Pengolahan dan Destilasi Minyak Bumi Serta Pengolahan Minyak Pelumas Bekas yang Ramah Lingkungan
1. DESTILASI FRAKSI MINYAK BUMI DAN PENGOLAHAN MINYAK PELUMAS
BEKAS YANG RAMAH TERHADAP LINGKUNGAN
SITI FARIDA
02411740000017
nindananda2013@gmail.com
Teknik Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya, Indonesia. Kampus ITS Keputih Sukolilo
Surabaya, Indonesia 60111.
PENDAHULUAN
Dalam kehidupan sehari-hari, manusia tidak dapat dipisahkan dari produk hasil pengolahan minyak
bumi. Secara garis besar, produk hasil pengolahan minyak bumi dapat dikategorikan menjadi produk Bahan
Bakar Minyak (BBM) dan non Bahan Bakar Minyak (non BBM). Kehadiran keduanya seakan menjadi
kewajiban sebagai penunjang kegiatan manusia dalam berjalannya sebuah industri , keperluan transportasi,
maupun aktivitas lainnya. Salah satu cara untuk mengubah minyak mentah menjadi produk hasil
pengolahan minyak bumi adalah melalui destilasi. Destilasi merupakan metode untuk menghasilkan fraksi-
fraksi minyak bumi dengan memanaskan minyak mentah pada temperatur yang berbeda-beda sesuai
dengan fraksi yang diinginkan tingkat yang bebeda. Kata kunci dari destilasi adalah memisahkan molekul
hidrokarbon sesuai massanya melalui pemompaan minyak mentah menuju tungku pemanas.
Di Indonesia terdapat 8 kilang (refinery unit) dengan kapasitas 1.169.000.000 barel/hari yang
pengolahan minyak buminya dilakukan oleh PT Pertamina, pemeritah, dan pihak swasta. 6 diantara kilang
tersebut pengoperasiaannya dilakukan oleh kilang milik Persero (Pusdiklatmigas.esdm.go.id, 2018).
Gambar 1. Usaha Hulu dan Hilir Minyak dan Gas Gambar 2. Distribusi Bahan Bakar Minyak di Indonesia
Sumber : SKK Migas, 2012 sumber : SKK Migas, 2012
Gambar 3. Peta Persebaran Kilang Minyak di Indonesia Gambar 4. Tabel Kilang dan Kapasitas Terpasang
Sumber : Ditjen Migas, 2008 Sumber : Pusdiklatmigas, 2012
2. KONTEN
Pengeboran Minyak, Detilasi, dan Destilasi Bertingkat
Tahapan untuk menghasilkan produk minyak bumi siap konsumsi terdiri dari tiga tahap, yaitu
perencanaan lokasi kegiatan eksploitasi, kegiatan eksploitasi, dan destilasi. Tahap perencanaan dilakukan
dengan pertimbangan, perhidungan, dan pencarian dimana lokasi yang potensial untuk pengeboran minyak
dilakukan, selanjutnya proses akan berlanjut ke tahap kegiatan eksploitasi yang dilakukan dengan
pengeboran minyak.
Pengeboran minyak adalah proses pembentukan sumur yang dilakukan dengan alat bor yang mampu
menembus permukaan bumi (Richard, N, 2013). Sumur tersebut dihubungkan dengan pompa menuju
tabung dengan tujuan memaksa minyak naik dari bawah tanah. Instalasi peralatan tersebut lebih dikenal
sebagai ring pengeboran. Proses tersebut dapat dilakukan di atas tanah (on shore) maupun di pantai lepas
(off shore), tergantung kebutuhan dan kondisi lingkungan. Tujuan dari keduanya tidak lain adalah untuk
mengidentifikasi sifat geologis sumur sehingga memungkinkan dilakukan pengambilan kandungan minyak
bumi yang masih mentah. Minyak mentah tersebut tampung ke dalam kilang-kilang sehingga memudahkan
untuk proses pengolahan berikutnya.
Gambar 5. Gambaran Pengeboran Minyak Bumi Gambar 6. Ring Pengeboran On Shore vs. Off Shore
Sumber : nafium.com, 2014 Sumber : HSE Internasional, 2014
Minyak mentah hasil pengeboran masih harus menempuh satu tahap lagi sebelum dapat dikonsumsi
sebagai produk BBM dan non BBM. Proses tersebut dikenal sebagai destilasi yang terdiri dua proses utama,
yaitu proses primer dan proses sekunder. Proses primer dicirikan dengan adanya proses fisika yang dilakukan
melalui memisahkan fraksi minyak bumi menurut titik didihnya, sedangkan proses sekunder melalui proses
kimia yang dilakukan dengan mengonversikan tiap fraksi menurut perubahan stuktur kimianya.
