SlideShare a Scribd company logo
1 of 53
PELAJARAN & PRAKTEKPELAJARAN & PRAKTEK
PENGURUSAN JENAZAHPENGURUSAN JENAZAH
SESUAI AL-QUR’AN DAN AS-SUNNAHSESUAI AL-QUR’AN DAN AS-SUNNAH
LSSI CENTER
BAGAIMANABAGAIMANA
MENGURUSMENGURUS
JENAZAH?JENAZAH?
CURRICULUM VITAE
MENU:
 Bagian PertamaBagian Pertama
Keutamaan Menjenguk Orang Yang Sakit
 BagianBagian KeduaKedua
Keutamaan Memandikan Jenazah
 BagianBagian KetigaKetiga
Mengkafani Mayit
 BagianBagian KeempatKeempat
Shalat Jenazah
 BagianBagian KelimaKelima
Menguburkan Mayit
Keutamaan Menjenguk OrangKeutamaan Menjenguk Orang
Yang SakitYang Sakit
Bagian PertamaBagian Pertama
APA YANG DISYARIATKAN BAGI YANG
SAKIT (1)
1. Ridho dan sabar terhadap ketentuan Allah. Dan yang
dimaksud dengan sabar adalah menahan jiwa dari
penderitaan, menahan lisan dari mengumpat, serta
menahan anggota tubuh dari merusak atau merobek-
robek pakaian dan yang semisalnya. (2: 155-156)
2. Berbaik sangka kepada Allah SWT.
3. Hendaknya ia berada dalam kondisi antara rasa takut
dan harap. Takut akan hukuman Allah terhadap dosa-
dosanya dan mengharapkan rahmat Rab-nya. Dan
ketika menjelang kematiannya, pengharapannya kepada
Allah lebih mendominasi.
4. Betapapun berat dan kerasnya sakit yang diderita,
namun tetap tidak boleh mengharapkan kematian.
5. Dianjurkan untuk memperbanyak taubat dan memohon
ampunan.
APA YANG DISYARIATKAN BAGI YANG
SAKIT (2)
6. Diharamkan berobat dengan yang dapat merusak aqidah, seperti
menggantungkan jampi-jampi yang mengandung kalimat-kalimat syirik
atau nama-nama yang asing. Begitu pula tidak diperbolehkan berobat
kepada dukun dan tukang sihir.
7. Dianjurkan untuk berobat dengan ruqyah yang disyari’tkan, seperti dari al
Qur’an dan sebagian do’a-do’a dari nabi yang shahih. Ibnu Qayyim
berkata; yang termasuk pengobatan yang paling tepat adalah: melakukan
kebaikan, berdzikir, dan berdo’a. Juga tunduk kepada Allah dengan
taubat. Maka pengaruhnya adalah lebih besar dibandingkan obat yang
ada. Akan tetapi semua itu tergantung kesiapan jiwa dan penerimaannya.
8. Dibolehkan berobat dengan obat-obat yang mubah.
9. Bila ada hak yang harus ditunaikan maka sampaikanlah kepada teman
atau saudaranya bila hal itu memudahkannya, namun bila tidak maka
berwasiatlah.
10. Menulis wasiat.
ADAB MENJENGUK ORANG SAKIT
1. Dekat dan duduk di samping kepala yang sakit.
2. Menanyakan keadaannya.
3. Menanyakan keinginannya.
4. Mengusap tubuh yang sakit dengan tangan kanan
5. Mendoakannya.
6. Tidak termasuk petunjuk Rasulullah SAW
menjadikan hari atau waktu tertentu untuk
mengunjungi yang sakit tetapi bisa dilakukan
kapan saja.
TANDA-TANDA SAKARATUL MAUT
1. Ujung jemari kaki berubah dingin; karena ruh
pertama kali keluar adalah melalui kaki dan hal ini
diketahui berdasarkan penelitian kebanyakan
orang yang sedang sakaratul maut.
2. Dahi Mengeluarkan Keringat.
3. Gelisah dan takut disaat melihat turunnya
malaikat maut dan terkadang pingsan
dikarenakan kerasnya sakaratul maut.
4. Bunyi kerongkongan dan dada karena nafas dan
ruh yang akan keluar.
HAL-HAL YANG DIHARUSKAN BAGI
KERABAT MAYIT
 Menghadapkannya ke arah kiblat
 Mentalkinkan dengan kalimat syahadat.
TATA CARA TALKIN
1. Tuangkan beberapa tetes air ke bibir dan
kerongkongannya, agar
memudahkannya untuk mengucapkan
syahadat. Bisa dengan menggunakan
siwak, kain, atau kapas.
2. Usap wajah dan keningnya dengan kain
basah.
3. Bersiwak bila memungkinkan.
4. Duduk disamping kepalanya seraya
mentalkinkannya dengan kalimat
syahadat.
HAL-HAL YANG HARUS DIJAGA DAN
DIPERHATIKAN (1)
1. Apabila orang tersebut mengulang-ulang syahadat, maka
tidak perlu ditalkinkan.
2. Apabila telah mengucapkan kalimat syahadat, maka
jangan ditalkinkan lagi kecuali bila ia mengucapkan
kalimat lain atau pingsan.
3. Tidak disukai mentalkinkan orang yang sedang sakaratul
maut dengan merengek-rengek lebih dari tiga kali.
4. Apabila menggerakkan jari telunjuknya dan memberikan
isyarat syahadat, maka tidak ditalkinkan dan hal ini
apabila ia tidak mampu mengucapkannya.
5. Mendo’akannya dan orang disekitarnya tidak berkata
kecuali yang baik saja.
HAL-HAL YANG HARUS DIJAGA DAN
DIPERHATIKAN (2)
6. Melihat keadaan orang tersebut. Apabila ia adalah orang
yang memiliki iman yang kuat atau orang kafir, maka
ditalkinkan dengan cara pertama (perintah). Namun
apabila muslim yang lemah imannya, menggunakan cara
yang kedua (bimbing).
7. Tidak mengapa seorang muslim mengunjungi orang kafir
saat sakaratul maut untuk menawarkan keislaman
kepadanya.
8. Tidak mengkhususkan membaca surat Yasin,
sebagaimana yang dilakukan oleh sebagian orang. Akan
tetapi boleh dibacakan surat-surat lain dari al Qur’an
untuk mengingatkannya dan melembutkan hatinya.
TANDA-TANDA KEMATIAN
1. Terbelalak dan terbaliknya mata, karena mata mengikuti arah ruh
ketika keluar dari jasad.
2. Berubahnya batang hidung ke kanan atau ke kiri.
3. Berpautnya betis antara satu dengan yang lainnya.
4. Turunnya rahang.
5. Jantung atau nadi berhenti berdetak.
6. Terlepasnya persendian tulang.
7. Kulit menjadi tegang terutama di bawah ketiak.
8. Suhu tubuh menjadi dingin seluruhnya.
9. Tubuh menjadi keras dan kaku terutama apabila ia telah meninggal
cukup lama.
10. Perubahan dalam bau.
11. Hilangnya tanda hitam pada mata, terutama pada Mayit dewasa.
HAL-HAL YANG HARUS DILAKUKAN
SETELAH MENINGGAL (1)
1. Memejamkan kedua matanya.
2. Mengikat kedua bibirnya.
3. Menggerak-gerakkan dan melemaskan persendian
hingga tidak menjadi kaku dan keras.
4. Mengikat kedua kakinya agar tidak keluar kotoran
dari duburnya.
5. Melepaskan pakaiannya dengan tetap menjaga
auratnya dan tidak melihat kepada aurat si mayit.
6. Meletakkan sesuatu yang berat di atas perutnya agar
tidak kembung.
HAL-HAL YANG HARUS DILAKUKAN
SETELAH MENINGGAL (2)
7. Meletakkannya di atas ranjang atau tempat yang
tinggi agar tubuh mayit tidak terpengaruh dengan
tanah atau lantai yang dingin atau basah.
8. Menutupi mayit dengan kain, kecuali orang yang
meninggal dalam keadaan ihram.
9. Berdo’a untuk mayit.
10. Hendaknya bagi keluarga yang ditinggalkan untuk
bersabar dan ridho dengan ketentuan Allah swt.
11. Mengucapkan kalimat istirja’
12. Tidak menyebutnya kecuali dengan kebaikan.
13. Melunasi hutang-hutangnya.
HAL-HAL YANG HARUS DILAKUKAN
SETELAH MENINGGAL (3)
14. Bersegera mempersiapkan pengurusannya berupa
memandikan, mengkafani, mensholati, dan
menguburkannya.
15. Dikuburkan di tempat dia meninggal dan tidak
memindahkannya ke tempat yang lain karena
bertentangan dengan perintah untuk menyegerakannya.
16. Memberitahukan kerabatnya untuk menghadiri sholat dan
mengurus jenazahnya.
17. Dianjurkan bagi yang mendengar atau diberitahukan
kabar kematiannya untuk memdo’akan serta memohonkan
ampun baginya.
18. Menyegerakan wasiatnya.
HAL-HAL YANG DIHARAMKAN ATAS
KERABAT MAYIT
1. Meratapi mayit.
2. Memukul-mukul pipi dan merobek-robek baju api Mayit.
3. Mencukur rambut kepala.
4. Menguraikan rambut atau membiarkan rambut lebat
(gondrong).
5. Menyebarkan berita kematian melalui pengeras suara atau di
jalan-jalan dan pasar karena yang demikian termasuk an Na’yu
(menyebarluaskan berita). Namun apabila memberitahukan
kerabatnya atau jama’ah untuk membantu mengurusi
jenazahnya, maka yang demikian itu tidak termasuk an Na’yu
yang dilarang. Bahkan terkadang pula menyebarluaskan berita
kematian menjadi wajib jika tidak ada orang yang bisa
mengurus jenazahnya.
Keutamaan MemandikanKeutamaan Memandikan
JenazahJenazah
Bagian KeduaBagian Kedua
SYARAT-SYARAT YANG MEMANDIKAN
1. Islam
2. Berakal
3. Terpercaya dan Amanah
4. Mengetahui tentang hukum-hukum syar’i
yang berkaitan dengan pengurusan jenazah
5. Merahasiakan apa yang telah dilihat dari
mayit hal-hal yang kurang disenangi.
HAL-HAL YANG PERLU
DIPERHATIKAN
1. Yang paling utama untuk memandikan mayit adalah yang diberi wasiat,
kemudian kerabat yang lebih dekat dan seterusnya.
2. Tidak lebih dari tiga orang.
3. Diutamakan dua orang yang memiliki pengetahuan tentang memandikan
mayit dan yang ketiga dipilih dari kerabatnya yang terlihat tanda-tanda lalai
dan sering berbuat maksiat.
4. Tidak disyaratkan bersuci bagi yang memandikan mayit, seandainya seorang
wanita haid memandikan mayit maka itu boleh. Namun tetap lebih
diutamakan dalam keadaan bersuci.
5. Memandikan mayit tidak membatalkan wudhu, kecuali apabila ia menyentuh
kemaluan sang mayit tanpa penghalang. Dan menurut pendapat yang kuat
dari kalangan ahli ilmu tidak wajib baginya untuk mandi, namun
disunnahkan saja untuk wudhu dan mandi.
6. Menggunakan air yang suci dan dibolehkan secara syar’i yang disesuaikan
dengan suhu cuaca.
SYARAT-SYARAT TEMPAT
MEMANDIKAN MAYIT
1. Suci dan bersih, maka jangan memandikan
mayit di kamar mandi atau wc karena ia
adalah tempat kotoran. Juga malaikat
terganggu dengannya juga menyepelekan
mayit.
2. Tempatnya tertutup atap dan dindingnya.
3. Tidak terdapat gambar-gambar dan patung-
patung makhluk yang bernyawa.
ALAT-ALAT YANG DIBUTUHKAN
 Sarung tangan
 Masker
 Celemek
 Sepatu bot
 Kain penutup
 Handuk
TATA CARA MEMANDIKAN (1)
