SlideShare a Scribd company logo
1 of 33
Pengukuran Aliran Sungai
Fasilitas Pengukuran Dengan Current Meter
A. Currenmeter
Disebutkan pengukuran aliran dengan alat ukur arus karena alat
yang dipergunakan untuk mengukur kecepatan aliran adalah alat
ukur arus yang umum disebut dengan istilah Curren meter. Peralatan
utama yang biasa digunakan dalam mengukur aliran adalah alat ukur
arus (current meter), termasuk segala kelengkapannya yaitu :
• alat pengukur waktu
• alat penghitung putaran (counter),
• alat pengukur kedalaman,
• alat pengukur lebar,
• perlengkapan perakitan dan beberapa alat tambahan.
Pemilihan penggunaan peralatan dan perlengkapan harus
disesuaikan dengan keadaan fisik sungai yang diukur.
a. Alat Ukur Arus
Alat ukur arus adalah alat untuk mengukur kecepatan aliran. Apabila
alat ini ditempatkan pada suatu titik kedalaman tertentu maka
kecepatan aliran pada titik tersebut akan dapat ditentukan
berdasarkan jumlah putaran dan waktu lamanya pengukuran. Rumus
untuk menghitung kecepatan aliran dengan alat ukur arus akan
berbeda satu dengan yang lain dan rumus ini akan berubah
sehubungan dengan lamanya pemakaian alat. Oleh sebab itu setiap
alat perlu dikalibrasi untuk waktu tertentu secara berkala.
b. Alat Duga Kedalaman
Setiap pengukuran aliran harus diikuti dengan melakukan pendugaan
kedalaman. Pendugaan ini dapat dilakukan dengan bermacam-macam
alat, tergantung dari kondisi aliran sungai yang akan diukur. Macam-
macam alat duga kedalaman tersebut adalah :
1). Batang duga (wading road)
2). Alat pemberat (sounding weight)
3). Alat penggulung (sounding reel)
4). Alat tangan penggulung (hand line)
5). Alat duga sonic (sonic sounder)
B. Tipe Pelampung
Apabila aliran dalam keadaan banjir atau debit tinggi dan tidak ada fasilitas bantu untuk
menggunakan current meter maka dipakai metode pelampung (floating method).
Peralatan utama yang diperlukan untuk mengukur debit banjir atau dalam kondisi high
flow adalah alat ukur kecepatan aliran dan alat ukur penampang basah.
Alat ukur arus model pelampung dapat dibedakan menjadi 2 (dua) jenis :
a. Pelampung Permukaan
Pelampung permukaaan adalah bahan yang dapat mengapung di permukaan aliran, dapat
digunakan sepotong kayu dengan diameter 15 cm sampai 30 cm, tebal 5 cm, atau bahan
yang lainnya yang dapat mengapung dan dapat dengan mudah diamati lintasannya.
b. Pelampung Tangkai
Pelampung tangkai adalah bahan pelampung yang sebagian tenggelam dan
sebagian lagi muncul di permukaan aliran. Bahan yang dapat digunakan adalah
sepotong kayu atau bambu yang diberi pemberat pada ujung bawahnya agar
dapat melayang pada aliran sungai sampai dengan posisi tegak dan mudah
diamati lintasannya.
Penggunaan setiap jenis pelampung tergantung dari bahan yang tersedia di
lapangan dan kemudahan untuk melaksanakannya. Pengukuran kecepatan
aliran banjir pada saat malam hari, bahan pelampungnya perlu dilengkapi
dengan lampu baterai agar arah lintasannya dapat dengan mudah diamati.
Perlengkapan pengukuran lainnya yang perlu tersedia antara lain stop watch,
rambu-rambu, peralatan aba-aba, batu baterai, alat penyipat datar dan atau alat
penyipat ruang.
Pengukuran dengan pelampung (float). Pelampung digunakan
sebagai alat pengukur kecepatan aliran apabila diperlukan kecepatan
aliran dengan tingkat ketelitian relative kecil. Pengukuran dilakukan
dengan cara :
1. Sebuah titik (tiang, pohon, atau tanda lain) ditetapkan di salah satu
sisi sungai, dan satu titik disisi lain sungai. Sehingga kalau ditarik
