SlideShare a Scribd company logo
1 of 27
Download to read offline
Berbakti Kepada Orang Tua 
ين # برالوا 
13.50.013 ❊ R. Gesit Prasasti Alam ( (ابو ياسمين 
SEKOLAH TINGGI ILMU DAKWAH DIROSAT ISLAMIYAH 
AL HIKMAH 
Juni 2014 / Sya'ban 1435 H
: وَوَصَّيْنَا الْ 7 تَعَاَ: قَالَ اُ 
نِسَْانَ بِوَالَِيْهِ حُسْنًا 
“ Dan kami wajibkan manusia (berbuat) kebaikan kepada dua orang ibu-bapaknya” 
(Al Ankabut:8) 
2 Of 27
DAFTAR ISI 
Pendahuluan...........................................................................................................................4 
BERBAKTI KEPADA KEDUA ORANG TUA...................................................................5 
A. Makna Berbakti kepada Kedua Orang Tua...................................................................5 
B. Keutamaan Berbakti kepada Kedua Orang Tua............................................................5 
C. Mendahulukan Ibu........................................................................................................9 
D. Durhaka kepada Kedua Orang Tua.............................................................................11 
D.1 Hukuman bagi orang yang durhaka kepada orang tuanya...................................21 
D.2 sebab-sebab anak durhaka dan cara mengatasinya..............................................22 
E. Hikmah Berbakti Kepada Orang Tua..........................................................................24 
F. Do’a Kepada Kedua Orang Tua..................................................................................25 
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................27 
3 Of 27
Pendahuluan 
Manusia diciptakan saling keterkaitan satu dengan lainnya. Dalam artian, manusia 
membutuhkan manusia lainnya untuk menjalani hidupnya. baik dalam hal yang bersifat kecil 
dan terlebih dalam hal yang begitu penting. 
Namun tidak ada orang yang paling berjasa dalam hidup kita selain orang tua kita 
sendiri. Mereka memberikan kasih sayang yang sungguh luar biasa kepada kita sejak kita 
lahir hingga kapan pun mereka akan tetap memberikan kasih sayangnya kepada kita. 
Tanpa sedikit pun mengeluh mereka membesarkan kita dengan penuh kesabaran, 
memberi makan kita dengan penuh keikhlasan, mendidik kita dengan penuh cinta, dan banyak 
lagi jasa-jasa orang tua yang tidak akan pernah akan terbalas. 
Lalu apa yang akan kita lakukan untuk membalas semua kebaikannya? 
Allah memerintahkan kita sebagai orang muslim untuk berbakti kepada mereka. 
Sebagaimana firman-Nya ; 
: وَوَصَّيْنَا الْ 8 7 تَعَاَ: قَالَ اُ 
نِسَْانَ بِوَالَِيْهِ حُسْنًا (العنكبوت : ) 
“ Dan kami wajibkan manusia (berbuat) kebaikan kepada dua orang ibu-bapaknya” (Al 
Ankabut:8). 
Berbakti kepada orang tua merupakan kewajiban mutlak dan mempunyai kedudukan 
amal yang lebih tinggi dibandingkan dengan amal lainnya berkaitan dengan hubungan 
manusia dengan sesamanya. 
Perintah berbakti kepada orang tua dalam al-Quran selalu disandingkan dengan 
perintah untuk taat kepada Allah, mengingat betapa keutamaan dan kedudukan mereka 
dihadapan anak-anaknya, dan ditekankannya perintah tersebut agar diperhatikan oleh 
manusia. Kedudukan mereka yang begitu agung dan besarnya jasa mereka demi anak-anak, 
menjadikan Allah membuat suatu ketentuan mutlak bahwa anak yang tidak berbakti atau 
durhaka kepada mereka, akan dijatuhi hukuman dosa paling besar setelah syirik. Dan 
hukuman ini tidak akan ditangguhkan menunggu saatnya hari kiamat, bahkan ketika di dunia 
ini hukuman tersebut bias diberlakukan. 
4 Of 27
Perbuatan berbakti atau durhaka akan membuahkan hasil masing-masing, yang sangat 
berdampak bagi pelakunya dalam kehidupannya sehari-hari, bahkan sampai di akhirat kelak 
dampak perbuatan tersebut akandirasakan oleh pelakunya. Anak yang berbakti kepada kedua 
orang tuanya akan merasakan berbagai keuntungan, kebaikan dan keselamatan selama di 
dunia ini, sehingga dikatakan bahwa keberhasilan hidup seseorang tergantung bagaimana 
bentuk baktinya kepada orang tua mereka, sebaliknya, kehancuran hidupnya mencerminkan 
bagaimana perlakuan buruknya terhadap orang tua, sehingga berbagai kesulitan, 
ketidaktenangan, bahkan kesengsaraan selalumewarnai kehidupannya karena tindakan yang 
selalu menentang, menyakiti, dan melakukan perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh Allah 
untuk dilakukan kepada orang tuanya. 
BERBAKTI KEPADA KEDUA ORANG TUA 
A. Makna Berbakti kepada Kedua Orang Tua. 
Makna berbakti kepada kedua orang tua yakni berusaha membalas semua yang telah 
diberikan kedua orang tua kita, meskipun semua kebaikan mereka tidak akan pernah bisa 
terbalas oleh seorang anak. Oleh karena itu kita harus berusaha sebisa mungkin membuat 
orang tua kita bangga membuat mereka bahagia. 
Tanpa sedikit pun mengeluh mereka membesarkan kita dengan penuh kesabaran, 
memberi makan kita dengan penuh keikhlasan, mendidik kita dengan penuh cinta, dan tentu 
saja masih banyak lagi jasa-jasa orang tua yang tidak akan pernah akan terbalas. 
Selain itu sebagai anak kita harus mentaati semua yang diperintahkan oleh kedua orang tua 
kita namun dalam batasan tidak keluar dari aturan-aturan Allah SWT. dan Rasul-Nya. 
B. Keutamaan Berbakti kepada Kedua Orang Tua. 
Rasulullah SAW. bersabda dalam hadits yang diriwayatkan ‘Abdullah bin Mas’ud. 
م اَيُّ قَالَ(صلاَةُ عَلَئ وَقْتِهَا قُلْتُ عُ(بِ قَالَ ال(ئ ا(ب ص اَيُّ الْعَمَلِ اَحَبُّ ال(جِ(بِ مَسْعُوْدٍ ر قَالَ سَاَلْتُ ا(قَنْ قَبْدِ ا 
ب( الِهَِادِ فِ سَبِيْ 
م اَيُّ قَالَ الْ( قُلْتُ عُينِ S وَاَِبِرُّ الْ 
5 Of 27
“ Diriwayatkan oleh ‘Abdullah bin Mas’ud ra. Bahwa ia berkata : Aku pernah bertanya 
kepada Nabi SAW. ‘perbuatan apa yang paling disukai Allah?’ Nabi menjawab : ‘Shalat 
pada awal waktu.’ Kemudian apa lagi? Nabi menjawab : ‘Berbakti kepada orang tua.’ 
Kemudian apa lagi?’ Nabi menjawab : ‘Jihad di jalan Allah.’ “ 
Dan dalam keterangan lain, 
Amr Radhiyallahu Anhuma berkata, “Seseorang datang meminta izin untuk berjihad 
brsama Nabi SAW. Nabi bersabda, ‘Apakah orang tuamu masih hidup?’ ia menjawab ‘ya’ 
Nabi bersabda “Berjihadlah dengan izin kedua orang tuamu”. (Dikeluarkan dalam kitab 
Shahih Bukhari dan Shahih Muslim). 
Lihatlah bagaimana berbuat baik dan memberikan pelayanan kepada orang tua lebih 
diutamakan ketimbang jihad? 
Rasullullah SAW. bersabda, Maukah aku beritahu kalian tentang dosa yang paling 
besar? “Menyekutukan Allah dan durhaka kepada orang tua.” Lanjutan hadits ini adalah : 
Asalnya Rasulullah bersandar lalu tegak duduk dan bersabda, “ ketahuilah, dan ucapan dusta 
serta sumpah palsu“ beliau terus-menerus mengucapkan kata itu hingga kami ( para sahabat ) 
berkata, ”seandainya saja beliau diam“. 
Keterangan di atas menunjukan bahwasanya termasuk dosa besar apabila seorang anak 
mendurhakai orang tua, baik itu menyakiti hati mereka, mengucapkan kata-kata yantg tak 
pantas kepada mereka ataupun tidak menghormati mereka sebagai orang yang telah 
melahirkan, mengurus, membimbing hingga kelak kasih dan sayang mereka tak akan pernah 
hilang atau pun berkurang kepada kita. 
Dalam bab hadits mengenai dikabulkannya doa orang yang berbuat baik kepada 
orangtua 
يه S إجابة دخء من بر وا 
َ 
بُ( ا] قُمَرَ رََِنِخْبََيِ نَافِعٌ قَنْ ابْ 
َ 
دعَنَا إِسْمَاقِيلُ نْنُ إِبْرَاهِيمَ بْنِ قُقْبَةَ قَالَ أ( مَرْيَمَ حَ kِ 
دعَنَا سَعِيدُ نْنُ أ(حَ 
قَنْهُمَا 
6 Of 27
َ 
مَ قَالَ بَيْنَمَا ثَلَاثَةُ غَفَرٍ فَتَمَاشَوْنَ أ(بُ عَلَيْهِ وَسَل(ل ا(بِ صَ(قَنْ رَسُولِ ا 
خَذَهُمْ الْمَطَرُ فَمَالُوا إِلَ لَرٍ فِ الَْبَلِ 
َ 
بِ(قْمَالًا عَمِلْتُمُوهَا ِ 
َ 
طتْ لََ فَمِ لَرِهِمْ صَخْرَةٌ مِنْ الَْبَلِ فَأ(فَانَْ 
طْبَقَتْ عَلَيْهِمْ فَقَالَ نَعْضُهُمْ كَِعْضٍ اغْظُرُوا أ 
َ 
صِبْيَةٌ صِغَارٌ كُنْتُ ‡ انِ شَيْخَانِ كَبِيَانِ وَِS هُ كَنَ لِ وَاَِ(م إِن(هُ(حَدُهُمْ الل 
هُ فَفْرُجُهَا فَقَالَ أ(بَ بِهَا لَعَل(صَالَِةً فَادْعُوا ا 
(k 
َ 
شجَرُ فَمَا أ( ال k هُ نَاءَ َِ(ِن يِ وَ 
يَيْتُ حَ 
َ 
ي أ(S تُ بِوَاَِ 
S مَا قَبْلَ وََسْقِيهِ 
ْ 
َ 
أ 
رْعَ عَلَيْهِمْ فَإِذَا رُحْتُ عَلَيْهِمْ فَحَلَبْتُ بَدَأ 
ُ 
نْ أ 
وقِظَهُمَا 
َ 
َ 
كْرَهُ أ 
َ 
لَِابِ فَقُمْتُ عِنْدَ رُءُوسِهِمَا أ 
ئْتُ بِالْجِحْلُبُ فَ 
َ 
أ 
مْسَيْتُ فَوَجَدْيُهُمَا قَدْ نَامَا فَحَلَبْتُ كَمَا كُنْتُ أ 
ْ 
وَدَأ kِ 
طَلَعَ (k 
نَهُمْ حَ 
ْ 
م فَلَمْ يَزَلْ ذَلِكَ دَأ( بِالصِّبْيَةِ قَبْلَهُمَا وَالصِّبْيَةُ فَتَضَاغَوْنَ عِنْدَ قَدََ 
َ 
بْدَأ 
َ 
نْ أ 
َ 
َ 
كْرَهُ أ 
مِنْ نَوْمِهِمَا وَأ 
بُ لَهُمْ فُرْجَةً حَ(سمَاءَ فَفَرَجَ ا(فَعَلْتُ ذَلِكَ ابْتِغَاءَ وَجْهِكَ فَافْرُجْ جََا فُرْجَةً نَرَى مِنْهَا ال kِّ 
(k 
َ 
الْفَجْرُ فَإِنْ كُنْتَ يَعْلَمُ أ 
َ 
ْهَا £ شَدِّ مَا يُِبُّ الرِّجَالُ النِّسَاءَ فَطَلَبْتُ إَِ 
ُ 
م أ¦هُ كَنَتْ لِ انْنَةُ قَ(م إِن(هُ(الل kِ ا(سمَاءَ وَقَالَ اك(يَرَوْنَ مِنْهَا ال 
حِبُّهَا كَأ 
َ 
ا قَعَدْتُ بَيْ رِجْلَيْهَا قَالَتْ يَا( جَعَْتُ مِائَةَ دِينَارٍ فَلَقِيتُهَا بِهَا فَلَم (k 
آيِيَهَا بِمِائَةِ دِينَارٍ فَسَعَيْتُ حَ (kبَتْ حَ 
غَفْسَهَا فَأ 
َ 
قَدْ فَعَلْتُ ذَلِكَ ابْتِغَاءَ وَجْهِكَ فَافْرُجْ kِّ 
م فَإِنْ كُنْتَ يَعْلَمُ أ(هُ(بَ وَلَا يَفْتَحْ الَْايَمَ فَقُمْتُ قَنْهَا الل(قِ ا(بِ ات(قَبْدَ ا 
َ 
حَقِّطِنِعْ 
َ 
قَمَلَهُ قَالَ أ ² ما قََ(ز فَلَ¦رُ 
َ 
جِيًا بِفَرَقِ أ 
ْ 
كُنْتُ اسْتَأ kِّ م إِ(هُ(جََا مِنْهَا فَفَرَجَ لَهُمْ فُرْجَةً وَقَالَ الْآخَرُ الل 
جَرْتُ أ 
َ 
زَلْ أ 
وَلاَ(قِ اب(فَقَالَ ات kِ جَعَْتُ مِنْهُ نَقَرًا وَرَاقِيَهَا فَجَاءَ (k 
زْرَعُهُ حَ 
َ 
هُ وَرَغِبَ قَنْهُ فَلَمْ أ ¶ قهُ فَتَََ(فَعَرَضْتُ عَلَيْهِ حَ 
بِكَ 
َ 
لَا أ kِّ فَقُلْتُ إِ k ِ 
ُ 
هْزَأ 
ْ 
َ 
بَ وَلَا يَهْزَأ(قِ ا(عْطِنِ حَقِّ فَقُلْتُ اذْهَبْ إِلَ ذَلِكَ اكَْقَرِ وَرَاقِيهَا فَقَالَ ات 
يَظْلِمْنِ وَأ 
َ 
فَعَلْتُ ذَلِكَ ابْتِغَاءَ وَجْهِكَ فَافْرُجْ مَا بَقَِ فَفَرَجَ kِّ 
َ 
خَذَهُ فَاغْطَلَقَ بِهَا فَإِنْ كُنْتَ يَعْلَمُ أ 
فَخُذْ ذَلِكَ اكَْقَرَ وَرَاقِيَهَا فَأ 
بُ قَنْهُمْ(ا 
Telah menceritakan kepada kami Sa’id bin Abu Maryam telah menceritakan kepada kami 
Isma’il bin Ibrahim bin ‘Uqbah dia berkata; telah mengabarkan kepadaku Nafi’ dari Ibnu 
Umar radliallohu ‘anhuma dari Rasululloh shallallohu ‘alaihi wasallam beliau bersabda: 
“Suatu ketika tiga orang laki-laki sedang berjalan, tiba-tiba hujan turun hingga mereka 
7 Of 27
berlindung ke dalam suatu gua yang terdapat di gunung. Tanpa diduga sebelumnya, ada 
sebongkah batu besar jatuh menutup mulut goa dan mengurung mereka di dalamnya. 
Kemudian salah seorang dari mereka berkata kepada temannya yang lain; ‘lngat-ingatlah amal 
shalih yang pernah kalian lakukan hanya karena mengharap ridla Alloh semata. Setelah itu, 
berdoa dan memohonlah pertolongan kepada Alloh dengan perantaraan amal shalih tersebut, 
mudah-mudahan Alloh akan menghilangkan kesulitan kalian. Kemudian salah seorang dari 
mereka berkata; ‘Ya Alloh ya Tuhanku, dulu saya mempunyai dua orang tua yang sudah 
lanjut usia. Selain itu, saya juga mempunyai seorang istri dan beberapa orang anak yang 
masih kecil. Saya menghidupi mereka dengan menggembalakan ternak. Apabila pulang dari 
menggembala, saya pun segera memerah susu dan saya dahulukan untuk kedua orang tua 
saya. Lalu saya berikan air susu tersebut kepada kedua orang tua saya sebelum saya berikan 
kepada anak-anak saya. Pada suatu ketika, tempat penggembalaan saya jauh, hingga saya baru 
pulang pada sore hari. Ternyata saya dapati kedua orang tua saya sedang tertidur pulas. Lalu, 
seperti biasa, saya segera memerah susu. Saya berdiri di dekat keduanya karena tidak mau 
membangunkan dari tidur mereka. Akan tetapi, saya juga tidak ingin memberikan air susu 
tersebut kepada anak-anak saya sebelum diminum oleh kedua orang tua saya, meskipun 
mereka, anak-anak saya, telah berkerumun di telapak kaki saya untuk meminta minum karena 
rasa lapar yang sangat. Keadaan tersebut saya dan anak-anak saya jalankan dengan sepenuh 
hati hingga terbit fajar. Ya Alloh, jika Engkau tahu bahwa saya melakukan perbuatan tersebut 
hanya untuk mengharap ridla-Mu, maka bukakanlah celah untuk kami hingga kami dapat 
melihat langit! ‘ Akhirnya Alloh membuka celah lubang gua tersebut, hingga mereka dapat 
melihat langit. Orang yang kedua dari mereka berdiri sambil berkata; ‘Ya Alloh, dulu saya 
mempunyai seorang sepupu perempuan (anak perempuan paman) yang saya cintai 
sebagaimana cintanya kaum laki-laki yang menggebu-gebu terhadap wanita. Pada suatu 
ketika saya pernah mengajaknya untuk berbuat mesum, tetapi ia menolak hingga saya dapat 
memberinya uang seratus dinar. Setelah bersusah payah mengumpulkan uang seratus dinar, 
akhirnya saya pun mampu memberikan uang tersebut kepadanya. Ketika saya berada diantara 
kedua pahanya (telah siap untuk menggaulinya), tiba-tiba ia berkata; ‘Hai hamba Alloh, 
takutlah kepada Alloh dan janganlah kamu membuka cincin (menggauliku) kecuali setelah 
menjadi hakmu.’ Lalu saya bangkit dan meninggalkannya. Ya Alloh, sesungguhnya Engkau 
pun tahu bahwa saya melakukan hal itu hanya untuk mengharapkan ridhla-Mu. Oleh karena 
itu, bukakanlah suatu celah lubang untuk kami! ‘ Akhirnya Alloh membukakan sedikit celah 
8 Of 27
lubang lagi untuk mereka bertiga. Seorang lagi berdiri dan berkata; ‘Ya Alloh ya Tuhanku, 
dulu saya pernah menyuruh seseorang untuk mengerjakan sawah saya dengan cara bagi hasil. 
Ketika ia telah menyelesaikan pekerjaannya, ia pun berkata; ‘Berikanlah hak saya kepada 
saya! ‘ Namun saya tidak dapat memberikan kepadanya haknya tersebut hingga ia merasa 
sangat jengkel. Setelah itu, saya pun menanami sawah saya sendiri hingga hasilnya dapat saya 
kumpulkan untuk membeli beberapa ekor sapi dan menggaji beberapa penggembalanya. 
Selang berapa lama kemudian, orang yang haknya dahulu tidak saya berikan datang kepada 
saya dan berkata; ‘Takutlah kamu kepada Alloh dan janganlah berbuat zhalim terhadap hak 
orang lain! ‘ Lalu saya berkata kepada orang tersebut; ‘Pergilah ke beberapa ekor sapi beserta 
para penggembalanya itu dan ambillah semuanya untukmu! ‘ Orang tersebut menjawab; 
‘Takutlah kepada Alloh dan janganlah kamu mengolok-olok saya! ‘ Kemudian saya katakan 
lagi kepadanya; ‘Sungguh saya tidak bermaksud mengolok-olokmu. Oleh karena itu, ambillah 
semua sapi itu beserta para pengggembalanya untukmu! ‘ Akhirnya orang tersebut 
memahaminya dan membawa pergi semua sapi itu. Ya Alloh, sesungguhnya Engkau telah 
mengetahui bahwa apa yang telah saya lakukan dahulu adalah hanya untuk mencari ridla-Mu. 
Oleh karena itu, bukalah bagian pintu goa yang belum terbuka! ‘ Akhirnya Alloh pun 
membukakan sisanya untuk mereka.” 
C. Mendahulukan Ibu. 
Dalam kedua kitab shahih diriwayatkan : 
جاء رجل ال رسول الله ص فقال }يا رسول الله من احقّ اجّاس بسن الصحبه ؟ قال: )امّك( ثمّ من؟ قال: )ثمّ 
امّك( قال: ثمّ من ؟ قال: )ثمّ امّك( قال: ثمّ من؟ قال )ثمّ ابوك{( رواه اكخاري 
“Seseorang datang kepada Rasulullah SAW. dan bertanya, “Wahai Rasulullah, siapakah 
yang berhak mendapat perlakuan baik ? Rasulullah SAW. menjawab, “ ibumu.” Ia bertanya, 
kemudian siapa lagi ? beliau menjawab “ ibumu “. Kemudian siapa lagi ? beliau menjawab 
“ ibumu”. Ia menjawab lagi kemudian Rasulullah menjawab, “ ayahmu ”. HR. al-Bukhariy. 
Takhrij Hadits. 
Selain Imam al-Bukhoriy yang meriwayatkan hadits diatas ,Imam Ahmad, Imam 
9 Of 27
Muslim, Imam Abu Daud, Imam at-Tirmidzi, dan Imam Ibnu majah pun meriwayatkan juga. 
Matan diatas adalah yang dicatat oleh Imam al-Bukhariy dalam kitab adab, Babul Birri wa 
