SlideShare a Scribd company logo
1 of 28
1
ARTIKEL ANTROPOLOGI
Dosen Pengampu
Dr.Taufiq Ramdani,S.Th.I.,M.Sos
Disusun oleh :
Nama : Ruslina Fitriani
Nim : L1C021128
Prodi/kelas : Sosilogi 1C
PROGRAM STUDI SOSIOLOGI
FAKULTAS DI BAWAH REKTOR
UNIVERISITAS MATARAM
2021
2
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI………………………………………………………………………ii
1. LATAR BELAKANG KEMUNCULAN ANTROPOLOGI SERTA MANFAAT
KAJIAN ANTROPOLOGI.
A. Latar belakang lahirnya antropologi
a. Latar belakan lahirnya antropologi……………………………………...3
b. Manfaat mempelajari kajian antropologi…………………………....…..9
c. Manfaat mempelajari kajian antropologi…………………………….....14
2.CABANG-CABANG ANTROPOLOGI DAN FOKUS KAJIANNYA
1. Antropologi biologi…………………………………………………….17
2.Antropologi budaya………………………………………………….....19
3. Antropologi ekonomi……………………………………………..……21
4.Antropologi kesehatan……………………………………………….…23
5. Antropologi Psikologi……………………………………………….…31
6.Antropologi pendidikan………………………………………………...36
7.Antropologi Lingkungan Hidup/Antropologi Ekologi…………………38
8.Antropologi hukum……………………………………………………..41
3.METODE-METODE PENYEBARAN BUDAYA
a.pengertian metode penyebaran budaya…………………………………..43
b.metode fenomenologi budaya……………………………………………46
c.metode fenomenologi…………………………………………………….48
4.METODE DAN PENDEKATAN DALAM KAJIAN ANTROPOLOGI
a.kuantitatif…………………………………………………………………53
b.kualitatif……………………………………………………………….….56
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………….…..58
3
1. Latar Belakang Kemunculan Antropologi serta Manfaat Kajian Antropologi
A. Latar Belakang Lahirnya Antropologi.
Antropologi pada masa perkembangan awalnya tidak dapat dipisahkan
dengan karya-karya para penulis yang mencatat gambaran kehidupan penduduk
atau suku bangs di luar Eropa. Pada saat itu, kehidupan penduduk di luar Eropa
dipandang menarik oleh para penjelajah, para penjajah, atau para misionaris
karena perbedaan cara hidup antara masyarakat Eropa dengan masyarakat di luar
Eropa. Oleh karenanya, mereka bukan saja menulis tentang perjalanan atau yang
terkait dengan tugasnya tetapi juga melengkapinya dengan deskripsi tentang tata
cara kehidupan masyarakat yang mereka temui. Deskripsi ini kemudian dikenal
dengan sebutan etnografi. Beberapa tulisan karya mereka akan dipaparkan pada
uraian berikut.
Tulisan Herodotus, seorang bangsa Yunani yang dikenal pula sebagai Bapak
sejarah dan etnografi, mengenai bangsa Mesir merupakan tulisan etnografi yang
paling kuno. Tulisan-tulisan etnografi pada masa awal masih bersifat subyektif,
penuh dengan prasangka dan bersifat etnosentrisme.
Etnosentrisme adalah sebuah pandangan atau sikap di mana suku bangsa
sendiri dianggap lebih baik dan dijadikan ukuran dalam melihat baik buruknya
karakter suku bangsa lainnya. Orang Yunani pada masa itu menganggap bahwa
suku-suku bangsa selain orang Yunani seperti orang Mesir, Libia dan Persia
termasuk ke dalam suku bangsa yang masih setengah liar dan belum beradab.
Pandangan seperti ini juga tersirat dalam tulisan Heredotus yang
mendeskripsikan suku bangsa Mesir tersebut. Pada jaman Romawi kuno terdapat
pula beberapa hasil karya etnografi mengenai kehidupan suku bangsa Germania
dan Galia yang ditulis oleh Tacitus dan Caesar. Sebagai seorang perwira yang
memimpin perjalanan tentaranya sampai ke Eropa Barat, Caesar menulis
etnografinya secara sistematis seperti halnya bentuk laporan seorang perwira
sedangkan Tacitus menulis etnografinya dengan gaya bahasa yang mengungkap
perasaan dan kegalauannya tentang kehidupan yang terdapat di ibukota kerajaan
Roma. Pencatat etnografi yang cukup terkenal adalah Marco Polo (1254-1323). Ia
mengembara dengan keluarga besarnya ke daerah Asia Timur dan sempat
menetap di istana Khu Bilai Khan. Di sini ia melihat beberapa kebiasaan yang
4
dianggapnya aneh, yaitu penggunaan uang yang terbuat dari kertas dan diberi cap
serta ditandatangani di mana uang tersebut mempunyai bermacam-macam nilai.
Marco Polo juga pernah singgah di daratan Indonesia (yang diketahui dari
tulisannya), di mana ia pernah singgah di beberapa pelabuhan dari semenanjung
Malaya hingga menelusuri Pulau Sumatra, di antaranya adalah singgah ke di
pelabuhan Perlec (dalam bahasa Aceh) atau Peureula atau Perlak (dalam bahasa
Melayu). Marco Polo menceritakan kehidupan di kota pelabuhan ini di mana
pedagang dari India dan penduduk pribuminya menganut agama Islam sedangkan
penduduk yang ada di pedalaman masih mengerjakan hal-hal yang haram. Tulisan
etnografi yang dianggap lebih baik dan obyektif justru adalah buah tangan dari
seorang padri berbangsa Prancis yaitu Yoseph Francis Lafitau (1600-1740). Ia
mencoba membandingkan antara kebiasaan dan tata susila orang Indian yang
hendak dinasranikan dengan adat istiadat bangsa Eropa kuno. Hasilnya, ia
beranggapan bahwa bangsa primitif (Indian) tidak dilihatnya sebagai manusia
yang aneh. Akan tetapi karena bahan yang diperbandingkannya sangat terbatas
maka pandangannya tentang perbandingan ini pun sangat terbatas.
Ahli etnografi, dalam arti yang modern (Harsojo, 1984), adalah Jens Kreft,
seorang guru besar pada akademi di Soro. Ia menulis sebuah buku berjudul
“Sejarah Pendek tentang Lembaga-lembaga yang Terpenting, Adat dan
Pandangan-pandangan Orang Liar” 1760. Jens Kreft awalnya adalah seorang ahli
filsafat, di mana ia tidak sependapat dengan pandangan Rousseau tentang
manusia. Pandangan Jens Kreft tentang manusia lebih dianggap mewakili
pandangan sebagai seorang ahli etnologi daripada pandangan para ahli filsafat.
Tulisan etnografinya adalah mengenai dua suku bangsa Indian, Lule dan Caingua,
di Amerika Selatan, yang pada awalnya diduga mempunyai kebudayaan yang
rendah. Ternyata dugaannya itu salah.
Ia pun dipandang sebagai orang pertama yang menulis etnografi secara
lengkap yaitu dengan memperhatikan aspek pertumbuhan ekonomi, masyarakat,
agama dan kesenian. Ahli berikutnya yang dianggap sebagai pendorong penulisan
ilmiah dan sistematis mengenai etnografi adalah Adolf Bastian. Ia memberikan
pandangan mengenai kesatuan kebudayaan yang dimiliki oleh suatu masyarakat,
5
di mana suatu kebudayaan memiliki sifat-sifatnya yang khusus yang tumbuh dan
berkembang sesuai dengan dasarnya dan lingkungannya.
Penelitian secara ilmiah mengenai antropologi berkembang pesat setelah
ditemukan atau setelah diketahui adanya hubungan antara bahasa Sansakerta,
Latin, Yunani dan Germania (Harsojo, 1984), sehingga memungkinkan lebih
banyak tersedia bahan-bahan etnografi sebagai bahan perbandingan. Atas dasar ini
kemudian timbul penelitian yang bersifat historis komparatif mengenai
kebudayaan. Dalam keperluan ini, berdirilah lembaga-lembaga etnologi seperti
Museum Etnografi yang didirikan oleh G.J. Thomson di Kopenhagen tahun 1841,
Museum Etnologi di Hamburg tahun 1850, The Peabody Museum of Archeology
and Ethnology di Harvad tahun 1866, American Ethnological Society di New
York tahun 1842, Ethnological Society of London di Inggris tahun 1843, dan The
Bureau of American Ethnology di Amerika tahun 1875.
Selama abad ke 20, penelitian antropologi dan etnologi makin berkembang,
terutama di pusat-pusat kajian antropologi dan etnologi seperti di Amerika
Serikat, Inggris, Afrika Selatan, Australia, Eropa Barat, Eropa Tengah, Eropa
Utara, Uni Soviet dan Meksiko. Di Indonesia, bahan-bahan etnografi juga telah
dikumpulkan terutama menyangkut adat istiadat, sistem kepercayaan, struktur
sosial dan kesenian.
Bahan-bahan etnografi tentang I ndonesia banyak dikumpulkan oleh para
pegawai pemerintah jajahan, di antaranya yang terkenal adalah T.S. Raffles
mantan Letnan Gubernur Jenderal di Indonesia (antara tahun 1811 hingga 1815).
Raffles banyak menulis kebudayaan penduduk pribumi Indonesia, di antaranya
adalah dua jilid etnografi tentang kebudayaan Jawa (1817).
B. Manfaat Mempelajari Kajian Antropologi
Berikut adalah beberapa manfaat yang akan kita dapatkan dalam mempelajari
kajian antropologi yang terntunya akan membawa ke arah kebaikan selama kita
hidup bermasyarakat, di antaranya:
1. Dapat mengetahui pola perilaku manusia dalam kehidupan bermasyarakat secara
Universal maupun pola perilaku manusia pada tiap-tiap masyarakat (suku
bangsa).
6
2. Dapat mengetahui kedudukan serta peran yang harus kita lakukan sesuai dengan
harapan warga masyarakat dari kedudukan yang kita sandang.
3. Dengan mempelajari Sosiologi dan Antropologi akan memperluas wawasan kita
terhadap tata pergaulan umat manusia di seluruh dunia yang mempunyai
kekhususan-kekhususan yang sesuai dengan karakteristik daerahnya sehingga
menimbulkan rasa toleransi yang tinggi.
4. Dapat mengetahui berbagai macam problema dalam masyarakat serta memiliki
kepekaan terhadap kondisi-kondisi dalam masyarakat baik yang menyenangkan
serta mampu mengambil inisiatif terhadap pemecahan permasalahan yang
muncul dalam masyarakatnya.
2. Cabang-Cabang Antropologi dan Fokus Kajiannya
Dikutip dari modul Ruang Lingkup Ilmu Antropologi terbiran UT,
setidaknya ada lima pertimbangan yang difokuskan dalam kajian antropologi.
Pertama, perihal sejarah dan perkembangan manusia dilihat dari ciri-ciri
tubuhnya secara evolusi, dan dipandang dari segi biologi.Kedua, perihal sejarah
terjadinya berbagai ragam manusia dari aspek fisiknya. Ketiga, perihal
perkembangan, penyebaran, dan terjadinya beragam fenomena kebudayaan di
dunia.Keempat, perihal sejarah asal, perkembangan, serta penyebaran berbagai
macam bahasa di seluruh dunia.Kelima, perihal asas-asas kebudayaan manusia
dalam kehidupan masyarakat suku bangsa di dunia.Cabang dari antropologi
adalah antropologi budaya dan antropologi biologi. Kemudian antropologi
biologi terbagi dalam paleontropologi, dan antropologi fisik. Sedangkan
antropologi budaya dibagi menjadi prasejarah, arkeologi, etnolinguistik, dan
etnologi. Berdasarkan pengkategorian tersebut, Koentjaraningrat merinci lagi ke
dalam beberapa cabang ilmu.Etnologi memiliki dua cabang ilmu yaitu,
antropologi diakronik atau etnologi (etnhonology, dan antropologi sinkronik
atau antropologi sosial (social anthropologi).Berikut ini, pembahasan dari uraian
di atas:
1) Antropologi biologi
Antropologi biologi menelaah hal-hal yang berhubungan dengan sisi
biologis manusia. Terkadang, beberapa subdisiplin menyebut antropologi
budaya dengan istilah lama yaitu antropologi fisik. Antropologi fisik cenderung
7
menekankan pada pengetahuan terkait anatomi komparatif. Komparatif atau
perbandingan tersebut itu, meliputi hubungan antara spesies manusia, dan primat
yang lebih tinggi.Hal itu seperti, simpanse dengan gorilla. Kemudian,
hubungannya dengan manusia dan nenek moyangnya. Hal tersebut seperti,
Homo erectus dengan australopithecus africanus. Komparasi anatomi ras-ras
tersebut, saat ini semakin berkurang karena bidang genetika manusia semakin
moderen. Dikutip dari modul perkembangan berkelanjutan mata pelajaran
Antropologi SMA, genetika manusia berkembang secara cepat bersamaan
dengan aspek demografi, dan ilmu forensik. Ilmu forensik, umunya difokuskan
untuk proses hukum.
- Paleontropologi
Paleontropologi merupakan ilmu bagian yang menelisik perihal asal usul atau
proses terjadinya evolusi manusia. Proses tersebut dilakukan dengan cara
meneliti sisa-sisa tubuh manusia yang telah membantu.
-Antropologi fisik
Antropologi fisik dipahami sebagai bagian dari ilmu antropologi yang
mengupayakan penjelasan dari suatu pengertian terkait sejarah kehadiran
manusia di bumi.Cabang ilmu antropologi fisik lainya adalah somantologi. Ilmu
ini berbicara tentang variasi di antara makluk manusia, bagaimana dan apa
sebabnya makluk manusia memiliki ciri-ciri has fisik yang bervariasi. Menngapa
ada kelompok manusia berwarna kulit hitam,kulit merah dan kulit putih dan
kulit coklat? Mengapa ada manusia yang tubuhnya lebih tinggi dari manusia
lainnya? Mengapa terdapat kelompok manusia yang memiliki jeris rambut hitam
lurus,hitam keriting,merah ikal coklat dan sebagainya? Untuk menjawab
pertanyaan tersebut, parah antropologi fisik menerapkan prinsip-prinsip teknik
dan konsep-konsep dari ilmu genetika manusia, biologi kependudukan, dan
epidemiologi. Ilmu genetika manusia, berbicara tentang bagaimana terjadinya
pewarisan ciri biologis pada manusia. Biologi kependudukan merupakan ilmu
yang mempelajari efek-efek lingkungan pada bangsa-bangsa dan interaksinya
dengan ciri-ciri khas suatu bangsa. Hepidemiologi adalah ilmu yang
mempelajari bagaimana dan apa sebabnya penyakit-penyakit berlainan efeknya
pada bangsa yang berbeda.(Ember dalam Ihromi, 2000:6). Melalui konsep dari
8
beberapa ilmu tersebut, dapat diperoleh jawaban mengapa manusia memiliki
ciri-ciri tubuh yang berbeda. Perbedaan fisik manusia dimuka bumi ini, jika
ditelusuri dari asal usulnya berasal dari anak keturunan Nabi Nuh sebagai sala
satu keturunan Nabi Adam. Tiga anak nabih Nuh, yaitu Ham, Yafit dan Sam
yang selamat dari bencana banjir besar (air bah), karena mengikuti ajaran
ayahnya sedangkan istri Nabi Nuh dan anaknya yang bernama Kanaan tidak ikut
serta dalam bahtera dan akhirnya tenggelam karena tidak mempercayai ajaran
Nabi Nuh. Keturunan anak-anak Nabi Nuh yang tersebar di beberapa tempat
akhirnya melahirkan keturunana dengan cir-ciri fisik berbeda. Keturunan Ham
ada yang bermigrasi ke Afrika yang kemudian melahirkan keturnan Negro
berkulit hitam (ras Negroid). Keturanan Yafit bermigrasi ke Eropa yang
kemudian memliki keturunan bangsa kulit putih (ras Kaukasoid) sementara
keturunan Sam ada yang bermigrasi ke Asia yang menurunkan bangsa kulit
kuning langsat (ras Mongoloid). Jika pada akhirnya dimuka bumi ini terdapat
penegelompokan lebih dari tiga,bisa jadi hal itu merupakan hasil perkawinan
antar ras atau merupakan perkembangan aspek genetika yang dipengaruhi oleh
faktor-faktor lingkungan alam.
2. Antropologi budaya
Menurut kajian antropologi budaya, manusia adalah satu-satunya mahluk yang
berbudaya. Sehingga, tidak ada manusia yang tidak mempunyai budaya. Akal
budi yang dimiliki manusia, membuatnya mampu menguasai alam. Hal ini
karena, manusia tidak mengandalkan nalurinya. Keberhasilan manusia untuk
mengendalikan alam, menjadi penyebab terbentuknya sebuah budaya.Budaya
yang dibentuk oleh manusia dipelajari, bukan diwariskan secara biologis.
Antropologi budaya bertugas menelaah kebudayaan manusia yang tersebar di
seluruh permukaan bumi ini.
- Prasejarah
Dalam konteks ilmu antropologi, prasejarah adalah masa ketika belum ada
peninggalan-peninggalan sejarah dalam bentuk bahasa tulis. Sehingga, batas
antara sejarah dan pra sejarah adalah adanya peninggalan sejarah berupa tulisan.
Sementara kondisi masyarakat yang hidup pada masa lampau, dan belum
mengenal tulisan, disebut sebagai zaman pra aksara. Berdasarkan catatan dalam
9
Handout Antropologi milik Daniel Fernandez (2018), manusia diperkirakan
hidup sejak 800.000 tahun silam. Kemudian, kehidupan manusia dibagi ke
dalam dua fase. Dua fase tersebut meliputi, fase sebelum mengenal bahasa tulis
atau pra aksara, dan fase sesudah mengenal bahasa tulis. Batas antara kedua fase
tersebut berbeda-beda di setiap negara. Di Mesir, manusia telah mengenal
bahasa tulis sejak 6000 tahun silam. Sementara di Minoa tepatnya di pulau
Kreta, manusia sudah mengenal bahasa tulis sejak 5000 tahun silam. Sama
halnya dengan Yemdet Nasr di Irak. Yemdet Nasr di Irak adalah kebudayaan
Harappa-Mohenjodaro di India. Sedangkan batas prasejarah di Indonesia kira-
kira sejak abad ke-5 M. Beberapa daerah di Indonesia, salah satunya di
pedalaman Papua terisolasi sehingga tidak mengenal bahasa tulis secepat
daerah-daerah lainnya. Aspek pra sejarah, erat kaitannya dengan aspek
arkeologi. Dengan bantuan arkeologi, maka peneliti mampu menganalisa budaya
di suatu kelompok masyarakat.
- Arkeologi
Ilmu arkeologi mampu menganalisa budaya masyarakat prasejarah. Namun, para
arkeolog tidak hanya menalaah benda-benda peninggalan prasejarah sajah.Para
arkeolog juga menelaah banyak peninggalan masyarakat setelah mengenal
bahasa tulis.Beberapa sumber arkeologi yang penting adalah, sumber tertulis,
seperti prasasti. Kemudian, artefak atau perkakas, seperti senjata, dan alat-alat
dapur. Lalu, bangunan seperti megalith, candi, istana, dan sebagainya.Bahan
kajian arkeologi atau /pre histori adalah semua artefak/material culture/benda-
benda sejara yang ditemukan pada lapisan tanah atau di atas tana.benda-benda
tersebut bisa berupa batu kapak,tulang yang diruncingkan/dipipikan,wada dari
tembikar,benda kramik,alat-alat dari tembaga,batuan bertulis,tanduk binatang
yang telah dibentuk atau di ukir,dan sebagainya. Sebagai contoh,penemuan
batuan bertulis dapat mengungkapkan persebaran sebuah bahasa
(dimana,kapan,budaya apa yang mempengaruhi).
- Etnolinguistik
Menurut ilmu antropologi, salah satu ciri dari manusia yang berbudaya adalah
mereka yang memiliki kemampuan untuk berbicara atau berbahasa. Akan tetapi,
seorang arkolog bernama Prof. Teuku Yacob meragukan bahwa pithecanthropus
10
erectus sudah mempunyai kebudayaan. Hal tersebut, dibuktikan dengan adanya
penemuan bahwa fosil pithecanthropus erectus tidak memiliki daerah artikulasi.
Daerah artikulasi dimulut merupakan daerah pembentukkan bahasa. Sehingga
pithecanthropus erectus belum bisa disebut sebagai manusia yang memiliki
kebudayaan. Antropolohi linguistik atau etnolinguistik dipahami sebagai studi
tentang bahasa-bahasa manusia. Linguistik tersebut merupakan deskripsi suatu
bahasa, dan sejarah bahasa-bahasa.Studi linguistik mampu mengetahui lebih
baik terkait pendapat orang tentang diri manusia sendiri, dan tentang dunia
sekitarnya.Beberapa pokok kajian dalam ilmu ini adalah mempelajari timbulnya
bahasa,persebaran bahasa dan bagaimna terjadinya variasi bahasa. Para
antropolog bahasa juga tertarik pada masalah bagaimna bahasa-bahasa sekarang
berbeda dalam konstruksi dan cara penggunaannya. Beberapa bidang ilmu yang
berhubungan dengan etnolinguistik adalah ilmu bahasa deskriptip,ilmu bahasa
struktural,dan sosiolinguistik.sala satu kesulitan yang dihadapi ahli
etnolinguistik sejarah adalah ketika mengkaji bahasa-bahasa yang tidak
tertulis,bahasa yang hanya di ucapkan oleh kelompok manusia dan jika bahasa
tersebut tidak adalagi yang mengunakannya (punah). Maka,para antropolog
harus bekerja mundur dalam waktu.pengkajian dilakukan pada masa kini dengan
melakukan perbadingan-perbandingan bahasa yang masi ada kemudian mencari
pengaruh-pengaruh terjadinya perubahan bahasa.
- Etnologi
Etnologi merupakan bagian dari antropologi budaya yang berupaya untuk
