SlideShare a Scribd company logo
1 of 87
1
MODUL
PENGANTAR ANTROPOLOGI
NAMA : RENIJULIATI, S.Sos.,M.Si
NIDN : 0211078002
SEKOLAH TINGGI ILMU ADMINISTRASI
STIA BALA PUTRA DEWA PALEMBANG
PALEMBANG
2
KATA PENGANTAR
Pertama-tama penulis panjatkan puji syukur kehadirat Allah yang telah
memberikan kesempatan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan
modul ajar ini, karena Nyalah pula penulis tidak dapat menyelesaikan modul ajar
ini. Sebuah kebanggaan yang tak ternilai harganya ketika penulis berkesempatan
membuat suatu karya modul ajar ini. Penulis haturkan rasa terima kasih yang
sebesar- besarnya kepada semua pihak yang telah mendukung penulis dalam
penyusunan modul ajar ini, baik dari awal ide terbentuk hingga tersusun menjadi
bahan ajar.
palembang,20 Agustus 2021
Reni Juliati,S.sos.,M.Si
3
DAFTAR ISI
Cover ................................................................................................................ .........1
KataPengantar ............................................................................................................2
Daftar Isi...................................................................................................................3
BAB 1 PENDAHULUAN .........................................................................................6
A. Pengertian Antropologi .........................................................................................6
B.Sejarah Perkembangan Ilmu Antropologi................................................................7
1. Fase Pertama ..........................................................................................................8
2. Fase Kedua .............................................................................................................9
3. Fase Ketiga..............................................................................................................9
4. Fase Keempat..........................................................................................................9
C. Antropologi Masa Kini...........................................................................................9
D.Ilmu- Ilmu Bagian Antropologi..............................................................................11
E. Hubungan Antropologi Sosial Dan Sosiologi........................................................16
G. Hubungan Antara Antropologi Dengan Ilmu Lain.................................................18
G.Metode Ilmiah Dari Antropologi.............................................................................20
BAB II MAHLUK MANUSIA.................................................................................24
A.Mahluk Manusia di antara mahluk lain....................................................................24
B. Evolusi ciri dan Biologis.........................................................................................25
C. Perubahan dalam Proses Keturunan.......................................................................27
D. Evolusi Pranata dan Manusia .................................................................................29
E.Aneka Ragam Manusia............................................................................................36
BAB III KEPRIBADIAN............................................................................................41
4
A. Unsur-Unsur Kepribadian......................................................................................42
BAB IV KEBUDAYAAN ..........................................................................................45
A. Definisi Kebudayaan..............................................................................................45
B. Kebudayaan Culture ...............................................................................................46
C. Empat Wujud Kebudayaan.....................................................................................47
D. Unsur-Unsur Kebudayaan......................................................................................49
BAB V DINAMIKA KEBUDAYAAN ....................................................................56
Dinamika Kebudayaan Dan Konsep Kebudayaan......................................................56
BAB VI ANTROPOLOGI DAN PSIKOLOGI..........................................................59
A.Antropologi Dan Psikologi......................................................................................59
B. Sejarah Perkembangan Ilmu Antropologi Psikologi..............................................62
C. Metode Metode Dalam Antropologi Psikologi.......................................................63
D. Beberapa Penelitian Antropologi Psikologi............................................................63
LAMPIRAN RPS ANTROPOLOGI
5
6
BAB I
PENDAHULUAN
A. Pengertian Antropologi
Antropologi berasal dari kata antrophos = manusia dan logos = ilmu Menurut
Haviland antropologi studi tentang umat manusia yang berusaha menyusun
generalisasi yang bermanfaat tentang manusia dan perilakunya dan untuk
memperoleh pengertian yang lengkap mengenai keanekaragaman manusia David
Hunter mengatakan bahwa antropologi adalah ilmu yang muncul dari keingintahuan
yang tidak terbatas mengenai umat manusia.
Benedict antropologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari manusia
sebagai makhluk sosial. Perhatiannya ditujukan pada sifat-sifat khusus fisik manusia,
cara produksi, tradisi, dan nilai-nilai pedoman kehidupan bermasyarakat, atau norma
yang membedakan pergaulan hidup antar masyarakat, bangsa, dan Negara.
Koentjaraningrat antropologi adalah ilmu yang mempelajari umat manusia
pada umumnya dengan mempelajari aneka warna, bentuk fisik masyarakat serta
kebudayaan yang dihasilkan. Jadi antropologi adalah sebuah ilmu yang mempelajari
dengan segi keanekaragaman fisik serta kebudayaan (cara-cara berperilaku, tradisi-
tradisi, nilai-nilai) yang dihasilkan setiap manusia yang satu dengan yang lainnya
berbeda-beda
B. Sejarah Perkembangan Ilmu Antropologi
1. Fase pertama (sebelum 1800)
Kedatangan bangsa Eropa barat ke Benua Afrika, Asia, Amerika selama4 abad
membawa pengaruh bagi berbagai suku bangsa ketiga benua tersebut. Bersamaan
dengan itu terkumpul tulisan para musafir, pelaut, pendeta, penerjemah, dan pegawai,
7
pemerintah jajahan. Dalam berbagai buku tersebut terdapat berbagai oengetahuan
mengenai deskripsi adat istiadat, susunan masyarakat, dan ciri-ciri fisik dari berbagai
macam suku bangsa.
Bahan deskripsi itu disebut “etnografi” yang berasal dari kata, ethos=bangsa‟.
Namun deskripsi tersebut tidak jelas sehingga kaum terpelajar di Eropa barat
memiliki 3 sikap yang bertentangan terhadap bangsa-bangsa Afrika, Asia, Oceania,
dan orang-orang indian di Amerika, yaitu:
a) Ada yang berpandangan bahwa bangsa-bangsa itu bukan manusia
b) sebenarnya tapi mereka liar, keturunan iblis dan sebagainya.
c) Ada yang berpandangan bahwa masyarakat bangsa-bangsa itu adalahcontoh
dari masyarakat murni.
d) Ada yang tertarik akan adat istiadat yang aneh, dan mulai mengumpulkan benda-benda
kebudayaan dari suku-suku bangsa Afrika, Asia, Amerika pribumi itu tadi.
Pada permulaan abad ke 19 perhatian pada himpunan pengetahuan mengenai
masyarakat, adat istiadat, dan ciri-ciri fisik bangsa sangat besar sehingga timbul
usaha pertama untuk mengntegrasikan seluruh himpunan bahan pengetahuan
etnografi tersebut menjadi satu.
2. Fase kedua (kira-kira pertegahan abad ke 19)
Integrasi yang sungguh-sungguh baru timbul pada pertengahan abad ke 19
Karengan etnografi tersusun berdasarkan cara berfikir evolusi manusia. Seperti
masyarakat dan kebudayaan manusia telah berevolusi dengan sangat lamban yakni
dalam jangka waktu beribu-ribu tahun lamanya, dari tingkat yang rendah melalui
beberapa tingkat di antaranya sampai ke tingkat yang tinggi.
Pada fase kedua ini antropologi sebagai ilmu yang akademikal, yang bersifat
praktis dan hanya dilakukan dalam kalangan para sarjana di universitas, dengan
tujuan Mempelajari masyarakat dan kebudayaan primitive dengan maksud untuk
mendapat suatu pengertian tentang tingkat-tingkat kuno dalam sejarah evolusi dan
sejarah penyebaran kebudayaan manusia.
8
3. Fase ketiga (permulaan abad ke 20)
Negara-Negara di Eropa barat banyak mempelajari kebudayaan dari Negara
jajahannya. Dalam fase yang ketiga ini antropologi menjadi suatu ilmu yang praktis,
yang dapat dirumuskan mempelajari masyarakat dan kebudayaan suku-suku bangsa
di luar Eropa guna kepentingan pemerintah colonial dan guna mendapat suatu
pengertian tentang masyarakat masa kini yang kompleks.
4. Fase keempat (sesudah kira-kira 1930)
Dalam fase ini antropologi mengalami masa perkembangannya, baik dari segi
bahan pengetahuan maupun hal yang diteliti serta metodenya. Ada 2 perubahan di
dunia:
a. Timbul antipasti terhadap kolonialisme sesudah perang dunia II
b. Cepat hilangnya bangsa-bangsa primitive
Proses tersebut menyebabkan ilmu antropologi seolah-olah kehilangan lapangan,
dan terdorong untuk mengembangkan lapangan penelitian dengan pokok tujuan baru.
Adapun warisan sebelumnya seperti etnografi, metode ilmiah tidak di buang begitu
saja tetapi dipakai sebagai landasan bagi perkembangan yang baru.
Tidak lagi hanya suku bangsa primitive tapi ke daerah pedesaan yang pada
umumnya ditinjau dari sudut keberagaman fisiknya, masayarakatnya, serta
kebudayannya.
Dalam fase perkembangannya yang keempat ini dapat terbagi dua yaitu tujuan
akademikal dan tujuan praktis. Tujuan akademis mencapai pengertian tentang
makhluk manusia pada umumnya dengan mempelajari keberagaman bentuk fisiknya,
masyarakat, serta kebudayaannya. Sedangkan praktisnya mempelajari keberagaman
manusia dalam keragaman masyarakat suku bangsa guna membangan masyarakat
suku bangsa tersebut.
C. Antropologi Masa Kini
1. Perbedaan- perbedaan di berbagai pusat ilmiah
Ilmu antropologi tergolong masih muda dan baru berumur 1 abad saja,
menyebabkan tujuan dan ruang lingkupnya masih merupakan suatu kompleks
masalah yang sampai sekarang masih menjadi pokok perbedaan paham antar
berbagai aliran yang ada dalam kalangannya sendiri.
9
Di Amerika Serikat, ilmu antropologi telah memakai dan
mengintergrasikan seluruh warisan bahan dan metode dari ilmu antropologi di
fase pertama, kedua dan ketiga ditambahkan dengan berbagai spesialisasi yang
telah dikembangkan secara khusus untuk mencapai pemahaman tentang dasar
keragaman bentuk masyarakat.
Di Inggris, karena berkurangnya jajahan Inggris ilmu antropologi untuk
keperluan pemerintahan jajahan mereka maka setelah Negara jajahannya
merdeka para sarjana Inggris memperhatikan berbagai masalah yang lebih luas
mengenai dasar-dasar masyarakat dan kebudayaan pada umumnya. Dalam hal
ini metode yang di kembangkan di Amerika serikat juga mulai mempengaruhi
berbagai lapangan penelitian antropologi di Inggris.
Di Eropa Tengah, ilmu antropologi masih bertujuan mempelajari bangsa
bangsa di luar Eropa untuk memahami sejarah penyebaran kebudayaan seluruh
umat manusia di muka bumi. Namun akhir-akhir ini pengaruh antropologi dari
Amerika mulai berkembangan pada para ahli antropologi generasi muda. Di
Eropa Utara, ilmu antropologi berkembang sebagai sifat akademikal
keistimewaan mereka terletak dalam hasil-hasil penelitian kebudayaan suku
bangsa Eskimo.
Di Uni Soviet, ilmu antropologi di Uni Soviet berdasarkan konsep Karl
Marx dan Frederick Engels mengenai tingkat evolusi manusia. Di Uni Soviet
ilmu antropologi menunjukan bidang yang praktis, yakni melakukan kegiatan
besar dalam hal mengumpulkan bahan tentang keberagaman bentuk
masayarakat dan kebudayaan dari suku bangsa yang merupakan penduduk
wilayah uni soviet yang mahaluas.
Di pergunakan sebagai alat untuk mengembangkan saling pengertian antar
suku bangsa di Uni Soviet. Selain itu mereka menyusun buku-buku ikhtisar
yang besar mengenai suku bangsa di benua-benua lain yang di beri judul
„Narody Mira’ (bangsa-bangsa di Dunia).
Di Negara bekas jajahan Inggris, seperti India antropologi dan sosiologi
sudah bukan dua ilmu yang berbeda melinkan telah menjadi ilmu social yang
baru. Dalam suatu masyarakat seperti di India, masalah nasional dan masalah
perkotaan sangat erat hubungannya dengan masalah-masalah di pedesaan.
Di Indonesia, penggunaan antropologi bersama sosiologi sebaai suatu ilmu
praktis bersama dapat memberi bantuan dalam hal memecahkan masalah
kemasyarakat di Indonesia sekarang dan perencanaan pembangunannasional.
10
2. Perbedaan- perbedaan istilah
Hal-hal yang sering di dengar mengenai berbagai istilah, seperti
ethnography, ethnology, volkerkunde, kulturkunde, anthrophology, cultural
anthropology, dan social anthrophology?
Ethnography berarti „pelukisan tetang bangsa-bangsa‟. Istilah ini umum
di pakai di Eropa Barat, segala bentuk metode untuk mengumpulkan dan
mengumumkan, dan masih lazim di pakai untuk menyebut bagian dari ilmu
antropologi yang bersifat deskriptif.
Ethnology yang berarti „ilmu bangsa-bangsa‟. Masih di pakai hanya di
Amerika dan Inggris di pakai untuk menyebutkan suatu bagian dari
antropologi yang mempelajari masalah-masalah yang berhubungan dengan
sejarah perkembangan kebudayaan manusia.
Volkerkunde berarti „ilmu bangsa-bangsa‟
Kulturkunde berarti „ilmu kebudayaan‟. Ini memiliki arti yang sama
dengan ethnology di Amerika, dan di gunakan di Indonesia dan istilah tersebut
menjadi „ ilmu kebudayaan‟.
Anthrophology berarti „ilmu tentang manusia‟. Dahulu istilah itu
digunakan dalam arti yang lain „ilmu tentang ciri tubuh manusia‟. Dan
sekarang anthrophology dalam arti khusus ialah ilm tentang ras-ras manusia
dipandang dari ciri-ciri fisiknya.
Cultural anthropology akhir- akhir ini terutama dipakai di Amerika, yang
digunakan untuk menyebut bagian dari ilmu antropologi dalam arti luas yang
tidak mempelajari manusia dari sudut fisiknya, dan sekarang dipakai di
Universitas Indonesia menjadi „antropologi budaya‟.Social anthrophology
dipakai di Inggris untuk menyebut antropologi dalam fase ketiga sebagai lawan
dari ethnology.
D. Ilmu- Ilmu Bagian Dari Antropologi
1. Lima ilmu bagian dari antropologi
Terdapat lima masalah penelitian khusus, yaitu:
a. Masalah sejarah asal dan perkembangan manusia (atau evolusinya) secara
biologi
b. Masalah sejarah terjadinya beragam makhluk manusia di pandang dari sudut
11
ciri-ciri tubuhnya
c. Masalah sejarah asal, perkembangan dan penyebaran beragam bahasa di
seluruh dunia
d. Masalah perkembangan, penyebaran, dan terjadinya beragam budaya manusia
di seluruh dunia
e. Masalah mengenai sas-sas kebudayaan manusia dalam kehidupan masyarakat
dari semua suku bangsa yang tersebar di seluruh dunia
Kelima lapangan penelitian tersebut untuk memecahkan kelima masalah yang
demikian luasnya. Pengkhususan kelima lapangan tersebut, antropologi menenal juga
ilmu-ilmu bagian, yaitu
Paleo-antropologi adalah ilmu bagian yang meneliti asal usul atau terjadinya
evolusi manusia dengan mempergunakan sisa sisa tubuh yang telah membatu, yang di
dapatkan oleh peneliti dari berbagai metode penggalian.
Antropologi fisik bagian dari ilmu antropologi yang mencoba mencapai suatu
pengertian tentang sejarah terjadinya baragam manusia di pandang dari sudut ciri-ciri
tubuhnya. Bahan penelitiannya adalah ciri-ciri tubuh baik yang lahir (fenotipe)
maupun genotype (dalam). Antropologi fisik dalam arti khusus atau disebut dengan
somatology.
Etnolinguistik atau antropologi linguistic adalah penelitian antropologi yang
berkaitan dengan kata-kata, pelukisan tentang ciri, dan tata bahasa suku bangsa yang
tersebar di seluruh dunia yang terkumpul bersama-sama dengan bahan kebudayaan
suku bangsa. Dari bahan ini telah berkembang berbagai macam metode analisis
kebudayaan.
Prehistori mempelajari sejarah perkembangan dan penyebaran semua kebudayaan
manusia di bumi sebelum manusia mengenal huruf hingga manusia mengenal huruf.
Etnologi adalah ilmu yang mencoba mencapai pengertian mengenai asas asas
manusia dengan mempelajari kebudayaan dalam hidup bermasayarakat dari sebanyak
mungkin suku bangsa yang tersebar diseluruh muka bumi pada masa sekarang ini.
12
Berkembang dua aliran yaitu descriptive integration dan generalizing integration.
Descriptive integration mempunyai tujuan untuk mencari pengertian tentang
sejarah perkembangan dari suatu daerah artinya mencoba memandang suatu daerah
pada bidang diakronisnya, seperti mencari fosil, mencari ciri-ciri ras, mencari
artefak, bahsa lokal, diolah menjadi satu dan diintegrasikan menjadi satu. Sebagai
contoh, seorang peneliti ingin membuat suatu descriptive integration dari suku
bangsa Ngada di Flores, ia harus mencari fosil-fosil yang adala, meperhatikan ciri-
ciri ras orang Ngada dan suku bangsa lainnya di sekitar itu, memasukan artefak-
artefak yang digali dan di temukan di sekitar flores. Dengan mengolah dan
menjadikan satu semua bahan yang ada, ia mencoba mencapai pengertian tentang
asal mula dan sejarah perkembangan suku bangsa Ngada.
Generalizing integration mencari asas persamaan beragam masyarakat dari
kelompok-kelompok manusia di muka bumi. Penelitian yang dilakukan adalah
penelitian mendalam dan bulat dari sejumlah masyarakat dan kebudayaan yang
terbatas, peneliti harus mencari tahu unsur-unsur kebudayaan tertentu dalam
masyarakat yang dianalisis. Pemikiran antara satu peneliti dengan peneliti yang lain
harus saling membantu.
Penerapan ilmu antropologi mula-mula terhadap masalah pembangunan
masyarakat desa, kemudian lebih luas lagi yaitu masalah ekonomi pedesaan, masalah
kesehatan rakyat pedesaan, masalah kependudukan dan lain-lain yang telah
menimbulkan spesialisasi dalam antropologi.
Sekitar tahun 20an telah berkembang suatu ilmu bagian yang baru, ialah ilmu
etnopsikologi (Ethnopsychology). Penelitian antropologi yang dalam analisisnya
menggunakan banyak konsep psikologi yang berkembang di Amerika dan Inggris.
Penelitian ini seperti dimulai karena timbulnya perhatian pada kepribadian bangsa,
peranan individu dalam proses perubahan adat istiadat, dan masalah nilai universal
dari konsep-konsep psikologi.
13
Masalah “kepribadian bangsa” timbul ketika hubungan antar bangsa mulai makin
intensif terutama setelah perang dunia I. Bangsa yang menjajah mulai menanamkan
pemiiran bangsanya ke bangsa jajahannya, sebagai contoh bangsa Belanda saat
menjajah pulau Jawa, mereka memandang bahwa orang Jawa pemalas, tidak rajin
dan sebagainya. Konsep yang dipakai dalam pendeskripsian seperti itu tidak cermat
di pandang dari sudut ilmu psikologi. Istilah „tidak jujur‟ sangat tidak cermat bila di
pandang dari sudut psikologi.
Sadar akan kekurangan ini sarjana antropologi mendeskripsikan kepribadian
bangsa dengan lebih cermat lagi, sehingga para ahli antropologi harus lebih banyak
belajar tentang ilmu psikologi serta konsep teori yang dikembangkan didalamnya.
Masalah peranan individu sekitar tahun 1920 di Amerika mulai dikenal dengan
culture change. Sebelum itu para ahli antropologi hanya memperhatikan dan
mencatat adat istiadat dan tingkah laku yang lazim di jalankan oleh warga
masyarakat. Tindakan individu menyimpang dari tindakan umum ini yang
menyebabkan para ahli antropologi menaruh perhatian terhadap konsep-konsep dan
teori-teori psikologi. Melalui ilmu psikologi seluk beluk kelakuan dan tindakan
individu dapat di pelajari dan dipahami.
Masalah nilai universal dan konsep psikologi juga mendapat perhatian dari para
antroplog. Karena dari kebanyakan ilmu psikologi yang krang universal maka para
antropolog membantu ilmu psikoloho berusaha untuk mempertajam konsep dan
teori-teori yang mereka pergunakan.
Kompleks studi antropologi yang menggunakan ilmu psikologi sekarang dianggap
sebagai subilmu seperti etnopsikologi, antropologi psikologi serta studi kebudayaan
dan kepribadian.
2. Spesialisasi Antropologi
14
Pengkhususan penelitian antropologi terhadap masalah masalah praktis dalam
masyarakat belum lama berkembang. Antropologi pembangunan masyarakat secara
sadar baru dikembangkan setelah adanya etnopsikologi. Pada tahun 1930 oleh
Raymond W Firth mulai meneliti metode-metode antropologi, gejala ekonomi
pedesaan, penghimpunan modal, penyerahan tenaga, system produksi, dan
pemasaran lokal dari hasil pertanian dan perikanan. Menimbulkan spesialisasi
antropologi yang pertama, antropologi ekonomi (economic antrophology).
Semetara itu timbul beberapa spesialisasi antropologi lain, yaitu antropologi
pembangunan (development anthropology) yang menggunakan metode- metode,
konsep-konsep dan teori-teori antropologi untuk mempelajari ha-hal yang berkaitan
dengan pembangunan masyarakat desa, masalah sikap petani terhadap teknologi dan
sebagainya.
Erat hubungannya dengan pembangunan desa, para ahli antropologi juga
meneliti masalah pendidikan, yang di banyak Negara berkembang mengalami
perkembangan dan kadang kadang mengalami ledakan yang cukup hebat. Penelitian
ini menyebabkan timbul subilmu antropologi pendidikan (educational anthropology).
Masih mengenai pembangunan masyarakat desa yang berkaitan dengan
kesehatan masyarakat. Untuk membantu mengenai kesehatan masyarakat, timbul
spesialisasi khusus yaitu antropologi kesehatan (medical anthropology).
Pesatnya laju pertumbuhan penduduk, akhir-akhir ini timbul di kalangan umat
manusia akan adanya eksplosi penduduk di dunia dalam waktu yang tidak begitu
lama lagi serta masalah social ekonomi yang timbul makan kini banyak tersedia dana
dan kesempatan untuk meneliti masalah penduduk dunia, disebut dengan antropologi
penduduk (population anthropology).
Menyelami kejadian-kejadian dan gejala politik serta persaingan dan kerja
sama antara kekuatan partai politik di Negara yang sedang berkembang tanpa
memperhatikan latar belakang kebudayaan, system nilai dan system norma manusia
yang menjalankan politik tersebut di sebut dengan antropologi politik (political
anthropology).
Dalam berbagai lapangan penelitian timbul mengenai aspek aspek social
budaya yang dapat melatarbelakangi rasa tertekan tersebut dan mengenai itu para ahli
antropologi yang banyak mengetahui tentang psikologi dan dan masalah kesehatan
15
jiwa dapat membantu psikiater. Dan subilmu ini di sebut antrophology in mental
health.
E. Hubungan antara antropologi sosial dan sosiologi
1. Persamaan dan perbedaan antara kedua ilmu
Ilmu antropologi social berusahan mencari unsur-unsur yang sama antara
beragam masyarakat dan kebudayaan manusia. Ada beberapa perbedaan bila di
tinjau secara khusus:
a. Kedua ilmu masing-masing mempunyai asal mula dan sejarah
perkembangan yang berbeda
b. Asal mula sejarah yang berbeda menyebabkan adanya suatu perbedaan
pengkhususan pada pokok dan bahan penelitian dari kedua ilmu itu
c. Asal mula dan sejarah yang berbeda juga telah menyebabkan
berkembangnya beberapa metode dan masalah yang khusus dari kedua
ilmu masing-masing.
2. Sejarah perkembangan sosiologi
Pada mulanya ilmu sosiologi hanya merupakan bagian dari ilmu filsafat.
Para ahli filsafat juga menganalisis segala hal yang ada dalam alam
sekelilingnya, juga tidak lupa memikirkan tentang masyarakatnya.
Para sarjana filsafat seperti Auguste Comte dan H de Saint-Simon,
mereka mengumumkan teori mereka tentang sifat positif dari segala ilmu
pengetahuan, juga dari ilmu tentang masyarakat atau sosiologi menyadarkan
bahwa ada suatu ilmu sosiologi tersendiri.
Ilmu antropologi soaial mulai sebagai suatu himpunan bahan keterangan
tentang masyarakat dan kebudayaan penduduk pribumi di luar bangsa Eropa
untuk mendapatkan pengertian tentang tingkat-tingkat permulaan dalam
sejarah perkembangan masyarakat dan kebudayaan sendiri. Sebaliknya ilmu
sosiologi semla adalah bagian dari ilmu filsafat yaitu filsafat social, kemudian
menjadi satu ilmu khusus karena bangsa Eropa memerlukan suatu
pengetahuan yang lebih mendalam mengenai asas-asas masyarakat dan
kebudayaannya sendiri akibat krisis yang melanda.
3. Pokok ilmiah dari antropologi social dan sosiologi
16
Sejarah perkembangan antropologi telah mencatat dari awal hingga
sekarang objek penelitiannya masih tertuju pada masyarakat dan kebudayaan
suku bangsa yang hidup. Sejarah perkembangan ilmu sosiologi mencatat
bahwa ilmu itu sejak semula hingga sekarang objek penelitiannya tertuju pada
masyarakat dan kebudayaan bangsa bangsa yang hidup dalam kebudayaan
Eropa dan Amerika.
Ilmu antropologi social terutama mencari objek penelitian di dalam
masayarakat pedesaan, dan sosiologi didalam masayarakat perkotaan. Dari
suatu perbedaan objek belum juga dapat dipakai sebagai pegangan mutlak
dalam hal menentukan perbedaan antara ilmu antropologi social dengan
sosiologi.
Para ahli antropologi mencari objek dalam masyarakat yang kompleks
atau masyarakat perkotaan, sebaliknya sosiologi berkembang kejuruan yaitu
sosiologi pedesaan yang memperhatikan masalah-masalah pertanian dalam
kehidupan kota kecil masayarakat pedesaan.
4. Metode ilmiah dari antropologi social dan sosiologi
Antropologi mempunyai pengalaman yang lama dalam hal meneliti
kebudayaan suku bangsa penduduk pribumi di Amerika, Asia, Afrika dan
