Dokumen tersebut membahas tentang tata cara yang benar dalam mengurus jenazah sesuai ajaran Islam. Terdiri dari 5 bagian yaitu keutamaan menjenguk orang sakit, keutamaan memandikan jenazah, mengkafani mayit, shalat jenazah, dan menguburkan mayit. Bagian kedua membahas tata cara memandikan jenazah secara detail sesuai syariat, mulai dari syarat orang yang memandikan, peralatan, tempat, h
5. APA YANG DISYARIATKAN BAGI YANG
SAKIT (1)
1. Ridho dan sabar terhadap ketentuan Allah. Dan yang
dimaksud dengan sabar adalah menahan jiwa dari
penderitaan, menahan lisan dari mengumpat, serta
menahan anggota tubuh dari merusak atau merobek-
robek pakaian dan yang semisalnya. (2: 155-156)
2. Berbaik sangka kepada Allah SWT.
3. Hendaknya ia berada dalam kondisi antara rasa takut
dan harap. Takut akan hukuman Allah terhadap dosa-
dosanya dan mengharapkan rahmat Rab-nya. Dan
ketika menjelang kematiannya, pengharapannya kepada
Allah lebih mendominasi.
4. Betapapun berat dan kerasnya sakit yang diderita,
namun tetap tidak boleh mengharapkan kematian.
5. Dianjurkan untuk memperbanyak taubat dan memohon
ampunan.
6. APA YANG DISYARIATKAN BAGI YANG
SAKIT (2)
6. Diharamkan berobat dengan yang dapat merusak aqidah, seperti
menggantungkan jampi-jampi yang mengandung kalimat-kalimat syirik
atau nama-nama yang asing. Begitu pula tidak diperbolehkan berobat
kepada dukun dan tukang sihir.
7. Dianjurkan untuk berobat dengan ruqyah yang disyari’tkan, seperti dari al
Qur’an dan sebagian do’a-do’a dari nabi yang shahih. Ibnu Qayyim
berkata; yang termasuk pengobatan yang paling tepat adalah: melakukan
kebaikan, berdzikir, dan berdo’a. Juga tunduk kepada Allah dengan
taubat. Maka pengaruhnya adalah lebih besar dibandingkan obat yang
ada. Akan tetapi semua itu tergantung kesiapan jiwa dan penerimaannya.
8. Dibolehkan berobat dengan obat-obat yang mubah.
9. Bila ada hak yang harus ditunaikan maka sampaikanlah kepada teman
atau saudaranya bila hal itu memudahkannya, namun bila tidak maka
berwasiatlah.
10. Menulis wasiat.
7. ADAB MENJENGUK ORANG SAKIT
1. Dekat dan duduk di samping kepala yang sakit.
2. Menanyakan keadaannya.
3. Menanyakan keinginannya.
4. Mengusap tubuh yang sakit dengan tangan kanan
5. Mendoakannya.
6. Tidak termasuk petunjuk Rasulullah SAW
menjadikan hari atau waktu tertentu untuk
mengunjungi yang sakit tetapi bisa dilakukan
kapan saja.
8. TANDA-TANDA SAKARATUL MAUT
1. Ujung jemari kaki berubah dingin; karena ruh
pertama kali keluar adalah melalui kaki dan hal ini
diketahui berdasarkan penelitian kebanyakan
orang yang sedang sakaratul maut.
2. Dahi Mengeluarkan Keringat.
3. Gelisah dan takut disaat melihat turunnya
malaikat maut dan terkadang pingsan
dikarenakan kerasnya sakaratul maut.
4. Bunyi kerongkongan dan dada karena nafas dan
ruh yang akan keluar.
9. HAL-HAL YANG DIHARUSKAN BAGI
KERABAT MAYIT
Menghadapkannya ke arah kiblat
Mentalkinkan dengan kalimat syahadat.
10. TATA CARA TALKIN
1. Tuangkan beberapa tetes air ke bibir dan
kerongkongannya, agar
memudahkannya untuk mengucapkan
syahadat. Bisa dengan menggunakan
siwak, kain, atau kapas.
2. Usap wajah dan keningnya dengan kain
basah.
3. Bersiwak bila memungkinkan.
4. Duduk disamping kepalanya seraya
mentalkinkannya dengan kalimat
syahadat.