memahami pengertian terkait dasar-dasar kebudayaan manusia.Etnologi adalah
ilmu yang mempelajari kehidupan suku-suku bangsa.etnologi juga mempelajari
pola-pola kelakuan seperti adat istiadat,perkawinan,sistem mata pencaharian
hidup,sistem politik,agama,struktur kekerabatan,cerita rakyat,kesenian,musik
dan bagaimna perbedaan-perbedaan di antara pola-pola itu dalam berbagai
masyarakat dan kebudayaan masa kini. Etnologi juga mempelajari dinamika
kebudayaan yang berlangsung dalam masyarakat. para etnolog dalam
mengumpulkan informasi tentang kebudayaan suku-suku bangsa yang di
telitinya harus melakukan penelitian lapangan.selain itu,etnolog bisa juga
mengumpulkan hasil-hasil penelitian suku bangsa dalam bentuk etnografi
11
(gambaran kehidupan suku bangsa). Upaya tersebut dilakukan dengan cara
mempelajari kebudayan dalam kehidupan manusia dari sebanyak mungkin suku
bangsa. Suku bangsa tersebut tersebar di seluruh muka bumi, baik pada masa
lalu ataupun masa sekarang. Pembahasan terkait etologi dibagi menjadi dua
aliran. Dua aliran tersebut meliputi, diakronik atau etnologi (etnhonology), dan
antropologi sinkronik atau antropologi sosial (social anthropologi).
Pertama, diakronik merupakan aliran yang menekankan pada bidang
diakroning. Bidang diakronis adalah aliran yang sifatnya berkelanjutan sesuai
dengan berjalannya waktu.Tujuan diakronis ialah, mencari pengertian terkait
sejarah perkembangan suatu negara. Kedua, sinkronik merupakan aliran yang
menekankan pada bidang sinkronik. Sinkronik aliran yang sifatnya bersamaan
dalam satu waktu. Tujuan sinkronik adalah mencari asas persamaan dalam
masyarakat yang beragam.
3. antropologi ekonomi.
Antropogi ekonomi merupakan studi tentang cara-cara yang ditempuh
manusia dalam mempertahankan dan mengekspresikan diri melalui penggunaan
barang dan jasa.bidang studi ini meliputi kajian tentang
teknologi,produksi,perdagangan,konsumsi dan juga berbagai bentuk pengaturan
sosial dan ideologis manusia untuk mendukung kehidupan materinya.
Bidang ilmu ini memiliki objek kajian pada: fenomena ekonomi ekonomi
masyarakat sederhana yang terintegrasi dengan sistem sosial dan budaya
(dalton,1961),studi komparatif dan klasifikasi sistem ekonomi (nash,1966),
aspek sosio-cultural fenomena ekonomi,peran individu dalam kegiatan ekonomi
dan dalam sistem ekonomi industri (firth),alokasi buda dan sistem perkawinan
yang berhubungan dengan alokasi barang dan jasa
(burling,1968),mendefenisikan ekonomi dalam makna substantif,bukan makna
formal (polanyi,1965).
4.Antropologi kesehatan.
Antropologi kesehatan merupakan cabang ilmu antropologi yang mengkaji
persoalan kesehatan dan pengobatan dalam kehidupan masyarakat.antropologi
kesehatan memiliki perhatian pada aspek-aspek sosial dan budaya dari kesehatan
dan penyakit. Antropologi kesehatan memliki empat akar kajian,yaitu:
12
a) perhatian ahli atropologi fisik terhadap topik-topik seperti
efolusi,adaptasi,anatomi komparatif,tipe-tiperas,genetika dan serologi.
b) perhatian etnografi tradisional terhadap pengobatan primitif,termasuk ilmu sihir
dan magis.
c) gerakan”kebudayaan dan kepribadian”pada akhir 1930-an dan 1940-an yang
merukan kerja sama antara ahli-ahli skiatri dan antropologi
d) gerakan kesehatan masyarakat internasional setelah perang dunia ke II.
5. Antropologi Psikologi
Antropologi psikologi mengkaji hubungan diantara individu dengan makna,
nilai, serta kebiasaan sosial dari sistem budaya yang ada. Pada awalnya antropologi
psikologi merupakan sub-disiplin antropologi yang membahas tentang Kebudayaan
dan Kepribadian atau disebut juga Ethnopsikologi.
Antropologi Psikologi adalah cabang dari antropologi yang bersifat
interdisipliner dan mengkaji interaksi kebudayaan dan proses mental. Antropologi
psikologi memperhatikan cara perkembangan manusia dan enkulturasi dalam
kelompok budaya tertentu dengan sejarah, bahasa, praktik, dan kategori
konseptualnya sendiri membentuk proses perolehan kognisi, emosi, presepsi,
motivasi, dan kesehatan mental. Juga memeriksa tentang bagaimana pemahaman
kognisi, emosi, motivasi, dan proses psikologis sejenis membentuk model proses
budaya dan sosial. Setiap aliran dalam antropologi osikologis memiliki
pendekatannya tersendiri. Beberapa aliran dalam antropologi psikologi adalah
Antropologi Psikoanalitis, Kebudayaan dan Kepribadian; Etnopsikologi;
Antropologi Kognitif dan Antropologi Psikiatris.
Lingkup antropologi psikologi, bersifat studi lintas budaya (crossculture studies)
mengenai kepribadian dan sistem sosial budaya. Kajian ini meliputi (a) hubungan
sosial dan nilai-nilai budaya dengan pola rata-rata (modal pattern) pengasuh anak;
(b) hubungan antara pola rata-rata pengasuhan anak dengan struktur kepribadian
rata-rata (modal personality), seperti yang diungkapkan dalam perilaku; (c)
hubungan antara struktur kepribadian rata-rata dengan sistem peran (role system)
dan aspek proyeksi dari kebudayaan lain; dan (d) hubungan semua variabel di atas
dengan perilaku menyimpang (deviant behaviour pattern) yang berbeda satu kolektif
dengan kolektif lainnya.
13
6. Antropologi Pendidikan
Antropologi pendidikan berusaha untuk menyusun generalisasi yang bermanfaat
tentang manusia Ruang danperilakunya dalam rangka memenuhi kebutuhannya
tentang informasi, ilmu pengetahuan, penguasaan teknologi, dan transfer
pengetahuan. Antropologi pendidikan termasuk spesialisasi antropologi yang
relatif muda, setelah dasa warsa 1960-an di Amerika Serikat semakin banyak
diperlukan keahlian dalam meneliti masalah-masalah pendidikan dari perspektif
antropologi. Sejak saat itulah antropologi pendidikan kemudian dianggap dapat
berdiri sendiri sebagai cabang spesialisasi antropologi yang resmi. Sebagai
sebuah kajian, Antropologi Pendidikan menggunakan teori-teori dan metode
yang digunakan oleh antropolog serta pengetahuan yang diperoleh khususnya
yang berhubungan dengan kebutuhan manusia atau masyarakat tentang
pendidikan. Kajian materi antropologi pendidikan, tidak bertujuan menhasilkan
ahli-ahli antropologi, melainkan menambah wawasan ilmu pengetahuan bagi
praktisi pendidikan (guru, dosen, pembuat kebijakan, pelaksanaan kebijakan,
pemerhati/analis pendidikan) mengenai pendidikan melalui perspektif
antropologi. Meskipun tidak menutup kemungkinan diantara peminat
Antropologi Pendidikan ada yang menjadi ahli antropologi.
7. Antropologi Lingkungan Hidup/Antropologi Ekologi
Cabang antropologi ini mengkaji hubungan antara manusia dengan lingkungan.
Kajian antropologi ekologi berasumsi bahwa perilaku sosial selalu mengandung
makna penting atas hubungan manusia dengan lingkungannya. Julian H.
Stepward menyebut kajian ini sebagai ekologi kebudayaan yang mempelajari
proses adaptasi masyarakat pada lingkungannya. Pendekatan ekologi
kebudayaan, yang diperkenalkan oleh Steward (1955:41-42), seorang ahli
antropologi ekologi, mempunyai tiga unsur dasar dalam penganalisisannya,
yaitu: (a) Menganalisis hubungan antara eksploitasi atau teknologi produksi
dengan lingkungannya, (b) Menganalisi peranan pola-pola kelakuan dalam
mengeksploitasi suatu wilayah tertentu dengan mempergunakan teknologi yang
khusus, dan (c) Mengamati semua pola kelakuan yang diperlukan dalam
eksploitasi tersebut, yang mempengaruhi aspek-aspek kebudayaan yang lain.
Prosedur yang ketiga ini memerlukan pendekatan yang holistik , yaitu dengan
14
memperhatikan faktor-faktor demografi, pola pemukiman, struktur kekerabatan,
pemilikan tanah, tata guna lahan, dan lain-lain dari aspek kebudayaan.
8. Antropologi Hukum
Antropologi hukum adalah disiplin ilmu hukum empiris yang memusatkan
perhatiannya pada studi-studi hukum dalam kenyataannya di masyarakat dengan
menggunakan pendekatan antropologis. Antropologi hukum kajiannya lebih
memfokuskan pada fenomena hukum sebagai alat pengendalian sosial (social
control) dalam masyarakat secara luas. Antropologi hukum pada dasarnya
mempelajari: (a) hubungan timbal-balik antara hukum dengan fenomena-
fenomena sosial budaya secara empiris dalam kehidupan masyarakat; (b)
bagaimana hukum berfungsi dalam kehidupan masyarakat, atau bagaimana
hukum bekerja sebagai alat pengendalian sosial atau sarana untuk menjaga
keteraturan sosial (social order) dalam masyarakat. Dengan demikian, studi-studi
antropologis mengenai hukum memberi perhatian pada aspek-aspek kebudayaan
manusia yang berkaitan dengan fenomena hukum dalam fungsinya sebagai
sarana untuk menjaga keteraturan sosial atau alat pengendalian sosial dalam
masyarakat (Pospisil, 1971:x, 1973: 538; Ihromi, 1989:8).
Antropologi hukum secara khusus mempelajari proses-proses sosial di mana
pengaturan mengenai hak dan kewajiban warga masyarakat diciptakan, dirubah,
dimanipulasi, diinterpretasi, dan diimplementasikan oleh warga masyarakat (F.
von Benda-Beckmann, 1979, 1986).
Antropolgi hukum telah memberikan kontribusi yang sangat oenting dan
bermakna dalam pengembangan konsep dan pemahaman tentang hukum yang
berlaku dalam masyarakat. Hal ini karena antropolog mempelajari hukum bukan
semata-mata sebagai produk dari hasil absraksi logika sekelompok orang yang
diformulasikan dalam bentuk peraturan perundang-undangan semata, tetapi lebih
mempelajari hukum sebagai perilaku dan proses sosial yang berangsung dalam
kehidupan masyarakat.
Sumber: buku pengantar antropologi Dr.Sugeng Pujileksono,M.Si
15
3. PENGERTIAN METODE PENYEBARAN BUDAYA
a) pengertian metode penyebaran budaya
Metode sering diartikan sebagai jalan berpikir dalam bidang keilmuan. Kata
metode berasal dari kata meta-hodos yang berarti menuju, melalui cara, jalan
(Akhmadi, 2001: 21). Dalam Kamus Bahasa Indonesia (2020) kata metode
berarti cara yang teratur berdasarkan pemikiran yang matang untuk mencapai
maksud dalam ilmu pengetahuan, atau cara kerja yang teratur dan bersistem
untuk dapat melaksanakan suatu kegiatan dengan mudah guna mencapai maksud
yang ditentukan. Metode dimulai dengan dasar pengamatan-pengamatan dan
berakhir juga dengan pengamatan-pengamatan. Metode ini mengandaikan
adanya prosedur-prosedur tertentu yang dipergunakan dalam usaha memberi
jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang diberikan oleh seorang ilmuwan
sebagai berikut:
1. Metode ilmiah melihat kenyataan sebagai satu susunan dan bukan kekacauan.
Menurut metode ini, kenyataan dapat dijelaskan menurut hukum-hukum tertentu
atau aturan-aturan tertentu (Beerling, 1966: 14). metode ilmiah senantiasa
berpedoman pada metode analisis dan síntesis dengans sarana induktif dan
deduktif
2. Metode analisis-induktif adalah cara pandang penelitian ilmiah yang bertitik
tolak dari pengetahuan-pengetahuan khusus untuk sampai kepada kesimpulan
yang berupa pengetahuan umum. metode analisis-induktif (atau metode sintesis-
deduktif) digunakan bersama-sama. Ini disebabkan karena sebuah análisis hanya
dapat dilakukan apabila telah ada pengetahuan umum, demikian pula sebaliknya.
Hal tersebut disebabkan keberadaan pengetahuan umum yang dapat memberikan
peneliti pengetahuan awal atas objek yang dikaji atau fenomena yang diteliti
3. Metode síntesis disebut juga metode sintesis-deduktif, karena menggunakan
deduktif sebagai alat dalam penyelidikannya. Metode ini melakukan
penyelidikan dengan bertitik tolak dari pengetahuan umum agar sampai pada
kesimpulan yang berupa pengetahuan khusus (Suhartono, 2004: 102). Misalnya,
semua filsuf adalah manusia, dan Derrida adalah filsuf, maka kesimpulannya
adalah Derrida adalah manusia.
16
b) metode fenomenologi budaya
1. Pengertian Fenomenologi Secara umum, fenomenologi adalah sebuah metode
penelitian atau metode berpikir yang bertujuan untuk mengungkap atau
menjelaskan realitas yang berada di balik gejala atau fenomena yang tertangkap
oleh panca indera manusia dalam kehidupan sehari-hari.
Namun, sebelum sampai ke kesadaran manusia, pengalaman hidup manusia
masih berupa peristiwa-peristiwa yang dicerap oleh panca indera manusia.
Peristiwa-peristiwa itu dalam fenomenologi Husserl disebut fenomena. Secara
definitif, fenomena dapat dipahami sebagai sesuatu yang tampak tanpa selubung
dan menampakkan dirinya kepada manusia.
Kesadaran manusia. Ini berdampak tidak terungkapnya esensi kenyataan yang
terdapat dalam pengalaman hidup manusia karena makna murni tidak pernah
ada. Ilmu pengetahuan telah menetapkan makna atas kenyataan berdasarkan
standar yang ditentukan olehnya. Maka, tidak ada penemuan di dalam ilmu
pengetahuan, tetapi pembenaran atas apa yang telah ditetapkan oleh norma ilmu
pengetahuan. Agar terhindar dari kesalahan tersebut, upaya untuk memahami
fenomena haruslah mengembalikan intensionalitas kesadaran manusia kepada
given object.
Ini diperlukan karena objek bukanlah sesuatu yang berada di luar diri manusia.
Objek berada di dalam dan terikat pada manusia. Oleh karena itu, upaya untuk
mengungkap esensi atau makna murni atau hakikat fenomena harus dilakukan
dengan cara melakukan dialektika subjek-objek.
Dialektika ini diperlukan agar pembauran antara objek yang muncul dalam
kesadaran berbaur dengan objek yang ada secara alamiah, sebab hanya dengan
tindakan atau praktik tersebut hakikat fenomena dapat diuangkap dan
pengetahuan manusia yang benar dapat dikembangkan.
c) metode fenomenologi
Pemahaman mengenai konsep-konsep yang terdapat dalam pendekatan metode
fenome nologi Husserl merupakan hal yang harus harus dimiliki oleh seorang
peneliti yang hendak menggunakan pendekatan ini sebagai pendekatan
penelitian. Secara umum, terdapat delapan konsep yang menjadi unsur penyusun
17
pendekatan fenomenologi Husserl. Pertama, konsep fenomena yang dalam
paradigma fenonemologi Husserl dipahami sebagai suatu tampilan objek,
peristiwa, dalam persepsi. Fenomena adalah realitas yang menampakkan dirinya
sendiri kepada manusia, atau apa saja yang muncul dalam kesadaran. Fenomena
merupakan realitas yang tampak, tanpa selubung atau tirai antara manusia
dengan realitas.
Metode fenomenologi Husserl adalah kesadaran, yakni pemberian makna yang
aktif. Kesadaran adalah kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk
mengobjektivikasi dirinya. Dalam kesadaran seseorang memperlakukan dirinya
sebagai subjek untuk menjadi objek bagi dirinya sendiri, atau menjadi objektif
tentang dirinya sendiri. Melalui kesadaran seseorang mengalami keterbukaan
dan kelangsungan relasional dengan yang lain, sehingga tercipta sebuah situasi
dan kondisi yang menempatkan dirinya dengan yang lainnya tidak memiliki
pemisahan yang tegas. konsep epoche. Menurut Husserl (dalam Asih, 2005;
Hasbiansyah, 2008; Prasetyono, 2013) epoche merupakan konsep yang
berkaitan dengan sebuah upaya atau tindakan untuk melakukan pengurangan
atau tindakan penundaan penilaian (bracketing). Dalam epoche pemahaman,
penilaian, dan pengetahuan kenyataan sehari-hari harus dikesampingkan terlebih
dahulu, dan fenomena dimunculkan, lalu direvisi secara segar, apa adanya,
dalam pengertian yang terbuka, dari tempat yang menguntungkan dari ego murni
atau ego transendental. Epohe merupakan cara pandang lain yang baru dalam
melihat sesuatu. Reduksi merupakan konsep ketujuh dalam paradigma
fenomenologi Husserl. Reduksi adalah tindakan berupaka penangguhan
kepercayaan atas dunia yang diamati atau yang dijumpai. Tindakan ini bertujuan
untuk membawa kembali kesadaran manusia pada kesadaran transendental.
Tindakan ini dilakukan setelah epoche. Reduksi dilakukan dengan dua tahap,
yakni:
a. reduksi-fenomenologis yang berupakan tindakan memilah pengalaman atau
segala yang tampak pada kita agar mendapatkan fenomena dalam wujud murni.
b. reduksi-fenomenologis-transendental yang merupakan tahapan untuk kembali
pada ego-murni. Pada tahapan ini kesadaran manusia berusaha diarahkan untuk
kembali pada sumber makna dan eksistensi dunia yang dialami.
18
Metode ini merujuk pada kemampuan manusia untuk memaknai fenomena yang
berasal dari kesadaran yang selalu berkaitan dengan kesadaran orang lain. Maka,
dalam intersubjektif, segala sesuatu yang dipahami oleh seseorang tentang orang
lain didasarkan pada pengetahuan dan pengalaman masa lalu seseorang yang
lain. Makna selalu terbentuk dari eksternalisasi kesadaran internal dan
internalisasi kesadaran eksternal.
d) metode etnografi
1. Pengertian Etnografi Saat ini, model penelitian etnografi merupakan model
penelitian yang banyak diminati oleh peneliti budaya. Hal tersebut karena etnografi
tidak saja mampu menghasilkan sebuah penelitian yang holistik bagi kebudayaan,
tetapi juga dapat menghasilkan penemuan-penemuan baru atas kebudayaan. hal
tersebut karena etnografi juga memiliki fungsi korektif atas berbagai pemahaman
yang telah ada sebelumnya. Maka, etnografi tidak hanya dapat mempertegas
kebenaran-kebenaran budaya yang telah ada sebelumnya, tetapi juga memiliki
kemampuan untuk menghadirkan kebenarankebenaran baru kebudayaan. Oleh
karena itu, banyak peneliti budaya menganggap bahwa etnografi merupakan model
penelitian yang dapat membantu perkembangan keilmuan budaya secara signifikan.
etnografi juga merupakan sebuah metode yang dapat digunakan dalam penelitian
budaya. Hal tersebut karena etnografi tidak hanya merupakan suatu teori dan
deskripsi kebudayaan, tetapi juga mencakup teknik penelitian. Oleh karena itu,
dalam etnografi tidak hanya memiliki ladasan filosofis yang bersifat abstrak dan
general atas kebudayaan, tetapi juga memuat prosedur-prosedur.
Maka, dalam etnografi terdapat pula sistem yang dapat dimanifestasikan ke dalam
langkah-langkah praktis penelitian budaya. Itulah mengapa etnografi tidak hanya
dapat dilihat sebagai sebuah studi tentang bagaimana subjek berpikir tentang
kebudayaan, tetapi juga studi tentang bagaimana subjek hidup dan berperilaku
dalam sebuah kebudayaan.
Etnografi memahami kebudayaan sebagai sesuatu yang heterogen, khas, dan
dinamis, serta kompleks. Hal tersebut sebab etnografi mendefinisikan kebudayaan
sebagai sebuah sistem pengetahuan yang diperoleh manusia dengan cara proses
belajar, dan digunakan oleh manusia tidak saja untuk menafsirkan atau memaknai
19
lingkungan mereka, tetapi juga menyusun strategi perilaku dalam menghadapi
lingkungan tersebut. Maka, bagi etnografi, kebudayaan bukanlah sesuatu yang
bersifat eksplisit, tetapi implisit bagi manusia. Itu berarti makna kebudayaan
merupakan sesuatu yang penting bagi etnografi. Namun, penggambaran sebuah
bangsa melalui etnografi bukanlah penggambaran bangsa yang bersifat umum. Hal
itu karena, merujuk pada Barker (2014: 92), pendekatan etnografi berpusat pada
