Tata Cara Menjenguk Sakit, Tahlil & Haul Menurut Islam
1. assalamualaykum
Persentasi seputar ;
1. Jenazah,
2. Menjenguk orang sakit,
3. Hal yang harus dilakukan ketika sakit keras,
4. Tahlil 7hari, 40, 100 hari & Haul Oleh kelompok sembilan
Yazid
Abdur Rochman Nafis
HidayatulRomadhoni
NurulHuda
2. 1. PENYELENGARAAN JENAZAH
Menurut syari’at Islam, fardu kifayah dalam menyelenggarakan jenazah ada empat macam, yaitu :
1. Memandikan jenazah
2. Mengkafani jenazah
3. Mensalatkan jenazah
4. Menguburkan jenazah
1. Memandikan jenazah
1. Jika jenazah laki-laki, maka yang memandikannya harus laki-laki dan jika perempuan maka yang
memandikannya juga perempuan kecuali bagi suami atau istri
2. Tempat mandi harus tertutup
3. Siapkan air yang bersih dan suci, sabun mandi dan wangi-wangian yang harum
4. Pertama-tama bersihkan dulu segala kotoran dan najis yang mungkin melekat pada anggota tubuh
jenazah
5. Ratakan air ke seluruh anggota badan jenazah , tiga kali atau lebih
6. Siraman pertama dengan air sabun, dilanjutkan dengan air bersih dan siraman terakhir dicampur dengan
wangi-wangian, misalnya kapur barus
7. Terakhir jenazah di wudhu kan.
3. 2.Mengkafani Jenazah
1. kain kafan hendaklah yang berwarna putih dan bersih
2. Kain kafan sekurang-kurangnya satu lembar yang dapat menutup seluruh badan si jenazah
3. Kedua tangan jenazah diletakkan diatas dadanya, tangan kanan di atas tangan kiri (disedekapkan)
4. Bagi jenazah laki-laki sebaiknya terdiri dari tiga lapis kain, masing masing dapat menutupi seluruh
tubuh jenazah
5. bagi jenazah perempuan sebaiknya terdiri dari lima lapis, yang dapat menutupi seluruh badannya
3.Menshalatkan Jenazah
1. Syarat shalat jenazah sama seperti shalat lain, yaitu menutup aurat, suci dari hadas kecil dan besar,
suci badan, suci pakaian dan tempat serta mengahadap kiblat
2. Jenazah orang islam yang sudah dimandikan dan dikafani
3. Jenazah diletakkan di depan orang yang menshalatkan, kecuali shalat yang dilakukan secara ghaib
4. 4.Menguburkan Jenazah
1. Liang kubur sekurang-kurangnya diperkirakan bau jenazah tidak akan sampai
tercium keluar atau jangan sampai dibongkar oleh binatang buas
2. Dianjurkan dengan memakain liang lahat, yakni dibagian bawah arah kiblat
digali kira-kira cukup untuk jenazah
3. Jenazah dimiringkan diatas lambung kanan, tepat di liang lahat menghadap
kiblat
4. Muka dan ujung kaki jenazah dikenakan tanah, dan karena itu kain kafan yang
menutup muka dan kakinya supaya sedikit dibuka dan dilepas semua talinya
agar dapat menyentuh tanah
5. Kemudian liang lahat ditutup dengan kayu dan sejenisnya
6. Selanjutnya liang kubur ditimbun atau diurug dengan tanah dan dipadatkan,
bagian atas sedikit lebih ditinggikan dari sekitarnya dengan tidak dimunjungkan
tetapi didatarkan
5. 2. MENJENGUK ORANG SAKIT
Mengunjungi atau menjenguk orang sakit baik itu tetangga, keluarga dan sanak saudara, atau rekan
kerja hukumnya sunnah (dianjurkan oleh Islam). Bagaimana tata cara menjenguk orang sakit, doa apa yang
harus dibaca saat menjenguk orang sakit, apa hukum menjenguk orang sakit dan apa hikmah menjenguk orang
sakit.
Dalam bahasa Arab mengunjungi orang sakit disebut 'iyadah al maridh (المريض )عيادة atau ziyaratul maridl.
Sedangkan ziyarah ke orang yang meninggal disebut ta'ziyah. berikut tata cara menjenguk orang sakit :
1. Hendaknya melakukan etika standar saat berkunjung ke rumah orang seperti
mengetukpintu/memencet bel dan mengucapkan salam dengan suara yang tidak terlalu keras.
2. Kunjungan dilakukan di waktu yang pantas. Apabila sedang dirawat di rumah sakit, maka harus sesuai
dengan jam besuk yang diperbolehkan. Kalau di bulan Ramadan, hindari datang pada siang hari.
3. Mendekat pada orang yang sakit dan duduk di dekat kepalanya dan meletakkan tangan pada dahinya
serta menanyakan keadaan dan apa yang diinginkannya.