Shilah dengan sanad sebagai berikut; Kata beliau, telah menceritakan kepada kami Quttaybah 
bin Said, telah menceritakan kepada kami Jarir, dari ‘Umarah bin al-Qa’qa, bin Syubrumah, 
dari Abi Zur’ah, Dari Abu Hurayrah r.a. Imam Muslim meriwayatkan hadits ini melalui sanad 
yang sama, dengan matan yang berbeda namun sema’na. 
Imam Abu Daud dan at-Tirmidzi juga meriwatkan hadits yang semakna. Diterima dari 
Bahiz bin Hakim dari bapaknya dari kakeknya yaitu Mu’awiyyah bin Haydah. Ia bertanya 
kepada Rasulullah Saw, 
...من ابرّ؟ قال امّك، ثمّ امّك، ثمّ امّك، ثمّ اباك، ثمّ الاقرب فالاقرب 
“Kepada siapa saya harus berbuat baik?” Jawab Rasulullah Saw, “Ibumu, kemudian ibumu, 
kemudian ibumu, kemudian ayahmu, kemudian keluarga paling dekat kemudian keluarga 
yang dekat...” 
Melihat susunan sanad yang dilalui Imam Abu daud dan Imam at-Tirmidzi, Imam Ibnu 
Hajar al-‘Asqalani juga memperkirakan bahwa seorang yang bertanya kepada Rasulullah 
Saw. yang dimaksud oleh Abu Hurayrah itu adalah Mu’awiyyah bin Haydah. 
Rasulullah SAW. mengulangi kewajiban berbakti kepada ibu hingga tiga kali 
sedangkan kepada ayah hanya satu kali. Hal itu disebabkan derita seorang ibu lebih besar dari 
pada ayah dan kasih sayang yang diberikannyua juga lebih besar daripada ayah. Belum lagi 
jika dibandingkan dengan beratnya mengandung, kontraksi, melahirkan, berjaga malam dan 
masih banyak lagi. 
Jadi, dari keterangan diatas bahwasanya seorang anak dianjurkan lebih mengutamakan 
seorang ibu ketimbang ayah, yang dilihat dari pengorbanan seorang ibu lebih besar dari 
pengaorbanan seorang ayah. 
التّة تت اقدام الا مّهات 
“ Surga terletak dibawah telapak kaki para ibu “ 
10 Of 27
D. Durhaka kepada Kedua Orang Tua. 
Bakti (dalam bahasa arab disebut birrun) adalah kata yang mencakup kebaikan dunia 
dan akhirat. Berbakti kepada kedua orang adalah berbuat baik kepada mereka memenuhi hak-hak 
mereka dan menaati mereka dalam hal-hal yang mubah, bukan hal-hal yang wajib atau 
maksiat. 
Adapun lawan kata bakti adalah durhaka. Durhaka kepada orang tua adalah berbuat 
buruk kepada mereka dan menyia-nyiakan hak mereka. Secara bahasa, kata al -‘uquuq 
(durhaka) berasal dari kata al-‘aqqu yang berarti al-qath’u (memutus, merobek, memotong, 
membelah). Adapun menurut syara’ adalah setiap perbuatan atau ucapan anak yang menyakiti 
kedua orang tuanya. Diantara bentuk durhaka adalah : 
1. Menimbulkan gangguan terhadap orang tua baik berupa perkataan (ucapan) ataupun 
perbuatan yang membuat orang tua sedih dan sakit hati. 
2. Berkata ‘ah’ dan tidak memenuhi panggilan orang tua. 
3. Membentak atau menghardik orang tua. 
4. Bakhil, tidak mengurusi orang tuanya bahkan lebih mementingkan yang lain dari pada 
mengurusi orang tuanya padahal orang tuanya sangat membutuhkan. Seandainya 
memberi nafkah pun, dilakukan dengan penuh perhitungan. 
5. Merendahkan orang tua, mengatakan bodoh, ‘kolot’ dan lain-lain. 
6. Menyuruh orang tua, misalnya menyapu, mencuci atau menyiapkan makanan. 
Pekerjaan tersebut sangat tidak pantas bagi orang tua, terutama jika mereka sudah tua 
atau lemah. Tetapi jika ‘Si Ibu” melakukan pekerjaan tersebut dengan kemauannya 
sendiri maka tidak mengapa dan karena itu anak harus berterima kasih. 
7. Menyebut kejelekan orang tua di hadapan orang banyak atau mencemarkan nama baik 
orang tua. 
8. Mendahulukan taat kepada istri dari pada orang tua. Bahkan ada sebagian orang 
dengan teganya mengusir ibunya demi menuruti kemauan istrinya. Na’udzubillah. 
9. Malu mengakui orang tuanya. Sebagian orang merasa malu dengan keberadaan orang 
tua dan tempat tinggalnya ketika status sosialnya meningkat. Tidak diragukan lagi, 
sikap semacam ini adalah sikap yang amat tercela, bahkan termasuk kedurhakaan yang 
11 Of 27
keji dan nista. 
Allah SWT. berfirman : 
َ 
يْنِ إِحْسَانًا S اهُ وَبِالْوَاَِ(لا يَعْبُدُوا إِلآ إِي( 
رَبُّكَ أ ² .… وَقََ 
“ Dan tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain dia dan 
hendaklah kamu berbuat baik kepada ibu bapak mu dengan sebaik-baiknya… 
ُ 
هُمَا أ(وْ كَِهُمَا فَلاَ يَقُل ل 
ف¦ 
َ 
َ 
ن عِندَكَ الْكِبََ أ(ما فَبْلُغَ( …إِ 
حَدُهُمَا أ 
…Jika salah seseorang diantara keduanya atau keduanya sampai berumur lanjut dalam 
pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan 
“ AH “…. 
Artinya, janganlah berkata-kata kasar kasar kepada keduanya jika mereka telah tua dan 
berumur. Selain itu wajib bagimu untuk memberikan pengabdian kepada mereka sebagaimana 
mereka berdua memberikan pengabdian padamu. Keutamaan biasanya lebih dimiliki yang 
pertama, bagaimana mungkin kedua pengabdian itu bisa disamakan? Kedua orang tuamu 
menahan segala derita mengharapkan agar kamu bisa hidup. Sedangkan jika kamu menahan 
derita karena keduanya, kamu mengharapkan kematiannya. Allah melanjutkan firmannya, 
… هُمَا قَوْلاً كَرِيمًا. )الا ساء : 23(( وَلاَيَنْهَرْهُمَا وَقُل ل 
“…dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia”. (al-Isra’ : 23) 
صَغِيًا. [ الا ساء : 24 kِ بيَا(ربِّ ارْحَْهُمَا كَمَا رَ([ 
“Ya Allah limpahkanlah rahmatmu kepada ibu bapakku sebagaimana mereka mengurus 
ketika aku masih kecil “. 
Allah Ta’ala berfirman, 
َ 
أ 
صِيُ.....ل الْمَ(يْكَ إَِS نِ اشْكُرْ لِ وَلِوَاَِ 
“Agar kamu bersyukur kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu, dan kepada-Ku lah 
12 Of 27
kembalimu”. ( Luqman : 14 ). 
Ada tiga ayat yang diturunkan dan dikaitkan dengan tiga hal, tidak dterima salah-satunya 
jika tidak dengan yang dikaitkannya : 
1. Firman Allah, “Taatlah kepada Allah dan taatlah kepada Rasul. Maka barangsiapa taat 
kepada Allah namun tidak taat kepada Rasul, ketaatannya tidak diterima“. 
2. Firman Allah, “Dan dirikanlah shalat serta tunaikan zakat”. maka barangsiapa yang 
melakukan shalat namun tidak mengeluarkan zakat maka tidaklah diterima. 
3. Firman Allah, “Agar kamu bersyukur kepadaku dan kepada kedua orang tua mu“. 
Barang siapa yang bersyukur kepadaku namun tidak bersyukur kepada ibu bapak tentu 
saja itu akan sia-sia. 
Dalam hadits lain mengenai bab Jangan seseorang mencela kedua orangtuanya 
يه S لا يسب الرجل وا 
َ 
َِ] بِ بْنِ قَمْرٍو رَ(رحَْنِ قَنْ قَبْدِ ا(نِيهِ قَنْ حَُيْدِ بْنِ قَبْدِ ال 
َ 
دعَنَا إِبْرَاهِيمُ نْنُ سَعْدٍ قَنْ أ(حَْدُ نْنُ يُونسَُ حَ 
دعَنَا أ(حَ 
بُ قَنْهُمَا قَالَ(ا 
َ 
يْفَ يَلْعَنُ ¶ بِ وََ(يْهِ قِيلَ يَا رَسُولَ ا S رجُلُ وَاَِ(نْ يَلْعَنَ ال 
َ 
ن مِنْ أ(مَ إِ(بُ عَلَيْهِ وَسَل(ل ا(بِ صَ(قَالَ رَسُولُ ا 
كْبَِ الْكَبَائِرِ أ 
ُ 
مهُ( 
َ 
رجُلِ فَيَسُبُّ أ(بَا ال 
بَاهُ وَيسَُبُّ أ 
َ 
رجُلُ أ(يْهِ قَالَ يسَُبُّ ال S رجُلُ وَاَِ(ال 
Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Yunus telah menceritakan kepada kami Ibrahim 
bin Sa’d dari Ayahnya dari Humaid bin Abdurrahman dari Abdulloh bin ‘Amru radliallohu 
‘anhuma dia berkata; Rasululloh shallallohu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya 
termasuk dari dosa besar adalah seseorang melaknat kedua orang tuanya sendiri, ” beliau 
ditanya; “Kenapa hal itu bisa terjadi wahai Rasululloh?” beliau menjawab: “Seseorang 
mencela (melaknat) ayah orang lain, kemudian orang tersebut membalas mencela ayah dan 
ibu orang yang pertama.” 
Begitu pula dalam hadits lain mengenai Durhaka kepada Orang tua merupakan 
diantaranya dosa besar 
13 Of 27
ين من الكبائر S عقوق الوا 
Riwayat #1 
رادٍ قَنْ الْمُغِيَةِ بْنِ شُعْبَةَ(يبِ قَنْ وَ(دعَنَا شَيْبَانُ قَنْ مَنْصُورٍ قَنْ الْمُسَ(دعَنَا سَعْدُ نْنُ حَفْصٍ حَ(حَ 
ْ 
رِهَ لَكُمْ ¶ دَ اكَْنَاتِ وََ 
مهَاتِ وَمَنْعًا وَهَاتِ وَوَأ( 
ُْرمَ عَلَيْكُمْ قُقُوقَ الأ(بَ حَ(ن ا(مَ قَالَ إِ(بُ عَلَيْهِ وَسَل(ل ا(جبِِّ صَ(قَنْ ا 
ِضَاعَةَ الْمَالِ  ثَْةَ السُّؤَالِ وَ ¶ قِيلَ وَقَالَ وََ 
Telah menceritakan kepada kami Sa’d bin Hafsh telah menceritakan kepada kami Syaiban 
dari Manshur dari Al Musayyib dari Warrad dari Al Mughirah bin Syu’bah dari Nabi 
shallallohu ‘alaihi wasallam beliau bersabda: “Sesungguhnya Alloh mengharamkan atas 
kalian durhaka kepada kedua orang tua, tidak suka memberi namun suka meminta-minta dan 
mengubur anak perempuan hidup-hidup. Dan membenci atas kalian tiga perkara, yaitu; suka 
desas-desus, banyak bertanya dan menyia-nyiakan harta.” 
Riwayat #2 
َ 
بُ قَنْهُ قَالَ( ا] نِيهِ رََِ 
َ 
رحَْنِ بْنِ أ( الْوَاسِطِيُّ قَنْ الُْرَيْرِيِّ قَنْ قَبْدِ ال S دعَنَا خَاٌِ(دثَنِ إِسْحَاقُ حَ(حَ 
بَكْرَةَ قَنْ أ kِ 
َ 
بِ وَقُقُوقُ(شَِْاكُ بِا 
قَالَ الْإبِ( اقُلْنَا بَلَ يَا رَسُولَبَِ الْكَبَائِرِكْ 
ُ 
لَا أ 
نَبِّئُكُمْ بِأ 
َ 
مَ أ(بُ عَلَيْهِ وَسَل(ل ا(بِ صَ(قَالَ رَسُولُ ا 
(k 
َ 
لَا وَقَوْلُ الزُّورِ وَشَهَادَةُ الزُّورِ فَمَا زَالَ فَقُولُهَا حَ 
َ 
تكِئًا فَجَلَسَ فَقَالَ أ(نَ مُ Ú يْنِ وََS الْوَاَِ 
قُلْتُ لَا يسَْكُتُ 
لَا وَقَوْلُ الزُّورِ وَشَهَادَةُ الزُّورِ أ 
Telah menceritakan kepadaku Ishaq telah menceritakan kepada kami Khalid Al Wasithi dari 
Al Jurairi dari Abdurrahman bin Abu Bakrah dari Ayahnya radliallohu ‘anhu dia berkata; 
Rasululloh shallallohu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tidak maukah aku beritahukan kepada 
kalian sesuatu yang termasuk dari dosa besar? Kami menjawab; “Tentu wahai Rasululloh.” 
Beliau bersabda: “Menyekutukan Alloh dan mendurhakai kedua orang tua.” -ketika itu 
beliau tengah bersandar, kemudian duduk lalu melanjutkan sabdanya: “Perkataan dusta dan 
kesaksian palsu, perkataan dusta dan kesaksian palsu.” Beliau terus saja mengulanginya 
14 Of 27
hingga saya mengira beliau tidak akan berhenti.” 
Riwayat #3 
َ 
نسََ 
َ 
بِ نْنُ أ(دثَنِ قُبَيْدُ ا(دعَنَا شُعْبَةُ قَالَ حَ(مدُ نْنُ جَعْفَرٍ حَ(دعَنَا مَُ(دِ حَ £ مدُ نْنُ الْوَِ(دثَنِ مَُ(حَ 
بَكْرٍ قَالَ سَمِعْتُ أ kِ 
بُ قَنْهُ قَالَ( ا] نْنَ مَالِكٍ رََِ 
َ 
مَ الْكَبَائِرَ أ(بُ عَلَيْهِ وَسَل(ل ا(بِ صَ(ذَكَرَ رَسُولُ ا 
جفْسِ وَقُقُوقُ(بِ وَقَتْلُ ا(وْ سُئِلَ قَنْ الْكَبَائِرِ فَقَالَ الشِّْكُ بِا 
َ 
هُ قَالَ شَهَادَةُ(ن 
َ 
كْثَُ ظَنِّ أ 
َ 
وْ قَالَ شَهَادَةُ الزُّورِ قَالَ شُعْبَةُ وَأ 
َ 
كْبَِ الْكَبَائِرِ قَالَ قَوْلُ الزُّورِ أ 
ُ 
لَا أ 
نَبِّئُكُمْ بِأ 
َ 
يْنِ فَقَالَ أ S الْوَاَِ 
الزُّورِ 
Telah menceritakan kepadaku Muhammad bin Al Walid telah menceritakan kepada kami 
Muhammad bin Ja’far telah menceritakan kepada kami Syu’bah dia berkata; telah 
menceritakan kepadaku ‘Ubaidulloh bin Abu Bakr dia berkata; saya mendengar Anas bin 
Malik radliallohu ‘anhu berkata; “Rasululloh shallallohu ‘alaihi wasallam menyebutkan 
tentang dosa besar atau beliau ditanya tentang dosa besar, lalu beliau menjawab: 
“Menyekutukan Alloh, membunuh jiwa dan durhaka kepada kedua orang tua.” Lalu beliau 
bersabda: “Maukah aku beritahukan kepada kalian yang termasuk dari dosa besar?” beliau 
bersabda: “Perkataan dusta atau beliau bersabda: “Kesaksian palsu.” Syu’bah mengatakan; 
“Dan saya menyangka bahwa beliau mengatakan; “Kesaksian palsu.” 
باب تريم العقوق وقطيعة الرحم 
الله عنه قال: قال رسول الله صل الله عليه وسلم: ألا أنبئكم - 336 ] بكرة نفيع بن الارث ر k وعن أ 
ن متكئاً فجلس، Ú ين، و S بأكب الكبائر ؟ – ثلاثاً – قلنا: بل يا رسول الله، قال: الإشاك بالله، وعقوق الوا 
ته سكت. متفقٌ عليه £ قلنا: k .فقال: ألا وقول الزور وشهادة الزور فما زال يكررها ح 
“Dari Abu Bakrah Nufai’ bin Al-Harits radhiyallahu ‘anhu [1], beliau berkata: Nabi 
15 Of 27
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,” Maukah kamu aku beritahukan kepada kalian tentang 
dosa besar yang paling besar?” – diulangi hingga tiga kali [2]- Kami menjawab,” Tentu saja 
wahai Rasulullah.” Beliau bersabda, ” menyekutukan Allah dan durhaka terhadap kedua 
orang tua.” Sedangkan beliau [pada waktu itu] dalam keadaan bersandar, lalu beliau duduk 
kemudian meneruskan sabdanya, “Ketahuilah! dan perkataan palsu dan kesaksian palsu.” 
Beliau terus-menerus mengulanginya sampai-sampai kami berkata,” Andai saja beliau diam”. 
(Muttafaqun ‘alaihi) 
Takhrij Hadits: 
1. Hadits terdapat dalam Shahih Al-Bukhari (2654), Kitab persaksian, bab apa yang 
dikatakan mengenai kesaksian palsu. 
2. Hadits ini juga diriwayatkan oleh Al-Imam Muslim dalam shahihnya (143), kitab 
Iman, bab penjelasan tentang dosa-dosa besar dan yang termasuk paling besar. 
3. Lihat juga dalam Jami’ At-Tirmidzi (2301), Kumpulan bab persaksian, bab apa yang 
datang mengenai persaksian dusta. 
Pelajaran yang Dapat Diambil dari Hadits: 
1. Dosa Memiliki Tingkatan 
Hadits ini menjelaskan bahwa di antara dosa, ada yang besar, bahkan ada yang 
terbesar dari dosa besar. Dapat dipahami pula dari hadits ini bahwa terdapat pula dosa 
kecil. Al-Imam An-Nawawi menegaskan bahwa ini adalah pandangan jumhur ‘ulama 
salaf dan khalaf. Pendapat ini juga diriwayatkan oleh ibnu ‘Abbas radhiyallahu 
‘anhuma. Dalil untuk pendapat ini dapat dilihat dalam nash-nash Al-Qur’an, As- 
Sunnah, dan keterangan para ulama, baik salaf maupun khalaf. Beliau melanjutkan, 
“Perbuatan dosa yang dapat dilebur dengan ibadah shalat dan amal baik lainnya 
disebut dengan shaghair (dosa-dosa kecil). Sedangkan dosa yang tidak dapat dilebur 
dengan amal baik, maka disebut dengan kabair (dosa besar). Tentu saja dengan 
disebutkannya dosa kecil tidak berarti perbuatan tersebut tidak buruk lagi kalau 
disandarkan kepada Allah ta’ala. 
16 Of 27
Kemudian pertanyaan berikutnya yang mungkin muncul, apakah dosa besar 
jumlahnya hanya terbatas kepada tiga seperti disebutkan di atas? Para ‘ulama 
rahimahumulahu ta’ala mengatakan bahwa tidak ada jumlah yang pasti untuk 
perbuatan maksiat yang dikategorikan dosa besar. Telah datang (riwayat) dari ibnu 
‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma bahwa beliau pernah apakah dosa-dosa besar itu 
jumlahnya tujuh [5]? Maka beliau menjawab: ia mencapai 70. Diriwayatkan juga 
bahwa ia mencapai 700. Adapun mengenai sabda nabi shallallahu ‘alaihi wasallam: 
“Dosa-dosa besar ada tujuh”, maka yang dimaksud adalah, “Termasuk dalam dosa 
besar adalah tujuh dosa.” 
Ada beberapa tanda yang dapat digunakan untuk mengetahui kalau suatu maksiat 
tergolong dalam dosa besar. Di antaranya adalah menyebabkan pelakunya menerima 
had, begitu pula ancaman yang keras berupa adzab neraka sebagaimana disebutkan 
dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah. Pelakunya juga disifati dengan fasiq oleh nash. 
Pelakunya juga mendapat la’nat dari Allah. [6] 
2. Adab Berbicara 
Hadits ini pula menjelaskan tentang adab berbicara. Termasuk dalam adab berbicara 
yaitu mengulang-ulang perkataan supaya benar-benar meresap ke dalam hati para 
pendengar. Tentunya pengulangan ini hanya untuk hal-hal yang penting, bukan pada 
setiap pembicaraan. 
3. Syirik adalah dosa paling besar 
Dalam hadits ini, syirik disebutkan pertama kali. Memang ia adalah dosa yang 
terbesar. Terkadang, karena sering disebutkan justru hal ini luput dari perhatian kita. 
Padahal, ini merupakan perkara yang teramat penting. Bahkan, barangsiapa yang mati 
dalam keadaan menyekutukan Allah jalla jalaluh, maka ia tidak akan diampuni oleh 
Allah. Ini berdasarkan firman-Nya azza wa jalla: 
َ 
بَ لَا فَغْفِرُ أ(ن ا(إِ 
بِ فَقَدِ افْتََى إِعْمًا عَظِيمًا(كِْ بِا 
هِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يشََاءُ وَمَنْ يشُْكََ بِنْ يشُْ 
17 Of 27
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni 
segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. 
Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang 
besar.” (An-Nisa: 48) 
Adapun seorang hamba yang mati dalam keadaan tidak menyekutukan Allah ta’ala, 
