslim mengeluarkan sebuah hadits yang marfu’ dari Sahl bin Sa’ad, disebutkan:
  • 6. 100 AGAMA TAK BERARTI ADA 100 TUHAN, TUHAN TETAP 1 TURUNKAN AGAMA PUN CUMA 1 WWW.ISLAMTERBUKTIBENAR.NET ISLAM TAK KAN BANGKIT SELAMA UMAT MASIH BANYAK RAGU TAK DAPAT BUKTIKAN ISLAM SEBAGAI SATU-SATUNYA AGAMA YANG TERBUKTI BENAR ISLAM PUN TAK KAN BANGKIT SELAMA UMAT CINTA DUNIA SERTA TIDAK MENCINTAI ALLAH RASUL MELEBIHI SEGALANYA. QS.9:24, 33:6, 9:120, 9:15 “Manusia senantiasa dalam kebaikan selama mereka menyegerakan berbuka.” Dari Abu Hurairah diriwayatkan hadits marfu’: “Agama Islam senantiasa unggul selama pemeluknya menyegerakan berbuka, sebab kaum yahudi dan nasrani mengakhirkan (berbuka).” (HR. Abu Dawud dan Ahmad) Sebelumnya, telah disebutkan hadits dari Abu Darda’ bahwa ada tiga akhlak kenabian dan salah satunya adalah menyegerakan berbuka puasa. Termasuk sunnah, orang yang puasa hendaknya berbuka dengan kurma. Bila tidak mendapatkannya, cukuplah dengan air. Diriwayatkan dari Salman bin’Amir Adh-Dhabi yang berkata: Rasulullah SAW bersabda: “Bila salah seorang di antara kalian berbuka puasa, hendaklah berbuka dengan kurma, sebab itu mengandung berkah. Bila tidak mendapatkan kurma, maka dengan air, sebab air itu suci.” (HR. Ahmad dan Penulis kitab- kitab Sunan) Mengawali buka puasa dengan kurma itu memiliki rahasia yang menakjubkan. Beberapa pakar kedokteran menyebutkan bahwa usus itu menyerap zat gula yang bersifat mudah dicerna dalam waktu kurang dari 5 menit. Badan pun jadi terasa segar dan hilanglah kekurangan zat gula dan cairan. Sebab, gula darah dalam tubuh akan menurun pada saat berpuasa, sehingga terkadang menyebabkan rasa lapar dan terkadang agak lemas. Kondisi ini akan cepat hilang bila makan makanan mengandung zat gula.” Pakar lainnya mengatakan, “Alasan berbuka dengan air, sebab ketika berpuasa badan mengalami semacam kekeringan. Bila dibasahi dengan air, maka tubuh akan lebih sempurna dalam memfungsikan makanan.” Semoga shalawat dan salam senantiasa Allah limpahkan kepada Nabi kita yang mengasihi dan menyayangi umatnya. Termasuk amalan sunnah, orang yang berpuasa hendaknya berdoa ketika berbuka puasa. Ada anjuran dalam hal ini dari Rasulullah SAW. Beliau bersabda: “Ada tiga orang yang tidak ditolak doanya; orang yang berpuasa sampai berbuka, imam yang adil, dan orang yang dianiaya.” (HR. Thabrani) Rasulullah SAW juga bersabda, “Ada tiga doa yang dikabulkan; doa orang berpuasa, doa orang yang dianiaya, dan doa orang yang bepergian.” Rasulullah SAW bersabda, “Ada tiga doa yang tidak ditolak; doa orang tua untuk anaknya, doanya orang yang berpuasa, dan doanya orang yang bepergian.” Termasuk amalan sunnah, orang yang berpuasa hendaknya berdoa dengan doa yang diwariskan dari Nabi SAW. Ketika berbuka puasa, beliau berdoa: “Telah hilang rasa dahaga, telah basah kerongkongan, dan tetaplah pahalanya insya Allah.” (HR. Abu Dawud) Seorang muslim hendaknya berusaha mengajak orang lai untuk berbuka puasa bersamanya. Ada sebuah riwayat, bahwa Nabi SAW bersabda, “Barangsiapa memberi makanan berbuka kepada orang yang puasa, atau menyiapkan perbekalan seorang pejuang, maka ia akan mendapatkan pahala seperti pahala mereka.” Rasulullah SAW juga bersabda: “Barangsiapa memberi makanan berbuka kepada orang yang puasa, maka ia memperoleh pahala seperti pahala orang yang berpuasa, tanpa mengurangi sedikit pun pahala orang yang berpuasa itu.” (HR. Ahmad) Sebab itu, kita semua harus memiliki obsesi untuk segera berbat kebaikan. Pasalnya, dagangan Allah itu mahal. Kami memohon kepada-Mu; ya Allah, jadikanlah kami dan saudara-saudara sesama muslim termasuk orang-orang yang menunaikan puasa Ramadhan atas dasar iman dan mengharap pahala. Jadikanlah amal kami yang terbaik sebagai penutup hidup kami dan hari-hari terbaik kami adalah saat bertemu dengan-Mu. Sebagai catatan, bahwa sebuah ibadah harus memenuhi dua syarat utama, yaitu ikhlas kepada Allah dan mengikuti petunjuk Rasul SAW. Allah SWT berfirman: “Maka sembahlah Allah dengan memurnikan ibadat kepada-Nya, meskipun orang-orang kafir tidak menyukai(nya).” (QS. Al-Mukmin [40]: 14) “Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah…” (QS. Al-Hasyr [59]: 7) Dalam beribadah, hendaknya seorang muslim meneladani Nabi SAW baik dalam perkataan maupun amal perbuatan, dan ikhlas hanya untuk Allah semata. Setelah kami sebutkan itu semua, alangkah baiknya kalau dalam kesempatan ini kami sebutkan beberapa perkara yang sangat penting bagi seorang muslim yang giat agar puasanya sesuai dengan puasa Nabi SAW.
  • 7. FREE DOWNLOAD: E-BOOK, SOFTWARE ISLAM KOMPUTER HANDPHONE, CERAMAH, VIDEO WWW.ISLAMTERBUKTIBENAR.NET KEWAJIBANMU YANG DIBEBANKAN ATASMU HANYALAH MENYAMPAIKAN. QS.16:82 KEWAJIBANMU HANYALAH MENYAMPAIKAN. QS.3:20, QS.42:48 SEKALI-KALI KAU TAK KAN SAMPAI PADA KEBAJIKAN HINGGA KAU NAFKAHKAN HARTA DI JALAN ALLAH. QS.3 ALI IMRAN:19, 61 SHAFF:10-12, 47 HUJURAAT:15 BERBAGAI KESALAHAN ORANG BERPUASA 1. Tetap Makan Sahur Sampai mendengar Lafazh Adzan: Hayya ‘Alash Shalah Sebagian orang bila mendengar muadzin mengumandangkan adzan shalat Subuh, mereka baru bangun tidur untuk makan dan minum. Bila ANda menasihati dan menjelaskan bahwa itu salah, mereka akan menjawab bahwa ahal itu dibolehkan sampai muadzin mengucapkan: Hayya’alash shalah. Bila muadzin mengucapkan kalimat itu, maka makan dan minum tidak dibolehkan lagi. Pendapat ini tentu membutuhkan dalil yang shahih. Setelah kami teliti dan tanyakan, bahwa hal itu tidak ada dalilnya. Bahkan, itu hanyalah perbuatan yang dianggap baik oleh sebagian orang dan bertolak berdasarkan sabda Nabi SAW: “Barangsiapa mengada-adakan perkara baru dalam urusan (agama) kami yang bukan berasal darinya, maka itu tertolak.” (HR. Bukhari dan Muslim) Dalam lafal riwayat yang lain: “Barangsiapa mengerjakan suatu amalan yang bukan atas dasar perintah kami, maka itu tertolak.” (HR. Muslim) Nash Al-Quran dan As-Sunnah telah menetapkan batasan imsak, yaitu ketika telah terang benang putih dari benang hitam, yaitu fajar. Bila fajar telah diketahui, maka orang yang sahur hendaklah meninggalkan makan dan minum. Inilah yang benar. Allah SWT berfirman, “…dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar.” (QS. Al-Baqarah [2]: 187). Nabi SAW bersabda, “Sesungguhnya, Bilal mengumandangkan adzan pada malam hari. Maka, makan dan minumlah hingga Ibnu Ummi Maktum mengumandangkan adzan (Subuh).” (HR. Bukhari). Ibnu Ummi Maktum adalah sahabat yang buta. Ia tidak akan mengumandangkan adzan sebelum ada orang yang mengatakan kepadanya, “Waktu Subuh telah tiba. Waktu Subuh telah tiba.” Dari ayat dan hadits di atas, jelaslah bahwa batasan imsak itu adalah terbutnya fajar, sedangkan adzan hanya sebagai pemberitahuan hal itu. Maka, saat muadzin mulai mengumandangkan adzan, berarti waktu imsak telah masuk. Jadi, waktu imsak itu bukan dibatasi pada ucapan muadzin: Hayya’alash shalah. 2. Makan Sahur lebih Awal Kesalahan lain yang dilakukan oleh orang yang puasa adalah bersegera makan sahur pada awal waktu. Ini merupakan tindakan menyia-nyiakan pahala yang banyak. Sebab, menurut As-Sunnah, seorang muslim hendaknya mengakhirkan makan sahur agar mendapatkan pahala sebab mencontoh Nabi SAW. Anas meriwayatkan dari Zaid bin Tsabit, ia berkata, “Kami pernah makan sahur bersama Nabi. Setelah itu, beliau bangkit menuju shalat. Aku (Anas) bertanya, ‘Berapa lama waktu antara adzan dan makan sahur?’ Zaid bin Tsabit menjawab, ‘Kira-kira selama bacaan 50 ayat’.” HR. Bukhari dan Muslim) 3. Sengaja Minum Saat Adzan Subuh Kesalahan lain terkait dengan puasa, sengaja minum saat adzan Subuh kedua yang dilakukan sebagian orang. Menjelang adzan dikumandang, Anda melihatnya hanya duduk santai. Namun, saat muadzin mulai mengumandangkan adzan, ia justru bergegas untuk mengambil air dan meminumnya. Bila diingatkan, ia menjawab, “Aku boleh makan dan minum sampai adzan selesai.” Dengan perbuatannya itu, ia telah merusak puasanya, terutama bila muadzin teliti dalam melihat jadwal adzan. Allah Ta’ala telah mensyariatkan waktu imsak ketika masuk waktu Subuh dengan firman-Nya, “…dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar.” (QS. Al-Baqarah [2]: 187). Nabi SAW bersabda, “Sesungguhnya, Bilal mengumandangkan adzan pada malam hari. Maka, makan dan minumlah hingga Ibnu Ummi Maktum mengumandangkan adzan (Subuh).” (HR. Bukhari- Muslim). Kata hatta dalam ayat dan hadits di atas berarti masuk, maksudnya kalian boleh makan dan minum sampai waktu Subuh. Hanya saja, ada permasalahan yang harus dijelaskan beraitan dengan hal ini. Yaitu, seorang muslim boleh minum air di gelas yang telah berada di tangannya saat muadzin mengumandangkan adzan. Ini berdasarkan sabda Nabi SAW: “Bila salah seorang di antara kalian mendengar seruan adzan, sedangkan gelas minuman masih di tangannya, maka janganlah ia meletakkannya sebelum melaksanakan keinginannya untuk minum.” (HR. Abu Dawud, Ibnu Jarir, Hakim, Baihaqi, dan lainnya. Hadits ini memiliki banyak penguat) Perlu ditambahkan juga terkait hal ini, bahwa seorang muslim masih dibolehkan makan dan minum setelah adzan bilamana muadzin mengumandangkan adzan sebelum waktunya. Adzan tersebut tidak berlaku, sehingga orang yang puasa tidak diharamkan dari apa pun yang dibolehkan oleh Allah baginya di watu ifthar. Shalat Subuh juga tidak dianjurkan untuk segera dilaksanakan sebab waktunya belum masuk.