11. HAL-HAL YANG HARUS DIJAGA DAN
DIPERHATIKAN (1)
1. Apabila orang tersebut mengulang-ulang syahadat, maka
tidak perlu ditalkinkan.
2. Apabila telah mengucapkan kalimat syahadat, maka
jangan ditalkinkan lagi kecuali bila ia mengucapkan
kalimat lain atau pingsan.
3. Tidak disukai mentalkinkan orang yang sedang sakaratul
maut dengan merengek-rengek lebih dari tiga kali.
4. Apabila menggerakkan jari telunjuknya dan memberikan
isyarat syahadat, maka tidak ditalkinkan dan hal ini
apabila ia tidak mampu mengucapkannya.
5. Mendo’akannya dan orang disekitarnya tidak berkata
kecuali yang baik saja.
12. HAL-HAL YANG HARUS DIJAGA DAN
DIPERHATIKAN (2)
6. Melihat keadaan orang tersebut. Apabila ia adalah orang
yang memiliki iman yang kuat atau orang kafir, maka
ditalkinkan dengan cara pertama (perintah). Namun
apabila muslim yang lemah imannya, menggunakan cara
yang kedua (bimbing).
7. Tidak mengapa seorang muslim mengunjungi orang kafir
saat sakaratul maut untuk menawarkan keislaman
kepadanya.
8. Tidak mengkhususkan membaca surat Yasin,
sebagaimana yang dilakukan oleh sebagian orang. Akan
tetapi boleh dibacakan surat-surat lain dari al Qur’an
untuk mengingatkannya dan melembutkan hatinya.
13. TANDA-TANDA KEMATIAN
1. Terbelalak dan terbaliknya mata, karena mata mengikuti arah ruh
ketika keluar dari jasad.
2. Berubahnya batang hidung ke kanan atau ke kiri.
3. Berpautnya betis antara satu dengan yang lainnya.
4. Turunnya rahang.
5. Jantung atau nadi berhenti berdetak.
6. Terlepasnya persendian tulang.
7. Kulit menjadi tegang terutama di bawah ketiak.
8. Suhu tubuh menjadi dingin seluruhnya.
9. Tubuh menjadi keras dan kaku terutama apabila ia telah meninggal
cukup lama.
10. Perubahan dalam bau.
11. Hilangnya tanda hitam pada mata, terutama pada Mayit dewasa.
14. HAL-HAL YANG HARUS DILAKUKAN
SETELAH MENINGGAL (1)
1. Memejamkan kedua matanya.
2. Mengikat kedua bibirnya.
3. Menggerak-gerakkan dan melemaskan persendian
hingga tidak menjadi kaku dan keras.
4. Mengikat kedua kakinya agar tidak keluar kotoran
dari duburnya.
5. Melepaskan pakaiannya dengan tetap menjaga
auratnya dan tidak melihat kepada aurat si mayit.
6. Meletakkan sesuatu yang berat di atas perutnya agar
tidak kembung.
15. HAL-HAL YANG HARUS DILAKUKAN
SETELAH MENINGGAL (2)
7. Meletakkannya di atas ranjang atau tempat yang
tinggi agar tubuh mayit tidak terpengaruh dengan
tanah atau lantai yang dingin atau basah.
8. Menutupi mayit dengan kain, kecuali orang yang
meninggal dalam keadaan ihram.
9. Berdo’a untuk mayit.
10. Hendaknya bagi keluarga yang ditinggalkan untuk
bersabar dan ridho dengan ketentuan Allah swt.
11. Mengucapkan kalimat istirja’
12. Tidak menyebutnya kecuali dengan kebaikan.
13. Melunasi hutang-hutangnya.
16. HAL-HAL YANG HARUS DILAKUKAN
SETELAH MENINGGAL (3)
14. Bersegera mempersiapkan pengurusannya berupa
memandikan, mengkafani, mensholati, dan
menguburkannya.
15. Dikuburkan di tempat dia meninggal dan tidak
memindahkannya ke tempat yang lain karena
bertentangan dengan perintah untuk menyegerakannya.
16. Memberitahukan kerabatnya untuk menghadiri sholat dan
mengurus jenazahnya.