seperti berzina, membunuh, dan dosa-dosa lainnya, sedangkan dia mengimani bahwa 
perkara itu diharamkan tetapi karena lemahnya iman ia tetap mengerjakannya dan 
belum sempat bertaubat, maka hal ini di sisi ahlus sunnah wal jama’ah berada di 
bawah kehendak Allah ( شيئة الله . حت م . ت). Jika Allah kehendaki maka Allah 
mengampunkannya, dan memasukkannya ke dalam jannah – misalnya karena amal 
shalih yang dilakukannya, atau karena syafa’at, atau semata-mata karena karunia dan 
rahmat dari Allah. Dan jika Allah menghendaki, Allah akan mengadzabnya sesuai 
kadar maksiat yang diperbuatnya, tetapi dia tidak kekal di dalam neraka karena 
tauhidnya menjadi penghalang kekalnya di neraka.[7] 
Kami memohon kepada Allah supaya dimatikan dalam keadaan mentauhidkan-Nya 
semata dan dimasukkan ke dalam jannah tanpa hisab, Allahumma amin. 
4. Durhaka kepada orang tua termasuk dosa besar yang paling besar. 
Namun yang perlu diterangkan di sini bahwa durhaka kepada salah satu dari orang tua 
juga termasuk dosa besar. Di antara alasannya adalah mendurhakai salah satu dari 
keduanya hampir pasti berakibat mendurhakai atau melukai yang lainnya [8]. Begitu 
pula hadits-hadits lain yang ada dalam bab ini. 
5. Bahaya Perkataan dan Kesaksian palsu 
Keadaan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam yang mengubah posisinya dari bersandar 
kepada duduk tegak mengisyaratkan akan pentingnya hal yang akan dibicarakan. 
Dapat pula diambil faidah bahwa ini adalah penekanan akan keharamannya dan juga 
besarnya keburukan perkara ini. Sebab pentingnya hal ini adalah karena perkataan 
atau kesaksian dusta lebih mudah terjadi pada manusia dan ketidakpedulian 
terhadapnya banyak berlaku. Sedangkan syirik, maka hal itu jauh dari hati seorang 
18 Of 27
muslim. Begitu pula durhaka, hal ini secara naluriah ditolak oleh manusia. 
Dalam kedustaan, ikut bersamanya banyak maksiat lainnya seperti permusuhan, hasad, 
dan lainnya. Maka ini tentunya memerlukan perhatian ekstra,dan yang jelas ini tidak 
menunjukkan bahwa ia lebih besar dari apa yang disebutkan bersamanya berupa syirik. Akan 
tetapi, ini dilihat dari sisi kerusakan yang ditimbulkan oleh kedustaan berdampak kepada 
selain pelakunya, berbeda dengan syirik yang kerusakannya pada umumnya terbatas pada 
pelaku. 
Penggandengan perkataan dusta dengan syirik bahkan terdapat dalam al-Qur’an, 
firman-Nya: 
َْفَاجْتَنِبُوا الرِّجْسَ مِنَ الأ 
وْثَانِ وَاجْتَنِبُوا قَوْلَ الزُّورِ 
“Maka jauhilah olehmu berhala-berhala yang najis itu dan jauhilah perkataan-perkataan 
dusta” (Al-Hajj: 30) 
Masuk ke dalam larangan ini yaitu berdusta untuk tujuan senda-gurau. Ini berdasarkan 
sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, 
َ 
أ 
ِنْ كَنَ  نةِ لِمَنْ تَرَكَ الْكَذِبَ وَ(قا وَبِبَيْتٍ فِ وَسَطِ الَْáِنْ كَنَ مُِ  نةِ لِمَنْ تَرَكَ الْمِرَاءَ وَ(نَا زَقِيمٌ بِبَيْتٍ فِ رَبَضِ الَْ 
َ 
سنَ خُلُقَهُ(نةِ لِمَنْ حَ(لَْ الَْ 
مَازِحًا وَبِبَيْتٍ فِ أ 
“Saya menjamin satu rumah di pinggir jannah bagi orang yang meninggalkan perdebatan 
sekalipun dia benar, satu rumah di tengah jannah bagi orang yang meninggalkan kedustaan 
sekalipun bergurau dan satu rumah di tempat tertinggi dalam jannah bagi orang yang baik 
akhlaknya” [10] 
Apabila untuk bergurau saja tidak diperbolehkan, maka apatah lagi untuk keadaan 
yang lebih besar dari itu. Bagaimana pula dengan orang yang mengais rezeki dengan cara 
berdusta, seperti bersandiwara, menulis cerita-cerita rekaan, melawak dan sebagainya? Kita 
berlindung kepada Allah dari melanggar larangan-Nya. 
19 Of 27
Namun begitu, ada kondisi di mana berdusta diperbolehkan seperti dalam peperangan, 
ketika mendamaikan dua pihak yang sedang berseteru, dan perkataan seorang suami kepada 
istrinya ataupun sebaliknya.[11] 
Perkataan dusta akan berdampak semakin buruk apabila mimik wajah si pendusta 
mengesankan seakan-akan ia berkata jujur. Lebih parah lagi kalau berita dusta itu disebarkan 
oleh orang yang mendengarnya. 
Adapun orang yang melakukan kesaksian palsu, maka sesungguhnya ia telah 
melakukan empat keharaman sekaligus. 
1. Pertama, dia berdusta 
2. Kedua dia menzhalimi orang yang ia bersaksi palsu tentangnya. 
3. Ketiga, ia menzhalimi temannya yang ia bersaksi palsu untuknya sehingga temannya 
itu mengambil harta yang bukan haknya. 
4. Keempat, dia membolehkan apa yang Allah haramkan [12] 
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam terus-menerus mengulangi perkaannya yang terakhir 
ini sampai-sampai para shahabat radhiyallahu ‘anhum berkata,” Andai saja beliau diam”. 
Alasan para shahabat berbicara seperti ini karena mereka kasihan terhadap Rasulullah 
shallallahu ‘alaihi wasallam dan tidak suka terhadap sesuatu yang menyebabkan beliau marah. 
[13] 
Nasehat : 
Perkataan dusta barangkali sudah menjadi “menu wajib” kita setiap hari. Karenanya 
untuk meninggalkannya secara total tidaklah mudah. Untuk itu diperlukan usaha yang 
sungguh-sungguh. Di antara usaha yang bisa kita lakukan adalah: 
• Pertama, bulatkan niat dan azzam untuk meninggalkan perbuatan nista ini. 
• Kedua, carilah teman dan lingkungan yang baik. 
20 Of 27
Hukuman bagi orang yang durhaka kepada orang tuanya. 
Umat Islam sepakat bahwa durhaka kepada kedua orang tua adalah suatu hal yang 
diharamkan dan termasuk dosa besar yang sudah disepakati keharamannya. Barang siapa 
yang durhaka kepada orang tuanya, maka Allah akan menghukumnya dengan hukuman yang 
berat, baik di dunia maupun di akhirat. 
Adapun hukuman di dunia, orang yang durhaka kepada kedua orang tuanya akan 
berada dalam kemurkaan Allah. Hal ini sebagaimana yang dikabarkan oleh sang pembawa 
rahmat, Muhammad saw. Diriwayatkan dari ‘Abdulloh bin Amr’ bahwa dia berkata: 
“Rasulullah 
saw bersabda: Artinya: “Ridho Allah itu terletak pada Ridho orang tua, dan murka Allah itu 
terletak pada murka kedua orang tua.” (Syu’ab al-Iman, Baihaqi, Juz 
16, hlm. 338, Hadits no. 7584) 
Barang siapa yang dimurkai Allah, maka dia akan dibenci olehNya, juga akan dibenci oleh 
seluruh makhlukNya, lebih dari itu, Allah dan malaikat akan melaknatnya. 
Diantara hukuman bagi orang yang durhaka kepada kedua orang tua 
adalah: 
1. Pelakunya menjadi sosok yang dilaknat oleh Allah. Hal ini sesuai dengan sabda 
Rasulullah saw. 
Artinya: “Allah melaknat orang yang mengubah batas (patok) tanah: Allah melaknat 
budak yang bertuan kepada selain tuannya; Allah melaknat orang yang menyesatkan 
jalan orang yang buta; Allah melaknat orang yang menyembelih (hewan) untuk selain 
Allah; Allah melaknat orang yang melakukan hubungan seksual dengan binatang; 
Allah melaknat orang yang durhaka kepada kedua orang tuanya; dan Allah melaknat 
orang yang melakukan perbuatan kaum Nabi Luth.” (Musnad Imam Ahmad, Juz 6, 
hlm. 298, Hadits no. 2765) 
2. Rizkinya akan dipersempit. Kalaupun rizkinya dilapangkan, itu merupakan istidraz 
(tipuan) baginya. 
Dengan demikian, barang siapa yang berbakti kepada kedua orang tuanya, maka Allah 
akan melapangkan rizkinya. Hal ini sebagaimana yang dijelaskan dalam hadits: 
21 Of 27
Artinya:“Barang siapa yang ingin dipanjangkan umurnya oleh Allah dan dilapangkan 
rizkinya, serta dihindarkan dari kematian yang buruk, maka hendaklah dia bertaqwa 
kepada Allah dan membina hubungan silaturahmi.” (Al Mustadrak, al-Hakim, Juz 17, 
hlm 128, hadits no. 7389) 
3. Ajalnya tidak akan ditangguhkan 
4. Pelakunya berpeluang meninggal dunia dalam keadaan yang buruk, ia berpeluang 
meninggal dalam keadaan buruk, seperti mati dalam keadaan maksiat. 
5. Amalnya tidak diterima meskipun amal itu baik Itu disebabkan dia telah durhaka 
kepada kedua orang tuanya, diriwayatkan dari Abu Umamah al Bahili, bahwa 
Rasulullah saw bersabda: 
Artinya: “Ada tiga (kelompok) yang Allah tidak akan menerima sharf dan tidak pula 
adl Nya, yaitu orang yang durhaka (kepada kedua orang tuanya); orang yang sering 
menyebut-nyebut apa yang telah dia berikan; dan orang yang mendustakan taqdir.” 
(al-Ibaanah al-Kubraq, Ibnu Bathah, Juz 4, hlm 60 hadits no. 153) 
sebab-sebab anak durhaka dan cara mengatasinya 
Ada beberapa hal yang menyebabkan seseorang durhaka kepada kedua orang tuanya, 
diantaranya: 
1. Tidak mengetahui keagungan orang tua dan tidak mengetahui hukuman atas 
kedurhakaan itu, baik hukuman di dunia maupun di akhirat kelak. 
2. Adanya sikap orang tua yang lebih mengutamakan atau mementingkan sebagian anak 
atas sebagian lainnya atau dalam kata lain adanya ketidakadilan yang diberikan orang 
tua kepada anak-anaknya. 
3. Kelalaian dari orang tua dalam menafkahi anak-anaknya semasa kecil. 
4. Berteman dengan orang-orang yang buruk budi pekertinya yang mendorong 
sahabatnya menentang orang tuanya. 
Diriwayatkan dari Abu Hurariroh r.a., dia berkata : “Rasulullah saw bersabda: 
Artinya : “(Akhlak) seseorang itu tergantung pada akhlak sahabat karibnya. Karena itu, 
22 Of 27
hendaklah salah seorang diantara kalian memperhatikan siapa yang digauli (nya).” (Musnad 
Imam Ahmad, Juz 16. hlm: 226, no Hadits 7685) 
Itulah factor-faktor yang menyebabkan anak durhaka kepada orang tuanya. Namun 
jika ditelaah lebih lanjut, faktor utamanya adalah kesalahan orangtua dalam mendidik anak. 
Kesalahan tersebut bisa berupa kesalahan dalam menerapkan cara yang digunakan; seperti 
terlalu banyak aturan atau sikap orangtua yang terlalu keras dan kasar terhadap anak. 
Sikap lemah lembut dan kasih sayang adalah modal utama dan kunci keberhasilan 
orangtua dalam mendidik anak. Inilah cara yang diajarkan Allah SWT kepada Rasulullah 
SAW dalam mendidik umatnya. Allah berfirman: 
“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap 
mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri 
dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan 
bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah 
membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai 
orang-orang yang bertawakal kepada-Nya.” (Ali Imran: 159). 
Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa Rasulullah bersabda, “Kelembutan adalah 
hiasan bagi segala sesuatu.” (HR. Muslim, bab Al-Birru). 
Sikap lemah lembut dalam mendidik anak merupakan faktor yang sangat mendukung 
keberhasilan pendidikan anak. Orangtua selayaknya memahami bahwa anaknya bukanlah 
malaikat yang tidak pernah berbuat salah, dan bukan pula setan yang tidak memiliki sisi 
kebaikan. 
Dalam bukunya Nasha`ih li Al-Abaa` Qabla ‘Uquq Al-Abnaa`, Prof. Sa’ad Karim 
menjelaskan, ketika seorang anak melakukan kesalahan, tidak selayaknya orangtua langsung 
memberikan hukuman yang bert. Yang harus dilakukan oleh orangtua adalah memberikan 
nasehat dan petunjuk, menjelaskan kesalahan sang anak dengan cara yang bijak, sambil 
memberikan keterangan tentang perilaku dan sikap yang benar. Setelah itu, memberikan 
bimbingan dan arahan. 
Salah seorang ulama yang merupakan pakar sosiologi, Ibnu Khaldun, pernah 
mengingatkan bahaya sikap keras dan kasar dalam pendidikan. Dia menjelaskan bahwa 
pendidikan yang didasari oleh sikap kasar dan keras seringkali menghasilkan manusia- 
23 Of 27
manusia suka berbohong, munafik, dan memiliki kepribadian rapuh. 
Mengomentari hal yang sama, Prof. Jamal Al-Kasyif menyatakan, “Seorang anak yang 
tumbuh dalam situasi dan kondisi yang keras dan kasar akan mengalami perkembangan 
mental tidak sehat. Pengaruh dan dampak buruknya bervariasi, bisa cepat bisa juga lambat.” 
Seorang anak yang tumbuh dalam lingkungan yang penuh dengan kepercayaan, cinta, 
dan saling pengertian, jarang sekali bersikap khianat atau melanggar janji. Dia akan 
menjadikan kepercayaan sebagai sesuatu yang sangat penting dalam hidupnya. Dia akan 
tumbuh menjadi manusia yang mengusung kepercayaan diri, berterus terang, dan jujur. 
E. Hikmah Berbakti Kepada Orang Tua. 
Berbakti kepada orang tua adalah suatu kewajiban bagi seorang muslim. Oleh karena 
itu seorang anak akan mendapatkan hikmah apabila ia melaksanakan kewajiban tersebut, 
diantaranya : 
1. Mendapatkan ridha Allah SAW. 
Sebagaimana sabda Rasulullah SAW. “ Keridhaan Allah ada dalam keridhaan ibu 
bapak dan kemurkaan Allah ada dalam kemurkaan orang tua”. ( Diriwayatkan 
Tirmidzi dari hadits Abdullah Bin Amr ). Amr Radhiyallahu Anhuma berkata, “ 
Seseorang datang meminta izin untuk berjihad brsama Nabi SAW. Nabi bersabda, ‘ 
Apakah orang tuamu masih hidup?’ ia menjawab ‘ya’ Nabi bersabda “Berjihadlah 
dengan izin kedua orang tuamu”. (Dikeluarkan dalam kitab Shahih Bukhari dan 
Shahih Muslim ). 
2. Terhindar dari dosa besar. 
Dalam kitab shahih Bukhari dan shahih muslim, Rasulullah SAW. bersabda, Maukah 
aku beritahu kalian tentang dosa yang paling besar? Menyekutukan Allah dan durhaka 
kepada orang tua.” Lanjutan hadits ini adalah : ….Asalnya Rasulullah bersandar lalu 
tegak duduk dan bersabda, “ ketahuilah, dan ucapan dusta serta sumpah palsu “ beliau 
terus-menerus mengucapkan kata itu hingga kami ( para shahabat ) berkata,” 
seandainya saja beliau diam “. 
3. Sebab bertambahnya rizki. 
24 Of 27
Dijelaskan dalam hadits Anas Bin Malik, Rasulullah SAW. bersabda : “ Barangsiapa 
yang ingin dipanjangkan usianya dan ditambahkan rizkinya, maka hendaklah dia ihsan 
kepada orang tuanya dan menyambung hubungan kekerabatanya “. 
4. Menjamin terlahirnya anak-anak shaleh. 
Diriwayatkan dalam hadits Ibnu Umar, Rasulullah bersabda : “ berbuatlah ihsan 
kepada bapak-bapak kalian, niscaya anak-anak kalian akan berbuat Ihsan kepada 
kalian. Peliharalah kesucian diri kalian, niscaya istri-istri kalian akan memelihara 
kesucian diri mereka “. 
5. Balasan surga dari Allah SAW. 
Didalam hadits yang diriwayatkan Ibnu Majah, Nasa’i, dan Hakim dari hadits 
jahimah, Rasulullah bersabda, “ Surga terletak dibawah telapak kaki para ibu “ oleh 
karena itu, kita harus berbakti kepada kedua orang tua, terutama ibu yang dinilai 
pengorbanan dan kasih sayangnya lebih besar ketimbang ayah. 
F. Do’a Kepada Kedua Orang Tua. 
[ صَغِيًا. [ الا ساء : 24 kِ بيَا(ربِّ ارْحَْهُمَا كَمَا رَ( 
“ Ya Allah limpahkanlah rahmatmu kepada ibu bapakku sebagaimana mereka mengurus 
ketika aku masih kecil “ 
Banyak ayat Al Qur’an maupun Al-Hadits yang menerangkan bahwa berbuat baik 
kepada ibu bapak itu wajib. Bahkan, termasuk amal yang paling utama setelah beribadah 
dengan ikhlas kepada Allah SWT. 
Allah SWT. berfirman : 
َ 
يْنِ إِحْسَانًا S اهُ وَبِالْوَاَِ(لا يَعْبُدُوا إِلآ إِي( 
رَبُّكَ أ ² .… وَقََ 
“ Dan tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain dia dan 
hendaklah kamu berbuat baik kepada ibu bapak mu dengan sebaik-baiknya….. ( Al Israa 
( 17 ) : 23 ). 
25 Of 27
يْنِ إِحْسَانًاَ S وا بِهِ شَيْئًا وَبِالْوَاَِ¶ُِ 
......اقْبُدُوا اللهَ وَلاَتشُْ 
“ Beribadahlah kepada Allah, dan janganlah kamu sekutukan dia dengan sesuatu apapun dan 
berbaktilah kepada ibu bapakmu… ( An-Nisa : 36 ). 
26 Of 27
DAFTAR PUSTAKA 
Al-Qur’an dan Terjemahannya, Departemen Agama RI, Pt. InterMasa, Jakarta. 
Riyadus Sholihin, Toha Putra, Semarang 
Zakaria, Aceng. Terjemah Al-Hidayah III, tt. 
Adz-Dzahabi, AL-KABAIR Galaksi Dosa, Darul Falah. 
Bulughul Maram, CV. A. Hassan, Diponegoro Bandung, 1986. 
Ust. H. Muhammad Rahmat Najieb, S.Pd , Percikan Do’a, PT Raja Grafindo Persada Jakarta. 
Ust. H. Muhammad Rahmat Najieb, S.Pd, Ibumu, Ibumu... Bapakmu, Majalah Risalah, tt. 
27 Of 27