1. Letakkan mayit di atas tempat pemandian, kemudian lepaskan pakaiannya
dengan tetap menjaga dan menutup auratnya dari pusar hingga lutut.
Mulailah dengan mendudukkan mayit dengan lembut kemudian dengan
tangan kanan tekanlah dengan lembut perut sang mayit seraya di urut-urut
dengan perlahan tiga atau lima kali untuk mengeluarkan sisa kotoran yang
ada.
2. Mulailah dengan mewudhukan mayit seperti wudhunya shalat.
3. Setelah selesai, mulai dengan pemandian pertama yaitu dengan
menggunakan air yang dicampur daun bidara hingga berbusa. Dengan
takaran dewasa kirar-kira 1 ember air ditambah 2 ½ sloki daun bidara atau
1 cangkir. Dan apabila jenazahnya anak kecil setengah dari takaran dewasa.
4. Mulai dengan membasuh kepala, wajah, dada, dan ketiak mayit sebanyak
tiga kali.
5. Setelah itu mulai dengan bagian sisi kanan mayit. Membasuh tangan mulai
dari pangkal hingga pergelangan tangan, pundak, pinggang, hingga betis
kanannya. Dan tuangkan air dari atas dan bawah kain penutup dengan
tanpa membukanya dan hal serupa dilakukan pada sisi yang kiri. Posisi
mayit masih dalam keadaan terlentang.
TATA CARA MEMANDIKAN (2)
7. Kemudian mayit dibalikkan dengan posisi bertumpu pada sisi kiri hingga
punggung, pinggang, paha dan betis kanannya bisa dibersihkan dan mayit
tidak boleh ditelungkupkan. Hal serupa pula dilakukan pada sisi kiri mayit.
8. Setelah itu tuangkan air ke seluruh badan mulai dari kepala hingga kaki dan
mayit dalam keadaan terlentang.
9. Kemudian lakukan hal tersebut untuk kedua kalinya dan untuk yang ketiga
menggunakan air yang dicampur dengan kapur barus. Apabila terlihat
kurang bersih, maka hal itu bisa dilakukan lima atau tujuh kali sesuai
kebutuhan dan semuanya kembali kepada ijtihad yang memandikan.
10. Setelah selesai keringkan dengan kain atau handuk seluruh tubuhnya
kemudian ganti kain penutupnya dengan yang baru dan kering dan tetap
menjaga aurat sang mayit.
11. Lalu pindahkan mayit dengan baik ke tempat pengkafanan.
12. Untuk memandikan jenazah wanita lalukan hal yang serupa sebagaimana
jenazah pria, hanya saja setelah selesai memandikan rambutnya digerai dan
disisir kemudian dikepang menjadi tiga bagian serta dikebelakangkan.
MASALAH-MASALAH YANG
BERKAITAN DENGAN INI
 Pertama; Diharamkan bagi laki-laki memandikan mayit perempuan begitu
pula sebaliknya kecuali dalam beberapa keadaan berikut ini:
 Suami isteri.
 Wanita yang sedang ditalaq raj’i maka boleh baginya memandikan mayit
suaminya atau sebaliknya.
 Mayit anak berusia di bawah tujuh tahun, maka boleh wanita dewasa
memandikan anak laki seusia tersebut begitu pula sebaliknya.
Perhatian:
 Anak usia dibawah tujuh tahun tidak memiliki aurat, maka
dibolehkan melihat dan membersihkannya tanpa penghalang.
 Terkadang ada anak wanita di bawah usia tujuh tahun memiliki tubuh
yang besar hingga nampak padanya beberapa hal yang dapat
menimbulkan fitnah. Oleh karena itu lebih utama dimandikan oleh
wanita.
 Seandainya ada seorang wanita yang meninggal di tengah-tengah kaum
pria dan tidak ada wanita lain bersamanya, maka mayit tersebut
ditayamumkan. Begitu pula sebaliknya.
MASALAH-MASALAH YANG
BERKAITAN DENGAN INI
 Kedua; Apabila ada seorang wanita hamil kemudian
dia mengalami keguguran, apa yang harus dilakukan?
 Apabila usia janin tersebut empat bulan atau lebih, maka
dia dimandikan, dikafani, dan dishalatkan. Bahkan
termasuk dari sunnah dia diberi nama dan diaqiqahi.
Adapun apabila usianya kurang dari empat bulan, maka
tidak perlu dimandikan dan dikafani tapi cukup dibungkus
dengan kain putih dan dikuburkan di pekuburan. Karena
janin tersebut belum di tiupkan ruh ke dalamnya sehingga
diperlakukan seperti anggota bagian tubuh yang lainnya.
MASALAH-MASALAH YANG
BERKAITAN DENGAN INI
 Ketiga; Apabila seorang wanita hamil meninggal maka
diharamkan membedah perutnya dan mengeluarkan
bayinya. Karena biasanya bayi akan segera meninggal
setelah ibunya meninggal satu atau dua jam setelahnya,
maka sang ibu dimandikan sebagaimana mestinya. Adapun
apabila dokter telah memastikan bahwa bayi yang ada
dalam kandungan ibunya hidup, maka boleh
mengeluarkannya dengan mengupayakannya dahulu
melalui jalan keluarnya. Namun bila tidak bisa, boleh
dengan alternatif lain dengan azas lemah lembut dan tidak
menyakiti sang ibu serta atas dasar pertimbangan dokter.
MASALAH-MASALAH YANG
BERKAITAN DENGAN INI
 Keempat; Orang kafir, murtad, dan meninggal shalat
selamanya tidak dimandikan, tidak dikafani, dan tidak
dishalatkan, serta tidak boleh dikuburkan di pekuburan
orang muslim. Kecuali apabila tidak ada orang yang
mengkafaninya, maka ia di kubur dengan pasir di tempat
yang jauh.
 Kelima; Orang yang terbunuh dengan qishash atau had,
seperti; muhshan yang berzina atau terbunuh karena
dzalim, atau orang yang bunuh diri. Semuanya
dimandikan, dikafani, dishalatkan dan dikuburkan di
pekuburan muslim karena mereka adalah pelaku dosa
besar dan tidak keluar dari Islam.
MASALAH-MASALAH YANG
BERKAITAN DENGAN INI
 Keenam; Orang yang berihram dan haji apabila
meninggal cukup dimandikan dengan air dan daun
bidara saja, tidak diberi minyak wangi, dan tidak
ditutupi kepalanya, serta dikafani dengan
pakaiannya.
 Ketujuh; Memandikan anggota bagian tubuh mayit
yang wajib hanyalah satu kali.
MASALAH-MASALAH YANG
BERKAITAN DENGAN INI
 Kedelapan; Apabila keluar sesuatu dari perut mayit pada pertengahan atau
sesudah mandi, maka hal ini tidak terlepas dari empat keadaan berikut ini:
 Apabila keluar sesuatu dari dua lubang di sela-sela memandikan, maka
cukup mandikan atau bersihkan tempat keluarnya kemudian
diwudhukan dan mandikan hingga lima kali. Dan apabila masih keluar
najis setelah itu, wudhukan kemudian mandikan hingga tujuh kali dan
sumbat dengan kapas atau kain.
 Apabila keluar sesuatu dari perutnya setelah dimandikan, maka cukuplah
hanya dengan mewudhukannya saja.
 Apabila keluar sesuatu dari perutnya setelah dikafani. Apabila yang
keluarnya sedikit, maka tidak perlu diulang wudhu dan mandinya. Tapi
cukup tempat keluarnya kotoran tadi dicuci kafannya, namun apabila
yang keluar banyak dan kotor maka mandinya harus diulang.
 Adapun apabila keluar sesuatu dari selain dua jalah, seperti muntah, darah,
atau yang lainnya, maka tidak perlu diulang tapi cukup dicuci tempatnya
yang kotor. Namun bila yang keluar banyak dan menyebabkan kotor,
mandi dan wudhunya perlu diulang.
MASALAH-MASALAH YANG
BERKAITAN DENGAN INI
 Kesembilan: Jenazah yang syahid dalam peperangan tidak dimandikan dan tidak
dikafani. Namun jika terkena luka pada waktu perang kemudian semapat dirawat
sehari atau beberapa hari lantas meninggal, maka mayitnya diperlakukan
sebagaiman lainnya.
 Kesepuluh; Jika ada sebagian anggota badan yang terpotong, maka cukup
dibungkus dengan kain putih kemudian dikuburkan tanpa harus dicuci dan
disholatkan.
 Kesebelas; Dimakruhkan berdebat dan meninggikan suara ketika memandikan.
 Keduabelas; Jika ada anggota tubuh mayit yang terputus seperti kaki atau
tangan, maka anggota yang terputus tersebut diletakkan ditempat asalnya dan
dicuci sebagaimana yang lainnya.
 Ketigabelas; Dimakruhkan memberikan bayaran kepada yang memandikan, tapi
apabila dibutuhkan maka cukup mengambil dari baitul maal.
  Keempatbelas; Apabila tidak terdapat daun bidara, maka dapat menggantinya
dengan yang semisal seperti sabun mandi atau shampo yang biasa dipakai untuk
bersuci atau mandi.
Mengkafani MayitMengkafani Mayit
Bagian KetigaBagian Ketiga
HAL-HAL YANG DIANJURKAN
1. Hendaknya kain kafan yang digunakan bagi Mayit laki-
laki sebanyak tiga lapis. Sedangkan bagi wanita
sebanyak lima lapis terdiri dari sarung, ghamis, khimar,
dan dua helai kain,
2. Menggunakan kain yang bersih dan baik serta menutup
seluruh tubuh.
3. Menggunakan kain yang berwarna putih.
4. Memberikan wewangian.
5. Tidak berlebih-lebihan dalam kain kafan
6. Menaburi kain kafan dengan kafur.
7. Hendaknya kain kafan yang terbaik diletakkan dibagian
atas.
TATA CARA MENGKAFANI (1)
1. Cara mengukur kain kafan;
Panjang: Ukur panjang mayit dengan meteran dari mulai ujung kepala hingga
ujung kaki dengan melebihkannya kira-kira 60 cm. Contoh: seandainya
panjang mayit 180 cm, maka di tambah 60 cm sehingga keseluruhan panjang
240 cm. Penambahan panjang kain disesuaikan agar dapat mengikat ujung
kepala dan ujung kaki.
Lebar: Ukur lebar mayit mulai dari ujung bahu kanan mayit hingga ujung kiri
kemudian hasil pengukuran dikalikan tiga. Contoh: jika lebar mayit 30 cm,
maka lebar kain yang dibutuhkan 30 x 3 = 90 cm.
Perhatian;
 Biasanya kain kafan berbeda-beda ukuran penjualannya di pasar, maka harus
dipastikan kembali ukuran yang dibutuhkan dan sesuai dengan mayit agar tidak
merepotkan yang mengkafaninya. Dan yang paling ideal adalah kain dengan
ukuran panjang 280 cm dan lebar 180 cm untuk memudahkan dipotong sesuai
dengan ukuran yang dibutuhkan.
 Membuat kira-kira tujuh ikatan dari kain kafan yang panjangnya sesuai dengan
lebar kain yang telah diukur sesuai kebutuhan mayit. Lebar ikatan kira-kira 10
cm.