Oceania. Suku bangsa tersebut biasanya hidup dalam masyarakat pedesaan
kecil, yang dapat diteliti seluruh kebulatan. Sebaliknya ilmu sosiologi selalu
memusatkan perhatian pada unsur-unsur atau gejala khusus dalam masyarakat
dengan menganalisis kelompok social yang khusus, hubungan antar kelompok
atau individu serta proses yang terdapat dalam suatu kehidupan masyarakat.
Para ahli antropologi untuk mengembangkan berbagai metode penelitian
yang bersifat penelitian intensif dan mendalam misalnya dengan metode
penelitian yang bersifat penelitian intensif dan mendalam dengan metode
wawancara. Sebaliknya para sosiolog meneliti masyarakat yang kompleks,
lebih banyak mempergunakan berbagai metode penelitian yang bersifat
penelitian meluas seperti angket.
Dunia antropologi memiliki keragaman (diversitas) karena metode yang
digunakan kualitatif serta metode pengolahan dan analisis yang bersifat
membandingkan, komparatif. Sosiologi kurang memperhatikan sifat
17
keberagaman hidup masyarakat, karena sifatnya meluas, merata dan berbagai
metode pengolahan bahan dan analisis yang berdasarkan perhitungan jumlah
besar, metode bersifat kuantitatif seperti metode statistic.
F. Hubungan antara Antropologi dengan Ilmu Lain.
Antropologi perlu bantuan ilmu lain dan sebaliknya ilmu lain memerlukan
bantuan antropologi. Hubungan antara ilmu geologi dengan antropologi. Bantuan
ilmu geologi yang mempelajari ciri-ciri lapisan bumi serta perubahannya
terutama dibutuhkan oleh subilmu paleo-antropologi dan prehistori. Penelitian
menganalisis dengan metode geologi untuk mengetahui umur dari lapisan bumi
tempat artefak tadi terkandung.
Hubungan antara ilmu paleontology dengan antrpologi. Paleontology
sebagai ilmu yang meneliti fosil makhluk dari zaman dahulu untuk membuat
rekonstruksi tentang proses evolusi bentuk makhluk dari zaman dahulu hingga
zaman sekarang. Hubungan antara ilmu anatomi dan antropologi. Meneliti
ras-ras di dunia, sangat perlu akan ilmu anatomi karena ciri dari berbagai bagian
kerangka manusia, berbagai bagian tengkorak, dan ciri dari bagian tubuh
manusia, untuk mendapatkan pengertian tentang asal mula dan penyebaran
manusia serta hubungan antara ras-ras di dunia.
Hubungan antara ilmu kesehatan masyarakat dengan antropologi. Data
mengenai konsepsi dan sikap penduduk desa tentang kesehatan, tentang sakit,
terhadap dukun, terhadap obat-obatan tradisional, terhadap kebiasaan makan,
dan sebagainya ilmu antropologi memberikan sumbangan kepada para
dokter yang anak bekerja di daerah tersebut dengan keberagaman kebudayaan,
metode metode dan cara untuk segera mengerti dan menyesuaikan diri dengan
kebudayaan dan adat istiadat lain.
Hubungan antara ilmu psikiatri dengan antropologi. Merupakan suatu
perluasan dari hubungan antara ilmu antropologi dengan psikologi yang
kemudian mendapatkan fungsi yang praktis.
Hubungan antara ilmu linguistic dan antropologi. Ilmu linguistic telah
berkemabang menjadi suatu ilmu yang berusaha mengembangkan konsep dan
metode untuk mengupas segala macam bentuk bahasa apapun juga, dari daerah
manapun di dunia. Dengan demikian dapat di capai suatu pengertian tentang ciri-
ciri dasar dari tiap bahasa di dunia secara cepat dan mudah. Etnolinguistik itu
18
tidak dapat diabaikan oleh ilmu linguistic klasik. Di banyak Negara, ilmu
linguistic dan etnolinguistik telah bergabung menjadi satu, walaupun masih
dipertahankan sebagai bagian dari antropologi. Setiap peneliti yang
mengumpulkan bahan etnografi di lapangan memerlukan pengetahuan kilat
tentang bahsa penduduk yang didatangiya itu.
Hubungan antara ilmu arkeologi dan antropologi. Pada mulanya meneliti
sejarah dari kebudayaan kuno dalam zaman purba. Peneliti menggunakan bekas
bangunan kuno tetapi juga prasasti atau buku-buku kuno yang di tulis dalam
zaman kebudayaan itu Berjaya. Selain itu peneliti menggunakan sisa-sisa benda
kebudayaan manusia yang tertinggal dalam lapisan bumi sebagai bahan
penelitiannya, dan dapat memperpanjang jarak waktu dari sejarah kebudayaan
manusia dengan bahan yang lebh tua dari piramida-piramida, candi, dan buku
buku kuno.
Hubungan antara ilmu sejarah dengan antropologi. Antropologi memberi
bahan prehistori sebagai pangkal bagi tiap penulis sejarah dan tiap bangsa
didunia.
Sumber sejarah berupa prasasti, dokumen, naskah tradisional, dan arsi
kuno, sering hanya dapat memberi informasi peristiwa sejarah yang terbatas
kepada bidang politik saja. Para ahli antropologi sebaliknya juga memerlukan
sejarah terutama sejarah suku bangsa daerah yang didatanginya. Diperlukan
untuk memecahkan masalah- masalah yang terjadi karena masyarakat yang
ditelitinya mengalami pengaruh dari suatu kebudayaan dari luar.
Hubungan antara imu geografi dan antropologi. Geografi mencoba
memberikan gambaran mengenai ciri-ciri dari segala macam bentuk hidup yang
menduduki muka bumi seperti flora dan fauna. Antropologi salah satu ilmu yang
mampu menyelami masalah keberagaman makhluk manusia. Sarjana antropologi
memerlukan maslah kebudayaan manusia yang mempunyai sangkut paut dengan
keadaan lingkungan alamnya.
Hubungan antara ilmu ekonomi dengan antroologi. Ahli ekonomi tidak
dapat mempergunakan dengan sempurna konsep dan teori tentang kekuatan,
proses, dan hukum ekonomi, tentang suatu pengetahuan tentang system
kemasyarakatan, cara berfikir, pandangan, dan sikap hidup dari warga
masyarakat pedesaan.
19
Hubungan antara ilmu hukum adat Indonesia dan antropologi. Para sarjana
hukum adat mempergunakan metode antropologi untuk menyelami latar
belakang kehidupan hukum adat di berbagai daerah di Indonesia. Antropologi
menganggap penting karena hukum adat bukan merupakan suatu system hukum
yang telah diabstraksikan sebagai aturan dalam kitab, undang-undang melainkan
timbul dan hidup langsung dari masalah perdata yang berasal dari masyarakat
Indonesia. Social control itu menyebabkan bahwa seorang ahli antropologi juga
harus mempeunyai pengetahuan umum tentang konsep hukum pada umumnya.
Hubungan antara ilmu administrasi dengan antropologi. Bahan
keterangan mengenai masalah yang berhubungan dengan agraria yang juga
menjadi suatu komplek masalah yang sangat penting dalam ilmu administrasi.
Hubungan antara ilmu politik dan antropologi. Hubungan antara
kekuatan serta proses politik berbagai Negara dengan berbagai macam system
pemerintahan ke masalah yang menyangkut latar belakang social budaya dari
kekuatan politik tersebut. Ahli antropologi dalam mempelajari suatu masyarakat
untuk menulis sebuah deskripsi etnografi tentang masyarakat tersebut, tentu akan
juga menghadapi sendiri keuatan dan proses politik lokal serta aktifitas dari
cabang partai politik nasional disitu, menganalisis gejala itu perlu mengetahui
konsep dan teori ilmu politik juga.
Ilmu gabungan tentang tingkah laku manusia. Suatu pengertian tentang
asas kehidupan dan tindakan manusia dirasakan sebagai suatu hal yang sangat
diperlukan. Timbul saran untuk membina kerja sama antara berbagai ilmu social
kea rah suatu ilmu gabungan tentang tingkah laku manusia (unified science of
human behavior).
J. gillin dan Michael Reese mendiskusikan kemungkinan pengembangan
metode untuk mengintegrasikan hasil ilmu mereka masing-masing.
G. Metode Ilmiah dari Antropologi
1. Metode Ilmiah dan Pengumpulan Fakta
Metode ilmiah dari suatu ilmu pengetahuan adalah segala cara yang
digunakan dalam ilmu tersebut, untuk mencapai suatu kesatuan pengetahuan.
Tanpa metode ilmiah, suatu ilmu pengetahuan bukanlah suatu ilmu
melainkan suatu himpunan pengetahuan saja, tentang berbagai gejala alam
20
atau masyarakat tanpa adanya kesadaran tentang hubungan antara gejala
yang terjadi. Tiga tingkat, yaitu pengumpulan data, penentuan ciri umum dan
system serta verifikasi.
Pengumpulan fakta megenai kejadia dan gejala masyarakat dan
kebudayaan untuk pengolahan secara ilmiah. Metode mengobservasi,
mencatat, mengolah dan mendeskripsikan fakta yang terjadi dalam
masyarakat yang hidup.
Metode pengumpulan fakta digolongkan kedalam tiga golongan dan
masing-masing mempunyai perbedaan pokok, yaitu penelitian lapangan,
penelitian laboratorium, penelitian dalam perpustakaan. Dalam penelitian
lapangan, peneliti harus menunggu terjadinya gejala yang menjadi objek
observasinya. Penelitian laboratorium gejala yang menjad objek observasi
dapat dibuat dan sengaja diadakan oleh peneliti. Sedangkan dalam
perpustakaan, objek penelitian harus di cari dari beratus-ratus buku yang
beraneka ragam. Penelitian lapangan, peneliti harus masuk kedalam.
objeknya, artinya ia sendiri harus memperhatikan hubungan antara objek
dan dirinya sendiri, sedangkan dalam laboratorium dan perpustakaan peneliti
tetap berada di luar objeknya artinya dirinya sendiri tidak ada hubungannya
dengan objek yang diteliti.
Dalam penelitian lapangan, peneliti datang sendiri dan menceburkan diri
dalam suatu masyarakat untuk mendapat keterangan tentang gejala
kehidupan manusia dalam masyarakat. Metode berupa wawancara dan
catatan hasil (field notes). Field notes yang telah dikumpulkan harus di rubah
menjadi tulisan yang oleh sarjana lain dapat dipergunakan dan diolah
menjadi teori tentang asas kebudayaan atau menambah pengetahuan bagi
peneliti yang akan terjun langsung ke daerah tersebut.
Istilah etnografi yang berarti deskripsi tentang ethnos atau suku bangsa
selain mengandung arti seluruh metode antropologi deskriptif, juga berarti
bahan tentang kehidupan masyarakat dan kebudayaan disuatu daerah.
Sedangkan buku etnografi adalah buku yang mengandung pelukisan tentang
kehidupan duatu masyarakat dan kebudayaan suatu daerah.
2. Penentuan Ciri-Ciri Umum dan Sistem
21
Proses berfikir secara ilmiah pada tahap ini, menimbulkan metode yang
hendak mencari ciri yang sama dan umum, diantara beragam fakta dalam
kehidupan masyarakat dan kebudayaan umat manusia. Ilmu antropologi
bekerja dengan bahan berupa fakta berasal dari sebanyak mungkin macam
masyarakat dan kebudayaan dari seluruh dunia, untuk mencari ciri umum
diantara beragam fakta masyarakat tersebut digunakan berbagai metode
pembandingan (metode komparatif), komparatif dimulai dengan metode
klasifikasi.
Ada beberapa hubungan yang kovariabel, artinya kalau suatu fakta
berubah dengan cara yang tertentu, maka fakta lain yang berkaitan dengan
itub berubah juga. Atau mungkin hubungan sebab akibat, yang artinya suatu
fakta menyebabkan timbulnya, berubahnya atau hilangnya suatu fakta yang
lain. Perumusan yang menyatakan hubungan mantap antara beraneka fakta
dalam alam disebut kaidah alam.
Tingkah laku manusia dalam kehidupan masyarakat, dengan kata lain
tentang masyarakat dan kebudayaan manusia, mendasarkan anggapan mereka
atas kenyataan bahwa hanya peristiwa dan gejala yang masih terjalin dalam
gerak peredaran alam semesta ini bersifat mantap dan adapat berulang
kembali dalam ruang dan waktu.
Ilmu eksata yang memperhatikan gejala alamiah yang dapat merumuskan
hubungan antara fakta alam ke dalam kaidah alam. Pada ilmu social dan ilmu
antropologi sebagaian besar dari pengetahuannya bersifat “pengertian”
mengenai kehidupan masyarakat dan kebudayaan. Namun ada pula
pengetahuan yang berupa kaidah social budaya.
3. Verifikasi
Pengujian terdiri dari cara menguji rumusan kaidah atau memperkuat
“pengertian” yang telah dicapai, dilakukan dalam kenyataan alam atau
masyarakat yang hidup. Cara berfikir deduktif, yaitu perumusan umum
kembali ke arah fakta khusus.
Kuantitatif mencoba menguji kebenaran dari “ pengertian” dan kaidah
dengan mengumpulkan sebanyak mungkin fakta mengenai kejadian dan
gejala social budaya yang menunjukan asas persamaan. Metode-metode
22
untuk verifikasi atau pengujian terdiri dari caracara menguji rumusan kaidah-
kaidah atau memperkuat “pengertian” yang telah dicapai, dilakukan dalam
kenyataan-kenyataan alam atau masyarakat yang hidup. Di sini proses
berpikir berjalan secara deduktif yaitu dari perumusan-perumusan umum
kembali ke arah fakta-fakta yang khusus. Ilmu antropologi yang lebih banyak
mengandung pengetahuan berdasarkan “pengertian” daripada pengetahuan
berdasarkan kaidah, mempergunakan metode-metode verifikasi bersifat
kualitatif.
23
BAB II
Makhluk Manusia
A. Makhluk Manusia di antara Makhluk-makhluk Lain
Dipandang dari sudut biologi, manusia hanya merupakan satu jenis makhluk
di antara lebih dari sejuta jenis makhluk lain, yang pernah atau masih menduduki
alam dunia ini. Pada pertengahan abad ke-19 para ahli biologi, di antaranya yang
terkenal adalah Charles Darwin, mengumumkan teori mereka tentang proses
evolusi biologi. Menurut teori itu, bentuk hidup tertua di muka bumi ini, terdiri
dari makhluk-makhluk satu sel yang sangat sederhana seperti protozoa.
Dalam jangka waktu beratus-ratus juta tahun lamanya timbul dan
berkembang bentukbentuk hidup berupa makhluk-makhluk dengan organisme
yang makin lama makin kompleks, dan dalam waktu terakhir ini telah
berkembang atau berevolusi makhluk-makhluk seperti kera dan manusia.
Dalam proses evolusi biologi, yang telah berlangsung sangat lama itu,
banyak bentuk makhluk yang sederhana hilang dan punah dari muka bumi. Akan
tetapi, banyak juga yang dapat bertahan macamnya dan hidup sampai sekarang.
Sedangkan bentuk-bentuk makhluk baru yang bercabang dari bentuk-bentuk
yang lama itu menjadi sekian banyaknya hingga jumlah jenis makhluk yang
sekarang menduduki bumi kita ini hampir mendekati angka satu juta.
Untuk mengetahui ragam jenis makhluk hidup yang ada di muka bumi ini,
para ahli biologi telah membuat suatu sistem klasifikasi semua makhluk yang
telah mendapat tempat sewajarnya berdasarkan atas morfologi dan
organismenya. Sama halnya dengan beribu-ribu macam makhluk lain, manusia
juga menyusui keturunannya; dan berdasarkan atas ciri itulah manusia
dikelaskan bersama makhluk-makhluk lain tersebut ke dalam satu golongan,
yaitu kelas binatang menyusui, atau mamalia. Dalam kelas mamalia ini terdapat
satu sub golongan atau suku, yaitu suku primata. Dalam suku ini, semua jenis
kera, mulai dari yang kecil sebesar tupai seperti tarsii, sampai pada kera-kera
besar seperti gorila, dikelaskan menjadi satu dengan manusia. Memang, sebelum
zaman Darwin, para ahli biologi telah lama mengobservasi banyaknya
persamaan ciri-ciri antara organ kera dan organ manusia. Suku primata dibagi
24
menjadi dua sub suku yakni prosimii dan anthropoid. Oleh para ahli biologi,
manusia ditempatkan ke dalam subsuku antropoid. Subsuku Antropoid dibagi
lagi menjadi tiga infrasuku yaitu: ceboid, cercopithecoid, dan hominoid.
Infrasuku ceboid menggolongkan menjadi satu semua kera di daerah tropis di
Benua Amerika, baik yang telah punah maupun yang masih hidup; infrasuku
cercopithecoid menggolongkan menjadi satu semua kera di daerah tropis di
Benua Asia dan Afrika, baik yang sudah punah maupun yang masih hidup;
sedangkan infrasuku hominoid menggolongkan menjadi satu kera-kera besar
dengan manusia. Infrasuku hominoid kemudian dibagi lebih khusus lagi ke
dalam dua keluarga, yaitu keluarga pongidae dan keluarga hominidae. Keluarga
pongidae menggolongkan menjadi satu beberapa macam kera besar terutama
yang hidup di daerah tropis di Asia dan Afrika, seperti kera gibon, orangutan,
simpanse dan gorila, sedangkan keluarga hominidae menggolongkan menjadi
satu manusia purba sejenis pithecanthropus, homo neanderthal, dan dengan
manusia yang ada sekarang (homo sapiens). Adapun manusia homo sapiens
zaman sekarang secara lebih khusus terdiri dari paling sedikit empat ras. Bagan 2
menggambarkan tempat makhluk manusia di dalam alam makhluk primata pada
umumnya.
B. Evolusi Ciri-ciri Biologis
1. Sumber Ciri-ciri Organisme Fisik
Dalam proses evolusi itu, bentuk-bentuk makhluk yang baru timbul sebagai
proses pencabangan dari bentuk-bentuk makhluk yang lebih tua. Dalam proses
tersebut ciri-ciri biologi yang baru berwujud pada organisme suatu makhluk
tertentu menyebabkan terjadinya bentuk yang agak berbeda dari bentuk
organisme induk yang lama. Bentuk baru tadi terus berubah, dan dalam jangka
waktu yang cukup lama perbedaan bentuk tersebut semakin besar.
Di manakah letak sumber dari ciri-ciri biologi yang menyebabkan berbagai
ciri organisme lahir, dan bagaimanakah ciri-ciri biologi itu dapat berubah?
Menurut para ahli biologi ciri-ciri biologi itu termaktub di dalam gen, atau dalam
bahasa Inggris disebut gene. Organisme dari semua makhluk di dunia, tidak
hanya makhluk satu sel tetapi juga kera dan m anusia yang jum lah selnya sam
pai sepuluh triliun (10.000.000.000.000) banyaknya. Bentuk serta macam dari
25
ke-1013 selitu berbeda menurut fungsi dan tugasnya masing-masing dalam
organ. Meskipun begitu, setiap sel mempunyai inti yang sama. Setiap inti sel
manusia misalnya, terdiri dari 46 bagian berupa ulat-ulat kecil yang terdiri dari
serat-serat berspiral. Ulat-ulat kecil itu disebut oleh para ahli biologi kromosom;
pada kromosom-kromosom inilah terletak beribu-ribu pusat kekuatan dengan
berbagai macam struktur biokimia yang khas, yang menjadi sebab dari segala ciri
organisme makhluk yang bersangkutan. Satu pusat kekuatan itulah yang disebut
gen. Satu gen atau kombinasi dari beberapa gen, menjadi penyebab dari satu ciri
lahir dari organisme, sedangkan ada pula satu gen yang menjadi penyebab dari
adanya beberapa ciri lahir. Sebenarnya para ahli biologi belum lama berselang
mengembangkan alat untuk mengobservasi dan meneliti gen manusia yaitu
mikroskop elektron, yang memiliki daya membesarkan hingga dua juta kali
kemampuan mata manusia. Pengetahuan para ahli mengenai gen itu mula-mula
berasal dari penelitian terhadap seekor makhluk yang mempunyai suatu susunan
inti sel sangat sederhana, yaitu lalat, terkenal dengan nama ilmiah drosophilia
melanogaster. Lalat ini hanya memiliki delapan kromosom dalam inti selnya.
Pada waktu konsepsi, apabila sel sperma berpadu dengan sel telur, maka
akan terjadi suatu sel buah atau tygote. Seluruh tubuh organisme baru akan
timbul dari %yg zygote tadi, dengan suatu proses yang disebut mitosis. Tiap-tiap
kromosom akan membelah menjadi dua sehingga timbul dua sel baru. Kedua sel
baru tadi, melalui proses yang sama, akan menjadi empat sel baru, kemudian
keempat sel baru tadi, melalui proses yang sama akan menjadi delapan sel, dan
demikian seterusnya hingga terjadi beberapa triliun sel yang merupakan bahan
dan suatu organisme lengkap.
Proses mitosis bagi semua sel itu sama saja, kecuali pada sel-sel gamete,
atau sel-sel kelamin (yaitu sel-sel sperma laki-laki' dan sel telur pada wanita). Di
sini sel-sel baru tidak timbul karena pembelahan dari tiap kromosom, tetapi
karena pemisahan dari ke-46 kromosom menjadi dua golongan, A dan A1 yang
masing-masing terdiri dari 23 kromosom, dan masuk ke dalam dua sel kelamin
yang berbeda. Saat ini merupakan saat yang sangat penting karena di sini banyak
gen yang menentukan berbagai ciri tertentu dari organisme, yang akan masuk sel
kelamin A atau A 1, semua terjadi secara kebetulan belaka. Dengan
demikianmenjadi jelas bahwa hanya sebagian dari ciri-ciri ayah yang secara
kebetulan ada dalam sperma akan membuahi sel telur ibu, dan hanya sebagian
dari ciri-ciri ibu yang secara kebetulan berada dalam sel telur akan dibuahi
26
menjadi bahan bagi organisme keturunan yang baru. Dari ciri-ciri ayah dan ibu
yang kebetulan dibawa oleh sel-sel kelamin tadi, tidak semua akan tampak dalam
organisme baru tetapi hanya ciriciri pada gen yang kuat saja atau dominan, yang
akan tampak, sedangkan ciri-ciri pada gen yang tidak kuat, atau resesif, tidak.
Misalnya ayah mempunyai gen untuk rambut keriting yang dominan, tetapi ibu
mempunyai gen rambut kejur (lurus dan kaku) yang resesif, maka anak akan
mempunyai rambut keriting. Dengan demikian, anggapan populer yang mengira
bahwa kalau rambut keriting dari ayah bercampur dengan rambut kejur dari ibu
maka anak akan mendapat rambut setengah keriting-kejur, adalah salah sama
sekali. Anggapan populer itu disebabkan karena orang awam yang tidak
mengetahui proses penurunan ciri-ciri organisme mengira bahwa ciri-ciri itu
diturunkan melalui darah, dan bahwa dua macam ciri yang berbeda dari ayah dan
ibu juga akan tercampur melalui darah itu.
Anggapan bahwa ciri-ciri tubuh tidak diturunkan melalui darah, tetapi
melalui saluran lain, sebenarnya telah lebih dari seabad lamanya diajukan oleh
seorang pendeta bangsa Austria bernama Gregor Mendel, yang hidup dalam
suatu biara di Moravia. Secara empirikal dengan mengawinkan berpuluh-puluh
generasi dari buah kapri di pekarangan biara, ia mengobservasi proses
menurunkan ciri-ciri organisme dalam kenyataan alam. Kesimpulannya yang
merupakan suatu teori tentang proses menurunkan ciri-ciri organisme itu
diterbitkan dalam beberapa karangan sekitar tahun 1865. Teori Mendel mengenai
itu sekarang sudah cukup terkenal dan tidak usah diterangkan lebih lanjut di sini.
Mula-mula dunia ilmiah tidak sangat menaruh perhatian terhadap teori Mendel,
dan perhatian baru timbul kembali ketika terbukti melalui penelitian gen itu,
bahwa prinsipprinsip proses menurunkan ciri-ciri organisme yang telah diajukan
Mendel sejak lama itu cocok dengan kenyataan. Suatu pengertian yang amat
penting bagi kita adalah bahwa ciri-ciri yang lahir itu (fenotipe) tidak usah sama
dengan susunan ciri-ciri pada gen-gennya (genotipe). Bagan 3 dapat
menerangkan hal ini.
2. Perubahan dalam Proses Ketutunan
Dari uraian di atas terbukti bahwa suatu ciri yang berasal dari ;uatu nenek
moyang laki-laki atau perempuan tidak pernah dapat ‘dicampur”, tetapi selalu
27
tetap dapat tersimpan dalam gen yang diturunkan dan disebarkan kepada
berpuluh-puluh.generasi, bahkan beratus-ratus generasi berikutnya; hanya
kekuatan dari gen lain yang dominan akan menyebabkan bahwa ciri-ciri tersebut
tidak tampak lahir. Sungguhpun demikian, dalam kenyataan kita lihat bahwa
kelompok-kelompok manusia yang mula-mula berasal dari sepasang nenek itu
terjadi karena beberapa proses evolusi yang menurut analisis para ahli biologi
dapat dibagi ke dalam tiga golongan: (a) proses mutasi; (b) proses seleksi dan
adaptasi; dan (c) proses menghilangnya gen secara kebetulan (random genetic
drift). Mutasi adalah suatu proses yang berasal dari dalam organisme. Suatu
ketika gen yang telah lama diturunkan dari generasi ke generasi beribu-ribu
tahun lamanya saat terbentuk pada zygote yang baru, dapat berubah sedikit
sifatnya. Akibatnya individu baru yang tumbuh dari zygote tadi akan mendapat
suatu ciri tubuh baru yang tidak ada pada nenek moyangnya. Sebab-sebab
sebenarnya dari kekuatan evolusi ini rupa-rupanya belum diketahui oleh para ahli
biologi.
Seleksi dan adaptasi adalah suatu proses evolusi yang berasal dari alam
sekitar. Dasar-dasar dari proses ini telah sejak lama diuraikan oleh Charles
Darwin. Menurut para ahli sekarang, banyak ciri baru yang terjadi karena mutasi
pada kelompok-kelompok manusia, sering terbukd lebih cocok dengan alam
sekitar yang juga selalu berubahubah itu. Individu-individu dengan ciri-ciri lama
lambat laun selalu akan berkurang jumlah kelahirannya, dan akhirnya tidak akan
dilahirkan lagi. Dengan tidak adanya lagi individu-individu dengan ciri-ciri yang
lama di dalam suatu kelompok, gen-gen yang menyebabkan ciri-ciri yang lama
tadi akan hilang juga. Dalam bahasa populer, makhluk-makhluk tadi telah punah.
Sebaliknya, hanya gen baru yang telah diseleksi oleh alam atau telah
mengadaptasikan diri dengan alam sekitar yang baru tadi akan terbawa langsung
dalam organisme-organisme dari individu-individu dalam kelompok. Dapat kita
simpulkan bahwa suatu ras baru dengan ciri-ciri baru telah “bercabang” dari
suatu ras yang lama.
Menghilangnya gen tertentu sering juga disebabkan oleh peristiwa yang
tidak berasal dari dalam organisme atau dari alam sekitar, tetapi yang disebabkan
secara kebetulan. Contoh: Dalam suatu kelompok manusia yang semuanya
28
mempunyai rambut keriting ada beberapa individu yang mengandung gen resesif
untuk rambut kejur. Kebetulan beberapa individu ini yang pada lahirnya juga
mempunyai rambut keriting, memisahkan diri dari kelompok induk.1 Dmoyang,
dalam proses berkembang biak selalu mulai juga menunjukkan perbedaan ciri-
ciri. Tentu timbul pertanyaan, apakah sebenarnya sumber kekuatan yang
menyebabkan proses percabangan (timbulnya ciri-ciri baru dan terjadinya
organisme-organisme baru) itu apabila gen dari nenek moyang masih tetap
tersimpan? Percabangan dengan peristiwakebetulan tadi gen resesif untuk rambut
kejur terbawa, dan pada suatu ketika akan menyebabkan timbulnya individu-
individu yang secara lahir juga mempunyai rambut kejur. Sebaliknya, dalam
kelompok induk, gen untuk rambut kejur sudah hilang. Untuk selanjutnya dalam
kelompok yang baru orang-orang dengan rambut kejur mungkin akan selalu
bertambah jumlahnya, sedangkan dalam kelompok induk semua individu dalam
generasi-generasi selanjutnya akan selalu mempunyai rambut keriting sampai
timbul suatu saat atau zaman di mana mutasi atau seleksi alam membawa
perubahan.
C. Evolusi Primata dan Manusia
1. Proses Percabangan Makhluk Primata
Manusia merupakan suatu jenis makhluk cabang dari semacam makhluk
