Teks ini menceritakan tentang kebanggaan penulis menjadi anak kota Surabaya. Surabaya dikenal sebagai kota pahlawan karena sejarah perlawanannya melawan penjajah. Teks ini juga menjelaskan tentang budaya khas Surabaya seperti tarian ludruk dan wayang. Penulis menyukai kota ini karena memiliki banyak taman dan wisata sejarah serta alam.
2. Kultur Seni Budaya Kota Surabaya
Perkenalkan nama saya Siti Farida, saya asli dari Kota Surabaya, tepatnya 17
tahun lalu pada 15 Februari 1999. Saya duduk di bangku SMA kelas 3. Saya
bersekolah di SMAN 3 SURABAYA. Surabaya, yap kota dimana saya tumbuh besar
menjadi seorang pemudi yang masih belajar akan kehidupan yang fana. Di Surabaya,
saya dikenalkan oleh bapak saya betapa kerasnya perjuangan “Arek-Arek Suroboyo”
merebut kota penuh sejarah ini dari tangan penjajah. Beliau pula yang mengajarkan
saya untuk tidak menyerah dalam melakukan segala hal.
Surabaya merupakan Ibu Kota Jawa Timur, kota ini dikenal pula dengan
sebutan “Kota Pahlawan”. Julukan tersebut tak lepas dari sejarah Kota Surabaya yang
kental dengan nilai kepahlawanan dan heroisme. Nilai kepahlawanan tersebut salah
satunya terwujud dalam peristiwa pertempuran antara Raden Wijaya dan Pasukan
Mongol pimpinan Kubilai Khan pada tahun 1293. Begitu bersejarahnya pertempuran
itu hingga tanggalnya diabadikan menjadi tanggal berdirinya Kota Surabaya, yaitu 31
Mei.
Heroisme masyarakat Surabaya dapat ditelisik jika melihat pertempuran 10
November 1945. Arek-arek Suroboyo, sebutan untuk orang Surabaya, berbekal
bambu runcing berani melawan pasukan sekutu yang bersenjatakan peralatan
canggih. Puluhan ribu nyawa gugur demi membela tanah air. Peristiwa heroik ini
kemudian diabadikan sebagai peringatan Hari Pahlawan. Hal itulah yang membuat
Surabaya dijuluki sebagai “Kota Pahlawan”.
Sejarah Surabaya juga berkaitan dengan aktivitas perdagangan. Secara
geografis, Surabaya memang diciptakan sebagai kota dagang dan pelabuhan.
Surabaya merupakan pelabuhan gerbang utama Kerajaan Majapahit. Letaknya yang
dipesisir utara Pulau Jawa membuatnya berkembang menjadi sebuah pelabuhan
penting di zaman Majapahit pada abad ke-14.
3. Setelah mengetahui sejarah kota Surabaya, kini kita beralih ke asal usul nama
Surabaya. Ada beberapa versi terkait penamaan Surabaya. Yang cukup populer ada
tiga. Versi pertama, menurut beberapa buku, Surabaya berasal dari kata ‘Sura’ dan
‘Baya’ . ‘Sura’ berarti jaya, menang, selamat, sedangkan ‘Baya’ artinya bahaya.
Sehingga Surabaya kurang lebih berarti‘selamat dari bahaya’. Selamat dari bahaya
pada kalimat ini berarti, berhasil dikalahkannya pasukan Tartar (ada yang
mengatakan bangsa Tiongkok) oleh pasukan Majapahit.
Versi kedua, Surabaya berasal dari kata ‘Suro’ dan ‘Boyo’ Kata Suro berarti
ikan ‘Suro’, sebuah ikan hiu yang besar, dan ‘Boyo’ berarti buaya. Suro merupakan
lambang dari pasukan tartar yang datang dari laut, sedangkan pasukan Majapahit
digambarkan sebagai Boyo yang menyerang dari darat. Versi ini juga masih banyak
digunakan hingga sekarang agar lebih mudah dimengerti. Untuk versi ketiga
berkaitan dengan mitos dan masih berhubungan dengan versi kedua.