kemajemukan nilai budaya, makna, dan dunia-kehidupan.
Etnografi mengandalkan penelitian lapangan untuk mendapatkan pandangan
kebudayaan yang khas dan unik dari sebuah masyarakat. Penelitian lapangan harus
diterapkan dalam metode etnografi, sebab penelitian lapangan dapat memberikan
peneliti pemahaman mengenai cara sebuah masyarakat berinteraksi dan bekerja
sama melalui fenomena budaya yang teramati. Hal tersebut membuat etnografi
dapat dipahami sebagai pendekatan empiris sekaligus teoretis yang memiliki tujuan
utama tidak saja memproduksi deskripsi mendetail dan holistik, tetapi juga analisis
budaya yang didasarkan pada kerja lapangan yang intensif.
Oleh karena itu, etnografi dapat dipahami sebagai sebuah metode penelitian
lapangan dalan kajian budaya yang mengharuskan peneliti langsung berhadapan
dengan objek penulisan dalam melakukan pemaknaan atau interpretasi terhadap
penulisan yang dilakukan.
2. Karakteristik Penelitian Etnografi Menurut Spreadley
etnografi itu berupa sebuah usaha atau upaya untuk memperhatikan makna-
makna dari tindakan-tindakan dan kejadian-kejadian yang terdapat dalam masyarakat
atau fenomena yang diamati. Bagi etnografi, kebudayaan adalah sistem makna. Itu
karena kebudayaan oleh etnografi dipahami sebagai pengetahuan yang diperoleh dan
digunakan oleh manusia untuk menafsirkan pengalaman dan membentuk atau
memproduksi perilaku sosial.
Etnografer mengamati tingkah laku, tetapi lebih dari itu dia menyelidiki makna
tingkah laku itu. Etnografer melihat berbagai artefak dan objek alam, tetapi lebih dari
itu, dia juga menyelidiki makna yang diberikan oleh orang-orang terhadap berbagai
objek itu. Etnografer mengamati dan mencatat berbagai kondisi emosional, tetapi lebih
dari itu, dia juga menyelidiki makna rasa takut, cemas, marah, dan berbagai perasaan
20
lain. Menurut Denzin & Lincoln (2009: 316) penelitian etnografi memiliki empat
karakteristik khas. Adapun empat karakteristik tersebut sebagai berikut:
a. Lebih menakankan upaya eksplorasi terhadap esensi atau sifat dasar fenomena
budaya tertentu, dan bukan melakukan pengujian hipotesis atas fenomena tersebut.
b. Lebih mementingkan bekerja dengan data yang tidak terstruktur, atau data yang
belum terumuskan dalam bentuk kode-kode sebagai seperangkat kategori yang masih
menerima peluang bagi analisis tertentu.
c. Penelitian memfokuskan pada sejumlah kecil kasus, mungkin hanya satu kasus
secara detail.
d. Melakukan analisis data yang meliputi interpretasi makna dan fungsi berbagai
tindakan manusia secara eksplisit sebagai sebuah produk yang secara umum
mengambil bentuk-bentuk deskripsi dan penjelasan verbal tanpa harus teralu banyak
memanfaatkan analisis kuantifikasi.
3. Teknik Penelitian Etnograf.
Menurut Darmawan (2008) agar seseorang dapat memproduksi penelitian
etnografi, seseorang tersebut harus melakukan pemetaan atas wacana sosial-budaya
yang ada di masyarakat yang diamati. Agar pemetaan tersebut dapat menghasilkan
pemetaan yang sahih dan komprehensif dalam kerangka penelitian etnografi, seorang
peneliti etnografi harus bekerja sebagai seorang ahli geografi yang melakukan
pemetaan tentang budaya suatu masyarakat. Pemetaan tersebut dapat benar-benar
dilakukan dengan baik apabila seorang peneliti menjadi bagian dari masyarakat yang
ditelitinya.
Hal tersebut perlu dilakukan karena etnografi memiliki prinsip pemetaan yang
bersifat holistik, kontekstual, berpandangan emik, mengakui realitas ganda, dan
orientasi yang tidak menilai. Hal tersebut dilakukan dengan tujuan agar peneliti. dapat
memperoleh gambaran yang lengkap dan komprehensif tentang masyarakat yang
diteliti. menurut Darmawan (2008), itu bertujuan agar peneliti dapat melihat kaitan-
kaitan dalam budaya dan masyarakat itu sebanyak dan seutuh mungkin. Itu diperlukan
karena dalam penelitian etnografi, peneliti harus berpegang pada prinsip penelitian
yang mensyaratkan teknikteknik pengumpulan data yang mampu menjamin jangkauan
penelitian atas seluruh kehidupan sosial.
21
4. Langkah-Langkah Penelitian Etnografi.
penelitian etnografi memiliki langkah-langkah penelitian yang khas. Adapun langkah-
langkah tersebut sebagai berikut.
a.Melakukan penetapan informan Dalam etnografi penetapan informan dilakukan
dengan metode seleksi secara komprehensif. Hal tersebut bertujuan agar data yang
didapatkan benar-benar memiliki sifat holistik dan mendalam.
b. Melakukan wawancara terhadap informan Teknik wawancara yang dilakukan dalam
etnografi adalah wawancara mendalam. Agar wawancara mendalam dapat
dilaksanakan, peneliti etnografi harus benar-benar mahir meraih kepercayaan
informannya.
c. Melakukan analisis wawancara etnografis Pada tahap ini peneliti melakukan
pengkodean atas simbolsimbol budaya yang didapatkan dari wawancara dengan
informan.
d. Membuat analisis domain Pada tahap ini peneliti membuat istilah pencakup atas apa
yang dinyatakan oleh informan. Istilah-istilah tersebut harus memiliki kaitan semantis
satu sama lainnya.
d. Mengajukan pertanyaan struktural Pertanyaan struktural merupakan pertanyaan
kelanjutan dari pertanyaan deskriptif. Pada pertanyaan struktural terdapat upaya
peneliti untuk merumuskan apa yang tadinya belum terumuskan.
Sumber: Pengantar dan metode penelitian budaya indra tjahyadi.pdf
4. Metode dan pendekatan dalam kajian antropologi
Metode penelitian antropologi dibagi menjadi dua yaitu kualitatif dan kuantitatif.
Metode kualitatif ekspioratoris dan induktif. Sedangkan metode kuantitatif bersifat
deduktif dan konfirmasi.
Metode kualitatif merupakan metode yang deskriptif dan cenderung menggunakan
analisis. Proses dan makna lebih di dalami dalam metode kualitatif.
Creswell (1998:15) mendefinisikan penelitian kualitatif yang kurang bertumpu pada
sumber-sumber informasi, tetapi membawa ide-ide yang sama:
Crewell menekankan suatu gambaran yang “ kompleks dan holistik” , suatu rujukan
pada naratif yang kompleks yang mengajak pembaca ke dalam dimensi jamakdari
sebuah masalah atau isu dan menjadikannya dalam sebuah kompleksiitasnya.
22
Sementara itu menurut Lodico, Spaulding, Voegle (2006) penelitian penelitian
kualitatif, yang juga disebut penelitian interpresif atau penelitian lapangan adalah suatu
metodologi yang dipinjam dari disiplin ilmu seperti sosiologi dan antropologi dan
diadaptasi ke dalam seting pendidikan. Penelitian kualitatif menggunakan metode
penalaran induktif dan sangat percaya bahwa terdapat banyak perpektif yang akan dapat
di ungkapkan. Penelitian kualitatif berfokus pada fenomena sosial dan pada pemberian
suara pada perasaan dan persepsi dari partisipan di bawah studi.
Karakteristik penelitian kualitatif
Menurut Bogdan dan Biglen (2008:4-5) terdapat lima ciri utama penelitian kualitatif,
yaitu:
1. naturalistik. Penelitian kualitatif memiliki latar aktual sebagai sumber langsung data
dan peneliti merupakan intrumen kunci. Kata naturalisasi berasal dari pendekatan
ekologis dari biologis.
2. data deskriptif. Penelitian kualitatif adalah deskriptif. Data yang dikumpulkan lebih
mengambil bentuk kata-kata atau gambar dari pada angka-angka. Hasil penelitian
tertulis dari kutipan-kutipan dari data untuk mengilustrasikan dan menyediakan bukti
presentasi. Data tersebut menyangkut transkip wawancara, catatan lapangan,
fotografi,videotape, dokumen pribadi, memo, dan rekaman-rekaman resmi dan lainnya.
3. berurusan dengan proses. Peneliti kualitatif lebih berkonsentrasi proses daripada hasil
atau produk.
4. induktif. Peneliti kualitatif cenderung menganalisis data mereka secara induktif.
Mereka tidak melalukan pencarian di luar data atau bukti untuk menolak atau menerima
hipotesis yang mereka ajukan sebelum pelaksanaan penelitian.
5. makna. Makna adalah kepedulian yang esensial pada pendekatan ini tertarik pada
bagaimana orang membuat pengertian tentang kehidupan mereka. Dengan kata lain,
peneliti kualitatif peduli dengan apa yang disebut perspektif pertisipan. Mereka
memfokuskan pada pertanyaaan-pertanyaan seperti: apa asumsi yang dibuat orang
tentang kehidupan meraka? Apa yang dilakukan orang untuk menjamin? Dalam sebuah
penelitian pendidikan misalnya,peneliti memfokuskan bagian dari pekerjaan nya dalam
perspekstif orang tua tentang pendidikan anak-anak mereka.
Metode kuantitatif merupakan penelitian ilmiah yang sistematis dan fenomena serta
hubungan-hubungan nya. Tujuan dari metode ini adalah mengembangkan dan
23
menggunakan model-model matematis,teori-teori dan hipotesis yang berkaitan dengan
fenomena.
Metode penelitian ini menerjemahkan data menjadi angka untuk menganalisis hasil
temuannya. Penelitian kuantitatif dapat bersifat deskriptif, korelasi, dan asosiatif
berdasarkan hubungan antarvariabelnya. Penelitian kuantitatif deskriptif biasanya hanya
mengukur tingkat suatu variabel pada populasi atau sampel, sementara korelasi dan
asosiatif melihat hubungan antara dua variabel atau lebih. Jika kuantitatif korelasi hanya
menunjukkan hubungan, asosiatif berusaha mencari hubungan sebab-akibat antara
variabel-variabel terkait.
Penelitian kuantitatif banyak digunakan baik dalam ilmu alam maupun ilmu sosial, dari
fisika dan biologi hingga sosiologi dan jurnalisme. Pendekatan ini juga digunakan
sebagai cara untuk meneliti berbagai aspek dari pendidikan. Istilah penelitian kuantitatif
sering dipergunakan dalam ilmu-ilmu sosial untuk membedakannya dengan penelitian
kualitatif.
Tujuan dari penelitian kuantitatif adalah:
 mengembangkan dan menggunakan model-model matematis, teori-teori atau
hipotesis yang berkaitan dengan fenomena alam. Proses pengukuran adalah
bagian yang sentral dalam penelitian kuantitatif karena hal ini memberikan
hubungan yang fundamental antara pengamatan empiris dan ekspresi
matematis dari hubungan-hubungan kuantitatif.
 menentukan hubungan antar variabel dalam sebuah populasi. Desain
penelitian kuantitatif ada dua macam yaitu deskriptif dan eksperimental.
Studi kuantitatif deskriptif melakukan pengukuran hanya sekali. Artinya
relasi antar variabel yang diselidiki hanya berlangsung sekali. Sedangkan
studi eksperimental melakukan pengukuran antar variabel pada sebelum dan
sesudahnya untuk melihat hubungan sebab-akibat dari fenomena yang
diteliti. Berikutnya akan dipaparkan karakteristik penelitian kuantitatif.
Asumsi Penelitian Kuantitatif
Penelitian kuantitatif didasarkan pada asumsi sebagai berikut (Nana Sudjana dan
Ibrahim, 2001; Del Siegle, 2005, dan Johnson, 2005).
 Bahwa realitas yang menjadi sasaran penelitian berdimensi tunggal,
fragmental, dan cenderung bersifat tetap sehingga dapat diprediksi.
24
 Variabel dapat diidentifikasi dan diukur dengan alat-alat yang objektif dan
baku.
Karakeristik Penelitian Kuantitatif
Menurut (Nana Sudjana dan Ibrahim, 2001: 6-7; Suharsimi Arikunto, 2002 : 11;
Johnson, 2005; dan Kasiram 2008: 149-150) karakteristik penelitian kuantitatif adalah
sebagai berikut: :
 Menggunakan pola berpikir deduktif (rasional – empiris atau top-down), yang
berusaha memahami suatu fenomena dengan cara menggunakan konsep-
konsep yang umum untuk menjelaskan fenomena-fenomena yang bersifat
khusus.
 Logika yang dipakai adalah logika positivistik dan menghindari hal-hal yang
bersifat subjektif.
 Proses penelitian mengikuti prosedur yang telah direncanakan.
 Tujuan dari penelitian kuantitatif adalah untuk menyusun ilmu nomotetik
yaitu ilmu yang berupaya membuat hokum-hukum dari generalisasinya.
 Subjek yang diteliti, data yang dikumpulkan, dan sumber data yang
dibutuhkan, serta alat pengumpul data yang dipakai sesuai dengan apa yang
telah direncanakan sebelumnya.
 Pengumpulan data dilakukan melalui pengukuran dengan menggunakan alat
yang objektif dan baku.
 Melibatkan penghitungan angka atau kuantifikasi data.
 Peneliti menempatkan diri secara terpisah dengan objek penelitian, dalam arti
dirinya tidak terlibat secara emosional dengan subjek penelitian.
 Analisis data dilakukan setelah semua data terkumpul.
 Dalam analisis data, peneliti dituntut memahami teknik-teknik statistik.
 Hasil penelitian berupa generalisasi dan prediksi, lepas dari konteks waktu
dan situasi.
 Penelitian jenis kuantitatif disebut juga penelitian ilmiah
Metode behavioristik merupakan metode yang mempelajari tingkah prilaku manusia.
Perpektif behavioral berfokus pada peran dari belajar dalam menjelaskan tingkah laku
manusia dan terjadi melalui rangsangan berdasarkan (stimulus) yang menimbulkan
hubungan cprilaku reaktif (respon) hukum-hukum mekanistik.
25
Metode Historis, yaitu mempelajari manusia melalui sejarah. Kebiasaan yang ada dalam
masyarakat menjadi adat, kemudian menjadi hukum adat, hukum adat dipertahankan
oleh penguasa dan kemudian menjadi hukum negara. Metode Historis mempelajari
perilaku manusia dan budaya hukumnya dengan kacamata sejarah. Perkembangan
karakteristik budaya merupakan awal budaya masyarakat. Budaya hukum yaitu ide,
gagasan, harapan masyarakat terhadap hukum.
Metode Normatif Eksploratif, yaitu mempelajari perilaku manusia dan budaya
hukumnya melalui norma hukum yang sudah ada/ yang dikehendaki, bukan semata
mempelajari norma hukum yang berlaku, tapi melihat perilaku manusia barulah
mengetahui hukum yang akan diterapkan.
Metode Deskriptif Perilaku, yaitu mempelajari prilaku manusia dan budaya hukumnya
melalui hukum yang nyata tanpa melihat aturan hukum ideal. Metode ini disertai
dengan metode kasus. Metode Deskriptif Perilaku menggambarkan perilaku manusia
dan budaya hukumnya terasuk melukiskan/menggambarkan perilaku nyata jika mereka
sedang berselisih/bersengketa. (melihat sistem hukum mana yang digunakan (hukum
adat atau hukum Negara).
Metode Studi Kasus, adalah pendekatan Antropologi Hukum dengan mempelajari
kasus-kasus yang terjadi terutama kasus perselisihan. Metode Studi Kasus mempelajari
kasus-kasus hukum dan penyelesaiaannya yang berkembang dalam masyarakat dimana
penyelesaian sengketa melalui pengadilan merupakan alternatif terakhir. Biasanya
mempelajari kasus-kasus perselisihan kelompok masyarakat, latar belakang kultur yang
menyebabkannya dan rencana solusi penyelesaiannya.
Metode Ideologis. Metode ini dilakukan untuk penelitian penjajahan dengan
mempelajari kaidah-kaidah hukum yang ideal (norma ideal) yang tertulis maupun yang
tidak tertulis. Penelitian ini memperoleh prinsip-prinsip hukum dalam kehidupan
masyarakat.
Metode investigasi merupakan norma-norma hukum yang berlaku dalam masyarakat
secara metodelogis yang dapat di pahami dari keberadaaan keputusan-keputusan
seseorang atau kelompok orang yang secara sosial diberi otoritas untuk menjatuhkan
sanksi-sanksi kepada setiap orang yang melanggar nya.
Sumber: https://www.kompasiana.com/kyn.nisa/54f86ac7a33311b9038b456d/metode-
penelitian-
26
antropologi#:~:text=Metode%20penelitian%20antropologi%20dibagi%20menjadi,kuant
itatif%20bersifat%20deduktif%20dan%20konfirmasi.&text=Jadi%20dari%20segi%20te
ori%20kuantitatif,teori%20lalu%20menguji%20teori%20tersebut. ,
http://eprints.umsida.ac.id,
file:///C:/Users/User/Downloads/Artikel%20Leonardo%20Armando.pdf,
BUKU ANTROPOLOGI HUKUM Anang Husni, BUKU Metodologi penelitian
kuantitatif ANALISIS DATA Prof.Dr.Emzir, M.pd.,
https://raharja.ac.id/2020/10/29/penelitian-kuantitatif/
 Pendekatan-pendekatan dalam kajian antropologi
Aliran tradisional
Ada dua jenis pendekatan dalam aliran tradisional ini, yaitu:
Pendekatan komparatif
Pendekatan komparatif merupakan pendekatan yang merujuk pada pola perbandingan
dengan meletakkan dua hal budaya pada sisi yang sama dan juga menjelaskan sisi-sisi
yang berbeda. Baca juga: Etnografi dalam Ilmu Antropologi Dapatkan informasi,
inspirasi dan insight Pendekatan holistis Dalam buku Antropologi Budaya (2002) karya
I Gede A. B. Wiranata,
pendekatan holistis merupakan pendekatan secara menyeluruh untuk memperoleh
segala hal yang berkaitan dengan manusia. Pendekatan holistis dilakukan dengan
memperhatikan keseluruhan aspek sebagai unit yang bersifat fungsional atau sebagai
satu sistem yang utuh. Pendekatan ini berusaha mencari jejaring yang mencakup
keseluruhan ruang lingkup kehidupan manusia.
Aliran kontemporer
Ada tiga jenis pendekatan dalam aliran kontemporer, yaitu:
Pendekatan partikularistik Pendekatan partikularistik merupakan pendekatan yang
berawal dari sesuatu yang terbatas, kemudian menarik kesimpulan untuk sesuatu yang
lebih luas dan umum. Dalam pendekatan ini, peneliti berangkat dari sesuatu yang
bersifat partikular, kemudian berusaha untuk masuk pada sesuatu yang berlaku umum di
mana-mana. Tokoh yang menggunakan pendekatan ini antara lain E.E. Evans Pritchard
yang melakukan penelitian kepada Suku Nuer di Afrika Selatan dan Prof. Fox yang
melakukan penelitian di Rote, Nusa Tenggara Timur.
27
Pendekatan interpretatif Pendekatan interpretatif pertama kali dikemukakan oleh
Clifford Geertz ketika membuat penelitian tentang islam di Maroko dan Indonesia
(Jawa dan Bali). Baca juga: Sub Ilmu Antropologi Pendekatan interpretatif bersifat
humanistik karena seluruh ungkapan dan segala sesuatu yang berhubungan dengan
kehidupan setiap subyek manusia selalu menjadi pusat perhatian dengan saksama. Hal
tersebut bisa terjadi karena pendekatan interpretatif dapat menempatkan semua
kepentingan masyarakat sebagai kunci dan pokok kajian intelektual. Termasuk juga
deskripsi tentang seluruh gejolak spiritual.
Pendekatan struktural Pendekatan struktural adalah pendekatan analisis data dengan
memperhatikan elemen-elemen kunci dari berbagai dimensi sekunder dari obyek yang
diteliti dengan seimbang. Pendekatan ini pertama kali dikembangkan oleh Prof. Fox.
Sumber: https://www.kompas.com/skola/read/2020/12/15/173405569/metode-
pendekatan-dalam-ilmu-antropologi
28
DAFTAR PUSTAKA
Dr. Sugeng Pujileksono, M. Si, 2015, Pengantar Antropologi: Memahami Realitas
Sosial Budaya, Malang, Intrans Publishing.
Pengantar Antropologi pdf
www.kompasiana.com.cdn.amproject.org
http://sosiologi.fisip.unp.ac.id
http://agroedupolitan.blogspot.com
http://tirto.idn.amproject.org
https://www.kompasiana.com/kyn.nisa/54f86ac7a33311b9038b456d/metode-penelitian-
antropologi#:~:text=Metode%20penelitian%20antropologi%20dibagi%20menjadi
,kuantitatif%20bersifat%20deduktif%20dan%20konfirmasi.&text=Jadi%20dari%
20segi%20teori%20kuantitatif,teori%20lalu%20menguji%20teori%20tersebut. ,
http://eprints.umsida.ac.id,
file:///C:/Users/User/Downloads/Artikel%20Leonardo%20Armando.pdf
https://www.kompas.com/skola/read/2020/12/15/173405569/metode-pendekatan-
dalam-ilmu-antropologi