17. Dianjurkan bagi yang mendengar atau diberitahukan
kabar kematiannya untuk memdo’akan serta memohonkan
ampun baginya.
18. Menyegerakan wasiatnya.
17. HAL-HAL YANG DIHARAMKAN ATAS
KERABAT MAYIT
1. Meratapi mayit.
2. Memukul-mukul pipi dan merobek-robek baju api Mayit.
3. Mencukur rambut kepala.
4. Menguraikan rambut atau membiarkan rambut lebat
(gondrong).
5. Menyebarkan berita kematian melalui pengeras suara atau di
jalan-jalan dan pasar karena yang demikian termasuk an Na’yu
(menyebarluaskan berita). Namun apabila memberitahukan
kerabatnya atau jama’ah untuk membantu mengurusi
jenazahnya, maka yang demikian itu tidak termasuk an Na’yu
yang dilarang. Bahkan terkadang pula menyebarluaskan berita
kematian menjadi wajib jika tidak ada orang yang bisa
mengurus jenazahnya.
19. SYARAT-SYARAT YANG MEMANDIKAN
1. Islam
2. Berakal
3. Terpercaya dan Amanah
4. Mengetahui tentang hukum-hukum syar’i
yang berkaitan dengan pengurusan jenazah
5. Merahasiakan apa yang telah dilihat dari
mayit hal-hal yang kurang disenangi.
20. HAL-HAL YANG PERLU
DIPERHATIKAN
1. Yang paling utama untuk memandikan mayit adalah yang diberi wasiat,
kemudian kerabat yang lebih dekat dan seterusnya.
2. Tidak lebih dari tiga orang.
3. Diutamakan dua orang yang memiliki pengetahuan tentang memandikan
mayit dan yang ketiga dipilih dari kerabatnya yang terlihat tanda-tanda lalai
dan sering berbuat maksiat.
4. Tidak disyaratkan bersuci bagi yang memandikan mayit, seandainya seorang
wanita haid memandikan mayit maka itu boleh. Namun tetap lebih
diutamakan dalam keadaan bersuci.
5. Memandikan mayit tidak membatalkan wudhu, kecuali apabila ia menyentuh
kemaluan sang mayit tanpa penghalang. Dan menurut pendapat yang kuat
dari kalangan ahli ilmu tidak wajib baginya untuk mandi, namun
disunnahkan saja untuk wudhu dan mandi.
6. Menggunakan air yang suci dan dibolehkan secara syar’i yang disesuaikan
dengan suhu cuaca.
21. SYARAT-SYARAT TEMPAT
MEMANDIKAN MAYIT
1. Suci dan bersih, maka jangan memandikan
mayit di kamar mandi atau wc karena ia
adalah tempat kotoran. Juga malaikat
terganggu dengannya juga menyepelekan
mayit.
2. Tempatnya tertutup atap dan dindingnya.
3. Tidak terdapat gambar-gambar dan patung-
patung makhluk yang bernyawa.
23. TATA CARA MEMANDIKAN (1)
1. Letakkan mayit di atas tempat pemandian, kemudian lepaskan pakaiannya
dengan tetap menjaga dan menutup auratnya dari pusar hingga lutut.
Mulailah dengan mendudukkan mayit dengan lembut kemudian dengan
tangan kanan tekanlah dengan lembut perut sang mayit seraya di urut-urut
dengan perlahan tiga atau lima kali untuk mengeluarkan sisa kotoran yang
ada.
2. Mulailah dengan mewudhukan mayit seperti wudhunya shalat.
3. Setelah selesai, mulai dengan pemandian pertama yaitu dengan
menggunakan air yang dicampur daun bidara hingga berbusa. Dengan
takaran dewasa kirar-kira 1 ember air ditambah 2 ½ sloki daun bidara atau
1 cangkir. Dan apabila jenazahnya anak kecil setengah dari takaran dewasa.
4. Mulai dengan membasuh kepala, wajah, dada, dan ketiak mayit sebanyak
tiga kali.
5. Setelah itu mulai dengan bagian sisi kanan mayit. Membasuh tangan mulai
dari pangkal hingga pergelangan tangan, pundak, pinggang, hingga betis
kanannya. Dan tuangkan air dari atas dan bawah kain penutup dengan
tanpa membukanya dan hal serupa dilakukan pada sisi yang kiri. Posisi
mayit masih dalam keadaan terlentang.