Semakin hari saya semakin cinta dengan kota ini. Sampai saat ini, saya terus
mengeskplorasi isi dari kota terpadat kedua di Indonesia ini. Menurut saya banyak
sekali hal yang menarik yang perlu kita telusuri serta kita mengerti. Salah satu hal
yang membuat saya bangga menjadi “Arek Suroboyo” adalah kultur dan budaya tapi
tidak itu saja banyak hal lainnya yang membuat saya kagum akan kota lahir Bung
Karno ini.
Di Kota Surabaya, juga terdapat gedung seni seperti Gedung Seni Cak
Durasim yang hampir tiap minggu mengadakan pentas wayang ataupun tari-tarian
khas nusantara. Hal ini menunjukkan bahwa Surabaya tidak hanya menjadi kota
pahlawan, juga kota penuh budaya. Kehidupan seni Kota Surabaya tumbuh dengan
baik. Kesenian tradisional dan modern saling melengkapi sehingga memperkaya
keberagaman kesenian khas Surabaya. Kesenian tradisional banyak ragamnya. Ada
seni tari, seni musik, dan seni panggung. Kesenian tradisional contohnya saja
kesenian ludruk, sudah banyak masyarakat luar Jawa yang mengenal kesenian ini.
Ludruk adalah kesenian rakyat asli Jawa Timur. Kesenian rakyat yang berasal dari
Jombang ini menjadi maskot budaya khas Surabaya, terutama tarian Remonya.
Ludruk sudah ada sejak zaman pendudukan Jepang sekitar 1942. Tarian ini menjadi
4. sangat populer di Surabaya pada era revolusi. Gending jula-juli Suroboyo, tari remo,
kentrung, okol, seni ujung, besutan, tari lenggang Suroboyo, dan tari hadrah juga
termasuk kesenian tradisional yang sering dipertontonkan.
Kesenian modern juga tumbuh pesat di Surabaya. Sejumlah sanggar tari yang
berada disekitar wilayah kota ini berkonsentrasi mengembangkan perpaduan seni
tradisional dan modern. Banyak grup tari yang mengembangkan kreasi tradisional
menjadi sesuatu yang lebih modern, misalnya Marlupi Dance, Gito Maran dan lain-
lain.
Di kota pahlawan ini tidak hanya terdapat gedung kesenian, tetapi ada juga
museum, makam, ataupun gedung-gedung peninggalan sejarah kolonial Belanda.
Tak lupa pula, Surabaya juga memiliki banyak terdapat peninggalan sastra dan
budaya, untuk menelusurinya kita dapat menunjungi museum Tugu Pahlawan dan
Sepuluh Nopember. Museum yang didirikan sebagai kebanggaan atas kemenangan
“Arek-Arek Suroboyo” ini diresmikan pada tahun 2000. Museum ini berlokasi di
dalam lapangan Tugu Pahlawan. Tugu Pahlawan juga terkenal sebagai salah satu
tujuan wisata kota Surabaya. Di dalam museum juga terdapat rekaman asli pidato
Bung Tomo yang berapi-api membangkitkan semangat masyarakat akan
kemerdekaan. Adapun makam pahlawan yang berada di Surabaya yaitu: Makam
Pahlawan di Jalan Ngagel, Makam Pahlawan di Jalan Mayjend Sungkono, Makam
Pahlawan Kusuma Bangsa, Makam Pahlawan Bung Tomo di Gni Jalan Bubutan, dan
Makam Pahlawan W.R. Supratman di Jalan Kenjeran.
Lambat laun waktu berlalu, kini saya sudah menjadi remaja berusia 17 tahun.
Hal ini membuat lingkup pergaulan saya juga semakin luas. Saat masih kecil, saya
sering mendengarkan orang-orang mendendangkan lagu “Rek Ayo Rek!”. Namun,
seiring waktu berlalu lagu “Rek Ayo Rek!” kini sudah jarang saya dengar keluar dari
bibir “Arek-Arek Suroboyo”. Bibir-bibir tak berdosa itu justru sering melontarkan
kata-kata yang tak seharusnya mereka ucapkan. Kata-kata seperti Mr. Jan dan
tetangga-tetangganya mereka lantunkan dengan fasih.