 Membuat popok yang gunanya untuk menjaga kotoran yang dikhawatirkan
keluar dari mayit. Dengan lebar kira-kira 30 cm dan panjang kira-kira 100 cm.
TATA CARA MENGKAFANI (2)
2. Siapkan keranda dekat dengan tempat pemandian, kemudian letakkan ikatan
yang sudah dipersiapkan di atas keranda dengan jumlah ganjil. Simpat di
daerah kepala, dada, perut, paha, lutut, dan kaki.
3. Kemudian letakan lipatan kain pertama, dan dianjurkan kain yang terbaik dan
yang paling bersih untuk memperlihatkan kepada manusia dengan gambaran
yang baik dan indah. Pada bagian kepala dilebihkan kira-kira 40 cm dan bagian
kaki 20 cm.
4. Kemudian letakan lipatan kedua dan ketiga di atas lipatan yang pertama
dengan cara yang serupa. Lalu letakkan popok yang telah dipersiapkan di atas
kafan dekat dengan daerah dubur dan selangkangan. Lalu tambahkan kapas di
atasnya.
5. Kain kafan yang telah siap kemudian ditaburi dengan wewangingan dan kapur
barus. Kemudian setelah itu letakkan mayit di atasnya dengan hati-hati dan
tetap menjaga auratnya. Letakkan kepala pada bagian yang telah dilebihkan
serta duburnya di atas pokok.
6. Kemudian buka kedua kakinya untuk meng ikat popok yang telah siap
diantara dua kakinya dan perutnya. Lakukan hal itu dibawah kain penutup
agar aurat mayit tetap terjaga. Setelah selesai satukan kembali kedua kakinya.
TATA CARA MENGKAFANI (3)
7. Lalu oleskan minyak wangi pada tubuh mayit dan yang dianjurkan
adalah pada tujuh anggota sujud (kening, lutut, telapak kaki,
telapak tangan, hidung), dan disela-sela persendian.
8. Lalu ambil ujung kain yang pertama (paling bawah/dalam) arah
kanan kemudian lipat kesebelah kiri secara bersamaan mulai dari
kaki hingga kepala. Setelah itu pegang ujungnya dengan kuat dan
lipat atau putar. Lalu pegang lipatan ujung kain dengan tangan kiri,
lalu ambil kain yang kedua dan lakukan seperti yang pertama,
begitu juga dengan kain yang ketiga.
9. Kemudian ikat dengan kuat dan jadikan ikatannya disebelah sisi
kiri mayit. Dan setelah itu selimut mayit yang telah dikafani agar
benar-benar tertutup dan terjaga sebelum dikuburkan.
10. Untuk wanita lakukan hal yang serupa bila tidak terdapat 5 helai
kain yang dibutuhkan, karena mengkafani mayit wanita dengan 5
helai kain tidak memiliki dalil yang shahih.
HAL-HAL YANG BERKAITAN DGN
MASALAH INI
 Pertama; Yang wajib dalam kain kafan bagi laki-laki dan wanita adalah satu helai
akan tetapi yang sunnah dan lebih utama adalah untuk laki-laki tiga helai dan untuk
wanita lima helai. Dan dimakruhkan melebihi batasan tersebut.
 Kedua; Yang paling utama mengkafani adalah yang diberi wasiat kemudian kerabat
terdekat dan selanjutnya.
 Ketiga; Membeli kain kafan dengan harta si mayit, kalau tidak ada maka yang
keluarga yang menanggungnya, dan bila tidak ada juga di ambil dari harta kaum
muslimin.
 Keempat; Dimakruhkan memberi kain kapan dari wol atau rambut, atau kain yang
dicelup warna kuning. Dan diharamkan mengkafani mayit dengan kulit.
 Kelima; Para ulama membeci membakar kain kafan.
 Keenam; Dilarang memasukkan wewangian atau kafur ke dalam mata mayit.
 Ketujuh; Disunnahkan bilangan ikatan berjumlah ganjil.
 Kedelapan; Untuk mayit anak laki-laki menggunakan tiga helai kain, sedangkan
untuk anak perempuan dua helai kain dan satu ghamis.
 Kesembilan; Bila kain kafan tidak mencukupi, maka tutup bagian kepalanya sedang
sisanya di tutup dengan ilalang atau rumput.
Shalat Jenazah
bagian keempat
SIFAT SHOLAT JENAZAH (1)
1. Letakkan jenazah dihadapan imam,
maka imam berdiri dihadapan kepala
mayit jika ia laki-laki dan berada
disebelah kanan imam. Dan jika mayit
itu perempuan, imam berdiri di tengah-
tengah mayit. Kemudian ma’mum
berdiri dibelakang imam.
SIFAT SHOLAT JENAZAH (2)
2. Imam Bertakbiratul ihram dengan mengangkat kedua
tangannya, kemudian meletakkan tangan kanan di
atas tangan kiri di atas dada. Kepala menunduk dan
pandangan tertuju kepada tempat sujud.
3. Lalu Berta’awwudz, membaca basmalah secara
sirriyyah, dan tidak membaca do’a iftitah. Kemudian
dilanjutkan dengan membaca surat al fatihah secara
sirriyyah.
SIFAT SHOLAT JENAZAH (3)
4. Kemudian imam takbir untuk yang kedua kalinya,
seraya mengangkat tangan kemudian membaca
shalawat.
5. Kemudian bertakbir untuk yang ketiga seraya
mengangkat tangan dan berdo’a bagi sang mayit.
Diantara do’a-do’a yang ada adalah:
4. Lalu imam bertakbir untuk yang terakhir, dan diam
sejenak lantas salam seraya memalingkan muka ke
arah kanan satu kali.
MASALAH-MASALAH YANG
BERKAITAN DALAM HAL INI (1)
 Pertama; Hukum sholat jenazah adalah fardhu kifayah.
 Kedua; disyari’atkan sholat jenazah pada setiap:
1. Janin yang gugur berusia empat bulan atau lebih.
2. Orang yang mati Syahid, walupun hukum asalnya tidak disholatkan
akan tetapi bila dilakukan itu lebih utama
3. Orang yang terbunuh karena hukuman had
4. Orang fajir yang banyak melakukan kemaksiatan.
5. Orang yang memiliki hutang dan tidak meninggalkan harta untuk
melunasi hutangnya.
 Ketiga; diharamkan mensholati orang kafir, munafik, dan yang
meninggalkan sholat wajib. Juga tidak boleh merasa kasihan dan
memohonkan ampun bagi mereka.
 Keempat; Yang paling utama untuk mensholati mayit adalah yang diberi
wasiat. Imam masjid dan kerabat keluarga mayit.
 Kelima; Jika hanya terdiri dari seorang ma’mum, maka dia berdiri
dibelakang imam.
MASALAH-MASALAH YANG
BERKAITAN DALAM HAL INI (2)
 Keenam; lebih diutamakan agar mensholati mayit di luar
masjid dan hal ini adalah petunjuk yang sering di
contohkan oleh Rasulullah `. Dan tidak boleh mensholatinya
di antara kuburan, tapi bila sudah dikuburkan maka hal itu
diperbolehkan.
 Ketujuh; tidak boleh mensholati mayit pada tiga waktu
yang terlarang kecuali darurat.
 Kedelapan; Boleh bagi kaum wanita untuk menghadiri
sholat jenazah baik sendiri maupun berjama’ah dengan
syarat tidak sholat di kuburan, karena wanita dilarang
untuk memasukinya.
Menguburkan MayitMenguburkan Mayit
Bagian KelimaBagian Kelima
TATA CARA MEMBAWA JENAZAH
1. Letakkan mayit di atas keranda dengan terlentang di atas
punggungnya.
2. Kemudian ditutup dengan selimut atau kain lainnya yang serupa baik
mayit laki-laki maupun wanita. Lebih disukai apabila mayit wanita
kerandanya ditutup dengan kubah atau kayu.
3. Disunnahkan yang membawa keranda sebanyak empat orang.
4. Disunnahkan untuk bersegera dalam berjalan
5. Dibolehkan bagi yang mengiringi jenazah untuk berjalan di depan,
belakang, samping, atau kirinya.
6. Tidak boleh duduk hingga jenazah diletakkan di atas tanah
7. Disunnahkan bagi yang menghantarkan jenazah untuk khusyu’,
berpikir akan perjalanannya, dan mengambil pelajaran dari kematian,
juga dengan apa yang akan dialami oleh sang mayit. Dan tidak disukai
tertawa, senyum, atau berbicara tentang urusan dunia.
LUBANG KUBUR
1. Disunnahkan memperdalam dan memperluas
kuburan, karena memperdalah kuburan dapat
menahan bau yang tidak enak dari mayit, dan
selamat dari gangguan hewan liar, juga lebih
menjaga mayit.
2. Disunnahkan memperluas kuburan pada bagian
kepala dan kaki.
3. Lebih disukai membuat lahat dari pada syaq.
TATA CARA MENGUBURKAN (1)
1. Masukkan mayit ke dalam kubur melalui bagian kaki kubur,
dengan memasukkan kepala dahulu karena ia adalah bagian tubuh
yang paling mulia. Namun bila hal tersebut tidak memungkinkan,
maka dari jalan mana saja yang mudah dan tidak sulit.
2. Yang memasukkan mayit ke dalam kubur adalah laki-laki dan yang
diberi wasiat lebih berhak untuk hal itu. Bila mayit tidak berwasiat,
maka kerabat terdekatnya.
3. Bila memasukkan mayit wanita maka kuburnya ditutup agar
menghindari dari pandangan yang hadir di saat penguburan dan
memasukkannya ke lahat. Sedangkan bagi mayit laki-laki tidak di
haruskan kecuali bila ada udzur seperti hujan.
4. Letakkan mayit dengan lembut di dalam kubur dengan berbaring di
sisi lambung kanannya karena dia menyerupai orang yang tidur
dan menghadap kiblat.
TATA CARA MENGUBURKAN (2)
5. Kemudian buka dan lepaskan ikatan yang mengikat kafannya dengan tanpa
membuka bagian wajahnya karena yang demikan tidak ada dalilnya dan
tidak pernah dilakukan oleh para shahabat.
6. Dekatkan dan masukkan mayit ke dalam lahat , kemudian tahan dengan
batu atau tanah di depannya dan di pertengahan punggungnya agar ia
tidak berbalik dan jatuh.
7. Kemudian tutup lahat dengan kayu dan tutup celah yang kosong antara
kayu dengan tanah liat agar mayit tidak kejatuhan tanah saat dikubur.
8. Disukai untuk melemparkan tiga kali genggaman tanah dengan kedua
tangannya usai penutupan liang lahat ke arah bagian atas kepala.
9. Masukkan tanah ke dalam kubur dan tinggikan dari atas permukaan tanah
sekedar sejengkal kemudian dibentuk seperti punuk.
10. Perciki kubur dengan air kemudian taburi dengan kerikil agar kubur
menjadi kuat tidak terbawa angin dan aliran air. Kemudian tandai dengan
kayu atau batu pada bagian kepala
11. Dianjurkan setelah itu untuk berdo’a untuk mayit.
Jazakumullahu Khairan Katsiran
LSSI CENTER
‫أليك‬ ‫وأتوب‬ ‫أستغفرك‬ ‫أنت‬ ‫إل‬ ‫لإله‬ ‫أن‬ ‫أشهد‬ ‫وبحمدك‬ ‫اللهم‬ ‫سبحانك‬

