Interaksi obat gastrointestinal adalah interaksi dua atau lebih obat yang terjadi di saluran pencernaan yang dapat mempengaruhi absorpsi obat. Faktor penyebabnya antara lain perubahan pH cairan saluran cerna, motilitas usus, flora usus, dan toksisitas pada saluran cerna. Interaksi ini dapat terjadi antara obat-obat atau antara obat-makanan.
1. Interaksi Obat Saluran Cerna
Kelompok 1:
Adelia Laumara 1801030
Holilah 1801030
Muhammad Supardi 1801030
Taqiyatul Muslihah 1801030
Renaldha Janu Erga 180103060
Sadina Vania TDS 1801030
2. Pengertian Interaksi Obat
Interaksi obat adalah perubahan efek suatu obat akibat pemakaian obat lain (interaksi obat-obat) atau
oleh makanan, obat tradisional dan senyawa kimia lain. Interaksi obat yang signifikan dapat terjadi jika
dua atau lebih obat digunakanbersama-sama.
Interaksi obat dan efek samping obat perlu mendapat perhatian. Sebuah studi di Amerika menunjukkan
bahwa setiap tahun hampir 100.000 orang harus masuk rumah sakit atau harus tinggal di rumah sakit
lebih lama dari pada seharusnya. bahkan hingga terjadi kasus kematian karena interaksi dan/atau efek
samping obat. Pasien yang dirawat di rumah sakit sering mendapat terapi dengan polifarmasi (6-10
macam obat) karena sebagai subjek untuk lebih dari satu dokter, sehingga sangat mungkin terjadi
interaksi obat terutama yang dipengaruhi tingkat keparahan penyakit atau usia.
Interaksi obat yang tidak diinginkan dapat dicegah bila kita mempunyai pengetahuan farmakologi tentang
obat-obat yang dikombinasikan. Tetapi haruslah diakui bahwa pencegahan itu tidaklah semudah yang
kita bayangkan, mengingat jumlah interaksi yang mungkin terjadi pada orang penderita yang menerima
pengobatan polypharmacy cukup banyak.
3. Pegertian Interaksi Gastrointestinal
Interaksi gastrointestinal adalah interaksi dua/lebih obat yang diberikan
secara bersamaan yang terjadi di dalam saluran pencernaan. Interaksi
gastrointestinal umumnya mempengaruhi proses absorpsi obat,
sehingga dapat digolongkan dalam interaksi absorpsi yang merupakan
bagian dari interaksi farmakokenetik. Seperti halnya interaksi obat
lainnya, interaksi gastrointestinal juga ada yang menguntungkan dan
ada yang membahayakan.
4. Secara garis besar interaksi obat di bagi
menjadi 2 golongan yaitu:
• Interaksi antara obat-obat
Faktor atau kerja terjainya interaksi obat dalam gastrointertinal
1. Interaksi Langsung
2. Perubahan Ph cairan saluran cerna
3. Perubahan waktu pengosongan lambung dan waktu transit dalam
usus (motilitas saluran cerna)
4. Perubahan Flora usus.
5. Efek toksik pada saluran cerna
6. Mekanisme tidak diketahui
5. • Interaksi antara obat – makanan
Interaski obat dengan makanan masih belum banyak diketahui, seperti halnya dengan interaksi antara obat
dengan obat lain maka interaksi ini juga mempengaruhi absopsi obat. Interaksi antara obat-makanan ini dapat
terjadi karena beberapa hal:
1. Terjadinya perubahan Ph dalam lambung, sehingga menyebabkan penundaan absorpsi obat.
2. Perubahan motilitas usus, missal rifampisin dan isoniazida yang absorpsinya lebih kecil pada pemakaian
setelah makan dibandingkan jika obat tersebut diminum pada waktu lambung kosong.
3. Terjadinya reaksi kimia yang menbentuk kompleks sama seperti obat-obat yang mengandung kation
multivalent, tetrasiklin akan membentuk khelat dengan makanan yang mengandung ion klasium,
magnesium atau besi sehingga suasah diabsorpsi.