More Related Content

What's hot

pengantar ANTROPOLOGI
pengantar ANTROPOLOGIpengantar ANTROPOLOGI
pengantar ANTROPOLOGIBernike Zega
 
02. korelasi antropologi dan ilmu lain
02. korelasi  antropologi dan ilmu lain02. korelasi  antropologi dan ilmu lain
02. korelasi antropologi dan ilmu lainIrman Aras
 
Ppt_pengertian antropologi pdf
Ppt_pengertian antropologi pdfPpt_pengertian antropologi pdf
Ppt_pengertian antropologi pdfFahrulRosyid1
 
Power Point Presentasi Antropologi Budaya (Etnik dan Ras)
Power Point Presentasi Antropologi Budaya (Etnik dan Ras)Power Point Presentasi Antropologi Budaya (Etnik dan Ras)
Power Point Presentasi Antropologi Budaya (Etnik dan Ras)eka septarianda
 
Antropologi Budaya
Antropologi BudayaAntropologi Budaya
Antropologi Budayaarifdefri
 
Antropologi kesehatan
Antropologi kesehatanAntropologi kesehatan
Antropologi kesehatandenpai
 
Antropologi
AntropologiAntropologi
Antropologibudifilo
 
Materi Antropologi
Materi Antropologi Materi Antropologi
Materi Antropologi renanugraha
 
Hubungan antropologi dengan sejarah
Hubungan antropologi dengan sejarahHubungan antropologi dengan sejarah
Hubungan antropologi dengan sejarahMuhamad Arifin
 
Makalh karakteristik sosionatropologi k
Makalh karakteristik sosionatropologi kMakalh karakteristik sosionatropologi k
Makalh karakteristik sosionatropologi kYadhi Muqsith
 
Makalh karakteristik sosionatropologi
Makalh karakteristik sosionatropologiMakalh karakteristik sosionatropologi
Makalh karakteristik sosionatropologiYadhi Muqsith
 
ILMU SEJARAH (PENGANTAR ILMU SOSIAL)
ILMU SEJARAH (PENGANTAR ILMU SOSIAL)ILMU SEJARAH (PENGANTAR ILMU SOSIAL)
ILMU SEJARAH (PENGANTAR ILMU SOSIAL)Asri Yunita
 

What's hot (19)

pengantar ANTROPOLOGI
pengantar ANTROPOLOGIpengantar ANTROPOLOGI
pengantar ANTROPOLOGI
 
02. korelasi antropologi dan ilmu lain
02. korelasi  antropologi dan ilmu lain02. korelasi  antropologi dan ilmu lain
02. korelasi antropologi dan ilmu lain
 
Ppt_pengertian antropologi pdf
Ppt_pengertian antropologi pdfPpt_pengertian antropologi pdf
Ppt_pengertian antropologi pdf
 
Pengantar Antropologi
Pengantar AntropologiPengantar Antropologi
Pengantar Antropologi
 
Ppt 1 dasar dasar antropologi
Ppt 1 dasar dasar antropologiPpt 1 dasar dasar antropologi
Ppt 1 dasar dasar antropologi
 
Power Point Presentasi Antropologi Budaya (Etnik dan Ras)
Power Point Presentasi Antropologi Budaya (Etnik dan Ras)Power Point Presentasi Antropologi Budaya (Etnik dan Ras)
Power Point Presentasi Antropologi Budaya (Etnik dan Ras)
 
Antropologi Budaya
Antropologi BudayaAntropologi Budaya
Antropologi Budaya
 
Metode dan pendekatan dalam ilmu antropologi
Metode dan pendekatan dalam ilmu antropologiMetode dan pendekatan dalam ilmu antropologi
Metode dan pendekatan dalam ilmu antropologi
 
Antropologi kesehatan
Antropologi kesehatanAntropologi kesehatan
Antropologi kesehatan
 
Antropologi Sosial & Budaya
Antropologi Sosial & Budaya Antropologi Sosial & Budaya
Antropologi Sosial & Budaya
 
Pesentation antropologi
Pesentation antropologiPesentation antropologi
Pesentation antropologi
 
Antropologi
AntropologiAntropologi
Antropologi
 
Materi Antropologi
Materi Antropologi Materi Antropologi
Materi Antropologi
 
Antropologi
AntropologiAntropologi
Antropologi
 
Hubungan antropologi dengan sejarah
Hubungan antropologi dengan sejarahHubungan antropologi dengan sejarah
Hubungan antropologi dengan sejarah
 
Makalh karakteristik sosionatropologi k
Makalh karakteristik sosionatropologi kMakalh karakteristik sosionatropologi k
Makalh karakteristik sosionatropologi k
 