More Related Content

What's hot

Makalah fiqihorangsakitdanjenazah
Makalah fiqihorangsakitdanjenazahMakalah fiqihorangsakitdanjenazah
Makalah fiqihorangsakitdanjenazahEen Pahlefi
 
Makalah Fiqh Ibadah Tajhizul Janazah
Makalah Fiqh Ibadah Tajhizul JanazahMakalah Fiqh Ibadah Tajhizul Janazah
Makalah Fiqh Ibadah Tajhizul JanazahDian Oktavia
 
Tata cara penyelenggaraan jenazah lengkap
Tata cara penyelenggaraan jenazah lengkapTata cara penyelenggaraan jenazah lengkap
Tata cara penyelenggaraan jenazah lengkapMuhammad Zain
 
Makalah Tata Cara Memandikan Jenazah
Makalah Tata Cara Memandikan JenazahMakalah Tata Cara Memandikan Jenazah
Makalah Tata Cara Memandikan Jenazahannisadahlan_
 
Presentasi materi merawat jenazah
Presentasi materi merawat jenazahPresentasi materi merawat jenazah
Presentasi materi merawat jenazahIswi Haniffah
 
Tata cara mengubur jenazah dalam Islam
Tata cara mengubur jenazah dalam IslamTata cara mengubur jenazah dalam Islam
Tata cara mengubur jenazah dalam IslamAgoeng R Aiueo
 
Kepedulian umat islam terhadap jenazah
Kepedulian umat islam terhadap jenazahKepedulian umat islam terhadap jenazah
Kepedulian umat islam terhadap jenazahevarahma70
 
Pengurusan jenazah powerpoint
Pengurusan jenazah powerpointPengurusan jenazah powerpoint
Pengurusan jenazah powerpointAhmad Al Boegisy
 
Pengurusan jenazah
Pengurusan jenazahPengurusan jenazah
Pengurusan jenazahummulzahida
 
Pengurusanjenazahpowerpoint 140227053638-phpapp02
Pengurusanjenazahpowerpoint 140227053638-phpapp02Pengurusanjenazahpowerpoint 140227053638-phpapp02
Pengurusanjenazahpowerpoint 140227053638-phpapp02mucham04
 
Power point janazah video jadi sound
Power point janazah video jadi soundPower point janazah video jadi sound
Power point janazah video jadi soundAsikin6
 
Pai kelas XI - kepedulian terhadap jenazah
Pai kelas XI -  kepedulian terhadap jenazahPai kelas XI -  kepedulian terhadap jenazah
Pai kelas XI - kepedulian terhadap jenazahAulia Mardatilla
 
Tata Cara Mengurus Jenazah
Tata Cara Mengurus JenazahTata Cara Mengurus Jenazah
Tata Cara Mengurus JenazahJuaria Muin
 

What's hot (20)

Presentasi jenazah
Presentasi jenazahPresentasi jenazah
Presentasi jenazah
 
Tata Cara Perawatan Jenazah
Tata Cara Perawatan JenazahTata Cara Perawatan Jenazah
Tata Cara Perawatan Jenazah
 
Makalah fiqihorangsakitdanjenazah
Makalah fiqihorangsakitdanjenazahMakalah fiqihorangsakitdanjenazah
Makalah fiqihorangsakitdanjenazah
 
Tata cara pengurusan jenazah
Tata cara pengurusan jenazahTata cara pengurusan jenazah
Tata cara pengurusan jenazah
 
Makalah Fiqh Ibadah Tajhizul Janazah
Makalah Fiqh Ibadah Tajhizul JanazahMakalah Fiqh Ibadah Tajhizul Janazah
Makalah Fiqh Ibadah Tajhizul Janazah
 
Takziah
TakziahTakziah
Takziah
 
Tata cara penyelenggaraan jenazah lengkap
Tata cara penyelenggaraan jenazah lengkapTata cara penyelenggaraan jenazah lengkap
Tata cara penyelenggaraan jenazah lengkap
 
Makalah Tata Cara Memandikan Jenazah
Makalah Tata Cara Memandikan JenazahMakalah Tata Cara Memandikan Jenazah
Makalah Tata Cara Memandikan Jenazah
 
Presentasi materi merawat jenazah
Presentasi materi merawat jenazahPresentasi materi merawat jenazah
Presentasi materi merawat jenazah
 
Sholat Jenazah
Sholat JenazahSholat Jenazah
Sholat Jenazah
 
Kursus jenazah
Kursus jenazahKursus jenazah
Kursus jenazah
 
Tata cara mengubur jenazah dalam Islam
Tata cara mengubur jenazah dalam IslamTata cara mengubur jenazah dalam Islam
Tata cara mengubur jenazah dalam Islam
 
Kepedulian umat islam terhadap jenazah
Kepedulian umat islam terhadap jenazahKepedulian umat islam terhadap jenazah
Kepedulian umat islam terhadap jenazah
 
Perawatan jenazah
Perawatan jenazah Perawatan jenazah
Perawatan jenazah
 
Pengurusan jenazah powerpoint
Pengurusan jenazah powerpointPengurusan jenazah powerpoint
Pengurusan jenazah powerpoint
 
Pengurusan jenazah
Pengurusan jenazahPengurusan jenazah
Pengurusan jenazah
 
Pengurusanjenazahpowerpoint 140227053638-phpapp02
Pengurusanjenazahpowerpoint 140227053638-phpapp02Pengurusanjenazahpowerpoint 140227053638-phpapp02
Pengurusanjenazahpowerpoint 140227053638-phpapp02
 
Power point janazah video jadi sound
Power point janazah video jadi soundPower point janazah video jadi sound
Power point janazah video jadi sound
 
Pai kelas XI - kepedulian terhadap jenazah
Pai kelas XI -  kepedulian terhadap jenazahPai kelas XI -  kepedulian terhadap jenazah
Pai kelas XI - kepedulian terhadap jenazah
 
Tata Cara Mengurus Jenazah
Tata Cara Mengurus JenazahTata Cara Mengurus Jenazah
Tata Cara Mengurus Jenazah
 

Similar to Pelatihan jenazah

MEMANDIKAN JENAZAH - Copy.pptx
MEMANDIKAN JENAZAH - Copy.pptxMEMANDIKAN JENAZAH - Copy.pptx
MEMANDIKAN JENAZAH - Copy.pptxRizkiKurniashih2
 
Pengurusan jenazah satu kefardhuan
Pengurusan jenazah satu kefardhuanPengurusan jenazah satu kefardhuan
Pengurusan jenazah satu kefardhuannasuha79 nas
 
Materi dauroh janaaiz / Memandika Jeazah
Materi dauroh janaaiz / Memandika JeazahMateri dauroh janaaiz / Memandika Jeazah
Materi dauroh janaaiz / Memandika JeazahRatna KP
 
Kaifiah memandikan jenazah
Kaifiah memandikan jenazahKaifiah memandikan jenazah
Kaifiah memandikan jenazahraudatulhusna82
 
Makalah Cara Memandikan Jenazah
Makalah Cara Memandikan JenazahMakalah Cara Memandikan Jenazah
Makalah Cara Memandikan Jenazahannisadahlan_
 
Makalah dirasah islamiyah
Makalah dirasah islamiyahMakalah dirasah islamiyah
Makalah dirasah islamiyahAinul Mukarrob
 
PERAWATAN JENAZAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SMA
PERAWATAN JENAZAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SMA PERAWATAN JENAZAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SMA
PERAWATAN JENAZAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SMA Johan Setiawan
 
Penyelenggaraan jenazah
Penyelenggaraan jenazahPenyelenggaraan jenazah
Penyelenggaraan jenazahamirazzam
 
Adab mendampingi pasien dengan penurunan kesadaran diri
Adab mendampingi pasien dengan penurunan kesadaran diriAdab mendampingi pasien dengan penurunan kesadaran diri
Adab mendampingi pasien dengan penurunan kesadaran diriIzna Adiningsih
 