Destilasi dapat dilakukan secara berulang. Kondisi demikian disebut destilasi bertingkat. Destilasi
bertingkat merupakan proses pemurnian fraksi minyak bumi melalui pencampuran zat yang memiliki titik didih
rendahnya tidak jauh beda dengan fraksi yang ingin dimurnikan dengan memanfaatkan kolom fraksinasi pada
labu destilasi. Tujuan dari proses tersebut yaitu untuk memisahkan campuran aseton (C3H6O), karbon tetra
klorida (CCl4), toulen, dan campuran lainnya.
Sebagian besar proses tersebut berlangsung didalam kilang minyak yang dapat dijabarkan sebagai berikut
(Pusdiklatmigas.esdm.go.id, 2018):
1. Proses distilasi
Proses penyulingan yang berlangsung di kolom distilasi atmosferik dan distilasi vakum berdasarkan
perbedaan titik didih.
2. Proses konversi
Proses pengubahan ukuran dan struktur senyawa hidrokarbon yang dibagi menjadi 3 cara :
a. Dekomposisi melalui thermal dan catalytic cracking
b. Unifikasi melalui proses alkilasi dan polimerisasi
c. Alterasi melalui proses isomerisasi dan catalytic reforming
3. Proses pengolahan (treatment)
Tujuan dari treatment adalah untuk persiapan pengolahan fraksi-fraksi hidrokarbon untuk dioleh lebih
lanjut.
4. Formulasi dan pencampuran (blending)
Penambahan bahan aditif terhadap pencampuran fraksi-fraksi hidrokarbon untuk mendapatkan produk
akhir dengan spesikasi tertentu.
3. 5. Proses-proses lainnya
Proses-proses lain yang dimaksud meliputi pengolahan limbah, proses penghilangan air asin (sour-water
stripping), proses pemerolehan kembali sulfur (sulphur recovery), proses pemanasan, proses pendinginan,
proses pembuatan hidrogen, dan proses-proses pendukung lainnya.
Gambar 7. Diagram Destilasi Gambar 8. Diagram Proses Kilang Destilasi Bertingkat
Sumber : Pusdiklatmigas, 2012 Sumber : uop.com, 2010
Produk- Produk Destilasi Bertingkat
Setelah mengalami proses destilasi bertingkat, minyak mentah akan mengalami spesifikasi menjadi
fraksi-fraksi (produk) minyak bumi yang dapat dikonsumsi. Pengelompokan produk minyak bumi dapat
dibagi menurut titik didih dan rantai hidrokarbon. Semakin panjang rantai karbon, maka trayek didih dan
densitasnya akan semakin besar. Berikut ini adalah beberapa produk hasil pengolahan minyak bumi yang
mudah dijumpai dalam kehidupan sehari-hari :
4. Gambar 10. Produk Hasil Pengolahan Minyak Bumi Gambar 11. Contoh Produk BBM
Sumber : Chemistry, 2002 Sumber : Google (diolah), 2018
Gambar 11. Fraksi Minyak Bumi Hasil Pengolahan Destilasi Bertingkat
Sumber: Chemistry, 2002
Alasan memilih minyak pelumas dan aplikasi penggunaannya
Gambar 12. Contoh Produk Minyak Pelumas di Pasaran
Sumber : google.com, 2018
5. Minyak Pelumas adalah salah satu produk destilasi bertingkat minyak bumi. Minyak pelumas memiliki
rantai karbon sekitar 18 hingga 18 dengan titik didih 260˚C-350˚C. Pelumas biasanya digunakan untuk
mengurangi gesekan antar permukaan komponen mesin yang saling bergesekan serta mampu mengurangi
panas saat sebuah mesin dioperasikan. Dalam industri dan otomotif, pelumas banyak digunakan dalam
perawatan pemesinan. Tujuannya adalah Untuk mendinginkan komponen mesin secara langsung,
membilas kotoran yang tertempel pada komponen mesin, melumasi komponen mesin yang
bergesekan serta mencegah terjadinya keausan pada setiap komponen mesin (Muchta, A, 2017).
Aplikasi lain dari penggunaan minyak pelumas dapat dilihat melalui aplikasi biofisik pada manusia
(misalnya pelumas untuk sambungan sendi buatan manusia), pemeriksaan ultrasound, perawatan, serta
pemeriksaan medis.
Gambar 13. Sistem Pelumasan Mesin
Sumber : lubrita.com, 2015
Dalam rangka menghindari keausan, minyak pelumas juga harus memiliki efisiensi tinggi saat
digunakan. Peforma tersebut dapat diukur melalui saat mesin beroperasi, pelumas sebisa
mungkin menjaga mesin agar tidak terjadi temperatur yang sangat tinggi. Temperatur yang
sangat tinggi menyebabkan mesin yang dioperasikan mudah rusak. Selain itu, pergantian pelumas
secara berkala perlu dilakukan agar peforma mesin tetap berjalan dengan baik (tidak turun
mesin). Faktor-faktor lain yang mengharuskan minyak pelumas diganti secara berkala (6 bulan
sekali) diantaranya seperti temperatur yang panas, interaksi oli dengan udara, dan kelembaban.