Makalh karakteristik sosionatropologi
Makalh karakteristik sosionatropologiMakalh karakteristik sosionatropologi
Makalh karakteristik sosionatropologi
 
ILMU SEJARAH (PENGANTAR ILMU SOSIAL)
ILMU SEJARAH (PENGANTAR ILMU SOSIAL)ILMU SEJARAH (PENGANTAR ILMU SOSIAL)
ILMU SEJARAH (PENGANTAR ILMU SOSIAL)
 
Amerika
AmerikaAmerika
Amerika
 

Similar to Tugas artikel antropologi ruslina fitriani-Sosiologi-Dr. Taufik Ramdani, S.Th.I., M.Si

Slide-LSE-1-Antropologi.ppt
Slide-LSE-1-Antropologi.pptSlide-LSE-1-Antropologi.ppt
Slide-LSE-1-Antropologi.pptNuhaImanudin
 
Bagi_MODUL_AJAR_RENI.docx
Bagi_MODUL_AJAR_RENI.docxBagi_MODUL_AJAR_RENI.docx
Bagi_MODUL_AJAR_RENI.docxrenijuliati
 
Antropologi
AntropologiAntropologi
Antropologibudifilo
 
PPT Antropologi&Sosiologi.pptx
PPT Antropologi&Sosiologi.pptxPPT Antropologi&Sosiologi.pptx
PPT Antropologi&Sosiologi.pptxMunifah ifa
 
Makalh karakteristik sosionatropologi k
Makalh karakteristik sosionatropologi kMakalh karakteristik sosionatropologi k
Makalh karakteristik sosionatropologi kYadhi Muqsith
 
PPT ANTROPOLOGI PERTEMUAN 2.pptx
PPT ANTROPOLOGI PERTEMUAN 2.pptxPPT ANTROPOLOGI PERTEMUAN 2.pptx
PPT ANTROPOLOGI PERTEMUAN 2.pptxTrieAnanda2
 
02. pengantar antropologi kesehatan
02. pengantar antropologi kesehatan02. pengantar antropologi kesehatan
02. pengantar antropologi kesehatanSakriani Jamaluddin
 
Pengantar Antropologi
Pengantar AntropologiPengantar Antropologi
Pengantar AntropologiMuhamad Yogi
 
Rabu Sos x kd 3.1
Rabu Sos x kd 3.1Rabu Sos x kd 3.1
Rabu Sos x kd 3.1RiyanAdita
 
Pengantar ilmu artopologi
Pengantar ilmu artopologiPengantar ilmu artopologi
Pengantar ilmu artopologiabdulharisahada
 
1 pengantar-antropologi-sosial 2
1 pengantar-antropologi-sosial 21 pengantar-antropologi-sosial 2
1 pengantar-antropologi-sosial 2Arief Hanafie
 

Similar to Tugas artikel antropologi ruslina fitriani-Sosiologi-Dr. Taufik Ramdani, S.Th.I., M.Si (17)

ANTROPOLOGI.ppt
ANTROPOLOGI.pptANTROPOLOGI.ppt
ANTROPOLOGI.ppt
 
Makalah artopologi
Makalah artopologiMakalah artopologi
Makalah artopologi
 
Slide-LSE-1-Antropologi.ppt
Slide-LSE-1-Antropologi.pptSlide-LSE-1-Antropologi.ppt
Slide-LSE-1-Antropologi.ppt
 
Bagi_MODUL_AJAR_RENI.docx
Bagi_MODUL_AJAR_RENI.docxBagi_MODUL_AJAR_RENI.docx
Bagi_MODUL_AJAR_RENI.docx
 
Antropologi
AntropologiAntropologi
Antropologi
 
PPT Antropologi&Sosiologi.pptx
PPT Antropologi&Sosiologi.pptxPPT Antropologi&Sosiologi.pptx
PPT Antropologi&Sosiologi.pptx
 
Makalh karakteristik sosionatropologi k
Makalh karakteristik sosionatropologi kMakalh karakteristik sosionatropologi k
Makalh karakteristik sosionatropologi k
 
Kelompok 8
Kelompok 8Kelompok 8
Kelompok 8
 
PPT ANTROPOLOGI PERTEMUAN 2.pptx
PPT ANTROPOLOGI PERTEMUAN 2.pptxPPT ANTROPOLOGI PERTEMUAN 2.pptx
PPT ANTROPOLOGI PERTEMUAN 2.pptx
 
02. pengantar antropologi kesehatan
02. pengantar antropologi kesehatan02. pengantar antropologi kesehatan
02. pengantar antropologi kesehatan
 
Antropologi Hukum
Antropologi HukumAntropologi Hukum
Antropologi Hukum
 
Pengantar Antropologi
Pengantar AntropologiPengantar Antropologi
Pengantar Antropologi
 
Rabu Sos x kd 3.1
Rabu Sos x kd 3.1Rabu Sos x kd 3.1
Rabu Sos x kd 3.1
 
Bab 1
Bab 1Bab 1
Bab 1
 
Pengantar ilmu artopologi
Pengantar ilmu artopologiPengantar ilmu artopologi
Pengantar ilmu artopologi
 
Antropologi
AntropologiAntropologi
Antropologi
 
1 pengantar-antropologi-sosial 2
1 pengantar-antropologi-sosial 21 pengantar-antropologi-sosial 2
1 pengantar-antropologi-sosial 2
 

Recently uploaded

Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5KIKI TRISNA MUKTI
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfirwanabidin08
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxFuzaAnggriana
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxRezaWahyuni6
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggeraksupriadi611
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau tripletMelianaJayasaputra
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfkustiyantidew94
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxmawan5982
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxRezaWahyuni6
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfElaAditya
 
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxawaldarmawan3
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdfsdn3jatiblora
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)3HerisaSintia
 
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxLembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxbkandrisaputra
 
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptxGiftaJewela
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfSitiJulaeha820399
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docxbkandrisaputra
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdfvebronialite32
 

Recently uploaded (20)

Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
 
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
 
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxLembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
 
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
 

Tugas artikel antropologi ruslina fitriani-Sosiologi-Dr. Taufik Ramdani, S.Th.I., M.Si

