Wawancara dan Observasi alat non tes bimbingan konseling
Akhlak a putaran 2 pkay kel 14 maju ke 4
1. ADABUL ‘ALIM WAL MUTA’ALLIM
BAB 5 NOMOR 17-19 TENTANG ADAB PENGAJAR TERHADAP DIRINYA
SENIDRI
Pembina : Ust. Abdul Hamid Aly, S.Pd., M.Pd
KELOMPOK 4:
• Suci Aviatus S
• Ulfa Muawiyah
• Mihayul Uyun
• Regita Laily N
2. Seorang ustad harus membersihkan hati dan tindakannya dari semua akhlak
yang jelek.
Adab Pengajar terhadap dirinya sendiri
Mengambil pelajaran dan hikmah apapun dari setiap orang tanpa membeda-
bedakan status , baik itu berupa jabatan, nasab, umur dan persoalan yang lainya
Senantiasa bersemangat dalam mencapai perkembangan keilmuan
3. Ada sebuah riwayat yang dinukil dari kitab Tuhfah al-Murîd ‘alâ Jawharah at-Tauhîd,
dikarang oleh Syaikhul Islam Ibrahim bin Muhammad al-Baijûri. Pada bab-bab akhir disebutkan
tentang sifat hasud, diriwayatkan bahwa suatu hari Iblis pernah berkata kepada Nabi Nuh AS,
“Ikutilah lima petuah dariku.” Nabi Nuh menjawab, “Aku tidak memercayaimu.” Kemudian Allah
Swt mewahyukan kepada nabi Nuh supaya mendengarkan terlebih dahulu apa yang ingin
disampaikan oleh Iblis kepadanya. “Baik, katakanlah.” Kata Nabi Nuh kepada Iblis.
Seorang ustad harus membersihkan hati dan tindakannya dari semua akhlak yang jelek.
4. Kemudian Iblis melanjutkan lima perkara tadi,
“Pertama, jauhilah olehmu sifat sombong, karena yang menyebabkan aku diusir dari surga
adalah kesombongan.
kedua, jauhilah sifat dengki, karena Qabil membunuh saudaranya karena dengki.
ketiga, jauhilah sifat tamak, karena Nabi Adam tidak diwarisi oleh Allah sesuatu yang mesti
diwarisinya (surga) karena sebab tamak.
keempat, jauhilah sifat rakus, karena Hawa dikeluarkan dari surga karena kerakusan.
kelima, jauhilah sifat Panjang angan-angan, karena rakus dan tamak muncul karena panjangnya
angan-angan.
5. Senantiasa bersemangat dalam mencapai perkembangan keilmuan
Membaca
Menghafal
Berdiskusi
Tidak menyia-nyiakan
waktu
Mengamalkan
6. Kitab Shahih Bukhari disebutkan
riwayat dari Yahya Bin Katsir, ia
berkata “bahwa ilmu tidak bisa
dikuasai hanya dengan santai dan
ongkang-ongkang kaki”.
Syaikh Abdullah bin Shalih Al Fauzan
hafizhahullah berkata, “Kemudian perlu di
mengerti pula bahwa sebenarnya beramal itu
juga termasuk penyebab ilmu tetap ada dan
bertahan”
Imam Ahmad mengatakan,
“Menuntut ilmu dan
mengajarkannya lebih utama dari
pada berjihad dan amal sunnah
lainnya.”
7. sesugguhnya hikmah itu adalah ibarat harta benda orang mukmin yang hilang yang
diambilnya dimanapun ia menemukannya. Sebagaimana yang terkandung dalam firman Allah
QS. Al-Baqarah [2]: 269
“Allah menganugerahkan hikmah kepada siapa
yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang
dianugerahi hikmah, ia benar-benar telah
dianugerahi karunia yang banyak. Dan hanya
orang-orang yang berakallah yang dapat
mengambil pelajaran.” (QS. Al-Baqarah [2]:
269).
Mengambil pelajaran dan hikmah apapun dari setiap orang tanpa membeda-bedakan
status.