  • 8. 100 AGAMA TAK BERARTI ADA 100 TUHAN, TUHAN TETAP 1 TURUNKAN AGAMA PUN CUMA 1 WWW.ISLAMTERBUKTIBENAR.NET ISLAM TAK KAN BANGKIT SELAMA UMAT MASIH BANYAK RAGU TAK DAPAT BUKTIKAN ISLAM SEBAGAI SATU-SATUNYA AGAMA YANG TERBUKTI BENAR ISLAM PUN TAK KAN BANGKIT SELAMA UMAT CINTA DUNIA SERTA TIDAK MENCINTAI ALLAH RASUL MELEBIHI SEGALANYA. QS.9:24, 33:6, 9:120, 9:15 Syaikhul Islam mengatakan, “Bila Muadzin mengumandangkan adzan sebelum fajar terbit, sebagaimana Bilal mengumandangkan adzan sebelum fajar pada masa Nabi dan adzannya para muadzin di Damaskus dan kota lainnya, maka makan dan minum setelah itu tidak ada masalah dengan waktu secukupnya.” Syaikh Ibnu Utsaimin mengatakan, “Adzan shalat Subuh, baik setelah terbit fajar atau sebelumnya, jika dikumandangkan setelah terbit fajar, maka orang yang sahur wajib berhenti makan dan minum dengan sekedar mendengar adzan saja. Sebab, Nabi SAW bersabda, “Sesungguhnya, Bilal mengumandangkan adzan pada malam hari, maka makan dan minumlah sampai kalian mendengar adzan Ibnu Ummi Maktum. Dia tidak mengumandangkan adzan kecuali fajar telah terbit.” (HR. Bukhari-Muslim). Jika kalian mengetahui bahwa muadzin mengumandangkan adzan setelah terbit fajar Subuh, maka berhentilah makan dan minum ketika mendengar adzan itu.” Syaikh Abdul Aziz bin Baz mengatakan saat menjawab masalah ini dan hal- hal yang berkaitan dengannya, “Seorang mukmin yang berpuasa wajib menahan diri dari makan dan minum serta lainnya bila terbitnya fajar sudah ia ketahui. Itu dalam puasa wajib, seperti; puasa Ramadhan, puasa nadzar, dan puasa kafarat. Hal ini berdasarkan firman Allah SWt: “…dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar, lalu sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam.” (QS. Al-Baqarah [2]: 187). Selain itu, bila ia mendengar adzan dan mengetahui bahwa itu adzan Subuh, maka ia wajib berhenti dari makan dan minum. Bila muadzin mengumandangkan adzan sebelum terbit fajar atau setelahnya, maka yang utama dan selamat adalah berhenti makan dan minum bila telah mendengarnya. Tidak ada masalah, seandainya seseorang minum atau makan sekedarnya ketika terdengar adzan, sebab ia tidak mengetahui terbitnya fajar. Telah diketahui bersama bahwa masyarakat yang tinggal di tengah-tengah kota yang terdapat banyak cahaya listrik, mereka tidak bisa mengetahui terbitnya fajar dengan mata kepalanya sendiri pada waktu tersebut. Namun, ia hendaknya berhati-hati dalam menggunakan jadwal adzan dan kalender waktu yang membatasi terbitnya fajar dengan jam dan menit, sebagai bentuk pengamalan sabda Nabi SAW: “Tinggalkanlah sesuatu yang meragukanmu kepada sesuatu yang tidak meragukanmu.” (HR. Bukhari) Juga sabda beliau, “Barangsiapa menjauhi sesuatu yang samar (syubhat), berarti ia telah menjaga agama dan kehormatannya.” (HR. Bukhari dan Abu Dawud). Hanya Allah sebagai pelindung dan pemberi taufiq.” 4. Memajukan Waktu Adzan Subuh Kesalahan lain yang berkaitan dengan puasa adalah adzan Subuh beberapa saat sebelum waktunya yang dilakukan sebagian muadzin. Mereka menganggap bahwa itu merupakan bentuk kehati-hatian dalam beribadah. Perbuatan mereka ini sangat buruk. Mereka tidak berhak mendapatkan citra baik yang diberikan oleh Nabi SAW kepada muadzin, dengan sabda beliau: “Muadzin itu dipercaya.” (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi dari Abu Hurairah) Al-Hafizh Ibnu Hajar mengatakan, “Di antara bid’ah munkar yang diada- adakan pada zaman sekarang adalah mengumandangkan adzan kedua sebelum terbit fajar sekitar 1/3 jam dalam bulan Ramadhan. Demikian juga, mematikan lampu-lampu sebagai tanda larangan makan dan minum bagi siapa saja yang ingin berpuasa. Orang yang mengadakan bid’ah itu mengklaim bahwa itu untuk kehati-hatian dalam beribadah, dan hanya segelintir orang yang tahu hal itu. Perbuatan itu telah menyeret mereka untuk tidak mengumandangkan adzan kecuali beberapa menit setelah matahari terbenam untuk memantapkan waktu. Dengan keyakinan itu, mereka telah mengakhirkan buka puasa dan menyegerakan makan sahur. Mereka telah menyelisihi sunnah. Sebab itu, kebaikan mereka hanya sedikit, sedangkan keburukan mereka bertambah banyak. Hanya kepada Allah kita meminta pertolongan.” Di samping menyelisihi sunnah, memajukan waktu adzan juga menyebabkan seorang muslim terhalang untuk makan yang pada dasarnya itu masih dibolehkan oleh Allah baginya. Akibatnya, shalat sunah qabliyah dikerjakan sebelum waktunya. 5. Merasa Berdosa Sebab Lupa Makan dan Minum Saat Berpuasa Sebagian orang terkadang merasa berdosa sekali bila mengingat dirinya telah makan atau minum saat puasa sebab factor lupa. Ia bahkan merasa ragu terhadap keabsahan puasanya. Untuk masalah seperti ini dan semisalnya, perlu dikatakan, ahwa tidak ada dosa seberat biji sawi pun, dan puasa tersebut tetap sah, insya Allah. Hendaklah puasa tersebut tetap disempurnakan. Inilah pendapat yang benar. Nabi SAW bersabda: “Bila salah seorang dari kalian lupa, sehingga ia pun makan dan minum, maka hendaklah ia menyempurnakan puasanya. Allah telah memberinya makan dan minum.” (HR. Bukhari)
  • 9. FREE DOWNLOAD: E-BOOK, SOFTWARE ISLAM KOMPUTER HANDPHONE, CERAMAH, VIDEO WWW.ISLAMTERBUKTIBENAR.NET KEWAJIBANMU YANG DIBEBANKAN ATASMU HANYALAH MENYAMPAIKAN. QS.16:82 KEWAJIBANMU HANYALAH MENYAMPAIKAN. QS.3:20, QS.42:48 SEKALI-KALI KAU TAK KAN SAMPAI PADA KEBAJIKAN HINGGA KAU NAFKAHKAN HARTA DI JALAN ALLAH. QS.3 ALI IMRAN:19, 61 SHAFF:10-12, 47 HUJURAAT:15 Dalam hal ini, tidak ada bedanya apakah makanan dan minuman itu sedikit atau banyak. Ibnu hajar mengatakan, “Hadits tersebut mengandung makna kelembutan Allah kepada para hamba-Nya dan bentuk kemudahan bagi mereka, serta diangkatnya kesukaran dan kesempitan dari mereka.” Syaikh Muhammad bin Utsaimin ketika menjawab pertanyaan terkait masalah ini mengatakan, “Siapa saja yang makan atau minum saat berpuasa sebab lupa, maka puasanya tetap sah. Akan tetapi, bila ia teringat, maka ia harus berhenti dan mengeluarkan makanan atau minuman yang ada di mulutnya. Adapun, dalil sempurnanya puasa sebab lupa makan adalah hadits shahih yang disabdakan oleh Nabi SAW dan diriwayatkan Abu Hurairah: “Bila salah seorang dari kalian lupa, sehingga ia pun makan dan minum, maka hendaklah ia menyempurnakan puasanya. Allah telah memberinya makan dan minum.” (HR. Muslim) Sebab, lupa itu tidak menyebabkan seseorang dihukum sebab mengerjakan perbatan terlarang. Ini berdasarkan firman Allah yang menyebutkan orang yang meminta ampun akibat lupa, “Ya Rabb kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami khilaf.” (Al Baqarah [2]: 286). Allah pun menjawab, ‘Telah Aku ampuni’.” 6. Tidak mengingatkan Orang Lain yang Makan dan Minum Sebab Lupa Kesalahan lain yang berkaitan dengan puasa adalah sebagian orang membiarkan orang lain makan dan minum sebab lupa hingga ia menyelesaikannya. Orang yang mengetahui hal itu beranggapan bahwa bila orang yang lupa itu diingatkan, maka ia akan terhalang mendapatkan rezeki dari Allah. Orang tersebut tidak sadar kalau sikpanya itu merupakan sebuah kemunkaran dan menyetujui kemunkaran dengan kebodohannya. Di sini, kami akan menyampaikan fatwa Syaikh Abdul ziz bin Abdullah bin Baz yang berkaitan dengan permasalahan ini. Ada orang yang bertanya, “Sebagian orang mengatakan, ‘Bila Anda melihat seorang muslim berpuasa, lalu makan atau minum pada siang hari bulan Ramadhan sebab lupa, maka Anda tidak semestinya mngingatkannya. Sebab, Allah telah memberinya makan dan minum sebagaimana disebutkan dalam hadits. Apakah tindakan ini benar? Berilah kami fatwa, semoga Anda dibalas pahala.” Syaikh Ibnu Baz menjawab, “Siapa pun yang melihat orang berpuasa yang minum atau makan, atau menelan apa saja pada siang hari bulan Ramadhan, maka ia wajib mengingkarinya. Sebab, memperlihatkan makan dan minum pada siang hari bulan puasa adalah bentuk kemunkaran, meskipun pelakunya memiliki alasan dalam perkara itu. Tujuannya, agar orang-orang tidak akan berani terang-terangan melanggar larangan Allah, dengan makan dan minum pada siang hari bulan puasa dengan alasan lupa. Bila pelakunya memang jujur dalam hal klaim kelupaannya itu, maka ia tidak mengganti (mengadha’) puasanya itu. Hal ini berdasarkan sabda Nabi SAW, “Bila salah seorang dari kalian lupa, sehingga ia pun makan dan minum, maka hendaklah ia menyempurnakan puasanya. Allah telah memberinya makan dan minum.” (Muttafaqun’Alaih). Pun demikian dengan musafir, ia tidak boleh menampakkan makan dan minumnya di hadapan orang-orang yang tidak bepergian sebab mereka tidak mengetahui statusnya. Ia harus mencari tempat tertutup supaya tidak dituduh melanggar larangan Allah, juga agar orang lain tidak berani berbuat serupa. Orang-orang kafir juga sama, mereka dilarang memperlihatkan makan, minum dan semisalnya di hadapan kaum muslimin. Celah penyepelean ini harus ditutup rapat. Sebab, mereka dilarang menampakkan syi’ar agama mereka yang batil di hadapan kaum muslimin. Hanya Allah sebagai pelindung dan pemberi taufiq.” Kami sampaikan juga fatwa Syaikh Muhammad bin Utsaimin terkait masalah ini. Syaikh Utsaimin pernah ditanya tentang hukum makan dan minum sebab lupa, apakah orang yang melihat pelakunya wajib mengingatkan puasanya? Ia menjawab, “Siapa saja yang makan atau minum saat berpuasa sebab lupa, maka puasanya tetap sah. Akan tetapi, bila ia teringat, maka ia harus berhenti dan mengeluarkan makanan atau minuman yang ada di mulutnya. Adapun dalil yang menunjukkan kesempurnaan puasa sebab lupa makan adalah hadits shahih yang disabdakan Nabi SAW dan diriwayatkan Abu Hurairah, ‘Barangsiapa terlupa sedang ia berpuasa sehingga terlanjur makan dan minum, maka hendaklah ia menyempurnakan puasanya. Allah telah memberinya makan dan minum.’ (HR. Muslim).