  • 1. 1 ARTIKEL ANTROPOLOGI Dosen Pengampu Dr.Taufiq Ramdani,S.Th.I.,M.Sos Disusun oleh : Nama : Ruslina Fitriani Nim : L1C021128 Prodi/kelas : Sosilogi 1C PROGRAM STUDI SOSIOLOGI FAKULTAS DI BAWAH REKTOR UNIVERISITAS MATARAM 2021
  • 2. 2 DAFTAR ISI DAFTAR ISI………………………………………………………………………ii 1. LATAR BELAKANG KEMUNCULAN ANTROPOLOGI SERTA MANFAAT KAJIAN ANTROPOLOGI. A. Latar belakang lahirnya antropologi a. Latar belakan lahirnya antropologi……………………………………...3 b. Manfaat mempelajari kajian antropologi…………………………....…..9 c. Manfaat mempelajari kajian antropologi…………………………….....14 2.CABANG-CABANG ANTROPOLOGI DAN FOKUS KAJIANNYA 1. Antropologi biologi…………………………………………………….17 2.Antropologi budaya………………………………………………….....19 3. Antropologi ekonomi……………………………………………..……21 4.Antropologi kesehatan……………………………………………….…23 5. Antropologi Psikologi……………………………………………….…31 6.Antropologi pendidikan………………………………………………...36 7.Antropologi Lingkungan Hidup/Antropologi Ekologi…………………38 8.Antropologi hukum……………………………………………………..41 3.METODE-METODE PENYEBARAN BUDAYA a.pengertian metode penyebaran budaya…………………………………..43 b.metode fenomenologi budaya……………………………………………46 c.metode fenomenologi…………………………………………………….48 4.METODE DAN PENDEKATAN DALAM KAJIAN ANTROPOLOGI a.kuantitatif…………………………………………………………………53 b.kualitatif……………………………………………………………….….56 DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………….…..58
  • 3. 3 1. Latar Belakang Kemunculan Antropologi serta Manfaat Kajian Antropologi A. Latar Belakang Lahirnya Antropologi. Antropologi pada masa perkembangan awalnya tidak dapat dipisahkan dengan karya-karya para penulis yang mencatat gambaran kehidupan penduduk atau suku bangs di luar Eropa. Pada saat itu, kehidupan penduduk di luar Eropa dipandang menarik oleh para penjelajah, para penjajah, atau para misionaris karena perbedaan cara hidup antara masyarakat Eropa dengan masyarakat di luar Eropa. Oleh karenanya, mereka bukan saja menulis tentang perjalanan atau yang terkait dengan tugasnya tetapi juga melengkapinya dengan deskripsi tentang tata cara kehidupan masyarakat yang mereka temui. Deskripsi ini kemudian dikenal dengan sebutan etnografi. Beberapa tulisan karya mereka akan dipaparkan pada uraian berikut. Tulisan Herodotus, seorang bangsa Yunani yang dikenal pula sebagai Bapak sejarah dan etnografi, mengenai bangsa Mesir merupakan tulisan etnografi yang paling kuno. Tulisan-tulisan etnografi pada masa awal masih bersifat subyektif, penuh dengan prasangka dan bersifat etnosentrisme. Etnosentrisme adalah sebuah pandangan atau sikap di mana suku bangsa sendiri dianggap lebih baik dan dijadikan ukuran dalam melihat baik buruknya karakter suku bangsa lainnya. Orang Yunani pada masa itu menganggap bahwa suku-suku bangsa selain orang Yunani seperti orang Mesir, Libia dan Persia termasuk ke dalam suku bangsa yang masih setengah liar dan belum beradab. Pandangan seperti ini juga tersirat dalam tulisan Heredotus yang mendeskripsikan suku bangsa Mesir tersebut. Pada jaman Romawi kuno terdapat pula beberapa hasil karya etnografi mengenai kehidupan suku bangsa Germania dan Galia yang ditulis oleh Tacitus dan Caesar. Sebagai seorang perwira yang memimpin perjalanan tentaranya sampai ke Eropa Barat, Caesar menulis etnografinya secara sistematis seperti halnya bentuk laporan seorang perwira sedangkan Tacitus menulis etnografinya dengan gaya bahasa yang mengungkap perasaan dan kegalauannya tentang kehidupan yang terdapat di ibukota kerajaan Roma. Pencatat etnografi yang cukup terkenal adalah Marco Polo (1254-1323). Ia mengembara dengan keluarga besarnya ke daerah Asia Timur dan sempat menetap di istana Khu Bilai Khan. Di sini ia melihat beberapa kebiasaan yang
  • 4. 4 dianggapnya aneh, yaitu penggunaan uang yang terbuat dari kertas dan diberi cap serta ditandatangani di mana uang tersebut mempunyai bermacam-macam nilai. Marco Polo juga pernah singgah di daratan Indonesia (yang diketahui dari tulisannya), di mana ia pernah singgah di beberapa pelabuhan dari semenanjung Malaya hingga menelusuri Pulau Sumatra, di antaranya adalah singgah ke di pelabuhan Perlec (dalam bahasa Aceh) atau Peureula atau Perlak (dalam bahasa Melayu). Marco Polo menceritakan kehidupan di kota pelabuhan ini di mana pedagang dari India dan penduduk pribuminya menganut agama Islam sedangkan penduduk yang ada di pedalaman masih mengerjakan hal-hal yang haram. Tulisan etnografi yang dianggap lebih baik dan obyektif justru adalah buah tangan dari seorang padri berbangsa Prancis yaitu Yoseph Francis Lafitau (1600-1740). Ia mencoba membandingkan antara kebiasaan dan tata susila orang Indian yang hendak dinasranikan dengan adat istiadat bangsa Eropa kuno. Hasilnya, ia beranggapan bahwa bangsa primitif (Indian) tidak dilihatnya sebagai manusia yang aneh. Akan tetapi karena bahan yang diperbandingkannya sangat terbatas maka pandangannya tentang perbandingan ini pun sangat terbatas. Ahli etnografi, dalam arti yang modern (Harsojo, 1984), adalah Jens Kreft, seorang guru besar pada akademi di Soro. Ia menulis sebuah buku berjudul “Sejarah Pendek tentang Lembaga-lembaga yang Terpenting, Adat dan Pandangan-pandangan Orang Liar” 1760. Jens Kreft awalnya adalah seorang ahli filsafat, di mana ia tidak sependapat dengan pandangan Rousseau tentang manusia. Pandangan Jens Kreft tentang manusia lebih dianggap mewakili pandangan sebagai seorang ahli etnologi daripada pandangan para ahli filsafat. Tulisan etnografinya adalah mengenai dua suku bangsa Indian, Lule dan Caingua, di Amerika Selatan, yang pada awalnya diduga mempunyai kebudayaan yang rendah. Ternyata dugaannya itu salah. Ia pun dipandang sebagai orang pertama yang menulis etnografi secara lengkap yaitu dengan memperhatikan aspek pertumbuhan ekonomi, masyarakat, agama dan kesenian. Ahli berikutnya yang dianggap sebagai pendorong penulisan ilmiah dan sistematis mengenai etnografi adalah Adolf Bastian. Ia memberikan pandangan mengenai kesatuan kebudayaan yang dimiliki oleh suatu masyarakat,
  • 5. 5 di mana suatu kebudayaan memiliki sifat-sifatnya yang khusus yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan dasarnya dan lingkungannya. Penelitian secara ilmiah mengenai antropologi berkembang pesat setelah ditemukan atau setelah diketahui adanya hubungan antara bahasa Sansakerta, Latin, Yunani dan Germania (Harsojo, 1984), sehingga memungkinkan lebih banyak tersedia bahan-bahan etnografi sebagai bahan perbandingan. Atas dasar ini kemudian timbul penelitian yang bersifat historis komparatif mengenai kebudayaan. Dalam keperluan ini, berdirilah lembaga-lembaga etnologi seperti Museum Etnografi yang didirikan oleh G.J. Thomson di Kopenhagen tahun 1841, Museum Etnologi di Hamburg tahun 1850, The Peabody Museum of Archeology and Ethnology di Harvad tahun 1866, American Ethnological Society di New York tahun 1842, Ethnological Society of London di Inggris tahun 1843, dan The Bureau of American Ethnology di Amerika tahun 1875. Selama abad ke 20, penelitian antropologi dan etnologi makin berkembang, terutama di pusat-pusat kajian antropologi dan etnologi seperti di Amerika Serikat, Inggris, Afrika Selatan, Australia, Eropa Barat, Eropa Tengah, Eropa Utara, Uni Soviet dan Meksiko. Di Indonesia, bahan-bahan etnografi juga telah dikumpulkan terutama menyangkut adat istiadat, sistem kepercayaan, struktur sosial dan kesenian. Bahan-bahan etnografi tentang I ndonesia banyak dikumpulkan oleh para pegawai pemerintah jajahan, di antaranya yang terkenal adalah T.S. Raffles mantan Letnan Gubernur Jenderal di Indonesia (antara tahun 1811 hingga 1815). Raffles banyak menulis kebudayaan penduduk pribumi Indonesia, di antaranya adalah dua jilid etnografi tentang kebudayaan Jawa (1817). B. Manfaat Mempelajari Kajian Antropologi Berikut adalah beberapa manfaat yang akan kita dapatkan dalam mempelajari kajian antropologi yang terntunya akan membawa ke arah kebaikan selama kita hidup bermasyarakat, di antaranya: 1. Dapat mengetahui pola perilaku manusia dalam kehidupan bermasyarakat secara Universal maupun pola perilaku manusia pada tiap-tiap masyarakat (suku bangsa).
  • 6. 6 2. Dapat mengetahui kedudukan serta peran yang harus kita lakukan sesuai dengan harapan warga masyarakat dari kedudukan yang kita sandang. 3. Dengan mempelajari Sosiologi dan Antropologi akan memperluas wawasan kita terhadap tata pergaulan umat manusia di seluruh dunia yang mempunyai kekhususan-kekhususan yang sesuai dengan karakteristik daerahnya sehingga menimbulkan rasa toleransi yang tinggi. 4. Dapat mengetahui berbagai macam problema dalam masyarakat serta memiliki kepekaan terhadap kondisi-kondisi dalam masyarakat baik yang menyenangkan serta mampu mengambil inisiatif terhadap pemecahan permasalahan yang muncul dalam masyarakatnya. 2. Cabang-Cabang Antropologi dan Fokus Kajiannya Dikutip dari modul Ruang Lingkup Ilmu Antropologi terbiran UT, setidaknya ada lima pertimbangan yang difokuskan dalam kajian antropologi. Pertama, perihal sejarah dan perkembangan manusia dilihat dari ciri-ciri tubuhnya secara evolusi, dan dipandang dari segi biologi.Kedua, perihal sejarah terjadinya berbagai ragam manusia dari aspek fisiknya. Ketiga, perihal perkembangan, penyebaran, dan terjadinya beragam fenomena kebudayaan di dunia.Keempat, perihal sejarah asal, perkembangan, serta penyebaran berbagai macam bahasa di seluruh dunia.Kelima, perihal asas-asas kebudayaan manusia dalam kehidupan masyarakat suku bangsa di dunia.Cabang dari antropologi adalah antropologi budaya dan antropologi biologi. Kemudian antropologi biologi terbagi dalam paleontropologi, dan antropologi fisik. Sedangkan antropologi budaya dibagi menjadi prasejarah, arkeologi, etnolinguistik, dan etnologi. Berdasarkan pengkategorian tersebut, Koentjaraningrat merinci lagi ke dalam beberapa cabang ilmu.Etnologi memiliki dua cabang ilmu yaitu, antropologi diakronik atau etnologi (etnhonology, dan antropologi sinkronik atau antropologi sosial (social anthropologi).Berikut ini, pembahasan dari uraian di atas: 1) Antropologi biologi Antropologi biologi menelaah hal-hal yang berhubungan dengan sisi biologis manusia. Terkadang, beberapa subdisiplin menyebut antropologi budaya dengan istilah lama yaitu antropologi fisik. Antropologi fisik cenderung
  • 7. 7 menekankan pada pengetahuan terkait anatomi komparatif. Komparatif atau perbandingan tersebut itu, meliputi hubungan antara spesies manusia, dan primat yang lebih tinggi.Hal itu seperti, simpanse dengan gorilla. Kemudian, hubungannya dengan manusia dan nenek moyangnya. Hal tersebut seperti, Homo erectus dengan australopithecus africanus. Komparasi anatomi ras-ras tersebut, saat ini semakin berkurang karena bidang genetika manusia semakin moderen. Dikutip dari modul perkembangan berkelanjutan mata pelajaran Antropologi SMA, genetika manusia berkembang secara cepat bersamaan dengan aspek demografi, dan ilmu forensik. Ilmu forensik, umunya difokuskan untuk proses hukum. - Paleontropologi Paleontropologi merupakan ilmu bagian yang menelisik perihal asal usul atau proses terjadinya evolusi manusia. Proses tersebut dilakukan dengan cara meneliti sisa-sisa tubuh manusia yang telah membantu. -Antropologi fisik Antropologi fisik dipahami sebagai bagian dari ilmu antropologi yang mengupayakan penjelasan dari suatu pengertian terkait sejarah kehadiran manusia di bumi.Cabang ilmu antropologi fisik lainya adalah somantologi. Ilmu ini berbicara tentang variasi di antara makluk manusia, bagaimana dan apa sebabnya makluk manusia memiliki ciri-ciri has fisik yang bervariasi. Menngapa ada kelompok manusia berwarna kulit hitam,kulit merah dan kulit putih dan kulit coklat? Mengapa ada manusia yang tubuhnya lebih tinggi dari manusia lainnya? Mengapa terdapat kelompok manusia yang memiliki jeris rambut hitam lurus,hitam keriting,merah ikal coklat dan sebagainya? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, parah antropologi fisik menerapkan prinsip-prinsip teknik dan konsep-konsep dari ilmu genetika manusia, biologi kependudukan, dan epidemiologi. Ilmu genetika manusia, berbicara tentang bagaimana terjadinya pewarisan ciri biologis pada manusia. Biologi kependudukan merupakan ilmu yang mempelajari efek-efek lingkungan pada bangsa-bangsa dan interaksinya dengan ciri-ciri khas suatu bangsa. Hepidemiologi adalah ilmu yang mempelajari bagaimana dan apa sebabnya penyakit-penyakit berlainan efeknya pada bangsa yang berbeda.(Ember dalam Ihromi, 2000:6). Melalui konsep dari
  • 8. 8 beberapa ilmu tersebut, dapat diperoleh jawaban mengapa manusia memiliki ciri-ciri tubuh yang berbeda. Perbedaan fisik manusia dimuka bumi ini, jika ditelusuri dari asal usulnya berasal dari anak keturunan Nabi Nuh sebagai sala satu keturunan Nabi Adam. Tiga anak nabih Nuh, yaitu Ham, Yafit dan Sam yang selamat dari bencana banjir besar (air bah), karena mengikuti ajaran ayahnya sedangkan istri Nabi Nuh dan anaknya yang bernama Kanaan tidak ikut serta dalam bahtera dan akhirnya tenggelam karena tidak mempercayai ajaran Nabi Nuh. Keturunan anak-anak Nabi Nuh yang tersebar di beberapa tempat akhirnya melahirkan keturunana dengan cir-ciri fisik berbeda. Keturunan Ham ada yang bermigrasi ke Afrika yang kemudian melahirkan keturnan Negro berkulit hitam (ras Negroid). Keturanan Yafit bermigrasi ke Eropa yang kemudian memliki keturunan bangsa kulit putih (ras Kaukasoid) sementara keturunan Sam ada yang bermigrasi ke Asia yang menurunkan bangsa kulit kuning langsat (ras Mongoloid). Jika pada akhirnya dimuka bumi ini terdapat penegelompokan lebih dari tiga,bisa jadi hal itu merupakan hasil perkawinan antar ras atau merupakan perkembangan aspek genetika yang dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan alam. 2. Antropologi budaya Menurut kajian antropologi budaya, manusia adalah satu-satunya mahluk yang berbudaya. Sehingga, tidak ada manusia yang tidak mempunyai budaya. Akal budi yang dimiliki manusia, membuatnya mampu menguasai alam. Hal ini karena, manusia tidak mengandalkan nalurinya. Keberhasilan manusia untuk mengendalikan alam, menjadi penyebab terbentuknya sebuah budaya.Budaya yang dibentuk oleh manusia dipelajari, bukan diwariskan secara biologis. Antropologi budaya bertugas menelaah kebudayaan manusia yang tersebar di seluruh permukaan bumi ini. - Prasejarah Dalam konteks ilmu antropologi, prasejarah adalah masa ketika belum ada peninggalan-peninggalan sejarah dalam bentuk bahasa tulis. Sehingga, batas antara sejarah dan pra sejarah adalah adanya peninggalan sejarah berupa tulisan. Sementara kondisi masyarakat yang hidup pada masa lampau, dan belum mengenal tulisan, disebut sebagai zaman pra aksara. Berdasarkan catatan dalam
  • 9. 9 Handout Antropologi milik Daniel Fernandez (2018), manusia diperkirakan hidup sejak 800.000 tahun silam. Kemudian, kehidupan manusia dibagi ke dalam dua fase. Dua fase tersebut meliputi, fase sebelum mengenal bahasa tulis atau pra aksara, dan fase sesudah mengenal bahasa tulis. Batas antara kedua fase tersebut berbeda-beda di setiap negara. Di Mesir, manusia telah mengenal bahasa tulis sejak 6000 tahun silam. Sementara di Minoa tepatnya di pulau Kreta, manusia sudah mengenal bahasa tulis sejak 5000 tahun silam. Sama halnya dengan Yemdet Nasr di Irak. Yemdet Nasr di Irak adalah kebudayaan Harappa-Mohenjodaro di India. Sedangkan batas prasejarah di Indonesia kira- kira sejak abad ke-5 M. Beberapa daerah di Indonesia, salah satunya di pedalaman Papua terisolasi sehingga tidak mengenal bahasa tulis secepat daerah-daerah lainnya. Aspek pra sejarah, erat kaitannya dengan aspek arkeologi. Dengan bantuan arkeologi, maka peneliti mampu menganalisa budaya di suatu kelompok masyarakat. - Arkeologi Ilmu arkeologi mampu menganalisa budaya masyarakat prasejarah. Namun, para arkeolog tidak hanya menalaah benda-benda peninggalan prasejarah sajah.Para arkeolog juga menelaah banyak peninggalan masyarakat setelah mengenal bahasa tulis.Beberapa sumber arkeologi yang penting adalah, sumber tertulis, seperti prasasti. Kemudian, artefak atau perkakas, seperti senjata, dan alat-alat dapur. Lalu, bangunan seperti megalith, candi, istana, dan sebagainya.Bahan kajian arkeologi atau /pre histori adalah semua artefak/material culture/benda- benda sejara yang ditemukan pada lapisan tanah atau di atas tana.benda-benda tersebut bisa berupa batu kapak,tulang yang diruncingkan/dipipikan,wada dari tembikar,benda kramik,alat-alat dari tembaga,batuan bertulis,tanduk binatang yang telah dibentuk atau di ukir,dan sebagainya. Sebagai contoh,penemuan batuan bertulis dapat mengungkapkan persebaran sebuah bahasa (dimana,kapan,budaya apa yang mempengaruhi). - Etnolinguistik Menurut ilmu antropologi, salah satu ciri dari manusia yang berbudaya adalah mereka yang memiliki kemampuan untuk berbicara atau berbahasa. Akan tetapi, seorang arkolog bernama Prof. Teuku Yacob meragukan bahwa pithecanthropus
  • 10. 10 erectus sudah mempunyai kebudayaan. Hal tersebut, dibuktikan dengan adanya penemuan bahwa fosil pithecanthropus erectus tidak memiliki daerah artikulasi. Daerah artikulasi dimulut merupakan daerah pembentukkan bahasa. Sehingga pithecanthropus erectus belum bisa disebut sebagai manusia yang memiliki kebudayaan. Antropolohi linguistik atau etnolinguistik dipahami sebagai studi tentang bahasa-bahasa manusia. Linguistik tersebut merupakan deskripsi suatu bahasa, dan sejarah bahasa-bahasa.Studi linguistik mampu mengetahui lebih baik terkait pendapat orang tentang diri manusia sendiri, dan tentang dunia sekitarnya.Beberapa pokok kajian dalam ilmu ini adalah mempelajari timbulnya bahasa,persebaran bahasa dan bagaimna terjadinya variasi bahasa. Para antropolog bahasa juga tertarik pada masalah bagaimna bahasa-bahasa sekarang berbeda dalam konstruksi dan cara penggunaannya. Beberapa bidang ilmu yang berhubungan dengan etnolinguistik adalah ilmu bahasa deskriptip,ilmu bahasa struktural,dan sosiolinguistik.sala satu kesulitan yang dihadapi ahli etnolinguistik sejarah adalah ketika mengkaji bahasa-bahasa yang tidak tertulis,bahasa yang hanya di ucapkan oleh kelompok manusia dan jika bahasa tersebut tidak adalagi yang mengunakannya (punah). Maka,para antropolog harus bekerja mundur dalam waktu.pengkajian dilakukan pada masa kini dengan melakukan perbadingan-perbandingan bahasa yang masi ada kemudian mencari pengaruh-pengaruh terjadinya perubahan bahasa. - Etnologi Etnologi merupakan bagian dari antropologi budaya yang berupaya untuk memahami pengertian terkait dasar-dasar kebudayaan manusia.Etnologi adalah ilmu yang mempelajari kehidupan suku-suku bangsa.etnologi juga mempelajari pola-pola kelakuan seperti adat istiadat,perkawinan,sistem mata pencaharian hidup,sistem politik,agama,struktur kekerabatan,cerita rakyat,kesenian,musik dan bagaimna perbedaan-perbedaan di antara pola-pola itu dalam berbagai masyarakat dan kebudayaan masa kini. Etnologi juga mempelajari dinamika kebudayaan yang berlangsung dalam masyarakat. para etnolog dalam mengumpulkan informasi tentang kebudayaan suku-suku bangsa yang di telitinya harus melakukan penelitian lapangan.selain itu,etnolog bisa juga mengumpulkan hasil-hasil penelitian suku bangsa dalam bentuk etnografi