Bila berbicara tentang bahasa ibu, kita yang berbahasa ibu Bahasa
Suroboyoan pasti tak asing lagi mendengar kata-kata “Jancok, jamput, jangkrik
5. dsb”. Kata-kata sejenis itu sudah dianggap lumlah bagi sebagian besar masyarakat
Surabaya. Misuh atau meso sangat sering terdengar bila kita menelusuri tempat-
tempat di Surabaya.
Misuh atau Meso layaknya dua mata pisau yang dapat melukai jika kita
menggunakannya untuk ungkapan kebencian, namun juga dapat membuat suasana
lebih akrab jika digunakan dalam siatuasi yang santai.
Terlepas dari itu semua, saya akan sedikit bercerita tentang tiga taman yang
ramai di kunjungi oleh muda-mudi Surabaya. Taman pertama yaitu Taman Bungkul,
taman yang cukup luas dan juga indah. Di taman Bungkul banyak terdapat fasilitas
seperti wifi, arena skate serta bmx, dan tempat yang sejuk untuk berolahraga atau
sekedar duduk-duduk santai menikmati keindahan kota. Taman kedua yakni Taman
Mundu. Taman ini terletak di seberang Stadion Gelora 10 november. Taman itu
selalu ramai dikunjungi oleh para komunitas-komunitas supporter green force
(julukan persebaya) hanya untuk sekedar kopi darat atau menikmati indahnya lampu
taman yang menghiasi tempat tersebut. Selain Taman Bungkul dan Taman Mundu,
ada juga Taman Prestasi. Taman ini terletak di Jalan Ketabang Kali. Taman Prestasi
sangat ramai pada hari Sabtu atau Minggu. Taman ini cocok dipergunakan untuk
prasarana belajar dan bermain. Banyak fasilitas yang disediakan untuk belajar,
bermain, dan bersantai. Selain rombongan anak pramuka, murid SD dan TK, banyak
juga pasangan muda-mudi yang memanfaatkan taman ini untuk sekedar duduk-duduk
menikmati sejuknya angin dari Kali Mas Surabaya.
Selain memiliki taman-taman yang cantik, Surabaya juga memiliki wisata
pantai. Ada sebuah pantai yang sangat terkenal di Surabaya, yaitu Pantai Kenjeran
Park. Disana terdapat arena balap motor, balap mobil, dan balap kuda. Di Pantai itu
juga terdapat tempat ibadah untuk umat Hindu dan umat Buddha. Wahana Kenprak
Swimming Pool tak lupa menjadi bagian dari Pantai Kejeran Park.
Jika bosan dengan wisata keduniawian, Anda dapat memilih mengunjungi
wisata religi. Makan Sunan Ampel dan juga Masjid Ampel dapat dijadikan pilihan
pertama. Disana terdapat pusat perkampungan orang Arab maupun India yang
berprofesi sebagai pedagang. Untuk pilihan yang kedua, mengunjungi Makam
6. Bungkul juga tak ada salahnya. Serta pilihan yang ketiga ada Masjid Al-Akbar
Surabaya, masjid terbesar kedua di Indonesia.
Beberapa hal diatas yang telah saya ulas itulah yang menyebabkan “Aku
Bangga Menjadi Anak Surabaya”. Masih banyak hal lain yang belum sempat saya
ulas dari kotaku yang kucintai ini. Di bawah kepemimpimpinan Ibu Walikota Tri
Rismaharini Surabaya dapat tumbuh dengan pesat khususnya dibidang lingkungan
dan juga pendidikan. Berkat Beliaulah pendidikan gratis bagi anak Surabaya mulai
SD-SMA dapat diselenggarakan.
7. Bungkul juga tak ada salahnya. Serta pilihan yang ketiga ada Masjid Al-Akbar
Surabaya, masjid terbesar kedua di Indonesia.
Beberapa hal diatas yang telah saya ulas itulah yang menyebabkan “Aku
Bangga Menjadi Anak Surabaya”. Masih banyak hal lain yang belum sempat saya
ulas dari kotaku yang kucintai ini. Di bawah kepemimpimpinan Ibu Walikota Tri
Rismaharini Surabaya dapat tumbuh dengan pesat khususnya dibidang lingkungan
dan juga pendidikan. Berkat Beliaulah pendidikan gratis bagi anak Surabaya mulai
SD-SMA dapat diselenggarakan.