More Related Content

What's hot

Wanita yang dirindukan Surga
Wanita yang dirindukan SurgaWanita yang dirindukan Surga
Wanita yang dirindukan Surgasknramadhaniah
 
Izhar Halqi.pptx rame arisdi
Izhar Halqi.pptx rame arisdiIzhar Halqi.pptx rame arisdi
Izhar Halqi.pptx rame arisdiTohir Haliwaza
 
4. mujmal, mubayyan, musykil, mutasyabih
4. mujmal, mubayyan, musykil, mutasyabih4. mujmal, mubayyan, musykil, mutasyabih
4. mujmal, mubayyan, musykil, mutasyabihMarhamah Saleh
 
Ahlussunnah Wal Jama'ah (ASWAJA): Pengertian dan Pokok Ajarannya
Ahlussunnah Wal Jama'ah (ASWAJA): Pengertian dan Pokok AjarannyaAhlussunnah Wal Jama'ah (ASWAJA): Pengertian dan Pokok Ajarannya
Ahlussunnah Wal Jama'ah (ASWAJA): Pengertian dan Pokok AjarannyaA Faiz
 
Makalah akhlak copy
Makalah akhlak   copyMakalah akhlak   copy
Makalah akhlak copyandreanapulu
 
RPP Toleransi sebagai alat pemersatu agama
RPP Toleransi sebagai alat pemersatu agamaRPP Toleransi sebagai alat pemersatu agama
RPP Toleransi sebagai alat pemersatu agamaAmalia Sofitri
 
2. pengertian dan ruang lingkup ipi
2. pengertian dan ruang lingkup ipi2. pengertian dan ruang lingkup ipi
2. pengertian dan ruang lingkup ipiMahrus Ali
 
Analisis surah al hujurat 10
Analisis surah al hujurat 10Analisis surah al hujurat 10
Analisis surah al hujurat 10VERGITA HANDOKO
 
Keterikatan terhadap hukum syara’
Keterikatan terhadap hukum syara’Keterikatan terhadap hukum syara’
Keterikatan terhadap hukum syara’Nur Rohim
 
Soal hadis kebersihan 161201054942-161216023523
Soal hadis kebersihan 161201054942-161216023523Soal hadis kebersihan 161201054942-161216023523
Soal hadis kebersihan 161201054942-161216023523amirulmuminin9
 
Materi Pesantren Ramadhan Menjadi Pelajar Berakhal Dan Berprestasi SD Al-Azha...
Materi Pesantren Ramadhan Menjadi Pelajar Berakhal Dan Berprestasi SD Al-Azha...Materi Pesantren Ramadhan Menjadi Pelajar Berakhal Dan Berprestasi SD Al-Azha...
Materi Pesantren Ramadhan Menjadi Pelajar Berakhal Dan Berprestasi SD Al-Azha...Namin AB Ibnu Solihin
 
Ppt salat jenazah
Ppt salat jenazahPpt salat jenazah
Ppt salat jenazahSigitpga
 
Makalah rabiatul adawiyah
Makalah rabiatul adawiyahMakalah rabiatul adawiyah
Makalah rabiatul adawiyahzulkhairilabay
 

What's hot (20)

Rpp tahfidz kls 9
Rpp tahfidz kls 9Rpp tahfidz kls 9
Rpp tahfidz kls 9
 
Wanita yang dirindukan Surga
Wanita yang dirindukan SurgaWanita yang dirindukan Surga
Wanita yang dirindukan Surga
 
Izhar Halqi.pptx rame arisdi
Izhar Halqi.pptx rame arisdiIzhar Halqi.pptx rame arisdi
Izhar Halqi.pptx rame arisdi
 
4. mujmal, mubayyan, musykil, mutasyabih
4. mujmal, mubayyan, musykil, mutasyabih4. mujmal, mubayyan, musykil, mutasyabih
4. mujmal, mubayyan, musykil, mutasyabih
 
Ahlussunnah Wal Jama'ah (ASWAJA): Pengertian dan Pokok Ajarannya
Ahlussunnah Wal Jama'ah (ASWAJA): Pengertian dan Pokok AjarannyaAhlussunnah Wal Jama'ah (ASWAJA): Pengertian dan Pokok Ajarannya
Ahlussunnah Wal Jama'ah (ASWAJA): Pengertian dan Pokok Ajarannya
 
Makalah akhlak copy
Makalah akhlak   copyMakalah akhlak   copy
Makalah akhlak copy
 
RPP Toleransi sebagai alat pemersatu agama
RPP Toleransi sebagai alat pemersatu agamaRPP Toleransi sebagai alat pemersatu agama
RPP Toleransi sebagai alat pemersatu agama
 
2. pengertian dan ruang lingkup ipi
2. pengertian dan ruang lingkup ipi2. pengertian dan ruang lingkup ipi
2. pengertian dan ruang lingkup ipi
 
Fiqih Riba
Fiqih RibaFiqih Riba
Fiqih Riba
 
Analisis surah al hujurat 10
Analisis surah al hujurat 10Analisis surah al hujurat 10
Analisis surah al hujurat 10
 
Keterikatan terhadap hukum syara’
Keterikatan terhadap hukum syara’Keterikatan terhadap hukum syara’
Keterikatan terhadap hukum syara’
 
Power poin Fiqih
Power poin FiqihPower poin Fiqih
Power poin Fiqih
 
06 hukum riba 2015
06 hukum riba 201506 hukum riba 2015
06 hukum riba 2015
 
Soal hadis kebersihan 161201054942-161216023523
Soal hadis kebersihan 161201054942-161216023523Soal hadis kebersihan 161201054942-161216023523
Soal hadis kebersihan 161201054942-161216023523
 
Tasawuf
TasawufTasawuf
Tasawuf
 
Hukum Islam di Indonesia
Hukum Islam di IndonesiaHukum Islam di Indonesia
Hukum Islam di Indonesia
 
8 qowaid fiqhiyah
8 qowaid fiqhiyah8 qowaid fiqhiyah
8 qowaid fiqhiyah
 
Materi Pesantren Ramadhan Menjadi Pelajar Berakhal Dan Berprestasi SD Al-Azha...
Materi Pesantren Ramadhan Menjadi Pelajar Berakhal Dan Berprestasi SD Al-Azha...Materi Pesantren Ramadhan Menjadi Pelajar Berakhal Dan Berprestasi SD Al-Azha...
Materi Pesantren Ramadhan Menjadi Pelajar Berakhal Dan Berprestasi SD Al-Azha...
 