primata yang telah melalui proses evolusi. Soal asal mula dan proses evolusi
makhluk manusia itu secara khusus dipelajari dan diteliti oleh suatu subilmu dari
antropologi biologi, yaitu ilmu paleoantropologi. Ilmu tersebut meneliti fosil
tubuh manusia yang terkandung dalam lapisan-lapisan bumi. Namun karena
manusia, seperti yang telah kita pelajari di atas, hanya merupakan suatu cabang
yang paling muda dari makhluk primata itu, maka soal asal mulanya dan proses
evolusinya tidak dapat dilepaskan dari seluruh proses percabangan dari makhluk-
makhluk primata'pTada umumnya. Walaupun masih terdapat banyak perbedaan
pendapat antara para ahli paleoantropologi mengenai berbagai aspek dari proses
percabangan itu, tetapi akhir-akhir ini mereka telah sepaham mengenai garis
besar proses tersebut. Selain menganalisis data_mengenai fosil-fosil kera dan
manusia yang tersimpan dalam lapisan bumi, mereka juga m em pergunakan data
ilm u-ilm u lain seperti paleogeografi, paleoekologi, serta metode analisis
29
potassium argon dari ilmu geologi.
Menurut penelitian paling akhir, makhluk pertama dari suku primata muncul
di muka bumi sebagai suatu cabang dari makhluk mamalia (binatang menvusui)
sudah kira-kira 70 juta tahun yang lalu, di dalam suatu zaman yang oleh para ahli
geologi disebut Kala Paleosen Tua. Dalam masa yang amat lama makhluk
primata induk tadi bercabang lebih lanjut ke dalam berbagai subsuku dan
infrasuku khusus, dan di antaranya telah terjadi proses percabangan antara
keluarga kerakera pongid (kera-kera besar) dari keluarga hominid yang
merupakan anggota makhluk nenek moyang manusia. Rupa-rupanya telah terjadi
paling sedikit lima proses percabangan. Percabangan yang tertua, timbul kira-kira
30 juta tahun yang lalu dalam Kala Eosen Akhir, merupakan percabangan yang
mengevolusikan kera gibon (hylobatidae).
Cabang yang timbul kemudian, pada permulaan Kala Miosen kira-kira 20
juta tahun yang lalu, adalah kera pongopygmeus atau orangutan. Daerah asal
orangutan adalah konon Afrika Timur yang ketika itu masih menjadi satu dengan
daerah Arab, hingga terletak lebih dekat pada Asia Selatan dari pada sekarang.
Vegetasi di Afrika Timur waktu itu belum berupa sabana dengan gerombolan-
gerombolan hutan yang jarang seperti halnya sekarang, tetapi masih tertutup
hutan rimba, dan begitu juga Asia Selatan. Orangutan memang merupakan
makhluk kera yang tinggal di pucuk-pucuk pohon besar dan tinggi, dan hidup
dari buah-buahan besar, bebas dari gangguan makhluk hutan rimba lainnya.
Orangutan membiak dan menyebar melalui pucuk-pucuk pohon-pohon besar di
daerah hutan rimba di Asia Barat Daya, Asia Selatan, hingga Asia Tenggara
dalam jangka waktu 1-2 juta tahun lamanya. Sementara itu, kira-kira pada bagian
akhir Kala Miosen terjadi beberapa perubahan besar pada kulit bumi dan pada
lingkungan alamnya. Benua Afrika membelah dari Asia sehingga terjadilah Laut
Merah dan belahan bumi berupa lembah yang dalam, bernama Great Rift Valley,
secara ekologi merupakan pemisah alam yang membujur dari Utara ke Selatan
antara Afrika Barat dan Tengah dengan Afrika Timur. Proses perubahan besar
lainnya adalah menyempitnya daerah hutan rimba di Afrika yang menyebabkan
lingkungan alam AfrikaTimur menjadi sabana, terjadinya gurun di daerah Arab,
serta berkurangnya daerah hutan rimba di India. Kera orangutan tadi tidak dapat
30
menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan besar dalam lingkungan
alamnya sehingga menghilang dari Afrika, Asia Barat Daya, dan Asia Selatan,
tetapi dapat bertahan di Asia Tenggara tempat hutan rimba lebat masih ada.
Sampai sekarang sisa-sisanya yang terakhir masih hidup di hutan rimba
Kalimantan Barat dan Tengah.
Cabang ketiga adalah sejenis makhluk yang menurut perkiraan para ahli
menjadi nenek moyang manusia. Percabangan ini terjadi kirakira 10 juta tahun
yang lalu pada bagian terakhir dari Kala Miosen. Fosil-fosil makhluk ini
menunjukkan sifat yang lain daripada yang lain, yaitu ukuran badan raksasa yang
jauh lebih besar daripada kera gorila yang hidup sekarang. Fosil-fosil itu
ditemukan di Bukit Siwalik di kaki Gunung Himalaya, dekat Simla (India Utara),
di sebuah kedai jamu Cina di Hongkong/’ dan di lembah Bengawan Solo di Jawa.
Oleh para ahli fosil-fosil itu kini disebut gigantanthropus (kera-manusia
raksasa).7 Para ahli memperkirakan bahwa kera-manusia raksasa ini juga hidup
dalam kelompok-kelompok seperti halnya jenis-jenis kera besar lainnya, dan
dengan demikian dapat tahan hidup, berkembang biak, dan seperti orangutan,
juga menyebar dari Afrika ke Asia Selatan dan Tenggara. Namun, karena
perubahan alam yang terjadi dalam bagian akhir Kala Miosen, maka seperti
halnya dengan orangutan, kera-manusia raksasa ini juga menghilang dari Afrika
dan Asia Selatan dan hanya bertahan di Asia Tenggara, hingga akhirnya kandas
juga di sana karena sebabsebab yang belum dapat diketahui.
Cabang keempat adalah cabang-cabang kera pongid yang lain, yaitu gorila
dan simpanse, terjadi kira-kira 12 juta tahun yang lalu pada akhir Kala Miosen.
Kedua makhluk kera dari Afrika ini dapat menyesuaikan diri dengan berevolusi
mengembangkan organisme yang dapat hidup di pohon maupun di darat.
Percabangan khusus atau spesialisasi biologi antara gorila dan simpanse terjadi
karena perkembangan dari dua lingkungan ekologi yang khusus di Afrika Tengah
sebelah timur dari Sungai Niger, dan di Afrika Barat sebelah barat dari sungai
tersebut. Di daerah hutan di Afrika Tengah tadi berlangsung evolusi organisme
dari kera gorila, sedangkan di daerah hutan Afrika Barat berlangsung evolusi
organisme dari simpanse.
2. Makhluk Primata Pendahulu Manusia
Kira-kira seabad yang lalu para ahli biologi dan paleoantropologi masih
mengira bahwa asal-usul nenek moyang manusia itu, dapat dipecahkan apabila
31
telah ditemukan sejenis makhluk yang merupakan penghubung antara kera dan
manusia dalam silsilah hidup. Jadi hal terpenting harus dilakukan para ahli
tersebut adalah mencari makhluk penghubung yang hilang (missing link) dalam
silsilah perkembangan alam makhluk di muka bumi.
Sekarang, dengan kemajuan di bidang ilmu-ilmu paleoantropologi dan
geologi, konsepsi para ahli mengenai missing link itu sudah berubah. Makhluk
itu sudah tidak lagi dipandang sebagai suatu makhluk yang berada di antara kera
dan manusia, tetapi sebagai seekor makhluk pendahuluan (precursor) atau
makhluk induk yang mendahului baik kerakera besar (pongid) maupun manusia,
kedua-duanya hanya merupakan spesialisasi khusus dari makhluk induk tadi.
Selain itu, karena proses percabangan antara berbagai jenis kera besar dengan
manusia itu bukan terjadi hanya satu kali, melainkan beberapa kali dan di
beberapa tempat, maka dengan demikian sebenarnya ada lebih dari satu makhluk
induk.
Terutama dengan kegiatan penelitian paleoantropologi pada permulaan abad
ke-20 para ahli sudah mempunyai pendirian yangrukup mantap mengenai
makhluk induk ini. Makhluk primata yang Jianggap menurunkan jenis-jenis kera
besar seperti orangutan, gorila, dan simpanse, maupun manusia adalah seekor
makhluk yang fosilnya serupa rahang bawah ditemukan di Saint-Gaudens,
Prancis Selatan, 3ada pertengahan abad yang lalu. Makhluk yang oleh para ahli
diberi nama dryopithecus itu hidup dalam akhir Kala Oligosen dan permulaan
Kala Miosen, kira-kira 21 juta tahun lalu, di hutan-hutan di daerah yang kini
menjadi Eropa Selatan dan Afrika Utara. Makhluk induk kedua adalah
gigantanthropus yang telah dijelaskan sebelumnya, hidup pada akhir Kala
Miosen lebih-kurang 10 juta tahun yang lalu. Pengetahuan para ahli mengenai
wujud, sifat-sifat, dan penyebaran makhluk kera-raksasa ini masih terlampau
sedikit karena terbatasnya jumlah fosil yang ditemukan untuk menelitinya.
Sebaliknya, pengetahuan mereka mengenai nenek moyang yang langsung
dari manusia kini, sudah mulai cukup mantap. Pendahulu manusia itu adalah
makhluk yang sudah dapat berjalan tegak di atas kedua kaki belakangnya
menempuh jarak cukup jauh. Makhluk tersebut hidup dalam kelompok-kelompok
yang terdiri dari rata-rata delapan sampai sepuluh individu dan secara
berkelompok dapat melawan binatang-binatang penyaing yang lain. Suatu
makhluk primata yang menurut wujud dari fosil-fosilnya menunjukkan ciri-ciri
tersebut adalah makhluk yang pertama-tama ditemukan pada tahun 1924 di
32
Taungs, sebelah Utara Kimberley, di daerah Bechuana Timur Afrika Selatan.
Oleh para ahli paleoantropologi makhluk itu disebut australopithecus (kera dari
Selatan). Sekarang telah ditemukan lebih dari 65 fosil makhluk tersebut,
semuanya di Afrika Selatan dan Timur; beberapa di antaranya diperkirakan hidup
di muka bumi ini lebih dan 10,juta tahun yang lalu. Fosil dari keluarga
australopithecus yang ditemukan terakhir dalam tahun 1959 adalah fosil dari
Lembah Oldovai di Tanzania, Afrika Timur. Banyak ahli antropologi terkemuka
pernah meneliti dan menganalisis fosil-fosil australopithecus, sedangkan fosil
dari Lembah Oldovai dianalisis oleh L.S.B. Leaky dengan menggunakan metode
baru untukmenganalisis umur dari lapisan bumi, yaitu metode potassium aroon
Hasil analisis itu mendapat kesimpulan bahwa makhluk yang diberinya nama
khusus yakni zinjanthropus itu hidup di daerah- daerah sabana di Afrika Timur
lebih-kurang 2 juta tahun lalu, dan makhluk tersebut merupakan makhluk induk
manusia jenis australopithecus yang paling dekat. Pada masa 2 juta tahun lalu,
bumi mengalami suatu masa dalam sejarah perkembangan kulit bumi yang
berbeda dengan sekarang, yaitu suatu Kala Es di daerah-daerah utara dan selatan,
dan suatu Kala Kering di daerah tropis.
Kala Es atau Kala Glasial adalah zaman ketika seluruh Eropa Utara sampai
kira-kira garis Pegunungan Alpen di Swiss; sebagian dari Asia Utara; seluruh
Kanada dan Amerika Utara (sampai kira-kira garis daerah danau-danau di
Michigan); dan ujung selatan Amerika Selatan, tertutup lapisan es yang tebal
(gletcher). Daerah-daerah tersebut di atas pada Kala Glasial mempunyai iklim
yang hampir sama dengan iklim daerah kutub pada masa sekarang.
Menurut para ahli geologi, selama beberapa ratus ribu tahun bahkan hingga
beberapa juta tahun bumi telah berkali-kali mengalami proses perluasan dan
penyurutan lapisan-lapisan es tersebut di kedua kutubnya. Dengan demikian
dalam sejarah bumi ini telah terjadi serangkaian Kala Es, yang diselingi oleh
Kala-kala Interglasial.
Rangkaian Kala Glasial terakhir menurut para ahli merupakan suatu seri dari
empat Kala Glasial dan Interglasial yang terjadi mulai kira-kira 4 juta tahun lalu
dan berakhir dengan Kala Glasial keempat dari seri terakhir baru kira-kira
200.000 tahun lalu. Sekarang ini, kita hidup dalam suatu zaman antara Kala
Glasial keempat dan kelima dari seri terakhir. Pada suatu ketika, entah kapan,
lapisan-lapisan es akan meluas lagi, dan akan menutupi sebagian besar dari muka
bumi.
33
Pada akhir berlangsungnya tiap Kala Glasial, maka bumi mempunyai wujud
yang berbeda mengenai garis antara darat dan laut. Hal ini disebabkan karena
pada masa itu muka air laut lebih rendah sehingga banyak daratan yang sekarang
tergenang air berada di atas muka laut. Indonesia waktu itu bukan merupakan
kepulauan, melainkan suatu daerah daratan yang menjadi satu dengan Asia.
Selama tiap Kala Glasial, daerah tropis bersifat lebih kering daripada waktu Kala
Interglasial, sehingga hutan-hutan rimba tropis berkurang padatnya dan berubah
menjadi daerah padang rumput dengan gerombolan-gerombolan hutan yang
tersebar.
3. Bentuk-bentuk Manusia Tertua
Bumi Indonesia telah memberi banyak sumbangan pada dunia ilmu
pengetahuan untuk memecahkan masalah asal mula manusia, karena di dalam
kandungannyalah ditemukan bekas-bekas manusia yang tertua. Pada tahun 1898
seorang dokter Belanda, Eugene Du Bois, telah menemukan sekelompok
tengkorak atas, rahang bawah, dan sebuah tulang paha di lembah Sungai
Bengawan Solo; dekat desa Kedung Brubus; dan di dekat desa Trinil di Jawa
Timur. Tengkorak atas tersebut seolah-olah sebuah tengkorak seekor kera besar.
Isi otaknya jauh lebih besar bila dibandingkan dengan jenis kera mana pun yang
terkenal sekarang, akan tetapi jauh lebih kecil daripada isi otak manusia;11
gigigiginya pun menunjukkan sifat manusia, sedangkan bentuk tulang pahanya
menunjukkan bahwa makhluk itu berdiri tegak. Du Bois memberikan nama
pithecanthropus erectus (manusia kera yang berjalan tegak) pada fosil itu, dan
menganggapnya sebagai contoh nenek moyang manusia zaman sekarang.
Setelah penemuan Du Bois di Trinil* yang, dalam dunia ilmu
paleoantropologi menjadi sangat terkenal itu,.tahun-tahun kemudian masih
banyak ditemukan lagi fosil-fosil jenis pithecanthropus. Sebelum pecah Perang
Dunia II telah ditemukan lebih dari 20 fosil, dan di antaranya ada suatu rangkaian
penemuan yang juga menjadi terkenal sekali, yaitu rangkaian penemuan antara
1931 dan 1934, berupa 14 fosil pithecanthropus yang terdiri dari 12 tengkorak
dan dua tibia, di dekat desa Ngandong, juga di lembah Bengawan Solo, di
sebelah utaraTrinil, oleh seorang ahli geologi Jerman bernama G.H.R. von
Konigswald. Ahli paleoantropologi Indonesia, Teuku Jacob, yang meneliti ke-14
fosil itu secara mendalam sekali, menyebutnya pithecanthropus soloensis}
Semua fosil tersebut tidak terletak di tempatnya yang semula, tetapi telah
34
terbawa oleh arus sungai dan diletakkan di tempat penemuannya, yang dengan
demikian merupakan tempat penemuan deposit atau situs sekunder. Namun,
semua fosil tersebut ditemukan dalam lapisan bumi yang seragam, yaitu lapisan
yang dalam ilmu geologi disebut lapisan Pleistosen Tengah (Middle Pleistocene),
yang umurnya diperkirakan antara 800.000 hingga 200.000 tahun. Dua buah
penemuan lain dalam tahun 1936 di desa Perning dekat Majakerta dan di desa
Sangiran dekat Surakarta, mempunyai arti yang sangat khusus karena kedua fosil
tadi terletak sebagai deposit sekunder dalam lapisan Pleistosen tetapi di bagian
yang sangat tua (Lj)iver Pleistocene), dan diperkirakan berumur kira-kira 2 juta
tahun. Fosil-fosil itu sekarang disebut pithecanthropus majakertensis.
Akhimya perlu juga disebut suatu penemuan lain yang juga menarik, yang
dilakukan oleh G.H.R. von Konigswald dalam tahun 1941 di dekat desa Sangiran
juga, dalam lapisan bumi Pleistosen Tua, suatu fosil yang berupa bagian rahang
bawah yang bersifat rahang manusia, tetapi yang ukurannya luar biasa besar
melebihi ukuran gorila laki-laki. Karena besamya fosil tersebut oleh para ahli
diberi nama meganthropous paleojavanicus. Pecahnya Perang Dunia II di Asia
setahun kemudian menyebabkan penelitian terhadap fosil tersebut tidak dapat
dilanjutkan. Karena letaknya dalam lapisan Pleistosen Tua, maka diduga bahwa
umur fosil tersebut sudah sangat tua, yaitu sama dengan pithecanthropus
majakertensis, 2 juta tahun.
Fosil-fosil pithecanthropus dari Jawa, baik majakertensis, maupun erectus,
ataupun soloensis, tidak pernah ditemukan bersama dengan bekas alat-alat yang
menunjukkan bahwa m akhluk tersebut sudah berkebudayaan. Hanya fosil
pithecanthropuspekinensis yang oleh para ahli dihubungkan dengan alat-alat batu
dan tulang serta bekas-bekas api, yang ditemukan tidak di tempat yang sama,
tetapi dalam lapisan bumi yang sama.16 Walaupun demikian ada ahli lain yang
masih meragukan adanya hubungan antara fosil-fosil bekas makhluk
pithecanthropus dengan alat-alat tadi. Dengan perkataan lain, banyak yang masih
meragukan apakah makhluk pithecanthropus itu sudah berkebudayaan.
4. Bentuk Manusia dari Kala Pleistosen Muda
Fosil-fosil manusia yang berasal dari Kala Pleistosen Muda yang berumur
kira-kira 200.000 tahun, berjumlah amat banyak dan terdapat di berbagai tempat
di dunia. Fosil-fosil tersebut bukan hanya berupa tengkorak, melainkan banyak
juga berupa kerangka yang lengkap. Salah satu ditemukan pada tahun 1856
35
dalam suatu gua di lembah Sungai Neander dekat kota Dusseldorf, Jerman, dan
menjadi terkenal dengan nama homo neandertalensis (manusia dari Lembah
Neander). Fosil-fosil serupa dengan fosil neandertalkemudian banyak
ditemukanaga di berbagai tempat lain di Eropa, seperti Francis, Belgia, Jerman,
talia, Yugoslavia dan lain-lain. Walaupun ada perbedaan-perbedaan diusus antara
fosil-fosil yang terdapat di berbagai tempat itu, akan etapi pada garis besarnya
dapat dikatakan bahwa semua termasuk atu golongan dengan homo neandertal.
Di luar Eropa, makhluk jenis homo neandertalmeninggalkan sisaisanya di
Palestina, tempat telah ditemukan beberapa fosil semacam leandertal yang
disebut homo palestinensis, dalam suatu gua bernama 3ua Tabun di dekat Mount
Carmel.
Manusia homo neandertal dan sejenisnya itu mula-mula tidak dianggap oleh
para ahli sebagai nenek moyang salah satu ras manusia yang ada sekarang ini,
tetapi sebagai salah satu cabang evolusi makhluk manusia'yang kandas. Dengan
bukti-bukti yang baru, diketahui bahwa homo neandertal itu tidak kandas, tetapi
telah berevolusi dalam jangka waktu yang kira-kira 120.000 tahun menjadi
manusia homo sapiens yang sekarang ini.
5. Manusia Sekarang atau Homo Sapiens
Bekas-bekas homo sapiens yang tertua juga terkandung dalam lapisan-
lapisan Pleistosen Muda, yang berarti bahwa makhluk itu hidup pada akhir Kala
Glasial terakhir, atau kurang lebih 80.000 tahun yang lalu. Lapisan-lapisan bumi
yang terjadi dalam akhir dan sesudah Kala Glasial terakhir, memang tidak lagi
mengandung fosil manusia yang berbeda bentuknya dari manusia sekarang.
Mulai zaman setelah itu, yaitu Zaman Holosen, semua penemuan fosil manusia
ditemukan bersama bekas-bekas kebudayaan dan mulai menunjukkan perbedaan
keempat ras pokok yang pada saat itu menduduki muka bumi ini, yaitu: (a) ras
Australoid yang hampir kandas dan kini sisasisanya masih hidup di daerah
pedalaman Benua Australia; (b) ras Mongoloid yang kini malahan merupakan ras
yang paling besar jumlahnya dan yang paling luas daerah penyebarannya; (c) ras
Kaukasoid yang kini tersebar terutama di Eropa, Afrika di sebelah utara Gurun
Sahara, di Asia Barat Daya, di Australia, dan benua Amerika Utara dan Selatan;
(d) ras Negroid yang kini menduduki Benua Afrika sebelah selatan Gurun
Sahara.
Makhluk manusia homo sapiens yang pertama-tama menunjtikkan ciri-ciri
36
ras Australoid adalah makhluk yang fosilnya ditemukan di dekat desa Wajak di
lembah Sungai Brantas, dekat Tulungagung, Jawa’imur bagian Selatan, dalam
lapisan bumi Pleistosen Muda. Fosil irsebut, yang disebut homo wajakensis,
diperkirakan hidup kira-kira 0.000 tahun yang lalu. Manusia wajak itu rupa-
rupanya tersebar di aerah dataran Sunda, ketika daerah itu belum seluruhnya
terbenam ir. Karena itu ada beberapa fosil bekas manusia yang menyerupai
lanusia wajak yang kini ditemukan di daerah-daerah yang tersebar jas, yaitu di
Gua Tabun di Palawan (Filipina), dan di Niah (Malaysia), euku Jacob
mengajukan teori23 bahwa di daerah yang sekarang menjadi ‘apua (Irian), telah
berkembang dari ras wajak ini suatu ras khusus ang menjadi nenek moyang
penduduk asli Australia sekarang, yang nerupakan sisa-sisa hidup dari Australia.
Penyebaran dari Irian ke Australia itu mungkin terjadi karena waktu itu laut
antara Benua Australia lan Irian belum ada. Dari ras wajak yang menyebar
sampai Irian itu, nenurut perkiraan Teuku Jacob juga berkembang ras khusus lain
yang nenjadi penduduk Irian dan penduduk Kepulauan Melanesia masa dni.
Makhluk manusia homo sapiens yang pertama-tama menunjukkan :iri-ciri
ras Mongoloid adalah makhluk yang fosilnva ditemukan dekat ju a Chou
Koutien, tempat ditemukan fosil pithecanthropus pekinensis erurai sebelumnya
(him. 68). Homo sapiens pekinensis ini, yang merupakan lenek moyang dari
semua ras khusus Mongoloid di Asia Timur, Asia Tenggara, Asia Tengah, Asia
Utara, Asia Timur Laut, dan Benua merika Utara dan Selatan, dianggap hidup
kira-kira sezaman dengan iomo wajakensis di Asia Tenggara; yaitu di antara
40.000 hingga 30.000 ahun yang lalu, dan dianggap telah berevolusi langsung
dari nthecanthropus pekinensis tadi. Makhluk manusia homo sapiens yang
pertama-tapia menunjukkan ciri-ciri ras Kaukasoid adalah makhluk yang
fosilriya ditemukan dekat lesa Les Eyzies di Prancis. Dalam dunia ilmu
paleoantropologi, fosil tu terkenal dengan nama homo sapiens cromagnon, dan
dianggap nenek noyang penduduk Eropa sekarang, yang hidup di Eropa dalam
zaman ^ang lebih tua daripada homo sapiens pekinensis, yaitu kira-kira 60.000
:ahun yang lalu.
D. Aneka Ragam Manusia
1. Salah Paham mengenai Konsep Ras
Makhluk manusia yang hidup dalam berbagai macam lingkungan im di
seluruh muka bumi menunjukkan beragam ciri-ciri fisik yang npak nyata. Ciri-
37
ciri lahir seperti warna kulit, warna dan bentuk mbut, bentuk bagian-bagian
wajah, dan sebagainya menyebabkan nbulnya pengertian “ras”atau golongan
manusia yang berdasarkan berbagai ciri fisik secara umum.
Dalam sejarah bangsa-bangsa, konsepsi mengenai beragam ciri ik manusia
itu telah menyebabkan banyak kesedihan dan kesengsaraan, rena suatu salah
paham besar yang hidup dalam pandangan manusia berbagai bangsa. Salah
paham itu mengacaukan ciri-ciri ras (yang benarnya harus dikhususkan pada ciri-
citi jasmani semata-mata), dngan ciri-ciri rohani; dan lebih dari itu, salah paham
tadi memberi :nilaian tinggi rendah kepada ras-ras berdasarkan perbedaan
tinggindah rohani dari ras-ras itu. Dengan demikian timbul misalnya anggapan
bahwa ras caucasoid atau ras Kulit Putih, lebih kuat daripada isalnya ras-ras lain;
tetapi lebih dari itu ada anggapan bahwa ras Kulit itih pada dasamya juga lebih
pandai, lebih maju, lebih luhur, pendeknya bih tinggi rohaninya daripada ras-ras
lain. Anggapan salah ini timbul bersama-sama dengan perkembangan
kekuasaaahangsa-barigsa Eropa yang kebetulan semuanya berasal dari ras “kulit
putih” itu) terhadap mgsa-bangsa lain di luar Eropa (yang kebetulan untuk
sebagian besar :rasal dari ras-ras “bukan kulit putih”), dan dipraktikkan ke dalam
iatu gejala sosial yang terdapat di banyak negara di dunia sampai karang ialah
gejala diskriminasi ras.
Anggapan mengenai keunggulan jasmani dan rohani ras-ras kulit itih
terhadap ras-ras lain tersebut, kemudian malah dikuatkan lagi oleh ori-teori yang
bersifat sok ilmiah, yang berasal dari sarjana-sarjana aksioner, dan merupakan
suatu reaksi terhadap pergolakan-pergolakanakyat yang mulai menggoncangkan
banyak sistem kekuasaan di negaranegara Eropa Barat, serta yang pada akhir
abad ke-18 menyiarkan pendirianpendirian tentang persamaan semua makhluk
manusia. Contoh daripada reaksi terhadap pendirian serupa itu adalah misalnya
pendirian A. de Gobineau seperti termaktub dalam bukunya Essai sur ITnegalite
des Races Humaines (1853-1855), yang mengatakan bahwa ras yang paling
mumi dan unggul di dunia adalah ras Arya. Tempat asal ras ini adalah Eropa
Utara Tengah. Orang Prancis dari kalangan bangsawan juga merupakan
keturunan ras unggul ini. Sebaliknya, orang Prancis dari kalangan rakyat yang
telah banyak tercampur dengan orang Negro dan Semit merupakan
orangorangyang memang telah ditakdirkan untuk dikuasai. Di Jerman anggapan
de Gobineau telah diperluas dengan anggapan dari aliran Nasional Sosialis di
bawah Adolf Hitler, bahwa orang Jerman sebagai keturunan langsung ras Arya,
38
telah ditakdirkan untuk menguasai seluruh dunia. Betapa besar kesengsaraan
yang diakibatkan oleh pendirian itu telah kita ketahui semuanya, dan betapa
besarnya kesengsaraan yang ditimbulkan oleh gejala diskriminasi ras seperti
yang terjadi di Amerika Serikat, Afrika Selatan, dan lain-lain, telah kita ketahui
juga.
2. Salah Satu Klasifikasi dari Beragam Ras Manusia
Mengenai ras manusia ada banyak sistem klasifikasi yang berasal dari
berbagai sarjana terkenal. Semua klasifikasi itu masih berdasarkan metode-
metode morfologis yang lama karena metode-metode klasifikasi baru yang
berdasarkan frekuensi gen yang tertentu itu masih dalam taraf perkembangan dan
belum dilakukan secara luas. Adanya berbagai sistem klasifikasi itu disebabkan
karena tiap sarjana menggunakan salah satu ciri tertentu sebagai dasar
klasifikasinya, sehingga ada, misalnya: klasifikasi Carolus Linnaeus (1725) yang
mempergunakan warna kulit sebagai ciri terpenting dalam sistemnya; klasifikasi
J.F. Blumenbach (1755) yang mengombinasikan ciri-ciri morfologi dengan
geografi dalam sistemnya; klasifikasi J. Deniker (1889) yang memakai warna
dan bentuk rambut sebagai ciri-ciri terpenting dalam sistemnya; metode-metode
klasifikasi yang juga memperhatikan unsur-unsur filogenetik baru tampak kira-
kira sejak 30 tahun yang lalu, dan paling terkenal di antaranya adalah klasifikasi
dari sarjana-sarjana antropologi fisik ternama seperti metode E. von Eickstedt
dan metode E.A. Hooton.
Berikut ini suatu klasifikasi yang berasal dari A.L. Kroeber,25 tampak
secara jelas garis besar penggolongan ras-ras yang terpenting di dunia dan
hubungannya satu sama lain.
1) AUSTRALOID
Penduduk Asli Australia
2) MONGOLOID
a. Asiatic Mongoloid (Asia Utara, Asia Tengah, dan Asia Timur)
b. Malayan Mongoloid (Asia Tenggara, Kep. Indonesia, Malaysia,
Filipina, dan penduduk asli Taiwan)