PPT Pelatihan Jenazah.pptx
PPT Pelatihan Jenazah.pptxPPT Pelatihan Jenazah.pptx
PPT Pelatihan Jenazah.pptxAkhiBaim
 
perawatan-jenazah.ppt
perawatan-jenazah.pptperawatan-jenazah.ppt
perawatan-jenazah.pptgunadi35
 
vdocuments.mx_tata-cara-mengurus-jenazah-5584aa9062247.ppt
vdocuments.mx_tata-cara-mengurus-jenazah-5584aa9062247.pptvdocuments.mx_tata-cara-mengurus-jenazah-5584aa9062247.ppt
vdocuments.mx_tata-cara-mengurus-jenazah-5584aa9062247.pptendrasuseno2
 

Similar to Pelatihan jenazah (20)

MEMANDIKAN JENAZAH - Copy.pptx
MEMANDIKAN JENAZAH - Copy.pptxMEMANDIKAN JENAZAH - Copy.pptx
MEMANDIKAN JENAZAH - Copy.pptx
 
Pengurusan jenazah satu kefardhuan
Pengurusan jenazah satu kefardhuanPengurusan jenazah satu kefardhuan
Pengurusan jenazah satu kefardhuan
 
Merawat jenazah
Merawat jenazahMerawat jenazah
Merawat jenazah
 
Materi dauroh janaaiz / Memandika Jeazah
Materi dauroh janaaiz / Memandika JeazahMateri dauroh janaaiz / Memandika Jeazah
Materi dauroh janaaiz / Memandika Jeazah
 
Pengurusan Jenazah.pptx
Pengurusan Jenazah.pptxPengurusan Jenazah.pptx
Pengurusan Jenazah.pptx
 
materi 5 (Pengurusan Jenazah).pdf
materi 5 (Pengurusan Jenazah).pdfmateri 5 (Pengurusan Jenazah).pdf
materi 5 (Pengurusan Jenazah).pdf
 
Kaifiah memandikan jenazah
Kaifiah memandikan jenazahKaifiah memandikan jenazah
Kaifiah memandikan jenazah
 
Kaifiah memandikan jenazah
Kaifiah memandikan jenazahKaifiah memandikan jenazah
Kaifiah memandikan jenazah
 
Makalah Cara Memandikan Jenazah
Makalah Cara Memandikan JenazahMakalah Cara Memandikan Jenazah
Makalah Cara Memandikan Jenazah
 
Janazah
Janazah Janazah
Janazah
 
Makalah dirasah islamiyah
Makalah dirasah islamiyahMakalah dirasah islamiyah
Makalah dirasah islamiyah
 
PERAWATAN JENAZAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SMA
PERAWATAN JENAZAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SMA PERAWATAN JENAZAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SMA
PERAWATAN JENAZAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SMA
 
Penyelenggaraan jenazah
Penyelenggaraan jenazahPenyelenggaraan jenazah
Penyelenggaraan jenazah
 
Adab mendampingi pasien dengan penurunan kesadaran diri
Adab mendampingi pasien dengan penurunan kesadaran diriAdab mendampingi pasien dengan penurunan kesadaran diri
Adab mendampingi pasien dengan penurunan kesadaran diri
 
PPT Pelatihan Jenazah.pptx
PPT Pelatihan Jenazah.pptxPPT Pelatihan Jenazah.pptx
PPT Pelatihan Jenazah.pptx
 
perawatan-jenazah.ppt
perawatan-jenazah.pptperawatan-jenazah.ppt
perawatan-jenazah.ppt
 
vdocuments.mx_tata-cara-mengurus-jenazah-5584aa9062247.ppt
vdocuments.mx_tata-cara-mengurus-jenazah-5584aa9062247.pptvdocuments.mx_tata-cara-mengurus-jenazah-5584aa9062247.ppt
vdocuments.mx_tata-cara-mengurus-jenazah-5584aa9062247.ppt
 
Fiqih Janaiz.doc
Fiqih Janaiz.docFiqih Janaiz.doc
Fiqih Janaiz.doc
 
Fiqih Janaiz.pdf
Fiqih Janaiz.pdfFiqih Janaiz.pdf
Fiqih Janaiz.pdf
 
Presentation1
Presentation1Presentation1
Presentation1
 

Recently uploaded

Komunikasi massa adalah proses penyampaian pesan kepada khalayak yang luas, u...
Komunikasi massa adalah proses penyampaian pesan kepada khalayak yang luas, u...Komunikasi massa adalah proses penyampaian pesan kepada khalayak yang luas, u...
Komunikasi massa adalah proses penyampaian pesan kepada khalayak yang luas, u...ayinaini27
 
PPT PRINSIP-PRINSIP PEMBELAJARAN DI SEKOLAH DASAR.pptx
PPT PRINSIP-PRINSIP PEMBELAJARAN DI SEKOLAH DASAR.pptxPPT PRINSIP-PRINSIP PEMBELAJARAN DI SEKOLAH DASAR.pptx
PPT PRINSIP-PRINSIP PEMBELAJARAN DI SEKOLAH DASAR.pptxsrirahayu566632
 
"PPT K1_pengantar komunikasi pendidikan"
"PPT K1_pengantar komunikasi pendidikan""PPT K1_pengantar komunikasi pendidikan"
"PPT K1_pengantar komunikasi pendidikan"bayuputra151203
 
Wawancara dan Observasi alat non tes bimbingan konseling
Wawancara dan Observasi alat non tes bimbingan konselingWawancara dan Observasi alat non tes bimbingan konseling
Wawancara dan Observasi alat non tes bimbingan konselingalisudrajat22
 
Peran CSR Dalam Pembangunan ( Paparan Kendari 2024).pptx
Peran CSR Dalam Pembangunan ( Paparan Kendari 2024).pptxPeran CSR Dalam Pembangunan ( Paparan Kendari 2024).pptx
Peran CSR Dalam Pembangunan ( Paparan Kendari 2024).pptxJeckyReyhanAditya
 
Pert 1(definisi-elemen perancangan kota).pptx
Pert 1(definisi-elemen perancangan kota).pptxPert 1(definisi-elemen perancangan kota).pptx
Pert 1(definisi-elemen perancangan kota).pptxkrisddaparchitect
 
TEKNIK WAWANCARA dalam ilmu komunikasi.ppt
TEKNIK WAWANCARA dalam ilmu komunikasi.pptTEKNIK WAWANCARA dalam ilmu komunikasi.ppt
TEKNIK WAWANCARA dalam ilmu komunikasi.pptssuserd13850
 
ppt-bab-8-adab-menggunakan-media-sosial.pdf
ppt-bab-8-adab-menggunakan-media-sosial.pdfppt-bab-8-adab-menggunakan-media-sosial.pdf
ppt-bab-8-adab-menggunakan-media-sosial.pdfimad362574
 

Recently uploaded (8)

Komunikasi massa adalah proses penyampaian pesan kepada khalayak yang luas, u...
Komunikasi massa adalah proses penyampaian pesan kepada khalayak yang luas, u...Komunikasi massa adalah proses penyampaian pesan kepada khalayak yang luas, u...
Komunikasi massa adalah proses penyampaian pesan kepada khalayak yang luas, u...
 
PPT PRINSIP-PRINSIP PEMBELAJARAN DI SEKOLAH DASAR.pptx
PPT PRINSIP-PRINSIP PEMBELAJARAN DI SEKOLAH DASAR.pptxPPT PRINSIP-PRINSIP PEMBELAJARAN DI SEKOLAH DASAR.pptx
PPT PRINSIP-PRINSIP PEMBELAJARAN DI SEKOLAH DASAR.pptx
 
"PPT K1_pengantar komunikasi pendidikan"
"PPT K1_pengantar komunikasi pendidikan""PPT K1_pengantar komunikasi pendidikan"
"PPT K1_pengantar komunikasi pendidikan"
 
Wawancara dan Observasi alat non tes bimbingan konseling
Wawancara dan Observasi alat non tes bimbingan konselingWawancara dan Observasi alat non tes bimbingan konseling
Wawancara dan Observasi alat non tes bimbingan konseling
 
Peran CSR Dalam Pembangunan ( Paparan Kendari 2024).pptx
Peran CSR Dalam Pembangunan ( Paparan Kendari 2024).pptxPeran CSR Dalam Pembangunan ( Paparan Kendari 2024).pptx
Peran CSR Dalam Pembangunan ( Paparan Kendari 2024).pptx
 
Pert 1(definisi-elemen perancangan kota).pptx
Pert 1(definisi-elemen perancangan kota).pptxPert 1(definisi-elemen perancangan kota).pptx
Pert 1(definisi-elemen perancangan kota).pptx
 
TEKNIK WAWANCARA dalam ilmu komunikasi.ppt
TEKNIK WAWANCARA dalam ilmu komunikasi.pptTEKNIK WAWANCARA dalam ilmu komunikasi.ppt
TEKNIK WAWANCARA dalam ilmu komunikasi.ppt
 
ppt-bab-8-adab-menggunakan-media-sosial.pdf
ppt-bab-8-adab-menggunakan-media-sosial.pdfppt-bab-8-adab-menggunakan-media-sosial.pdf
ppt-bab-8-adab-menggunakan-media-sosial.pdf
 