Ppt salat jenazah
Ppt salat jenazahPpt salat jenazah
Ppt salat jenazah
 
Makalah rabiatul adawiyah
Makalah rabiatul adawiyahMakalah rabiatul adawiyah
Makalah rabiatul adawiyah
 

Similar to BerbaktiKepadaOrangTua

Tugas pak wahidin indo
Tugas pak wahidin indoTugas pak wahidin indo
Tugas pak wahidin indoJPM
 
Hadits tentang budi pekerti
Hadits tentang budi pekertiHadits tentang budi pekerti
Hadits tentang budi pekertiWarnet Raha
 
03 akhlak-kepada-orangtua-1219905388426658-8
03 akhlak-kepada-orangtua-1219905388426658-803 akhlak-kepada-orangtua-1219905388426658-8
03 akhlak-kepada-orangtua-1219905388426658-8BudiSafarianto2
 
Ucapan penghuni syurga [sikumucha hery.blogspot.com]
Ucapan penghuni syurga [sikumucha hery.blogspot.com]Ucapan penghuni syurga [sikumucha hery.blogspot.com]
Ucapan penghuni syurga [sikumucha hery.blogspot.com]Sikumucha-hery
 
Perilaku jujur dan berbakti kepada orang tua dan guru
Perilaku jujur dan berbakti kepada orang tua dan guruPerilaku jujur dan berbakti kepada orang tua dan guru
Perilaku jujur dan berbakti kepada orang tua dan guruRhati Alfajra
 
Adil-Ikhsan 5.docx
Adil-Ikhsan 5.docxAdil-Ikhsan 5.docx
Adil-Ikhsan 5.docxMohZaini6
 
Seminar parenting paud tunas mulia
Seminar parenting paud tunas muliaSeminar parenting paud tunas mulia
Seminar parenting paud tunas muliaElin Dzikrillah
 
Berbakti dan haramnya durhaka kepada kedua orang tua ayat
Berbakti dan haramnya durhaka kepada kedua orang tua ayatBerbakti dan haramnya durhaka kepada kedua orang tua ayat
Berbakti dan haramnya durhaka kepada kedua orang tua ayatrebondlamsay
 
Etika pergaulan dengan lingkungan
Etika pergaulan dengan lingkunganEtika pergaulan dengan lingkungan
Etika pergaulan dengan lingkunganLazimatul A
 
Bakti pd orang tua
Bakti pd orang tuaBakti pd orang tua
Bakti pd orang tuaHelmon Chan
 
Nasihat ‘pertama dan utama’ luqmân untuk buah hatinya
Nasihat ‘pertama dan utama’ luqmân untuk buah hatinyaNasihat ‘pertama dan utama’ luqmân untuk buah hatinya
Nasihat ‘pertama dan utama’ luqmân untuk buah hatinyaMuhsin Hariyanto
 
Doa untuk orang tua: Doa untuk kedua orang tua
Doa untuk orang tua: Doa untuk kedua orang tuaDoa untuk orang tua: Doa untuk kedua orang tua
Doa untuk orang tua: Doa untuk kedua orang tuaHendri Syahrial
 

Similar to BerbaktiKepadaOrangTua (20)

Bu
BuBu
Bu
 
Tugas pak wahidin indo
Tugas pak wahidin indoTugas pak wahidin indo
Tugas pak wahidin indo
 
Ceramah berbati kepada orang tua
Ceramah berbati kepada orang tuaCeramah berbati kepada orang tua
Ceramah berbati kepada orang tua
 
Ceramah berbati kepada orang tua
Ceramah berbati kepada orang tuaCeramah berbati kepada orang tua
Ceramah berbati kepada orang tua
 
Hadits tentang budi pekerti
Hadits tentang budi pekertiHadits tentang budi pekerti
Hadits tentang budi pekerti
 
Hadits tentang budi pekerti
Hadits tentang budi pekertiHadits tentang budi pekerti
Hadits tentang budi pekerti
 
Ibubapa cemerlang
Ibubapa cemerlangIbubapa cemerlang
Ibubapa cemerlang
 
03 akhlak-kepada-orangtua-1219905388426658-8
03 akhlak-kepada-orangtua-1219905388426658-803 akhlak-kepada-orangtua-1219905388426658-8
03 akhlak-kepada-orangtua-1219905388426658-8
 
Matematika sedekah
Matematika sedekahMatematika sedekah
Matematika sedekah
 
Ucapan penghuni syurga [sikumucha hery.blogspot.com]
Ucapan penghuni syurga [sikumucha hery.blogspot.com]Ucapan penghuni syurga [sikumucha hery.blogspot.com]
Ucapan penghuni syurga [sikumucha hery.blogspot.com]
 
Perilaku jujur dan berbakti kepada orang tua dan guru
Perilaku jujur dan berbakti kepada orang tua dan guruPerilaku jujur dan berbakti kepada orang tua dan guru
Perilaku jujur dan berbakti kepada orang tua dan guru
 
Fatwa anak dalam islam
Fatwa anak dalam islamFatwa anak dalam islam
Fatwa anak dalam islam
 
SUARA DARI KUBURAN
SUARA DARI KUBURANSUARA DARI KUBURAN
SUARA DARI KUBURAN
 
Adil-Ikhsan 5.docx
Adil-Ikhsan 5.docxAdil-Ikhsan 5.docx
Adil-Ikhsan 5.docx
 
Seminar parenting paud tunas mulia
Seminar parenting paud tunas muliaSeminar parenting paud tunas mulia
Seminar parenting paud tunas mulia
 
Berbakti dan haramnya durhaka kepada kedua orang tua ayat
Berbakti dan haramnya durhaka kepada kedua orang tua ayatBerbakti dan haramnya durhaka kepada kedua orang tua ayat
Berbakti dan haramnya durhaka kepada kedua orang tua ayat
 
Etika pergaulan dengan lingkungan
Etika pergaulan dengan lingkunganEtika pergaulan dengan lingkungan
Etika pergaulan dengan lingkungan
 
Bakti pd orang tua
Bakti pd orang tuaBakti pd orang tua
Bakti pd orang tua
 
Nasihat ‘pertama dan utama’ luqmân untuk buah hatinya
Nasihat ‘pertama dan utama’ luqmân untuk buah hatinyaNasihat ‘pertama dan utama’ luqmân untuk buah hatinya
Nasihat ‘pertama dan utama’ luqmân untuk buah hatinya
 
Doa untuk orang tua: Doa untuk kedua orang tua
Doa untuk orang tua: Doa untuk kedua orang tuaDoa untuk orang tua: Doa untuk kedua orang tua
Doa untuk orang tua: Doa untuk kedua orang tua
 

More from R. Gesit Prasasti Alam, PSM®

Dfresh - Public Speaking: Sekali dan Berarti - rgesit
Dfresh - Public Speaking: Sekali dan Berarti - rgesitDfresh - Public Speaking: Sekali dan Berarti - rgesit
Dfresh - Public Speaking: Sekali dan Berarti - rgesitR. Gesit Prasasti Alam, PSM®
 

More from R. Gesit Prasasti Alam, PSM® (20)

it-fun-hackathon-2018.pdf
it-fun-hackathon-2018.pdfit-fun-hackathon-2018.pdf
it-fun-hackathon-2018.pdf
 
Non Toxic Team with Mastering Civility
Non Toxic Team with Mastering CivilityNon Toxic Team with Mastering Civility
Non Toxic Team with Mastering Civility
 
Pair programming ?
Pair programming ?Pair programming ?
Pair programming ?
 
The Learning loop of Devops in Enterprise
The Learning loop of Devops in EnterpriseThe Learning loop of Devops in Enterprise
The Learning loop of Devops in Enterprise
 
Please don't test your product - Agile Testing
Please don't test your product - Agile TestingPlease don't test your product - Agile Testing
Please don't test your product - Agile Testing
 
Sprint review and Retrospective
Sprint review and RetrospectiveSprint review and Retrospective
Sprint review and Retrospective
 
Dfresh - Public Speaking: Sekali dan Berarti - rgesit
Dfresh - Public Speaking: Sekali dan Berarti - rgesitDfresh - Public Speaking: Sekali dan Berarti - rgesit
Dfresh - Public Speaking: Sekali dan Berarti - rgesit
 
Daily scrum-rgesit
Daily scrum-rgesitDaily scrum-rgesit
Daily scrum-rgesit
 
Home schooling - rgesit
Home schooling - rgesitHome schooling - rgesit
Home schooling - rgesit
 
Mengenal Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII)
Mengenal Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII)Mengenal Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII)
Mengenal Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII)
 
Scrum - Sprint Planning
Scrum - Sprint Planning Scrum - Sprint Planning
Scrum - Sprint Planning
 
UTC Unpacking The Codes
UTC Unpacking The CodesUTC Unpacking The Codes
UTC Unpacking The Codes
 
Abdurrahman Ad Dakhil - Andalusia
Abdurrahman Ad Dakhil - AndalusiaAbdurrahman Ad Dakhil - Andalusia
Abdurrahman Ad Dakhil - Andalusia
 
Hijrah Abdurrahman Ad Dakhil - Andalusia
Hijrah Abdurrahman Ad Dakhil - AndalusiaHijrah Abdurrahman Ad Dakhil - Andalusia
Hijrah Abdurrahman Ad Dakhil - Andalusia
 
DFresh outdoor - Grand Briefing IT Family Gathering
DFresh outdoor - Grand Briefing IT Family GatheringDFresh outdoor - Grand Briefing IT Family Gathering
DFresh outdoor - Grand Briefing IT Family Gathering
 
Bicaramu celakamu @rgesit
Bicaramu celakamu @rgesitBicaramu celakamu @rgesit
Bicaramu celakamu @rgesit
 
Introduction Web Developmenth
Introduction Web DevelopmenthIntroduction Web Developmenth
Introduction Web Developmenth
 
Sakitmu Menyelamatkanmu
Sakitmu MenyelamatkanmuSakitmu Menyelamatkanmu
Sakitmu Menyelamatkanmu
 
Perang uhud غزوة أحد
Perang uhud غزوة أحدPerang uhud غزوة أحد
Perang uhud غزوة أحد
 
Press Release Panada conference 2014
Press Release Panada conference 2014 Press Release Panada conference 2014
Press Release Panada conference 2014
 