garis semu antara dua titik tersebut, maka garis akan tegak lurus
searah sungai.
2. Ditetapkan jaran (L) tertentu, misalnya 5 m, 10 m, 20 m, atau 50 m
(tergantung kebutuhan dan keadaan) antara kedua titik tersebut
semakin besar kecepatan, sebaliknya jarak semakin panjang.
3. Memanfaatkan sebarang benda yang dapat mengapung apabila
pelampung khusus tidak tersedia.
4. Pelampung tersebut dilempatkan beberapa meter disebelah dari
pertama (titik mulai) dan gerakannya diikuti, apabila pelampung
tersebut melewati gari pertama, maka tombol stopwatch ditekan,
dan pelampung
5. tersebut diikuti terus, ketika pelampung sampai dititik kedua (titik
selesai) maka stopwatch kembali ditekan. Dengan demikian, maka
waktu (t) yang diperlukan aliran untuk menghanyutkan pelampung
dapat diketahui.
Pengukuran aliran air
Pengukuran dengan pelampung
6. Kecepatan aliran (v) dapat
dihitung dengan :
Keterangan :
L = jarak t = waktu
7. Perlu diketahui disini bahwa kecepatan yang diperoleh adalah
kecepatan permukaan sungai, bukan kecepatan rata-rata penampang
sungai, masih harus dikalikan dengan factor koreksi C. Besar C ini
berkisar antara 0,85-0,95 (Harto, 1993)
8. Hal ini perlu diperhatikan bahwa pengukuran cara ini tidak boleh
dilakukan sekali, karena distribusi kecepatan aliran permukaan tidak
merata. Oleh sebab itu dianjurkan paling tidak dilakukan tiga kali
percobaan, yaitu sepertiga kiri sungai, bagian tengah, sepertiga kanan
sungai. Hasil yang diperoleh kemudian dirata-rata.
12
Pengukuran kecepatan secara langsung yang
sampai saat ini dipandang cukup teliti adalah
dengan cara mengukur kecepatan aliran
menggunakan alat ukur arus.
Pengukuran dengan Alat ukur Arus
13
1.Pemilihan Lokasi Pengukuran
Lokasi pengukuran aliran sungai dipilih pada bagian alur
sungai di pos duga air, yang memenuhi beberapa
persyaratan, antara lain :
1. Alur sungai harus yang lurus (minimal 3 kali lebar),
2. Mudah dicapai pada segala kondisi,
3. Aliran banjir tidak melimpah,
4. Dasar sungai stabil,
5. Mempunyai pola aliran yang seragam dan mendekati
aliran subkritik,
6. Tidak terpengaruhi oleh adanya pengempangan,
7. Lintasan khususnya untuk pelampung mudah diamati,
8. Adanya sarana untuk melepaskan pelampung yang
berada di sebelah hulu pengukuran seperti jembatan
atau kereta gantung,
9. Mudah untuk mendapatkan bahan pelampung.
Lebar alur (m) 5 10 15 20 25 30 40 50
Alur yang lurus
(m)
20 30 40 50 60 70 80 90
Lebar alur (m) 50 50-100 100-200 200-400 400-800 > 800
Banyaknya jalur
lintasan
3 4 5 6 7 8
Pelaksanaannya di lapangan kadang-kadang sulit untuk
mendapatkan semua persyaratan tersebut di atas di suatu lokasi
pos duga air. Persyaratan minimal adalah harus dapat ditemukan
lokasi alur sungai yang bagian lurusnya cukup panjang sehingga
lintasan pelampung minimal memerlukan waktu 40 detik, dengan
maksud agar diperoleh ketelitian dalam menentukan kecepatan
lintasan pelampung. Aturan pada tabel 2.1 dan tabel 2.2 di
bawah ini dapat dipakai sebagai bahan pertimbangan untuk
memilih bagian alur sungai yang lurus.
Tabel 2.1. Penentuan Bagian Alur Sungai Yang Lurus
Sumber : Muzet A, 1980.
Tabel 2.2.Penentuan Banyaknya Jalur Lintasan Pelampung
Sumber : Muzet A, 1980.
Titik Pengukuran Kecepatan Rata-rata
Satu Titik V = V0,6
Dua Titik V = ½ (V0,2 + V0,6)
Tiga Titik V = 1/3 (V0,2 + V0,6 + V0,8)
Tabel 2.3.
Perhitungan Kecepatan Rata-rata
0.6d
V0.6
d
d
V0.8
0.6d
V0.2
0.2d
a) Metode Satu Titik b) Metode Dua Titik
Metode Analisa
Debit yang dihitung berdasarkan pengukuran kecepatan
langsung dilakukan dengan menggunakan metode VAM