c. American Mongoloid (Penduduk asli Benua Amerika Utara dan
Selatan dan orang Eskimo di Amerika Utara sampai penduduk Terra
del Fuego di Amerika Selatan)
3) CAUCASOID
39
a. Nordic' (Eropa Utara sekitar Laut Baltik)
b. Alpine (Eropa Tengah dan Timur)
c. Mediterranean (Penduduk sekitar Laut Tengah, Afrika Utara, Armenia,
Arab, dan Iran)
d. Indie (Pakistan, India, Bangladesh, dan Sri Lanka)
4) NEGROID
a. African Negtvid (Benua Afrika)
b. Negrito (Afrika Tengah, Semenanjung Melayu dan Filipina)
c. Melanesian (Papua/Irian dan Melanesia)
5) RAS-RAS KHUSUS Tidak dapat diklasifikasikan ke dalam keempat ras
pokok
a. Bushman (di daerah Gurun Kalahari di Afrika Selatan)
b. Veddoid (di pedalaman Srilanka dan Sulawesi Selatan)
c. Polynesian (di Kepulauan Mikronesia dan Polinesia) .
d. Ainu (di Pulau Karafuto dan Hokkaido di Jepang Utara).
40
BAB III
KEPRIBADIAN
Para ahli biologi yang mempelajari dan membuat suatu deskripsi nengenai
sistem organ suatu jenis atau species binatang, biasanya juga ekaligus mempelajari
kelakuan binatang-binatang itu. Deskripsi nengenai pola-pola kelakuan binatang-
binatang itu (seperti kelakuan nencari makan, menghindari ancaman bahaya,
menyerang musuh, >eristirahat, mencari betina pada masa birahi, bersetubuh,
mencari empat untuk melahirkan, memelihara dan melindungi keturunannya lan
sebagainya) biasanya berlaku untuk seluruh species yang menjadi )bjek
perhatiannya. Berbeda halnya dengan makhluk manusia yang dipelajari secara
ntensif hingga detail oleh para ahli biologi, anatomi, fisiologi, Patologi, dan para
dokter; tetapi belum banyak diketahui pola-pola celakuannya. Pola-pola kelakuan
yang berlaku untuk seluruh jenis homo sapiens hampir tidak ada, bahkan untuk
semua individu manusia fang termasuk satu ras pun, seperti ras Mongoid, ras
Kaukasoid, ras Slegroid, atau ras Australoid, tidak ada suatu sistem pola' kelakuan
fang seragam. Ini disebabkan karena kelakuan manusia homo sapiens idak hanya
timbul dari dan ditentukan oleh sistem organik biologinya saja, tetapi sangat
dipengaruhi dan ditentukan oleh akal dan jiwanya, ;edemikian rupa sehingga variasi
pola kelakuan antara seorang ndividu homo sapiens dengan individu homo sapiens
lainnya, dapat sangat besar. Malahan, pola kelakuan tiap manusia secara individual
sebenarnya unik dan berbeda. Karena itu para ahli antropologi, sosiologi, dan
psikologi yang mempelajari pola-pola kelakuan manusia ini juga tidak lagi bicara
mengenai pola-pola kelakuan atau patterns of behavior dari manusia, tetapi mengenai
pola-pola tingkah laku, atau pola-pola tindakan (patterns o f action). Apabila seorang
ahli antropologi, sosiologi, atau psikologi berbicara mengenai “pola kelakuan
manusia”, maka yang dimaksudnya adalah kelakuan dalam arti yang sangat khusus,
yaitu kelakuan organisme manusia yang ditentukan oleh naluri, dorongan-dorongan,
refleks-refleks, atau kelakuan manusia yang tidak lagi dipengaruhi dan ditentukan
oleh akal dan jiwanya (yaitu kelakuan manusia yang membabi-buta). Susunan unsur-
unsur akal dan jiwa yang menentukan perbedaan tingkah laku atau tindakan dari
41
tiap-tiap individu manusia itu disebut “kepribadian” atau personality.
Definisi mengenai kepribadian tersebut masih sangat kasar sifatnya, dan tidak
banyak berbeda dengan arti yang diberikan pada konsep itu dalam bahasa sehari-
hari. Dalam bahasa populer, istilah “kepribadian” juga betarti ciri-ciri watak
seseorang individu yang konsisten. Hal itu memberikan kepadanya suatu identitas
sebagai individu yang khusus. Sedangkan dalam bahasa sehari-hari kita anggap
bahwa seorang tertentu mempunyai kepribadian, memang yang biasanya kita
maksudkan ialah bahwa orang tersebut mempunyai beberapa ciri watak yang
diperlihatkannya secara lahir, konsisten, dan konsekuen dalam tingkah lakunya
sehingga tampak bahwa individu tersebut memilik identitas khusus yang berbeda
dari individu-individu lainnya.
Kalau definisi umum yang banyak menyerupai arti konsep dalam bahasa
sehari-hari tersebut hendak kita pertajam, maka akan timbul banyak kesukaran. Hal
itu sudah banyak dilakukan oleh para ahli psikologi yang memang merupakan tugas
mereka; namun tidak ada satu definisi yang tajam dan seragam di antara para ahli
psikologi yang berasal dari berbagai aliran khusus dalam ilmu psikologi. Konsep
kepribadian itu rupa-rupanya adalah suatu konsep yang demikian luas sehingga
merupakan suatu konstruksi yang tidak mungkin dirumuskan dalam satu definisi
yang tajam tetapi mencakup keseluruhannya. Karena itu, bagi kita yang belajar
antropologi, cukuplah kiranya kalau untuk sementara kita pergunakan saja dahulu
definisi yang masih kasar itu. Sedangkan penggunaan definisi-definisi yang lebih
tajam untuk analisis yang lebih mengkhusus dan mendalam, kita serahkan kepada
para ahli psikologi.
1. Unsur- Unsur Kepribadian
a. Kepribadian Individu
Mempelajari materi setiap unsur kepribadian (baik yang berupa pengetahuan
maupun yang berupa perasaan, sasaran dari kehendak, keinginan, dan emosi
seseorang) adalah tugas ilmu psikologi. Dalam hal itu diperhatikan satu
macam materi yang menyebabkan satu tingkah laku berpola, yaitu suatu
kebiasaan (habit) dan berbagai macam materi yang menyebabkan timbulnya
kepribadian (personality), serta segala macam tingkah laku berpola dari
individu bersangkutan
42
b. Kepribadian Umum
endekatan dalam penelitian kepribadian dari suatu kebudayaan juga
dilakukan dengan metode lain yang didasarkan pada suatu pendirian dalam
ilmu psikologi. Pendirian tersebut menyatakan bahwa benih dari ciri-ciri dari
unsur watak telah tertanam dalam jiwa seorang individu sejak ia masih anak-
anak. Pembentukan watak dalam jiwa individu banyak dipengaruhi oleh
pengalamannya ketika anak-anak ia diasuh orang-orang dalam
lingkungannya, yaitu: ibunya, ayahnya, kakak-kakakn ya, dan in d iv id u -in
individu lain yang biasa mengerumuninya pada waktu itu. Watak juga sangat
ditentukan oleh cara-cara ia sewaktu kecil diajar makan, diajar kebersihan,
disiplin, diajar main dan bergaul dengan anak-anak lain dan sebagainya.
Oleh karena dalam tiap kebudayaan cara pengasuhan anak didasarkan pada
adat dan norma-norma tertentu, maka beberapa unsur watak yang seragam
akan tampak menonjol pada banyak individu yang telah menjadi dewasa itu.
Berdasarkan konsepsi psikologi tersebut, para ahli antropologi berpendirian
bahwa dengan mempelajari adat-istiadat pengasuhan anak yang khas itu,
akan dapat diduga adanya berbagai unsur kepribadian pada sebagian besar
warga masyarakat. Hal itu merupakan akibat dari pengalaman-pengalaman
sejak masa anak-anak. Metode penelitian kepribadian umum dengan cara
mempelajari adat-istiadat pengasuhan anak-anak dalam suatu kebudayaan,
terutama dikembangkan oleh ahli antropologi terkenal, Margaret Mead, tidak
hanya di antara suku-suku bangsa di daerah Melanesia, (khususnya Papua
Nugini) tetapi juga di Bali. P
c. Kepribadian Barat dan Kepribadian Timur
Dalam banyak tulisan tentang masalah kebudayaan sering dibicarakan
masalah perbedaan antara kepribadian manusia yang berasal dari
kebudayaan Barat, dan kepribadian manusia yang berasal dari kebudayaan
Timur. Pembicaraan seperti itu pada mulanya tercantum dalam tulisan-
tulisan para sarjana sejarah kebudayaan, para pengarang karya sastra dan
para penyair Eropa Barat, ketika mereka menyinggung pandangan hidup
manusia yang hidup dalam kebudayaan-kebudayaan Asia, seperti
kebudayaan Islam, Hindu, Budha, dan Cina yang lokasi geografinya semua
memang di sebelah timur Eropa. Kemudian ketika para pengarang Eropa
43
berkenalan dengan kebudayaan-kebudayaan lain di Asia seperti kebudayaan
Parsi, kebudayaan Thai, kebudayaan Jepang, atau kebudayaan Indonesia,
maka pandangan hidup dan kepribadian manusia yang hidup di dalam
kebudayaan-kebudayaan tersebut itu dinamakan kepribadian Timur.
Selanjutnya, semua kebudayaan bukan Eropa Barat disebut pandangan hidup
dan kepribadian Timur. Dengan demikian timbul dua konsep yang kontras,
yaitu Kepribadian Timur dan Kepribadian Barat.
44
BAB IV
KEBUDAYAAN
A. Kebudayaan
1. Pengertian kebudayaan dijabarkan oleh beberapa tokoh, diataranya :
a) Ralph Linton
Kebudayaan memiliki berbagai aspek, yang meliputi cara-cara berlaku,
kepercayaan-keper cayaan, sikap-sikap dan hasil dari kegiatan manusia yang
khas untuk suatu masyarakat atau kelompok penduduk tertentu.
b) Koetjaraningrat
Kebudayaan Keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia
dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia
dengan belajar.
Menurut ilmu antropologi, “kebudayaan” adalah Keseluruhan sistem gagasan,
tindakan dan hasil karya manusia dalam kehidupan rasyarakatyang dijadikan milik
dirt manusia dengan belajar. Hal tersebut berarti bahwa hampir seluruh tindakan
manusia dalah “kebudayaan” karena hanya sedikit tindakan manusia dalam
ehidupan masyarakat yang tidak perlu dibiasakan dengan belajar, yaitu hanya
beberapa tindakan naluri, beberapa refleks, beberapa tindakan akibat proses
fisiologi, atau kelakuan membabi buta. Bahkan berbagai tindakan manusia yang
merupakan kemampuan naluri yang terbawa dalam gen bersama kelahirannya
(seperti makan, minum, atau berjalan dengan kedua kakinya), juga dirombak
olehnya menjadi tindakan berkebudayaan. Manusia makan pada waktu-waktu
tertentu yang dianggapnya wajar dan pantas, ia makan dan minum dengan alatalat,
cara-cara dan sopan santun atau protokol yang sering kali sangat rumit, harus
dipelajarinya dahulu dengan susah payah. Manusia berjalan tidak hanya menurut
wujud biologisnya yang telah ditentukan oleh alam, tetapi merombak cara
berjalannya dengan gaya seperti prajurit, berjalan dengan gaya lemah lembut,
berjalan seperti peragawati dan sebagainya, yang semuanya harus dipelajarinya
dahulu.
45
B. Kebudayaan, Culture dan Peradaban
Kata “kebudayaan” berasal dari kata Sanskerta buddhayah, yaitu untuk
jamak dari buddhi yang berarti “budi” atau “akal”. Dengan smikian ke-budaya-
an dapat diartikan: “hal-hal yang bersangkutan engan akal”. Ada sarjana lain
yang mengupas kata budaya sebagai aatu perkembangan dari kata majemuk
budi-daya, yang berarti “daya an budi”, Karena itu mereka membedakan
“budaya” dan kebudayaan”. Demikianlah “budaya” adalah “daya dan budi” yang
erupa cipta, karsa, dan rasa. Sedangkan “kebudayaan” adalah hasil ari cipta,
karsa, dan rasa itu.7 Dalam istilah “antropologi-budaya” erbedaan itu ditiadakan.
Kata “budaya” di sini hanya dipakai sebagai uatu singkatan saja dari
“kebudayaan” dengan arti yang sama.
Kata culture merupakan kata asing yang sama artinya dengan kebudayaan”.
Berasal dari kata Latin colere yang berarti “mengolah, nengerjakan,” terutama
mengolah tanah atau bertani. Dari arti ini berkembang arti culture sebagai
“segala daya upaya serta tindakan nanusia untuk mengolah tanah dan mengubah
alam.” Di samping istilah “kebudayaan” ada pula istilah “peradaban”. ~Ial yang
terakhir adalah sama dengan istilah Inggris civilisation. Istilah ersebut biasa
dipakai untuk menyebut bagian dan unsur dari kebudayaan rang halus, maju, dan
indah, misalnya: kesenian, ilmu pengetahuan, idat sopan-santun pergaulan,
kepandaian menulis, organisasi kenegaraan Jan sebagainya. Istilah “peradaban”
sering juga dipakai untuk menyebut suatu kebudayaan yang mempunyai sistem
teknologi, ilmu pengetahuan, seni bangunan, seni rupa, dan sistem kenegaraan
dari masyarakat kota yang maju dan kompleks.
C. Empat Wujud Kebudayaan
Menurut Koentjaraningrat terdapat empat wujud kebudayaan, yaitu
a) Lingkaran paling luar melambangkan kebudayaan sebagai artefacs atau benda
46
benda fisik Bangunan-bangunan megah seperti candi, benda-benda bergerak,
komputer, piring, gelas, kancing baju. Semua benda hasil karya manusia bersifat
kongkret dan dapat diraba serta difoto. Disebut sebagai kebudayaan fisik.
b) Melambangkan kebudayaan sebagai sistem tingkah laku dan tindakan berpola
Menggambarkan wujud tingkah laku manusia seperti menari, berbicara, tingkah
laku dalam melakukan pekerjaan. Disebut sebagai sistem sosial.
c) Melambangkan kebudayaan sebagai system gagasan Menggambarkan wujud
gagasan dari kebudayaan dan tempatnya dalam kepala masing-masing individu
yang menjadi warga suatu ke budayaan yang dibawa ke mana pun mereka pergi.
Wujud ke budayaan ini abstrak, tidak dapat difoto. Disebut sebagai sistem budaya.
d) Melambangkan kebudayaan sebagai sistem gagasan yang ideologis Gagasan-
gagasan yang telah dipelajari oleh warga suatu kebudayaan sejak usia dini dan
sukar diubah. Disebut sebagai nilai-nilai budaya.
Penulis setuju sekali dengan pendapat seorang ahli sosiologi, lcott Parsons
bersama dengan seorang ahli antropologi A.L. Kroeber rnah menganjurkan untuk
membedakan wujud kebudayaan sebagai atu sistem dari ide dan konsep dari
wujud kebudayaan sebagai suatu tigkaian tindakan dan aktivitas manusia yang
berpola.10 Serupa dengan . Honigmann yang dalam buku pelajaran
antropologinya, berjudul be World o f Man (1959: him. 11-12) membedakan
adanya tiga “gejala budayaan”, yaitu (1) ideas, (2) activities, dan (3) artifacts,
pengarang pendirian bahwa kebudayaan itu ada tiga wujudnya, yaitu: Wujud
kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide, gagasan, nilai, norma, peraturan dan
sebagainya. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas serta tindakan
berpola dari manusia dalam masyarakat. Wujud kebudayaan sebagai benda-benda
hasil karya manusia.
Wujud pertama adalah wujud ideal dari kebudayaan. Sifatnya abstrak, tidak
dapat diraba atau difoto. Lokasinya ada di dalam kepala atau dengan perkataan
47
lain, dalam alam pikiran warga masyarakat tempat kebudayaan bersangkutan itu
hidup. Kalau warga masyarakat menyatakan gagasan mereka tadi dalam tulisan,
maka lokasi dari kebudayaan ideal sering berada dalam karangan dan bukubuku
hasil karya para penulis warga masyarakat bersangkutan. Sekarang kebudayaan
ideal juga banyak tersimpan dalam disket, arsip, koleksi microfilm dan microfish,
kartu komputer, silinder, dan pita komputer. Ide dan gagasan manusia banyak
yang hidup bersama dalam suatu masyarakat, memberi jiwa kepada masyarakat
itu. Gagasan itu satu dengan yang lain selalu berkaitan menjadi suatu sistem. Para
ahli antropologi dan sosiologi menyebut sistem ini sistem budaya atau cultural
system. Dalam bahasa Indonesia terdapat juga istilah lain yang sangat tepat untuk
menyebut wujud ideal dari kebudayaan ini, yaitu adat atau adat-istiadat untuk
bentuk jamaknya.
Wujud kedua dari kebudayaan disebut sistem sosial atau social system,
mengenai tindakan berpola dari manusia itu sendiri. Sistem sosial ini terdiri dari
aktivitas-aktivitas manusia yang berinteraksi, berhubungan, dan bergaul satu sama
lain dari detik ke detik, dari hari ke hari, dan dari tahun ke tahun, selalu menurut
pola-pola tertentu yang berdasarkan adat tata kelakuan. Sebagai rangkaian
aktivitas manusia-manusia dalam suatu masyarakat, sistem sosial itu bersifat
konkret, terjadi di sekeliling kita sehari-hari, bisa diobservasi, difoto, dan
didokumentasi.
Wujud ketiga dari kebudayaan disebut kebudayaan flsik. Berupa seluruh hasil
fisik dan aktivitas, perbuatan, dan karya semua manusia dalam masyarakat.
Sifatnya paling konkret dan berupa benda-benda atau hal-hal yang dapat diraba,
dilihat, dan difoto. Ada benda-benda yang sangat besar seperti pabrik baja: ada
benda-benda yang amat kompleks dan canggih, seperti komputer berkapasitas
tinggi; atau benda-benda yang besar dan bergerak, suatu kapal tangki minyak; ada
bangunan hasil seni arsitek seperti suatu candi yang indah; atau ada pula benda-
48
benda kecil seperti kain batik, atau yang lebih kecil lagi, yaitu kancing baju.
D. Unsur- Unsur Kebudayaan
Unsur- Unsur Kebudayaan menurut Koentjaraningrat, menjabarkan tujuh
unsur kebudayaan, yaitu :
a) Bahasa, terdiri dari bahasa lisan dan tulisan
b) Sistem pengetahuan, terdiri dari :Pengetahuan tentang sekitar alam,
Pengetahuan tentang alam flora, Pengetahuan tentang zat-zat dan
bahan mentah, Pengetahuan tentang tubuh manusia, Pengetahuan
tentang kelakuan sesama manusia dan Pengetahuan tentang ruang
waktu dan bilangan.
c) Organisasi sosial, terdiri dari : Sistem kekerabatan, Sistem kesatuan
hidup setempat, Asosiasi dan perkumpulan, serta Sistem kenegaraan
d) Sistem paralatan dan teknologi, terdiri dari : Alat-alat produktif, Alat
alat distributuf dan transport, Wadah-wadah dan tempat-tempat untuk
menaruh, Makanan dan minuman, Pakaian dan perhiasan,
Tempatberlindung dan perumahan dan Senjata.
e) Sistem mata pencaharian hidup, terdiri dari: Berburu dan meramu,
Perikanan, Bercocok tanam diladang, Bercocok tanam menetap,
Peternakan serta Perdagangan.
f) Sistem religi, terdiri dari : Sistem kepercayaan, kesusateraan suci, sisem
upacara keagamaan, kelompok ke agamaan, ilmu gaib, nilai dan
pandangan hidup.
g) Kesenian, terdiri dari : Seni patung, seni relief, seni lukis dan gambar,
seni rias, seni vokal, seni instrumen, seni kesusasteraan, dan seni
drama
E. Keterkaitan antara unsur budaya dan wujud kebudayaan
Fungsi unsur kebudayaan, menurut M E Spiro, yang pertama adalah
Menerangkan “fungsi” sbg hubungan antara suatu hal dgn tujuan tertentu, yang
kedua ialah Menerangkan kaitan antara satu hal dgn hal lain dan yang ketiga
adalah Menerangkan hubungan yang terjadi antara satu hal dgn hal yang lain
dalam satu sistem yang terintergrasi.
49
F. UNSUR- UNSUR KEBUDAYAAN
Para sarjana antropologi yang biasa m enanggapi suatu >udayaan (misalnya
kebudayaan Minangkabau, kebudayaan Bali, atau >udayaan Jepang) sebagai suatu
keseluruhan yang terintegrasi, ketika idak menganalisis membagi keseluruhan itu ke
dalam unsur-unsur ;ar yang disebut “unsur-unsur kebudayaan universal” atau
cultural versals. Istilah universal itu menunjukkan bahwa unsur-unsur tadi rsifat
universal, jadi unsur-unsur tadi ada dan bisa didapatkan di am semua kebudayaan
dari semua bangsa di mana pun di dunia. ingenai definisi culturaluniversals itu, ada
beberapa pandangan yang berbeda di antara para sarjana antropologi. Berbagai
pandangan yang berbeda itu serta alasan perbedaannya diuraikan oleh C. Kluckhohn
dalam sebuah karangan berjudul Universal Categories o f Culture (1953).14 Dengan
mengambil sari dari berbagai kerangka tentang unsur-unsur kebudayaan universal
yang disusun oleh beberapa sarjana antropologi itu, maka penulis berpendapat bahwa
ada tujuh unsur kebudayaan yang dapat ditemukan pada semua bangsa di dunia.
Ketujuh unsur yang dapat kita sebut sebagai isi pokok dari tiap kebudayaan di dunia
itu adalah:
1. BAHASA
Suatu sistem komunikasi yang menggunakan suara yang di hubungkan satu
sama lain menurut seperangkat aturan. Bahasa dalam kerangka budaya, Disebut
sebagai etnolinguistik, merp segala aspek dari struktur dan penggunaan bahasa yang
ada hubungannya dgn masy, kebudayaan dan perilaku Bahasa di bagi menjadi dua
yaitu bahasa verbal dan non verbal, bahasa verbal ialah suatu bentuk komunikasi
yang disampaikan oleh komunikator kepada komunikan dengan menggunakan cara
tertulis atau dengan cara lisan atau suatu jenis dari kegiatan percakapan atau
50
penyampaian pesan maupun informasi yang dilakukan seseorang kepada orang lain,
baik itu disampaikannya secara lisan maupun secara tulisan maupun verbal.
Sedangkan nonverbal ialah adalah kebalikan dari verbal yaitu suatu proses dari
komunikasi yang dimana penyampaian informasi atau pesannya tidak memakai kata-
kata komunikasi ini sering disebut juga dengan bahasa isyarat. Bentuk dari
komunikasi nonverbal ini memakai gerakan seperti misalnya: bahasa tubuh, ekspresi
wajah, dengan kontak mata dan lain sebagainya atau satu cara penyampaian pesan
atau informasi kepada orang lain tanpa menggunakan ucapan atau kata-kata, akan
tetapi caranya menggunakan gerakan atau isyarat.
Jenis-Jenis Komunikasi Non Verbal / Bahasa Non verbal Menurut Duncan
menyebutkan terdapat beberapa jenis pesan non-verbal, yaitu:
1)Pesan kinesik merupakan pesan yang menggunakan gerakan tubuh yang
berarti. Pesan ini terdiri dari tiga komponen utama yaitu:
a) Pesan fasial
Pesan ini menggunakan air muka untuk menyampaikan makna
tertentu.
b) Pesan gestural
Menunjukkan gerakan sebagian anggota badan seperti mata dan
tangan untuk mengkomunikasikan berbagai makna. Menurut Galloway,
pesan ini berfungsi untuk mengungkapkan: Mendorong/membatasi,
menyesuaikan/ mempertentangkan, Responsif/tak responsif, Perasaan
positif/negatif, Memperhatikan/tidak memperhatikan, Melancarkan/tidak
reseptif serta Menyetujui/menolak.
c) Pesan postural
Berkaitan dengan keseluruhan anggota badan. Mehrabian
menyebutkan tiga makna yang dapat disampaikan postur, yaitu
Immediacy Merupakan ungkapan kesukaan atau ketidaksukaan terhadap
individu yang lain. Postur yang condong kearah lawan bicara
menunjukkan kesukaan atau penilaian positif. Yang kedua Power
mengungkapkan status yang tinggi pada diri komunikator. Yang ketiga
Responsiveness merupakan individu yang mengkomunikasikannya bila ia
51
bereaksi secara emosional pada lingkungan, baik positif maupun negatif.
a) Olfaksi atau Penciuman
Bau-bauan telah digunakan manusia untuk berkomunikasi secara
sadar maupun tidak sadar. Saat ini orang-orang telah mencoba
menggunakan bau-bauan buatan seperti parfum untuk menyampaikan
pesan.
b) Sensitivitas kulit
Pesan sentuhan dan bau- bauan ( tactile and olfactory messages )
termasuk pesan nonverbal, nonvisual dan nonvokal. Alat penerima
sentuhan adalah kulit, yang mampu menerima dan membedakan berbagai
emosi yang disampaikan orang melalui sentuhan. Berbagai pesan atau
perasaan dapat disampaikan melalui sentuhan, tetapi yang paling sering
dikomunikasikan antara lain : tanpa perhatian (detached), kasih sayang
(mothering), takut (fearful), marah (angry), dan bercanda (playful).
c) Pesan artifaktual
Pesan ini diungkapkan melalui penampilan, body image, pakaian,
kosmetik. Umumnya pakaian kita pergunakan untuk menyampaikan
identitas kita, yang berarti menunjukkan kepada orang lain bagaimana
perilaku kita dan bagaimana orang lain sepatutnya memperlakukan kita.
Selain itu pakaian juga berguna untuk mengungkapkan perasaan (misal
pakaian hitam berarti duka cita) dan formalitas (misal sandal untuk
situasi informal dan batik untuk situasi formal)
d) Prosemik
Prosemik adalah pesan yang disampaikan melalui pengaturan jarak
dan ruang. Edward T. Hall membagi interaksi sosial dalam 4 zona
spasial:
• Jarak intim (personal space)
Merupakan jarak akrab, dengan jarak 0-18 inch. Individu menerima
dengan jelas masukan pancaindera (pengelihatan, panas tubuh orang,
suara, bau dan tarikan napas). Jarak 0-6 inch (jarak intimate lovers),
merupakan jarak yang terjadi pada saat bercinta,olahraga gulat, saling
melindungi. Individu dapat dengan jelas melihat tekstur kulit, kerut,
52
cacat, warna mata, mulut.
• Jarak Pribadi/Personal distance
Jarak 1,5-4 kaki. Terdiri dari 2 fase: Fase dekat (1,5-2,5 kaki) Terjadi
pertukaran sentuhan, bau, pandangan dan isyarat lainnya. Fase ke dua
yaitu Fase jauh (2,5-4 kaki) individu dapat saling menyentuh dengan
mengulurkan tangan.
• Jarak sosial/Social distance
Jarak 4-25 kaki. Susunan bangku dan perabotan kantor disusun
berdasarkan jarak sosial. Jarak ini dibagi menjadi 2 : Jarak sosial
(dekat) 4-7 kaki serta Jarak sosial (jauh) 7-12 kaki
• Jarak public
Jarak 12-25 kaki
2. Sistem Kekerabatan
1. Pengertian Sistem Kekerabatan
Pengertian kelompok kekerabatan merupakan deskripsi mengenai suku
bangsa tertentu, Perkawinan merupakan unsur universal yang dilakukan oleh
masyarakat di dunia, Perkawinan bukan termasuk kedalam kebudayaan
universal saja tetapi di perinci dalam kompleks budaya, dan kompleks sosial
sprt, lamaran, upacara pernikahan, perayaan, mas kawin, harta pembawaan
pengantin wanita, adat menetap sesudah menikah.
2. Komunitas
Komunitas merupakan kesatuan sosial yang terjadi bukan karena adanya
ikatan kekerabatan tetapi krn ikatan tempat kehidupan
a) in-group dan out-group
In-group adalah kelompok sosial dimana individu mengidentifikasi
dirinya dalam kelompok tersebut, biasa disebut dengan ”kita”. Sifat in-
group biasanya didasarkan pada faktkor simpati dan kedekatan dengan
anggota kelompok. Sedangkan Out-group adalah kelompok yang
diartikan oleh individu sebagai lawan in-groupnya, biasanya dikenal
dengan “mereka”.
b) kelompok primer dan sekunder
kelompok primer adalah kelompok kecil yang anggotanya memiliki
hubungan dekat, personal, dan langgeng. Serta kelompok sekunder
Antropologi Modul
Antropologi Modul
Antropologi Modul
Antropologi Modul
Antropologi Modul
Antropologi Modul
Antropologi Modul
Antropologi Modul
Antropologi Modul
Antropologi Modul
Antropologi Modul
Antropologi Modul
Antropologi Modul
Antropologi Modul
Antropologi Modul
Antropologi Modul
Antropologi Modul
Antropologi Modul
Antropologi Modul
Antropologi Modul
Antropologi Modul
Antropologi Modul
Antropologi Modul
Antropologi Modul
Antropologi Modul
Antropologi Modul
Antropologi Modul
Antropologi Modul
Antropologi Modul
Antropologi Modul
Antropologi Modul
Antropologi Modul
Antropologi Modul
Antropologi Modul
Antropologi Modul