BerbaktiKepadaOrangTua

  • 1. Berbakti Kepada Orang Tua ين # برالوا 13.50.013 ❊ R. Gesit Prasasti Alam ( (ابو ياسمين SEKOLAH TINGGI ILMU DAKWAH DIROSAT ISLAMIYAH AL HIKMAH Juni 2014 / Sya'ban 1435 H
  • 2. : وَوَصَّيْنَا الْ 7 تَعَاَ: قَالَ اُ نِسَْانَ بِوَالَِيْهِ حُسْنًا “ Dan kami wajibkan manusia (berbuat) kebaikan kepada dua orang ibu-bapaknya” (Al Ankabut:8) 2 Of 27
  • 3. DAFTAR ISI Pendahuluan...........................................................................................................................4 BERBAKTI KEPADA KEDUA ORANG TUA...................................................................5 A. Makna Berbakti kepada Kedua Orang Tua...................................................................5 B. Keutamaan Berbakti kepada Kedua Orang Tua............................................................5 C. Mendahulukan Ibu........................................................................................................9 D. Durhaka kepada Kedua Orang Tua.............................................................................11 D.1 Hukuman bagi orang yang durhaka kepada orang tuanya...................................21 D.2 sebab-sebab anak durhaka dan cara mengatasinya..............................................22 E. Hikmah Berbakti Kepada Orang Tua..........................................................................24 F. Do’a Kepada Kedua Orang Tua..................................................................................25 DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................27 3 Of 27
  • 4. Pendahuluan Manusia diciptakan saling keterkaitan satu dengan lainnya. Dalam artian, manusia membutuhkan manusia lainnya untuk menjalani hidupnya. baik dalam hal yang bersifat kecil dan terlebih dalam hal yang begitu penting. Namun tidak ada orang yang paling berjasa dalam hidup kita selain orang tua kita sendiri. Mereka memberikan kasih sayang yang sungguh luar biasa kepada kita sejak kita lahir hingga kapan pun mereka akan tetap memberikan kasih sayangnya kepada kita. Tanpa sedikit pun mengeluh mereka membesarkan kita dengan penuh kesabaran, memberi makan kita dengan penuh keikhlasan, mendidik kita dengan penuh cinta, dan banyak lagi jasa-jasa orang tua yang tidak akan pernah akan terbalas. Lalu apa yang akan kita lakukan untuk membalas semua kebaikannya? Allah memerintahkan kita sebagai orang muslim untuk berbakti kepada mereka. Sebagaimana firman-Nya ; : وَوَصَّيْنَا الْ 8 7 تَعَاَ: قَالَ اُ نِسَْانَ بِوَالَِيْهِ حُسْنًا (العنكبوت : ) “ Dan kami wajibkan manusia (berbuat) kebaikan kepada dua orang ibu-bapaknya” (Al Ankabut:8). Berbakti kepada orang tua merupakan kewajiban mutlak dan mempunyai kedudukan amal yang lebih tinggi dibandingkan dengan amal lainnya berkaitan dengan hubungan manusia dengan sesamanya. Perintah berbakti kepada orang tua dalam al-Quran selalu disandingkan dengan perintah untuk taat kepada Allah, mengingat betapa keutamaan dan kedudukan mereka dihadapan anak-anaknya, dan ditekankannya perintah tersebut agar diperhatikan oleh manusia. Kedudukan mereka yang begitu agung dan besarnya jasa mereka demi anak-anak, menjadikan Allah membuat suatu ketentuan mutlak bahwa anak yang tidak berbakti atau durhaka kepada mereka, akan dijatuhi hukuman dosa paling besar setelah syirik. Dan hukuman ini tidak akan ditangguhkan menunggu saatnya hari kiamat, bahkan ketika di dunia ini hukuman tersebut bias diberlakukan. 4 Of 27
  • 5. Perbuatan berbakti atau durhaka akan membuahkan hasil masing-masing, yang sangat berdampak bagi pelakunya dalam kehidupannya sehari-hari, bahkan sampai di akhirat kelak dampak perbuatan tersebut akandirasakan oleh pelakunya. Anak yang berbakti kepada kedua orang tuanya akan merasakan berbagai keuntungan, kebaikan dan keselamatan selama di dunia ini, sehingga dikatakan bahwa keberhasilan hidup seseorang tergantung bagaimana bentuk baktinya kepada orang tua mereka, sebaliknya, kehancuran hidupnya mencerminkan bagaimana perlakuan buruknya terhadap orang tua, sehingga berbagai kesulitan, ketidaktenangan, bahkan kesengsaraan selalumewarnai kehidupannya karena tindakan yang selalu menentang, menyakiti, dan melakukan perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh Allah untuk dilakukan kepada orang tuanya. BERBAKTI KEPADA KEDUA ORANG TUA A. Makna Berbakti kepada Kedua Orang Tua. Makna berbakti kepada kedua orang tua yakni berusaha membalas semua yang telah diberikan kedua orang tua kita, meskipun semua kebaikan mereka tidak akan pernah bisa terbalas oleh seorang anak. Oleh karena itu kita harus berusaha sebisa mungkin membuat orang tua kita bangga membuat mereka bahagia. Tanpa sedikit pun mengeluh mereka membesarkan kita dengan penuh kesabaran, memberi makan kita dengan penuh keikhlasan, mendidik kita dengan penuh cinta, dan tentu saja masih banyak lagi jasa-jasa orang tua yang tidak akan pernah akan terbalas. Selain itu sebagai anak kita harus mentaati semua yang diperintahkan oleh kedua orang tua kita namun dalam batasan tidak keluar dari aturan-aturan Allah SWT. dan Rasul-Nya. B. Keutamaan Berbakti kepada Kedua Orang Tua. Rasulullah SAW. bersabda dalam hadits yang diriwayatkan ‘Abdullah bin Mas’ud. م اَيُّ قَالَ(صلاَةُ عَلَئ وَقْتِهَا قُلْتُ عُ(بِ قَالَ ال(ئ ا(ب ص اَيُّ الْعَمَلِ اَحَبُّ ال(جِ(بِ مَسْعُوْدٍ ر قَالَ سَاَلْتُ ا(قَنْ قَبْدِ ا ب( الِهَِادِ فِ سَبِيْ م اَيُّ قَالَ الْ( قُلْتُ عُينِ S وَاَِبِرُّ الْ 5 Of 27
  • 6. “ Diriwayatkan oleh ‘Abdullah bin Mas’ud ra. Bahwa ia berkata : Aku pernah bertanya kepada Nabi SAW. ‘perbuatan apa yang paling disukai Allah?’ Nabi menjawab : ‘Shalat pada awal waktu.’ Kemudian apa lagi? Nabi menjawab : ‘Berbakti kepada orang tua.’ Kemudian apa lagi?’ Nabi menjawab : ‘Jihad di jalan Allah.’ “ Dan dalam keterangan lain, Amr Radhiyallahu Anhuma berkata, “Seseorang datang meminta izin untuk berjihad brsama Nabi SAW. Nabi bersabda, ‘Apakah orang tuamu masih hidup?’ ia menjawab ‘ya’ Nabi bersabda “Berjihadlah dengan izin kedua orang tuamu”. (Dikeluarkan dalam kitab Shahih Bukhari dan Shahih Muslim). Lihatlah bagaimana berbuat baik dan memberikan pelayanan kepada orang tua lebih diutamakan ketimbang jihad? Rasullullah SAW. bersabda, Maukah aku beritahu kalian tentang dosa yang paling besar? “Menyekutukan Allah dan durhaka kepada orang tua.” Lanjutan hadits ini adalah : Asalnya Rasulullah bersandar lalu tegak duduk dan bersabda, “ ketahuilah, dan ucapan dusta serta sumpah palsu“ beliau terus-menerus mengucapkan kata itu hingga kami ( para sahabat ) berkata, ”seandainya saja beliau diam“. Keterangan di atas menunjukan bahwasanya termasuk dosa besar apabila seorang anak mendurhakai orang tua, baik itu menyakiti hati mereka, mengucapkan kata-kata yantg tak pantas kepada mereka ataupun tidak menghormati mereka sebagai orang yang telah melahirkan, mengurus, membimbing hingga kelak kasih dan sayang mereka tak akan pernah hilang atau pun berkurang kepada kita. Dalam bab hadits mengenai dikabulkannya doa orang yang berbuat baik kepada orangtua يه S إجابة دخء من بر وا َ بُ( ا] قُمَرَ رََِنِخْبََيِ نَافِعٌ قَنْ ابْ َ دعَنَا إِسْمَاقِيلُ نْنُ إِبْرَاهِيمَ بْنِ قُقْبَةَ قَالَ أ( مَرْيَمَ حَ kِ دعَنَا سَعِيدُ نْنُ أ(حَ قَنْهُمَا 6 Of 27
  • 7. َ مَ قَالَ بَيْنَمَا ثَلَاثَةُ غَفَرٍ فَتَمَاشَوْنَ أ(بُ عَلَيْهِ وَسَل(ل ا(بِ صَ(قَنْ رَسُولِ ا خَذَهُمْ الْمَطَرُ فَمَالُوا إِلَ لَرٍ فِ الَْبَلِ َ بِ(قْمَالًا عَمِلْتُمُوهَا ِ َ طتْ لََ فَمِ لَرِهِمْ صَخْرَةٌ مِنْ الَْبَلِ فَأ(فَانَْ طْبَقَتْ عَلَيْهِمْ فَقَالَ نَعْضُهُمْ كَِعْضٍ اغْظُرُوا أ َ صِبْيَةٌ صِغَارٌ كُنْتُ ‡ انِ شَيْخَانِ كَبِيَانِ وَِS هُ كَنَ لِ وَاَِ(م إِن(هُ(حَدُهُمْ الل هُ فَفْرُجُهَا فَقَالَ أ(بَ بِهَا لَعَل(صَالَِةً فَادْعُوا ا (k َ شجَرُ فَمَا أ( ال k هُ نَاءَ َِ(ِن يِ وَ يَيْتُ حَ َ ي أ(S تُ بِوَاَِ S مَا قَبْلَ وََسْقِيهِ ْ َ أ رْعَ عَلَيْهِمْ فَإِذَا رُحْتُ عَلَيْهِمْ فَحَلَبْتُ بَدَأ ُ نْ أ وقِظَهُمَا َ َ كْرَهُ أ َ لَِابِ فَقُمْتُ عِنْدَ رُءُوسِهِمَا أ ئْتُ بِالْجِحْلُبُ فَ َ أ مْسَيْتُ فَوَجَدْيُهُمَا قَدْ نَامَا فَحَلَبْتُ كَمَا كُنْتُ أ ْ وَدَأ kِ طَلَعَ (k نَهُمْ حَ ْ م فَلَمْ يَزَلْ ذَلِكَ دَأ( بِالصِّبْيَةِ قَبْلَهُمَا وَالصِّبْيَةُ فَتَضَاغَوْنَ عِنْدَ قَدََ َ بْدَأ َ نْ أ َ َ كْرَهُ أ مِنْ نَوْمِهِمَا وَأ بُ لَهُمْ فُرْجَةً حَ(سمَاءَ فَفَرَجَ ا(فَعَلْتُ ذَلِكَ ابْتِغَاءَ وَجْهِكَ فَافْرُجْ جََا فُرْجَةً نَرَى مِنْهَا ال kِّ (k َ الْفَجْرُ فَإِنْ كُنْتَ يَعْلَمُ أ َ ْهَا £ شَدِّ مَا يُِبُّ الرِّجَالُ النِّسَاءَ فَطَلَبْتُ إَِ ُ م أ¦هُ كَنَتْ لِ انْنَةُ قَ(م إِن(هُ(الل kِ ا(سمَاءَ وَقَالَ اك(يَرَوْنَ مِنْهَا ال حِبُّهَا كَأ َ ا قَعَدْتُ بَيْ رِجْلَيْهَا قَالَتْ يَا( جَعَْتُ مِائَةَ دِينَارٍ فَلَقِيتُهَا بِهَا فَلَم (k آيِيَهَا بِمِائَةِ دِينَارٍ فَسَعَيْتُ حَ (kبَتْ حَ غَفْسَهَا فَأ َ قَدْ فَعَلْتُ ذَلِكَ ابْتِغَاءَ وَجْهِكَ فَافْرُجْ kِّ م فَإِنْ كُنْتَ يَعْلَمُ أ(هُ(بَ وَلَا يَفْتَحْ الَْايَمَ فَقُمْتُ قَنْهَا الل(قِ ا(بِ ات(قَبْدَ ا َ حَقِّطِنِعْ َ قَمَلَهُ قَالَ أ ² ما قََ(ز فَلَ¦رُ َ جِيًا بِفَرَقِ أ ْ كُنْتُ اسْتَأ kِّ م إِ(هُ(جََا مِنْهَا فَفَرَجَ لَهُمْ فُرْجَةً وَقَالَ الْآخَرُ الل جَرْتُ أ َ زَلْ أ وَلاَ(قِ اب(فَقَالَ ات kِ جَعَْتُ مِنْهُ نَقَرًا وَرَاقِيَهَا فَجَاءَ (k زْرَعُهُ حَ َ هُ وَرَغِبَ قَنْهُ فَلَمْ أ ¶ قهُ فَتَََ(فَعَرَضْتُ عَلَيْهِ حَ بِكَ َ لَا أ kِّ فَقُلْتُ إِ k ِ ُ هْزَأ ْ َ بَ وَلَا يَهْزَأ(قِ ا(عْطِنِ حَقِّ فَقُلْتُ اذْهَبْ إِلَ ذَلِكَ اكَْقَرِ وَرَاقِيهَا فَقَالَ ات يَظْلِمْنِ وَأ َ فَعَلْتُ ذَلِكَ ابْتِغَاءَ وَجْهِكَ فَافْرُجْ مَا بَقَِ فَفَرَجَ kِّ َ خَذَهُ فَاغْطَلَقَ بِهَا فَإِنْ كُنْتَ يَعْلَمُ أ فَخُذْ ذَلِكَ اكَْقَرَ وَرَاقِيَهَا فَأ بُ قَنْهُمْ(ا Telah menceritakan kepada kami Sa’id bin Abu Maryam telah menceritakan kepada kami Isma’il bin Ibrahim bin ‘Uqbah dia berkata; telah mengabarkan kepadaku Nafi’ dari Ibnu Umar radliallohu ‘anhuma dari Rasululloh shallallohu ‘alaihi wasallam beliau bersabda: “Suatu ketika tiga orang laki-laki sedang berjalan, tiba-tiba hujan turun hingga mereka 7 Of 27
  • 8. berlindung ke dalam suatu gua yang terdapat di gunung. Tanpa diduga sebelumnya, ada sebongkah batu besar jatuh menutup mulut goa dan mengurung mereka di dalamnya. Kemudian salah seorang dari mereka berkata kepada temannya yang lain; ‘lngat-ingatlah amal shalih yang pernah kalian lakukan hanya karena mengharap ridla Alloh semata. Setelah itu, berdoa dan memohonlah pertolongan kepada Alloh dengan perantaraan amal shalih tersebut, mudah-mudahan Alloh akan menghilangkan kesulitan kalian. Kemudian salah seorang dari mereka berkata; ‘Ya Alloh ya Tuhanku, dulu saya mempunyai dua orang tua yang sudah lanjut usia. Selain itu, saya juga mempunyai seorang istri dan beberapa orang anak yang masih kecil. Saya menghidupi mereka dengan menggembalakan ternak. Apabila pulang dari menggembala, saya pun segera memerah susu dan saya dahulukan untuk kedua orang tua saya. Lalu saya berikan air susu tersebut kepada kedua orang tua saya sebelum saya berikan kepada anak-anak saya. Pada suatu ketika, tempat penggembalaan saya jauh, hingga saya baru pulang pada sore hari. Ternyata saya dapati kedua orang tua saya sedang tertidur pulas. Lalu, seperti biasa, saya segera memerah susu. Saya berdiri di dekat keduanya karena tidak mau membangunkan dari tidur mereka. Akan tetapi, saya juga tidak ingin memberikan air susu tersebut kepada anak-anak saya sebelum diminum oleh kedua orang tua saya, meskipun mereka, anak-anak saya, telah berkerumun di telapak kaki saya untuk meminta minum karena rasa lapar yang sangat. Keadaan tersebut saya dan anak-anak saya jalankan dengan sepenuh hati hingga terbit fajar. Ya Alloh, jika Engkau tahu bahwa saya melakukan perbuatan tersebut hanya untuk mengharap ridla-Mu, maka bukakanlah celah untuk kami hingga kami dapat melihat langit! ‘ Akhirnya Alloh membuka celah lubang gua tersebut, hingga mereka dapat melihat langit. Orang yang kedua dari mereka berdiri sambil berkata; ‘Ya Alloh, dulu saya mempunyai seorang sepupu perempuan (anak perempuan paman) yang saya cintai sebagaimana cintanya kaum laki-laki yang menggebu-gebu terhadap wanita. Pada suatu ketika saya pernah mengajaknya untuk berbuat mesum, tetapi ia menolak hingga saya dapat memberinya uang seratus dinar. Setelah bersusah payah mengumpulkan uang seratus dinar, akhirnya saya pun mampu memberikan uang tersebut kepadanya. Ketika saya berada diantara kedua pahanya (telah siap untuk menggaulinya), tiba-tiba ia berkata; ‘Hai hamba Alloh, takutlah kepada Alloh dan janganlah kamu membuka cincin (menggauliku) kecuali setelah menjadi hakmu.’ Lalu saya bangkit dan meninggalkannya. Ya Alloh, sesungguhnya Engkau pun tahu bahwa saya melakukan hal itu hanya untuk mengharapkan ridhla-Mu. Oleh karena itu, bukakanlah suatu celah lubang untuk kami! ‘ Akhirnya Alloh membukakan sedikit celah 8 Of 27
  • 9. lubang lagi untuk mereka bertiga. Seorang lagi berdiri dan berkata; ‘Ya Alloh ya Tuhanku, dulu saya pernah menyuruh seseorang untuk mengerjakan sawah saya dengan cara bagi hasil. Ketika ia telah menyelesaikan pekerjaannya, ia pun berkata; ‘Berikanlah hak saya kepada saya! ‘ Namun saya tidak dapat memberikan kepadanya haknya tersebut hingga ia merasa sangat jengkel. Setelah itu, saya pun menanami sawah saya sendiri hingga hasilnya dapat saya kumpulkan untuk membeli beberapa ekor sapi dan menggaji beberapa penggembalanya. Selang berapa lama kemudian, orang yang haknya dahulu tidak saya berikan datang kepada saya dan berkata; ‘Takutlah kamu kepada Alloh dan janganlah berbuat zhalim terhadap hak orang lain! ‘ Lalu saya berkata kepada orang tersebut; ‘Pergilah ke beberapa ekor sapi beserta para penggembalanya itu dan ambillah semuanya untukmu! ‘ Orang tersebut menjawab; ‘Takutlah kepada Alloh dan janganlah kamu mengolok-olok saya! ‘ Kemudian saya katakan lagi kepadanya; ‘Sungguh saya tidak bermaksud mengolok-olokmu. Oleh karena itu, ambillah semua sapi itu beserta para pengggembalanya untukmu! ‘ Akhirnya orang tersebut memahaminya dan membawa pergi semua sapi itu. Ya Alloh, sesungguhnya Engkau telah mengetahui bahwa apa yang telah saya lakukan dahulu adalah hanya untuk mencari ridla-Mu. Oleh karena itu, bukalah bagian pintu goa yang belum terbuka! ‘ Akhirnya Alloh pun membukakan sisanya untuk mereka.” C. Mendahulukan Ibu. Dalam kedua kitab shahih diriwayatkan : جاء رجل ال رسول الله ص فقال }يا رسول الله من احقّ اجّاس بسن الصحبه ؟ قال: )امّك( ثمّ من؟ قال: )ثمّ امّك( قال: ثمّ من ؟ قال: )ثمّ امّك( قال: ثمّ من؟ قال )ثمّ ابوك{( رواه اكخاري “Seseorang datang kepada Rasulullah SAW. dan bertanya, “Wahai Rasulullah, siapakah yang berhak mendapat perlakuan baik ? Rasulullah SAW. menjawab, “ ibumu.” Ia bertanya, kemudian siapa lagi ? beliau menjawab “ ibumu “. Kemudian siapa lagi ? beliau menjawab “ ibumu”. Ia menjawab lagi kemudian Rasulullah menjawab, “ ayahmu ”. HR. al-Bukhariy. Takhrij Hadits. Selain Imam al-Bukhoriy yang meriwayatkan hadits diatas ,Imam Ahmad, Imam 9 Of 27