24. TATA CARA MEMANDIKAN (2)
7. Kemudian mayit dibalikkan dengan posisi bertumpu pada sisi kiri hingga
punggung, pinggang, paha dan betis kanannya bisa dibersihkan dan mayit
tidak boleh ditelungkupkan. Hal serupa pula dilakukan pada sisi kiri mayit.
8. Setelah itu tuangkan air ke seluruh badan mulai dari kepala hingga kaki dan
mayit dalam keadaan terlentang.
9. Kemudian lakukan hal tersebut untuk kedua kalinya dan untuk yang ketiga
menggunakan air yang dicampur dengan kapur barus. Apabila terlihat
kurang bersih, maka hal itu bisa dilakukan lima atau tujuh kali sesuai
kebutuhan dan semuanya kembali kepada ijtihad yang memandikan.
10. Setelah selesai keringkan dengan kain atau handuk seluruh tubuhnya
kemudian ganti kain penutupnya dengan yang baru dan kering dan tetap
menjaga aurat sang mayit.
11. Lalu pindahkan mayit dengan baik ke tempat pengkafanan.
12. Untuk memandikan jenazah wanita lalukan hal yang serupa sebagaimana
jenazah pria, hanya saja setelah selesai memandikan rambutnya digerai dan
disisir kemudian dikepang menjadi tiga bagian serta dikebelakangkan.
25.
26. MASALAH-MASALAH YANG
BERKAITAN DENGAN INI
Pertama; Diharamkan bagi laki-laki memandikan mayit perempuan begitu
pula sebaliknya kecuali dalam beberapa keadaan berikut ini:
Suami isteri.
Wanita yang sedang ditalaq raj’i maka boleh baginya memandikan mayit
suaminya atau sebaliknya.
Mayit anak berusia di bawah tujuh tahun, maka boleh wanita dewasa
memandikan anak laki seusia tersebut begitu pula sebaliknya.
Perhatian:
Anak usia dibawah tujuh tahun tidak memiliki aurat, maka
dibolehkan melihat dan membersihkannya tanpa penghalang.
Terkadang ada anak wanita di bawah usia tujuh tahun memiliki tubuh
yang besar hingga nampak padanya beberapa hal yang dapat
menimbulkan fitnah. Oleh karena itu lebih utama dimandikan oleh
wanita.
Seandainya ada seorang wanita yang meninggal di tengah-tengah kaum
pria dan tidak ada wanita lain bersamanya, maka mayit tersebut
ditayamumkan. Begitu pula sebaliknya.
27. MASALAH-MASALAH YANG
BERKAITAN DENGAN INI
Kedua; Apabila ada seorang wanita hamil kemudian
dia mengalami keguguran, apa yang harus dilakukan?
Apabila usia janin tersebut empat bulan atau lebih, maka
dia dimandikan, dikafani, dan dishalatkan. Bahkan
termasuk dari sunnah dia diberi nama dan diaqiqahi.
Adapun apabila usianya kurang dari empat bulan, maka
tidak perlu dimandikan dan dikafani tapi cukup dibungkus
dengan kain putih dan dikuburkan di pekuburan. Karena
janin tersebut belum di tiupkan ruh ke dalamnya sehingga
diperlakukan seperti anggota bagian tubuh yang lainnya.
28. MASALAH-MASALAH YANG
BERKAITAN DENGAN INI
Ketiga; Apabila seorang wanita hamil meninggal maka
diharamkan membedah perutnya dan mengeluarkan
bayinya. Karena biasanya bayi akan segera meninggal
setelah ibunya meninggal satu atau dua jam setelahnya,
maka sang ibu dimandikan sebagaimana mestinya. Adapun
apabila dokter telah memastikan bahwa bayi yang ada
dalam kandungan ibunya hidup, maka boleh
mengeluarkannya dengan mengupayakannya dahulu
melalui jalan keluarnya. Namun bila tidak bisa, boleh
dengan alternatif lain dengan azas lemah lembut dan tidak
menyakiti sang ibu serta atas dasar pertimbangan dokter.