More Related Content

Similar to Antropologi Modul

Konsep dan defenisi antropologi
Konsep dan defenisi antropologiKonsep dan defenisi antropologi
Konsep dan defenisi antropologiMuslimin B. Putra
 
Tugas artikel antropologi ruslina fitriani-Sosiologi-Dr. Taufik Ramdani, S.Th...
Tugas artikel antropologi ruslina fitriani-Sosiologi-Dr. Taufik Ramdani, S.Th...Tugas artikel antropologi ruslina fitriani-Sosiologi-Dr. Taufik Ramdani, S.Th...
Tugas artikel antropologi ruslina fitriani-Sosiologi-Dr. Taufik Ramdani, S.Th...RuslinaFitriani1
 
SAJIAN ANTROPOLOGI Sejarah perk. antrop
SAJIAN ANTROPOLOGI Sejarah perk. antropSAJIAN ANTROPOLOGI Sejarah perk. antrop
SAJIAN ANTROPOLOGI Sejarah perk. antropdesliana_korea
 
PPT ANTROPOLOGI PERTEMUAN 2.pptx
PPT ANTROPOLOGI PERTEMUAN 2.pptxPPT ANTROPOLOGI PERTEMUAN 2.pptx
PPT ANTROPOLOGI PERTEMUAN 2.pptxTrieAnanda2
 
HUBUNGAN BUDAYA DAN KEBUDAYAAN HUKUM SEBAGAI DASAR ANTROPOLOGI HUKUM-1.pdf
HUBUNGAN BUDAYA DAN KEBUDAYAAN HUKUM SEBAGAI DASAR ANTROPOLOGI HUKUM-1.pdfHUBUNGAN BUDAYA DAN KEBUDAYAAN HUKUM SEBAGAI DASAR ANTROPOLOGI HUKUM-1.pdf
HUBUNGAN BUDAYA DAN KEBUDAYAAN HUKUM SEBAGAI DASAR ANTROPOLOGI HUKUM-1.pdfVinsensiusApriliaNug
 
(Tugas Presentasi IPS) Potensi Keberagaman Budaya di Indonesia
(Tugas Presentasi IPS) Potensi Keberagaman Budaya di Indonesia(Tugas Presentasi IPS) Potensi Keberagaman Budaya di Indonesia
(Tugas Presentasi IPS) Potensi Keberagaman Budaya di IndonesiaMira Sari
 
02. korelasi antropologi dan ilmu lain
02. korelasi  antropologi dan ilmu lain02. korelasi  antropologi dan ilmu lain
02. korelasi antropologi dan ilmu lainIrman Aras
 
Theory of communication
Theory of communication Theory of communication
Theory of communication Ines Pratiwi
 
Antropologi bapak muslim (6)
Antropologi bapak muslim (6)Antropologi bapak muslim (6)
Antropologi bapak muslim (6)jeneponto
 
Antropologi kesehatan
Antropologi kesehatanAntropologi kesehatan
Antropologi kesehatandenpai
 
Ppt_pengertian antropologi pdf
Ppt_pengertian antropologi pdfPpt_pengertian antropologi pdf
Ppt_pengertian antropologi pdfFahrulRosyid1
 
Makalah ibd
Makalah ibdMakalah ibd
Makalah ibdnewskiem
 
pengantar ANTROPOLOGI
pengantar ANTROPOLOGIpengantar ANTROPOLOGI
pengantar ANTROPOLOGIBernike Zega
 

Similar to Antropologi Modul (20)

Amerika
AmerikaAmerika
Amerika
 
Pesentation antropologi
Pesentation antropologiPesentation antropologi
Pesentation antropologi
 
Ppt 1 dasar dasar antropologi
Ppt 1 dasar dasar antropologiPpt 1 dasar dasar antropologi
Ppt 1 dasar dasar antropologi
 
Konsep dan defenisi antropologi
Konsep dan defenisi antropologiKonsep dan defenisi antropologi
Konsep dan defenisi antropologi
 
Tugas artikel antropologi ruslina fitriani-Sosiologi-Dr. Taufik Ramdani, S.Th...
Tugas artikel antropologi ruslina fitriani-Sosiologi-Dr. Taufik Ramdani, S.Th...Tugas artikel antropologi ruslina fitriani-Sosiologi-Dr. Taufik Ramdani, S.Th...
Tugas artikel antropologi ruslina fitriani-Sosiologi-Dr. Taufik Ramdani, S.Th...
 
ASAS-ASAS DAN RUANG LINGKUP ILMU ANTROPOLOGI
ASAS-ASAS DAN RUANG LINGKUP ILMU ANTROPOLOGIASAS-ASAS DAN RUANG LINGKUP ILMU ANTROPOLOGI
ASAS-ASAS DAN RUANG LINGKUP ILMU ANTROPOLOGI
 
SAJIAN ANTROPOLOGI Sejarah perk. antrop
SAJIAN ANTROPOLOGI Sejarah perk. antropSAJIAN ANTROPOLOGI Sejarah perk. antrop
SAJIAN ANTROPOLOGI Sejarah perk. antrop
 
PPT ANTROPOLOGI PERTEMUAN 2.pptx
PPT ANTROPOLOGI PERTEMUAN 2.pptxPPT ANTROPOLOGI PERTEMUAN 2.pptx
PPT ANTROPOLOGI PERTEMUAN 2.pptx
 
Antropologi upj 2015 1
Antropologi upj 2015 1Antropologi upj 2015 1
Antropologi upj 2015 1
 
HUBUNGAN BUDAYA DAN KEBUDAYAAN HUKUM SEBAGAI DASAR ANTROPOLOGI HUKUM-1.pdf
HUBUNGAN BUDAYA DAN KEBUDAYAAN HUKUM SEBAGAI DASAR ANTROPOLOGI HUKUM-1.pdfHUBUNGAN BUDAYA DAN KEBUDAYAAN HUKUM SEBAGAI DASAR ANTROPOLOGI HUKUM-1.pdf
HUBUNGAN BUDAYA DAN KEBUDAYAAN HUKUM SEBAGAI DASAR ANTROPOLOGI HUKUM-1.pdf
 
(Tugas Presentasi IPS) Potensi Keberagaman Budaya di Indonesia
(Tugas Presentasi IPS) Potensi Keberagaman Budaya di Indonesia(Tugas Presentasi IPS) Potensi Keberagaman Budaya di Indonesia
(Tugas Presentasi IPS) Potensi Keberagaman Budaya di Indonesia
 
02. korelasi antropologi dan ilmu lain
02. korelasi  antropologi dan ilmu lain02. korelasi  antropologi dan ilmu lain
02. korelasi antropologi dan ilmu lain
 
Theory of communication
Theory of communication Theory of communication
Theory of communication
 
Antropologi bapak muslim (6)
Antropologi bapak muslim (6)Antropologi bapak muslim (6)
Antropologi bapak muslim (6)
 
Antropologi kesehatan
Antropologi kesehatanAntropologi kesehatan
Antropologi kesehatan
 
Antropologi Sosial & Budaya
Antropologi Sosial & Budaya Antropologi Sosial & Budaya
Antropologi Sosial & Budaya
 
Antropologi
AntropologiAntropologi
Antropologi
 
Ppt_pengertian antropologi pdf
Ppt_pengertian antropologi pdfPpt_pengertian antropologi pdf
Ppt_pengertian antropologi pdf
 
Makalah ibd
Makalah ibdMakalah ibd
Makalah ibd
 
pengantar ANTROPOLOGI
pengantar ANTROPOLOGIpengantar ANTROPOLOGI
pengantar ANTROPOLOGI
 