(Velocity Mean Method), dimana penampang lintang sungai
tersebut dibagi secara vertikal dalam bentuk pias-pias dan
kecepatan rata-ratanya mewakili kecepatan aliran pada pias
tersebut. Dalam metoda ini, setiap pias melintang tersebut
tidak melebihi 10 % dari total luas penampang.
Debit sungai diperoleh setelah mengukur kecepatan air
dengan alat pengukur arus atau pelampung untuk
mengetahui data kecepatan aliran sungai dan kemudian
mengalikannya dengan luas penampang lintang pada
lokasi pengukuran tersebut.
18
1. Manning
Q = V. A
V = 1/n R2/3 S 1/2
Dimana :
Q = debit (m3/dt)
A = luas penampang basah (m2)
V = kecepatan aliran (m/dt)
R= jari-jari hidrolis (m)
P = keliling basah (m)
Perhitungan Debit
n = kekasaran dasar saluran (kekasaran manning)
n = 0,025 (pasangan batu)
n = 0,035 (saluran alam/sungai)
n = 0,015 (saluran precast)
S = kemiringan dasar saluran (saluran irigasi agak
landai dengan kemiringan 0,0001-0,008)
b3
b2
b1
100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
X
IX
VIII
VII
VI
V
IV
III
II
I
Lebar (m)
Kedalaman
Air
(m)
Gambar 2.2.
Skema Penampang Lintang Sungai
A1
V1
Q1
A2
V2
Q2
n
Q = ∑Vi . Ai
n-1
Bila :
Luas setiap sector tersebut dinyatakan dengan A1, A2, .............. An
Kecepatan rata-rata dari masing-masing sektor V1, V2, ............ Vn
Dengan demikian debit sungai (Q) pada lokasi pengukuran dapat
dinyatakan dengan persamaan (Suyono Sosrodarsono, 1984; 18) :
n
Q = ∑Vi . Ai
n-1
21
Bentuk Saluran
Berbentuk Segi Empat
Pas. Batu Kali
Siaran
Plesteran
0,47h
0,3 m
b 0,47h
h
A = b h
P = b + 2h
R = A/P
Dimana :
A = Luas penampang basah (m2)
b = Lebar dasar saluran (m)
h = tinggi saluran (m)
P = keliling basah (m)
R = jari-jari hidrolis (m)
W = tinggi jagaan
22
TRAPESIUM
A = (b+mh)h
Dimana :
m = kemiringan talut (1 vertikal :
m horizontal)
Pada saluran irigasi kemiringan
dinding saluran talud yang umum
adalah m = 1= (1:1) m = 0,5=
(1:0.5).Sumber KP-03,2013 h
w
M.A.N
1
m
p
Debit Andalan
Perhitungan debit andalan (dependable discharge)
dimaksudkan untuk mencari nilai kuantitatif debit yang tersedia
sepanjang tahun, baik pada musim kemarau maupun pada
musim hujan.
Dengan kata lain debit andalan adalah besarnya debit
minimal yang dapat dijamin keandalannya dengan peluang P%
atau mempunyai tingkat resiko kegagalan sebesar (1-P%).
Debit andalan 90% didefinisikan sebagai debit dengan
kemungkinan (probabilitas) terpenuhinya sebesar 90% atau
kemungkinan tidak terpenuhinya sebesar 10%.
Analisis debit andalan dapat ditentukan dengan menggunakan metode tahun
dasar perencanaan (Basic Year) yang analisanya dilakukan dengan mengikuti
urutan data debit sebagai berikut :
a) Data debit yang tersedia disusun dari besar ke kecil
b) Probabilitas dihitung dengan menggunakan persamaan empiris Weibull:
P = m 100 %
n + 1
Dengan :
P = tahun dasar perencanaan,(%)
n = banyaknya data,
m = nomor urut data.
No. Tahun Q Urutan Data Probabilitas
(m) (m3/dt) Tahun Debit
P = m/(n+1)x
100
(%)
1 2008 8,537 2017 12,883 7,69
2 2009 8,402 2018 12,029 15,38
3 2010 10,561 2013 10,859 23,08
4 2011 8,728 2010 10,561 30,77
5 2012 7,825 2016 10,502 38,46
6 2013 10,859 2015 9,304 46,15
7 2014 8,983 2014 8,983 53,85
8 2015 9,304 2011 8,728 61,54
9 2016 10,502 2008 8,537 69,23
10 2017 12,883 2009 8,402 76,92
11 2018 12,029 2019 8,147 84,62
12 2019 8,147 2012 7,825 92,31
Debit andalan 90 % tahun 2012
Debit andalan 90% didefinisikan sebagai debit dengan kemungkinan
(probabilitas) terpenuhinya sebesar 90% atau kemungkinan tidak terpenuhinya
sebesar 10%.