Pelatihan jenazah

  • 1. PELAJARAN & PRAKTEKPELAJARAN & PRAKTEK PENGURUSAN JENAZAHPENGURUSAN JENAZAH SESUAI AL-QUR’AN DAN AS-SUNNAHSESUAI AL-QUR’AN DAN AS-SUNNAH LSSI CENTER BAGAIMANABAGAIMANA MENGURUSMENGURUS JENAZAH?JENAZAH?
  • 3. MENU:  Bagian PertamaBagian Pertama Keutamaan Menjenguk Orang Yang Sakit  BagianBagian KeduaKedua Keutamaan Memandikan Jenazah  BagianBagian KetigaKetiga Mengkafani Mayit  BagianBagian KeempatKeempat Shalat Jenazah  BagianBagian KelimaKelima Menguburkan Mayit
  • 4. Keutamaan Menjenguk OrangKeutamaan Menjenguk Orang Yang SakitYang Sakit Bagian PertamaBagian Pertama
  • 5. APA YANG DISYARIATKAN BAGI YANG SAKIT (1) 1. Ridho dan sabar terhadap ketentuan Allah. Dan yang dimaksud dengan sabar adalah menahan jiwa dari penderitaan, menahan lisan dari mengumpat, serta menahan anggota tubuh dari merusak atau merobek- robek pakaian dan yang semisalnya. (2: 155-156) 2. Berbaik sangka kepada Allah SWT. 3. Hendaknya ia berada dalam kondisi antara rasa takut dan harap. Takut akan hukuman Allah terhadap dosa- dosanya dan mengharapkan rahmat Rab-nya. Dan ketika menjelang kematiannya, pengharapannya kepada Allah lebih mendominasi. 4. Betapapun berat dan kerasnya sakit yang diderita, namun tetap tidak boleh mengharapkan kematian. 5. Dianjurkan untuk memperbanyak taubat dan memohon ampunan.
  • 6. APA YANG DISYARIATKAN BAGI YANG SAKIT (2) 6. Diharamkan berobat dengan yang dapat merusak aqidah, seperti menggantungkan jampi-jampi yang mengandung kalimat-kalimat syirik atau nama-nama yang asing. Begitu pula tidak diperbolehkan berobat kepada dukun dan tukang sihir. 7. Dianjurkan untuk berobat dengan ruqyah yang disyari’tkan, seperti dari al Qur’an dan sebagian do’a-do’a dari nabi yang shahih. Ibnu Qayyim berkata; yang termasuk pengobatan yang paling tepat adalah: melakukan kebaikan, berdzikir, dan berdo’a. Juga tunduk kepada Allah dengan taubat. Maka pengaruhnya adalah lebih besar dibandingkan obat yang ada. Akan tetapi semua itu tergantung kesiapan jiwa dan penerimaannya. 8. Dibolehkan berobat dengan obat-obat yang mubah. 9. Bila ada hak yang harus ditunaikan maka sampaikanlah kepada teman atau saudaranya bila hal itu memudahkannya, namun bila tidak maka berwasiatlah. 10. Menulis wasiat.
  • 7. ADAB MENJENGUK ORANG SAKIT 1. Dekat dan duduk di samping kepala yang sakit. 2. Menanyakan keadaannya. 3. Menanyakan keinginannya. 4. Mengusap tubuh yang sakit dengan tangan kanan 5. Mendoakannya. 6. Tidak termasuk petunjuk Rasulullah SAW menjadikan hari atau waktu tertentu untuk mengunjungi yang sakit tetapi bisa dilakukan kapan saja.
  • 8. TANDA-TANDA SAKARATUL MAUT 1. Ujung jemari kaki berubah dingin; karena ruh pertama kali keluar adalah melalui kaki dan hal ini diketahui berdasarkan penelitian kebanyakan orang yang sedang sakaratul maut. 2. Dahi Mengeluarkan Keringat. 3. Gelisah dan takut disaat melihat turunnya malaikat maut dan terkadang pingsan dikarenakan kerasnya sakaratul maut. 4. Bunyi kerongkongan dan dada karena nafas dan ruh yang akan keluar.
  • 9. HAL-HAL YANG DIHARUSKAN BAGI KERABAT MAYIT  Menghadapkannya ke arah kiblat  Mentalkinkan dengan kalimat syahadat.
  • 10. TATA CARA TALKIN 1. Tuangkan beberapa tetes air ke bibir dan kerongkongannya, agar memudahkannya untuk mengucapkan syahadat. Bisa dengan menggunakan siwak, kain, atau kapas. 2. Usap wajah dan keningnya dengan kain basah. 3. Bersiwak bila memungkinkan. 4. Duduk disamping kepalanya seraya mentalkinkannya dengan kalimat syahadat.
  • 11. HAL-HAL YANG HARUS DIJAGA DAN DIPERHATIKAN (1) 1. Apabila orang tersebut mengulang-ulang syahadat, maka tidak perlu ditalkinkan. 2. Apabila telah mengucapkan kalimat syahadat, maka jangan ditalkinkan lagi kecuali bila ia mengucapkan kalimat lain atau pingsan. 3. Tidak disukai mentalkinkan orang yang sedang sakaratul maut dengan merengek-rengek lebih dari tiga kali. 4. Apabila menggerakkan jari telunjuknya dan memberikan isyarat syahadat, maka tidak ditalkinkan dan hal ini apabila ia tidak mampu mengucapkannya. 5. Mendo’akannya dan orang disekitarnya tidak berkata kecuali yang baik saja.
  • 12. HAL-HAL YANG HARUS DIJAGA DAN DIPERHATIKAN (2) 6. Melihat keadaan orang tersebut. Apabila ia adalah orang yang memiliki iman yang kuat atau orang kafir, maka ditalkinkan dengan cara pertama (perintah). Namun apabila muslim yang lemah imannya, menggunakan cara yang kedua (bimbing). 7. Tidak mengapa seorang muslim mengunjungi orang kafir saat sakaratul maut untuk menawarkan keislaman kepadanya. 8. Tidak mengkhususkan membaca surat Yasin, sebagaimana yang dilakukan oleh sebagian orang. Akan tetapi boleh dibacakan surat-surat lain dari al Qur’an untuk mengingatkannya dan melembutkan hatinya.
  • 13. TANDA-TANDA KEMATIAN 1. Terbelalak dan terbaliknya mata, karena mata mengikuti arah ruh ketika keluar dari jasad. 2. Berubahnya batang hidung ke kanan atau ke kiri. 3. Berpautnya betis antara satu dengan yang lainnya. 4. Turunnya rahang. 5. Jantung atau nadi berhenti berdetak. 6. Terlepasnya persendian tulang. 7. Kulit menjadi tegang terutama di bawah ketiak. 8. Suhu tubuh menjadi dingin seluruhnya. 9. Tubuh menjadi keras dan kaku terutama apabila ia telah meninggal cukup lama. 10. Perubahan dalam bau. 11. Hilangnya tanda hitam pada mata, terutama pada Mayit dewasa.
  • 14. HAL-HAL YANG HARUS DILAKUKAN SETELAH MENINGGAL (1) 1. Memejamkan kedua matanya. 2. Mengikat kedua bibirnya. 3. Menggerak-gerakkan dan melemaskan persendian hingga tidak menjadi kaku dan keras. 4. Mengikat kedua kakinya agar tidak keluar kotoran dari duburnya. 5. Melepaskan pakaiannya dengan tetap menjaga auratnya dan tidak melihat kepada aurat si mayit. 6. Meletakkan sesuatu yang berat di atas perutnya agar tidak kembung.
  • 15. HAL-HAL YANG HARUS DILAKUKAN SETELAH MENINGGAL (2) 7. Meletakkannya di atas ranjang atau tempat yang tinggi agar tubuh mayit tidak terpengaruh dengan tanah atau lantai yang dingin atau basah. 8. Menutupi mayit dengan kain, kecuali orang yang meninggal dalam keadaan ihram. 9. Berdo’a untuk mayit. 10. Hendaknya bagi keluarga yang ditinggalkan untuk bersabar dan ridho dengan ketentuan Allah swt. 11. Mengucapkan kalimat istirja’ 12. Tidak menyebutnya kecuali dengan kebaikan. 13. Melunasi hutang-hutangnya.
  • 16. HAL-HAL YANG HARUS DILAKUKAN SETELAH MENINGGAL (3) 14. Bersegera mempersiapkan pengurusannya berupa memandikan, mengkafani, mensholati, dan menguburkannya. 15. Dikuburkan di tempat dia meninggal dan tidak memindahkannya ke tempat yang lain karena bertentangan dengan perintah untuk menyegerakannya. 16. Memberitahukan kerabatnya untuk menghadiri sholat dan mengurus jenazahnya. 17. Dianjurkan bagi yang mendengar atau diberitahukan kabar kematiannya untuk memdo’akan serta memohonkan ampun baginya. 18. Menyegerakan wasiatnya.
  • 17. HAL-HAL YANG DIHARAMKAN ATAS KERABAT MAYIT 1. Meratapi mayit. 2. Memukul-mukul pipi dan merobek-robek baju api Mayit. 3. Mencukur rambut kepala. 4. Menguraikan rambut atau membiarkan rambut lebat (gondrong). 5. Menyebarkan berita kematian melalui pengeras suara atau di jalan-jalan dan pasar karena yang demikian termasuk an Na’yu (menyebarluaskan berita). Namun apabila memberitahukan kerabatnya atau jama’ah untuk membantu mengurusi jenazahnya, maka yang demikian itu tidak termasuk an Na’yu yang dilarang. Bahkan terkadang pula menyebarluaskan berita kematian menjadi wajib jika tidak ada orang yang bisa mengurus jenazahnya.
  • 19. SYARAT-SYARAT YANG MEMANDIKAN 1. Islam 2. Berakal 3. Terpercaya dan Amanah 4. Mengetahui tentang hukum-hukum syar’i yang berkaitan dengan pengurusan jenazah 5. Merahasiakan apa yang telah dilihat dari mayit hal-hal yang kurang disenangi.
  • 20. HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN 1. Yang paling utama untuk memandikan mayit adalah yang diberi wasiat, kemudian kerabat yang lebih dekat dan seterusnya. 2. Tidak lebih dari tiga orang. 3. Diutamakan dua orang yang memiliki pengetahuan tentang memandikan mayit dan yang ketiga dipilih dari kerabatnya yang terlihat tanda-tanda lalai dan sering berbuat maksiat. 4. Tidak disyaratkan bersuci bagi yang memandikan mayit, seandainya seorang wanita haid memandikan mayit maka itu boleh. Namun tetap lebih diutamakan dalam keadaan bersuci. 5. Memandikan mayit tidak membatalkan wudhu, kecuali apabila ia menyentuh kemaluan sang mayit tanpa penghalang. Dan menurut pendapat yang kuat dari kalangan ahli ilmu tidak wajib baginya untuk mandi, namun disunnahkan saja untuk wudhu dan mandi. 6. Menggunakan air yang suci dan dibolehkan secara syar’i yang disesuaikan dengan suhu cuaca.
  • 21. SYARAT-SYARAT TEMPAT MEMANDIKAN MAYIT 1. Suci dan bersih, maka jangan memandikan mayit di kamar mandi atau wc karena ia adalah tempat kotoran. Juga malaikat terganggu dengannya juga menyepelekan mayit. 2. Tempatnya tertutup atap dan dindingnya. 3. Tidak terdapat gambar-gambar dan patung- patung makhluk yang bernyawa.
  • 22. ALAT-ALAT YANG DIBUTUHKAN  Sarung tangan  Masker  Celemek  Sepatu bot  Kain penutup  Handuk