Antropologi Modul

  • 1. 1 MODUL PENGANTAR ANTROPOLOGI NAMA : RENIJULIATI, S.Sos.,M.Si NIDN : 0211078002 SEKOLAH TINGGI ILMU ADMINISTRASI STIA BALA PUTRA DEWA PALEMBANG PALEMBANG
  • 2. 2 KATA PENGANTAR Pertama-tama penulis panjatkan puji syukur kehadirat Allah yang telah memberikan kesempatan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan modul ajar ini, karena Nyalah pula penulis tidak dapat menyelesaikan modul ajar ini. Sebuah kebanggaan yang tak ternilai harganya ketika penulis berkesempatan membuat suatu karya modul ajar ini. Penulis haturkan rasa terima kasih yang sebesar- besarnya kepada semua pihak yang telah mendukung penulis dalam penyusunan modul ajar ini, baik dari awal ide terbentuk hingga tersusun menjadi bahan ajar. palembang,20 Agustus 2021 Reni Juliati,S.sos.,M.Si
  • 3. 3 DAFTAR ISI Cover ................................................................................................................ .........1 KataPengantar ............................................................................................................2 Daftar Isi...................................................................................................................3 BAB 1 PENDAHULUAN .........................................................................................6 A. Pengertian Antropologi .........................................................................................6 B.Sejarah Perkembangan Ilmu Antropologi................................................................7 1. Fase Pertama ..........................................................................................................8 2. Fase Kedua .............................................................................................................9 3. Fase Ketiga..............................................................................................................9 4. Fase Keempat..........................................................................................................9 C. Antropologi Masa Kini...........................................................................................9 D.Ilmu- Ilmu Bagian Antropologi..............................................................................11 E. Hubungan Antropologi Sosial Dan Sosiologi........................................................16 G. Hubungan Antara Antropologi Dengan Ilmu Lain.................................................18 G.Metode Ilmiah Dari Antropologi.............................................................................20 BAB II MAHLUK MANUSIA.................................................................................24 A.Mahluk Manusia di antara mahluk lain....................................................................24 B. Evolusi ciri dan Biologis.........................................................................................25 C. Perubahan dalam Proses Keturunan.......................................................................27 D. Evolusi Pranata dan Manusia .................................................................................29 E.Aneka Ragam Manusia............................................................................................36 BAB III KEPRIBADIAN............................................................................................41
  • 4. 4 A. Unsur-Unsur Kepribadian......................................................................................42 BAB IV KEBUDAYAAN ..........................................................................................45 A. Definisi Kebudayaan..............................................................................................45 B. Kebudayaan Culture ...............................................................................................46 C. Empat Wujud Kebudayaan.....................................................................................47 D. Unsur-Unsur Kebudayaan......................................................................................49 BAB V DINAMIKA KEBUDAYAAN ....................................................................56 Dinamika Kebudayaan Dan Konsep Kebudayaan......................................................56 BAB VI ANTROPOLOGI DAN PSIKOLOGI..........................................................59 A.Antropologi Dan Psikologi......................................................................................59 B. Sejarah Perkembangan Ilmu Antropologi Psikologi..............................................62 C. Metode Metode Dalam Antropologi Psikologi.......................................................63 D. Beberapa Penelitian Antropologi Psikologi............................................................63 LAMPIRAN RPS ANTROPOLOGI
  • 5. 5
  • 6. 6 BAB I PENDAHULUAN A. Pengertian Antropologi Antropologi berasal dari kata antrophos = manusia dan logos = ilmu Menurut Haviland antropologi studi tentang umat manusia yang berusaha menyusun generalisasi yang bermanfaat tentang manusia dan perilakunya dan untuk memperoleh pengertian yang lengkap mengenai keanekaragaman manusia David Hunter mengatakan bahwa antropologi adalah ilmu yang muncul dari keingintahuan yang tidak terbatas mengenai umat manusia. Benedict antropologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari manusia sebagai makhluk sosial. Perhatiannya ditujukan pada sifat-sifat khusus fisik manusia, cara produksi, tradisi, dan nilai-nilai pedoman kehidupan bermasyarakat, atau norma yang membedakan pergaulan hidup antar masyarakat, bangsa, dan Negara. Koentjaraningrat antropologi adalah ilmu yang mempelajari umat manusia pada umumnya dengan mempelajari aneka warna, bentuk fisik masyarakat serta kebudayaan yang dihasilkan. Jadi antropologi adalah sebuah ilmu yang mempelajari dengan segi keanekaragaman fisik serta kebudayaan (cara-cara berperilaku, tradisi- tradisi, nilai-nilai) yang dihasilkan setiap manusia yang satu dengan yang lainnya berbeda-beda B. Sejarah Perkembangan Ilmu Antropologi 1. Fase pertama (sebelum 1800) Kedatangan bangsa Eropa barat ke Benua Afrika, Asia, Amerika selama4 abad membawa pengaruh bagi berbagai suku bangsa ketiga benua tersebut. Bersamaan dengan itu terkumpul tulisan para musafir, pelaut, pendeta, penerjemah, dan pegawai,
  • 7. 7 pemerintah jajahan. Dalam berbagai buku tersebut terdapat berbagai oengetahuan mengenai deskripsi adat istiadat, susunan masyarakat, dan ciri-ciri fisik dari berbagai macam suku bangsa. Bahan deskripsi itu disebut “etnografi” yang berasal dari kata, ethos=bangsa‟. Namun deskripsi tersebut tidak jelas sehingga kaum terpelajar di Eropa barat memiliki 3 sikap yang bertentangan terhadap bangsa-bangsa Afrika, Asia, Oceania, dan orang-orang indian di Amerika, yaitu: a) Ada yang berpandangan bahwa bangsa-bangsa itu bukan manusia b) sebenarnya tapi mereka liar, keturunan iblis dan sebagainya. c) Ada yang berpandangan bahwa masyarakat bangsa-bangsa itu adalahcontoh dari masyarakat murni. d) Ada yang tertarik akan adat istiadat yang aneh, dan mulai mengumpulkan benda-benda kebudayaan dari suku-suku bangsa Afrika, Asia, Amerika pribumi itu tadi. Pada permulaan abad ke 19 perhatian pada himpunan pengetahuan mengenai masyarakat, adat istiadat, dan ciri-ciri fisik bangsa sangat besar sehingga timbul usaha pertama untuk mengntegrasikan seluruh himpunan bahan pengetahuan etnografi tersebut menjadi satu. 2. Fase kedua (kira-kira pertegahan abad ke 19) Integrasi yang sungguh-sungguh baru timbul pada pertengahan abad ke 19 Karengan etnografi tersusun berdasarkan cara berfikir evolusi manusia. Seperti masyarakat dan kebudayaan manusia telah berevolusi dengan sangat lamban yakni dalam jangka waktu beribu-ribu tahun lamanya, dari tingkat yang rendah melalui beberapa tingkat di antaranya sampai ke tingkat yang tinggi. Pada fase kedua ini antropologi sebagai ilmu yang akademikal, yang bersifat praktis dan hanya dilakukan dalam kalangan para sarjana di universitas, dengan tujuan Mempelajari masyarakat dan kebudayaan primitive dengan maksud untuk mendapat suatu pengertian tentang tingkat-tingkat kuno dalam sejarah evolusi dan sejarah penyebaran kebudayaan manusia.
  • 8. 8 3. Fase ketiga (permulaan abad ke 20) Negara-Negara di Eropa barat banyak mempelajari kebudayaan dari Negara jajahannya. Dalam fase yang ketiga ini antropologi menjadi suatu ilmu yang praktis, yang dapat dirumuskan mempelajari masyarakat dan kebudayaan suku-suku bangsa di luar Eropa guna kepentingan pemerintah colonial dan guna mendapat suatu pengertian tentang masyarakat masa kini yang kompleks. 4. Fase keempat (sesudah kira-kira 1930) Dalam fase ini antropologi mengalami masa perkembangannya, baik dari segi bahan pengetahuan maupun hal yang diteliti serta metodenya. Ada 2 perubahan di dunia: a. Timbul antipasti terhadap kolonialisme sesudah perang dunia II b. Cepat hilangnya bangsa-bangsa primitive Proses tersebut menyebabkan ilmu antropologi seolah-olah kehilangan lapangan, dan terdorong untuk mengembangkan lapangan penelitian dengan pokok tujuan baru. Adapun warisan sebelumnya seperti etnografi, metode ilmiah tidak di buang begitu saja tetapi dipakai sebagai landasan bagi perkembangan yang baru. Tidak lagi hanya suku bangsa primitive tapi ke daerah pedesaan yang pada umumnya ditinjau dari sudut keberagaman fisiknya, masayarakatnya, serta kebudayannya. Dalam fase perkembangannya yang keempat ini dapat terbagi dua yaitu tujuan akademikal dan tujuan praktis. Tujuan akademis mencapai pengertian tentang makhluk manusia pada umumnya dengan mempelajari keberagaman bentuk fisiknya, masyarakat, serta kebudayaannya. Sedangkan praktisnya mempelajari keberagaman manusia dalam keragaman masyarakat suku bangsa guna membangan masyarakat suku bangsa tersebut. C. Antropologi Masa Kini 1. Perbedaan- perbedaan di berbagai pusat ilmiah Ilmu antropologi tergolong masih muda dan baru berumur 1 abad saja, menyebabkan tujuan dan ruang lingkupnya masih merupakan suatu kompleks masalah yang sampai sekarang masih menjadi pokok perbedaan paham antar berbagai aliran yang ada dalam kalangannya sendiri.
  • 9. 9 Di Amerika Serikat, ilmu antropologi telah memakai dan mengintergrasikan seluruh warisan bahan dan metode dari ilmu antropologi di fase pertama, kedua dan ketiga ditambahkan dengan berbagai spesialisasi yang telah dikembangkan secara khusus untuk mencapai pemahaman tentang dasar keragaman bentuk masyarakat. Di Inggris, karena berkurangnya jajahan Inggris ilmu antropologi untuk keperluan pemerintahan jajahan mereka maka setelah Negara jajahannya merdeka para sarjana Inggris memperhatikan berbagai masalah yang lebih luas mengenai dasar-dasar masyarakat dan kebudayaan pada umumnya. Dalam hal ini metode yang di kembangkan di Amerika serikat juga mulai mempengaruhi berbagai lapangan penelitian antropologi di Inggris. Di Eropa Tengah, ilmu antropologi masih bertujuan mempelajari bangsa bangsa di luar Eropa untuk memahami sejarah penyebaran kebudayaan seluruh umat manusia di muka bumi. Namun akhir-akhir ini pengaruh antropologi dari Amerika mulai berkembangan pada para ahli antropologi generasi muda. Di Eropa Utara, ilmu antropologi berkembang sebagai sifat akademikal keistimewaan mereka terletak dalam hasil-hasil penelitian kebudayaan suku bangsa Eskimo. Di Uni Soviet, ilmu antropologi di Uni Soviet berdasarkan konsep Karl Marx dan Frederick Engels mengenai tingkat evolusi manusia. Di Uni Soviet ilmu antropologi menunjukan bidang yang praktis, yakni melakukan kegiatan besar dalam hal mengumpulkan bahan tentang keberagaman bentuk masayarakat dan kebudayaan dari suku bangsa yang merupakan penduduk wilayah uni soviet yang mahaluas. Di pergunakan sebagai alat untuk mengembangkan saling pengertian antar suku bangsa di Uni Soviet. Selain itu mereka menyusun buku-buku ikhtisar yang besar mengenai suku bangsa di benua-benua lain yang di beri judul „Narody Mira’ (bangsa-bangsa di Dunia). Di Negara bekas jajahan Inggris, seperti India antropologi dan sosiologi sudah bukan dua ilmu yang berbeda melinkan telah menjadi ilmu social yang baru. Dalam suatu masyarakat seperti di India, masalah nasional dan masalah perkotaan sangat erat hubungannya dengan masalah-masalah di pedesaan. Di Indonesia, penggunaan antropologi bersama sosiologi sebaai suatu ilmu praktis bersama dapat memberi bantuan dalam hal memecahkan masalah kemasyarakat di Indonesia sekarang dan perencanaan pembangunannasional.
  • 10. 10 2. Perbedaan- perbedaan istilah Hal-hal yang sering di dengar mengenai berbagai istilah, seperti ethnography, ethnology, volkerkunde, kulturkunde, anthrophology, cultural anthropology, dan social anthrophology? Ethnography berarti „pelukisan tetang bangsa-bangsa‟. Istilah ini umum di pakai di Eropa Barat, segala bentuk metode untuk mengumpulkan dan mengumumkan, dan masih lazim di pakai untuk menyebut bagian dari ilmu antropologi yang bersifat deskriptif. Ethnology yang berarti „ilmu bangsa-bangsa‟. Masih di pakai hanya di Amerika dan Inggris di pakai untuk menyebutkan suatu bagian dari antropologi yang mempelajari masalah-masalah yang berhubungan dengan sejarah perkembangan kebudayaan manusia. Volkerkunde berarti „ilmu bangsa-bangsa‟ Kulturkunde berarti „ilmu kebudayaan‟. Ini memiliki arti yang sama dengan ethnology di Amerika, dan di gunakan di Indonesia dan istilah tersebut menjadi „ ilmu kebudayaan‟. Anthrophology berarti „ilmu tentang manusia‟. Dahulu istilah itu digunakan dalam arti yang lain „ilmu tentang ciri tubuh manusia‟. Dan sekarang anthrophology dalam arti khusus ialah ilm tentang ras-ras manusia dipandang dari ciri-ciri fisiknya. Cultural anthropology akhir- akhir ini terutama dipakai di Amerika, yang digunakan untuk menyebut bagian dari ilmu antropologi dalam arti luas yang tidak mempelajari manusia dari sudut fisiknya, dan sekarang dipakai di Universitas Indonesia menjadi „antropologi budaya‟.Social anthrophology dipakai di Inggris untuk menyebut antropologi dalam fase ketiga sebagai lawan dari ethnology. D. Ilmu- Ilmu Bagian Dari Antropologi 1. Lima ilmu bagian dari antropologi Terdapat lima masalah penelitian khusus, yaitu: a. Masalah sejarah asal dan perkembangan manusia (atau evolusinya) secara biologi b. Masalah sejarah terjadinya beragam makhluk manusia di pandang dari sudut
  • 11. 11 ciri-ciri tubuhnya c. Masalah sejarah asal, perkembangan dan penyebaran beragam bahasa di seluruh dunia d. Masalah perkembangan, penyebaran, dan terjadinya beragam budaya manusia di seluruh dunia e. Masalah mengenai sas-sas kebudayaan manusia dalam kehidupan masyarakat dari semua suku bangsa yang tersebar di seluruh dunia Kelima lapangan penelitian tersebut untuk memecahkan kelima masalah yang demikian luasnya. Pengkhususan kelima lapangan tersebut, antropologi menenal juga ilmu-ilmu bagian, yaitu Paleo-antropologi adalah ilmu bagian yang meneliti asal usul atau terjadinya evolusi manusia dengan mempergunakan sisa sisa tubuh yang telah membatu, yang di dapatkan oleh peneliti dari berbagai metode penggalian. Antropologi fisik bagian dari ilmu antropologi yang mencoba mencapai suatu pengertian tentang sejarah terjadinya baragam manusia di pandang dari sudut ciri-ciri tubuhnya. Bahan penelitiannya adalah ciri-ciri tubuh baik yang lahir (fenotipe) maupun genotype (dalam). Antropologi fisik dalam arti khusus atau disebut dengan somatology. Etnolinguistik atau antropologi linguistic adalah penelitian antropologi yang berkaitan dengan kata-kata, pelukisan tentang ciri, dan tata bahasa suku bangsa yang tersebar di seluruh dunia yang terkumpul bersama-sama dengan bahan kebudayaan suku bangsa. Dari bahan ini telah berkembang berbagai macam metode analisis kebudayaan. Prehistori mempelajari sejarah perkembangan dan penyebaran semua kebudayaan manusia di bumi sebelum manusia mengenal huruf hingga manusia mengenal huruf. Etnologi adalah ilmu yang mencoba mencapai pengertian mengenai asas asas manusia dengan mempelajari kebudayaan dalam hidup bermasayarakat dari sebanyak mungkin suku bangsa yang tersebar diseluruh muka bumi pada masa sekarang ini.
  • 12. 12 Berkembang dua aliran yaitu descriptive integration dan generalizing integration. Descriptive integration mempunyai tujuan untuk mencari pengertian tentang sejarah perkembangan dari suatu daerah artinya mencoba memandang suatu daerah pada bidang diakronisnya, seperti mencari fosil, mencari ciri-ciri ras, mencari artefak, bahsa lokal, diolah menjadi satu dan diintegrasikan menjadi satu. Sebagai contoh, seorang peneliti ingin membuat suatu descriptive integration dari suku bangsa Ngada di Flores, ia harus mencari fosil-fosil yang adala, meperhatikan ciri- ciri ras orang Ngada dan suku bangsa lainnya di sekitar itu, memasukan artefak- artefak yang digali dan di temukan di sekitar flores. Dengan mengolah dan menjadikan satu semua bahan yang ada, ia mencoba mencapai pengertian tentang asal mula dan sejarah perkembangan suku bangsa Ngada. Generalizing integration mencari asas persamaan beragam masyarakat dari kelompok-kelompok manusia di muka bumi. Penelitian yang dilakukan adalah penelitian mendalam dan bulat dari sejumlah masyarakat dan kebudayaan yang terbatas, peneliti harus mencari tahu unsur-unsur kebudayaan tertentu dalam masyarakat yang dianalisis. Pemikiran antara satu peneliti dengan peneliti yang lain harus saling membantu. Penerapan ilmu antropologi mula-mula terhadap masalah pembangunan masyarakat desa, kemudian lebih luas lagi yaitu masalah ekonomi pedesaan, masalah kesehatan rakyat pedesaan, masalah kependudukan dan lain-lain yang telah menimbulkan spesialisasi dalam antropologi. Sekitar tahun 20an telah berkembang suatu ilmu bagian yang baru, ialah ilmu etnopsikologi (Ethnopsychology). Penelitian antropologi yang dalam analisisnya menggunakan banyak konsep psikologi yang berkembang di Amerika dan Inggris. Penelitian ini seperti dimulai karena timbulnya perhatian pada kepribadian bangsa, peranan individu dalam proses perubahan adat istiadat, dan masalah nilai universal dari konsep-konsep psikologi.
  • 13. 13 Masalah “kepribadian bangsa” timbul ketika hubungan antar bangsa mulai makin intensif terutama setelah perang dunia I. Bangsa yang menjajah mulai menanamkan pemiiran bangsanya ke bangsa jajahannya, sebagai contoh bangsa Belanda saat menjajah pulau Jawa, mereka memandang bahwa orang Jawa pemalas, tidak rajin dan sebagainya. Konsep yang dipakai dalam pendeskripsian seperti itu tidak cermat di pandang dari sudut ilmu psikologi. Istilah „tidak jujur‟ sangat tidak cermat bila di pandang dari sudut psikologi. Sadar akan kekurangan ini sarjana antropologi mendeskripsikan kepribadian bangsa dengan lebih cermat lagi, sehingga para ahli antropologi harus lebih banyak belajar tentang ilmu psikologi serta konsep teori yang dikembangkan didalamnya. Masalah peranan individu sekitar tahun 1920 di Amerika mulai dikenal dengan culture change. Sebelum itu para ahli antropologi hanya memperhatikan dan mencatat adat istiadat dan tingkah laku yang lazim di jalankan oleh warga masyarakat. Tindakan individu menyimpang dari tindakan umum ini yang menyebabkan para ahli antropologi menaruh perhatian terhadap konsep-konsep dan teori-teori psikologi. Melalui ilmu psikologi seluk beluk kelakuan dan tindakan individu dapat di pelajari dan dipahami. Masalah nilai universal dan konsep psikologi juga mendapat perhatian dari para antroplog. Karena dari kebanyakan ilmu psikologi yang krang universal maka para antropolog membantu ilmu psikoloho berusaha untuk mempertajam konsep dan teori-teori yang mereka pergunakan. Kompleks studi antropologi yang menggunakan ilmu psikologi sekarang dianggap sebagai subilmu seperti etnopsikologi, antropologi psikologi serta studi kebudayaan dan kepribadian. 2. Spesialisasi Antropologi
  • 14. 14 Pengkhususan penelitian antropologi terhadap masalah masalah praktis dalam masyarakat belum lama berkembang. Antropologi pembangunan masyarakat secara sadar baru dikembangkan setelah adanya etnopsikologi. Pada tahun 1930 oleh Raymond W Firth mulai meneliti metode-metode antropologi, gejala ekonomi pedesaan, penghimpunan modal, penyerahan tenaga, system produksi, dan pemasaran lokal dari hasil pertanian dan perikanan. Menimbulkan spesialisasi antropologi yang pertama, antropologi ekonomi (economic antrophology). Semetara itu timbul beberapa spesialisasi antropologi lain, yaitu antropologi pembangunan (development anthropology) yang menggunakan metode- metode, konsep-konsep dan teori-teori antropologi untuk mempelajari ha-hal yang berkaitan dengan pembangunan masyarakat desa, masalah sikap petani terhadap teknologi dan sebagainya. Erat hubungannya dengan pembangunan desa, para ahli antropologi juga meneliti masalah pendidikan, yang di banyak Negara berkembang mengalami perkembangan dan kadang kadang mengalami ledakan yang cukup hebat. Penelitian ini menyebabkan timbul subilmu antropologi pendidikan (educational anthropology). Masih mengenai pembangunan masyarakat desa yang berkaitan dengan kesehatan masyarakat. Untuk membantu mengenai kesehatan masyarakat, timbul spesialisasi khusus yaitu antropologi kesehatan (medical anthropology). Pesatnya laju pertumbuhan penduduk, akhir-akhir ini timbul di kalangan umat manusia akan adanya eksplosi penduduk di dunia dalam waktu yang tidak begitu lama lagi serta masalah social ekonomi yang timbul makan kini banyak tersedia dana dan kesempatan untuk meneliti masalah penduduk dunia, disebut dengan antropologi penduduk (population anthropology). Menyelami kejadian-kejadian dan gejala politik serta persaingan dan kerja sama antara kekuatan partai politik di Negara yang sedang berkembang tanpa memperhatikan latar belakang kebudayaan, system nilai dan system norma manusia yang menjalankan politik tersebut di sebut dengan antropologi politik (political anthropology). Dalam berbagai lapangan penelitian timbul mengenai aspek aspek social budaya yang dapat melatarbelakangi rasa tertekan tersebut dan mengenai itu para ahli antropologi yang banyak mengetahui tentang psikologi dan dan masalah kesehatan
  • 15. 15 jiwa dapat membantu psikiater. Dan subilmu ini di sebut antrophology in mental health. E. Hubungan antara antropologi sosial dan sosiologi 1. Persamaan dan perbedaan antara kedua ilmu Ilmu antropologi social berusahan mencari unsur-unsur yang sama antara beragam masyarakat dan kebudayaan manusia. Ada beberapa perbedaan bila di tinjau secara khusus: a. Kedua ilmu masing-masing mempunyai asal mula dan sejarah perkembangan yang berbeda b. Asal mula sejarah yang berbeda menyebabkan adanya suatu perbedaan pengkhususan pada pokok dan bahan penelitian dari kedua ilmu itu c. Asal mula dan sejarah yang berbeda juga telah menyebabkan berkembangnya beberapa metode dan masalah yang khusus dari kedua ilmu masing-masing. 2. Sejarah perkembangan sosiologi Pada mulanya ilmu sosiologi hanya merupakan bagian dari ilmu filsafat. Para ahli filsafat juga menganalisis segala hal yang ada dalam alam sekelilingnya, juga tidak lupa memikirkan tentang masyarakatnya. Para sarjana filsafat seperti Auguste Comte dan H de Saint-Simon, mereka mengumumkan teori mereka tentang sifat positif dari segala ilmu pengetahuan, juga dari ilmu tentang masyarakat atau sosiologi menyadarkan bahwa ada suatu ilmu sosiologi tersendiri. Ilmu antropologi soaial mulai sebagai suatu himpunan bahan keterangan tentang masyarakat dan kebudayaan penduduk pribumi di luar bangsa Eropa untuk mendapatkan pengertian tentang tingkat-tingkat permulaan dalam sejarah perkembangan masyarakat dan kebudayaan sendiri. Sebaliknya ilmu sosiologi semla adalah bagian dari ilmu filsafat yaitu filsafat social, kemudian menjadi satu ilmu khusus karena bangsa Eropa memerlukan suatu pengetahuan yang lebih mendalam mengenai asas-asas masyarakat dan kebudayaannya sendiri akibat krisis yang melanda. 3. Pokok ilmiah dari antropologi social dan sosiologi
  • 16. 16 Sejarah perkembangan antropologi telah mencatat dari awal hingga sekarang objek penelitiannya masih tertuju pada masyarakat dan kebudayaan suku bangsa yang hidup. Sejarah perkembangan ilmu sosiologi mencatat bahwa ilmu itu sejak semula hingga sekarang objek penelitiannya tertuju pada masyarakat dan kebudayaan bangsa bangsa yang hidup dalam kebudayaan Eropa dan Amerika. Ilmu antropologi social terutama mencari objek penelitian di dalam masayarakat pedesaan, dan sosiologi didalam masayarakat perkotaan. Dari suatu perbedaan objek belum juga dapat dipakai sebagai pegangan mutlak dalam hal menentukan perbedaan antara ilmu antropologi social dengan sosiologi. Para ahli antropologi mencari objek dalam masyarakat yang kompleks atau masyarakat perkotaan, sebaliknya sosiologi berkembang kejuruan yaitu sosiologi pedesaan yang memperhatikan masalah-masalah pertanian dalam kehidupan kota kecil masayarakat pedesaan. 4. Metode ilmiah dari antropologi social dan sosiologi Antropologi mempunyai pengalaman yang lama dalam hal meneliti kebudayaan suku bangsa penduduk pribumi di Amerika, Asia, Afrika dan Oceania. Suku bangsa tersebut biasanya hidup dalam masyarakat pedesaan kecil, yang dapat diteliti seluruh kebulatan. Sebaliknya ilmu sosiologi selalu memusatkan perhatian pada unsur-unsur atau gejala khusus dalam masyarakat dengan menganalisis kelompok social yang khusus, hubungan antar kelompok atau individu serta proses yang terdapat dalam suatu kehidupan masyarakat. Para ahli antropologi untuk mengembangkan berbagai metode penelitian yang bersifat penelitian intensif dan mendalam misalnya dengan metode penelitian yang bersifat penelitian intensif dan mendalam dengan metode wawancara. Sebaliknya para sosiolog meneliti masyarakat yang kompleks, lebih banyak mempergunakan berbagai metode penelitian yang bersifat penelitian meluas seperti angket. Dunia antropologi memiliki keragaman (diversitas) karena metode yang digunakan kualitatif serta metode pengolahan dan analisis yang bersifat membandingkan, komparatif. Sosiologi kurang memperhatikan sifat