  • 10. 100 AGAMA TAK BERARTI ADA 100 TUHAN, TUHAN TETAP 1 TURUNKAN AGAMA PUN CUMA 1 WWW.ISLAMTERBUKTIBENAR.NET ISLAM TAK KAN BANGKIT SELAMA UMAT MASIH BANYAK RAGU TAK DAPAT BUKTIKAN ISLAM SEBAGAI SATU-SATUNYA AGAMA YANG TERBUKTI BENAR ISLAM PUN TAK KAN BANGKIT SELAMA UMAT CINTA DUNIA SERTA TIDAK MENCINTAI ALLAH RASUL MELEBIHI SEGALANYA. QS.9:24, 33:6, 9:120, 9:15 Sebab, lupa itu tidak menyebabkan seseorang dihukum sebab mengerjakan perbuatan terlarang. Ini berdasarkan firman Allah yang menyebutkan orang yang meminta ampun akibat lupa, “Ya Rabb kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami khilaf.” (QS. Al- Baqarah [2]: 286). Allah pun menjawab, ‘Telah Aku ampuni.’ Adapun orang yang melihat orang makan dan minum saat berpuasa sebab lupa, maka ia wajib mengingatkannya. Sebab, ini termasuk mengubah kemunkaran. Nabi SAW bersabda: ‘Barangsiapa di antara kalian melihat kemunkaran, maka hendaklah ia mengubah dengan tangannya. Bila tidak mampu, maka hendaklah mengubah dengan lisannya. Bila tidak mampu, maka dengan hatinya.’ (HR. Muslim) Tidak diragukan lagi bahwa tindakan makan dan minum yang dilakukan oleh orang yang berpuasa adalah bentuk kemunkaran. Akan tetapi, pelakunya dimaafkan bila dalam kondisi lupa sebab memang tidak ada sangsi hukuman baginya. Adapun, orang yang melihat perbuatan itu, maka tidak ada alasan baginya untuk tidak mengingkarinya.” Berkaitan dengan masalah ini, Syaikh Ibnu Jibrin mengatakan, “Ada sebagian orang yang mengatakan, ‘Kami tidak akan mengingatkan orang yang lupa. Kami tidak akan menghentikan rezeki makanan dan minuman yang dikaruniakan oleh Allah kepadanya.’ Yang benar, orang yang melihat hendaknya mengingatkannya, sebab itu wajib hukumnya dan termasuk bentuk amar makruf nahi munkar. Hal yang sama juga berlaku, ketika seseorang melakukan sesuatu yang bisa membatalkan puasa selain makan dan minum sebab dianalogika dengan kedua hal tersebut.” 7. Mengakhirkan Adzan Maghrib Kesalahan lain yang berkaitan dengan muadzin pada bulan Ramadhan, ada sebagian orang tidak mengumandangkan adzan kecuali setelah kegelapan merata, dan tidak cukup hanya dengan terbenanmnya matahari saja. Mereka beranggapan bahwa itu merupakan sikap lebih berhati-hati dalam ibadah. Perbuatan ini termasuk menyelisihi sunnah. Sebab, menurut sunnah, hendaknya adzan dikumandangkan ketika matahari terbenam dengan smpurna, sedangkan acuan yang lain tidak dianggap. Allah Ta’ala berfirman: “…lalu sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam….” (QS. Al- Baqarah [2]: 187). Allah Ta’ala menjadikan batasan puasa dengan masuknya waktu malam. Sedangkan, masuknya waktu malam ditandai dengan terbenamnya matahari, sebagaimana sabda Nabi SAW: “Apabila waktu malam telah tiba dari sini dan waktu siang telah pergi dari sini dan matahari telah terbenam, maka orang yang puasa (boleh) berbuka.” (HR. Bukhari dan Muslim) Imam Muhammad bin Nashr Al-Marwazi, setelah menyebutkan ayat di atas, mengatakan, “Para ulama sepakat bahwa bila matahari telah terbenam, berarti telah masuk waktu malam dan orang yang puasa dibolehkan berbuka.” Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah pernah ditanya tentang terbenamnya matahari, apakah dibolehkan bagi orang yang puasa berbuka dengan sekedar melihat terbenamnya matahari? Syaikhul Islam menjawab, “Bila bulatan matahari seluruhnya telah terbenam, maka yang berpuasa boleh berbuka. Sedangkan, warna merah menyala yang masih terlihat di ufuk itu tidak perlu dianggap. Bila bulatan matahari seluruhnya telah sirna, maka akan tampak warna hitam di ufuk timur, sebagaimana sabda Nabi SAW, “Apabila waktu malam telah tiba dari sini dan waktu siang telah pergi dari sini dan matahari telah terbenam, maka orang yang puasa (boleh) berbuka,” 8. Mengakhirkan Berbuka Termasuk kesalahan yang banyak dilakukan kaum muslin adalah mengakhirkan buka puasa. Di sini ada dua kesalahan; pertama, hal itu pada mumnya akan menyebabkan terlambatnya pelaksanaan shalat Maghrib. Bahkan, terkadang bisa menyebabkan habisnya waktu shalat Maghrib secara keseluruhan. Ini tentu saja musibah yang besar dan lebih pahit. Sebab itu, seorang muslim harus segera buka puasa agar bisa shalat berjamaah bersama kaum muslimin. Kedua, mengakhirkan buka puasa berarti menyelisihi sunnah Nabi SAW dan menyerupai kaum yahudi dan nasrani. Hal ini dijelaskan oleh dalil-dalil berikut. Diriwayatkan dari Sahl bin Sa’ad, bahwa rasulullah bersabda, “Manusia senantiasa dalam kebaikan selama mereka menyegerakan berbuka.” (HR. Bukhari dan Muslim). Rasulullah SAW bersabda: “Umatku senantiasa di atas sunnahku selama tidak menunggu munculnya bintang-bintang untuk berbuka puasa.” (HR. Ibnu Hibban)
  • 11. FREE DOWNLOAD: E-BOOK, SOFTWARE ISLAM KOMPUTER HANDPHONE, CERAMAH, VIDEO WWW.ISLAMTERBUKTIBENAR.NET KEWAJIBANMU YANG DIBEBANKAN ATASMU HANYALAH MENYAMPAIKAN. QS.16:82 KEWAJIBANMU HANYALAH MENYAMPAIKAN. QS.3:20, QS.42:48 SEKALI-KALI KAU TAK KAN SAMPAI PADA KEBAJIKAN HINGGA KAU NAFKAHKAN HARTA DI JALAN ALLAH. QS.3 ALI IMRAN:19, 61 SHAFF:10-12, 47 HUJURAAT:15 Diriwayatkan dari Abu Darda’, ia berkata, “Ada tiga akhlak kenabian; menyegerakan berbuka puasa; mengakhirkan makan sahir; dan melatakkan tangan kanan di atas tangan kiri di dalam shalat.” HR. Thabarani, hadits Mauquf). Diriwayatkan dari Abu Hurairah, ia berkata: Rasulullah SAW bersabda: ‘Agama (Islam) ini akan senantiasa unggul selama pemeluknya mengerakan berbuka, sebab yahudi dan nasrani mengakhirkan (berbuka).” (HR. Ahmad dan Tirmidzi) Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan, “Ini merupakan dalil, bahwa kemenangan agama Islam yang didapatkan dengan mengerakan berbuka puasa itu sebab menyelisihi kaum yahudi dan nasrani. Bila menyelisihi mereka merupakan sebab kemenangan agama, sedangkan Allah mengutus para rasul agar agama yang hak dimenangkan-Nya terhadap semua agama, maka menyelisihi orang-orang yahudi dan nasrani termasuk tujuan terbesar diutusnya rasul.” 9. Tidak Bersiwak Setelah Matahari Condong ke Barat Kesalahan lain yang berkaitan dengan puasa adalah keengganan sebagian umat Islam bersiwak setelah matahari condong ke Barat. Mereka juga mengingkari orang yang bersiwak pada waktu tersebut. Di antara argument pengingkaran mereka bahwa bersiwak itu menghilangkan bau mulut, padahal di sisi Allah, bau mulut orang yang berpuasa lebih wangi dari minyak kasturi, sebagaimana yang tertera dalam sabda Nabi SAW: “Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, bau mulut orang puasa itu lebih wangi di sisi Allah daripada minyak kasturi.” (HR. Bukhari dan Muslim) Imam Asy-Syaukani mengisyaratkan dalam kitab Nailul Authar ketika menyebut perbedaan pendapat terkait bau mulut orang puasa, apakah itu terjadi di dunia atau di akhirat. Asy-sayukani mengatakan, “Perbedaan pendapat ini berakibat munculnya pendapat yang memakruhkan bersiwak bagi orang berpuasa.” Dalil lain yang mereka jadikan argumen adalah hadits yang diriwayatkan oleh Baihaqi, Ath-Thabrani, dan Daruquthni dari Ali secara mauquf serta dari Khabbab secara marfu’ bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Bila kalian puasa, maka bersiwaklah pada pagi hari dan jangan bersiwak pada sore hari. Sebab sesungguhnya, tidaklah kedua bibir orang puasa kering pada sore hari, kecuali akan menjadi cahaya antara kedua matanya pada hari kiamat.” Ini adalah hadits dha’if, marfu’, dan mauquf. Hadits ini dinyatakan lemah oleh Al-‘Iraqi, Ibnu Hajar, dan Asy-Syaukani.” Orang yang enggan bersiwak saat matahari telah condong ke Barat atau sore hari, berdalil dengan riwayat yang berasal dari Abu Hurairah yang berkata, “Kamu boleh bersiwak sampai waktu Ashar. Bila kamu telah shalat (Ashar), maka tinggalkan siwak itu. Sesungguhnya, aku pernah mendengar Rasulullah SAW pernah bersabda, ‘…bau mulut orang puasa itu lebih wangi di sisi Allah…” (HR. Daruquthni).” Asy-Syaukani berkata, “Perkataan Abu Hurairah selain konteksnya tidak menunjukkan sebuah permintaan tidak bisa dijadikan hujjah sebab di dalam sanadnya terdapat Umar bin Qais. Ia tidak dipakai haditsnya. Pendapat yang benar, bersiwak itu disunnahkan bagi orang yang puasa, baik pada pagi maupun sore hari. Inilah pendapat jumhur ulama.” Dalil yang menunjukkan bolehnya bersiwak adalah keumuman sabda Nabi SAW: “Seandainya aku tidak memberatkan umatku, niscaya aku perintahkan mereka bersiwak setiap kali akan shalat.” (Muttafaqun’Alaih) Imam Bukhari mengatakan, “Nabi SAW tidak memberikan kekhusukan bagi orang yang puasa dari yang lain.” Nabi SAW juga bersabda: “Siwak itu pembersih mulut dan diridhai Rabb.” Dalil yang menguatkan pendapat di atas adalah riwayat yang dikeluarkan oleh Ath Thabrani dengan sanad yang dinyatakan bagus oleh Ibnu Hajar. Disebutkan dari Abdurrahman bin Ghanmin, ia berkata, “ku bertanya kepada Mu’adz bin Jabal, ‘Apakah aku mesti bersiwak saat aku puasa?’ ia menjawab, ‘Ya’. ‘Kapan waktunya?’ tanyaku. ‘Sesukamu, pagi atau sore,’ jawabnya. Aku bertanya lagi, ‘Orang-orang enggan bersiwak di sore hari. Mereka berkata bahwa Rasulullah bersabda, ‘Bau mulut orang puasa itu lebih wangi di sisi Allah daripada minyak katsuri?’ Ia menjawab, ‘Subhanallah, beliau telah memerintahkan mereka bersiwak, sedang beliau mengetahui bahwa orang puasa itu pasti bau mulutnya tidak sedap, meski ia bersiwak. Orang yang menyuruh orang lain agar dengan sengaja membuat bau mulutnya tidak sedap, maka tidak ada kebaikannya sama sekali, bahkan yang ada adalah keburukan. Kecuali, bila orang tersebut sedang diuji dengan mendapat musibah dan tidak mendapatkan jalan keluarnya sama sekali’.
