Hikayat ini mengajarkan bahwa meskipun menolong orang lain itu baik, kita harus mempertimbangkan akibatnya. Seekor ular meminta pertolongan seorang kakek untuk bersembunyi darinya, tetapi kemudian ular itu mengancam akan membunuh kakek setelah terselamatkan. Kakek memohon pertolongan kepada Tuhan, dan suara misterius menyuruhnya makan daun pohon tertentu untuk menyelamatkan diriny
3. Pada zaman dahulu, tersebutlah ada seorang kakek yang cukup disegani. Ia
dikenal takut kepada Allah, gandrung pada kebenaran, beribadah wajib
setiap waktu, menjaga salat lima waktu dan selalu mengusahakan membaca
Al-Qur’an pagi dan petang. Selain dikenal alim dan taat, ia juga terkenal
berotot kuat dan berotak encer. Ia punya banyak hal yang menyebabkannya
tetap mampu menjaga potensi itu.
Suatu hari, ia sedang duduk di tempat kerjanya sembari menghisap rokok
dengan nikmatnya (sesuai kebiasaan masa itu). Tangan kanannya memegang
tasbih yang senantiasa berputar setiap waktu di tangannya. Tiba-tiba seekor
ular besar menghampirinya dengan tergopoh-gopoh. Rupanya, ular itu
sedang mencoba menghindar dari kejaran seorang laki-laki yang (kemudian
datang menyusulnya) membawa tongkat. “Kek,” panggil ular itu benar-
benar memelas, “kakek kan terkenal suka menolong. Tolonglah saya,
selamatkanlah saya agar tidak dibunuh oleh laki-laki yang sedang mengejar
saya itu. Ia pasti membunuh saya begitu berhasil menangkap saya.
Tentunya, kamu baik sekali jika mau membuka mulut lebar-lebar supaya
saya dapat bersembunyi di dalamnya. Demi Allah dan demi ayah kakek, saya
mohon, kabulkanlah permintaan saya ini.” “Ulangi sumpahmu sekali lagi,”
pinta si kakek. “Takutnya, setelah mulutku kubuka, kamu masuk ke
dalamnya dan selamat, budi baikku kamu balas dengan keculasan. Setelah
selamat, jangan-jangan kamu malah mencelakai saya.”
4. Ular mengucapkan sumpah atas nama Allah bahwa ia takkan melakukan itu
sekali lagi. Usai ular mengucapkan sumpahnya, kakek pun membuka
mulutnya sekira-kira dapat untuk ular itu masuk. Sejurus kemudian,
datanglah seorang pria dengan tongkat di tangan. Ia menanyakan
keberadaan ular yang hendak dibunuhnya itu. Kakek mengaku bahwa ia tak
melihat ular yang ditanyakannya dan tak tahu di mana ular itu berada. Tak
berhasil menemukan apa yang dicarinya, pria itu pun pergi. Setelah pria itu
berada agak jauh, kakek lalu berbicara kepada ular: “Kini, kamu aman.
Keluarlah dari mulutku, agar aku dapat pergi sekarang.”
Ular itu hanya menyembulkan kepalanya sedikit, lalu berujar: “Hmm, kamu
mengira sudah mengenal lingkunganmu dengan baik, bisa membedakan
mana orang jahat dan mana orang baik, mana yang berbahaya bagimu dan
mana yang berguna. Padahal, kamu tak tahu apa-apa. Kamu bahkan tak bisa
membedakan antara makhluk hidup dan benda mati.” “Buktinya kamu
biarkan saja musuhmu masuk ke mulutmu, padahal semua orang tahu bahwa
ia ingin membunuhmu setiap ada kesempatan. Sekarang kuberi kamu dua
pilihan, terserah kamu memilih yang mana; mau kumakan hatimu atau
kumakan jantungmu? Kedua-duanya sama-sama membuatmu sekarat.”
Kontan ular itu mengancam.
5. “La haula wa la quwwata illa billahi al`aliyyi al-`azhim [tiada daya dan
kekuatan kecuali bersama Allah yang Maha Tinggi dan Agung] (ungkapan
geram), bukankah aku telah menyelamatkanmu, tetapi sekarang aku pula
yang hendak kamu bunuh? Terserah kepada Allah Yang Esa sajalah. Dia cukup
bagiku, sebagai penolong terbaik.” Sejurus kemudian kakek itu tampak
terpaku, shok dengan kejadian yang tak pernah ia duga sebelumnya,
perbuatan baiknya berbuah penyesalan. Kakek itu akhirnya kembali
bersuara, “Sebejat apapun kamu, tentu kamu belum lupa pada sambutanku
yang bersahabat. Sebelum kamu benar-benar membunuhku, izinkan aku
pergi ke suatu tempat yang lapang. Di sana ada sebatang pohon tempatku
biasa berteduh. Aku ingin mati di sana supaya jauh dari keluargaku.” Ular
mengabulkan permintaannya.
Namun, di dalam hatinya, orang tua itu berharap, “Oh, andai Tuhan
mengirim orang pandai yang dapat mengeluarkan ular jahat ini dan
menyelamatkanku.” Setelah sampai dan bernaung di bawah pohon yang
dituju, ia berujar pada sang ular: “Sekarang, silakan lakukanlah
keinginanmu. Laksanakanlah rencanamu. Bunuhlah aku seperti yang kamu
inginkan.” Tiba-tiba ia mendengar sebuah suara yang mengalun merdu
tertuju padanya:
6. “Wahai Kakek yang baik budi, penyantun dan pemurah. Wahai orang yang
baik rekam jejaknya, ketulusan dan niat hatimu yang suci telah
menyebabkan musuhmu dapat masuk ke dalam tubuhmu, sedangkan kamu
tak punya cara untuk mengeluarkannya kembali. Cobalah engkau pandang
pohon ini. Ambil daunnnya beberapa lembar lalu makan. Moga Allah sentiasa
membantumu.”