29. MASALAH-MASALAH YANG
BERKAITAN DENGAN INI
Keempat; Orang kafir, murtad, dan meninggal shalat
selamanya tidak dimandikan, tidak dikafani, dan tidak
dishalatkan, serta tidak boleh dikuburkan di pekuburan
orang muslim. Kecuali apabila tidak ada orang yang
mengkafaninya, maka ia di kubur dengan pasir di tempat
yang jauh.
Kelima; Orang yang terbunuh dengan qishash atau had,
seperti; muhshan yang berzina atau terbunuh karena
dzalim, atau orang yang bunuh diri. Semuanya
dimandikan, dikafani, dishalatkan dan dikuburkan di
pekuburan muslim karena mereka adalah pelaku dosa
besar dan tidak keluar dari Islam.
30. MASALAH-MASALAH YANG
BERKAITAN DENGAN INI
Keenam; Orang yang berihram dan haji apabila
meninggal cukup dimandikan dengan air dan daun
bidara saja, tidak diberi minyak wangi, dan tidak
ditutupi kepalanya, serta dikafani dengan
pakaiannya.
Ketujuh; Memandikan anggota bagian tubuh mayit
yang wajib hanyalah satu kali.
31. MASALAH-MASALAH YANG
BERKAITAN DENGAN INI
Kedelapan; Apabila keluar sesuatu dari perut mayit pada pertengahan atau
sesudah mandi, maka hal ini tidak terlepas dari empat keadaan berikut ini:
Apabila keluar sesuatu dari dua lubang di sela-sela memandikan, maka
cukup mandikan atau bersihkan tempat keluarnya kemudian
diwudhukan dan mandikan hingga lima kali. Dan apabila masih keluar
najis setelah itu, wudhukan kemudian mandikan hingga tujuh kali dan
sumbat dengan kapas atau kain.
Apabila keluar sesuatu dari perutnya setelah dimandikan, maka cukuplah
hanya dengan mewudhukannya saja.
Apabila keluar sesuatu dari perutnya setelah dikafani. Apabila yang
keluarnya sedikit, maka tidak perlu diulang wudhu dan mandinya. Tapi
cukup tempat keluarnya kotoran tadi dicuci kafannya, namun apabila
yang keluar banyak dan kotor maka mandinya harus diulang.
Adapun apabila keluar sesuatu dari selain dua jalah, seperti muntah, darah,
atau yang lainnya, maka tidak perlu diulang tapi cukup dicuci tempatnya
yang kotor. Namun bila yang keluar banyak dan menyebabkan kotor,
mandi dan wudhunya perlu diulang.
32. MASALAH-MASALAH YANG
BERKAITAN DENGAN INI
Kesembilan: Jenazah yang syahid dalam peperangan tidak dimandikan dan tidak
dikafani. Namun jika terkena luka pada waktu perang kemudian semapat dirawat
sehari atau beberapa hari lantas meninggal, maka mayitnya diperlakukan
sebagaiman lainnya.
Kesepuluh; Jika ada sebagian anggota badan yang terpotong, maka cukup
dibungkus dengan kain putih kemudian dikuburkan tanpa harus dicuci dan
disholatkan.
Kesebelas; Dimakruhkan berdebat dan meninggikan suara ketika memandikan.
Keduabelas; Jika ada anggota tubuh mayit yang terputus seperti kaki atau
tangan, maka anggota yang terputus tersebut diletakkan ditempat asalnya dan
dicuci sebagaimana yang lainnya.
Ketigabelas; Dimakruhkan memberikan bayaran kepada yang memandikan, tapi
apabila dibutuhkan maka cukup mengambil dari baitul maal.
Keempatbelas; Apabila tidak terdapat daun bidara, maka dapat menggantinya
dengan yang semisal seperti sabun mandi atau shampo yang biasa dipakai untuk
bersuci atau mandi.
34. HAL-HAL YANG DIANJURKAN
1. Hendaknya kain kafan yang digunakan bagi Mayit laki-
laki sebanyak tiga lapis. Sedangkan bagi wanita
sebanyak lima lapis terdiri dari sarung, ghamis, khimar,
dan dua helai kain,
2. Menggunakan kain yang bersih dan baik serta menutup
seluruh tubuh.
3. Menggunakan kain yang berwarna putih.
4. Memberikan wewangian.
5. Tidak berlebih-lebihan dalam kain kafan
6. Menaburi kain kafan dengan kafur.
7. Hendaknya kain kafan yang terbaik diletakkan dibagian
atas.