  • 12. 100 AGAMA TAK BERARTI ADA 100 TUHAN, TUHAN TETAP 1 TURUNKAN AGAMA PUN CUMA 1 WWW.ISLAMTERBUKTIBENAR.NET ISLAM TAK KAN BANGKIT SELAMA UMAT MASIH BANYAK RAGU TAK DAPAT BUKTIKAN ISLAM SEBAGAI SATU-SATUNYA AGAMA YANG TERBUKTI BENAR ISLAM PUN TAK KAN BANGKIT SELAMA UMAT CINTA DUNIA SERTA TIDAK MENCINTAI ALLAH RASUL MELEBIHI SEGALANYA. QS.9:24, 33:6, 9:120, 9:15 Aku bertanya lagi, ‘Apakah debu akibat berjuang di jalan Allah akan dibalas dengan pahala, yaitu bagi orang yang dipaksa keuar ke sana dan tidak mendapatkan jalan keluar darinya?’ Ia menjawab, ‘Benar. Adapun, orang yang sengaja melemparkan dirinya ke dalam kebinasaan, maka ia tidak mendapatkan pahala’.” Syaikh Ibnu Utsaimin berkata, “Orang yang puasa tidak batal puasanya hanya dengan bersiwak. Bahkan, siwak adalah sunnah baginya dan bagi selainnya di setiap waktu, baik pagi atau sore hari.” 10. Merasa Tertekan Sebab di Pagi Hari Dalam Kondisi Junub Kesalahan lain adalah perasaan sangat tertekan yang dialami oleh sebagian umat Islam bila bangun pagi dalam kondisi junub. Kepada mereka, perlu disampaikan, “Tidak ada dosa atas kalian. Sempurnakanlah puasa kalian. Sebab, Nabi SAW pernah mendapatkan waktu Subuh dalam keadaan Junub. Lalu, beliau mandi dan puasa.” Syaikh Abdul Aziz bin Baz pernah ditanya tentang orang yang puasa yang mimpi basah siang hari bulan Ramadhan; apakah puasanya batal atau tidak dan apakah ia wajib segera mandi. Ia menjawab, “Mimpi basah tidak membatalkan puasa. Sebab, itu bukan atas kemauan orang puasa. Hendaknya ia mandi janabat bila ia mendapati air mani pada dirinya. Seandainya ia mimpi basah setelah shalat Subuh dan mengakhirkan mandi sampai waktu Zhuhur, maka hal tersebut tidaklah mengapa. Pun demikian, seandainya ia menggauli istrinya pada malam hari dan baru mandi setelah terbit fajar, maka tidak ada dosa atasnya. Ada riwayat shahih dari Nabi SAW bahwa pada waktu Subuh beliau pernah junub sebab bersetubuh, lalu beliau mandi dan berpuasa. Wanita yang sedang haid atau nifas juga sama, seandainya keduanya telah suci pada malam hari dan baru mandi setelah terbit fajar, maka tidak ada dosa atas mereka, dan puasanya tetap sah. Akan tetapi, keduanya tidak boleh mengakhirkan mandi atau shalat sampai terbitnya matahari. Mereka harus segera mandi sebelum terbit matahari, sehingga mereka bisa menunaikan shalat tepat waktunya. Seorang lelaki harus segera mandi janabat sebelum waktu shalat Subuh, sehingga ia bisa melaksanakan shalat dengan berjamaah. Wallahu waliyyut taufiq.” Terkait masalah ini, Syaikh Muhammad bin Utsaimin mengatakan, “Bila fajar telah terbit, maka puasa orang yang sedang junub tetap sah dan tidak ada masalah dengannya. Dalil mengenai ini ada dalam Al-Quran dan As-Sunnah. Adapun dalil dari Al-Quran adalah firman Allah Ta’ala: “Maka sekarang campurilah mereka dan ikutilah apa yang telah ditetapkan Allah untukmu, dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar…” (QS. Al-Baqarah [2]: 187) Allah menghalalkan bersetubuh pada malam hari sampai fajar tampak jelas. Ini berkonsekuensi bahwa orang itu tidak mandi kecuali setelah terbit fajar. Sebab, bila perbuatan ini dibolehkan untuknya sampai terbit fajar, maka ia akan tetap dalam kondisinya sampai akhir malam yang singkat itu, dan pasti mandinya akan dilakukan setelah terbit fajar. Adapun dalil dari As-Sunnah dalah riwayat yang shahih dari Nabi SAW bahwa beliau pernah dalam keadaan junub pada waktu pagi dan beliau pun berpuasa. Akan tetapi, yang utama bagi orang yang junub hendaklah segera mandi agar ia dalam kondisi suci. Bila itu tidak mungkin, maka hendaklah ia berwudhu, sebab wudhu dapat meringankan janabat. Nabi SAW pernah ditanya tentang orang yang tidur dalam kondisi junub. Beliau menjawab, “Bila ia telah wudhu, silakan tidur.” (HR. Bukhari). Ini merupakan dalil bahwa wudhu bisa meringankan janabat, juga sebagai dalil bahwa seseorang itu semestinya tidur dalam keadaan suci. Bisa jadi suci secara sempurna yaitu dengan mandi atau suci yang meringankan yaitu dengan berwudhu. 11. Mengharamkan Hubungan Biologis di Bulan Ramadhan Kesalahan lain terkait bulan Ramadhan adalah kasak-kusuk yang menyebar di kalangan kaum muslimin tentang haramnya bersetubuh dengan istri pada malam bulan Ramadhan. Mereka menolak pendapat yang membolehkannya. Penolakan ini batal dan tidak perlu dipedulikan. Allah Ta’ala berfirman. “Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan puasa bercampur dengan isteri-isteri kamu; mereka adalah pakaian bagimu, dan kamupun adalah pakaian bagi mereka…” (QS. AL-Baqarah [2]: 187) Ini merupakan dalil yang tegas tentang dibolehkannya menyetubuhi istri pada malam hari bulan puasa. Siapa pun yang menyelisihi hal ini, maka ia telah mengucapkan suatu perkataan yang munkar dan dusta. Adapun, riwayat yang dinukil dari sebagian salaf bahwa mereka tidak menyetubuhi istri-istri mereka pada malam bulan Ramadhan bila itu memang shahih dari mereka, itu bisa jadi sebab mereka tidak ada waktu untuk itu, baik
  • 13. FREE DOWNLOAD: E-BOOK, SOFTWARE ISLAM KOMPUTER HANDPHONE, CERAMAH, VIDEO WWW.ISLAMTERBUKTIBENAR.NET KEWAJIBANMU YANG DIBEBANKAN ATASMU HANYALAH MENYAMPAIKAN. QS.16:82 KEWAJIBANMU HANYALAH MENYAMPAIKAN. QS.3:20, QS.42:48 SEKALI-KALI KAU TAK KAN SAMPAI PADA KEBAJIKAN HINGGA KAU NAFKAHKAN HARTA DI JALAN ALLAH. QS.3 ALI IMRAN:19, 61 SHAFF:10-12, 47 HUJURAAT:15 sebab keseriusan mereka dalam beribadah maupun sebab sedang tidak berhasrat untuk itu pada waktu tersebut. Jadi, mereka meninggalkan perbuatan itu, tidak lantas mereka memandang bersetubuh itu haram. 12. Melarang Anak Perempuan yang Masih Kecil untuk Puasa Kesalahan lain terkait bulan Ramadhan adalah pengingkaran sebagian kaum muslimin terhadap anak perempuan mereka yang sebenarnya ingin berpuasa. Mereka berargumen bahwa anak perempuan yang masih kecil tidak diwajibkan puasa, dan yang diwajibkan adalah remaja putrid yang sudah haid. Anak itu ingin berpuasa sebab merasa sudah mukallaf, lalu keluarganya melarangnya dengan argumen bahwa ia masih kecil, tanpa terlebih dulu menanyainya tentang datangnya haid. Kita sampaikan di sini fatwa Syaikh Jibrin Hafizhahullah, ketika ditanya tentang batasan waktu wajibnya puasa bagi anak perempuan. Syaikh menjawab, “Seorang anak perempuan wajib puasa ketika telah sampai usia taklif (mendapat beban kewajiban syari’at) dan sudah balig, yaitu usia sekitar 15 tahun, atau bulu di sekitar kemaluan telah tumbuh, atau telah mimpi basah, atau mengalami haid, atau hamil. Kapan pun salah satu dari tanda itu ada, maka ia wajib puasa meski masih berusia 10 tahun. Kebanyakan perempuan mengalami haid pada usia 10 atau 11 tahun. Keluarganya terkadang meremehkannya dan menyangka bahwa putrinya masih kecil, jadi tidak wajib puasa. Ini adalah kesalahan. Perempuan bila telah haid, berarti telah menginjak usia dewasa dan dibebani kewajiban syari’at. Wallahu a’lam.” 13. Merasa Berat Menggunakan Inai Pada Saat Puasa Kesalahan lain terkait bulan Ramadhan yang diyakini sebagian wanita muslimah adalah merasa berat untuk menggunakan inai pada bulan puasa. Syaikh Utsaimin pernah ditanya tentang larangan menggunakan inai di rambut pada saat puasa, apakah itu memang membatalkan puasa? Syaikh menjawab dengan pernyataannya, “Pendapat itu tidak benar. Menggunakan inai pada saat puasa tidaklah membatalkan puasa dan tidak memberi pengaruh apa- apa padanya. Itu seperti halnya celak, tetes telinga, ataupun tetes mata. Semuanya tidak membahayakan orang yang puasa dan tidak membatalkannya.” 14. Enggan Mencicipi Makanan Sebagian wanita terkadang merasa enggan untuk mencicipi makanan sebab takut akan membatalkan puasa. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan bila memang tidak menelan makanan sedikit pun. Ibnu Abbas berkata, “Tidak mengapa mencicipi makanan di periuk atau sesuatu apapun.” Imam Bukhari membuat bab dengan judul bab Ightisalush Sha’im (Mandinya Orang yang Sedang Berpuasa). Ibnu Hajar mengatakan, “Kesesuaian pernyataan itu dengan pembahasan ini adalah berdasarkan metode al-fahwa (subtansi). Bila memasukkan makanan ke dalam mulut dan mencicipinya tidak membatalkan puasa dan itu lebih dekat kepada tindakan menelan, maka sampainya air ke kulit tubuh itu lebih utama (tidak membatalkan puasa).” Syaikh Abdullah bin JIbrin pernah ditanya, apakah boleh tukang masak mencicipi makanan untuk meyakinkan keleztannya, padahal ia sedang puasa? Syaikh menjawab dengan redaksi sebagai berikut, “Tidak mengapa orang yang berpuasa mencicipi makanan sebab satu keperluan. Yakni, dengan cara meletakkan makanan itu di ujung lidahnya untuk mengetahui rasa manis dan asinnya, atau sebaliknya. Akan tetapi, jangan menelannya meski hanya sedikit. Makanan yang dicicipi itu hendaknya dibuang atau dikeluarkan dari mulutnya. Tindakan ini tidak akan membatalkan puasanya, insya Allah.” 15. Wanita yang Tidak Menyempurnakan Shalat Fardhu Kesalahan yang terkait dengan wanita, bahwa dirinya bila masuk masjid mendapati imam dan telah tertinggal satu atau dua raka’at, maka ia ikut salam bersama imam dan tidak mengganti raka’at yang ketinggalan. Kasus semacam ini pada umumnya terjadi pada bulan Ramadhan pada waktu shalat Tarawih. Yang benar dalam masalah ini, hendaknya wanita itu menyempurnakan raka’at yang tertinggal bersama imam. Ini berdasarkan sabda Nabi SAW: “Keadaan apa pun yang kamu dapati, maka shalatlah. Dan, (raka’at) yang terluput darimu, maka sempurnakanlah.” (HR. Bukhari dan Muslim). Dalam riwayat lain disebutkan: “Maka, gantilah.” Hadits ini bersifat umum dan berlaku bagi laki-laki dan perempuan. Maka, seorang wanita bila masuk masjid dan telah tertinggal satu raka’at atau lebih, maka hendaknya ia menunggu sampai imam menyempurnakan salamnya, lalu ia berdiri untuk mengganti raka’at yang ketinggalan. Dengan demikian shalatnya menjadi sempurna. 16. Sucinya Wanita Nifas Sebelum genap 40 Hari dan Tidak Berpuasa Ataupun Shalat