More Related Content

What's hot

Batas-Batas Atterberg
Batas-Batas AtterbergBatas-Batas Atterberg
Batas-Batas AtterbergIwan Sutriono
 
Drainase lapangan-terbang
Drainase lapangan-terbangDrainase lapangan-terbang
Drainase lapangan-terbangAgung Noorsamsi
 
Perencanaan Teknis Sistem Pengolahan Air Limbah (IPAL) Secara Fisik
Perencanaan Teknis Sistem Pengolahan Air Limbah (IPAL) Secara FisikPerencanaan Teknis Sistem Pengolahan Air Limbah (IPAL) Secara Fisik
Perencanaan Teknis Sistem Pengolahan Air Limbah (IPAL) Secara FisikJoy Irman
 
Karakteristik arus lalu lintas
Karakteristik arus lalu lintasKarakteristik arus lalu lintas
Karakteristik arus lalu lintasbangkit bayu
 
Teori gelombang tunggal
Teori gelombang tunggalTeori gelombang tunggal
Teori gelombang tunggalmun farid
 
Kriteria perencanaan teknis_sistem_distr
Kriteria perencanaan teknis_sistem_distrKriteria perencanaan teknis_sistem_distr
Kriteria perencanaan teknis_sistem_distr112233445566123456789
 
Analisis frekuensi-distribusi1
Analisis frekuensi-distribusi1Analisis frekuensi-distribusi1
Analisis frekuensi-distribusi1muhamad agus safar
 
limpasan air hujan dan pengukurannya
limpasan air hujan dan pengukurannyalimpasan air hujan dan pengukurannya
limpasan air hujan dan pengukurannyaFitria Anggrainy
 
perencanaan intake
perencanaan intakeperencanaan intake
perencanaan intakeReza Nuari
 
Karakteristik sungai
Karakteristik sungaiKarakteristik sungai
Karakteristik sungaiCahaya Hari
 
Perencanaan Teknis Bangunan Pelengkap Sistem Pengelolaan Air Limbah Terpusat ...
Perencanaan Teknis Bangunan Pelengkap Sistem Pengelolaan Air Limbah Terpusat ...Perencanaan Teknis Bangunan Pelengkap Sistem Pengelolaan Air Limbah Terpusat ...
Perencanaan Teknis Bangunan Pelengkap Sistem Pengelolaan Air Limbah Terpusat ...Joy Irman
 

What's hot (20)

Batas-Batas Atterberg
Batas-Batas AtterbergBatas-Batas Atterberg
Batas-Batas Atterberg
 
Drainase lapangan-terbang
Drainase lapangan-terbangDrainase lapangan-terbang
Drainase lapangan-terbang
 
Perencanaan Teknis Sistem Pengolahan Air Limbah (IPAL) Secara Fisik
Perencanaan Teknis Sistem Pengolahan Air Limbah (IPAL) Secara FisikPerencanaan Teknis Sistem Pengolahan Air Limbah (IPAL) Secara Fisik
Perencanaan Teknis Sistem Pengolahan Air Limbah (IPAL) Secara Fisik
 
Uji Konsistensi Data Hujan
Uji Konsistensi Data HujanUji Konsistensi Data Hujan
Uji Konsistensi Data Hujan
 
Debit banjir
Debit banjirDebit banjir
Debit banjir
 
Karakteristik arus lalu lintas
Karakteristik arus lalu lintasKarakteristik arus lalu lintas
Karakteristik arus lalu lintas
 
Teori gelombang tunggal
Teori gelombang tunggalTeori gelombang tunggal
Teori gelombang tunggal
 
Kriteria perencanaan teknis_sistem_distr
Kriteria perencanaan teknis_sistem_distrKriteria perencanaan teknis_sistem_distr
Kriteria perencanaan teknis_sistem_distr
 
Analisis frekuensi-distribusi1
Analisis frekuensi-distribusi1Analisis frekuensi-distribusi1
Analisis frekuensi-distribusi1
 
Jalan Angkut Tambang
Jalan Angkut TambangJalan Angkut Tambang
Jalan Angkut Tambang
 
Grafik nomogram
Grafik nomogramGrafik nomogram
Grafik nomogram
 
Presentasi debit air
Presentasi debit airPresentasi debit air
Presentasi debit air
 
limpasan air hujan dan pengukurannya
limpasan air hujan dan pengukurannyalimpasan air hujan dan pengukurannya
limpasan air hujan dan pengukurannya
 
perencanaan intake
perencanaan intakeperencanaan intake
perencanaan intake
 
Karakteristik sungai
Karakteristik sungaiKarakteristik sungai
Karakteristik sungai
 
Sni 6774 2008.air bersih
Sni 6774 2008.air bersihSni 6774 2008.air bersih
Sni 6774 2008.air bersih
 
Perencanaan Teknis Bangunan Pelengkap Sistem Pengelolaan Air Limbah Terpusat ...
Perencanaan Teknis Bangunan Pelengkap Sistem Pengelolaan Air Limbah Terpusat ...Perencanaan Teknis Bangunan Pelengkap Sistem Pengelolaan Air Limbah Terpusat ...
Perencanaan Teknis Bangunan Pelengkap Sistem Pengelolaan Air Limbah Terpusat ...
 