  • 17. 17 keberagaman hidup masyarakat, karena sifatnya meluas, merata dan berbagai metode pengolahan bahan dan analisis yang berdasarkan perhitungan jumlah besar, metode bersifat kuantitatif seperti metode statistic. F. Hubungan antara Antropologi dengan Ilmu Lain. Antropologi perlu bantuan ilmu lain dan sebaliknya ilmu lain memerlukan bantuan antropologi. Hubungan antara ilmu geologi dengan antropologi. Bantuan ilmu geologi yang mempelajari ciri-ciri lapisan bumi serta perubahannya terutama dibutuhkan oleh subilmu paleo-antropologi dan prehistori. Penelitian menganalisis dengan metode geologi untuk mengetahui umur dari lapisan bumi tempat artefak tadi terkandung. Hubungan antara ilmu paleontology dengan antrpologi. Paleontology sebagai ilmu yang meneliti fosil makhluk dari zaman dahulu untuk membuat rekonstruksi tentang proses evolusi bentuk makhluk dari zaman dahulu hingga zaman sekarang. Hubungan antara ilmu anatomi dan antropologi. Meneliti ras-ras di dunia, sangat perlu akan ilmu anatomi karena ciri dari berbagai bagian kerangka manusia, berbagai bagian tengkorak, dan ciri dari bagian tubuh manusia, untuk mendapatkan pengertian tentang asal mula dan penyebaran manusia serta hubungan antara ras-ras di dunia. Hubungan antara ilmu kesehatan masyarakat dengan antropologi. Data mengenai konsepsi dan sikap penduduk desa tentang kesehatan, tentang sakit, terhadap dukun, terhadap obat-obatan tradisional, terhadap kebiasaan makan, dan sebagainya ilmu antropologi memberikan sumbangan kepada para dokter yang anak bekerja di daerah tersebut dengan keberagaman kebudayaan, metode metode dan cara untuk segera mengerti dan menyesuaikan diri dengan kebudayaan dan adat istiadat lain. Hubungan antara ilmu psikiatri dengan antropologi. Merupakan suatu perluasan dari hubungan antara ilmu antropologi dengan psikologi yang kemudian mendapatkan fungsi yang praktis. Hubungan antara ilmu linguistic dan antropologi. Ilmu linguistic telah berkemabang menjadi suatu ilmu yang berusaha mengembangkan konsep dan metode untuk mengupas segala macam bentuk bahasa apapun juga, dari daerah manapun di dunia. Dengan demikian dapat di capai suatu pengertian tentang ciri- ciri dasar dari tiap bahasa di dunia secara cepat dan mudah. Etnolinguistik itu
  • 18. 18 tidak dapat diabaikan oleh ilmu linguistic klasik. Di banyak Negara, ilmu linguistic dan etnolinguistik telah bergabung menjadi satu, walaupun masih dipertahankan sebagai bagian dari antropologi. Setiap peneliti yang mengumpulkan bahan etnografi di lapangan memerlukan pengetahuan kilat tentang bahsa penduduk yang didatangiya itu. Hubungan antara ilmu arkeologi dan antropologi. Pada mulanya meneliti sejarah dari kebudayaan kuno dalam zaman purba. Peneliti menggunakan bekas bangunan kuno tetapi juga prasasti atau buku-buku kuno yang di tulis dalam zaman kebudayaan itu Berjaya. Selain itu peneliti menggunakan sisa-sisa benda kebudayaan manusia yang tertinggal dalam lapisan bumi sebagai bahan penelitiannya, dan dapat memperpanjang jarak waktu dari sejarah kebudayaan manusia dengan bahan yang lebh tua dari piramida-piramida, candi, dan buku buku kuno. Hubungan antara ilmu sejarah dengan antropologi. Antropologi memberi bahan prehistori sebagai pangkal bagi tiap penulis sejarah dan tiap bangsa didunia. Sumber sejarah berupa prasasti, dokumen, naskah tradisional, dan arsi kuno, sering hanya dapat memberi informasi peristiwa sejarah yang terbatas kepada bidang politik saja. Para ahli antropologi sebaliknya juga memerlukan sejarah terutama sejarah suku bangsa daerah yang didatanginya. Diperlukan untuk memecahkan masalah- masalah yang terjadi karena masyarakat yang ditelitinya mengalami pengaruh dari suatu kebudayaan dari luar. Hubungan antara imu geografi dan antropologi. Geografi mencoba memberikan gambaran mengenai ciri-ciri dari segala macam bentuk hidup yang menduduki muka bumi seperti flora dan fauna. Antropologi salah satu ilmu yang mampu menyelami masalah keberagaman makhluk manusia. Sarjana antropologi memerlukan maslah kebudayaan manusia yang mempunyai sangkut paut dengan keadaan lingkungan alamnya. Hubungan antara ilmu ekonomi dengan antroologi. Ahli ekonomi tidak dapat mempergunakan dengan sempurna konsep dan teori tentang kekuatan, proses, dan hukum ekonomi, tentang suatu pengetahuan tentang system kemasyarakatan, cara berfikir, pandangan, dan sikap hidup dari warga masyarakat pedesaan.
  • 19. 19 Hubungan antara ilmu hukum adat Indonesia dan antropologi. Para sarjana hukum adat mempergunakan metode antropologi untuk menyelami latar belakang kehidupan hukum adat di berbagai daerah di Indonesia. Antropologi menganggap penting karena hukum adat bukan merupakan suatu system hukum yang telah diabstraksikan sebagai aturan dalam kitab, undang-undang melainkan timbul dan hidup langsung dari masalah perdata yang berasal dari masyarakat Indonesia. Social control itu menyebabkan bahwa seorang ahli antropologi juga harus mempeunyai pengetahuan umum tentang konsep hukum pada umumnya. Hubungan antara ilmu administrasi dengan antropologi. Bahan keterangan mengenai masalah yang berhubungan dengan agraria yang juga menjadi suatu komplek masalah yang sangat penting dalam ilmu administrasi. Hubungan antara ilmu politik dan antropologi. Hubungan antara kekuatan serta proses politik berbagai Negara dengan berbagai macam system pemerintahan ke masalah yang menyangkut latar belakang social budaya dari kekuatan politik tersebut. Ahli antropologi dalam mempelajari suatu masyarakat untuk menulis sebuah deskripsi etnografi tentang masyarakat tersebut, tentu akan juga menghadapi sendiri keuatan dan proses politik lokal serta aktifitas dari cabang partai politik nasional disitu, menganalisis gejala itu perlu mengetahui konsep dan teori ilmu politik juga. Ilmu gabungan tentang tingkah laku manusia. Suatu pengertian tentang asas kehidupan dan tindakan manusia dirasakan sebagai suatu hal yang sangat diperlukan. Timbul saran untuk membina kerja sama antara berbagai ilmu social kea rah suatu ilmu gabungan tentang tingkah laku manusia (unified science of human behavior). J. gillin dan Michael Reese mendiskusikan kemungkinan pengembangan metode untuk mengintegrasikan hasil ilmu mereka masing-masing. G. Metode Ilmiah dari Antropologi 1. Metode Ilmiah dan Pengumpulan Fakta Metode ilmiah dari suatu ilmu pengetahuan adalah segala cara yang digunakan dalam ilmu tersebut, untuk mencapai suatu kesatuan pengetahuan. Tanpa metode ilmiah, suatu ilmu pengetahuan bukanlah suatu ilmu melainkan suatu himpunan pengetahuan saja, tentang berbagai gejala alam
  • 20. 20 atau masyarakat tanpa adanya kesadaran tentang hubungan antara gejala yang terjadi. Tiga tingkat, yaitu pengumpulan data, penentuan ciri umum dan system serta verifikasi. Pengumpulan fakta megenai kejadia dan gejala masyarakat dan kebudayaan untuk pengolahan secara ilmiah. Metode mengobservasi, mencatat, mengolah dan mendeskripsikan fakta yang terjadi dalam masyarakat yang hidup. Metode pengumpulan fakta digolongkan kedalam tiga golongan dan masing-masing mempunyai perbedaan pokok, yaitu penelitian lapangan, penelitian laboratorium, penelitian dalam perpustakaan. Dalam penelitian lapangan, peneliti harus menunggu terjadinya gejala yang menjadi objek observasinya. Penelitian laboratorium gejala yang menjad objek observasi dapat dibuat dan sengaja diadakan oleh peneliti. Sedangkan dalam perpustakaan, objek penelitian harus di cari dari beratus-ratus buku yang beraneka ragam. Penelitian lapangan, peneliti harus masuk kedalam. objeknya, artinya ia sendiri harus memperhatikan hubungan antara objek dan dirinya sendiri, sedangkan dalam laboratorium dan perpustakaan peneliti tetap berada di luar objeknya artinya dirinya sendiri tidak ada hubungannya dengan objek yang diteliti. Dalam penelitian lapangan, peneliti datang sendiri dan menceburkan diri dalam suatu masyarakat untuk mendapat keterangan tentang gejala kehidupan manusia dalam masyarakat. Metode berupa wawancara dan catatan hasil (field notes). Field notes yang telah dikumpulkan harus di rubah menjadi tulisan yang oleh sarjana lain dapat dipergunakan dan diolah menjadi teori tentang asas kebudayaan atau menambah pengetahuan bagi peneliti yang akan terjun langsung ke daerah tersebut. Istilah etnografi yang berarti deskripsi tentang ethnos atau suku bangsa selain mengandung arti seluruh metode antropologi deskriptif, juga berarti bahan tentang kehidupan masyarakat dan kebudayaan disuatu daerah. Sedangkan buku etnografi adalah buku yang mengandung pelukisan tentang kehidupan duatu masyarakat dan kebudayaan suatu daerah. 2. Penentuan Ciri-Ciri Umum dan Sistem
  • 21. 21 Proses berfikir secara ilmiah pada tahap ini, menimbulkan metode yang hendak mencari ciri yang sama dan umum, diantara beragam fakta dalam kehidupan masyarakat dan kebudayaan umat manusia. Ilmu antropologi bekerja dengan bahan berupa fakta berasal dari sebanyak mungkin macam masyarakat dan kebudayaan dari seluruh dunia, untuk mencari ciri umum diantara beragam fakta masyarakat tersebut digunakan berbagai metode pembandingan (metode komparatif), komparatif dimulai dengan metode klasifikasi. Ada beberapa hubungan yang kovariabel, artinya kalau suatu fakta berubah dengan cara yang tertentu, maka fakta lain yang berkaitan dengan itub berubah juga. Atau mungkin hubungan sebab akibat, yang artinya suatu fakta menyebabkan timbulnya, berubahnya atau hilangnya suatu fakta yang lain. Perumusan yang menyatakan hubungan mantap antara beraneka fakta dalam alam disebut kaidah alam. Tingkah laku manusia dalam kehidupan masyarakat, dengan kata lain tentang masyarakat dan kebudayaan manusia, mendasarkan anggapan mereka atas kenyataan bahwa hanya peristiwa dan gejala yang masih terjalin dalam gerak peredaran alam semesta ini bersifat mantap dan adapat berulang kembali dalam ruang dan waktu. Ilmu eksata yang memperhatikan gejala alamiah yang dapat merumuskan hubungan antara fakta alam ke dalam kaidah alam. Pada ilmu social dan ilmu antropologi sebagaian besar dari pengetahuannya bersifat “pengertian” mengenai kehidupan masyarakat dan kebudayaan. Namun ada pula pengetahuan yang berupa kaidah social budaya. 3. Verifikasi Pengujian terdiri dari cara menguji rumusan kaidah atau memperkuat “pengertian” yang telah dicapai, dilakukan dalam kenyataan alam atau masyarakat yang hidup. Cara berfikir deduktif, yaitu perumusan umum kembali ke arah fakta khusus. Kuantitatif mencoba menguji kebenaran dari “ pengertian” dan kaidah dengan mengumpulkan sebanyak mungkin fakta mengenai kejadian dan gejala social budaya yang menunjukan asas persamaan. Metode-metode
  • 22. 22 untuk verifikasi atau pengujian terdiri dari caracara menguji rumusan kaidah- kaidah atau memperkuat “pengertian” yang telah dicapai, dilakukan dalam kenyataan-kenyataan alam atau masyarakat yang hidup. Di sini proses berpikir berjalan secara deduktif yaitu dari perumusan-perumusan umum kembali ke arah fakta-fakta yang khusus. Ilmu antropologi yang lebih banyak mengandung pengetahuan berdasarkan “pengertian” daripada pengetahuan berdasarkan kaidah, mempergunakan metode-metode verifikasi bersifat kualitatif.
  • 23. 23 BAB II Makhluk Manusia A. Makhluk Manusia di antara Makhluk-makhluk Lain Dipandang dari sudut biologi, manusia hanya merupakan satu jenis makhluk di antara lebih dari sejuta jenis makhluk lain, yang pernah atau masih menduduki alam dunia ini. Pada pertengahan abad ke-19 para ahli biologi, di antaranya yang terkenal adalah Charles Darwin, mengumumkan teori mereka tentang proses evolusi biologi. Menurut teori itu, bentuk hidup tertua di muka bumi ini, terdiri dari makhluk-makhluk satu sel yang sangat sederhana seperti protozoa. Dalam jangka waktu beratus-ratus juta tahun lamanya timbul dan berkembang bentukbentuk hidup berupa makhluk-makhluk dengan organisme yang makin lama makin kompleks, dan dalam waktu terakhir ini telah berkembang atau berevolusi makhluk-makhluk seperti kera dan manusia. Dalam proses evolusi biologi, yang telah berlangsung sangat lama itu, banyak bentuk makhluk yang sederhana hilang dan punah dari muka bumi. Akan tetapi, banyak juga yang dapat bertahan macamnya dan hidup sampai sekarang. Sedangkan bentuk-bentuk makhluk baru yang bercabang dari bentuk-bentuk yang lama itu menjadi sekian banyaknya hingga jumlah jenis makhluk yang sekarang menduduki bumi kita ini hampir mendekati angka satu juta. Untuk mengetahui ragam jenis makhluk hidup yang ada di muka bumi ini, para ahli biologi telah membuat suatu sistem klasifikasi semua makhluk yang telah mendapat tempat sewajarnya berdasarkan atas morfologi dan organismenya. Sama halnya dengan beribu-ribu macam makhluk lain, manusia juga menyusui keturunannya; dan berdasarkan atas ciri itulah manusia dikelaskan bersama makhluk-makhluk lain tersebut ke dalam satu golongan, yaitu kelas binatang menyusui, atau mamalia. Dalam kelas mamalia ini terdapat satu sub golongan atau suku, yaitu suku primata. Dalam suku ini, semua jenis kera, mulai dari yang kecil sebesar tupai seperti tarsii, sampai pada kera-kera besar seperti gorila, dikelaskan menjadi satu dengan manusia. Memang, sebelum zaman Darwin, para ahli biologi telah lama mengobservasi banyaknya persamaan ciri-ciri antara organ kera dan organ manusia. Suku primata dibagi
  • 24. 24 menjadi dua sub suku yakni prosimii dan anthropoid. Oleh para ahli biologi, manusia ditempatkan ke dalam subsuku antropoid. Subsuku Antropoid dibagi lagi menjadi tiga infrasuku yaitu: ceboid, cercopithecoid, dan hominoid. Infrasuku ceboid menggolongkan menjadi satu semua kera di daerah tropis di Benua Amerika, baik yang telah punah maupun yang masih hidup; infrasuku cercopithecoid menggolongkan menjadi satu semua kera di daerah tropis di Benua Asia dan Afrika, baik yang sudah punah maupun yang masih hidup; sedangkan infrasuku hominoid menggolongkan menjadi satu kera-kera besar dengan manusia. Infrasuku hominoid kemudian dibagi lebih khusus lagi ke dalam dua keluarga, yaitu keluarga pongidae dan keluarga hominidae. Keluarga pongidae menggolongkan menjadi satu beberapa macam kera besar terutama yang hidup di daerah tropis di Asia dan Afrika, seperti kera gibon, orangutan, simpanse dan gorila, sedangkan keluarga hominidae menggolongkan menjadi satu manusia purba sejenis pithecanthropus, homo neanderthal, dan dengan manusia yang ada sekarang (homo sapiens). Adapun manusia homo sapiens zaman sekarang secara lebih khusus terdiri dari paling sedikit empat ras. Bagan 2 menggambarkan tempat makhluk manusia di dalam alam makhluk primata pada umumnya. B. Evolusi Ciri-ciri Biologis 1. Sumber Ciri-ciri Organisme Fisik Dalam proses evolusi itu, bentuk-bentuk makhluk yang baru timbul sebagai proses pencabangan dari bentuk-bentuk makhluk yang lebih tua. Dalam proses tersebut ciri-ciri biologi yang baru berwujud pada organisme suatu makhluk tertentu menyebabkan terjadinya bentuk yang agak berbeda dari bentuk organisme induk yang lama. Bentuk baru tadi terus berubah, dan dalam jangka waktu yang cukup lama perbedaan bentuk tersebut semakin besar. Di manakah letak sumber dari ciri-ciri biologi yang menyebabkan berbagai ciri organisme lahir, dan bagaimanakah ciri-ciri biologi itu dapat berubah? Menurut para ahli biologi ciri-ciri biologi itu termaktub di dalam gen, atau dalam bahasa Inggris disebut gene. Organisme dari semua makhluk di dunia, tidak hanya makhluk satu sel tetapi juga kera dan m anusia yang jum lah selnya sam pai sepuluh triliun (10.000.000.000.000) banyaknya. Bentuk serta macam dari
  • 25. 25 ke-1013 selitu berbeda menurut fungsi dan tugasnya masing-masing dalam organ. Meskipun begitu, setiap sel mempunyai inti yang sama. Setiap inti sel manusia misalnya, terdiri dari 46 bagian berupa ulat-ulat kecil yang terdiri dari serat-serat berspiral. Ulat-ulat kecil itu disebut oleh para ahli biologi kromosom; pada kromosom-kromosom inilah terletak beribu-ribu pusat kekuatan dengan berbagai macam struktur biokimia yang khas, yang menjadi sebab dari segala ciri organisme makhluk yang bersangkutan. Satu pusat kekuatan itulah yang disebut gen. Satu gen atau kombinasi dari beberapa gen, menjadi penyebab dari satu ciri lahir dari organisme, sedangkan ada pula satu gen yang menjadi penyebab dari adanya beberapa ciri lahir. Sebenarnya para ahli biologi belum lama berselang mengembangkan alat untuk mengobservasi dan meneliti gen manusia yaitu mikroskop elektron, yang memiliki daya membesarkan hingga dua juta kali kemampuan mata manusia. Pengetahuan para ahli mengenai gen itu mula-mula berasal dari penelitian terhadap seekor makhluk yang mempunyai suatu susunan inti sel sangat sederhana, yaitu lalat, terkenal dengan nama ilmiah drosophilia melanogaster. Lalat ini hanya memiliki delapan kromosom dalam inti selnya. Pada waktu konsepsi, apabila sel sperma berpadu dengan sel telur, maka akan terjadi suatu sel buah atau tygote. Seluruh tubuh organisme baru akan timbul dari %yg zygote tadi, dengan suatu proses yang disebut mitosis. Tiap-tiap kromosom akan membelah menjadi dua sehingga timbul dua sel baru. Kedua sel baru tadi, melalui proses yang sama, akan menjadi empat sel baru, kemudian keempat sel baru tadi, melalui proses yang sama akan menjadi delapan sel, dan demikian seterusnya hingga terjadi beberapa triliun sel yang merupakan bahan dan suatu organisme lengkap. Proses mitosis bagi semua sel itu sama saja, kecuali pada sel-sel gamete, atau sel-sel kelamin (yaitu sel-sel sperma laki-laki' dan sel telur pada wanita). Di sini sel-sel baru tidak timbul karena pembelahan dari tiap kromosom, tetapi karena pemisahan dari ke-46 kromosom menjadi dua golongan, A dan A1 yang masing-masing terdiri dari 23 kromosom, dan masuk ke dalam dua sel kelamin yang berbeda. Saat ini merupakan saat yang sangat penting karena di sini banyak gen yang menentukan berbagai ciri tertentu dari organisme, yang akan masuk sel kelamin A atau A 1, semua terjadi secara kebetulan belaka. Dengan demikianmenjadi jelas bahwa hanya sebagian dari ciri-ciri ayah yang secara kebetulan ada dalam sperma akan membuahi sel telur ibu, dan hanya sebagian dari ciri-ciri ibu yang secara kebetulan berada dalam sel telur akan dibuahi
  • 26. 26 menjadi bahan bagi organisme keturunan yang baru. Dari ciri-ciri ayah dan ibu yang kebetulan dibawa oleh sel-sel kelamin tadi, tidak semua akan tampak dalam organisme baru tetapi hanya ciriciri pada gen yang kuat saja atau dominan, yang akan tampak, sedangkan ciri-ciri pada gen yang tidak kuat, atau resesif, tidak. Misalnya ayah mempunyai gen untuk rambut keriting yang dominan, tetapi ibu mempunyai gen rambut kejur (lurus dan kaku) yang resesif, maka anak akan mempunyai rambut keriting. Dengan demikian, anggapan populer yang mengira bahwa kalau rambut keriting dari ayah bercampur dengan rambut kejur dari ibu maka anak akan mendapat rambut setengah keriting-kejur, adalah salah sama sekali. Anggapan populer itu disebabkan karena orang awam yang tidak mengetahui proses penurunan ciri-ciri organisme mengira bahwa ciri-ciri itu diturunkan melalui darah, dan bahwa dua macam ciri yang berbeda dari ayah dan ibu juga akan tercampur melalui darah itu. Anggapan bahwa ciri-ciri tubuh tidak diturunkan melalui darah, tetapi melalui saluran lain, sebenarnya telah lebih dari seabad lamanya diajukan oleh seorang pendeta bangsa Austria bernama Gregor Mendel, yang hidup dalam suatu biara di Moravia. Secara empirikal dengan mengawinkan berpuluh-puluh generasi dari buah kapri di pekarangan biara, ia mengobservasi proses menurunkan ciri-ciri organisme dalam kenyataan alam. Kesimpulannya yang merupakan suatu teori tentang proses menurunkan ciri-ciri organisme itu diterbitkan dalam beberapa karangan sekitar tahun 1865. Teori Mendel mengenai itu sekarang sudah cukup terkenal dan tidak usah diterangkan lebih lanjut di sini. Mula-mula dunia ilmiah tidak sangat menaruh perhatian terhadap teori Mendel, dan perhatian baru timbul kembali ketika terbukti melalui penelitian gen itu, bahwa prinsipprinsip proses menurunkan ciri-ciri organisme yang telah diajukan Mendel sejak lama itu cocok dengan kenyataan. Suatu pengertian yang amat penting bagi kita adalah bahwa ciri-ciri yang lahir itu (fenotipe) tidak usah sama dengan susunan ciri-ciri pada gen-gennya (genotipe). Bagan 3 dapat menerangkan hal ini. 2. Perubahan dalam Proses Ketutunan Dari uraian di atas terbukti bahwa suatu ciri yang berasal dari ;uatu nenek moyang laki-laki atau perempuan tidak pernah dapat ‘dicampur”, tetapi selalu
  • 27. 27 tetap dapat tersimpan dalam gen yang diturunkan dan disebarkan kepada berpuluh-puluh.generasi, bahkan beratus-ratus generasi berikutnya; hanya kekuatan dari gen lain yang dominan akan menyebabkan bahwa ciri-ciri tersebut tidak tampak lahir. Sungguhpun demikian, dalam kenyataan kita lihat bahwa kelompok-kelompok manusia yang mula-mula berasal dari sepasang nenek itu terjadi karena beberapa proses evolusi yang menurut analisis para ahli biologi dapat dibagi ke dalam tiga golongan: (a) proses mutasi; (b) proses seleksi dan adaptasi; dan (c) proses menghilangnya gen secara kebetulan (random genetic drift). Mutasi adalah suatu proses yang berasal dari dalam organisme. Suatu ketika gen yang telah lama diturunkan dari generasi ke generasi beribu-ribu tahun lamanya saat terbentuk pada zygote yang baru, dapat berubah sedikit sifatnya. Akibatnya individu baru yang tumbuh dari zygote tadi akan mendapat suatu ciri tubuh baru yang tidak ada pada nenek moyangnya. Sebab-sebab sebenarnya dari kekuatan evolusi ini rupa-rupanya belum diketahui oleh para ahli biologi. Seleksi dan adaptasi adalah suatu proses evolusi yang berasal dari alam sekitar. Dasar-dasar dari proses ini telah sejak lama diuraikan oleh Charles Darwin. Menurut para ahli sekarang, banyak ciri baru yang terjadi karena mutasi pada kelompok-kelompok manusia, sering terbukd lebih cocok dengan alam sekitar yang juga selalu berubahubah itu. Individu-individu dengan ciri-ciri lama lambat laun selalu akan berkurang jumlah kelahirannya, dan akhirnya tidak akan dilahirkan lagi. Dengan tidak adanya lagi individu-individu dengan ciri-ciri yang lama di dalam suatu kelompok, gen-gen yang menyebabkan ciri-ciri yang lama tadi akan hilang juga. Dalam bahasa populer, makhluk-makhluk tadi telah punah. Sebaliknya, hanya gen baru yang telah diseleksi oleh alam atau telah mengadaptasikan diri dengan alam sekitar yang baru tadi akan terbawa langsung dalam organisme-organisme dari individu-individu dalam kelompok. Dapat kita simpulkan bahwa suatu ras baru dengan ciri-ciri baru telah “bercabang” dari suatu ras yang lama. Menghilangnya gen tertentu sering juga disebabkan oleh peristiwa yang tidak berasal dari dalam organisme atau dari alam sekitar, tetapi yang disebabkan secara kebetulan. Contoh: Dalam suatu kelompok manusia yang semuanya
  • 28. 28 mempunyai rambut keriting ada beberapa individu yang mengandung gen resesif untuk rambut kejur. Kebetulan beberapa individu ini yang pada lahirnya juga mempunyai rambut keriting, memisahkan diri dari kelompok induk.1 Dmoyang, dalam proses berkembang biak selalu mulai juga menunjukkan perbedaan ciri- ciri. Tentu timbul pertanyaan, apakah sebenarnya sumber kekuatan yang menyebabkan proses percabangan (timbulnya ciri-ciri baru dan terjadinya organisme-organisme baru) itu apabila gen dari nenek moyang masih tetap tersimpan? Percabangan dengan peristiwakebetulan tadi gen resesif untuk rambut kejur terbawa, dan pada suatu ketika akan menyebabkan timbulnya individu- individu yang secara lahir juga mempunyai rambut kejur. Sebaliknya, dalam kelompok induk, gen untuk rambut kejur sudah hilang. Untuk selanjutnya dalam kelompok yang baru orang-orang dengan rambut kejur mungkin akan selalu bertambah jumlahnya, sedangkan dalam kelompok induk semua individu dalam generasi-generasi selanjutnya akan selalu mempunyai rambut keriting sampai timbul suatu saat atau zaman di mana mutasi atau seleksi alam membawa perubahan. C. Evolusi Primata dan Manusia 1. Proses Percabangan Makhluk Primata Manusia merupakan suatu jenis makhluk cabang dari semacam makhluk primata yang telah melalui proses evolusi. Soal asal mula dan proses evolusi makhluk manusia itu secara khusus dipelajari dan diteliti oleh suatu subilmu dari antropologi biologi, yaitu ilmu paleoantropologi. Ilmu tersebut meneliti fosil tubuh manusia yang terkandung dalam lapisan-lapisan bumi. Namun karena manusia, seperti yang telah kita pelajari di atas, hanya merupakan suatu cabang yang paling muda dari makhluk primata itu, maka soal asal mulanya dan proses evolusinya tidak dapat dilepaskan dari seluruh proses percabangan dari makhluk- makhluk primata'pTada umumnya. Walaupun masih terdapat banyak perbedaan pendapat antara para ahli paleoantropologi mengenai berbagai aspek dari proses percabangan itu, tetapi akhir-akhir ini mereka telah sepaham mengenai garis besar proses tersebut. Selain menganalisis data_mengenai fosil-fosil kera dan manusia yang tersimpan dalam lapisan bumi, mereka juga m em pergunakan data ilm u-ilm u lain seperti paleogeografi, paleoekologi, serta metode analisis
  • 29. 29 potassium argon dari ilmu geologi. Menurut penelitian paling akhir, makhluk pertama dari suku primata muncul di muka bumi sebagai suatu cabang dari makhluk mamalia (binatang menvusui) sudah kira-kira 70 juta tahun yang lalu, di dalam suatu zaman yang oleh para ahli geologi disebut Kala Paleosen Tua. Dalam masa yang amat lama makhluk primata induk tadi bercabang lebih lanjut ke dalam berbagai subsuku dan infrasuku khusus, dan di antaranya telah terjadi proses percabangan antara keluarga kerakera pongid (kera-kera besar) dari keluarga hominid yang merupakan anggota makhluk nenek moyang manusia. Rupa-rupanya telah terjadi paling sedikit lima proses percabangan. Percabangan yang tertua, timbul kira-kira 30 juta tahun yang lalu dalam Kala Eosen Akhir, merupakan percabangan yang mengevolusikan kera gibon (hylobatidae). Cabang yang timbul kemudian, pada permulaan Kala Miosen kira-kira 20 juta tahun yang lalu, adalah kera pongopygmeus atau orangutan. Daerah asal orangutan adalah konon Afrika Timur yang ketika itu masih menjadi satu dengan daerah Arab, hingga terletak lebih dekat pada Asia Selatan dari pada sekarang. Vegetasi di Afrika Timur waktu itu belum berupa sabana dengan gerombolan- gerombolan hutan yang jarang seperti halnya sekarang, tetapi masih tertutup hutan rimba, dan begitu juga Asia Selatan. Orangutan memang merupakan makhluk kera yang tinggal di pucuk-pucuk pohon besar dan tinggi, dan hidup dari buah-buahan besar, bebas dari gangguan makhluk hutan rimba lainnya. Orangutan membiak dan menyebar melalui pucuk-pucuk pohon-pohon besar di daerah hutan rimba di Asia Barat Daya, Asia Selatan, hingga Asia Tenggara dalam jangka waktu 1-2 juta tahun lamanya. Sementara itu, kira-kira pada bagian akhir Kala Miosen terjadi beberapa perubahan besar pada kulit bumi dan pada lingkungan alamnya. Benua Afrika membelah dari Asia sehingga terjadilah Laut Merah dan belahan bumi berupa lembah yang dalam, bernama Great Rift Valley, secara ekologi merupakan pemisah alam yang membujur dari Utara ke Selatan antara Afrika Barat dan Tengah dengan Afrika Timur. Proses perubahan besar lainnya adalah menyempitnya daerah hutan rimba di Afrika yang menyebabkan lingkungan alam AfrikaTimur menjadi sabana, terjadinya gurun di daerah Arab, serta berkurangnya daerah hutan rimba di India. Kera orangutan tadi tidak dapat