  • 14. 100 AGAMA TAK BERARTI ADA 100 TUHAN, TUHAN TETAP 1 TURUNKAN AGAMA PUN CUMA 1 WWW.ISLAMTERBUKTIBENAR.NET ISLAM TAK KAN BANGKIT SELAMA UMAT MASIH BANYAK RAGU TAK DAPAT BUKTIKAN ISLAM SEBAGAI SATU-SATUNYA AGAMA YANG TERBUKTI BENAR ISLAM PUN TAK KAN BANGKIT SELAMA UMAT CINTA DUNIA SERTA TIDAK MENCINTAI ALLAH RASUL MELEBIHI SEGALANYA. QS.9:24, 33:6, 9:120, 9:15 Kesalahan lain yang terkait dengan wanita, bahwa sebagian mereka pada saat nifas telah suci sebelum genap 40 hari, mereka enggan mengerjakan shalat dan puasa sebelum genap 40 hari. Ini adalah kesalahan. Yang benar, kapan pun darah nifas telah berhenti dari orang perempuan pada saat-saat tersebut meski belum genap 40 hari, maka ia harus mandi lalu menunaikan shalat dan puasa, bila itu pada bulan puasa. Imam Tirmidzi mengatakan, “Para ulama dari kalangan sahabat Nabi SAW, tabi’in dan orang-orang sesudah mereka telah sepakat bahwa perempuan nifas itu meninggalkan shalat selama 40 hari, kecuali bila dirinya telah suci sebelum batas waktu itu, maka ia harus mandi dan shalat. Apabila ia masih melihat darah setelah genap 40 hari, maka mayoritas ulama berpendapat bahwa ia tetap mengerjakan shalat setelah 40 hari itu tersebut. Inilah pendapat mayoritas ahli fikih. Pendapat inilah yang dipegang oleh Sufyan Ats-Tsauri, Ibnu Mubarak, Syafi’i, Ahmad, dan Ishaq.” Syaikh Abdul Aziz bin Baz pernah ditanya, “Apakah seorang perempuan nifas boleh berpuasa, shalat, dan haji sebelum genap 40 hari, namun telah suci? Syaikh menjawab, “Ya, ia boleh berpuasa, shalat, haji, umrah, serta suaminya halal menyetubuhinya saat belum genap 40 hari namun ia telah suci. Seandainya ia telah suci pada hari ke 20, maka ia mesti mandi, shalat, puasa serta halal disetubuhi suaminya.” Adapun riwayat dari Utsman bin Abil Ash bahwa ia memakruhkan hal itu, maka kemakruhan tersebut ditafsirkan sebagai makruh tanzil. Artinya, itu adalah ijtihadnya semoga Allah merahmati dan meridhainya yang tidak ada dalilnya.” Pendapat yang benar, tidak ada dosa dalam hal itu bila wanita tersebut telah suci sebelum genap 40 hari. Sucinya itu sah. Bila darah nifas itu keluar lagi dalam rentang waktu 40 hari itu, maka menurut pendapat yang benar, itu dianggap nifas dalam selang waktu 40 hari. Akan tetapi, puasanya, shalatnya, dan hajinya yang dikerjakan saat suci sebelum 40 hari itu, seluruhnya sah. Tidak sedikit pun yang hilang percuma selama itu dikerjakan pada waktu suci.” Syaikh Ibnu Jibrin mengatakan, ketika menjawab pertanyaan terkait masalah ini, “Kapan saja wanita nifas telah suci dan kelihatan tandanya yang telah dikenal, yaitu cairan putih atau cairan jernih sempurna, maka ia harus shalat dan puasa meskipun itu ada setelah persalinan selang sehari atau seminggu. Jadi tidak ada batasan minimalnya bagi wanita nifas. Beberapa wanita memang tidak mendapati darah sama sekali setelah persalinan. Jadi, batasan sampai 40 hari itu bukan sebuah syarat.” Kesimpulannya, bahwa wanita nifas bila darah nifasnya telah berhenti sebelum genap 40 hari, maka ia harus shalat, puasa, dan ia halal disetubuhi suaminya. Namun, bila darah keluar kembali dalam masa 40 hari itu, maka menurut pendapat yang benar, darah itu adalah darah nifas. Sehingga, ia tidak boleh mengerjakan puasa, shalat, dan bersetubuh. Bila darah nifas tetap keluar setelah 40 hari, maka menurut pendapat yang benar, itu merupakan darah istihadhah, yang tidak ada hukumnya. Kecuali bila darah itu bertepatan dengan masa haidnya, maka ia adalah darah haid. Imam Ahmad mengatakan, “Darah yang keluar setelah 40 hari, bila sebelumnya ia mengetahui bahwa itu kebiasaan hari-hari haidnya, maka itu adalah darah haid. Bila ia belum tahu bahwa itu kebiasaan hari-hari haidnya, maka itu adalah darah istihadhah. Degan darah istihadhah ini, seorang wanita harus shalat dan puasa, dan tidak mengulang puasa.” 17. Wanita yang Telah Suci dari Haid Sebelum Waktu Fajar Namun Belum Mandi besar Ada sebagian wanita yang apabila telah suci dari masa haidnya menjelang fajar dan belum memungkinkan untuk mandi sebab sempitnya waktu, maka ia tidak mengerjakan puasa dengan alasan bahwa waktu Subuh telah masuk, sedangkan dirinya belum mandi dari haidnya. Ketika Syaikh Ibnu Jibrin hafizhahullah ditanya tentang wanita yang telah suci tepat setelah waktu fajar, apakah ia harus berhenti makan dan berpuasa pada hari itu. Bila ia puasa pada hari itu, apakah puasanya dianggap sah atau tidak, sehingga wajib mengganti (mengqadha’) kewajiban puasa pada hari itu? Syaikh menjawab, “Bila darah telah berhenti pada waktu terbit fajar atau sesaat sebelumnya (lalu ia puasa), maka puasanya tetap sah, dan mencukupi kewajiban meskipun baru mandi setelah masuk waktu Subuh.” Syaikh Ibnu Utsaimin berkata, “Bila perempuan telah suci pada malam hari bulan Ramadhan, meski sucinya itu tepat sesaat sebelum fajar, maka ia wajib berpuasa sebab ia termasuk orang yang wajib puasa. Tidak ada sesuatu pun yang menghalanginya. Ia wajib berpuasa dan puasanya sah ketika itu, meskipun belum mandi kecuali setelah terbit fajar. Ini seperti halnya orang junub yang berpuasa dan belum mandi kecuali setelah terbit fajar, maka puasanya sah berdasarkan riwayat Aisyah, “Nabi SAW pernah ketika waktu Subuh dalam keadaan junub sebab bersetubuh, dan bukan sebab mimpi basah, lalu beliau puasa Ramadhan.” (Muttafaqun’Alaih). Hukum wanita nifas itu seperti halnya hukum wanita haid.”
  • 15. FREE DOWNLOAD: E-BOOK, SOFTWARE ISLAM KOMPUTER HANDPHONE, CERAMAH, VIDEO WWW.ISLAMTERBUKTIBENAR.NET KEWAJIBANMU YANG DIBEBANKAN ATASMU HANYALAH MENYAMPAIKAN. QS.16:82 KEWAJIBANMU HANYALAH MENYAMPAIKAN. QS.3:20, QS.42:48 SEKALI-KALI KAU TAK KAN SAMPAI PADA KEBAJIKAN HINGGA KAU NAFKAHKAN HARTA DI JALAN ALLAH. QS.3 ALI IMRAN:19, 61 SHAFF:10-12, 47 HUJURAAT:15 18. Wanita yang Tetap Mengeluarkan Darah Setelah Masa Haidnya Ada sebagian wanita yang apabila terus menerus mengeluarkan darah setelah masa haid, maka ia mandi dan beraktivitas sebagaimana wanita yang dalam kondisi suci. Ini tidak diperkenankan. Bila darah masih saja keluar, maka ia tetap saja terputus dari kewajiban puasa, shalat dan hukum-hukum lain terkait wanita haid, hingga ia suci yang ditandai dengan berhentinya darah. Kami sampaikan di sini fatwa Syaikh Ibnu Utsaimin terkait hal ini. Ada seorang wanita bertanya, “Bila kebiasaan datang bulan wanita selama 7 atau 8 hari, lalu sekali atau dua kali darahnya malah mengalir lebih banyak dari hari-hari biasanya itu, bagaimanakah hukumnya?” Syaikh menjawab, “Bila kebiasaan datang bulan seorang wanita adalah 6 atau 7 hari, lalu tempo tersebut bertambah menjadi 8, 9, 10, 11, tau 12 hari, maka ia tetap tidak shalat, sampai suci kembali. Sebab, Nabi SAW tidak memberikan batasan tertentu tentang haid. Allah SWT berfirman, “Mereka bertanya kepadamu tentang haidh. Katakanlah: Haidh itu adalah suatu kotoran… (QS. Al-Baqarah [2]: 222). Selama darah ini masih tetap keluar, maka seorang wanita tetap pada kondisi haid sampai suci kembali, lalu mandi dan shalat. Bila padabulan kedua masa haidnya berkurang dari itu, maka ia harus mandi bila telah suci meskipun temponya tidak seperti tempo yang lalu. Intinya, selama wanita masih haid, maka ia tidak wajib shalat, baik itu haid sesuai kebiasaan sebelumnya maupun bertambah atau berkurang. Namun bila telah suci, maka ia harus shalat.” 19. Wanita Memakai Wewangian Waktu Shalat Tarawih Kesalahan lain yang berkaitan dengan wanita adalah memakai minyak wangi yang aromanya menyengat ketika pergi ke masjid untuk shalat Tarawih. Mereka juga tidak berhijab dengan sempurna dan suaranya terdengar keras. Ini tentu saja menjadi sumber fitnah. Lantas, bagaimana bila si wanita tadi melakukannya pada waktu dan kondisi yang mulia (yakni bulan Ramadhan)? Sebab itu, sudah seharusnya seorang wanita muslimah berusaha sekuat tenaga untuk menjauhinya agar selamat dari dosa yang diakibatkan dari semua perbuatan tersebut. Terutama, sebab mereka datang ke masjid untuk mencari pahala dengan mengikuti shalat dan doa bersama kaum muslimin. Kami peringatkan kaum wanita muslimah dengan firman Allah Ta’ala: “…dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya.” (QS. An-Nur [24]: 31) Nabi SAW bersabda: “Wanita mana saja yang memakai wewangian, maka janganlah ia menghadiri shalat Isyak bersama kami.” (HR. Muslim) Dalam lafazh yang lain disebutkan: “Wanita mana saja yang memakai wewangian, lalu keluar menuju masjid, maka shalatnya tidak akan diterima sebelum mandi dulu.” (HR. Ibnu Majah) Diriwayatkan dari Abdurrahman bin Al-Harits bin Abi Ubaid dari kakeknya, ia berkata, “Suatu ketika, aku keluar bersama Abu Hurairah dari masjid pada waktu Dhuha. Lalu, kami berpapasan dengan seorang perempuan yang memakai minyak wangi yang baunya belum pernah dihirup hidungku sebelumnya. Abu Hurairah menyapa wanita itu, ‘Alaikis salam.’ ‘Wa’alaikas salam,’ jawabnya. ‘Kamu mau ke mana? Tanya Abu Hurairah. ‘Ke masjid,’ jawabnya. ‘Untuk apa kamu memakai minyak wangi seperti ini?’ ‘Untuk masjid.’ ‘Demi Allah?’ Tanya Abu Hurairah. ‘Demi Allah,’ jawab wanita tadi. ‘Demi Allah?’ Tanya Abu Hurairah meyakinkan. ‘Demi Allah,’ jawabnya. Abu Hurairah berkata, ‘Sesungguhnya, kekasihku, Abu Qasim (Muhammad SAW) telah memberitahukan kepadaku, ‘Sesungguhnya, tidak akan diterima shalat seorang wanita yang memakai minyak wangi yang tidak diperuntukkan bagi suaminya sebelum ia mandi layaknya mandi janabat.’ Sebab itu, pergi dan mandilah, lalu kembalilah dan silahkan shalat.” (HR. Nasai dan Baihaqi. Lihat as-Silsilatush Shahihah, no. 131). Syaikh Ibnu Utsaimin berkata, “Kaum wanita dibolehkan menghadiri shalat Tarawih dimasjid bila aman dari fitnah terhadap dirinya dan orang lain. Ini berdasarkan sabda Nabi SAW: “Janganlah kamu larang wanita-wanita itu pergi ke masjid Allah.” (HR. Muslim) Juga, sebab perbuatan tersebut termasuk amalan para salafush shalih. Akan tetapi, para wanita tersebut wajib berhijab dan tidak berhias atau memakai wewangian, tidak mengeraskan suara serta tidak menampakkan perhiasan. Sebab, Allah Ta’ala berfirman, ‘…dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya.’ (QS. An-Nur [24]: 31) Yakni yang biasa tampak darinya dan tidak mungkin disembunyikan, seperti jilbab dan baju luar. Selain itu, sebab Nabi SAW ketika memerintahkan para wanita agar keluar pada hari raya Ied, maka Ummu ‘Athiyah berkata, “Wahai Rasulullah, di antara kami ada yang tidak memiliki jilbab.’ Beliau menjawab, ‘Hendaklah saudarinya meminjamkan jilbab padanya.’ (Muttafaqun ‘Alaih).