  • 10. Muslim, Imam Abu Daud, Imam at-Tirmidzi, dan Imam Ibnu majah pun meriwayatkan juga. Matan diatas adalah yang dicatat oleh Imam al-Bukhariy dalam kitab adab, Babul Birri wa Shilah dengan sanad sebagai berikut; Kata beliau, telah menceritakan kepada kami Quttaybah bin Said, telah menceritakan kepada kami Jarir, dari ‘Umarah bin al-Qa’qa, bin Syubrumah, dari Abi Zur’ah, Dari Abu Hurayrah r.a. Imam Muslim meriwayatkan hadits ini melalui sanad yang sama, dengan matan yang berbeda namun sema’na. Imam Abu Daud dan at-Tirmidzi juga meriwatkan hadits yang semakna. Diterima dari Bahiz bin Hakim dari bapaknya dari kakeknya yaitu Mu’awiyyah bin Haydah. Ia bertanya kepada Rasulullah Saw, ...من ابرّ؟ قال امّك، ثمّ امّك، ثمّ امّك، ثمّ اباك، ثمّ الاقرب فالاقرب “Kepada siapa saya harus berbuat baik?” Jawab Rasulullah Saw, “Ibumu, kemudian ibumu, kemudian ibumu, kemudian ayahmu, kemudian keluarga paling dekat kemudian keluarga yang dekat...” Melihat susunan sanad yang dilalui Imam Abu daud dan Imam at-Tirmidzi, Imam Ibnu Hajar al-‘Asqalani juga memperkirakan bahwa seorang yang bertanya kepada Rasulullah Saw. yang dimaksud oleh Abu Hurayrah itu adalah Mu’awiyyah bin Haydah. Rasulullah SAW. mengulangi kewajiban berbakti kepada ibu hingga tiga kali sedangkan kepada ayah hanya satu kali. Hal itu disebabkan derita seorang ibu lebih besar dari pada ayah dan kasih sayang yang diberikannyua juga lebih besar daripada ayah. Belum lagi jika dibandingkan dengan beratnya mengandung, kontraksi, melahirkan, berjaga malam dan masih banyak lagi. Jadi, dari keterangan diatas bahwasanya seorang anak dianjurkan lebih mengutamakan seorang ibu ketimbang ayah, yang dilihat dari pengorbanan seorang ibu lebih besar dari pengaorbanan seorang ayah. التّة تت اقدام الا مّهات “ Surga terletak dibawah telapak kaki para ibu “ 10 Of 27
  • 11. D. Durhaka kepada Kedua Orang Tua. Bakti (dalam bahasa arab disebut birrun) adalah kata yang mencakup kebaikan dunia dan akhirat. Berbakti kepada kedua orang adalah berbuat baik kepada mereka memenuhi hak-hak mereka dan menaati mereka dalam hal-hal yang mubah, bukan hal-hal yang wajib atau maksiat. Adapun lawan kata bakti adalah durhaka. Durhaka kepada orang tua adalah berbuat buruk kepada mereka dan menyia-nyiakan hak mereka. Secara bahasa, kata al -‘uquuq (durhaka) berasal dari kata al-‘aqqu yang berarti al-qath’u (memutus, merobek, memotong, membelah). Adapun menurut syara’ adalah setiap perbuatan atau ucapan anak yang menyakiti kedua orang tuanya. Diantara bentuk durhaka adalah : 1. Menimbulkan gangguan terhadap orang tua baik berupa perkataan (ucapan) ataupun perbuatan yang membuat orang tua sedih dan sakit hati. 2. Berkata ‘ah’ dan tidak memenuhi panggilan orang tua. 3. Membentak atau menghardik orang tua. 4. Bakhil, tidak mengurusi orang tuanya bahkan lebih mementingkan yang lain dari pada mengurusi orang tuanya padahal orang tuanya sangat membutuhkan. Seandainya memberi nafkah pun, dilakukan dengan penuh perhitungan. 5. Merendahkan orang tua, mengatakan bodoh, ‘kolot’ dan lain-lain. 6. Menyuruh orang tua, misalnya menyapu, mencuci atau menyiapkan makanan. Pekerjaan tersebut sangat tidak pantas bagi orang tua, terutama jika mereka sudah tua atau lemah. Tetapi jika ‘Si Ibu” melakukan pekerjaan tersebut dengan kemauannya sendiri maka tidak mengapa dan karena itu anak harus berterima kasih. 7. Menyebut kejelekan orang tua di hadapan orang banyak atau mencemarkan nama baik orang tua. 8. Mendahulukan taat kepada istri dari pada orang tua. Bahkan ada sebagian orang dengan teganya mengusir ibunya demi menuruti kemauan istrinya. Na’udzubillah. 9. Malu mengakui orang tuanya. Sebagian orang merasa malu dengan keberadaan orang tua dan tempat tinggalnya ketika status sosialnya meningkat. Tidak diragukan lagi, sikap semacam ini adalah sikap yang amat tercela, bahkan termasuk kedurhakaan yang 11 Of 27
  • 12. keji dan nista. Allah SWT. berfirman : َ يْنِ إِحْسَانًا S اهُ وَبِالْوَاَِ(لا يَعْبُدُوا إِلآ إِي( رَبُّكَ أ ² .… وَقََ “ Dan tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain dia dan hendaklah kamu berbuat baik kepada ibu bapak mu dengan sebaik-baiknya… ُ هُمَا أ(وْ كَِهُمَا فَلاَ يَقُل ل ف¦ َ َ ن عِندَكَ الْكِبََ أ(ما فَبْلُغَ( …إِ حَدُهُمَا أ …Jika salah seseorang diantara keduanya atau keduanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ AH “…. Artinya, janganlah berkata-kata kasar kasar kepada keduanya jika mereka telah tua dan berumur. Selain itu wajib bagimu untuk memberikan pengabdian kepada mereka sebagaimana mereka berdua memberikan pengabdian padamu. Keutamaan biasanya lebih dimiliki yang pertama, bagaimana mungkin kedua pengabdian itu bisa disamakan? Kedua orang tuamu menahan segala derita mengharapkan agar kamu bisa hidup. Sedangkan jika kamu menahan derita karena keduanya, kamu mengharapkan kematiannya. Allah melanjutkan firmannya, … هُمَا قَوْلاً كَرِيمًا. )الا ساء : 23(( وَلاَيَنْهَرْهُمَا وَقُل ل “…dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia”. (al-Isra’ : 23) صَغِيًا. [ الا ساء : 24 kِ بيَا(ربِّ ارْحَْهُمَا كَمَا رَ([ “Ya Allah limpahkanlah rahmatmu kepada ibu bapakku sebagaimana mereka mengurus ketika aku masih kecil “. Allah Ta’ala berfirman, َ أ صِيُ.....ل الْمَ(يْكَ إَِS نِ اشْكُرْ لِ وَلِوَاَِ “Agar kamu bersyukur kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu, dan kepada-Ku lah 12 Of 27
  • 13. kembalimu”. ( Luqman : 14 ). Ada tiga ayat yang diturunkan dan dikaitkan dengan tiga hal, tidak dterima salah-satunya jika tidak dengan yang dikaitkannya : 1. Firman Allah, “Taatlah kepada Allah dan taatlah kepada Rasul. Maka barangsiapa taat kepada Allah namun tidak taat kepada Rasul, ketaatannya tidak diterima“. 2. Firman Allah, “Dan dirikanlah shalat serta tunaikan zakat”. maka barangsiapa yang melakukan shalat namun tidak mengeluarkan zakat maka tidaklah diterima. 3. Firman Allah, “Agar kamu bersyukur kepadaku dan kepada kedua orang tua mu“. Barang siapa yang bersyukur kepadaku namun tidak bersyukur kepada ibu bapak tentu saja itu akan sia-sia. Dalam hadits lain mengenai bab Jangan seseorang mencela kedua orangtuanya يه S لا يسب الرجل وا َ َِ] بِ بْنِ قَمْرٍو رَ(رحَْنِ قَنْ قَبْدِ ا(نِيهِ قَنْ حَُيْدِ بْنِ قَبْدِ ال َ دعَنَا إِبْرَاهِيمُ نْنُ سَعْدٍ قَنْ أ(حَْدُ نْنُ يُونسَُ حَ دعَنَا أ(حَ بُ قَنْهُمَا قَالَ(ا َ يْفَ يَلْعَنُ ¶ بِ وََ(يْهِ قِيلَ يَا رَسُولَ ا S رجُلُ وَاَِ(نْ يَلْعَنَ ال َ ن مِنْ أ(مَ إِ(بُ عَلَيْهِ وَسَل(ل ا(بِ صَ(قَالَ رَسُولُ ا كْبَِ الْكَبَائِرِ أ ُ مهُ( َ رجُلِ فَيَسُبُّ أ(بَا ال بَاهُ وَيسَُبُّ أ َ رجُلُ أ(يْهِ قَالَ يسَُبُّ ال S رجُلُ وَاَِ(ال Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Yunus telah menceritakan kepada kami Ibrahim bin Sa’d dari Ayahnya dari Humaid bin Abdurrahman dari Abdulloh bin ‘Amru radliallohu ‘anhuma dia berkata; Rasululloh shallallohu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya termasuk dari dosa besar adalah seseorang melaknat kedua orang tuanya sendiri, ” beliau ditanya; “Kenapa hal itu bisa terjadi wahai Rasululloh?” beliau menjawab: “Seseorang mencela (melaknat) ayah orang lain, kemudian orang tersebut membalas mencela ayah dan ibu orang yang pertama.” Begitu pula dalam hadits lain mengenai Durhaka kepada Orang tua merupakan diantaranya dosa besar 13 Of 27
  • 14. ين من الكبائر S عقوق الوا Riwayat #1 رادٍ قَنْ الْمُغِيَةِ بْنِ شُعْبَةَ(يبِ قَنْ وَ(دعَنَا شَيْبَانُ قَنْ مَنْصُورٍ قَنْ الْمُسَ(دعَنَا سَعْدُ نْنُ حَفْصٍ حَ(حَ ْ رِهَ لَكُمْ ¶ دَ اكَْنَاتِ وََ مهَاتِ وَمَنْعًا وَهَاتِ وَوَأ( ُْرمَ عَلَيْكُمْ قُقُوقَ الأ(بَ حَ(ن ا(مَ قَالَ إِ(بُ عَلَيْهِ وَسَل(ل ا(جبِِّ صَ(قَنْ ا ِضَاعَةَ الْمَالِ  ثَْةَ السُّؤَالِ وَ ¶ قِيلَ وَقَالَ وََ Telah menceritakan kepada kami Sa’d bin Hafsh telah menceritakan kepada kami Syaiban dari Manshur dari Al Musayyib dari Warrad dari Al Mughirah bin Syu’bah dari Nabi shallallohu ‘alaihi wasallam beliau bersabda: “Sesungguhnya Alloh mengharamkan atas kalian durhaka kepada kedua orang tua, tidak suka memberi namun suka meminta-minta dan mengubur anak perempuan hidup-hidup. Dan membenci atas kalian tiga perkara, yaitu; suka desas-desus, banyak bertanya dan menyia-nyiakan harta.” Riwayat #2 َ بُ قَنْهُ قَالَ( ا] نِيهِ رََِ َ رحَْنِ بْنِ أ( الْوَاسِطِيُّ قَنْ الُْرَيْرِيِّ قَنْ قَبْدِ ال S دعَنَا خَاٌِ(دثَنِ إِسْحَاقُ حَ(حَ بَكْرَةَ قَنْ أ kِ َ بِ وَقُقُوقُ(شَِْاكُ بِا قَالَ الْإبِ( اقُلْنَا بَلَ يَا رَسُولَبَِ الْكَبَائِرِكْ ُ لَا أ نَبِّئُكُمْ بِأ َ مَ أ(بُ عَلَيْهِ وَسَل(ل ا(بِ صَ(قَالَ رَسُولُ ا (k َ لَا وَقَوْلُ الزُّورِ وَشَهَادَةُ الزُّورِ فَمَا زَالَ فَقُولُهَا حَ َ تكِئًا فَجَلَسَ فَقَالَ أ(نَ مُ Ú يْنِ وََS الْوَاَِ قُلْتُ لَا يسَْكُتُ لَا وَقَوْلُ الزُّورِ وَشَهَادَةُ الزُّورِ أ Telah menceritakan kepadaku Ishaq telah menceritakan kepada kami Khalid Al Wasithi dari Al Jurairi dari Abdurrahman bin Abu Bakrah dari Ayahnya radliallohu ‘anhu dia berkata; Rasululloh shallallohu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tidak maukah aku beritahukan kepada kalian sesuatu yang termasuk dari dosa besar? Kami menjawab; “Tentu wahai Rasululloh.” Beliau bersabda: “Menyekutukan Alloh dan mendurhakai kedua orang tua.” -ketika itu beliau tengah bersandar, kemudian duduk lalu melanjutkan sabdanya: “Perkataan dusta dan kesaksian palsu, perkataan dusta dan kesaksian palsu.” Beliau terus saja mengulanginya 14 Of 27
  • 15. hingga saya mengira beliau tidak akan berhenti.” Riwayat #3 َ نسََ َ بِ نْنُ أ(دثَنِ قُبَيْدُ ا(دعَنَا شُعْبَةُ قَالَ حَ(مدُ نْنُ جَعْفَرٍ حَ(دعَنَا مَُ(دِ حَ £ مدُ نْنُ الْوَِ(دثَنِ مَُ(حَ بَكْرٍ قَالَ سَمِعْتُ أ kِ بُ قَنْهُ قَالَ( ا] نْنَ مَالِكٍ رََِ َ مَ الْكَبَائِرَ أ(بُ عَلَيْهِ وَسَل(ل ا(بِ صَ(ذَكَرَ رَسُولُ ا جفْسِ وَقُقُوقُ(بِ وَقَتْلُ ا(وْ سُئِلَ قَنْ الْكَبَائِرِ فَقَالَ الشِّْكُ بِا َ هُ قَالَ شَهَادَةُ(ن َ كْثَُ ظَنِّ أ َ وْ قَالَ شَهَادَةُ الزُّورِ قَالَ شُعْبَةُ وَأ َ كْبَِ الْكَبَائِرِ قَالَ قَوْلُ الزُّورِ أ ُ لَا أ نَبِّئُكُمْ بِأ َ يْنِ فَقَالَ أ S الْوَاَِ الزُّورِ Telah menceritakan kepadaku Muhammad bin Al Walid telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Ja’far telah menceritakan kepada kami Syu’bah dia berkata; telah menceritakan kepadaku ‘Ubaidulloh bin Abu Bakr dia berkata; saya mendengar Anas bin Malik radliallohu ‘anhu berkata; “Rasululloh shallallohu ‘alaihi wasallam menyebutkan tentang dosa besar atau beliau ditanya tentang dosa besar, lalu beliau menjawab: “Menyekutukan Alloh, membunuh jiwa dan durhaka kepada kedua orang tua.” Lalu beliau bersabda: “Maukah aku beritahukan kepada kalian yang termasuk dari dosa besar?” beliau bersabda: “Perkataan dusta atau beliau bersabda: “Kesaksian palsu.” Syu’bah mengatakan; “Dan saya menyangka bahwa beliau mengatakan; “Kesaksian palsu.” باب تريم العقوق وقطيعة الرحم الله عنه قال: قال رسول الله صل الله عليه وسلم: ألا أنبئكم - 336 ] بكرة نفيع بن الارث ر k وعن أ ن متكئاً فجلس، Ú ين، و S بأكب الكبائر ؟ – ثلاثاً – قلنا: بل يا رسول الله، قال: الإشاك بالله، وعقوق الوا ته سكت. متفقٌ عليه £ قلنا: k .فقال: ألا وقول الزور وشهادة الزور فما زال يكررها ح “Dari Abu Bakrah Nufai’ bin Al-Harits radhiyallahu ‘anhu [1], beliau berkata: Nabi 15 Of 27
  • 16. shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,” Maukah kamu aku beritahukan kepada kalian tentang dosa besar yang paling besar?” – diulangi hingga tiga kali [2]- Kami menjawab,” Tentu saja wahai Rasulullah.” Beliau bersabda, ” menyekutukan Allah dan durhaka terhadap kedua orang tua.” Sedangkan beliau [pada waktu itu] dalam keadaan bersandar, lalu beliau duduk kemudian meneruskan sabdanya, “Ketahuilah! dan perkataan palsu dan kesaksian palsu.” Beliau terus-menerus mengulanginya sampai-sampai kami berkata,” Andai saja beliau diam”. (Muttafaqun ‘alaihi) Takhrij Hadits: 1. Hadits terdapat dalam Shahih Al-Bukhari (2654), Kitab persaksian, bab apa yang dikatakan mengenai kesaksian palsu. 2. Hadits ini juga diriwayatkan oleh Al-Imam Muslim dalam shahihnya (143), kitab Iman, bab penjelasan tentang dosa-dosa besar dan yang termasuk paling besar. 3. Lihat juga dalam Jami’ At-Tirmidzi (2301), Kumpulan bab persaksian, bab apa yang datang mengenai persaksian dusta. Pelajaran yang Dapat Diambil dari Hadits: 1. Dosa Memiliki Tingkatan Hadits ini menjelaskan bahwa di antara dosa, ada yang besar, bahkan ada yang terbesar dari dosa besar. Dapat dipahami pula dari hadits ini bahwa terdapat pula dosa kecil. Al-Imam An-Nawawi menegaskan bahwa ini adalah pandangan jumhur ‘ulama salaf dan khalaf. Pendapat ini juga diriwayatkan oleh ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma. Dalil untuk pendapat ini dapat dilihat dalam nash-nash Al-Qur’an, As- Sunnah, dan keterangan para ulama, baik salaf maupun khalaf. Beliau melanjutkan, “Perbuatan dosa yang dapat dilebur dengan ibadah shalat dan amal baik lainnya disebut dengan shaghair (dosa-dosa kecil). Sedangkan dosa yang tidak dapat dilebur dengan amal baik, maka disebut dengan kabair (dosa besar). Tentu saja dengan disebutkannya dosa kecil tidak berarti perbuatan tersebut tidak buruk lagi kalau disandarkan kepada Allah ta’ala. 16 Of 27
  • 17. Kemudian pertanyaan berikutnya yang mungkin muncul, apakah dosa besar jumlahnya hanya terbatas kepada tiga seperti disebutkan di atas? Para ‘ulama rahimahumulahu ta’ala mengatakan bahwa tidak ada jumlah yang pasti untuk perbuatan maksiat yang dikategorikan dosa besar. Telah datang (riwayat) dari ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma bahwa beliau pernah apakah dosa-dosa besar itu jumlahnya tujuh [5]? Maka beliau menjawab: ia mencapai 70. Diriwayatkan juga bahwa ia mencapai 700. Adapun mengenai sabda nabi shallallahu ‘alaihi wasallam: “Dosa-dosa besar ada tujuh”, maka yang dimaksud adalah, “Termasuk dalam dosa besar adalah tujuh dosa.” Ada beberapa tanda yang dapat digunakan untuk mengetahui kalau suatu maksiat tergolong dalam dosa besar. Di antaranya adalah menyebabkan pelakunya menerima had, begitu pula ancaman yang keras berupa adzab neraka sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah. Pelakunya juga disifati dengan fasiq oleh nash. Pelakunya juga mendapat la’nat dari Allah. [6] 2. Adab Berbicara Hadits ini pula menjelaskan tentang adab berbicara. Termasuk dalam adab berbicara yaitu mengulang-ulang perkataan supaya benar-benar meresap ke dalam hati para pendengar. Tentunya pengulangan ini hanya untuk hal-hal yang penting, bukan pada setiap pembicaraan. 3. Syirik adalah dosa paling besar Dalam hadits ini, syirik disebutkan pertama kali. Memang ia adalah dosa yang terbesar. Terkadang, karena sering disebutkan justru hal ini luput dari perhatian kita. Padahal, ini merupakan perkara yang teramat penting. Bahkan, barangsiapa yang mati dalam keadaan menyekutukan Allah jalla jalaluh, maka ia tidak akan diampuni oleh Allah. Ini berdasarkan firman-Nya azza wa jalla: َ بَ لَا فَغْفِرُ أ(ن ا(إِ بِ فَقَدِ افْتََى إِعْمًا عَظِيمًا(كِْ بِا هِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يشََاءُ وَمَنْ يشُْكََ بِنْ يشُْ 17 Of 27