  • 11. 11 (gambaran kehidupan suku bangsa). Upaya tersebut dilakukan dengan cara mempelajari kebudayan dalam kehidupan manusia dari sebanyak mungkin suku bangsa. Suku bangsa tersebut tersebar di seluruh muka bumi, baik pada masa lalu ataupun masa sekarang. Pembahasan terkait etologi dibagi menjadi dua aliran. Dua aliran tersebut meliputi, diakronik atau etnologi (etnhonology), dan antropologi sinkronik atau antropologi sosial (social anthropologi). Pertama, diakronik merupakan aliran yang menekankan pada bidang diakroning. Bidang diakronis adalah aliran yang sifatnya berkelanjutan sesuai dengan berjalannya waktu.Tujuan diakronis ialah, mencari pengertian terkait sejarah perkembangan suatu negara. Kedua, sinkronik merupakan aliran yang menekankan pada bidang sinkronik. Sinkronik aliran yang sifatnya bersamaan dalam satu waktu. Tujuan sinkronik adalah mencari asas persamaan dalam masyarakat yang beragam. 3. antropologi ekonomi. Antropogi ekonomi merupakan studi tentang cara-cara yang ditempuh manusia dalam mempertahankan dan mengekspresikan diri melalui penggunaan barang dan jasa.bidang studi ini meliputi kajian tentang teknologi,produksi,perdagangan,konsumsi dan juga berbagai bentuk pengaturan sosial dan ideologis manusia untuk mendukung kehidupan materinya. Bidang ilmu ini memiliki objek kajian pada: fenomena ekonomi ekonomi masyarakat sederhana yang terintegrasi dengan sistem sosial dan budaya (dalton,1961),studi komparatif dan klasifikasi sistem ekonomi (nash,1966), aspek sosio-cultural fenomena ekonomi,peran individu dalam kegiatan ekonomi dan dalam sistem ekonomi industri (firth),alokasi buda dan sistem perkawinan yang berhubungan dengan alokasi barang dan jasa (burling,1968),mendefenisikan ekonomi dalam makna substantif,bukan makna formal (polanyi,1965). 4.Antropologi kesehatan. Antropologi kesehatan merupakan cabang ilmu antropologi yang mengkaji persoalan kesehatan dan pengobatan dalam kehidupan masyarakat.antropologi kesehatan memiliki perhatian pada aspek-aspek sosial dan budaya dari kesehatan dan penyakit. Antropologi kesehatan memliki empat akar kajian,yaitu:
  • 12. 12 a) perhatian ahli atropologi fisik terhadap topik-topik seperti efolusi,adaptasi,anatomi komparatif,tipe-tiperas,genetika dan serologi. b) perhatian etnografi tradisional terhadap pengobatan primitif,termasuk ilmu sihir dan magis. c) gerakan”kebudayaan dan kepribadian”pada akhir 1930-an dan 1940-an yang merukan kerja sama antara ahli-ahli skiatri dan antropologi d) gerakan kesehatan masyarakat internasional setelah perang dunia ke II. 5. Antropologi Psikologi Antropologi psikologi mengkaji hubungan diantara individu dengan makna, nilai, serta kebiasaan sosial dari sistem budaya yang ada. Pada awalnya antropologi psikologi merupakan sub-disiplin antropologi yang membahas tentang Kebudayaan dan Kepribadian atau disebut juga Ethnopsikologi. Antropologi Psikologi adalah cabang dari antropologi yang bersifat interdisipliner dan mengkaji interaksi kebudayaan dan proses mental. Antropologi psikologi memperhatikan cara perkembangan manusia dan enkulturasi dalam kelompok budaya tertentu dengan sejarah, bahasa, praktik, dan kategori konseptualnya sendiri membentuk proses perolehan kognisi, emosi, presepsi, motivasi, dan kesehatan mental. Juga memeriksa tentang bagaimana pemahaman kognisi, emosi, motivasi, dan proses psikologis sejenis membentuk model proses budaya dan sosial. Setiap aliran dalam antropologi osikologis memiliki pendekatannya tersendiri. Beberapa aliran dalam antropologi psikologi adalah Antropologi Psikoanalitis, Kebudayaan dan Kepribadian; Etnopsikologi; Antropologi Kognitif dan Antropologi Psikiatris. Lingkup antropologi psikologi, bersifat studi lintas budaya (crossculture studies) mengenai kepribadian dan sistem sosial budaya. Kajian ini meliputi (a) hubungan sosial dan nilai-nilai budaya dengan pola rata-rata (modal pattern) pengasuh anak; (b) hubungan antara pola rata-rata pengasuhan anak dengan struktur kepribadian rata-rata (modal personality), seperti yang diungkapkan dalam perilaku; (c) hubungan antara struktur kepribadian rata-rata dengan sistem peran (role system) dan aspek proyeksi dari kebudayaan lain; dan (d) hubungan semua variabel di atas dengan perilaku menyimpang (deviant behaviour pattern) yang berbeda satu kolektif dengan kolektif lainnya.
  • 13. 13 6. Antropologi Pendidikan Antropologi pendidikan berusaha untuk menyusun generalisasi yang bermanfaat tentang manusia Ruang danperilakunya dalam rangka memenuhi kebutuhannya tentang informasi, ilmu pengetahuan, penguasaan teknologi, dan transfer pengetahuan. Antropologi pendidikan termasuk spesialisasi antropologi yang relatif muda, setelah dasa warsa 1960-an di Amerika Serikat semakin banyak diperlukan keahlian dalam meneliti masalah-masalah pendidikan dari perspektif antropologi. Sejak saat itulah antropologi pendidikan kemudian dianggap dapat berdiri sendiri sebagai cabang spesialisasi antropologi yang resmi. Sebagai sebuah kajian, Antropologi Pendidikan menggunakan teori-teori dan metode yang digunakan oleh antropolog serta pengetahuan yang diperoleh khususnya yang berhubungan dengan kebutuhan manusia atau masyarakat tentang pendidikan. Kajian materi antropologi pendidikan, tidak bertujuan menhasilkan ahli-ahli antropologi, melainkan menambah wawasan ilmu pengetahuan bagi praktisi pendidikan (guru, dosen, pembuat kebijakan, pelaksanaan kebijakan, pemerhati/analis pendidikan) mengenai pendidikan melalui perspektif antropologi. Meskipun tidak menutup kemungkinan diantara peminat Antropologi Pendidikan ada yang menjadi ahli antropologi. 7. Antropologi Lingkungan Hidup/Antropologi Ekologi Cabang antropologi ini mengkaji hubungan antara manusia dengan lingkungan. Kajian antropologi ekologi berasumsi bahwa perilaku sosial selalu mengandung makna penting atas hubungan manusia dengan lingkungannya. Julian H. Stepward menyebut kajian ini sebagai ekologi kebudayaan yang mempelajari proses adaptasi masyarakat pada lingkungannya. Pendekatan ekologi kebudayaan, yang diperkenalkan oleh Steward (1955:41-42), seorang ahli antropologi ekologi, mempunyai tiga unsur dasar dalam penganalisisannya, yaitu: (a) Menganalisis hubungan antara eksploitasi atau teknologi produksi dengan lingkungannya, (b) Menganalisi peranan pola-pola kelakuan dalam mengeksploitasi suatu wilayah tertentu dengan mempergunakan teknologi yang khusus, dan (c) Mengamati semua pola kelakuan yang diperlukan dalam eksploitasi tersebut, yang mempengaruhi aspek-aspek kebudayaan yang lain. Prosedur yang ketiga ini memerlukan pendekatan yang holistik , yaitu dengan
  • 14. 14 memperhatikan faktor-faktor demografi, pola pemukiman, struktur kekerabatan, pemilikan tanah, tata guna lahan, dan lain-lain dari aspek kebudayaan. 8. Antropologi Hukum Antropologi hukum adalah disiplin ilmu hukum empiris yang memusatkan perhatiannya pada studi-studi hukum dalam kenyataannya di masyarakat dengan menggunakan pendekatan antropologis. Antropologi hukum kajiannya lebih memfokuskan pada fenomena hukum sebagai alat pengendalian sosial (social control) dalam masyarakat secara luas. Antropologi hukum pada dasarnya mempelajari: (a) hubungan timbal-balik antara hukum dengan fenomena- fenomena sosial budaya secara empiris dalam kehidupan masyarakat; (b) bagaimana hukum berfungsi dalam kehidupan masyarakat, atau bagaimana hukum bekerja sebagai alat pengendalian sosial atau sarana untuk menjaga keteraturan sosial (social order) dalam masyarakat. Dengan demikian, studi-studi antropologis mengenai hukum memberi perhatian pada aspek-aspek kebudayaan manusia yang berkaitan dengan fenomena hukum dalam fungsinya sebagai sarana untuk menjaga keteraturan sosial atau alat pengendalian sosial dalam masyarakat (Pospisil, 1971:x, 1973: 538; Ihromi, 1989:8). Antropologi hukum secara khusus mempelajari proses-proses sosial di mana pengaturan mengenai hak dan kewajiban warga masyarakat diciptakan, dirubah, dimanipulasi, diinterpretasi, dan diimplementasikan oleh warga masyarakat (F. von Benda-Beckmann, 1979, 1986). Antropolgi hukum telah memberikan kontribusi yang sangat oenting dan bermakna dalam pengembangan konsep dan pemahaman tentang hukum yang berlaku dalam masyarakat. Hal ini karena antropolog mempelajari hukum bukan semata-mata sebagai produk dari hasil absraksi logika sekelompok orang yang diformulasikan dalam bentuk peraturan perundang-undangan semata, tetapi lebih mempelajari hukum sebagai perilaku dan proses sosial yang berangsung dalam kehidupan masyarakat. Sumber: buku pengantar antropologi Dr.Sugeng Pujileksono,M.Si
  • 15. 15 3. PENGERTIAN METODE PENYEBARAN BUDAYA a) pengertian metode penyebaran budaya Metode sering diartikan sebagai jalan berpikir dalam bidang keilmuan. Kata metode berasal dari kata meta-hodos yang berarti menuju, melalui cara, jalan (Akhmadi, 2001: 21). Dalam Kamus Bahasa Indonesia (2020) kata metode berarti cara yang teratur berdasarkan pemikiran yang matang untuk mencapai maksud dalam ilmu pengetahuan, atau cara kerja yang teratur dan bersistem untuk dapat melaksanakan suatu kegiatan dengan mudah guna mencapai maksud yang ditentukan. Metode dimulai dengan dasar pengamatan-pengamatan dan berakhir juga dengan pengamatan-pengamatan. Metode ini mengandaikan adanya prosedur-prosedur tertentu yang dipergunakan dalam usaha memberi jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang diberikan oleh seorang ilmuwan sebagai berikut: 1. Metode ilmiah melihat kenyataan sebagai satu susunan dan bukan kekacauan. Menurut metode ini, kenyataan dapat dijelaskan menurut hukum-hukum tertentu atau aturan-aturan tertentu (Beerling, 1966: 14). metode ilmiah senantiasa berpedoman pada metode analisis dan síntesis dengans sarana induktif dan deduktif 2. Metode analisis-induktif adalah cara pandang penelitian ilmiah yang bertitik tolak dari pengetahuan-pengetahuan khusus untuk sampai kepada kesimpulan yang berupa pengetahuan umum. metode analisis-induktif (atau metode sintesis- deduktif) digunakan bersama-sama. Ini disebabkan karena sebuah análisis hanya dapat dilakukan apabila telah ada pengetahuan umum, demikian pula sebaliknya. Hal tersebut disebabkan keberadaan pengetahuan umum yang dapat memberikan peneliti pengetahuan awal atas objek yang dikaji atau fenomena yang diteliti 3. Metode síntesis disebut juga metode sintesis-deduktif, karena menggunakan deduktif sebagai alat dalam penyelidikannya. Metode ini melakukan penyelidikan dengan bertitik tolak dari pengetahuan umum agar sampai pada kesimpulan yang berupa pengetahuan khusus (Suhartono, 2004: 102). Misalnya, semua filsuf adalah manusia, dan Derrida adalah filsuf, maka kesimpulannya adalah Derrida adalah manusia.
  • 16. 16 b) metode fenomenologi budaya 1. Pengertian Fenomenologi Secara umum, fenomenologi adalah sebuah metode penelitian atau metode berpikir yang bertujuan untuk mengungkap atau menjelaskan realitas yang berada di balik gejala atau fenomena yang tertangkap oleh panca indera manusia dalam kehidupan sehari-hari. Namun, sebelum sampai ke kesadaran manusia, pengalaman hidup manusia masih berupa peristiwa-peristiwa yang dicerap oleh panca indera manusia. Peristiwa-peristiwa itu dalam fenomenologi Husserl disebut fenomena. Secara definitif, fenomena dapat dipahami sebagai sesuatu yang tampak tanpa selubung dan menampakkan dirinya kepada manusia. Kesadaran manusia. Ini berdampak tidak terungkapnya esensi kenyataan yang terdapat dalam pengalaman hidup manusia karena makna murni tidak pernah ada. Ilmu pengetahuan telah menetapkan makna atas kenyataan berdasarkan standar yang ditentukan olehnya. Maka, tidak ada penemuan di dalam ilmu pengetahuan, tetapi pembenaran atas apa yang telah ditetapkan oleh norma ilmu pengetahuan. Agar terhindar dari kesalahan tersebut, upaya untuk memahami fenomena haruslah mengembalikan intensionalitas kesadaran manusia kepada given object. Ini diperlukan karena objek bukanlah sesuatu yang berada di luar diri manusia. Objek berada di dalam dan terikat pada manusia. Oleh karena itu, upaya untuk mengungkap esensi atau makna murni atau hakikat fenomena harus dilakukan dengan cara melakukan dialektika subjek-objek. Dialektika ini diperlukan agar pembauran antara objek yang muncul dalam kesadaran berbaur dengan objek yang ada secara alamiah, sebab hanya dengan tindakan atau praktik tersebut hakikat fenomena dapat diuangkap dan pengetahuan manusia yang benar dapat dikembangkan. c) metode fenomenologi Pemahaman mengenai konsep-konsep yang terdapat dalam pendekatan metode fenome nologi Husserl merupakan hal yang harus harus dimiliki oleh seorang peneliti yang hendak menggunakan pendekatan ini sebagai pendekatan penelitian. Secara umum, terdapat delapan konsep yang menjadi unsur penyusun
  • 17. 17 pendekatan fenomenologi Husserl. Pertama, konsep fenomena yang dalam paradigma fenonemologi Husserl dipahami sebagai suatu tampilan objek, peristiwa, dalam persepsi. Fenomena adalah realitas yang menampakkan dirinya sendiri kepada manusia, atau apa saja yang muncul dalam kesadaran. Fenomena merupakan realitas yang tampak, tanpa selubung atau tirai antara manusia dengan realitas. Metode fenomenologi Husserl adalah kesadaran, yakni pemberian makna yang aktif. Kesadaran adalah kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk mengobjektivikasi dirinya. Dalam kesadaran seseorang memperlakukan dirinya sebagai subjek untuk menjadi objek bagi dirinya sendiri, atau menjadi objektif tentang dirinya sendiri. Melalui kesadaran seseorang mengalami keterbukaan dan kelangsungan relasional dengan yang lain, sehingga tercipta sebuah situasi dan kondisi yang menempatkan dirinya dengan yang lainnya tidak memiliki pemisahan yang tegas. konsep epoche. Menurut Husserl (dalam Asih, 2005; Hasbiansyah, 2008; Prasetyono, 2013) epoche merupakan konsep yang berkaitan dengan sebuah upaya atau tindakan untuk melakukan pengurangan atau tindakan penundaan penilaian (bracketing). Dalam epoche pemahaman, penilaian, dan pengetahuan kenyataan sehari-hari harus dikesampingkan terlebih dahulu, dan fenomena dimunculkan, lalu direvisi secara segar, apa adanya, dalam pengertian yang terbuka, dari tempat yang menguntungkan dari ego murni atau ego transendental. Epohe merupakan cara pandang lain yang baru dalam melihat sesuatu. Reduksi merupakan konsep ketujuh dalam paradigma fenomenologi Husserl. Reduksi adalah tindakan berupaka penangguhan kepercayaan atas dunia yang diamati atau yang dijumpai. Tindakan ini bertujuan untuk membawa kembali kesadaran manusia pada kesadaran transendental. Tindakan ini dilakukan setelah epoche. Reduksi dilakukan dengan dua tahap, yakni: a. reduksi-fenomenologis yang berupakan tindakan memilah pengalaman atau segala yang tampak pada kita agar mendapatkan fenomena dalam wujud murni. b. reduksi-fenomenologis-transendental yang merupakan tahapan untuk kembali pada ego-murni. Pada tahapan ini kesadaran manusia berusaha diarahkan untuk kembali pada sumber makna dan eksistensi dunia yang dialami.
  • 18. 18 Metode ini merujuk pada kemampuan manusia untuk memaknai fenomena yang berasal dari kesadaran yang selalu berkaitan dengan kesadaran orang lain. Maka, dalam intersubjektif, segala sesuatu yang dipahami oleh seseorang tentang orang lain didasarkan pada pengetahuan dan pengalaman masa lalu seseorang yang lain. Makna selalu terbentuk dari eksternalisasi kesadaran internal dan internalisasi kesadaran eksternal. d) metode etnografi 1. Pengertian Etnografi Saat ini, model penelitian etnografi merupakan model penelitian yang banyak diminati oleh peneliti budaya. Hal tersebut karena etnografi tidak saja mampu menghasilkan sebuah penelitian yang holistik bagi kebudayaan, tetapi juga dapat menghasilkan penemuan-penemuan baru atas kebudayaan. hal tersebut karena etnografi juga memiliki fungsi korektif atas berbagai pemahaman yang telah ada sebelumnya. Maka, etnografi tidak hanya dapat mempertegas kebenaran-kebenaran budaya yang telah ada sebelumnya, tetapi juga memiliki kemampuan untuk menghadirkan kebenarankebenaran baru kebudayaan. Oleh karena itu, banyak peneliti budaya menganggap bahwa etnografi merupakan model penelitian yang dapat membantu perkembangan keilmuan budaya secara signifikan. etnografi juga merupakan sebuah metode yang dapat digunakan dalam penelitian budaya. Hal tersebut karena etnografi tidak hanya merupakan suatu teori dan deskripsi kebudayaan, tetapi juga mencakup teknik penelitian. Oleh karena itu, dalam etnografi tidak hanya memiliki ladasan filosofis yang bersifat abstrak dan general atas kebudayaan, tetapi juga memuat prosedur-prosedur. Maka, dalam etnografi terdapat pula sistem yang dapat dimanifestasikan ke dalam langkah-langkah praktis penelitian budaya. Itulah mengapa etnografi tidak hanya dapat dilihat sebagai sebuah studi tentang bagaimana subjek berpikir tentang kebudayaan, tetapi juga studi tentang bagaimana subjek hidup dan berperilaku dalam sebuah kebudayaan. Etnografi memahami kebudayaan sebagai sesuatu yang heterogen, khas, dan dinamis, serta kompleks. Hal tersebut sebab etnografi mendefinisikan kebudayaan sebagai sebuah sistem pengetahuan yang diperoleh manusia dengan cara proses belajar, dan digunakan oleh manusia tidak saja untuk menafsirkan atau memaknai