  • 16. 100 AGAMA TAK BERARTI ADA 100 TUHAN, TUHAN TETAP 1 TURUNKAN AGAMA PUN CUMA 1 WWW.ISLAMTERBUKTIBENAR.NET ISLAM TAK KAN BANGKIT SELAMA UMAT MASIH BANYAK RAGU TAK DAPAT BUKTIKAN ISLAM SEBAGAI SATU-SATUNYA AGAMA YANG TERBUKTI BENAR ISLAM PUN TAK KAN BANGKIT SELAMA UMAT CINTA DUNIA SERTA TIDAK MENCINTAI ALLAH RASUL MELEBIHI SEGALANYA. QS.9:24, 33:6, 9:120, 9:15 Menurut sunnah, posisi kaum wanita hendaknya di belakang kaum laki-laki dan menjauh dari mereka. Kaum wanita hendaknya membentuk shaf awal dari belakang sendiri, lalu depannya, dan seterusnya, berlawanan dengan shaf laki- laki. Ini berdasarkan sabda Nabi SAW: “Sebaik-baik shaf laki-laki adalah yang pertama dan seburuk-buruknya adalah shaf terakhir. Sedangkan, sebaik-baiknya shafperempuan adalah yang terakhir, dan seburuk-buruknya adalah shaf yang pertama.” (HR. Muslim) Para wanita hendaknya segera beranjak pergi setelah ucapan salam imam dan jangan berlambat-lambat kecuali ada halangan. Ini berdasarkan hadits Ummu Salamah yang berkata, “Dulu, bila Nabi SAW selesai mengucapkan salam, maka para wanita bangkit ketika beliau selesai mengucapkan salam. Sementara, beliau masih di tempatnya sejenak sebelum berdiri”. Ia melanjutkan, ‘Kami berpendapat wallahu a’lam bahwa hal itu agar para wanita beranjak pergi terlebih dulu sebelum mereka tersusul kaum laki-laki. (HR. Bukhari) Syaikh Shalih Fauzan bin Al-Fauzan Hafizhahullah ketika menjawab tentang masalah ini mengatakan, “Seorang wanita bila berangkat ke pasar lalu mengerjakan shalat atau lainnya, ia tidak diperkenankan memakai minyak wangi, krim pewangi, dan lainnya. Sungguh, ada hadits shahih dari Nabi bahwa beliau bersabda, “Wanita mana saja yang memakai wewangian, maka janganlah ia turut shalat Isyak bersama kami.” Pada kesempatan ini, saya ingin mengingatkan satu persatu terkait dengan kebiasaan sebagian wanita yang mendatangi masjid pada saat bulan Ramadhan dengan memakai wewangian. Mereka memakainya saat berada di dalam masjid, sehingga aromanya itu melekat pada mereka. Bila mereka berangkat kepasar, sisa aroma minyak wangi itu masih tercium. Ini tentu saja menyelisihi syari’at terkait dengan mereka.” Sebab itu, wahai kaum ibu dan wanita muslimah, semoga Allah membalas kalian dengan kebaikan dan menambahkan kepada kalian semangat cinta kebaikan dan bersegera kepadanya, saya ingatkan kalian dari bujukan setan dan perangkapnya. Kalian adalah para pendidik dan pengajar bagi generasi Islam mendatang. Sebab itu, jadilah orang yang pantas mengemban tanggung jawab tersebut yang dibebankan di atas pundak kalian.” 20. Melewatkan Shalat Isyak Demi Shalat Tarawih Kesalahan sebagian kaum muslimin lainnya dalam bulan Ramadhan adalah meninggalkan shalat Isyak hanya sebab ingin bermakmum kepada iman tertentu yang biasanya ia shalat Tarawih bersamanya setiap malam. Ini merupakan kesalahan yang nyata dan tindakan yang tidak diperkenankan. Pelakunya berdosa bila mengetahui bahwa shalat Isyak akan terlewatkan. Sebab, ia telah menyepelekan penjagaan terhadap shalat fardhu berjamaah hanya untuk mendapatkan shalat Tarawih. Anda akan lebih heran lagi bilamana Anda melihat dan mendengar ulah mereka yang datang berbondong-bondong ke masjid tertentu (yang bacaan imamnya lebih bagus). Setiap kali satu kelompok ikut shalat berjamaah, kelompok lain pun datang. Kondisinya tetap seperti itu sampai imam tetap masjid itu selesai mengucap dua atau tiga salam shalat Tarawih. Anehnya lagi, ada di antara mereka yang melewati satu masjid ke masjid lainnya, padahal waktunya telah mendekati iqamah. Celakanya lagi, ada sebagian mereka yang telah mendengar beberapa masjid telah mulai melaksanakan shalat Isyak, namun mereka masih saja berjalan ke masjid yang lebih jauh. Ini termasuk tipu daya setan terhadap mereka. Bila tidak begitu, bagaimana bisa seorang muslim yang berakal menyia-nyiakan keutamaan bulan mulia ini, khususnya dalam menggapai shalat berjamaah? Bagaimana kondisi seseorang selalu berbuat demikian ini pada malam-malam bulan Ramadhan? Untuk orang-orang macam ini, perlu dikatakan, “Ingatlah kondisi Nabi kalian yang bersemangat dalam kebaikan selama hidup beliau secara umum, dan di bulan Ramadhan khususnya. Ibnu Abbas berkata, ‘Nabi adalah orang yang paling giat dalam kebaikan. Beliau lebih giat lagi ketika dalam bulan Ramadhan…’ Al-Hadits. Di manakah semangat kalian dalam kebaikan? Kalian datang ke masjid yang kalian inginkan, sedangkan shalat telah berlalu satu atau dua raka’at, atau bahkan terlewatkan semuanya. Perbuatan ini yakni menyepelekan dalam mendapatkan shalay Isyak berjamaah hanya untuk mendapatkan shalat Tarawih berjamaah termasuk celah masuk bagi setan atas seorang muslim. Sebab, setan telah memalingkan dari penjagaan terhadap pelaksanaan yang wajib menjadi penjagaan terhadap pelaksanaan shalat sunnah. Ibnul Qayyim membagi godaan setan terhadap anak keturunan Adam itu menjadi tujuh tigkatan. Ia menempatkan urutan keenam adalah sibuk memilih sesuatu yang derajatnya lebih rendah (mafdhul) daripada yang derajatnya lebih baik (fadhil). Ibnul Qayyim berkata, “Tingkatan godaan keenam, setan menyibukkan seseorang dengan amalan yang derajatnya lebih rendah disbanding yang lebih utama untuk melenyapkan keutamaan itu darinya dan hilangnya pahala amal utama. Setan itu memerintahnya agar mengerjakan amal kebaikan yang rendah derajatnya, memotivasinya serta menghiasinya bila amalan itu memang mengandung unsur meninggalkan yang afdhal dan lebih tinggi derajatnya.
  • 17. FREE DOWNLOAD: E-BOOK, SOFTWARE ISLAM KOMPUTER HANDPHONE, CERAMAH, VIDEO WWW.ISLAMTERBUKTIBENAR.NET KEWAJIBANMU YANG DIBEBANKAN ATASMU HANYALAH MENYAMPAIKAN. QS.16:82 KEWAJIBANMU HANYALAH MENYAMPAIKAN. QS.3:20, QS.42:48 SEKALI-KALI KAU TAK KAN SAMPAI PADA KEBAJIKAN HINGGA KAU NAFKAHKAN HARTA DI JALAN ALLAH. QS.3 ALI IMRAN:19, 61 SHAFF:10-12, 47 HUJURAAT:15 Sedikit sekali orang yang waspada terhadap hal ini. Ada sebagian orang yang apabila melihat pada dirinya terdapat dorongan yang sangat kuat untuk melakukan sebuah ketaatan yang tidak disangsikan merupakan salah satu bentuk ketaatan dan bentuk taqarrub, maka hamper dipastikan ia tidak akan mengatakan bahwa dorongan tersebut berasal dari setan. Sebab, setan itu tidak memerintahkan kebaikan. Ia melihat bahwa itu merupakan sebuah kebaikan, seraya berkata, ‘Dorongan ini berasal dari Allah.’ Orang seperti ini dapat dimaklumi, sebab ia belum tahu bahwa setan memberi perintah melalui tujuh puluh pintu kebaikan untuk menjerumuskan kepada salah satu pintu keburukan ataupun sebagai sarana untuk menghilangkan kebaikan yang lebih besar dan lebih mulia dari tujuhpuluh pintu kebaikan tersebut. Pengetahuan seperti ini memang tidak akan dicapai kecuali dengan cahaa dari Allah yang dipancarkan ke dalam hati seorang hamba. Penyebab jauhnya cahaya itu adalah keengganan seseorang untuk mengikuti Rasul SAW serta tidak adanya keseriusan terhadap tangga-tangga amal di sisi Allah dan amal yang paling dicintai-Nya, dan yang paling diridhai-Nya. Amal yang paling bermanfaat dan paling luas bagi hamba, sebagai nasihat kepada Allah, kitab-Nya, Rasul-Nya, orang-orang mukmin, orang-orang terpandang, maupun kalangan awam. Tidak ada yang mengetahui kecuali para pewaris Nabi dan para wakil dan khalifah-Nya di muka bumi sedangkan, banyak orang tidak paham akan hal ini hingga tidak terlintas di hati mereka. Dan, Allah memberikan anugerah-Nya pada siapa dikehendaki-Nya di antara hamba-Nya.” (Bada’iul Fawaid, II: 261-262). Bila masalah ini berkenaan dengan orang yang sibuk memilih amalan yang lebih rendah derajatnya daripada yang utama, lantas bagaimana kiranya dengan orang yang menyia-nyiakan kewajiban shalat berjamaah hanya untuk mendapatkan amalan sunnah? Tidak disangsikan lagi bahwa masalah ini lebih besar dan berbahaya. Maka, bertakwalah kalian semua dan janganlah kalian membuka pintu masuk bagi setan menuju kalian. Bila perbuatan tersebut sering dilakukan dalam bulan Ramadhan, dikhawatirkan ia akan menikmati amalan itu hingga berlanjut menjadi kebiasaannya. Sebabnya, seorang muslim yang ingin taat kepada Allah semestinya sangat gigih untuk mendapatkan shalat berjamaah agar bisa memperoleh pahala. 21. Terlalu Cepat Melaksanakan Shalat Tarawih Kesalahan lain adalah tidak menyempurnakan pelaksanaan shalat Tarawih. Yaitu mengerjakannya seperti ayam mematuk dan sangat cepat dalam membaca dengan tidak ada tujuan lain kecuali agar cepat selesai. Syaikh Muhammad Jamaludin Al-Qasimi mengatakan, “Bukan rahasia lagi bahwa shalat Tarawih setiap malam di bulan Ramadhan adalah amalan sunnah yang diwariskan secara turun-temurun. Sungguh, ada banyak imam di sebagian besar masjid yang mempercepat shalat sampai pada tingkatan yang menyebabkan bisa merusak rukun-rukun shalat dan sunnah-sunnahnya, misalnya meninggalkan tumakninah dalam rukuk dan sujud. Kesalahan lain semisal menyeret bacaan, memasukkan huruf bacaan satu sama lain. Semua itu dilakukan sebab ingin cepat selesai. Perbuatan ini sangat mirip dengan tipu daya setan terbesar terhadap orang beriman. Tipu daya itu akan membatalkannya amal pelakunya seiring dengan yang diperbuatnya. Bahkan, kebanyakan orang yang menaati setan dengan tergesa-gesa itu, shalat mereka lebih dekat kepada perbuatan main-main belaka ketimbang merupakan sebuah amal ketaatan. Sebab itu, orang yang shalat, baik shalat fardhu atau pun sunnah, wajib menegakkan shalat dengan sifat lahiriahnya, berupa bacaan, berdiri, rukuk, sujud dan sejenisnya, sedangkan sifat batiniyahnya, yaitu dengan khusyuk, menghadirkan hati, ikhlas sepenuhnya, merenungkan, memahami makna bacaan, tasbih dan semisalnya. Lahiriyah shalat itu merupakan amalan anggota badan. Sedangkan, batinnya adalah amalan hati. Itu merupakan cara pandangan yang benar dari seorang hamba. Imam Ghazali telah membuat satu perumpamaan bagi orang yang mengerjakan shalat lahirnya saja tanpa batinnya bagaikan orang yang mempersembahkan kepada raja agung seorang gadis yang membujur kaku tidak bernyawa. Perumpamaan orang mengurangi lahiriyah shalatnya, bagaikan orang yang mempersembahkan kepada raja agung seorang gadis yang terputus semua ujung jarinya dan matanya buta. Dengan dua hadiah seperti itu, dua orang tersebut pantas mendapatkan hukuman dan siksa dari sang raja disebabkan penistaan dan pelecehan keduanya terhadap kehormatan sang raja. Lebih lanjut, Al-Ghazali berkata, “Engkau menghadiahkan shalatmu kepada Rabbmu. Sebab itu, jauhilah memberi-nya hadiah seperti itu agar engau tidak mendapatkan hukuman.” (Ishlahul Masajid, hal. 85-86) Syaikh Muhammad bin Utsaimin mengatakan saat berbicara tentang sifat shalat Nabi dan para sahabat “(Shalat mereka) itu berbeda dengan shalat yang dilakukan kebanyakan manusia sekarang ini. Orang-orang sekarang shalat Tarawih dengan sangat cepat. Mereka tidak memenuhi kewajiban shalat, yaitu tenang dan tumakninah, yang merupakan rukun shalat. Shalat tidak sah tanpanya. Mereka (para imam itu) mengurangi rukun ini dan membuat lelah orang-orang di belakang mereka yang terdiri dari orang-orang lemah, orang sakit, dan manula. Mereka membuat jengkel diri mereka sendiri dan orang lain.