35.
36. TATA CARA MENGKAFANI (1)
1. Cara mengukur kain kafan;
Panjang: Ukur panjang mayit dengan meteran dari mulai ujung kepala hingga
ujung kaki dengan melebihkannya kira-kira 60 cm. Contoh: seandainya
panjang mayit 180 cm, maka di tambah 60 cm sehingga keseluruhan panjang
240 cm. Penambahan panjang kain disesuaikan agar dapat mengikat ujung
kepala dan ujung kaki.
Lebar: Ukur lebar mayit mulai dari ujung bahu kanan mayit hingga ujung kiri
kemudian hasil pengukuran dikalikan tiga. Contoh: jika lebar mayit 30 cm,
maka lebar kain yang dibutuhkan 30 x 3 = 90 cm.
Perhatian;
Biasanya kain kafan berbeda-beda ukuran penjualannya di pasar, maka harus
dipastikan kembali ukuran yang dibutuhkan dan sesuai dengan mayit agar tidak
merepotkan yang mengkafaninya. Dan yang paling ideal adalah kain dengan
ukuran panjang 280 cm dan lebar 180 cm untuk memudahkan dipotong sesuai
dengan ukuran yang dibutuhkan.
Membuat kira-kira tujuh ikatan dari kain kafan yang panjangnya sesuai dengan
lebar kain yang telah diukur sesuai kebutuhan mayit. Lebar ikatan kira-kira 10
cm.
Membuat popok yang gunanya untuk menjaga kotoran yang dikhawatirkan
keluar dari mayit. Dengan lebar kira-kira 30 cm dan panjang kira-kira 100 cm.
37. TATA CARA MENGKAFANI (2)
2. Siapkan keranda dekat dengan tempat pemandian, kemudian letakkan ikatan
yang sudah dipersiapkan di atas keranda dengan jumlah ganjil. Simpat di
daerah kepala, dada, perut, paha, lutut, dan kaki.
3. Kemudian letakan lipatan kain pertama, dan dianjurkan kain yang terbaik dan
yang paling bersih untuk memperlihatkan kepada manusia dengan gambaran
yang baik dan indah. Pada bagian kepala dilebihkan kira-kira 40 cm dan bagian
kaki 20 cm.
4. Kemudian letakan lipatan kedua dan ketiga di atas lipatan yang pertama
dengan cara yang serupa. Lalu letakkan popok yang telah dipersiapkan di atas
kafan dekat dengan daerah dubur dan selangkangan. Lalu tambahkan kapas di
atasnya.
5. Kain kafan yang telah siap kemudian ditaburi dengan wewangingan dan kapur
barus. Kemudian setelah itu letakkan mayit di atasnya dengan hati-hati dan
tetap menjaga auratnya. Letakkan kepala pada bagian yang telah dilebihkan
serta duburnya di atas pokok.
6. Kemudian buka kedua kakinya untuk meng ikat popok yang telah siap
diantara dua kakinya dan perutnya. Lakukan hal itu dibawah kain penutup
agar aurat mayit tetap terjaga. Setelah selesai satukan kembali kedua kakinya.
38. TATA CARA MENGKAFANI (3)
7. Lalu oleskan minyak wangi pada tubuh mayit dan yang dianjurkan
adalah pada tujuh anggota sujud (kening, lutut, telapak kaki,
telapak tangan, hidung), dan disela-sela persendian.
8. Lalu ambil ujung kain yang pertama (paling bawah/dalam) arah
kanan kemudian lipat kesebelah kiri secara bersamaan mulai dari
kaki hingga kepala. Setelah itu pegang ujungnya dengan kuat dan
lipat atau putar. Lalu pegang lipatan ujung kain dengan tangan kiri,
lalu ambil kain yang kedua dan lakukan seperti yang pertama,
begitu juga dengan kain yang ketiga.
9. Kemudian ikat dengan kuat dan jadikan ikatannya disebelah sisi
kiri mayit. Dan setelah itu selimut mayit yang telah dikafani agar
benar-benar tertutup dan terjaga sebelum dikuburkan.