Jenis-jenis pelabuhan
Jenis-jenis pelabuhanJenis-jenis pelabuhan
Jenis-jenis pelabuhan
 
Pemadatan tanah
Pemadatan tanahPemadatan tanah
Pemadatan tanah
 
PETA IRIGASI OBEL MINE'13 UNIPA
PETA IRIGASI OBEL MINE'13 UNIPAPETA IRIGASI OBEL MINE'13 UNIPA
PETA IRIGASI OBEL MINE'13 UNIPA
 

Similar to 2. HIDROMETRI dan Debit ANDALAN.ppt

Pengukuran debit dan pengambilan
Pengukuran debit dan pengambilanPengukuran debit dan pengambilan
Pengukuran debit dan pengambilanaditya
 
Tugas kelompok sugai
Tugas kelompok sugaiTugas kelompok sugai
Tugas kelompok sugaiHendrizal
 
W-06_Hydrometry_of-River.pptx
W-06_Hydrometry_of-River.pptxW-06_Hydrometry_of-River.pptx
W-06_Hydrometry_of-River.pptxJassieNagisa
 
HYDROMETRY TS 20.pptx
HYDROMETRY TS 20.pptxHYDROMETRY TS 20.pptx
HYDROMETRY TS 20.pptxDestiaSuci2
 
08Rekayasa saluran irigasi__21-22 (1).pptx
08Rekayasa saluran irigasi__21-22 (1).pptx08Rekayasa saluran irigasi__21-22 (1).pptx
08Rekayasa saluran irigasi__21-22 (1).pptxSudrajatDadan
 
Laporan praktikum alat ukur debit saluran terbuka ( modul 4 ) itb
Laporan praktikum alat ukur debit saluran terbuka ( modul 4 ) itbLaporan praktikum alat ukur debit saluran terbuka ( modul 4 ) itb
Laporan praktikum alat ukur debit saluran terbuka ( modul 4 ) itbHealth Polytechnic of Bandung
 
Hidrolika terapan
Hidrolika terapanHidrolika terapan
Hidrolika terapanRuudi Sies
 
Perencanaan bendung
Perencanaan bendungPerencanaan bendung
Perencanaan bendungironsand2009
 
Penyaliran Tambang
Penyaliran TambangPenyaliran Tambang
Penyaliran Tambangheny novi
 
Ppt instrumen bab 7
Ppt instrumen bab 7Ppt instrumen bab 7
Ppt instrumen bab 7Asep Subagja
 
rumus hidrologi hss limantara
rumus hidrologi hss limantararumus hidrologi hss limantara
rumus hidrologi hss limantaraAnnida Lisyahadah
 
PPT KELOMPOK 5 TEKNIK SIPIL (1).pptx
PPT KELOMPOK 5 TEKNIK SIPIL (1).pptxPPT KELOMPOK 5 TEKNIK SIPIL (1).pptx
PPT KELOMPOK 5 TEKNIK SIPIL (1).pptxnuellament
 
fluidadinamis-140103002041-phpapp02.pptx
fluidadinamis-140103002041-phpapp02.pptxfluidadinamis-140103002041-phpapp02.pptx
fluidadinamis-140103002041-phpapp02.pptxZHENAHARYOP
 
Pengukuran Hidrografi (Dimas bayu)
Pengukuran Hidrografi (Dimas bayu)Pengukuran Hidrografi (Dimas bayu)
Pengukuran Hidrografi (Dimas bayu)afifsalim12
 

Similar to 2. HIDROMETRI dan Debit ANDALAN.ppt (20)

Pengukuran debit dan pengambilan
Pengukuran debit dan pengambilanPengukuran debit dan pengambilan
Pengukuran debit dan pengambilan
 
Tugas Sugai
Tugas SugaiTugas Sugai
Tugas Sugai
 
Tugas kelompok sugai
Tugas kelompok sugaiTugas kelompok sugai
Tugas kelompok sugai
 
W-06_Hydrometry_of-River.pptx
W-06_Hydrometry_of-River.pptxW-06_Hydrometry_of-River.pptx
W-06_Hydrometry_of-River.pptx
 
HYDROMETRY TS 20.pptx
HYDROMETRY TS 20.pptxHYDROMETRY TS 20.pptx
HYDROMETRY TS 20.pptx
 
08Rekayasa saluran irigasi__21-22 (1).pptx
08Rekayasa saluran irigasi__21-22 (1).pptx08Rekayasa saluran irigasi__21-22 (1).pptx
08Rekayasa saluran irigasi__21-22 (1).pptx
 
Banjir rancangan.pptx
Banjir rancangan.pptxBanjir rancangan.pptx
Banjir rancangan.pptx
 
Laporan praktikum alat ukur debit saluran terbuka ( modul 4 ) itb
Laporan praktikum alat ukur debit saluran terbuka ( modul 4 ) itbLaporan praktikum alat ukur debit saluran terbuka ( modul 4 ) itb
Laporan praktikum alat ukur debit saluran terbuka ( modul 4 ) itb
 
Hidrolika terapan
Hidrolika terapanHidrolika terapan
Hidrolika terapan
 
Perencanaan bendung
Perencanaan bendungPerencanaan bendung
Perencanaan bendung
 
Penyaliran Tambang
Penyaliran TambangPenyaliran Tambang
Penyaliran Tambang
 
Ppt instrumen bab 7
Ppt instrumen bab 7Ppt instrumen bab 7
Ppt instrumen bab 7
 
Fluida kelompok 1
Fluida kelompok 1Fluida kelompok 1
Fluida kelompok 1
 
Laporan Hidrologi Dasar
Laporan Hidrologi DasarLaporan Hidrologi Dasar
Laporan Hidrologi Dasar
 
rumus hidrologi hss limantara
rumus hidrologi hss limantararumus hidrologi hss limantara
rumus hidrologi hss limantara
 