  • 18. 100 AGAMA TAK BERARTI ADA 100 TUHAN, TUHAN TETAP 1 TURUNKAN AGAMA PUN CUMA 1 WWW.ISLAMTERBUKTIBENAR.NET ISLAM TAK KAN BANGKIT SELAMA UMAT MASIH BANYAK RAGU TAK DAPAT BUKTIKAN ISLAM SEBAGAI SATU-SATUNYA AGAMA YANG TERBUKTI BENAR ISLAM PUN TAK KAN BANGKIT SELAMA UMAT CINTA DUNIA SERTA TIDAK MENCINTAI ALLAH RASUL MELEBIHI SEGALANYA. QS.9:24, 33:6, 9:120, 9:15 Para ulama menyatakan bahwa makruh bagi imam mempercepat shalat dengan kecepatan yang bisa menghalangi makmum untuk mengerjakan sunnah- sunnah shalat. Lantas, bagaimana halnya jika tindakan mempercepat shalat itu menghalangi orang untuk melakukan bagian shalat yang sifatnya wajib? Kita memohon keselamatan kepada Allah.” Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab pernah ditanya tentang sikap terburu-buru dalam shalat Tarawih. Ia menjawab, “Pertanyaan Anda bahwa bila imam shalat dengan cepat maka banyak orang yang bermakmum kepadanya, sedangkan bila ia memperlama maka tidak ada yang ikut shalat bersamanya kecuali sedikit. Tidak pelak lagi bahwa setan memiliki tujuan dalam hal ini dan berambisi agar seseorang meninggalkan amalnya. Bila setan tak kuasa melakukan itu, maka ia akan berbuat sesuatu yang bisa membatalkan amal. Kebanyakan imam di banyak negeri melakukan perbuatan jahiliyah dalam shalat Tarawih. Mereka mengerjakan shalat, namun mereka sendiri tidak memahami apa itu shalat. Mereka tidak tumakninah dalam sujud maupun dalam rukuk. Padahal, tumakninah adalah rukun shalat. Shalat tidak sah tanpanya. Kehadiran hati di hadapan Allah Ta’ala, meresapi firman Allah saat dibaca, khusyuk, dan tumakninah dalam shlat adalah suatu keniscayaan. Inilah yang biasanya tdak didapat oleh kebanyakan orang yang terburu-buru. Bila Anda ingin shalat 20 raka’at bersama imam tetapi terburu-buru, maka lebih baik Anda shalat 10 raka’at saja tetapi dengan khusyuk dan tumakninah. Ini lebih bermanfaat bagi Anda daripada banyak raka’at tanpa diiringi khusyuk dan tumakninah. Apa yang kami sebutkan ini adalah yang semestinya dikerjakan. Namun, bila terjadi cekcok antara jamaah dan imam, misalnya sang imam bertekad untuk mempercepat shalat, sedangkan jamaah tidak menyetujuinya bila mengerjakan sesuai sunnah, maka ia semsetinya bertekad untuk tetap tumakninah dan tidak tergesa-gesa sebab bisa mengurangi kesempurnaannya. Pada kondisi seperti ini, memendekkan bacaan dengan disertai khusyuk dalam rukuk dan sujud adalah lebih utama daripada memanjangkan bacaan shalat namun dengan tergesa-gesa yang dimakruhkan. Demikian pula, shalat 10 raka’at dengan bacaan yang panjang dan tumakninah dalam rukuk dan sujud, itu lebih utama daripada shalat 20 raka’at dengan tergesa-gesa yang dimakruhkan. Sebab, inti shalat dan ruhnya adalah menghadapkan hati kepada Allah dalam melakukannya. Barangkali yang sedikit itu lebih baik daripada yang banyak.” (Ad- Durarus Saniyah, IV: 186-187) Penulis kitab As-Sunan wal Mubtada’at menyebutkan, bahwa ada sebagian imam yang shalatnya menyerupai shalatnya orang gila, terutama pada waktu shalat Tarawih. Ia menyebutkan bahwa mereka shalat sebanyak 23 raka’at dalam waktu kurang dari sepertiga jam. Dalam seluruh raka’atnya, mereka membaca surat Al-A’la atau Adh-Dhuha, atau seperempat dari surat Ar-Rahman. Ini tentu saja shalat yang batil menurut setiap muslim yang berakal di seluruh madzhab. Sebab, itu adalah shalatnya kaum munafik, yang disertai oleh Allah dengan firman-Nya: “Dan apabila mereka berdiri untuk shalat, mereka berdiri dengan malas…” (QS. AN-Nisa’ [4]: 142) Shalat mereka tidaklah seperti shalat orang beriman yang beruntung yang disifati oleh Allah dengan firman-Nya: “Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyu' dalam sembahyangnya.” (QS. Al-Mukminun [23]: 1-2) Shalat tersebut juga bukan seperti shalatnya Rasulullah SAW. Beliau melarang shalat seperti gagak mematuk dan mencuri dalam shalat. Imam Ad- Darimi meriwayatkan dari Abu Al-Aliyah, “Kami pernah mendatangi seseorang untuk kami ambil ilmunya. Kami melihat shalatnya. Bila shalatnya bagus, maka kami menimba ilmunya. Sebab, menurut kami bila shalatnya bagus, maka dalam hal lainnya tentu lebih bagus. Akan tetapi, bila shalatnya buruk, kami akan meninggalkannya sebab menurut kami, bila shalatnya buruk, maka dalam hal lainnya tentu lebih buruk.” Dinukil secara ringkas hal. 155. 22. Rutin Melakukan Qunut dalam Shalat Tarawih Kesalahan lainnya adalah terus menerus melakukan qunut dalam shalat witir pada bulan Ramadhan setelah rukuk, dan mengingkari orang yang tidak mengerjakannya. Sebenarnya, qunut itu terkadang dikerjakan setelah rukuk, terkadang sebelum rukuk. Semua ini shahih berasal dari Nabi SAW. Atas dasar ini, imam boleh memilih antara melakukan qunut setelah rukuk, sebelum rukuk, atau terkadang tidak melakukannya. Qunut setelah rukuk, dalilnya adalah riwayat dari Anas, bahwa Rasulullah SAW pernah melakukan qunut selama satu bulan setelah rukuk dalam shalat Subuh. (HR. Bukhari). Qunut sebelum rukuk, dalilnya adalah riwayat dari Ubay bin Ka’ab, ia berkata, “Nabi SAW pernah melakukan qunut sebelum rukuk.” Diriwayatkan dari Alqamah bahwa Ibnu Mas’ud dan para sahabat Nabi SAW lainnya pernah melakukan qunut shalat witir sebelum rukuk. Adapun meninggalkan qunut sesekali waktu, maka imam boleh melakukannya. Bagi orang yang mengingkarinya hal ini, maka ia wajib mengemukakan dalil. Namun, ia tidak akan mendapatkan dalil. Justru dalil yang ada akan membungkamnya.
  • 19. FREE DOWNLOAD: E-BOOK, SOFTWARE ISLAM KOMPUTER HANDPHONE, CERAMAH, VIDEO WWW.ISLAMTERBUKTIBENAR.NET KEWAJIBANMU YANG DIBEBANKAN ATASMU HANYALAH MENYAMPAIKAN. QS.16:82 KEWAJIBANMU HANYALAH MENYAMPAIKAN. QS.3:20, QS.42:48 SEKALI-KALI KAU TAK KAN SAMPAI PADA KEBAJIKAN HINGGA KAU NAFKAHKAN HARTA DI JALAN ALLAH. QS.3 ALI IMRAN:19, 61 SHAFF:10-12, 47 HUJURAAT:15 Syaikh AL-Albani mengatakan, “Dulu, Nabi kadang-kadang melakukan qunut dalam raka’at shalat witir. Kami katakana ‘kadang-kadang’ sebab para sahabat yang mriwayatkan sifat shalat witir itu tidak menyebutkan adanya qunut di situ. Seandainya Nabi SAW selalu mengerjakannya, niscaya mereka semua akan menukilnya dari beliau SAW. Benar, Ubay bin Ka’ab meriwayatkan dari beliau sendirian. Ini menunjukkan bahwa beliau mengerjakannya sesekali waktu saja. Ini menjadi dalil bahwa qunut tidak wajib hukumnya. Inilah madzhab mayoritas ulama. Oleh sebabnya, dalam Fathul Qadir, I: 306, 359, dan 360, Muhaqqiq Ibnul Hammam pun mengakuinya bahwa pendapat yang mewajibkan qunut adalah lemah, tidak ada landasan dalilnya. Ini merupakan bentuk keadilan dan ketidakfanatikannya. Pendapat inilah yang dikuatkannya, meski hal tersebut menyelisihi madzhabnya sendiri.” Ada juga riwayat yang shahih dari Ubay bin Ka’ab bahwa ia pernah melaksanakan (mengimami) shalat bersama para sahabat, lalu qunut pada separuh akhir bulan Ramadhan. Ada lagi riwayat dari Ibnu Umar bahwa ia tidak melakukan qunut dalam shalat witir. Ada juga atsar lain yang menunjukkan bolehnya meninggalkan qunut dalam shalat witir. 23. Menangis Secara Berlebihan dalam Shalat Tarawih Kesalahan lainnya adalah tangisan keras yang terdengar dari sebagian orang dalam shalat Tarawih. Terkait hal ini, perlu dikatakan, “Menangis ketika membaca Al-Quran menunjukkan Insya Allah bahwa yang shalat terkesan dengan firman Allah yang agung yang ia dengar. Tidak diragukan dan tidak disangsikan lagi bahwa ini merupakan perkara yang terpuji. Allah SWT berfirman: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (sebabnya)…”. (QS. Al-Anfal [8]: 2) “Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu) Al Quran yang serupa (mutu ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang [1312] , gemetar sebabnya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya, lalu menjadi tenang kulit dan hati mereka di waktu mengingat Allah…”. (QS. Az-Zumar [39]: 23) Imam Nawawi mengatakan, “Siapa pun yang tidak bisa menangis ketika membaca AL-Quran, maka menangislah sebab tidak bisa menangis. Sebab, itu sungguh merupakan musibah besar.” Akan tetapi, yang terlihat dan terdengar dari sebagian orang yang shalat adalah suara tangisan yang keras. Sehingga, hal itu menyebabkan orang-orang yang disekitarnya terganggu, ditambah lagi dengan gerakan-gerakan yang mengiringi tangisan itu. Anehnya, tangisan mereka itu terjadi ketika membaca doa qunut, bukan ketika membaca Al-Quran. Perlu dikatakan kepada orang yang seperti itu, “Sebaiknya, tangisan dan rasa haru itu ditempatkan ketika mendengar bacaan Al- Quran.” Syaikh Bakr bin Abdullah bin Abu Zaid Hafizhahullah ketika mengomentasi masalah menangis dalam qunut, bukan ketika membaca Al-Quran, mengatakan, “Makmum ataupun imam yang dikehendaki oleh Allah menangis ketika membaca qawari’ut tanzil (ayat-ayat yang bila dibaca, maka akan amanlah dirinya dari godaan setan) dan ayat-ayat dzikir yang dibaca pada malam-malam bulan Ramadhan, bahkan sepanjang tahun. Semoga Allah membalas niat baik mereka. Kita hamper-hampir tidak pernah mendengar sedu-sedan dan raut muka sedih sebab tangisan imam atau makmum. Padahal, Allah Ta’ala berfirman, ‘Kalau sekiranya Kami turunkan Al-Quran ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan ketakutannya kepada Allah.’ (QS. Al-Hasyr [59]: 21) Seandainya kita perhatikan Sunnah Rasulullah, beliau adalah manusia yang paling bertakwa dan paling takut kepada Rabbnya. Ada riwayat dari Abdullah bin Mas’ud, ia berkata, ‘Aku pernah masuk menemui Nabi ketika beliau sedang shalat. Aku mendengar gemuruh di dada beliau seperti suara mendidihnya (isi) periuk disebabkan tangisan.” Ketika Abdullah bin Mas’ud membaca surat An-Nisa’ dan sampai pada firman-Nya, “Maka, bagaimanakah (halnya orang kafir nanti), apabila Kami mendatangkan seorang saksi (rasul) dari tiap-tiap umat dan Kami mendatangkan kamu (Muhammad) sebagai saksi atas mereka itu (sebagai umatmu).’ (An-Nisa’ [4]: 41). Nabi SAW bersabda, ‘Cukup’. Ibnu Masud berkata, ‘Aku menoleh kepada beliau, ternyata kedua ata beliau mencucurkan air mata.” Lalu, wahai hamba Allah, lihatlah kondisi para salaf ketika mereka mendengarkan bacaan Al-Quran, juga pengingkaran mereka terhadap pembacanya yang keluar dari batasan yang wajar. Imam Asy-Syatibi mengatakan, ‘Said bin Manshur dalam tafsirnya mengelarkan sebuah riwayat dari Abdullah bin ‘Urwah bin Zubair yang mengatakan, ‘Aku pernah bertanya kepada nenekku,
