1. Maqashidus Syari’ah
Oleh Kelompok 1
Ryan Aunur Rassyid (112010057)
Wahyu Ainur Rizky (112010063)
Achmad Lutfi Eko F. (112010068)
Mar’atus Sholihah (112010093)
Naufal Mukhlish Abdillah (112010103)
Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam - Universitas Islam Lamongan
2. Apa itu Maqashidus Syari’ah
Maqashid Syari’ah
mufradnya adalah maqhsad
yang berarti tujuan atau
target
hukum yang ditetapkan oleh
Allah SWT
3. Apa itu Maqashidus Syari’ah
Maqashidus Syari'ah bisa diartikan tujuan Allah SWT dan Rasulullah SAW
dalam menetapkan hukum islam.
Tujuan tersebut dapat ditelusuri dari Al Quran dan Sunnah Rasulullah SAW,
sebagai alasan logis bagi rumusan suatu hukum yang berorientasi kepada
kemaslahatan umat manusia.
4. Dr. Jaser ‘Audah dalam bukunya Al-Maqasid untuk Pemula
Al Maqashid adalah cabang ilmu keislaman
yang menjawab segenap pertanyaan-
pertanyaan yang sulit dan di wakili oleh
sebuah kata yang tampak sederhana
“Mengapa?”.
5. Perbedaan Syari’ah dan Fiqih
Syariat adalah keseluruhan dari perintah dan larangan yang ada dalam Al-
Qur’an, sedangkan fikih lebih menunjuk kepada aturan-aturan khusus yang
dihasilkan lewat pemahaman dan interpretasi terhadap materi-materi syariat
atau dengan menggunakan sumber-sumber yang lain.
Syariat bagi umat Islam, sumbernya adalah Allah SWT, sedangkan sumber fikih
adalah manusia (pemahaman kognitif).
6. al-Syatibi dalam kitab al-Muwafaqat
“Syari’at itu bertujuan untuk kemashlahatan
manusia (hamba), cepat ataupun lambat
secara bersamaan, dan ajakan ini pasti
berasal petunjuk tuhan, apakah itu
membawa kemashlahatan (shihhah)
ataupun kehancuran (fasad)”
7. Tingkatan Maqashidus Syari’ah
Al-Daruriyyat Al-Hajiyyat Al-Tahsiyyat
Bersifat kebutuhan
primier manusia
Bersifat kebutuhan
sekunder manusia
Bersifat kebutuhan
pelengkap manusia
8. Tingkatan Maqashidus Syari’ah
Al-Daruriyyat Al-Hajiyyat Al-Tahsiniyyat
Kebutuhan yang
esensial bagi
kehidupan
manusia.
Kebutuhan yang dapat
menghindarkan manusia
dari kesulitan dalam
hidupnya.
Kebutuhan yang menunjang
peningkatan martabat dalam
masyarakat dan dihadapan
tuhan.
9. Maqashidus Syariah Al-Dharuriyyat
Kebutuhan dharuriyyat atau kebutuhan primer. Yaitu segala hal yang menjadi sendi eksistensi
kehidupan manusia yang harus ada demi kemashlahatan mereka. Hal ini dapat disimpulkan
kepada lima sendi utama yaitu, agama, jiwa, akal, keturunan, dan harta. Bila sendi ini tidak
terpelihara dengan baik, maka kehidupan manusia akan kacau, kemashlahatan tidak akan
terwujud, baik di dunia maupun di akhirat.
Hifdul Maal
Hifdzud Diin Hifdzun Naf’s Hifdzun Nasl
Hifdzul ‘Aql
10. Menjaga Agama (Hifdzud Diin)
Setiap syariat dan hukum dalam islam bertujuan untuk menjaga hak-hak beragama dan
melindungi setiap penganut agama serta tempat-tempat ibadahnya.
Karenanya setiap manusia di wajibkan untuk menjaga agamanya masing masing
dikarenakan Agama adalah pegangan hidup atau kepercayaan dari setiap manusia.
Memelihara agama dalam tingkatan dharuriyah sendiri yaitu memelihara dan
melaksanakan kewajiban keagamaan, seperti melaksanakan shalat lima waktu. Jika
kewajiban ini diabaikan maka eksistensi agama akan terancam.
11. al-Raghib al-Ashfani dalam Mufradat Alfazh al-Qur’an
"Al-Millah sama dengan al-dîn, yaitu nama bagi apa yang disyariatkan
oleh Allah terhadap hamba-hamba-Nya melalui para nabi guna
mendekatkan mereka kepada Allah. Antara millah dan al-dîn masih
dapat dibedakan. Millah tidak pernah dirangkaian dengan kata selain
nama nabi, seperti ittabiû millata ibrâhîma (ikutilah agama Ibrahim). Kata
millah juga tidak pernah dirangkaikan dengan Allah. Kata itu hanya
digunakan untuk orang orang yang membawa syariat. Oleh karena itu,
tidak pernah dikatakan millah Allah, millatî atau millah Zaid,
sebagaimana dikatakan dînullâh (dîn Allah) dan dîn Zaid."
12. Menjaga Jiwa (Hifdzun Naf’s)
Secara harfiah, hifdzun nafs adalah memelihara jiwa dari gangguan dalam bentuk apapun,
baik yang berbentuk ucapan maupun tindakan.
Islam melarang pembunuhan dan pelaku pembunuhan diancam dengan hukuman Qisas
(pembalasan yang seimbang), diyat (denda) dan kafarat (tebusan).
Hukuman ini merupakan tujuan kedua dari hukum Islam, karena itu hukum Islam wajib
memelihara hak manusia untuk hidup dan mempertahankan kehidupannya.
13. Menjaga Akal (Hifdzul ‘Aql)
Yang dimaksud hifdzul ‘aql adalah terjaminnya akal pikiran dari kerusakan yang
menyebabkan orang yang bersangkutan tidak berguna di tengah masyarakat, menjadi
sumber kejahatan. hifdzul ‘aql juga berarti menggunakan akal budi dalam menyelesaikan
problem kemanusiaan.
Allah telah menciptakan manusia dengan sebaik-baik bentuk, dan melengkapi bentuk itu
dengan akal. Untuk menjaga akal tersebut, Islam telah melarang minum Khomr (jenis
menuman keras) dan setiap yang memabukkan dan menghukum orang yang
meminumnya atau menggunakan jenis apa saja yang dapat merusak akal.
14. Menjaga Akal (Hifdzul ‘Aql)
Begitu banyak ayat yang menyebutkan tentang kemuliaan orang yang berakal dan
menggunakan akalnya tersebut dengan baik. Kita disuruh untuk memetik pelajaran
kepada seluruh hal yang ada di bumi ini. Termasuk kepada binatang ternak, kurma,
hingga lebah.
Sedangkan hubungan akal dan keminanan adalah keimanan memberikan arah yang tepat
kepada akal/intelek. Hal tersebut menunjukkan bahwa iman dan akal saling tergantung
dan perlu digunakan sedemikian rupa sehingga saling memperkuat demi mewujudkan
maqashid.