PPT KELOMPOK 5 TEKNIK SIPIL (1).pptx
PPT KELOMPOK 5 TEKNIK SIPIL (1).pptxPPT KELOMPOK 5 TEKNIK SIPIL (1).pptx
PPT KELOMPOK 5 TEKNIK SIPIL (1).pptx
 
fluidadinamis-140103002041-phpapp02.pptx
fluidadinamis-140103002041-phpapp02.pptxfluidadinamis-140103002041-phpapp02.pptx
fluidadinamis-140103002041-phpapp02.pptx
 
Pengukuran Hidrografi (Dimas bayu)
Pengukuran Hidrografi (Dimas bayu)Pengukuran Hidrografi (Dimas bayu)
Pengukuran Hidrografi (Dimas bayu)
 
1.pdf
1.pdf1.pdf
1.pdf
 
Pengukuran laju aliran
Pengukuran laju aliranPengukuran laju aliran
Pengukuran laju aliran
 

2. HIDROMETRI dan Debit ANDALAN.ppt

  • 1. Pengukuran Aliran Sungai Fasilitas Pengukuran Dengan Current Meter A. Currenmeter Disebutkan pengukuran aliran dengan alat ukur arus karena alat yang dipergunakan untuk mengukur kecepatan aliran adalah alat ukur arus yang umum disebut dengan istilah Curren meter. Peralatan utama yang biasa digunakan dalam mengukur aliran adalah alat ukur arus (current meter), termasuk segala kelengkapannya yaitu : • alat pengukur waktu • alat penghitung putaran (counter), • alat pengukur kedalaman, • alat pengukur lebar, • perlengkapan perakitan dan beberapa alat tambahan. Pemilihan penggunaan peralatan dan perlengkapan harus disesuaikan dengan keadaan fisik sungai yang diukur.
  • 2. a. Alat Ukur Arus Alat ukur arus adalah alat untuk mengukur kecepatan aliran. Apabila alat ini ditempatkan pada suatu titik kedalaman tertentu maka kecepatan aliran pada titik tersebut akan dapat ditentukan berdasarkan jumlah putaran dan waktu lamanya pengukuran. Rumus untuk menghitung kecepatan aliran dengan alat ukur arus akan berbeda satu dengan yang lain dan rumus ini akan berubah sehubungan dengan lamanya pemakaian alat. Oleh sebab itu setiap alat perlu dikalibrasi untuk waktu tertentu secara berkala.
  • 3.
  • 4.
  • 5.
  • 6. b. Alat Duga Kedalaman Setiap pengukuran aliran harus diikuti dengan melakukan pendugaan kedalaman. Pendugaan ini dapat dilakukan dengan bermacam-macam alat, tergantung dari kondisi aliran sungai yang akan diukur. Macam- macam alat duga kedalaman tersebut adalah : 1). Batang duga (wading road) 2). Alat pemberat (sounding weight) 3). Alat penggulung (sounding reel) 4). Alat tangan penggulung (hand line) 5). Alat duga sonic (sonic sounder)
  • 7. B. Tipe Pelampung Apabila aliran dalam keadaan banjir atau debit tinggi dan tidak ada fasilitas bantu untuk menggunakan current meter maka dipakai metode pelampung (floating method). Peralatan utama yang diperlukan untuk mengukur debit banjir atau dalam kondisi high flow adalah alat ukur kecepatan aliran dan alat ukur penampang basah. Alat ukur arus model pelampung dapat dibedakan menjadi 2 (dua) jenis : a. Pelampung Permukaan Pelampung permukaaan adalah bahan yang dapat mengapung di permukaan aliran, dapat digunakan sepotong kayu dengan diameter 15 cm sampai 30 cm, tebal 5 cm, atau bahan yang lainnya yang dapat mengapung dan dapat dengan mudah diamati lintasannya.
  • 8. b. Pelampung Tangkai Pelampung tangkai adalah bahan pelampung yang sebagian tenggelam dan sebagian lagi muncul di permukaan aliran. Bahan yang dapat digunakan adalah sepotong kayu atau bambu yang diberi pemberat pada ujung bawahnya agar dapat melayang pada aliran sungai sampai dengan posisi tegak dan mudah diamati lintasannya. Penggunaan setiap jenis pelampung tergantung dari bahan yang tersedia di lapangan dan kemudahan untuk melaksanakannya. Pengukuran kecepatan aliran banjir pada saat malam hari, bahan pelampungnya perlu dilengkapi dengan lampu baterai agar arah lintasannya dapat dengan mudah diamati. Perlengkapan pengukuran lainnya yang perlu tersedia antara lain stop watch, rambu-rambu, peralatan aba-aba, batu baterai, alat penyipat datar dan atau alat penyipat ruang.