  • 20. 100 AGAMA TAK BERARTI ADA 100 TUHAN, TUHAN TETAP 1 TURUNKAN AGAMA PUN CUMA 1 WWW.ISLAMTERBUKTIBENAR.NET ISLAM TAK KAN BANGKIT SELAMA UMAT MASIH BANYAK RAGU TAK DAPAT BUKTIKAN ISLAM SEBAGAI SATU-SATUNYA AGAMA YANG TERBUKTI BENAR ISLAM PUN TAK KAN BANGKIT SELAMA UMAT CINTA DUNIA SERTA TIDAK MENCINTAI ALLAH RASUL MELEBIHI SEGALANYA. QS.9:24, 33:6, 9:120, 9:15 Asma’, Bagaimanakah kondisi para sahabat dulu bilamembaca Al-Quran?’ Ia menjawab, ‘Mereka seperti yang disifatkan oleh Allah, yaitu mata mereka mengalirkan air ata dan kulit mereka merinding.’ Aku berkata, ‘tetapi orang- orang di sini bila mendengar bacaan Al-Quran, mereka jatuh pingsan.’ Asma’ berkata, ‘Aku berlindung kepada Allah dari godaan setan yang terkutuk.’ Abu ‘Ubaid meriwayatkan sebagian hadits Abu Hazim yang berkata, ‘Ibnu Umar pernah melewati salah satu penduduk Irak yang jatuh pingsan, sedangkan orang-orang mengerumuninya. Ia bertanya, ‘Ada apa ini?’ Mereka menjawab, ‘Bila dibacakan kepadanya ayat Al-Quran atau mendengar nama Allah tersebut, maka ia tersungkur jatuh sebab takut kepada Allah.’ Ibnu Umar berkata, ‘Demi Allah, kami adalah orang yang sangat takut pada Allah, tetapi kami tidak pernah tersungkur jatuh seperti ini.’ Demikianlah pengingkaran yang dilakukan Ibnu Umar. Dikisahkan kepada Aisyah, ‘Ada satu kaum yang bila mendengar Al-Quran mereka jatuh pingsan.’ Aisyah menjawab, ‘Sesungguhnya, Al-Quran itu lebih mulia dari pada hilangnya akal seseorang. Sifat Al-Quran adalah sebagaimana yang tertera dalam firman Allah Ta’ala, ‘Kulit orang-orang yang takut kepada Rabbnya gemetar sebabnya, lalu kulit dan hati mereka menjadi tenang waktu mengingat Allah.’ (QS. Az-Zumar [39]: 23) Diriwayatkan dari Anas bin Malik bahwa ia pernah ditanya tentang satu kaum yang bila dibacakan AL-Quran kepada mereka, maka mereka tak sadarkan diri. Anas menjawab, ‘Itu perbuatan orang-orang Khawarij.” Abu Nuaim meriwayatkan dari Jabir bin Abdullah, bahwa Ibnu Zubair berkata, ‘Aku pernah datang kepada Ayahku, lalu ia bertanya, ‘Dari mana saja kamu?’ Aku menjawab,’Aku menjumpai beberapa kaum yang berdzikir kepada Allah, lalu salah seorang di antara mereka ada yang menggigil sampai jatuh pingsan sebab takutnya kepada Allah, sehingga aku pun duduk bersama mereka.’ Ayah berkata, ‘Jangan kamu duduk bersama merekalagi.’ Ayah melihatku seakan- akan beliau tidak suka bila perbuatan itu menimpaku. Ayah berkata, ‘Aku pernah melihat Rasulullah SAW, Abu Bakar, dan Umar membaca Al-Quran, namun mereka tidak sampai jatuh pingsan. Apakah kamu melihat mereka lebih khusyuk kepada Allah daripada Abu bakar dan Umar? Sehingga, ketika kamu melihat hal itu, kamu meninggalkan (sunnah) mereka. Ini semua hanyalah direka-reka dan memaksa diri. Para ahli ibadah sama sekali tidak meridhainya’.” Ibnu Muflih mengatakan, “Yang diriwayatkan dari Nabi SAW dan para sahabat beliau ketika mendengar Al-Quran dibaca hanyalah mengalirkan air mata, kulit merinding, dan hati melembut. Ini sebagaimana firman Allah, ‘Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik…’.” (QS. Az-zumar [39]: 23) Ibnu Mas’ud pernah membacakan ayat-ayat Al-Quran untuk Nabi SAW. Ketika sampai pada firman-Nya, “Maka, bagaimanakah (halnya orang kafir nanti), apabila Kami mendatangkan seseorang saksi (rasul) dari tiap-tiap umat….” (QS. An-Nisa’ [4]: 41). Nabi SAW bersabda, “Cukup.” Ibnu Mas’ud berkata, “Aku menoleh kepada beliau, ternyata kedua mata beliau mencucurkan air mata.” (HR. Bukhari dan Muslim). Tentang hilang kesadaran ataupun pingsan dan semisalnya, itu terjadi pada masa tabi’in, disebabkan kuatnya pengaruh bacaan Al-Quran itu, sedangkan hati mereka lemah. Berbeda dengan para sahabat, hati mereka kuat dan sempurna, sehingga itu tidak terjadi para mereka.” 24. Memanjangkan Doa Qunut Kesalahan lain yang dilakukan para imam adalah terlalu memperpanjang doa qunut. Ini tentu saja menjadi hal yang berat, sehingga menimbulkan keburukan dan keengganan. Sungguh, Nabi SAW telah memerintahkan agar imam memperhatikan kondisi para makmumnya. Beliau bersabda: “Apabila di antara kalian mengimami shalat, maka hendaklah ia meringankannya. Sebab, di antara mereka ada yang lemah, sakit, dan telah tua. Namun, bila kalian shlat sendirian, maka silakan memanjangkan sesukanya.” (HR. Bukhari dan Muslim) Hadits lain menyebutkan bahwa Nabi bersabda: “Sungguh ketika aku mulai shalat dan aku ingin memanjangkannya, maka aku mendengar tangisan anak kecil, sehingga aku pun memendekkan shalat sebab mengetahui adanya kesedihan ibunya atas anaknya.” (HR. Bukhari dan Muslim) Demikian juga, riwayat tentang Mu’adz bin Jabal ketika memanjangkan shalat, lalu rasulullah SAW bersabda kepadanya, “Hai Mu’adz, apakah kamu hendak membuat fitnah?” (HR. Muslim). Nabi SAW pernah menyuruh Utsman bin Abi Al- Ash. Beliau bersabda: “Imamilah kaummu. Barangsiapa mengimami kamu, maka hendaklah meringankannya, sebab di antara mereka ada yang sudah tua, ada yang sedang sakit, ada yang lemah, dan ada yang memiliki keperluan. Bila shalat sendirian, maka silakan shalat sekehendaknya.” (HR. Muslim) Dalam riwayat lain disebutkan, “Kamu adalah imam bagi kaummu. Ukurlah kemampuan mereka dengan orang yang paling lemah di antara mereka.”
  • 21. FREE DOWNLOAD: E-BOOK, SOFTWARE ISLAM KOMPUTER HANDPHONE, CERAMAH, VIDEO WWW.ISLAMTERBUKTIBENAR.NET KEWAJIBANMU YANG DIBEBANKAN ATASMU HANYALAH MENYAMPAIKAN. QS.16:82 KEWAJIBANMU HANYALAH MENYAMPAIKAN. QS.3:20, QS.42:48 SEKALI-KALI KAU TAK KAN SAMPAI PADA KEBAJIKAN HINGGA KAU NAFKAHKAN HARTA DI JALAN ALLAH. QS.3 ALI IMRAN:19, 61 SHAFF:10-12, 47 HUJURAAT:15 Nash-nash tersebut telah menegaskan perkara meringankan shalat (berjamaah) dan larangan memanjangkannya. Adapun tolok ukur meringankan shalat itu adalah dengan memperhatikan shalatnya Nabi SAW, sebab beliau adalah orang yang paling sempurna shalatnya. Al-Baghawi mengakatan, “Memanjangkan qunut itu makruh hukumnya.” Tema ini kita akhiri dengan ungkapan Syaikh Abdullah bin Qu’ud Hafizhahullah terkait memperpanjang doa dalam qunut, termasuk bersajak dan memberatkan diri dalam melagukan doa ini. Di samping itu, ada lagi keruwetan pemahaman tentang waktu-waktu qunut, sehingga sebagian makmum tidak bisa membedakan antara qunut nazilah dan qunut lainnya. Syaikh Abdullah bin Qu’ud mengatakan, “Menurut sunnah, dalam qunut nazilah hendaknya orang yang berdoa memendekkannya sesuai dengan konteks musibahnya saja. Banyak hadits dari Nabi SAW dalam hal ini. Siapa yang mencarinya, niscaya akan mendapatkannya.’ Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan, ‘Sebagaimana Nabi SAW shalat, ketika melakukan qunut pertama kali untuk mendoakan keburukan atas kabilah Bani Sulaim yang telah membunuh para qari’, beliau mendoakan kebinasaan atas mereka dengan doa yang selaras dengan tujuan ini. Lalu, ketika beliau melakukan qunut untuk mendoakan sahabat-sahabat beliau yang lemah, beliau membaca doa yang selaras dengan tujuan ini. Jadi, Sunnah Rasulullah itu menunjukkan dua hal; pertama, doa qunut itu disyariatkan sebab adanya sebab yang menuntut untuk melakukannya, dan ini bukanlah sunnah yang mesti terus-menerus dilakukan dalam shalat. Kedua, doa dalam qunut bukanlah doa permanen, tetapi dalam setiap qunut itu ada doa yang sesuai dengan keadaannya masing-masing, seperti yang dilakukan oleh Nabi SAW dalam contoh di atas. Hal yang sama juga pernah dilakukan oleh Umar dan Ali ketika keduanya memerangi orang-orang yang memerangi keduanya saat terjadi fitnah. Keduanya membaca doa yang sesuai dengan tujuan itu.’ (l-Majmu’, XXIII: 109). Itulah tuntunan As-Sunnah dalam doa qunut nazilah. Selalu memanjangkan doa qunut yang lamanya semakin bertambah dari waktu ke waktu sehingga shalat hanya habis untuk itu, atau hingga memakan waktu berdiri maupun waktu tasyahud yang dilakukan oleh sebagian imam adalah perbuatan yang menyalahi sunnah rasulullah. Diriwayatkan dari Al-Bara’, ia berkata, “Rukuk, sujud, duduk di antara dua sujud, dan I’tidal Nabi SAW sama panjangnya, kecuali berdiri dan duduk (tasyahud).” (Muttafaqun’Alaih). Tinggalkanlah perbuatan memanjangkan doa qunut itu dan lafazh-lafazh yang dikapai dalam qunut nazilah oleh para imam. Mereka hanya membaca dua atau tiga ayat dalam shalat witir atau shalat lainnya ketika terjadi musibah. Namun, setelah itu, mereka membaca doa qunut yang panjangnya mirip ceramah. Lihatlah, apakah amal itu selaras dengan sunnah, atau malah menyelisihinya. Adapun, penggunaan sajak dan kata-kata indah yang lebih ditekankan oleh pembaca berdoa daripada menghayati makna-maknanya; atau membawakan bermacam-macam doa diluar konteks qunut nazilah; atau menekuni doa tertentu yang tidak ada kaitannya; dan mengulang-ulang lafazh doa seperti pengulangan lafazh-lafazh yang wajib dalam shalat, maka ini semua tidak diperbolehkan. Sudah sepantasnya bila shalatnya batal. Ini bagi orang yang mengetahui hukum asal dan sumbernya, serta yang sunnah yang menyelisihinya. Sudah sewajarnya, bila doanya tidak dikabulkan sebab sudah maklum bahwa doa itu ibadah. Padahal, ibadah apa pun tidak sah dan tidak ada gunanya kecuali bila terpenuhi syarat-syaratnya, yaitu ikhlas, mengikuti petunjuk Nabi SAW, serta dilakukan oleh orang beriman. Juga, berdasarkan apa yang disebutkan oleh para ulama tentang pentingnya membatasi ucapan dia dalam shalat dengan dalil-dalil (yang sah), kecuali pada kesempatan yang memang dilonggarkan untuk itu. Seperti, doa ketika sujud, doa sesudah tasyahud dan sebelum salam, dan pada doa qunut nazilah dengan lafzh yang sesuai konteks kejadian. Demikianlah keterangan seputar qunut dalam shalat fardhu ketika sangat dibutuhkan.” Lebih lanjut, Syaikh Qu’ud mengatakan, “Terakhir, saya ingatkan bahwa membagus-baguskan doa agar dipuji orang, atau membiasakan seperti itu agar seseorang puas, maka masuk kandungan sabda Nabi yang diriwayatkan Abu Said Al-Khudri berikut ini. Abu Said berkata, ‘Rasulullah bersabda, ‘Maukah kalian aku beritahukan tentang sesuatu yang lebih aku takutkan atas kalian daripada Al- Masih Dajjal.’ Para sahabat menjawab, ‘Ya.’ Beliau bersabda, “Syirik yang tersembunyi. (Yaitu) orang yang berdiri shalat dengan membagus-baguskan shalatnya sebab tahu dilihat orang’.” Hadits ini diriwayatkan oleh Ahmad dan Ibnu Majah dalam Al-Misykah, no. 5333, dan Taisirul Azizil Hamid, hal. 532. Semoga shalawat dan salam dilimpahkan kepada hamba dan rasul-Nya, Muhammad.” Demikian penjelasan Syaikh Qu’ud.