Anjuran itu kemudian ia amalkan dengan baik sehingga ketika keluar dari
mulutnya ular itu telah menjadi bangkai. Maka bebas dan selamatlah kakek
itu dari bahaya musuh yang mengancam hidupnya. Kakek itu girang bukan
main sehingga berujar, “Suara siapakah yang tadi saya dengar sehingga saya
dapat selamat?” Suara itu menyahut bahwa dia adalah seorang penolong
bagi setiap pelaku kebajikan dan berhati mulia. Suara itu berujar, “Saya
tahu kamu dizalimi, maka atas izin Zat Yang Maha Hidup dan Maha Berdiri
Sendiri (Allah) saya datang menyelamatkanmu.” Kakek bersujud seketika,
tanda syukurnya kepada Tuhan yang telah memberi pertolongan dengan
mengirimkan seorang juru penyelamat untuknya.”
7. NO
1 Nilai Religius Allah akan selalu
melindungi hamba-
Nya yang taat
kepada-Nya.
Kakek itu girang bukan main sehingga
berujar, “Suara siapakah yang tadi saya
dengar sehingga saya dapat selamat?”
Suara itu menyahut bahwa dia adalah
seorang penolong bagi setiap pelaku
kebajikan dan berhati mulia. Suara itu
berujar, “Saya tahu kamu dizalimi, maka
atas izin Zat Yang Maha Hidup dan Maha
Berdiri Sendiri (Allah) saya datang
menyelamatkanmu.” Kakek bersujud
seketika, tanda syukurnya kepada Tuhan
yang telah memberi pertolongan dengan
mengirimkan seorang juru penyelamat
untuknya.” (Slide 6 paragraf 2)
NILAI NILAI HIKAYAT
Seorang kakek dan seekor ular
8. NO
2 Nilai Moral Kita dapat belajar
bahwa menolong
orang itu memang
baik, namun kita juga
harus memikirkan pula
tentang akibat dari
pertolongan kita itu.
“La haula wa la quwwata illa billahi
al`aliyyi al-`azhim [tiada daya dan
kekuatan kecuali bersama Allah yang
Maha Tinggi dan Agung] (ungkapan
geram), bukankah aku telah
menyelamatkanmu, tetapi sekarang aku
pula yang hendak kamu bunuh? Terserah
kepada Allah Yang Esa sajalah. Dia cukup
bagiku, sebagai penolong terbaik.”
Sejurus kemudian kakek itu tampak
terpaku, shok dengan kejadian yang tak
pernah ia duga sebelumnya, perbuatan
baiknya berbuah penyesalan.
(slide 5 paragraf 1)
9. No
3 Nilai Budaya Budaya tolong-menolong
antara kiat memang harus
selalu diterapkan
dimanapun dan
kapanpun.
Ular mengucapkan sumpah
atas nama Allah bahwa ia
takkan melakukan itu sekali
lagi. Usai ular mengucapkan
sumpahnya, kakek pun
membuka mulutnya sekira-
kira dapat untuk ular itu
masuk.
( slide 4 paragraf 1)
4 Nilai Sosial Menolong sesama yang
membutuhkan adalah hal
yang baik, apalagi bila
memang sedang
membutuhkan
pertolongan.
Tolonglah saya, selamatkanlah
saya agar tidak dibunuh oleh
laki-laki yang sedang
mengejar saya itu. Ia pasti
membunuh saya begitu
berhasil menangkap saya.
Tentunya, kamu baik sekali
jika mau membuka mulut
lebar-lebar supaya saya dapat
bersembunyi di dalamnya.
( slide 3 paragraf 2)
10. NO
5 Nilai edukasi
(pendidikan)
Kita dapat belajar
bahwa perbuatan baik
juga akan
mendapatkan balasan
yang baik pula.
“Wahai Kakek yang baik budi,
penyantun dan pemurah. Wahai orang
yang baik rekam jejaknya, ketulusan
dan niat hatimu yang suci telah
menyebabkan musuhmu dapat masuk ke
dalam tubuhmu, sedangkan kamu tak
punya cara untuk mengeluarkannya
kembali. Cobalah engkau pandang
pohon ini. Ambil daunnnya beberapa
lembar lalu makan. Moga Allah sentiasa
membantumu.”
Anjuran itu kemudian ia amalkan
dengan baik sehingga ketika keluar dari
mulutnya ular itu telah menjadi
bangkai. Maka bebas dan selamatlah
kakek itu dari bahaya musuh yang
mengancam hidupnya.
( slide 6 paragraf 1)
11. NO
6 Nilai Estetika
(keindahan)
Hubungan antar umat
manusia yang saling
tolong-menolong dan
pertolongan Allah yang
terkadang tak terduga.
Usai ular mengucapkan
sumpahnya, kakek pun membuka
mulutnya sekira-kira dapat untuk
ular itu masuk.
(slide 4 paragraf 2)
Suara itu berujar, “Saya tahu
kamu dizalimi, maka atas izin Zat
Yang Maha Hidup dan Maha Berdiri
Sendiri (Allah) saya datang
menyelamatkanmu.” Kakek
bersujud seketika, tanda
syukurnya kepada Tuhan yang
telah memberi pertolongan
dengan mengirimkan seorang juru
penyelamat untuknya.”
( slide 6 paragraf 2)