Udara yang lembab mengakibatkan saat mesin sedang dinonaktifkan, temperatur komponen
mesin akan ikut turun seperti udara di lingkungan sehingga pengembunan yang menyebabkan
terganggungnya peforma mesin (Deltalube, 2017).
Pergantian minyak pelumas secara rutin mengakibatkan daya efisiensi mesin tetap terjaga. Hal
ini menguntungkan bagi pengguna mesin. Sayangnya, kegiatan ini menghasilkan limbah minyak
pelumas sehingga perlu untuk dilakukan pengolahan yang baik sehingga mengurangi efek buruk
terhadap lingkungan.
Pengolahan minyak pelumas bekas yang ramah lingkungan
Menyikapi minyak pelumas pada mesin yang harus diganti setiap 6 bulan sekali, upaya yang dapat
ditempuh untuk menjaga lingkungan dapat dilakukan dengan melakukan daur ulang minyak pelumas
bekas. Proses tersebut diatur dalam pasal 1 PP Nomor 18 Tahun 1999 terkait pengelolahan limbah B3,
termasuk dalam upaya mereduksi, penyimpanan, pengumpulan, pengangkutan, pemanfaatan, pengolahan
dan penimbunan limbah B3, yang tidak dapat dilakukan oleh sembarang pihak. Hanya pihak-pihak yang
berwenang mengelolah limbah B3 yang boleh melakukan pengelolahan minyak pelumas bekas. Secara
singkat, pengelolahan dapat dibagi menjadi 3 cara, yaitu (BLH Jojgakarta, 2011) :
1. Daur ulang minyak pelumas dengan memanfaatkan asam kuat sehingga kotoran dan zat aditif minyak
pelumas dapat dipisahkan. menggunakan asam kuat untuk memisahkan kotoran dan aditif dalam oli
bekas.
6. 2. Daur ulang minyak pelumas dengan mencampurkan pelarut berupa keton untuk memisahkan kotoran
dan aditif yang dilanjutkan dengan proses blending sehingga menghasilkan pelumas yang dapat
dipakai kembali.
3. Antisipasi pada tahap awal penggunaan melalui proses perkolasi dan proses hidrogenasi terhadap
senyawa fosfat.
Gambar 14. Skema Pengelolahan Limbah B3
Sumber : BLH Provinsi Jogjakarta, 2011
KESIMPULAN
Dengan adanya pengelolahan minyak mentah, manusia dapat memenuhi kebutuhan bahan bakar
minyak. Bahan bakar minyak memudahkan manusia menunjang kehidupan melalui industri, transportasi,
otomotif, kesehatan, dan aktivitas lainnya. Cara untuk memeroleh bahan bakar minyak dari minyak mentah
adalah dengan melakukan pengeboran dan distilasi bertingkat. Distilasi bertingkat menghasilkan fraksi-
fraksi minyak bumi sesuai dengan panjang rantai hidrokarbon dan temperatur didihnya. Salah satu produk
dari pengolahan minyak bumi adalah minyak pelumas yang banyak dimanfaatkan untuk perawatan mesin
(baik dalam industri, kesehatan, dan otomotif) sehingga peforma mesin tidak turun. Pengaplikasian minyak
pelumas dalam mesin melalui pergantian yang dilakukan selama 6 bulan sekali mengakibatkan adanya
limbah sehingga perlu adanya pengelolahan menurut ketentuan limbah B3 dalam rangka mengurangi efek
buruk bagi lingkungan.
REFERENSI
Badan Lingkungan Hidup DIY. (2011). Post - Pengelolaan Oli/Minyak Pelumas Bekas. [online]
Available at: https://blh.jogjaprov.go.id/detailpost/pengelolaan-oli-minyak-pelumas-bekas
[Accessed 8 Mar. 2018].
Deltalube. (2017). Alasan Mengapa Oli Mesin kendaraan Harus Rutin Diganti - Deltalube. [online]
Deltalube. Available at: https://www.deltalube.com/alasan-mengapa-oli-mesin-kendaraan-
harus-rutin-diganti/ [Accessed 7 Mar. 2018].
Muchta, A. (2017). Sistem Pelumasan Mesin Mobil (Pengertian + Komponen + Cara Kerja) -
AutoExpose. [online] Autoexpose.org. Available at: https://www.autoexpose.org/2017/08/cara-
kerja-sistem-pelumas.html [Accessed 8 Mar. 2018].
Pusdiklatmigas.esdm.go.id. (2018). Cite a Website - Cite This For Me. [online] Available at:
http://pusdiklatmigas.esdm.go.id/file/T-3_MENGENAL_KILANG-Risdi.pdf [Accessed 7 Mar.
2018].
7. Richards, N. (2013). What is onshore drilling versus offshore drilling?. [online] Entrance. Available at:
http://www.entranceconsulting.com/2013/10/23/onshore-versus-offshore-drilling/ [Accessed 7
Mar. 2018].