  • 23. TATA CARA MEMANDIKAN (1) 1. Letakkan mayit di atas tempat pemandian, kemudian lepaskan pakaiannya dengan tetap menjaga dan menutup auratnya dari pusar hingga lutut. Mulailah dengan mendudukkan mayit dengan lembut kemudian dengan tangan kanan tekanlah dengan lembut perut sang mayit seraya di urut-urut dengan perlahan tiga atau lima kali untuk mengeluarkan sisa kotoran yang ada. 2. Mulailah dengan mewudhukan mayit seperti wudhunya shalat. 3. Setelah selesai, mulai dengan pemandian pertama yaitu dengan menggunakan air yang dicampur daun bidara hingga berbusa. Dengan takaran dewasa kirar-kira 1 ember air ditambah 2 ½ sloki daun bidara atau 1 cangkir. Dan apabila jenazahnya anak kecil setengah dari takaran dewasa. 4. Mulai dengan membasuh kepala, wajah, dada, dan ketiak mayit sebanyak tiga kali. 5. Setelah itu mulai dengan bagian sisi kanan mayit. Membasuh tangan mulai dari pangkal hingga pergelangan tangan, pundak, pinggang, hingga betis kanannya. Dan tuangkan air dari atas dan bawah kain penutup dengan tanpa membukanya dan hal serupa dilakukan pada sisi yang kiri. Posisi mayit masih dalam keadaan terlentang.
  • 24. TATA CARA MEMANDIKAN (2) 7. Kemudian mayit dibalikkan dengan posisi bertumpu pada sisi kiri hingga punggung, pinggang, paha dan betis kanannya bisa dibersihkan dan mayit tidak boleh ditelungkupkan. Hal serupa pula dilakukan pada sisi kiri mayit. 8. Setelah itu tuangkan air ke seluruh badan mulai dari kepala hingga kaki dan mayit dalam keadaan terlentang. 9. Kemudian lakukan hal tersebut untuk kedua kalinya dan untuk yang ketiga menggunakan air yang dicampur dengan kapur barus. Apabila terlihat kurang bersih, maka hal itu bisa dilakukan lima atau tujuh kali sesuai kebutuhan dan semuanya kembali kepada ijtihad yang memandikan. 10. Setelah selesai keringkan dengan kain atau handuk seluruh tubuhnya kemudian ganti kain penutupnya dengan yang baru dan kering dan tetap menjaga aurat sang mayit. 11. Lalu pindahkan mayit dengan baik ke tempat pengkafanan. 12. Untuk memandikan jenazah wanita lalukan hal yang serupa sebagaimana jenazah pria, hanya saja setelah selesai memandikan rambutnya digerai dan disisir kemudian dikepang menjadi tiga bagian serta dikebelakangkan.
  • 25.
  • 26. MASALAH-MASALAH YANG BERKAITAN DENGAN INI  Pertama; Diharamkan bagi laki-laki memandikan mayit perempuan begitu pula sebaliknya kecuali dalam beberapa keadaan berikut ini:  Suami isteri.  Wanita yang sedang ditalaq raj’i maka boleh baginya memandikan mayit suaminya atau sebaliknya.  Mayit anak berusia di bawah tujuh tahun, maka boleh wanita dewasa memandikan anak laki seusia tersebut begitu pula sebaliknya. Perhatian:  Anak usia dibawah tujuh tahun tidak memiliki aurat, maka dibolehkan melihat dan membersihkannya tanpa penghalang.  Terkadang ada anak wanita di bawah usia tujuh tahun memiliki tubuh yang besar hingga nampak padanya beberapa hal yang dapat menimbulkan fitnah. Oleh karena itu lebih utama dimandikan oleh wanita.  Seandainya ada seorang wanita yang meninggal di tengah-tengah kaum pria dan tidak ada wanita lain bersamanya, maka mayit tersebut ditayamumkan. Begitu pula sebaliknya.
  • 27. MASALAH-MASALAH YANG BERKAITAN DENGAN INI  Kedua; Apabila ada seorang wanita hamil kemudian dia mengalami keguguran, apa yang harus dilakukan?  Apabila usia janin tersebut empat bulan atau lebih, maka dia dimandikan, dikafani, dan dishalatkan. Bahkan termasuk dari sunnah dia diberi nama dan diaqiqahi. Adapun apabila usianya kurang dari empat bulan, maka tidak perlu dimandikan dan dikafani tapi cukup dibungkus dengan kain putih dan dikuburkan di pekuburan. Karena janin tersebut belum di tiupkan ruh ke dalamnya sehingga diperlakukan seperti anggota bagian tubuh yang lainnya.
  • 28. MASALAH-MASALAH YANG BERKAITAN DENGAN INI  Ketiga; Apabila seorang wanita hamil meninggal maka diharamkan membedah perutnya dan mengeluarkan bayinya. Karena biasanya bayi akan segera meninggal setelah ibunya meninggal satu atau dua jam setelahnya, maka sang ibu dimandikan sebagaimana mestinya. Adapun apabila dokter telah memastikan bahwa bayi yang ada dalam kandungan ibunya hidup, maka boleh mengeluarkannya dengan mengupayakannya dahulu melalui jalan keluarnya. Namun bila tidak bisa, boleh dengan alternatif lain dengan azas lemah lembut dan tidak menyakiti sang ibu serta atas dasar pertimbangan dokter.
  • 29. MASALAH-MASALAH YANG BERKAITAN DENGAN INI  Keempat; Orang kafir, murtad, dan meninggal shalat selamanya tidak dimandikan, tidak dikafani, dan tidak dishalatkan, serta tidak boleh dikuburkan di pekuburan orang muslim. Kecuali apabila tidak ada orang yang mengkafaninya, maka ia di kubur dengan pasir di tempat yang jauh.  Kelima; Orang yang terbunuh dengan qishash atau had, seperti; muhshan yang berzina atau terbunuh karena dzalim, atau orang yang bunuh diri. Semuanya dimandikan, dikafani, dishalatkan dan dikuburkan di pekuburan muslim karena mereka adalah pelaku dosa besar dan tidak keluar dari Islam.
  • 30. MASALAH-MASALAH YANG BERKAITAN DENGAN INI  Keenam; Orang yang berihram dan haji apabila meninggal cukup dimandikan dengan air dan daun bidara saja, tidak diberi minyak wangi, dan tidak ditutupi kepalanya, serta dikafani dengan pakaiannya.  Ketujuh; Memandikan anggota bagian tubuh mayit yang wajib hanyalah satu kali.
  • 31. MASALAH-MASALAH YANG BERKAITAN DENGAN INI  Kedelapan; Apabila keluar sesuatu dari perut mayit pada pertengahan atau sesudah mandi, maka hal ini tidak terlepas dari empat keadaan berikut ini:  Apabila keluar sesuatu dari dua lubang di sela-sela memandikan, maka cukup mandikan atau bersihkan tempat keluarnya kemudian diwudhukan dan mandikan hingga lima kali. Dan apabila masih keluar najis setelah itu, wudhukan kemudian mandikan hingga tujuh kali dan sumbat dengan kapas atau kain.  Apabila keluar sesuatu dari perutnya setelah dimandikan, maka cukuplah hanya dengan mewudhukannya saja.  Apabila keluar sesuatu dari perutnya setelah dikafani. Apabila yang keluarnya sedikit, maka tidak perlu diulang wudhu dan mandinya. Tapi cukup tempat keluarnya kotoran tadi dicuci kafannya, namun apabila yang keluar banyak dan kotor maka mandinya harus diulang.  Adapun apabila keluar sesuatu dari selain dua jalah, seperti muntah, darah, atau yang lainnya, maka tidak perlu diulang tapi cukup dicuci tempatnya yang kotor. Namun bila yang keluar banyak dan menyebabkan kotor, mandi dan wudhunya perlu diulang.
  • 32. MASALAH-MASALAH YANG BERKAITAN DENGAN INI  Kesembilan: Jenazah yang syahid dalam peperangan tidak dimandikan dan tidak dikafani. Namun jika terkena luka pada waktu perang kemudian semapat dirawat sehari atau beberapa hari lantas meninggal, maka mayitnya diperlakukan sebagaiman lainnya.  Kesepuluh; Jika ada sebagian anggota badan yang terpotong, maka cukup dibungkus dengan kain putih kemudian dikuburkan tanpa harus dicuci dan disholatkan.  Kesebelas; Dimakruhkan berdebat dan meninggikan suara ketika memandikan.  Keduabelas; Jika ada anggota tubuh mayit yang terputus seperti kaki atau tangan, maka anggota yang terputus tersebut diletakkan ditempat asalnya dan dicuci sebagaimana yang lainnya.  Ketigabelas; Dimakruhkan memberikan bayaran kepada yang memandikan, tapi apabila dibutuhkan maka cukup mengambil dari baitul maal.   Keempatbelas; Apabila tidak terdapat daun bidara, maka dapat menggantinya dengan yang semisal seperti sabun mandi atau shampo yang biasa dipakai untuk bersuci atau mandi.
  • 34. HAL-HAL YANG DIANJURKAN 1. Hendaknya kain kafan yang digunakan bagi Mayit laki- laki sebanyak tiga lapis. Sedangkan bagi wanita sebanyak lima lapis terdiri dari sarung, ghamis, khimar, dan dua helai kain, 2. Menggunakan kain yang bersih dan baik serta menutup seluruh tubuh. 3. Menggunakan kain yang berwarna putih. 4. Memberikan wewangian. 5. Tidak berlebih-lebihan dalam kain kafan 6. Menaburi kain kafan dengan kafur. 7. Hendaknya kain kafan yang terbaik diletakkan dibagian atas.
  • 35.
  • 36. TATA CARA MENGKAFANI (1) 1. Cara mengukur kain kafan; Panjang: Ukur panjang mayit dengan meteran dari mulai ujung kepala hingga ujung kaki dengan melebihkannya kira-kira 60 cm. Contoh: seandainya panjang mayit 180 cm, maka di tambah 60 cm sehingga keseluruhan panjang 240 cm. Penambahan panjang kain disesuaikan agar dapat mengikat ujung kepala dan ujung kaki. Lebar: Ukur lebar mayit mulai dari ujung bahu kanan mayit hingga ujung kiri kemudian hasil pengukuran dikalikan tiga. Contoh: jika lebar mayit 30 cm, maka lebar kain yang dibutuhkan 30 x 3 = 90 cm. Perhatian;  Biasanya kain kafan berbeda-beda ukuran penjualannya di pasar, maka harus dipastikan kembali ukuran yang dibutuhkan dan sesuai dengan mayit agar tidak merepotkan yang mengkafaninya. Dan yang paling ideal adalah kain dengan ukuran panjang 280 cm dan lebar 180 cm untuk memudahkan dipotong sesuai dengan ukuran yang dibutuhkan.  Membuat kira-kira tujuh ikatan dari kain kafan yang panjangnya sesuai dengan lebar kain yang telah diukur sesuai kebutuhan mayit. Lebar ikatan kira-kira 10 cm.  Membuat popok yang gunanya untuk menjaga kotoran yang dikhawatirkan keluar dari mayit. Dengan lebar kira-kira 30 cm dan panjang kira-kira 100 cm.