10. Untuk wanita lakukan hal yang serupa bila tidak terdapat 5 helai
kain yang dibutuhkan, karena mengkafani mayit wanita dengan 5
helai kain tidak memiliki dalil yang shahih.
39.
40. HAL-HAL YANG BERKAITAN DGN
MASALAH INI
Pertama; Yang wajib dalam kain kafan bagi laki-laki dan wanita adalah satu helai
akan tetapi yang sunnah dan lebih utama adalah untuk laki-laki tiga helai dan untuk
wanita lima helai. Dan dimakruhkan melebihi batasan tersebut.
Kedua; Yang paling utama mengkafani adalah yang diberi wasiat kemudian kerabat
terdekat dan selanjutnya.
Ketiga; Membeli kain kafan dengan harta si mayit, kalau tidak ada maka yang
keluarga yang menanggungnya, dan bila tidak ada juga di ambil dari harta kaum
muslimin.
Keempat; Dimakruhkan memberi kain kapan dari wol atau rambut, atau kain yang
dicelup warna kuning. Dan diharamkan mengkafani mayit dengan kulit.
Kelima; Para ulama membeci membakar kain kafan.
Keenam; Dilarang memasukkan wewangian atau kafur ke dalam mata mayit.
Ketujuh; Disunnahkan bilangan ikatan berjumlah ganjil.
Kedelapan; Untuk mayit anak laki-laki menggunakan tiga helai kain, sedangkan
untuk anak perempuan dua helai kain dan satu ghamis.
Kesembilan; Bila kain kafan tidak mencukupi, maka tutup bagian kepalanya sedang
sisanya di tutup dengan ilalang atau rumput.
42. SIFAT SHOLAT JENAZAH (1)
1. Letakkan jenazah dihadapan imam,
maka imam berdiri dihadapan kepala
mayit jika ia laki-laki dan berada
disebelah kanan imam. Dan jika mayit
itu perempuan, imam berdiri di tengah-
tengah mayit. Kemudian ma’mum
berdiri dibelakang imam.
43. SIFAT SHOLAT JENAZAH (2)
2. Imam Bertakbiratul ihram dengan mengangkat kedua
tangannya, kemudian meletakkan tangan kanan di
atas tangan kiri di atas dada. Kepala menunduk dan
pandangan tertuju kepada tempat sujud.
3. Lalu Berta’awwudz, membaca basmalah secara
sirriyyah, dan tidak membaca do’a iftitah. Kemudian
dilanjutkan dengan membaca surat al fatihah secara
sirriyyah.
44. SIFAT SHOLAT JENAZAH (3)
4. Kemudian imam takbir untuk yang kedua kalinya,
seraya mengangkat tangan kemudian membaca
shalawat.
5. Kemudian bertakbir untuk yang ketiga seraya
mengangkat tangan dan berdo’a bagi sang mayit.
Diantara do’a-do’a yang ada adalah:
4. Lalu imam bertakbir untuk yang terakhir, dan diam
sejenak lantas salam seraya memalingkan muka ke
arah kanan satu kali.
45. MASALAH-MASALAH YANG
BERKAITAN DALAM HAL INI (1)
Pertama; Hukum sholat jenazah adalah fardhu kifayah.
Kedua; disyari’atkan sholat jenazah pada setiap:
1. Janin yang gugur berusia empat bulan atau lebih.
2. Orang yang mati Syahid, walupun hukum asalnya tidak disholatkan
akan tetapi bila dilakukan itu lebih utama
3. Orang yang terbunuh karena hukuman had
4. Orang fajir yang banyak melakukan kemaksiatan.
5. Orang yang memiliki hutang dan tidak meninggalkan harta untuk
melunasi hutangnya.
Ketiga; diharamkan mensholati orang kafir, munafik, dan yang
meninggalkan sholat wajib. Juga tidak boleh merasa kasihan dan
memohonkan ampun bagi mereka.
Keempat; Yang paling utama untuk mensholati mayit adalah yang diberi
wasiat. Imam masjid dan kerabat keluarga mayit.
Kelima; Jika hanya terdiri dari seorang ma’mum, maka dia berdiri
dibelakang imam.
