Dokumen tersebut membahas tentang adab guru ketika mengajar ilmu. Beberapa poin penting yang diangkat antara lain guru hendaknya mengajar dengan niat mendapatkan ridho Allah dan menyebarkan ilmu, serta menghindari sikap tidak mau mengajar murid yang tidak tulus niatnya. Guru juga diimbau bersemangat dalam menyampaikan pemahaman kepada murid dengan meringkas penjelasan. Hadis-hadis yang dikutip m
Wawancara dan Observasi alat non tes bimbingan konseling
GURU
1. Adab Ketika Guru Mengajar
Ilmu
PEMBINA : USTAD ABDUL HAMID ALY, S.pd, M.pd
Disusun oleh :
Fidyah Qurrota A’yun
Siti Mardziyah
Zubaidatus
2. A. Pengertian Adab
etimologi, kata “adab” dimaknai sebagai kehalusan dan kebaikan budi pekerti;
kesopanan; akhlak. Adapun “beradab” berarti mempunyai adab, mempunyai
budi bahasa yg baik, berlaku sopan (www.kbbi.web.id). Menurut KH. Hasyim
Asy’ari seperti dikutip Adian Husaini mengatakan, adab adalah satu istilah
khas dalam agama Islam seperti halnya makna iman, Islam, ibadah dan
lainnya. Adab bukanlah sekedar “sopan santun” atau baik budi bahasa, atau
yang populer hari ini dengan istilah membangun karakter (character building)
dalam suatu pendidikan.
3. B. Adab Guru Ketika Mengajar Ilmu
Hendaknya seorang guru mengajar dan mendidik murid dengan tujuan mendapatkan ridlo Allah ta`ala,
menyebarkan ilmu, menghidupkan syariat islam, melanggengkan munculnya kebenaran dan terpendamnya
kebatilan, mengharap lestarinya kebaikan bagi umat dengan memperbanyak ulama, dan meraih pahala. Ia
akan memperoleh pahala dari orang yang ilmunya akan berpangkal kepadanya. Selain itu, juga berharap
keberkahan dari doa dan kasih sayang mereka, menginginkan agar tergolong dalam mata rantai para
pembawa ilmu dari Rasulullah SAW dan termasuk golongan para penyampai wahyu Allah ta`ala dan
hukum-hukum-Nya kepada makhluk-Nya. Sedemikian itu karena mengajarkan ilmu merupakan salah satu
urusan terpenting dalam agama dan merupakan kedudukan tertinggi bagi orang mukmin. Rasulullah SAW
bersabda, “Sesungguhnya Allah ta`ala, malaikat, penghuni langit dan bumi, bahkan semut di liangnya pada
bershalawat untuk para pengajar kebaikan kepada umat manusia.
4. Seorang guru juga hendaknya menghindari sikap tidak mau mengajar murid yang tidak tulus niatnya, karena
sesungguhnya ketulusan niat masih ada harapan terwujud sebab berkah dari ilmu itu sendiri. Sebagian
ulama salaf berkata, “Aku mencari ilmu bukan karena Allah. Namun, ilmu itu akhirnya menolak didekati
jika tidak diniatkan untuk Allah.” Artinya, pada akhirnya ilmu itu yang akan membimbingnya kepada Allah.
Apabila niat yang tulus diharuskan dalam mengajar para pemula yang kebanyakan dari mereka kesulitan
dalam menata niat, maka akan berdampak pada terputusnya kesempatan banyak orang untuk memperoleh
ilmu.
Guru harus bersemangat dalam mengajar dan menyampaikan pemahaman kepada murid dengan
mengerahkan segenap kemampuannya. Berusaha meringkas penjelasan tanpa berpanjang lebar dan terlalu
dalam yang mengakibatkan pikiran murid tidak mampu menampung dan merekamnya. Menerangkan pada
murid yang lambat pemikirannya dengan bahasa yang segamblang-gamblangnya dan bermurah hati untuk
mengulangi keterangan.
5. C. hadist tentang guru mengajar ilmu
1. Menjadi orang yang paling baik
Imam Al-Bukhari meriwayatkan sebuah hadits dari Hajjaj bin Minhal dari Syu’bah dari Alqamah bin Martsad
dari Sa’ad bin Ubaidah dari Abu Abdirrahman As-Sulami dari Utsman bin Affan Radhiyallahu Anhu, bahwa Rasulullah
Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda :
ُهَمَّلََعو َآنْرُقْال َمَّلَعَت َْنم ْمُكُرْيَخ.
“Sebaik-baik kalian adalah orang yang belajar Al-Qur`an dan mengajarkannya.”
Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,
ُهَمَّلََعو َآنْرُقْال َمَّلَعَت َْنم ْمُكَلَضْفَأ َّنِإ.
“Sesungguhnya orang yang paling utama di antara kalian adalah yang belajar Al-Qur`an dan mengajarkannya.”
6. 2. Mendapat pahala
Dari Abu Mas’ud Uqbah bin Amir Al Anshari radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda :
ِهِلِعاَف ِرْجَأ ُلْثِم ُهَلَف ٍْريَخ ىَلَع َّلَد ْنَم
“Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang
mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893).
Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
ُقْنَي َال َو اَهِب َلِمَع ْنَم ِرْجَأ ُلْثِم ُهَل َبِتُك ُهَدْعَب اَهِب َلِمُعَف ًةَنَسَح ًةَّنُس ِمَالْسِاإل ىِف َّنَس ْنَمِم ُصِب َلِمُعَف ًةَئِيَس ًةَّنُس ِمَالْسِاإل ىِف َّنَس ْنَم َو ٌءَْىش ْمِه ِورُجُأ ْنَبِتُك ُهَدْعَب اَه
ٌءَْىش ْمِه ِار َز ْوَأ ْنِم ُصُقْنَي َال َو اَهِب َلِمَع ْنَم ِر ْزِو ُلْثِم ِهْيَلَع
“Barangsiapa menjadi pelopor suatu amalan kebaikan lalu diamalkan oleh orang sesudahnya, maka akan dicatat baginya
ganjaran semisal ganjaran orang yang mengikutinya dan sedikitpun tidak akan mengurangi ganjaran yang mereka
peroleh. Sebaliknya, barangsiapa menjadi pelopor suatu amalan kejelekan lalu diamalkan oleh orang sesudahnya, maka
akan dicatat baginya dosa semisal dosa orang yang mengikutinya, tanpa mengurangi dosanya sedikit pun.” (HR. Muslim
no. 1017)
7. 3. Amal jariyah
Nabi Muhammad s.a.w. pernah bersabda:
ٍثَالَث ْنِم َّالِإ ُهَلَمَع َعَطَقْنا َمَدآ ُْنبا َاتَم اَذِإ:…..ِهِب ُعَفَتْنُي ٍمْلِع
“Apabila seorang keturunan Adam (manusia) meninggal dunia, maka terputuslah seluruh amalnya, kecuali
tiga perkara; satu di antara ketiganya adalah…. ilmu yang bermanfaat.” (Diriwayatkan oleh Imam Muslim
dari hadits Abu Hurairah r.a.)