Ringkasan dokumen tersebut adalah:
Radikalisme dijelaskan sebagai pandangan atau aliran yang ingin melakukan perubahan sosial atau politik secara cepat dan ekstrem. Dalam konteks Islam, radikalisme adalah upaya menerapkan syariat Islam secara keras tanpa melihat pandangan lain. Dokumen ini juga membahas konsep negara Islam, wasathiyyah sebagai jalan tengah, dan kesesuaian Pancasila dengan syariat Islam.
2. Apa itu Radikalisme?
• Radikalisme berasal dari kata radic (akar), sesuatu yang mendasar
atau hingga sampai ke akar-akarnya.
• radikalisme dapat diartikan sebagai sebuah paham atau aliran keras
yang ingin melakukan sebuah perubahan sosial atau politik dengan
cara cepat, drastis, keras, dan ekstrem.
• Dalam konteks Islam, radikalisme adalah upaya orang atau
sekelompok Islam tertentu yang ingin menerapkan ideologi (syariat
Islam) dengan cara cepat, keras, dan ekstrem tanpa melihat atau
menerima ide-ide lain dengan berdalih agama.
3. • Kemunculan kelompok radikal dan fundamental
menganggu keutuhan negara dan Islam itu sendiri.
• Hizbut Tahrir (Taqiyuddin An-Nabhani, 1953)
• Ikhwanul Muslimin (Hasan al-Bana, 1952)
• Berkembang luas, terutama di kampus, sekolah, dan
partai politik.
4. Islam, punyakah konsep kenegaraan?
• Ali Abd. Raziq (1940) dalam bukunya Islam and The Bases of Power
menyangkal adanya kerangka kenegaraan dalam Islam.
1. Dalam al-Quran tidak pernah ada doktrin tentang negara Islam.
2. Perilaku Nabi Muhammad tidak memperlihatkan watak politis,
melainkan moral.
3. Nabi Muhammad juga tidak pernah merumuskan secara definitif
mekanisme penggantian pejabatnya.
5. • Alasan Abd. Raziq, jika Nabi Muhammad menghendaki konsep
“negara Islam”, mustahil masalah suksesi kepemimpinan dan
peralihan kekuasaan tidak dirumuskan secara formal.
• Nabi hanya memerintahkan “bermusyawarahlah kalian dengan
persoalan”.
• Contoh konkritnya, setiap negara yg penduduk muslimnya mayoritas
memiliki konsep negara yang berbeda.
• Menurut KH. Abdurrahman Wahid, sebuah negara bisa dikatakan
memiliki “watak Islam” kalau intin ajaran Islam telah diakui, seperti
ajaran Keesaan Tuhan.
6. Apa itu Wasathiyyah?
• Dalam al-Mu’jam al-Wasith, wasath adalah apa yang
terdapat di antara kedua ujungnya dan ia adalah bagian
darinya... juga berarti pertengahan dari segala sesuatu.
• Sederhananya, wasathiyyah berarti tengah-tengah.
• Makna lain dari wasathiyyah ialah baik, adil, dan yang
terbaik.
7. Mewujudkan Wasathiyyah
• Pemahaman yang benar dan terperinci terhadap teks-teks al-Quran
dan Sunnah dengan memperhatikan maqashid as-syari’ah (tujuan
kehadiran agama).
• Bertoleransi terhadap perbedaan.
• Menghimpun ilmu dan iman.
• Memperhatikan prinsip-prinsip kemanusiaan dan sosial, seperti
keadilan, tanggung jawab, dan hak-hak manusia.
• Mengajak pada pembaruan sesuai tuntunan agama.
• Membina persatuan dan kesatuan; menghindari perselisihan dan
konflik.
8. Pancasila tidak bertentengan dengan Syari’at Islam
• Pancasila bersifat religiously friendly ideology sekaligus bersifat
deconfessional ideology, ideologi yang tidak berbasiskan agama mana
pun (Azra, 2010).
• Pancasila sebagai Grundnorm/Staatsfundamentalnorm, yaitu pokok
kaidah fundamental negara berada dalam tataran normative.