4. Waktu berkunjung jangan terlalu lama agar tidak mengganggu si sakit atau keluarganya.
5. Jangan terlalu banyak bertanya pada si sakit karena hal itu akan membebani si sakit.
6. Mendoakan si sakit agar cepat sembuh. Salah satu doa yang dianjurkan adalah membaca: هللا أسأل
يشفيك أن العظيم؛ العرش رب ،العظيم . Teks latin: As'alullahal Adzim, Rabbal Arsyil Adzim ay Yashfika sebanyak 7x
dan membaca Surah Al-Ikhlas, Al-Falaq dan An-Nas.
7. Peziarah tidak biscara yang menyinggung perasaan si maridh dan Memberi harapan kesembuhan
dengan memotivasi kesabaran pada si sakit.
6. 3. Hal-Hal yang Harus Dilakukan Ketika Seseorang Mengalami Sakit Keras
Orang sakit biasanya mengalami krisis psikologis dalam dirinya, oleh karena itu hendaknya didampingi
dan diberi perhatian lebih, serta dorongan motivasi untuk kesembuhannya. Doa-doa serta dzikir dirasa
mampu mengurangi rasa sakit orang yang merasakannya. Karena dalam doa dan dzikir tersebut terdapat
ilmu ikhlas sebagai hamba Allah swt yang tidak mempunyai daya dan upaya dihadapan-Nya. Kita dapat
mendampinginya sebagai wujud bertawaqal dan menyerahkan diri kepada Allah swt dan menyadari
segalanya kembali atas kehendaknya.
Fiqih Islam memberikan tuntunan terkait tindakan yang dilakukan terhadap orang yang sakit keras/
sekarat (muhtadlir). Apabila nampak tanda-tanda ajalnya sudah tiba, maka tindakan yang sunah dilakukan
oleh orang yang sedang menungguinya adalah:
7. 1. Membaringkan muhtadlir pada lambung sebelah kanan untuk menghadapkannya ke arah kiblat.
2. Membaca surat Yasin dengan agak keras dan al-Ro’du dengan suara yang pelan.
3. Men-talqin dengan kalimat Tahlil secara santun (lembut) tidak menampakkan kesan memaksa.
4. Sunah memberi minum, jika nampak gejala ia menginginkannya. Karena dalam kondisi seperti itu, syaitan
bisa saja menawarkan minuman yang akan ditukar dengan keimanannya.
4. Tahlil 7, 40, 100, hingga Haulnya
Tahlil atau tahlilan adalah acara dzikiran biasanya disertai dengan Yasinan (baca Surat Yasin) yang
dilakukan di sebagian besar masyarakat Indonesia yang berafiliasi ke NU (Nahdlatul Ulama). Acara tahlil
umumnya dilakukan pada setiap hari Jum'at. Apabila ada seseorang yang meninggal, maka tahlil dilakukan
pada (a) 7 (tujuh) hari berturut-turut setelah hari pertama kematian; (b) hari ke-40; (c) hari ke-100 dan (d) hari
ke-1000 (seribu) atau pada haul (acara tahunan) meninggalnya seseorang.
8. Pada saat ulama menyebarkan Islam di Indonesia, di wilayah Indonesia sudah ada kebiasaan (adat) yang isinya
adalah ibadah (non-Islam) yang bertentangan dengan syariat Islam. Kebiasaan (adat) ini sudah mengakar
dimasyarakat disaat itu, artinya telah menjadi adat masyarakat. Oleh karenanya, ulama yang mendakwah Islam
kemudian mengubah hal-hal yang bertentangan dengan syara’ (yaitu yang berisi kemusyrikan) dengan
menggantinya berupa amalan-amalan Islami seperti do’a,/ dzikir berjama’ah, permohonan ampun (istighfar),
pembacaan al-Qur’an dan dzikir-dzikir lainnya, tanpa mengubah kebiasaan (adat) sehingga tidak lagin
bertentangan dengan syariat. Tentunya semua itu bukan tanpa pertimbangan dengan syariat Islam, bahkan hal itu
sudah dipertimbangan dan dipantau dengan kaca mata syariat Islam oleh para ulama dengan sangat bijaksana.
Jika kita mengkaji, apa yang menjadi pertimbangan dan kebijaksaan ulama lebih mendalam maka kita akan
menemukan banyak hal yang membenarkan hal itu, sebab adat (kebiasaan) itu hukumnya boleh dalam syariat
Islam, sesuai kaidah ushul fiqh “ al ‘adatu muhkamatun” adat itu merupakan hukum, dengan catatan bahwa adat
tersebut tidak lagi bertentangan dengan Al qur’an dan As sunnah dan juga ijma’ para ulama salaf(terdahulu).