Kota Solo memiliki sejarah panjang sebagai kota dagang dan budaya. Sejak abad ke-19, batik Solo menjadi industri utama dan bersaing dengan perdagangan Belanda. Pada era Orde Baru, Solo mengalami pertumbuhan pesat dengan dibangunnya prasarana dan munculnya bangunan bank, hotel, dan pusat perbelanjaan. Namun, identitas budaya Solo tetap kuat dengan kesenian seperti musik keroncong, sandiwara, dan wayang orang. Solo
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...
jadi diri kota solo
1. JATI DIRI KOTA SOLO: PROBLEM
SEBUAH KOTA DI JAWA
Disusun Oleh :
Yunita Sari 11406244001
Devi Ciptyasari 11406244008
Lili Windu H
11406244026
Joko Susilo 11406244038
2. Asal mula kota Solo
Secara sederhana Gill menyebut kata Kota (di
Jawa) berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti
pemukiman atau tempat yang diperkuat.
Kota Surakarta adalah sebuah kota di Provinsi
Jawa Tengah, Indonesia. Surakarta berasal dari kata
Sala, yang dibangun bedasarkan pilihan Pangeran
Wijil, Tumenggung Tirtowiguno, serta Kiai
Tumenggung Honggiwongso, seorang ahli nujum
keraton Kartasura.
Pemilihan tempat itu merupakan inisistif dari
Sunan Pakubuwana II untuk mencari tempat sebagai
pengganti dari Keraton Kartasura yang sudah rusak
dan kurang layak untuk ditempati lagi akibat perang
Cina 1741. Mempertimbangan faktor fisik dan non
fisik, akhirnya desa Solo yang terpilih.
3. Sumber lain mengatakan, awalnya kota
Solo secara tidak tersadari berkembang
mengikuti pola pemukiman Belanda di daerah
seberang. Tipe itu dapat dilihat pada Batavia
yang berkembang dari sebuah loji kecil,
menjadi kota faktori, dan kota dagang besar.
4. Peran kota Solo sebagai kota
dagang
• Periode Kota Solo sebagai kota dagang dan budaya telah
berlangsung cukup lama (1870-1970). Kota Solo memiliki
kekuatan bisnis lokal, dan sejak Mataram pindah ke Kartasura,
perdagangan batik kaum pribumi sangat menonjol bahkan
menjadi saingan berbahaya bagi perdangangan Belanda dalam
hal pertekstilan.
• Pada waktu itu Jawa telah mampu mengekspor produk tekstil
dan industri itu berkembang pesat pada akhir abad ke-19.
Sejak ditemukannya canting kegiatan membatik di
vorstenlanden menjadi industri terutama dengan tenaga
perempuan. Pada pertengahan abad ke 19 Batik di solo
menjadi monopoli kaum bangsawan. Perubahan terjadi sekitar
1890-an ketika kerajinan batik mulai dibuat oleh banyak
pihak. Akibatnya pengusaha batik tidak hanya diminati oleh
orang Jawa, melainkan juga kelompok etnis Cina dan Arab.
5. • Kota Solo di era Orde Baru mengalami
perkembangan pesat sejak memasuki dekade
1980-an, banyak prasarana kota dibangun
seperti jalan, air besih, dan perkantoran.
Dalam periode ini yang menarik untuk
dicermati adalah kebijakan pemerintah yang
berkaitan dengan pebankan dan pariwisata.
Berkaitan dengan kebijakan itu bak jamur di
musim hujan di Solo banyak bemunculan
bangunan bank dan hotel, menyusul kemudian
adalah bangunanpusat-pusat perbelanjaan.
6. • Dengan menjamurnya bangunan pusat
perbelanjaan yang mengepung Solo dari Palur
hingga Kartasura mengindikasikan estetika
kota Solo tidak berbeda dengan kota besar lain
seperti Jakarta dan Surabaya. Estetika itu yang
ditunjukan dengan maraknya bangunan
modern bergaya barat telah mengimbas pula
perlaku hedonism, karena pada dasarnya
bangunan itu tidak bebas nilai. Keresahan akan
pudarnya jati diri pada masyarakat Kota Solo
boleh jadi menjadi indikasi bahwa Solo telah
menapak menjadi hypercity.
7. Solo Sebagai Kota Seni dan
Budaya
• Meskipun sejak proklamasi pemikiran konflik
semakin merasuk dalam perilaku masyarakat Solo,
akan tetapi karakter awal yaitu sebagai pelaku seni dan
budaya tetap utuh dan lestari, bahkan semakin
maju.dibidang seni budaya aktivitas musik keroncong
telah berkembang bahkan hal ini telah terjadi pada
masa sebelum kemerdekaan. Pendukung seni
keroncong tidak hanya dari kalangan pribumi,
sebaliknya warga keturunan juga ikut andil. Personil
kelompok musik keroncong yang lahir di rumah Tan
Tian Ping di kampung perawit menggambarkan hal
tersebut. Selain itu Solo sangat terkenal dengan orkes
keroncong Bunga Mawar, sebagai berpersonil salah
satunya Gesang yang menjadi maestro musik
keroncong hingga tutup usia.
•
8. • Tata kota yang begitu indah telah mengilhami munculnya
judul lagu musik keroncong, sebut saja Bengawan Solo dan
Taman Tirtonanardi. Semakin berkembangnya kota Surakarta
dengan budaya yang unik semakin mengilhami lahirnya lagu-
lagu seperti, Kota Solo, Puteri Solo, Solo di Waktu Malam,
dsb. Selain musik keroncong, kesenian kota adalah
Sandiwara. Sandiwara pada waktu itu yang terkenal adalah
Miss Ribut Orion pimpinan Thio Tek Djien. Pada tahun 1950
didirkan sebuah sebuah perkumpulan budaya bernama
Himpunan Budaya Solo (HBS). Pertama kali didirkan
organisasi tersebut bertempat di kampung Singosaren
(sekarang tempat batik Danar Hadi). Tempat himpunan
kemudian sempat berpindah seperti Dalem Suryasularjan,
sebelah timur Mangkunegaran. Ketua dari himpunan ini
adalah Dr. Murdawa, dan Prof. Dr. Suharso Sebagai
penasehat. HBS melakukan aktivitas seni bermacam-macam
dari seni pedalangan hingga pencak silat. Aktivitas HBS
berakhir pada tahun 1984.
•
9. • Pada tahun 1956 dunia seni Surakarta berada di atas
angin dengan didirikannya perusahan rekaman
Lokananta dan bantuan RRI dalam melakukan
penyiaran sehinnga seni Solo tidak hanya di kenal di
daerahnya, namun menasional melalui frekuensi
udara. Di samping kegiatan seni musik dan
sandiwara, ikon budaya Kota Surakarta tetap berada
pada Wayang Orang yang biasa berpentas di Sri
Wedari. Wayang Orang ini mencapai zaman
keemasan pada tahun 1954-1968 dengan ator-aktor
yang terkenal yaitu Darsi Rusman Surono. Kelompok
ini mulai surut pada tahun 1970 ketika seni Solo
mulai di pimpin oleh Dinas Pariwisata Kota.