46. MASALAH-MASALAH YANG
BERKAITAN DALAM HAL INI (2)
Keenam; lebih diutamakan agar mensholati mayit di luar
masjid dan hal ini adalah petunjuk yang sering di
contohkan oleh Rasulullah `. Dan tidak boleh mensholatinya
di antara kuburan, tapi bila sudah dikuburkan maka hal itu
diperbolehkan.
Ketujuh; tidak boleh mensholati mayit pada tiga waktu
yang terlarang kecuali darurat.
Kedelapan; Boleh bagi kaum wanita untuk menghadiri
sholat jenazah baik sendiri maupun berjama’ah dengan
syarat tidak sholat di kuburan, karena wanita dilarang
untuk memasukinya.
48. TATA CARA MEMBAWA JENAZAH
1. Letakkan mayit di atas keranda dengan terlentang di atas
punggungnya.
2. Kemudian ditutup dengan selimut atau kain lainnya yang serupa baik
mayit laki-laki maupun wanita. Lebih disukai apabila mayit wanita
kerandanya ditutup dengan kubah atau kayu.
3. Disunnahkan yang membawa keranda sebanyak empat orang.
4. Disunnahkan untuk bersegera dalam berjalan
5. Dibolehkan bagi yang mengiringi jenazah untuk berjalan di depan,
belakang, samping, atau kirinya.
6. Tidak boleh duduk hingga jenazah diletakkan di atas tanah
7. Disunnahkan bagi yang menghantarkan jenazah untuk khusyu’,
berpikir akan perjalanannya, dan mengambil pelajaran dari kematian,
juga dengan apa yang akan dialami oleh sang mayit. Dan tidak disukai
tertawa, senyum, atau berbicara tentang urusan dunia.
49. LUBANG KUBUR
1. Disunnahkan memperdalam dan memperluas
kuburan, karena memperdalah kuburan dapat
menahan bau yang tidak enak dari mayit, dan
selamat dari gangguan hewan liar, juga lebih
menjaga mayit.
2. Disunnahkan memperluas kuburan pada bagian
kepala dan kaki.
3. Lebih disukai membuat lahat dari pada syaq.
50. TATA CARA MENGUBURKAN (1)
1. Masukkan mayit ke dalam kubur melalui bagian kaki kubur,
dengan memasukkan kepala dahulu karena ia adalah bagian tubuh
yang paling mulia. Namun bila hal tersebut tidak memungkinkan,
maka dari jalan mana saja yang mudah dan tidak sulit.
2. Yang memasukkan mayit ke dalam kubur adalah laki-laki dan yang
diberi wasiat lebih berhak untuk hal itu. Bila mayit tidak berwasiat,
maka kerabat terdekatnya.
3. Bila memasukkan mayit wanita maka kuburnya ditutup agar
menghindari dari pandangan yang hadir di saat penguburan dan
memasukkannya ke lahat. Sedangkan bagi mayit laki-laki tidak di
haruskan kecuali bila ada udzur seperti hujan.
4. Letakkan mayit dengan lembut di dalam kubur dengan berbaring di
sisi lambung kanannya karena dia menyerupai orang yang tidur
dan menghadap kiblat.
51. TATA CARA MENGUBURKAN (2)
5. Kemudian buka dan lepaskan ikatan yang mengikat kafannya dengan tanpa
membuka bagian wajahnya karena yang demikan tidak ada dalilnya dan
tidak pernah dilakukan oleh para shahabat.
6. Dekatkan dan masukkan mayit ke dalam lahat , kemudian tahan dengan
batu atau tanah di depannya dan di pertengahan punggungnya agar ia
tidak berbalik dan jatuh.
7. Kemudian tutup lahat dengan kayu dan tutup celah yang kosong antara
kayu dengan tanah liat agar mayit tidak kejatuhan tanah saat dikubur.
8. Disukai untuk melemparkan tiga kali genggaman tanah dengan kedua
tangannya usai penutupan liang lahat ke arah bagian atas kepala.
9. Masukkan tanah ke dalam kubur dan tinggikan dari atas permukaan tanah
sekedar sejengkal kemudian dibentuk seperti punuk.
10. Perciki kubur dengan air kemudian taburi dengan kerikil agar kubur
menjadi kuat tidak terbawa angin dan aliran air. Kemudian tandai dengan
kayu atau batu pada bagian kepala
11. Dianjurkan setelah itu untuk berdo’a untuk mayit.