  • 37. TATA CARA MENGKAFANI (2) 2. Siapkan keranda dekat dengan tempat pemandian, kemudian letakkan ikatan yang sudah dipersiapkan di atas keranda dengan jumlah ganjil. Simpat di daerah kepala, dada, perut, paha, lutut, dan kaki. 3. Kemudian letakan lipatan kain pertama, dan dianjurkan kain yang terbaik dan yang paling bersih untuk memperlihatkan kepada manusia dengan gambaran yang baik dan indah. Pada bagian kepala dilebihkan kira-kira 40 cm dan bagian kaki 20 cm. 4. Kemudian letakan lipatan kedua dan ketiga di atas lipatan yang pertama dengan cara yang serupa. Lalu letakkan popok yang telah dipersiapkan di atas kafan dekat dengan daerah dubur dan selangkangan. Lalu tambahkan kapas di atasnya. 5. Kain kafan yang telah siap kemudian ditaburi dengan wewangingan dan kapur barus. Kemudian setelah itu letakkan mayit di atasnya dengan hati-hati dan tetap menjaga auratnya. Letakkan kepala pada bagian yang telah dilebihkan serta duburnya di atas pokok. 6. Kemudian buka kedua kakinya untuk meng ikat popok yang telah siap diantara dua kakinya dan perutnya. Lakukan hal itu dibawah kain penutup agar aurat mayit tetap terjaga. Setelah selesai satukan kembali kedua kakinya.
  • 38. TATA CARA MENGKAFANI (3) 7. Lalu oleskan minyak wangi pada tubuh mayit dan yang dianjurkan adalah pada tujuh anggota sujud (kening, lutut, telapak kaki, telapak tangan, hidung), dan disela-sela persendian. 8. Lalu ambil ujung kain yang pertama (paling bawah/dalam) arah kanan kemudian lipat kesebelah kiri secara bersamaan mulai dari kaki hingga kepala. Setelah itu pegang ujungnya dengan kuat dan lipat atau putar. Lalu pegang lipatan ujung kain dengan tangan kiri, lalu ambil kain yang kedua dan lakukan seperti yang pertama, begitu juga dengan kain yang ketiga. 9. Kemudian ikat dengan kuat dan jadikan ikatannya disebelah sisi kiri mayit. Dan setelah itu selimut mayit yang telah dikafani agar benar-benar tertutup dan terjaga sebelum dikuburkan. 10. Untuk wanita lakukan hal yang serupa bila tidak terdapat 5 helai kain yang dibutuhkan, karena mengkafani mayit wanita dengan 5 helai kain tidak memiliki dalil yang shahih.
  • 39.
  • 40. HAL-HAL YANG BERKAITAN DGN MASALAH INI  Pertama; Yang wajib dalam kain kafan bagi laki-laki dan wanita adalah satu helai akan tetapi yang sunnah dan lebih utama adalah untuk laki-laki tiga helai dan untuk wanita lima helai. Dan dimakruhkan melebihi batasan tersebut.  Kedua; Yang paling utama mengkafani adalah yang diberi wasiat kemudian kerabat terdekat dan selanjutnya.  Ketiga; Membeli kain kafan dengan harta si mayit, kalau tidak ada maka yang keluarga yang menanggungnya, dan bila tidak ada juga di ambil dari harta kaum muslimin.  Keempat; Dimakruhkan memberi kain kapan dari wol atau rambut, atau kain yang dicelup warna kuning. Dan diharamkan mengkafani mayit dengan kulit.  Kelima; Para ulama membeci membakar kain kafan.  Keenam; Dilarang memasukkan wewangian atau kafur ke dalam mata mayit.  Ketujuh; Disunnahkan bilangan ikatan berjumlah ganjil.  Kedelapan; Untuk mayit anak laki-laki menggunakan tiga helai kain, sedangkan untuk anak perempuan dua helai kain dan satu ghamis.  Kesembilan; Bila kain kafan tidak mencukupi, maka tutup bagian kepalanya sedang sisanya di tutup dengan ilalang atau rumput.
  • 42. SIFAT SHOLAT JENAZAH (1) 1. Letakkan jenazah dihadapan imam, maka imam berdiri dihadapan kepala mayit jika ia laki-laki dan berada disebelah kanan imam. Dan jika mayit itu perempuan, imam berdiri di tengah- tengah mayit. Kemudian ma’mum berdiri dibelakang imam.
  • 43. SIFAT SHOLAT JENAZAH (2) 2. Imam Bertakbiratul ihram dengan mengangkat kedua tangannya, kemudian meletakkan tangan kanan di atas tangan kiri di atas dada. Kepala menunduk dan pandangan tertuju kepada tempat sujud. 3. Lalu Berta’awwudz, membaca basmalah secara sirriyyah, dan tidak membaca do’a iftitah. Kemudian dilanjutkan dengan membaca surat al fatihah secara sirriyyah.
  • 44. SIFAT SHOLAT JENAZAH (3) 4. Kemudian imam takbir untuk yang kedua kalinya, seraya mengangkat tangan kemudian membaca shalawat. 5. Kemudian bertakbir untuk yang ketiga seraya mengangkat tangan dan berdo’a bagi sang mayit. Diantara do’a-do’a yang ada adalah: 4. Lalu imam bertakbir untuk yang terakhir, dan diam sejenak lantas salam seraya memalingkan muka ke arah kanan satu kali.
  • 45. MASALAH-MASALAH YANG BERKAITAN DALAM HAL INI (1)  Pertama; Hukum sholat jenazah adalah fardhu kifayah.  Kedua; disyari’atkan sholat jenazah pada setiap: 1. Janin yang gugur berusia empat bulan atau lebih. 2. Orang yang mati Syahid, walupun hukum asalnya tidak disholatkan akan tetapi bila dilakukan itu lebih utama 3. Orang yang terbunuh karena hukuman had 4. Orang fajir yang banyak melakukan kemaksiatan. 5. Orang yang memiliki hutang dan tidak meninggalkan harta untuk melunasi hutangnya.  Ketiga; diharamkan mensholati orang kafir, munafik, dan yang meninggalkan sholat wajib. Juga tidak boleh merasa kasihan dan memohonkan ampun bagi mereka.  Keempat; Yang paling utama untuk mensholati mayit adalah yang diberi wasiat. Imam masjid dan kerabat keluarga mayit.  Kelima; Jika hanya terdiri dari seorang ma’mum, maka dia berdiri dibelakang imam.
  • 46. MASALAH-MASALAH YANG BERKAITAN DALAM HAL INI (2)  Keenam; lebih diutamakan agar mensholati mayit di luar masjid dan hal ini adalah petunjuk yang sering di contohkan oleh Rasulullah `. Dan tidak boleh mensholatinya di antara kuburan, tapi bila sudah dikuburkan maka hal itu diperbolehkan.  Ketujuh; tidak boleh mensholati mayit pada tiga waktu yang terlarang kecuali darurat.  Kedelapan; Boleh bagi kaum wanita untuk menghadiri sholat jenazah baik sendiri maupun berjama’ah dengan syarat tidak sholat di kuburan, karena wanita dilarang untuk memasukinya.
  • 48. TATA CARA MEMBAWA JENAZAH 1. Letakkan mayit di atas keranda dengan terlentang di atas punggungnya. 2. Kemudian ditutup dengan selimut atau kain lainnya yang serupa baik mayit laki-laki maupun wanita. Lebih disukai apabila mayit wanita kerandanya ditutup dengan kubah atau kayu. 3. Disunnahkan yang membawa keranda sebanyak empat orang. 4. Disunnahkan untuk bersegera dalam berjalan 5. Dibolehkan bagi yang mengiringi jenazah untuk berjalan di depan, belakang, samping, atau kirinya. 6. Tidak boleh duduk hingga jenazah diletakkan di atas tanah 7. Disunnahkan bagi yang menghantarkan jenazah untuk khusyu’, berpikir akan perjalanannya, dan mengambil pelajaran dari kematian, juga dengan apa yang akan dialami oleh sang mayit. Dan tidak disukai tertawa, senyum, atau berbicara tentang urusan dunia.
  • 49. LUBANG KUBUR 1. Disunnahkan memperdalam dan memperluas kuburan, karena memperdalah kuburan dapat menahan bau yang tidak enak dari mayit, dan selamat dari gangguan hewan liar, juga lebih menjaga mayit. 2. Disunnahkan memperluas kuburan pada bagian kepala dan kaki. 3. Lebih disukai membuat lahat dari pada syaq.
  • 50. TATA CARA MENGUBURKAN (1) 1. Masukkan mayit ke dalam kubur melalui bagian kaki kubur, dengan memasukkan kepala dahulu karena ia adalah bagian tubuh yang paling mulia. Namun bila hal tersebut tidak memungkinkan, maka dari jalan mana saja yang mudah dan tidak sulit. 2. Yang memasukkan mayit ke dalam kubur adalah laki-laki dan yang diberi wasiat lebih berhak untuk hal itu. Bila mayit tidak berwasiat, maka kerabat terdekatnya. 3. Bila memasukkan mayit wanita maka kuburnya ditutup agar menghindari dari pandangan yang hadir di saat penguburan dan memasukkannya ke lahat. Sedangkan bagi mayit laki-laki tidak di haruskan kecuali bila ada udzur seperti hujan. 4. Letakkan mayit dengan lembut di dalam kubur dengan berbaring di sisi lambung kanannya karena dia menyerupai orang yang tidur dan menghadap kiblat.
  • 51. TATA CARA MENGUBURKAN (2) 5. Kemudian buka dan lepaskan ikatan yang mengikat kafannya dengan tanpa membuka bagian wajahnya karena yang demikan tidak ada dalilnya dan tidak pernah dilakukan oleh para shahabat. 6. Dekatkan dan masukkan mayit ke dalam lahat , kemudian tahan dengan batu atau tanah di depannya dan di pertengahan punggungnya agar ia tidak berbalik dan jatuh. 7. Kemudian tutup lahat dengan kayu dan tutup celah yang kosong antara kayu dengan tanah liat agar mayit tidak kejatuhan tanah saat dikubur. 8. Disukai untuk melemparkan tiga kali genggaman tanah dengan kedua tangannya usai penutupan liang lahat ke arah bagian atas kepala. 9. Masukkan tanah ke dalam kubur dan tinggikan dari atas permukaan tanah sekedar sejengkal kemudian dibentuk seperti punuk. 10. Perciki kubur dengan air kemudian taburi dengan kerikil agar kubur menjadi kuat tidak terbawa angin dan aliran air. Kemudian tandai dengan kayu atau batu pada bagian kepala 11. Dianjurkan setelah itu untuk berdo’a untuk mayit.
  • 52.
  • 53. Jazakumullahu Khairan Katsiran LSSI CENTER ‫أليك‬ ‫وأتوب‬ ‫أستغفرك‬ ‫أنت‬ ‫إل‬ ‫لإله‬ ‫أن‬ ‫أشهد‬ ‫وبحمدك‬ ‫اللهم‬ ‫سبحانك‬