  • 18. “Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.” (An-Nisa: 48) Adapun seorang hamba yang mati dalam keadaan tidak menyekutukan Allah ta’ala, seperti berzina, membunuh, dan dosa-dosa lainnya, sedangkan dia mengimani bahwa perkara itu diharamkan tetapi karena lemahnya iman ia tetap mengerjakannya dan belum sempat bertaubat, maka hal ini di sisi ahlus sunnah wal jama’ah berada di bawah kehendak Allah ( شيئة الله . حت م . ت). Jika Allah kehendaki maka Allah mengampunkannya, dan memasukkannya ke dalam jannah – misalnya karena amal shalih yang dilakukannya, atau karena syafa’at, atau semata-mata karena karunia dan rahmat dari Allah. Dan jika Allah menghendaki, Allah akan mengadzabnya sesuai kadar maksiat yang diperbuatnya, tetapi dia tidak kekal di dalam neraka karena tauhidnya menjadi penghalang kekalnya di neraka.[7] Kami memohon kepada Allah supaya dimatikan dalam keadaan mentauhidkan-Nya semata dan dimasukkan ke dalam jannah tanpa hisab, Allahumma amin. 4. Durhaka kepada orang tua termasuk dosa besar yang paling besar. Namun yang perlu diterangkan di sini bahwa durhaka kepada salah satu dari orang tua juga termasuk dosa besar. Di antara alasannya adalah mendurhakai salah satu dari keduanya hampir pasti berakibat mendurhakai atau melukai yang lainnya [8]. Begitu pula hadits-hadits lain yang ada dalam bab ini. 5. Bahaya Perkataan dan Kesaksian palsu Keadaan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam yang mengubah posisinya dari bersandar kepada duduk tegak mengisyaratkan akan pentingnya hal yang akan dibicarakan. Dapat pula diambil faidah bahwa ini adalah penekanan akan keharamannya dan juga besarnya keburukan perkara ini. Sebab pentingnya hal ini adalah karena perkataan atau kesaksian dusta lebih mudah terjadi pada manusia dan ketidakpedulian terhadapnya banyak berlaku. Sedangkan syirik, maka hal itu jauh dari hati seorang 18 Of 27
  • 19. muslim. Begitu pula durhaka, hal ini secara naluriah ditolak oleh manusia. Dalam kedustaan, ikut bersamanya banyak maksiat lainnya seperti permusuhan, hasad, dan lainnya. Maka ini tentunya memerlukan perhatian ekstra,dan yang jelas ini tidak menunjukkan bahwa ia lebih besar dari apa yang disebutkan bersamanya berupa syirik. Akan tetapi, ini dilihat dari sisi kerusakan yang ditimbulkan oleh kedustaan berdampak kepada selain pelakunya, berbeda dengan syirik yang kerusakannya pada umumnya terbatas pada pelaku. Penggandengan perkataan dusta dengan syirik bahkan terdapat dalam al-Qur’an, firman-Nya: َْفَاجْتَنِبُوا الرِّجْسَ مِنَ الأ وْثَانِ وَاجْتَنِبُوا قَوْلَ الزُّورِ “Maka jauhilah olehmu berhala-berhala yang najis itu dan jauhilah perkataan-perkataan dusta” (Al-Hajj: 30) Masuk ke dalam larangan ini yaitu berdusta untuk tujuan senda-gurau. Ini berdasarkan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, َ أ ِنْ كَنَ  نةِ لِمَنْ تَرَكَ الْكَذِبَ وَ(قا وَبِبَيْتٍ فِ وَسَطِ الَْáِنْ كَنَ مُِ  نةِ لِمَنْ تَرَكَ الْمِرَاءَ وَ(نَا زَقِيمٌ بِبَيْتٍ فِ رَبَضِ الَْ َ سنَ خُلُقَهُ(نةِ لِمَنْ حَ(لَْ الَْ مَازِحًا وَبِبَيْتٍ فِ أ “Saya menjamin satu rumah di pinggir jannah bagi orang yang meninggalkan perdebatan sekalipun dia benar, satu rumah di tengah jannah bagi orang yang meninggalkan kedustaan sekalipun bergurau dan satu rumah di tempat tertinggi dalam jannah bagi orang yang baik akhlaknya” [10] Apabila untuk bergurau saja tidak diperbolehkan, maka apatah lagi untuk keadaan yang lebih besar dari itu. Bagaimana pula dengan orang yang mengais rezeki dengan cara berdusta, seperti bersandiwara, menulis cerita-cerita rekaan, melawak dan sebagainya? Kita berlindung kepada Allah dari melanggar larangan-Nya. 19 Of 27
  • 20. Namun begitu, ada kondisi di mana berdusta diperbolehkan seperti dalam peperangan, ketika mendamaikan dua pihak yang sedang berseteru, dan perkataan seorang suami kepada istrinya ataupun sebaliknya.[11] Perkataan dusta akan berdampak semakin buruk apabila mimik wajah si pendusta mengesankan seakan-akan ia berkata jujur. Lebih parah lagi kalau berita dusta itu disebarkan oleh orang yang mendengarnya. Adapun orang yang melakukan kesaksian palsu, maka sesungguhnya ia telah melakukan empat keharaman sekaligus. 1. Pertama, dia berdusta 2. Kedua dia menzhalimi orang yang ia bersaksi palsu tentangnya. 3. Ketiga, ia menzhalimi temannya yang ia bersaksi palsu untuknya sehingga temannya itu mengambil harta yang bukan haknya. 4. Keempat, dia membolehkan apa yang Allah haramkan [12] Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam terus-menerus mengulangi perkaannya yang terakhir ini sampai-sampai para shahabat radhiyallahu ‘anhum berkata,” Andai saja beliau diam”. Alasan para shahabat berbicara seperti ini karena mereka kasihan terhadap Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan tidak suka terhadap sesuatu yang menyebabkan beliau marah. [13] Nasehat : Perkataan dusta barangkali sudah menjadi “menu wajib” kita setiap hari. Karenanya untuk meninggalkannya secara total tidaklah mudah. Untuk itu diperlukan usaha yang sungguh-sungguh. Di antara usaha yang bisa kita lakukan adalah: • Pertama, bulatkan niat dan azzam untuk meninggalkan perbuatan nista ini. • Kedua, carilah teman dan lingkungan yang baik. 20 Of 27
  • 21. Hukuman bagi orang yang durhaka kepada orang tuanya. Umat Islam sepakat bahwa durhaka kepada kedua orang tua adalah suatu hal yang diharamkan dan termasuk dosa besar yang sudah disepakati keharamannya. Barang siapa yang durhaka kepada orang tuanya, maka Allah akan menghukumnya dengan hukuman yang berat, baik di dunia maupun di akhirat. Adapun hukuman di dunia, orang yang durhaka kepada kedua orang tuanya akan berada dalam kemurkaan Allah. Hal ini sebagaimana yang dikabarkan oleh sang pembawa rahmat, Muhammad saw. Diriwayatkan dari ‘Abdulloh bin Amr’ bahwa dia berkata: “Rasulullah saw bersabda: Artinya: “Ridho Allah itu terletak pada Ridho orang tua, dan murka Allah itu terletak pada murka kedua orang tua.” (Syu’ab al-Iman, Baihaqi, Juz 16, hlm. 338, Hadits no. 7584) Barang siapa yang dimurkai Allah, maka dia akan dibenci olehNya, juga akan dibenci oleh seluruh makhlukNya, lebih dari itu, Allah dan malaikat akan melaknatnya. Diantara hukuman bagi orang yang durhaka kepada kedua orang tua adalah: 1. Pelakunya menjadi sosok yang dilaknat oleh Allah. Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah saw. Artinya: “Allah melaknat orang yang mengubah batas (patok) tanah: Allah melaknat budak yang bertuan kepada selain tuannya; Allah melaknat orang yang menyesatkan jalan orang yang buta; Allah melaknat orang yang menyembelih (hewan) untuk selain Allah; Allah melaknat orang yang melakukan hubungan seksual dengan binatang; Allah melaknat orang yang durhaka kepada kedua orang tuanya; dan Allah melaknat orang yang melakukan perbuatan kaum Nabi Luth.” (Musnad Imam Ahmad, Juz 6, hlm. 298, Hadits no. 2765) 2. Rizkinya akan dipersempit. Kalaupun rizkinya dilapangkan, itu merupakan istidraz (tipuan) baginya. Dengan demikian, barang siapa yang berbakti kepada kedua orang tuanya, maka Allah akan melapangkan rizkinya. Hal ini sebagaimana yang dijelaskan dalam hadits: 21 Of 27
  • 22. Artinya:“Barang siapa yang ingin dipanjangkan umurnya oleh Allah dan dilapangkan rizkinya, serta dihindarkan dari kematian yang buruk, maka hendaklah dia bertaqwa kepada Allah dan membina hubungan silaturahmi.” (Al Mustadrak, al-Hakim, Juz 17, hlm 128, hadits no. 7389) 3. Ajalnya tidak akan ditangguhkan 4. Pelakunya berpeluang meninggal dunia dalam keadaan yang buruk, ia berpeluang meninggal dalam keadaan buruk, seperti mati dalam keadaan maksiat. 5. Amalnya tidak diterima meskipun amal itu baik Itu disebabkan dia telah durhaka kepada kedua orang tuanya, diriwayatkan dari Abu Umamah al Bahili, bahwa Rasulullah saw bersabda: Artinya: “Ada tiga (kelompok) yang Allah tidak akan menerima sharf dan tidak pula adl Nya, yaitu orang yang durhaka (kepada kedua orang tuanya); orang yang sering menyebut-nyebut apa yang telah dia berikan; dan orang yang mendustakan taqdir.” (al-Ibaanah al-Kubraq, Ibnu Bathah, Juz 4, hlm 60 hadits no. 153) sebab-sebab anak durhaka dan cara mengatasinya Ada beberapa hal yang menyebabkan seseorang durhaka kepada kedua orang tuanya, diantaranya: 1. Tidak mengetahui keagungan orang tua dan tidak mengetahui hukuman atas kedurhakaan itu, baik hukuman di dunia maupun di akhirat kelak. 2. Adanya sikap orang tua yang lebih mengutamakan atau mementingkan sebagian anak atas sebagian lainnya atau dalam kata lain adanya ketidakadilan yang diberikan orang tua kepada anak-anaknya. 3. Kelalaian dari orang tua dalam menafkahi anak-anaknya semasa kecil. 4. Berteman dengan orang-orang yang buruk budi pekertinya yang mendorong sahabatnya menentang orang tuanya. Diriwayatkan dari Abu Hurariroh r.a., dia berkata : “Rasulullah saw bersabda: Artinya : “(Akhlak) seseorang itu tergantung pada akhlak sahabat karibnya. Karena itu, 22 Of 27
  • 23. hendaklah salah seorang diantara kalian memperhatikan siapa yang digauli (nya).” (Musnad Imam Ahmad, Juz 16. hlm: 226, no Hadits 7685) Itulah factor-faktor yang menyebabkan anak durhaka kepada orang tuanya. Namun jika ditelaah lebih lanjut, faktor utamanya adalah kesalahan orangtua dalam mendidik anak. Kesalahan tersebut bisa berupa kesalahan dalam menerapkan cara yang digunakan; seperti terlalu banyak aturan atau sikap orangtua yang terlalu keras dan kasar terhadap anak. Sikap lemah lembut dan kasih sayang adalah modal utama dan kunci keberhasilan orangtua dalam mendidik anak. Inilah cara yang diajarkan Allah SWT kepada Rasulullah SAW dalam mendidik umatnya. Allah berfirman: “Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal kepada-Nya.” (Ali Imran: 159). Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa Rasulullah bersabda, “Kelembutan adalah hiasan bagi segala sesuatu.” (HR. Muslim, bab Al-Birru). Sikap lemah lembut dalam mendidik anak merupakan faktor yang sangat mendukung keberhasilan pendidikan anak. Orangtua selayaknya memahami bahwa anaknya bukanlah malaikat yang tidak pernah berbuat salah, dan bukan pula setan yang tidak memiliki sisi kebaikan. Dalam bukunya Nasha`ih li Al-Abaa` Qabla ‘Uquq Al-Abnaa`, Prof. Sa’ad Karim menjelaskan, ketika seorang anak melakukan kesalahan, tidak selayaknya orangtua langsung memberikan hukuman yang bert. Yang harus dilakukan oleh orangtua adalah memberikan nasehat dan petunjuk, menjelaskan kesalahan sang anak dengan cara yang bijak, sambil memberikan keterangan tentang perilaku dan sikap yang benar. Setelah itu, memberikan bimbingan dan arahan. Salah seorang ulama yang merupakan pakar sosiologi, Ibnu Khaldun, pernah mengingatkan bahaya sikap keras dan kasar dalam pendidikan. Dia menjelaskan bahwa pendidikan yang didasari oleh sikap kasar dan keras seringkali menghasilkan manusia- 23 Of 27
  • 24. manusia suka berbohong, munafik, dan memiliki kepribadian rapuh. Mengomentari hal yang sama, Prof. Jamal Al-Kasyif menyatakan, “Seorang anak yang tumbuh dalam situasi dan kondisi yang keras dan kasar akan mengalami perkembangan mental tidak sehat. Pengaruh dan dampak buruknya bervariasi, bisa cepat bisa juga lambat.” Seorang anak yang tumbuh dalam lingkungan yang penuh dengan kepercayaan, cinta, dan saling pengertian, jarang sekali bersikap khianat atau melanggar janji. Dia akan menjadikan kepercayaan sebagai sesuatu yang sangat penting dalam hidupnya. Dia akan tumbuh menjadi manusia yang mengusung kepercayaan diri, berterus terang, dan jujur. E. Hikmah Berbakti Kepada Orang Tua. Berbakti kepada orang tua adalah suatu kewajiban bagi seorang muslim. Oleh karena itu seorang anak akan mendapatkan hikmah apabila ia melaksanakan kewajiban tersebut, diantaranya : 1. Mendapatkan ridha Allah SAW. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW. “ Keridhaan Allah ada dalam keridhaan ibu bapak dan kemurkaan Allah ada dalam kemurkaan orang tua”. ( Diriwayatkan Tirmidzi dari hadits Abdullah Bin Amr ). Amr Radhiyallahu Anhuma berkata, “ Seseorang datang meminta izin untuk berjihad brsama Nabi SAW. Nabi bersabda, ‘ Apakah orang tuamu masih hidup?’ ia menjawab ‘ya’ Nabi bersabda “Berjihadlah dengan izin kedua orang tuamu”. (Dikeluarkan dalam kitab Shahih Bukhari dan Shahih Muslim ). 2. Terhindar dari dosa besar. Dalam kitab shahih Bukhari dan shahih muslim, Rasulullah SAW. bersabda, Maukah aku beritahu kalian tentang dosa yang paling besar? Menyekutukan Allah dan durhaka kepada orang tua.” Lanjutan hadits ini adalah : ….Asalnya Rasulullah bersandar lalu tegak duduk dan bersabda, “ ketahuilah, dan ucapan dusta serta sumpah palsu “ beliau terus-menerus mengucapkan kata itu hingga kami ( para shahabat ) berkata,” seandainya saja beliau diam “. 3. Sebab bertambahnya rizki. 24 Of 27
  • 25. Dijelaskan dalam hadits Anas Bin Malik, Rasulullah SAW. bersabda : “ Barangsiapa yang ingin dipanjangkan usianya dan ditambahkan rizkinya, maka hendaklah dia ihsan kepada orang tuanya dan menyambung hubungan kekerabatanya “. 4. Menjamin terlahirnya anak-anak shaleh. Diriwayatkan dalam hadits Ibnu Umar, Rasulullah bersabda : “ berbuatlah ihsan kepada bapak-bapak kalian, niscaya anak-anak kalian akan berbuat Ihsan kepada kalian. Peliharalah kesucian diri kalian, niscaya istri-istri kalian akan memelihara kesucian diri mereka “. 5. Balasan surga dari Allah SAW. Didalam hadits yang diriwayatkan Ibnu Majah, Nasa’i, dan Hakim dari hadits jahimah, Rasulullah bersabda, “ Surga terletak dibawah telapak kaki para ibu “ oleh karena itu, kita harus berbakti kepada kedua orang tua, terutama ibu yang dinilai pengorbanan dan kasih sayangnya lebih besar ketimbang ayah. F. Do’a Kepada Kedua Orang Tua. [ صَغِيًا. [ الا ساء : 24 kِ بيَا(ربِّ ارْحَْهُمَا كَمَا رَ( “ Ya Allah limpahkanlah rahmatmu kepada ibu bapakku sebagaimana mereka mengurus ketika aku masih kecil “ Banyak ayat Al Qur’an maupun Al-Hadits yang menerangkan bahwa berbuat baik kepada ibu bapak itu wajib. Bahkan, termasuk amal yang paling utama setelah beribadah dengan ikhlas kepada Allah SWT. Allah SWT. berfirman : َ يْنِ إِحْسَانًا S اهُ وَبِالْوَاَِ(لا يَعْبُدُوا إِلآ إِي( رَبُّكَ أ ² .… وَقََ “ Dan tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain dia dan hendaklah kamu berbuat baik kepada ibu bapak mu dengan sebaik-baiknya….. ( Al Israa ( 17 ) : 23 ). 25 Of 27
  • 26. يْنِ إِحْسَانًاَ S وا بِهِ شَيْئًا وَبِالْوَاَِ¶ُِ ......اقْبُدُوا اللهَ وَلاَتشُْ “ Beribadahlah kepada Allah, dan janganlah kamu sekutukan dia dengan sesuatu apapun dan berbaktilah kepada ibu bapakmu… ( An-Nisa : 36 ). 26 Of 27
  • 27. DAFTAR PUSTAKA Al-Qur’an dan Terjemahannya, Departemen Agama RI, Pt. InterMasa, Jakarta. Riyadus Sholihin, Toha Putra, Semarang Zakaria, Aceng. Terjemah Al-Hidayah III, tt. Adz-Dzahabi, AL-KABAIR Galaksi Dosa, Darul Falah. Bulughul Maram, CV. A. Hassan, Diponegoro Bandung, 1986. Ust. H. Muhammad Rahmat Najieb, S.Pd , Percikan Do’a, PT Raja Grafindo Persada Jakarta. Ust. H. Muhammad Rahmat Najieb, S.Pd, Ibumu, Ibumu... Bapakmu, Majalah Risalah, tt. 27 Of 27