  • 19. 19 lingkungan mereka, tetapi juga menyusun strategi perilaku dalam menghadapi lingkungan tersebut. Maka, bagi etnografi, kebudayaan bukanlah sesuatu yang bersifat eksplisit, tetapi implisit bagi manusia. Itu berarti makna kebudayaan merupakan sesuatu yang penting bagi etnografi. Namun, penggambaran sebuah bangsa melalui etnografi bukanlah penggambaran bangsa yang bersifat umum. Hal itu karena, merujuk pada Barker (2014: 92), pendekatan etnografi berpusat pada kemajemukan nilai budaya, makna, dan dunia-kehidupan. Etnografi mengandalkan penelitian lapangan untuk mendapatkan pandangan kebudayaan yang khas dan unik dari sebuah masyarakat. Penelitian lapangan harus diterapkan dalam metode etnografi, sebab penelitian lapangan dapat memberikan peneliti pemahaman mengenai cara sebuah masyarakat berinteraksi dan bekerja sama melalui fenomena budaya yang teramati. Hal tersebut membuat etnografi dapat dipahami sebagai pendekatan empiris sekaligus teoretis yang memiliki tujuan utama tidak saja memproduksi deskripsi mendetail dan holistik, tetapi juga analisis budaya yang didasarkan pada kerja lapangan yang intensif. Oleh karena itu, etnografi dapat dipahami sebagai sebuah metode penelitian lapangan dalan kajian budaya yang mengharuskan peneliti langsung berhadapan dengan objek penulisan dalam melakukan pemaknaan atau interpretasi terhadap penulisan yang dilakukan. 2. Karakteristik Penelitian Etnografi Menurut Spreadley etnografi itu berupa sebuah usaha atau upaya untuk memperhatikan makna- makna dari tindakan-tindakan dan kejadian-kejadian yang terdapat dalam masyarakat atau fenomena yang diamati. Bagi etnografi, kebudayaan adalah sistem makna. Itu karena kebudayaan oleh etnografi dipahami sebagai pengetahuan yang diperoleh dan digunakan oleh manusia untuk menafsirkan pengalaman dan membentuk atau memproduksi perilaku sosial. Etnografer mengamati tingkah laku, tetapi lebih dari itu dia menyelidiki makna tingkah laku itu. Etnografer melihat berbagai artefak dan objek alam, tetapi lebih dari itu, dia juga menyelidiki makna yang diberikan oleh orang-orang terhadap berbagai objek itu. Etnografer mengamati dan mencatat berbagai kondisi emosional, tetapi lebih dari itu, dia juga menyelidiki makna rasa takut, cemas, marah, dan berbagai perasaan
  • 20. 20 lain. Menurut Denzin & Lincoln (2009: 316) penelitian etnografi memiliki empat karakteristik khas. Adapun empat karakteristik tersebut sebagai berikut: a. Lebih menakankan upaya eksplorasi terhadap esensi atau sifat dasar fenomena budaya tertentu, dan bukan melakukan pengujian hipotesis atas fenomena tersebut. b. Lebih mementingkan bekerja dengan data yang tidak terstruktur, atau data yang belum terumuskan dalam bentuk kode-kode sebagai seperangkat kategori yang masih menerima peluang bagi analisis tertentu. c. Penelitian memfokuskan pada sejumlah kecil kasus, mungkin hanya satu kasus secara detail. d. Melakukan analisis data yang meliputi interpretasi makna dan fungsi berbagai tindakan manusia secara eksplisit sebagai sebuah produk yang secara umum mengambil bentuk-bentuk deskripsi dan penjelasan verbal tanpa harus teralu banyak memanfaatkan analisis kuantifikasi. 3. Teknik Penelitian Etnograf. Menurut Darmawan (2008) agar seseorang dapat memproduksi penelitian etnografi, seseorang tersebut harus melakukan pemetaan atas wacana sosial-budaya yang ada di masyarakat yang diamati. Agar pemetaan tersebut dapat menghasilkan pemetaan yang sahih dan komprehensif dalam kerangka penelitian etnografi, seorang peneliti etnografi harus bekerja sebagai seorang ahli geografi yang melakukan pemetaan tentang budaya suatu masyarakat. Pemetaan tersebut dapat benar-benar dilakukan dengan baik apabila seorang peneliti menjadi bagian dari masyarakat yang ditelitinya. Hal tersebut perlu dilakukan karena etnografi memiliki prinsip pemetaan yang bersifat holistik, kontekstual, berpandangan emik, mengakui realitas ganda, dan orientasi yang tidak menilai. Hal tersebut dilakukan dengan tujuan agar peneliti. dapat memperoleh gambaran yang lengkap dan komprehensif tentang masyarakat yang diteliti. menurut Darmawan (2008), itu bertujuan agar peneliti dapat melihat kaitan- kaitan dalam budaya dan masyarakat itu sebanyak dan seutuh mungkin. Itu diperlukan karena dalam penelitian etnografi, peneliti harus berpegang pada prinsip penelitian yang mensyaratkan teknikteknik pengumpulan data yang mampu menjamin jangkauan penelitian atas seluruh kehidupan sosial.
  • 21. 21 4. Langkah-Langkah Penelitian Etnografi. penelitian etnografi memiliki langkah-langkah penelitian yang khas. Adapun langkah- langkah tersebut sebagai berikut. a.Melakukan penetapan informan Dalam etnografi penetapan informan dilakukan dengan metode seleksi secara komprehensif. Hal tersebut bertujuan agar data yang didapatkan benar-benar memiliki sifat holistik dan mendalam. b. Melakukan wawancara terhadap informan Teknik wawancara yang dilakukan dalam etnografi adalah wawancara mendalam. Agar wawancara mendalam dapat dilaksanakan, peneliti etnografi harus benar-benar mahir meraih kepercayaan informannya. c. Melakukan analisis wawancara etnografis Pada tahap ini peneliti melakukan pengkodean atas simbolsimbol budaya yang didapatkan dari wawancara dengan informan. d. Membuat analisis domain Pada tahap ini peneliti membuat istilah pencakup atas apa yang dinyatakan oleh informan. Istilah-istilah tersebut harus memiliki kaitan semantis satu sama lainnya. d. Mengajukan pertanyaan struktural Pertanyaan struktural merupakan pertanyaan kelanjutan dari pertanyaan deskriptif. Pada pertanyaan struktural terdapat upaya peneliti untuk merumuskan apa yang tadinya belum terumuskan. Sumber: Pengantar dan metode penelitian budaya indra tjahyadi.pdf 4. Metode dan pendekatan dalam kajian antropologi Metode penelitian antropologi dibagi menjadi dua yaitu kualitatif dan kuantitatif. Metode kualitatif ekspioratoris dan induktif. Sedangkan metode kuantitatif bersifat deduktif dan konfirmasi. Metode kualitatif merupakan metode yang deskriptif dan cenderung menggunakan analisis. Proses dan makna lebih di dalami dalam metode kualitatif. Creswell (1998:15) mendefinisikan penelitian kualitatif yang kurang bertumpu pada sumber-sumber informasi, tetapi membawa ide-ide yang sama: Crewell menekankan suatu gambaran yang “ kompleks dan holistik” , suatu rujukan pada naratif yang kompleks yang mengajak pembaca ke dalam dimensi jamakdari sebuah masalah atau isu dan menjadikannya dalam sebuah kompleksiitasnya.
  • 22. 22 Sementara itu menurut Lodico, Spaulding, Voegle (2006) penelitian penelitian kualitatif, yang juga disebut penelitian interpresif atau penelitian lapangan adalah suatu metodologi yang dipinjam dari disiplin ilmu seperti sosiologi dan antropologi dan diadaptasi ke dalam seting pendidikan. Penelitian kualitatif menggunakan metode penalaran induktif dan sangat percaya bahwa terdapat banyak perpektif yang akan dapat di ungkapkan. Penelitian kualitatif berfokus pada fenomena sosial dan pada pemberian suara pada perasaan dan persepsi dari partisipan di bawah studi. Karakteristik penelitian kualitatif Menurut Bogdan dan Biglen (2008:4-5) terdapat lima ciri utama penelitian kualitatif, yaitu: 1. naturalistik. Penelitian kualitatif memiliki latar aktual sebagai sumber langsung data dan peneliti merupakan intrumen kunci. Kata naturalisasi berasal dari pendekatan ekologis dari biologis. 2. data deskriptif. Penelitian kualitatif adalah deskriptif. Data yang dikumpulkan lebih mengambil bentuk kata-kata atau gambar dari pada angka-angka. Hasil penelitian tertulis dari kutipan-kutipan dari data untuk mengilustrasikan dan menyediakan bukti presentasi. Data tersebut menyangkut transkip wawancara, catatan lapangan, fotografi,videotape, dokumen pribadi, memo, dan rekaman-rekaman resmi dan lainnya. 3. berurusan dengan proses. Peneliti kualitatif lebih berkonsentrasi proses daripada hasil atau produk. 4. induktif. Peneliti kualitatif cenderung menganalisis data mereka secara induktif. Mereka tidak melalukan pencarian di luar data atau bukti untuk menolak atau menerima hipotesis yang mereka ajukan sebelum pelaksanaan penelitian. 5. makna. Makna adalah kepedulian yang esensial pada pendekatan ini tertarik pada bagaimana orang membuat pengertian tentang kehidupan mereka. Dengan kata lain, peneliti kualitatif peduli dengan apa yang disebut perspektif pertisipan. Mereka memfokuskan pada pertanyaaan-pertanyaan seperti: apa asumsi yang dibuat orang tentang kehidupan meraka? Apa yang dilakukan orang untuk menjamin? Dalam sebuah penelitian pendidikan misalnya,peneliti memfokuskan bagian dari pekerjaan nya dalam perspekstif orang tua tentang pendidikan anak-anak mereka. Metode kuantitatif merupakan penelitian ilmiah yang sistematis dan fenomena serta hubungan-hubungan nya. Tujuan dari metode ini adalah mengembangkan dan
  • 23. 23 menggunakan model-model matematis,teori-teori dan hipotesis yang berkaitan dengan fenomena. Metode penelitian ini menerjemahkan data menjadi angka untuk menganalisis hasil temuannya. Penelitian kuantitatif dapat bersifat deskriptif, korelasi, dan asosiatif berdasarkan hubungan antarvariabelnya. Penelitian kuantitatif deskriptif biasanya hanya mengukur tingkat suatu variabel pada populasi atau sampel, sementara korelasi dan asosiatif melihat hubungan antara dua variabel atau lebih. Jika kuantitatif korelasi hanya menunjukkan hubungan, asosiatif berusaha mencari hubungan sebab-akibat antara variabel-variabel terkait. Penelitian kuantitatif banyak digunakan baik dalam ilmu alam maupun ilmu sosial, dari fisika dan biologi hingga sosiologi dan jurnalisme. Pendekatan ini juga digunakan sebagai cara untuk meneliti berbagai aspek dari pendidikan. Istilah penelitian kuantitatif sering dipergunakan dalam ilmu-ilmu sosial untuk membedakannya dengan penelitian kualitatif. Tujuan dari penelitian kuantitatif adalah:  mengembangkan dan menggunakan model-model matematis, teori-teori atau hipotesis yang berkaitan dengan fenomena alam. Proses pengukuran adalah bagian yang sentral dalam penelitian kuantitatif karena hal ini memberikan hubungan yang fundamental antara pengamatan empiris dan ekspresi matematis dari hubungan-hubungan kuantitatif.  menentukan hubungan antar variabel dalam sebuah populasi. Desain penelitian kuantitatif ada dua macam yaitu deskriptif dan eksperimental. Studi kuantitatif deskriptif melakukan pengukuran hanya sekali. Artinya relasi antar variabel yang diselidiki hanya berlangsung sekali. Sedangkan studi eksperimental melakukan pengukuran antar variabel pada sebelum dan sesudahnya untuk melihat hubungan sebab-akibat dari fenomena yang diteliti. Berikutnya akan dipaparkan karakteristik penelitian kuantitatif. Asumsi Penelitian Kuantitatif Penelitian kuantitatif didasarkan pada asumsi sebagai berikut (Nana Sudjana dan Ibrahim, 2001; Del Siegle, 2005, dan Johnson, 2005).  Bahwa realitas yang menjadi sasaran penelitian berdimensi tunggal, fragmental, dan cenderung bersifat tetap sehingga dapat diprediksi.
  • 24. 24  Variabel dapat diidentifikasi dan diukur dengan alat-alat yang objektif dan baku. Karakeristik Penelitian Kuantitatif Menurut (Nana Sudjana dan Ibrahim, 2001: 6-7; Suharsimi Arikunto, 2002 : 11; Johnson, 2005; dan Kasiram 2008: 149-150) karakteristik penelitian kuantitatif adalah sebagai berikut: :  Menggunakan pola berpikir deduktif (rasional – empiris atau top-down), yang berusaha memahami suatu fenomena dengan cara menggunakan konsep- konsep yang umum untuk menjelaskan fenomena-fenomena yang bersifat khusus.  Logika yang dipakai adalah logika positivistik dan menghindari hal-hal yang bersifat subjektif.  Proses penelitian mengikuti prosedur yang telah direncanakan.  Tujuan dari penelitian kuantitatif adalah untuk menyusun ilmu nomotetik yaitu ilmu yang berupaya membuat hokum-hukum dari generalisasinya.  Subjek yang diteliti, data yang dikumpulkan, dan sumber data yang dibutuhkan, serta alat pengumpul data yang dipakai sesuai dengan apa yang telah direncanakan sebelumnya.  Pengumpulan data dilakukan melalui pengukuran dengan menggunakan alat yang objektif dan baku.  Melibatkan penghitungan angka atau kuantifikasi data.  Peneliti menempatkan diri secara terpisah dengan objek penelitian, dalam arti dirinya tidak terlibat secara emosional dengan subjek penelitian.  Analisis data dilakukan setelah semua data terkumpul.  Dalam analisis data, peneliti dituntut memahami teknik-teknik statistik.  Hasil penelitian berupa generalisasi dan prediksi, lepas dari konteks waktu dan situasi.  Penelitian jenis kuantitatif disebut juga penelitian ilmiah Metode behavioristik merupakan metode yang mempelajari tingkah prilaku manusia. Perpektif behavioral berfokus pada peran dari belajar dalam menjelaskan tingkah laku manusia dan terjadi melalui rangsangan berdasarkan (stimulus) yang menimbulkan hubungan cprilaku reaktif (respon) hukum-hukum mekanistik.
  • 25. 25 Metode Historis, yaitu mempelajari manusia melalui sejarah. Kebiasaan yang ada dalam masyarakat menjadi adat, kemudian menjadi hukum adat, hukum adat dipertahankan oleh penguasa dan kemudian menjadi hukum negara. Metode Historis mempelajari perilaku manusia dan budaya hukumnya dengan kacamata sejarah. Perkembangan karakteristik budaya merupakan awal budaya masyarakat. Budaya hukum yaitu ide, gagasan, harapan masyarakat terhadap hukum. Metode Normatif Eksploratif, yaitu mempelajari perilaku manusia dan budaya hukumnya melalui norma hukum yang sudah ada/ yang dikehendaki, bukan semata mempelajari norma hukum yang berlaku, tapi melihat perilaku manusia barulah mengetahui hukum yang akan diterapkan. Metode Deskriptif Perilaku, yaitu mempelajari prilaku manusia dan budaya hukumnya melalui hukum yang nyata tanpa melihat aturan hukum ideal. Metode ini disertai dengan metode kasus. Metode Deskriptif Perilaku menggambarkan perilaku manusia dan budaya hukumnya terasuk melukiskan/menggambarkan perilaku nyata jika mereka sedang berselisih/bersengketa. (melihat sistem hukum mana yang digunakan (hukum adat atau hukum Negara). Metode Studi Kasus, adalah pendekatan Antropologi Hukum dengan mempelajari kasus-kasus yang terjadi terutama kasus perselisihan. Metode Studi Kasus mempelajari kasus-kasus hukum dan penyelesaiaannya yang berkembang dalam masyarakat dimana penyelesaian sengketa melalui pengadilan merupakan alternatif terakhir. Biasanya mempelajari kasus-kasus perselisihan kelompok masyarakat, latar belakang kultur yang menyebabkannya dan rencana solusi penyelesaiannya. Metode Ideologis. Metode ini dilakukan untuk penelitian penjajahan dengan mempelajari kaidah-kaidah hukum yang ideal (norma ideal) yang tertulis maupun yang tidak tertulis. Penelitian ini memperoleh prinsip-prinsip hukum dalam kehidupan masyarakat. Metode investigasi merupakan norma-norma hukum yang berlaku dalam masyarakat secara metodelogis yang dapat di pahami dari keberadaaan keputusan-keputusan seseorang atau kelompok orang yang secara sosial diberi otoritas untuk menjatuhkan sanksi-sanksi kepada setiap orang yang melanggar nya. Sumber: https://www.kompasiana.com/kyn.nisa/54f86ac7a33311b9038b456d/metode- penelitian-
  • 26. 26 antropologi#:~:text=Metode%20penelitian%20antropologi%20dibagi%20menjadi,kuant itatif%20bersifat%20deduktif%20dan%20konfirmasi.&text=Jadi%20dari%20segi%20te ori%20kuantitatif,teori%20lalu%20menguji%20teori%20tersebut. , http://eprints.umsida.ac.id, file:///C:/Users/User/Downloads/Artikel%20Leonardo%20Armando.pdf, BUKU ANTROPOLOGI HUKUM Anang Husni, BUKU Metodologi penelitian kuantitatif ANALISIS DATA Prof.Dr.Emzir, M.pd., https://raharja.ac.id/2020/10/29/penelitian-kuantitatif/  Pendekatan-pendekatan dalam kajian antropologi Aliran tradisional Ada dua jenis pendekatan dalam aliran tradisional ini, yaitu: Pendekatan komparatif Pendekatan komparatif merupakan pendekatan yang merujuk pada pola perbandingan dengan meletakkan dua hal budaya pada sisi yang sama dan juga menjelaskan sisi-sisi yang berbeda. Baca juga: Etnografi dalam Ilmu Antropologi Dapatkan informasi, inspirasi dan insight Pendekatan holistis Dalam buku Antropologi Budaya (2002) karya I Gede A. B. Wiranata, pendekatan holistis merupakan pendekatan secara menyeluruh untuk memperoleh segala hal yang berkaitan dengan manusia. Pendekatan holistis dilakukan dengan memperhatikan keseluruhan aspek sebagai unit yang bersifat fungsional atau sebagai satu sistem yang utuh. Pendekatan ini berusaha mencari jejaring yang mencakup keseluruhan ruang lingkup kehidupan manusia. Aliran kontemporer Ada tiga jenis pendekatan dalam aliran kontemporer, yaitu: Pendekatan partikularistik Pendekatan partikularistik merupakan pendekatan yang berawal dari sesuatu yang terbatas, kemudian menarik kesimpulan untuk sesuatu yang lebih luas dan umum. Dalam pendekatan ini, peneliti berangkat dari sesuatu yang bersifat partikular, kemudian berusaha untuk masuk pada sesuatu yang berlaku umum di mana-mana. Tokoh yang menggunakan pendekatan ini antara lain E.E. Evans Pritchard yang melakukan penelitian kepada Suku Nuer di Afrika Selatan dan Prof. Fox yang melakukan penelitian di Rote, Nusa Tenggara Timur.
  • 27. 27 Pendekatan interpretatif Pendekatan interpretatif pertama kali dikemukakan oleh Clifford Geertz ketika membuat penelitian tentang islam di Maroko dan Indonesia (Jawa dan Bali). Baca juga: Sub Ilmu Antropologi Pendekatan interpretatif bersifat humanistik karena seluruh ungkapan dan segala sesuatu yang berhubungan dengan kehidupan setiap subyek manusia selalu menjadi pusat perhatian dengan saksama. Hal tersebut bisa terjadi karena pendekatan interpretatif dapat menempatkan semua kepentingan masyarakat sebagai kunci dan pokok kajian intelektual. Termasuk juga deskripsi tentang seluruh gejolak spiritual. Pendekatan struktural Pendekatan struktural adalah pendekatan analisis data dengan memperhatikan elemen-elemen kunci dari berbagai dimensi sekunder dari obyek yang diteliti dengan seimbang. Pendekatan ini pertama kali dikembangkan oleh Prof. Fox. Sumber: https://www.kompas.com/skola/read/2020/12/15/173405569/metode- pendekatan-dalam-ilmu-antropologi
  • 28. 28 DAFTAR PUSTAKA Dr. Sugeng Pujileksono, M. Si, 2015, Pengantar Antropologi: Memahami Realitas Sosial Budaya, Malang, Intrans Publishing. Pengantar Antropologi pdf www.kompasiana.com.cdn.amproject.org http://sosiologi.fisip.unp.ac.id http://agroedupolitan.blogspot.com http://tirto.idn.amproject.org https://www.kompasiana.com/kyn.nisa/54f86ac7a33311b9038b456d/metode-penelitian- antropologi#:~:text=Metode%20penelitian%20antropologi%20dibagi%20menjadi ,kuantitatif%20bersifat%20deduktif%20dan%20konfirmasi.&text=Jadi%20dari% 20segi%20teori%20kuantitatif,teori%20lalu%20menguji%20teori%20tersebut. , http://eprints.umsida.ac.id, file:///C:/Users/User/Downloads/Artikel%20Leonardo%20Armando.pdf https://www.kompas.com/skola/read/2020/12/15/173405569/metode-pendekatan- dalam-ilmu-antropologi