  • 9. Pengukuran dengan pelampung (float). Pelampung digunakan sebagai alat pengukur kecepatan aliran apabila diperlukan kecepatan aliran dengan tingkat ketelitian relative kecil. Pengukuran dilakukan dengan cara : 1. Sebuah titik (tiang, pohon, atau tanda lain) ditetapkan di salah satu sisi sungai, dan satu titik disisi lain sungai. Sehingga kalau ditarik garis semu antara dua titik tersebut, maka garis akan tegak lurus searah sungai. 2. Ditetapkan jaran (L) tertentu, misalnya 5 m, 10 m, 20 m, atau 50 m (tergantung kebutuhan dan keadaan) antara kedua titik tersebut semakin besar kecepatan, sebaliknya jarak semakin panjang. 3. Memanfaatkan sebarang benda yang dapat mengapung apabila pelampung khusus tidak tersedia. 4. Pelampung tersebut dilempatkan beberapa meter disebelah dari pertama (titik mulai) dan gerakannya diikuti, apabila pelampung tersebut melewati gari pertama, maka tombol stopwatch ditekan, dan pelampung 5. tersebut diikuti terus, ketika pelampung sampai dititik kedua (titik selesai) maka stopwatch kembali ditekan. Dengan demikian, maka waktu (t) yang diperlukan aliran untuk menghanyutkan pelampung dapat diketahui. Pengukuran aliran air Pengukuran dengan pelampung
  • 10.
  • 11. 6. Kecepatan aliran (v) dapat dihitung dengan : Keterangan : L = jarak t = waktu 7. Perlu diketahui disini bahwa kecepatan yang diperoleh adalah kecepatan permukaan sungai, bukan kecepatan rata-rata penampang sungai, masih harus dikalikan dengan factor koreksi C. Besar C ini berkisar antara 0,85-0,95 (Harto, 1993) 8. Hal ini perlu diperhatikan bahwa pengukuran cara ini tidak boleh dilakukan sekali, karena distribusi kecepatan aliran permukaan tidak merata. Oleh sebab itu dianjurkan paling tidak dilakukan tiga kali percobaan, yaitu sepertiga kiri sungai, bagian tengah, sepertiga kanan sungai. Hasil yang diperoleh kemudian dirata-rata.
  • 12. 12 Pengukuran kecepatan secara langsung yang sampai saat ini dipandang cukup teliti adalah dengan cara mengukur kecepatan aliran menggunakan alat ukur arus. Pengukuran dengan Alat ukur Arus
  • 13. 13 1.Pemilihan Lokasi Pengukuran Lokasi pengukuran aliran sungai dipilih pada bagian alur sungai di pos duga air, yang memenuhi beberapa persyaratan, antara lain : 1. Alur sungai harus yang lurus (minimal 3 kali lebar), 2. Mudah dicapai pada segala kondisi, 3. Aliran banjir tidak melimpah, 4. Dasar sungai stabil, 5. Mempunyai pola aliran yang seragam dan mendekati aliran subkritik, 6. Tidak terpengaruhi oleh adanya pengempangan, 7. Lintasan khususnya untuk pelampung mudah diamati, 8. Adanya sarana untuk melepaskan pelampung yang berada di sebelah hulu pengukuran seperti jembatan atau kereta gantung, 9. Mudah untuk mendapatkan bahan pelampung.
  • 14. Lebar alur (m) 5 10 15 20 25 30 40 50 Alur yang lurus (m) 20 30 40 50 60 70 80 90 Lebar alur (m) 50 50-100 100-200 200-400 400-800 > 800 Banyaknya jalur lintasan 3 4 5 6 7 8 Pelaksanaannya di lapangan kadang-kadang sulit untuk mendapatkan semua persyaratan tersebut di atas di suatu lokasi pos duga air. Persyaratan minimal adalah harus dapat ditemukan lokasi alur sungai yang bagian lurusnya cukup panjang sehingga lintasan pelampung minimal memerlukan waktu 40 detik, dengan maksud agar diperoleh ketelitian dalam menentukan kecepatan lintasan pelampung. Aturan pada tabel 2.1 dan tabel 2.2 di bawah ini dapat dipakai sebagai bahan pertimbangan untuk memilih bagian alur sungai yang lurus. Tabel 2.1. Penentuan Bagian Alur Sungai Yang Lurus Sumber : Muzet A, 1980. Tabel 2.2.Penentuan Banyaknya Jalur Lintasan Pelampung Sumber : Muzet A, 1980.