4. Terjadinya pembentukan senyawa N-nitroso (nitrosamine) yang disebut kanserogen. Ini terjadi pada zat
makanan yang mengandung nitrit (nitirit biasanya digunakan sebagai pengawet daging dan sosis) dengan
aminofenazon.
5. Kompetisi untuk mekanisme aktif, dimana absopsi obat dapat dihambat secara kompetititf oleh zat
makanan yang bersangutan. Kompetisi ini terjadi pada obat obat yang merupakan analog dari zat
makanan, seperti levodopa, metildopa dan 6-merkaptopurin yang diabsorpsi aktif melalui mekanisme
yang sama dengan mekanisme yang sama dengan mekanisme bahan sama dengan mekanisme
bahan makanan. makanan
6. Pembagian obat obatan
Dibagi menjadi 6 kelompok yaitu:
1. Antasida
2. Obat Penghambat Sekresi Penghambat Sekresi Asam Lambung Lambung
3. Obat-Obat Yang Obat-Obat Yang Meningkatkan Mukosa Meningkatkan
Mukosa Lambung
4. Digestan
5. Laksansia
6. Antidiare
7. Antiemetika
Editor's Notes
1. Interaksi Langsung
Yaitu interaksi secara fisiki / kimia antara obat dalam lumen saluran cerna sebelum diabsorpsi,sehingga mengganggu proses absopsi.
2. Perubahan Ph cairan saluran cerna
Perubahan Ph pada cairan saluran cerna akan mempengaruhi kelaruan dan absopsi obat-obat yang bersifat asam atau basa Misalnya : Pemberian Natrium bikarbonat bersamaan dengan aspirin akan meningkatkan disolusi aspirin,sehingga absorpsinya juga meningkat. Tetapi akan mengurangi absorpsi dari tetrasiklin.
3. Perubahan waktu pengosongan lambung dan waktu transit dalam usus (motilitas saluran cerna)
Umumnya obat diabsorpsi di dalam usus, dimana absorpsi di usus jauh lebih cepat dibandinkan di lambung. Oelh karena itu makin cepat obat sampai ke usus makamakin cepat juga diabsorpsi. Obat-obat yang memperpendek waktu pengosongan lambung akan mempercepat absorpsi obat lain yang diberikan secara bersamaan dan begitu juga sebaliknya obat yang memperpanjang waktu pengosongan lambung akan memperlambat absorpsi obat lain. Contoh : Metoklopramid yang akan mempercepat absorpsi parasetamol, diazepam dan propanolo dan obat antikolinergik, antidepresi trisiklik, beberapa antihistamin antacid gram Al dan analgetik narkotik akan memperlambat absorpsi obat lain.
4. Perubahan Flora usus.
Secara normal flora usus berfungsi sebagai sebagai: Sintensis vitamin k dan merupakan sumber vitamin K yang penting Memecah sulfasalazim menjadi bagian-bagian yang aktif Sebagai metabolism obat (missal levodova) Hidrolsis ghukuronid yang dieksresi melalui empedu sehingga terjadi sirkulasi enterohepatik yang memperpanjang kerja obat (missal kontrasepsi oral) Pemberian antibiotic spectrum luas (seperti : tetrasiklin, kloranfenikol, ampislin,sulfonamide)akan mempengaruhi flora usus sehingga menghambat sintesa vitamin K oleh mikroorganisme usus.Apabila antibiotic ini diberikan bersama antikoagulan oral maka efek antikoagulan akan meningkat dan dapat terjadi pendarahan.
5. Efek toksik pada saluran cerna
Terapi kronik dengan asam mefanamat, neomisin dan kolkisin menimbullkan sindrom malabsorpsi yang menyebabkan absorpsi obat lain terganggu
6. Mekanisme tidak diketahui
Ada beberapa obat mengurangi jumlah absorpsi obat lain dengan mekanisme yang tidak diketahui. Misal phenobarbital yang dapat mengurangi absopsi griseofulvin dalam saluran cerna.