  • 15. Titik Pengukuran Kecepatan Rata-rata Satu Titik V = V0,6 Dua Titik V = ½ (V0,2 + V0,6) Tiga Titik V = 1/3 (V0,2 + V0,6 + V0,8) Tabel 2.3. Perhitungan Kecepatan Rata-rata 0.6d V0.6 d d V0.8 0.6d V0.2 0.2d a) Metode Satu Titik b) Metode Dua Titik
  • 16.
  • 17. Metode Analisa Debit yang dihitung berdasarkan pengukuran kecepatan langsung dilakukan dengan menggunakan metode VAM (Velocity Mean Method), dimana penampang lintang sungai tersebut dibagi secara vertikal dalam bentuk pias-pias dan kecepatan rata-ratanya mewakili kecepatan aliran pada pias tersebut. Dalam metoda ini, setiap pias melintang tersebut tidak melebihi 10 % dari total luas penampang. Debit sungai diperoleh setelah mengukur kecepatan air dengan alat pengukur arus atau pelampung untuk mengetahui data kecepatan aliran sungai dan kemudian mengalikannya dengan luas penampang lintang pada lokasi pengukuran tersebut.
  • 18. 18 1. Manning Q = V. A V = 1/n R2/3 S 1/2 Dimana : Q = debit (m3/dt) A = luas penampang basah (m2) V = kecepatan aliran (m/dt) R= jari-jari hidrolis (m) P = keliling basah (m) Perhitungan Debit n = kekasaran dasar saluran (kekasaran manning) n = 0,025 (pasangan batu) n = 0,035 (saluran alam/sungai) n = 0,015 (saluran precast) S = kemiringan dasar saluran (saluran irigasi agak landai dengan kemiringan 0,0001-0,008)
  • 20. Bila : Luas setiap sector tersebut dinyatakan dengan A1, A2, .............. An Kecepatan rata-rata dari masing-masing sektor V1, V2, ............ Vn Dengan demikian debit sungai (Q) pada lokasi pengukuran dapat dinyatakan dengan persamaan (Suyono Sosrodarsono, 1984; 18) : n Q = ∑Vi . Ai n-1
  • 21. 21 Bentuk Saluran Berbentuk Segi Empat Pas. Batu Kali Siaran Plesteran 0,47h 0,3 m b 0,47h h A = b h P = b + 2h R = A/P Dimana : A = Luas penampang basah (m2) b = Lebar dasar saluran (m) h = tinggi saluran (m) P = keliling basah (m) R = jari-jari hidrolis (m) W = tinggi jagaan
  • 22. 22 TRAPESIUM A = (b+mh)h Dimana : m = kemiringan talut (1 vertikal : m horizontal) Pada saluran irigasi kemiringan dinding saluran talud yang umum adalah m = 1= (1:1) m = 0,5= (1:0.5).Sumber KP-03,2013 h w M.A.N 1 m p
  • 23.
  • 24.
  • 25.
  • 26.
  • 27.
  • 28.
  • 29.
  • 30.
  • 31. Debit Andalan Perhitungan debit andalan (dependable discharge) dimaksudkan untuk mencari nilai kuantitatif debit yang tersedia sepanjang tahun, baik pada musim kemarau maupun pada musim hujan. Dengan kata lain debit andalan adalah besarnya debit minimal yang dapat dijamin keandalannya dengan peluang P% atau mempunyai tingkat resiko kegagalan sebesar (1-P%). Debit andalan 90% didefinisikan sebagai debit dengan kemungkinan (probabilitas) terpenuhinya sebesar 90% atau kemungkinan tidak terpenuhinya sebesar 10%.
  • 32. Analisis debit andalan dapat ditentukan dengan menggunakan metode tahun dasar perencanaan (Basic Year) yang analisanya dilakukan dengan mengikuti urutan data debit sebagai berikut : a) Data debit yang tersedia disusun dari besar ke kecil b) Probabilitas dihitung dengan menggunakan persamaan empiris Weibull: P = m 100 % n + 1 Dengan : P = tahun dasar perencanaan,(%) n = banyaknya data, m = nomor urut data.
  • 33. No. Tahun Q Urutan Data Probabilitas (m) (m3/dt) Tahun Debit P = m/(n+1)x 100 (%) 1 2008 8,537 2017 12,883 7,69 2 2009 8,402 2018 12,029 15,38 3 2010 10,561 2013 10,859 23,08 4 2011 8,728 2010 10,561 30,77 5 2012 7,825 2016 10,502 38,46 6 2013 10,859 2015 9,304 46,15 7 2014 8,983 2014 8,983 53,85 8 2015 9,304 2011 8,728 61,54 9 2016 10,502 2008 8,537 69,23 10 2017 12,883 2009 8,402 76,92 11 2018 12,029 2019 8,147 84,62 12 2019 8,147 2012 7,825 92,31 Debit andalan 90 % tahun 2012 Debit andalan 90% didefinisikan sebagai debit dengan kemungkinan (probabilitas) terpenuhinya sebesar 90% atau kemungkinan tidak terpenuhinya sebesar 10%.