  • 30. 30 menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan besar dalam lingkungan alamnya sehingga menghilang dari Afrika, Asia Barat Daya, dan Asia Selatan, tetapi dapat bertahan di Asia Tenggara tempat hutan rimba lebat masih ada. Sampai sekarang sisa-sisanya yang terakhir masih hidup di hutan rimba Kalimantan Barat dan Tengah. Cabang ketiga adalah sejenis makhluk yang menurut perkiraan para ahli menjadi nenek moyang manusia. Percabangan ini terjadi kirakira 10 juta tahun yang lalu pada bagian terakhir dari Kala Miosen. Fosil-fosil makhluk ini menunjukkan sifat yang lain daripada yang lain, yaitu ukuran badan raksasa yang jauh lebih besar daripada kera gorila yang hidup sekarang. Fosil-fosil itu ditemukan di Bukit Siwalik di kaki Gunung Himalaya, dekat Simla (India Utara), di sebuah kedai jamu Cina di Hongkong/’ dan di lembah Bengawan Solo di Jawa. Oleh para ahli fosil-fosil itu kini disebut gigantanthropus (kera-manusia raksasa).7 Para ahli memperkirakan bahwa kera-manusia raksasa ini juga hidup dalam kelompok-kelompok seperti halnya jenis-jenis kera besar lainnya, dan dengan demikian dapat tahan hidup, berkembang biak, dan seperti orangutan, juga menyebar dari Afrika ke Asia Selatan dan Tenggara. Namun, karena perubahan alam yang terjadi dalam bagian akhir Kala Miosen, maka seperti halnya dengan orangutan, kera-manusia raksasa ini juga menghilang dari Afrika dan Asia Selatan dan hanya bertahan di Asia Tenggara, hingga akhirnya kandas juga di sana karena sebabsebab yang belum dapat diketahui. Cabang keempat adalah cabang-cabang kera pongid yang lain, yaitu gorila dan simpanse, terjadi kira-kira 12 juta tahun yang lalu pada akhir Kala Miosen. Kedua makhluk kera dari Afrika ini dapat menyesuaikan diri dengan berevolusi mengembangkan organisme yang dapat hidup di pohon maupun di darat. Percabangan khusus atau spesialisasi biologi antara gorila dan simpanse terjadi karena perkembangan dari dua lingkungan ekologi yang khusus di Afrika Tengah sebelah timur dari Sungai Niger, dan di Afrika Barat sebelah barat dari sungai tersebut. Di daerah hutan di Afrika Tengah tadi berlangsung evolusi organisme dari kera gorila, sedangkan di daerah hutan Afrika Barat berlangsung evolusi organisme dari simpanse. 2. Makhluk Primata Pendahulu Manusia Kira-kira seabad yang lalu para ahli biologi dan paleoantropologi masih mengira bahwa asal-usul nenek moyang manusia itu, dapat dipecahkan apabila
  • 31. 31 telah ditemukan sejenis makhluk yang merupakan penghubung antara kera dan manusia dalam silsilah hidup. Jadi hal terpenting harus dilakukan para ahli tersebut adalah mencari makhluk penghubung yang hilang (missing link) dalam silsilah perkembangan alam makhluk di muka bumi. Sekarang, dengan kemajuan di bidang ilmu-ilmu paleoantropologi dan geologi, konsepsi para ahli mengenai missing link itu sudah berubah. Makhluk itu sudah tidak lagi dipandang sebagai suatu makhluk yang berada di antara kera dan manusia, tetapi sebagai seekor makhluk pendahuluan (precursor) atau makhluk induk yang mendahului baik kerakera besar (pongid) maupun manusia, kedua-duanya hanya merupakan spesialisasi khusus dari makhluk induk tadi. Selain itu, karena proses percabangan antara berbagai jenis kera besar dengan manusia itu bukan terjadi hanya satu kali, melainkan beberapa kali dan di beberapa tempat, maka dengan demikian sebenarnya ada lebih dari satu makhluk induk. Terutama dengan kegiatan penelitian paleoantropologi pada permulaan abad ke-20 para ahli sudah mempunyai pendirian yangrukup mantap mengenai makhluk induk ini. Makhluk primata yang Jianggap menurunkan jenis-jenis kera besar seperti orangutan, gorila, dan simpanse, maupun manusia adalah seekor makhluk yang fosilnya serupa rahang bawah ditemukan di Saint-Gaudens, Prancis Selatan, 3ada pertengahan abad yang lalu. Makhluk yang oleh para ahli diberi nama dryopithecus itu hidup dalam akhir Kala Oligosen dan permulaan Kala Miosen, kira-kira 21 juta tahun lalu, di hutan-hutan di daerah yang kini menjadi Eropa Selatan dan Afrika Utara. Makhluk induk kedua adalah gigantanthropus yang telah dijelaskan sebelumnya, hidup pada akhir Kala Miosen lebih-kurang 10 juta tahun yang lalu. Pengetahuan para ahli mengenai wujud, sifat-sifat, dan penyebaran makhluk kera-raksasa ini masih terlampau sedikit karena terbatasnya jumlah fosil yang ditemukan untuk menelitinya. Sebaliknya, pengetahuan mereka mengenai nenek moyang yang langsung dari manusia kini, sudah mulai cukup mantap. Pendahulu manusia itu adalah makhluk yang sudah dapat berjalan tegak di atas kedua kaki belakangnya menempuh jarak cukup jauh. Makhluk tersebut hidup dalam kelompok-kelompok yang terdiri dari rata-rata delapan sampai sepuluh individu dan secara berkelompok dapat melawan binatang-binatang penyaing yang lain. Suatu makhluk primata yang menurut wujud dari fosil-fosilnya menunjukkan ciri-ciri tersebut adalah makhluk yang pertama-tama ditemukan pada tahun 1924 di
  • 32. 32 Taungs, sebelah Utara Kimberley, di daerah Bechuana Timur Afrika Selatan. Oleh para ahli paleoantropologi makhluk itu disebut australopithecus (kera dari Selatan). Sekarang telah ditemukan lebih dari 65 fosil makhluk tersebut, semuanya di Afrika Selatan dan Timur; beberapa di antaranya diperkirakan hidup di muka bumi ini lebih dan 10,juta tahun yang lalu. Fosil dari keluarga australopithecus yang ditemukan terakhir dalam tahun 1959 adalah fosil dari Lembah Oldovai di Tanzania, Afrika Timur. Banyak ahli antropologi terkemuka pernah meneliti dan menganalisis fosil-fosil australopithecus, sedangkan fosil dari Lembah Oldovai dianalisis oleh L.S.B. Leaky dengan menggunakan metode baru untukmenganalisis umur dari lapisan bumi, yaitu metode potassium aroon Hasil analisis itu mendapat kesimpulan bahwa makhluk yang diberinya nama khusus yakni zinjanthropus itu hidup di daerah- daerah sabana di Afrika Timur lebih-kurang 2 juta tahun lalu, dan makhluk tersebut merupakan makhluk induk manusia jenis australopithecus yang paling dekat. Pada masa 2 juta tahun lalu, bumi mengalami suatu masa dalam sejarah perkembangan kulit bumi yang berbeda dengan sekarang, yaitu suatu Kala Es di daerah-daerah utara dan selatan, dan suatu Kala Kering di daerah tropis. Kala Es atau Kala Glasial adalah zaman ketika seluruh Eropa Utara sampai kira-kira garis Pegunungan Alpen di Swiss; sebagian dari Asia Utara; seluruh Kanada dan Amerika Utara (sampai kira-kira garis daerah danau-danau di Michigan); dan ujung selatan Amerika Selatan, tertutup lapisan es yang tebal (gletcher). Daerah-daerah tersebut di atas pada Kala Glasial mempunyai iklim yang hampir sama dengan iklim daerah kutub pada masa sekarang. Menurut para ahli geologi, selama beberapa ratus ribu tahun bahkan hingga beberapa juta tahun bumi telah berkali-kali mengalami proses perluasan dan penyurutan lapisan-lapisan es tersebut di kedua kutubnya. Dengan demikian dalam sejarah bumi ini telah terjadi serangkaian Kala Es, yang diselingi oleh Kala-kala Interglasial. Rangkaian Kala Glasial terakhir menurut para ahli merupakan suatu seri dari empat Kala Glasial dan Interglasial yang terjadi mulai kira-kira 4 juta tahun lalu dan berakhir dengan Kala Glasial keempat dari seri terakhir baru kira-kira 200.000 tahun lalu. Sekarang ini, kita hidup dalam suatu zaman antara Kala Glasial keempat dan kelima dari seri terakhir. Pada suatu ketika, entah kapan, lapisan-lapisan es akan meluas lagi, dan akan menutupi sebagian besar dari muka bumi.
  • 33. 33 Pada akhir berlangsungnya tiap Kala Glasial, maka bumi mempunyai wujud yang berbeda mengenai garis antara darat dan laut. Hal ini disebabkan karena pada masa itu muka air laut lebih rendah sehingga banyak daratan yang sekarang tergenang air berada di atas muka laut. Indonesia waktu itu bukan merupakan kepulauan, melainkan suatu daerah daratan yang menjadi satu dengan Asia. Selama tiap Kala Glasial, daerah tropis bersifat lebih kering daripada waktu Kala Interglasial, sehingga hutan-hutan rimba tropis berkurang padatnya dan berubah menjadi daerah padang rumput dengan gerombolan-gerombolan hutan yang tersebar. 3. Bentuk-bentuk Manusia Tertua Bumi Indonesia telah memberi banyak sumbangan pada dunia ilmu pengetahuan untuk memecahkan masalah asal mula manusia, karena di dalam kandungannyalah ditemukan bekas-bekas manusia yang tertua. Pada tahun 1898 seorang dokter Belanda, Eugene Du Bois, telah menemukan sekelompok tengkorak atas, rahang bawah, dan sebuah tulang paha di lembah Sungai Bengawan Solo; dekat desa Kedung Brubus; dan di dekat desa Trinil di Jawa Timur. Tengkorak atas tersebut seolah-olah sebuah tengkorak seekor kera besar. Isi otaknya jauh lebih besar bila dibandingkan dengan jenis kera mana pun yang terkenal sekarang, akan tetapi jauh lebih kecil daripada isi otak manusia;11 gigigiginya pun menunjukkan sifat manusia, sedangkan bentuk tulang pahanya menunjukkan bahwa makhluk itu berdiri tegak. Du Bois memberikan nama pithecanthropus erectus (manusia kera yang berjalan tegak) pada fosil itu, dan menganggapnya sebagai contoh nenek moyang manusia zaman sekarang. Setelah penemuan Du Bois di Trinil* yang, dalam dunia ilmu paleoantropologi menjadi sangat terkenal itu,.tahun-tahun kemudian masih banyak ditemukan lagi fosil-fosil jenis pithecanthropus. Sebelum pecah Perang Dunia II telah ditemukan lebih dari 20 fosil, dan di antaranya ada suatu rangkaian penemuan yang juga menjadi terkenal sekali, yaitu rangkaian penemuan antara 1931 dan 1934, berupa 14 fosil pithecanthropus yang terdiri dari 12 tengkorak dan dua tibia, di dekat desa Ngandong, juga di lembah Bengawan Solo, di sebelah utaraTrinil, oleh seorang ahli geologi Jerman bernama G.H.R. von Konigswald. Ahli paleoantropologi Indonesia, Teuku Jacob, yang meneliti ke-14 fosil itu secara mendalam sekali, menyebutnya pithecanthropus soloensis} Semua fosil tersebut tidak terletak di tempatnya yang semula, tetapi telah
  • 34. 34 terbawa oleh arus sungai dan diletakkan di tempat penemuannya, yang dengan demikian merupakan tempat penemuan deposit atau situs sekunder. Namun, semua fosil tersebut ditemukan dalam lapisan bumi yang seragam, yaitu lapisan yang dalam ilmu geologi disebut lapisan Pleistosen Tengah (Middle Pleistocene), yang umurnya diperkirakan antara 800.000 hingga 200.000 tahun. Dua buah penemuan lain dalam tahun 1936 di desa Perning dekat Majakerta dan di desa Sangiran dekat Surakarta, mempunyai arti yang sangat khusus karena kedua fosil tadi terletak sebagai deposit sekunder dalam lapisan Pleistosen tetapi di bagian yang sangat tua (Lj)iver Pleistocene), dan diperkirakan berumur kira-kira 2 juta tahun. Fosil-fosil itu sekarang disebut pithecanthropus majakertensis. Akhimya perlu juga disebut suatu penemuan lain yang juga menarik, yang dilakukan oleh G.H.R. von Konigswald dalam tahun 1941 di dekat desa Sangiran juga, dalam lapisan bumi Pleistosen Tua, suatu fosil yang berupa bagian rahang bawah yang bersifat rahang manusia, tetapi yang ukurannya luar biasa besar melebihi ukuran gorila laki-laki. Karena besamya fosil tersebut oleh para ahli diberi nama meganthropous paleojavanicus. Pecahnya Perang Dunia II di Asia setahun kemudian menyebabkan penelitian terhadap fosil tersebut tidak dapat dilanjutkan. Karena letaknya dalam lapisan Pleistosen Tua, maka diduga bahwa umur fosil tersebut sudah sangat tua, yaitu sama dengan pithecanthropus majakertensis, 2 juta tahun. Fosil-fosil pithecanthropus dari Jawa, baik majakertensis, maupun erectus, ataupun soloensis, tidak pernah ditemukan bersama dengan bekas alat-alat yang menunjukkan bahwa m akhluk tersebut sudah berkebudayaan. Hanya fosil pithecanthropuspekinensis yang oleh para ahli dihubungkan dengan alat-alat batu dan tulang serta bekas-bekas api, yang ditemukan tidak di tempat yang sama, tetapi dalam lapisan bumi yang sama.16 Walaupun demikian ada ahli lain yang masih meragukan adanya hubungan antara fosil-fosil bekas makhluk pithecanthropus dengan alat-alat tadi. Dengan perkataan lain, banyak yang masih meragukan apakah makhluk pithecanthropus itu sudah berkebudayaan. 4. Bentuk Manusia dari Kala Pleistosen Muda Fosil-fosil manusia yang berasal dari Kala Pleistosen Muda yang berumur kira-kira 200.000 tahun, berjumlah amat banyak dan terdapat di berbagai tempat di dunia. Fosil-fosil tersebut bukan hanya berupa tengkorak, melainkan banyak juga berupa kerangka yang lengkap. Salah satu ditemukan pada tahun 1856
  • 35. 35 dalam suatu gua di lembah Sungai Neander dekat kota Dusseldorf, Jerman, dan menjadi terkenal dengan nama homo neandertalensis (manusia dari Lembah Neander). Fosil-fosil serupa dengan fosil neandertalkemudian banyak ditemukanaga di berbagai tempat lain di Eropa, seperti Francis, Belgia, Jerman, talia, Yugoslavia dan lain-lain. Walaupun ada perbedaan-perbedaan diusus antara fosil-fosil yang terdapat di berbagai tempat itu, akan etapi pada garis besarnya dapat dikatakan bahwa semua termasuk atu golongan dengan homo neandertal. Di luar Eropa, makhluk jenis homo neandertalmeninggalkan sisaisanya di Palestina, tempat telah ditemukan beberapa fosil semacam leandertal yang disebut homo palestinensis, dalam suatu gua bernama 3ua Tabun di dekat Mount Carmel. Manusia homo neandertal dan sejenisnya itu mula-mula tidak dianggap oleh para ahli sebagai nenek moyang salah satu ras manusia yang ada sekarang ini, tetapi sebagai salah satu cabang evolusi makhluk manusia'yang kandas. Dengan bukti-bukti yang baru, diketahui bahwa homo neandertal itu tidak kandas, tetapi telah berevolusi dalam jangka waktu yang kira-kira 120.000 tahun menjadi manusia homo sapiens yang sekarang ini. 5. Manusia Sekarang atau Homo Sapiens Bekas-bekas homo sapiens yang tertua juga terkandung dalam lapisan- lapisan Pleistosen Muda, yang berarti bahwa makhluk itu hidup pada akhir Kala Glasial terakhir, atau kurang lebih 80.000 tahun yang lalu. Lapisan-lapisan bumi yang terjadi dalam akhir dan sesudah Kala Glasial terakhir, memang tidak lagi mengandung fosil manusia yang berbeda bentuknya dari manusia sekarang. Mulai zaman setelah itu, yaitu Zaman Holosen, semua penemuan fosil manusia ditemukan bersama bekas-bekas kebudayaan dan mulai menunjukkan perbedaan keempat ras pokok yang pada saat itu menduduki muka bumi ini, yaitu: (a) ras Australoid yang hampir kandas dan kini sisasisanya masih hidup di daerah pedalaman Benua Australia; (b) ras Mongoloid yang kini malahan merupakan ras yang paling besar jumlahnya dan yang paling luas daerah penyebarannya; (c) ras Kaukasoid yang kini tersebar terutama di Eropa, Afrika di sebelah utara Gurun Sahara, di Asia Barat Daya, di Australia, dan benua Amerika Utara dan Selatan; (d) ras Negroid yang kini menduduki Benua Afrika sebelah selatan Gurun Sahara. Makhluk manusia homo sapiens yang pertama-tama menunjtikkan ciri-ciri
  • 36. 36 ras Australoid adalah makhluk yang fosilnya ditemukan di dekat desa Wajak di lembah Sungai Brantas, dekat Tulungagung, Jawa’imur bagian Selatan, dalam lapisan bumi Pleistosen Muda. Fosil irsebut, yang disebut homo wajakensis, diperkirakan hidup kira-kira 0.000 tahun yang lalu. Manusia wajak itu rupa- rupanya tersebar di aerah dataran Sunda, ketika daerah itu belum seluruhnya terbenam ir. Karena itu ada beberapa fosil bekas manusia yang menyerupai lanusia wajak yang kini ditemukan di daerah-daerah yang tersebar jas, yaitu di Gua Tabun di Palawan (Filipina), dan di Niah (Malaysia), euku Jacob mengajukan teori23 bahwa di daerah yang sekarang menjadi ‘apua (Irian), telah berkembang dari ras wajak ini suatu ras khusus ang menjadi nenek moyang penduduk asli Australia sekarang, yang nerupakan sisa-sisa hidup dari Australia. Penyebaran dari Irian ke Australia itu mungkin terjadi karena waktu itu laut antara Benua Australia lan Irian belum ada. Dari ras wajak yang menyebar sampai Irian itu, nenurut perkiraan Teuku Jacob juga berkembang ras khusus lain yang nenjadi penduduk Irian dan penduduk Kepulauan Melanesia masa dni. Makhluk manusia homo sapiens yang pertama-tama menunjukkan :iri-ciri ras Mongoloid adalah makhluk yang fosilnva ditemukan dekat ju a Chou Koutien, tempat ditemukan fosil pithecanthropus pekinensis erurai sebelumnya (him. 68). Homo sapiens pekinensis ini, yang merupakan lenek moyang dari semua ras khusus Mongoloid di Asia Timur, Asia Tenggara, Asia Tengah, Asia Utara, Asia Timur Laut, dan Benua merika Utara dan Selatan, dianggap hidup kira-kira sezaman dengan iomo wajakensis di Asia Tenggara; yaitu di antara 40.000 hingga 30.000 ahun yang lalu, dan dianggap telah berevolusi langsung dari nthecanthropus pekinensis tadi. Makhluk manusia homo sapiens yang pertama-tapia menunjukkan ciri-ciri ras Kaukasoid adalah makhluk yang fosilriya ditemukan dekat lesa Les Eyzies di Prancis. Dalam dunia ilmu paleoantropologi, fosil tu terkenal dengan nama homo sapiens cromagnon, dan dianggap nenek noyang penduduk Eropa sekarang, yang hidup di Eropa dalam zaman ^ang lebih tua daripada homo sapiens pekinensis, yaitu kira-kira 60.000 :ahun yang lalu. D. Aneka Ragam Manusia 1. Salah Paham mengenai Konsep Ras Makhluk manusia yang hidup dalam berbagai macam lingkungan im di seluruh muka bumi menunjukkan beragam ciri-ciri fisik yang npak nyata. Ciri-
  • 37. 37 ciri lahir seperti warna kulit, warna dan bentuk mbut, bentuk bagian-bagian wajah, dan sebagainya menyebabkan nbulnya pengertian “ras”atau golongan manusia yang berdasarkan berbagai ciri fisik secara umum. Dalam sejarah bangsa-bangsa, konsepsi mengenai beragam ciri ik manusia itu telah menyebabkan banyak kesedihan dan kesengsaraan, rena suatu salah paham besar yang hidup dalam pandangan manusia berbagai bangsa. Salah paham itu mengacaukan ciri-ciri ras (yang benarnya harus dikhususkan pada ciri- citi jasmani semata-mata), dngan ciri-ciri rohani; dan lebih dari itu, salah paham tadi memberi :nilaian tinggi rendah kepada ras-ras berdasarkan perbedaan tinggindah rohani dari ras-ras itu. Dengan demikian timbul misalnya anggapan bahwa ras caucasoid atau ras Kulit Putih, lebih kuat daripada isalnya ras-ras lain; tetapi lebih dari itu ada anggapan bahwa ras Kulit itih pada dasamya juga lebih pandai, lebih maju, lebih luhur, pendeknya bih tinggi rohaninya daripada ras-ras lain. Anggapan salah ini timbul bersama-sama dengan perkembangan kekuasaaahangsa-barigsa Eropa yang kebetulan semuanya berasal dari ras “kulit putih” itu) terhadap mgsa-bangsa lain di luar Eropa (yang kebetulan untuk sebagian besar :rasal dari ras-ras “bukan kulit putih”), dan dipraktikkan ke dalam iatu gejala sosial yang terdapat di banyak negara di dunia sampai karang ialah gejala diskriminasi ras. Anggapan mengenai keunggulan jasmani dan rohani ras-ras kulit itih terhadap ras-ras lain tersebut, kemudian malah dikuatkan lagi oleh ori-teori yang bersifat sok ilmiah, yang berasal dari sarjana-sarjana aksioner, dan merupakan suatu reaksi terhadap pergolakan-pergolakanakyat yang mulai menggoncangkan banyak sistem kekuasaan di negaranegara Eropa Barat, serta yang pada akhir abad ke-18 menyiarkan pendirianpendirian tentang persamaan semua makhluk manusia. Contoh daripada reaksi terhadap pendirian serupa itu adalah misalnya pendirian A. de Gobineau seperti termaktub dalam bukunya Essai sur ITnegalite des Races Humaines (1853-1855), yang mengatakan bahwa ras yang paling mumi dan unggul di dunia adalah ras Arya. Tempat asal ras ini adalah Eropa Utara Tengah. Orang Prancis dari kalangan bangsawan juga merupakan keturunan ras unggul ini. Sebaliknya, orang Prancis dari kalangan rakyat yang telah banyak tercampur dengan orang Negro dan Semit merupakan orangorangyang memang telah ditakdirkan untuk dikuasai. Di Jerman anggapan de Gobineau telah diperluas dengan anggapan dari aliran Nasional Sosialis di bawah Adolf Hitler, bahwa orang Jerman sebagai keturunan langsung ras Arya,
  • 38. 38 telah ditakdirkan untuk menguasai seluruh dunia. Betapa besar kesengsaraan yang diakibatkan oleh pendirian itu telah kita ketahui semuanya, dan betapa besarnya kesengsaraan yang ditimbulkan oleh gejala diskriminasi ras seperti yang terjadi di Amerika Serikat, Afrika Selatan, dan lain-lain, telah kita ketahui juga. 2. Salah Satu Klasifikasi dari Beragam Ras Manusia Mengenai ras manusia ada banyak sistem klasifikasi yang berasal dari berbagai sarjana terkenal. Semua klasifikasi itu masih berdasarkan metode- metode morfologis yang lama karena metode-metode klasifikasi baru yang berdasarkan frekuensi gen yang tertentu itu masih dalam taraf perkembangan dan belum dilakukan secara luas. Adanya berbagai sistem klasifikasi itu disebabkan karena tiap sarjana menggunakan salah satu ciri tertentu sebagai dasar klasifikasinya, sehingga ada, misalnya: klasifikasi Carolus Linnaeus (1725) yang mempergunakan warna kulit sebagai ciri terpenting dalam sistemnya; klasifikasi J.F. Blumenbach (1755) yang mengombinasikan ciri-ciri morfologi dengan geografi dalam sistemnya; klasifikasi J. Deniker (1889) yang memakai warna dan bentuk rambut sebagai ciri-ciri terpenting dalam sistemnya; metode-metode klasifikasi yang juga memperhatikan unsur-unsur filogenetik baru tampak kira- kira sejak 30 tahun yang lalu, dan paling terkenal di antaranya adalah klasifikasi dari sarjana-sarjana antropologi fisik ternama seperti metode E. von Eickstedt dan metode E.A. Hooton. Berikut ini suatu klasifikasi yang berasal dari A.L. Kroeber,25 tampak secara jelas garis besar penggolongan ras-ras yang terpenting di dunia dan hubungannya satu sama lain. 1) AUSTRALOID Penduduk Asli Australia 2) MONGOLOID a. Asiatic Mongoloid (Asia Utara, Asia Tengah, dan Asia Timur) b. Malayan Mongoloid (Asia Tenggara, Kep. Indonesia, Malaysia, Filipina, dan penduduk asli Taiwan) c. American Mongoloid (Penduduk asli Benua Amerika Utara dan Selatan dan orang Eskimo di Amerika Utara sampai penduduk Terra del Fuego di Amerika Selatan) 3) CAUCASOID
  • 39. 39 a. Nordic' (Eropa Utara sekitar Laut Baltik) b. Alpine (Eropa Tengah dan Timur) c. Mediterranean (Penduduk sekitar Laut Tengah, Afrika Utara, Armenia, Arab, dan Iran) d. Indie (Pakistan, India, Bangladesh, dan Sri Lanka) 4) NEGROID a. African Negtvid (Benua Afrika) b. Negrito (Afrika Tengah, Semenanjung Melayu dan Filipina) c. Melanesian (Papua/Irian dan Melanesia) 5) RAS-RAS KHUSUS Tidak dapat diklasifikasikan ke dalam keempat ras pokok a. Bushman (di daerah Gurun Kalahari di Afrika Selatan) b. Veddoid (di pedalaman Srilanka dan Sulawesi Selatan) c. Polynesian (di Kepulauan Mikronesia dan Polinesia) . d. Ainu (di Pulau Karafuto dan Hokkaido di Jepang Utara).
  • 40. 40 BAB III KEPRIBADIAN Para ahli biologi yang mempelajari dan membuat suatu deskripsi nengenai sistem organ suatu jenis atau species binatang, biasanya juga ekaligus mempelajari kelakuan binatang-binatang itu. Deskripsi nengenai pola-pola kelakuan binatang- binatang itu (seperti kelakuan nencari makan, menghindari ancaman bahaya, menyerang musuh, >eristirahat, mencari betina pada masa birahi, bersetubuh, mencari empat untuk melahirkan, memelihara dan melindungi keturunannya lan sebagainya) biasanya berlaku untuk seluruh species yang menjadi )bjek perhatiannya. Berbeda halnya dengan makhluk manusia yang dipelajari secara ntensif hingga detail oleh para ahli biologi, anatomi, fisiologi, Patologi, dan para dokter; tetapi belum banyak diketahui pola-pola celakuannya. Pola-pola kelakuan yang berlaku untuk seluruh jenis homo sapiens hampir tidak ada, bahkan untuk semua individu manusia fang termasuk satu ras pun, seperti ras Mongoid, ras Kaukasoid, ras Slegroid, atau ras Australoid, tidak ada suatu sistem pola' kelakuan fang seragam. Ini disebabkan karena kelakuan manusia homo sapiens idak hanya timbul dari dan ditentukan oleh sistem organik biologinya saja, tetapi sangat dipengaruhi dan ditentukan oleh akal dan jiwanya, ;edemikian rupa sehingga variasi pola kelakuan antara seorang ndividu homo sapiens dengan individu homo sapiens lainnya, dapat sangat besar. Malahan, pola kelakuan tiap manusia secara individual sebenarnya unik dan berbeda. Karena itu para ahli antropologi, sosiologi, dan psikologi yang mempelajari pola-pola kelakuan manusia ini juga tidak lagi bicara mengenai pola-pola kelakuan atau patterns of behavior dari manusia, tetapi mengenai pola-pola tingkah laku, atau pola-pola tindakan (patterns o f action). Apabila seorang ahli antropologi, sosiologi, atau psikologi berbicara mengenai “pola kelakuan manusia”, maka yang dimaksudnya adalah kelakuan dalam arti yang sangat khusus, yaitu kelakuan organisme manusia yang ditentukan oleh naluri, dorongan-dorongan, refleks-refleks, atau kelakuan manusia yang tidak lagi dipengaruhi dan ditentukan oleh akal dan jiwanya (yaitu kelakuan manusia yang membabi-buta). Susunan unsur- unsur akal dan jiwa yang menentukan perbedaan tingkah laku atau tindakan dari
  • 41. 41 tiap-tiap individu manusia itu disebut “kepribadian” atau personality. Definisi mengenai kepribadian tersebut masih sangat kasar sifatnya, dan tidak banyak berbeda dengan arti yang diberikan pada konsep itu dalam bahasa sehari- hari. Dalam bahasa populer, istilah “kepribadian” juga betarti ciri-ciri watak seseorang individu yang konsisten. Hal itu memberikan kepadanya suatu identitas sebagai individu yang khusus. Sedangkan dalam bahasa sehari-hari kita anggap bahwa seorang tertentu mempunyai kepribadian, memang yang biasanya kita maksudkan ialah bahwa orang tersebut mempunyai beberapa ciri watak yang diperlihatkannya secara lahir, konsisten, dan konsekuen dalam tingkah lakunya sehingga tampak bahwa individu tersebut memilik identitas khusus yang berbeda dari individu-individu lainnya. Kalau definisi umum yang banyak menyerupai arti konsep dalam bahasa sehari-hari tersebut hendak kita pertajam, maka akan timbul banyak kesukaran. Hal itu sudah banyak dilakukan oleh para ahli psikologi yang memang merupakan tugas mereka; namun tidak ada satu definisi yang tajam dan seragam di antara para ahli psikologi yang berasal dari berbagai aliran khusus dalam ilmu psikologi. Konsep kepribadian itu rupa-rupanya adalah suatu konsep yang demikian luas sehingga merupakan suatu konstruksi yang tidak mungkin dirumuskan dalam satu definisi yang tajam tetapi mencakup keseluruhannya. Karena itu, bagi kita yang belajar antropologi, cukuplah kiranya kalau untuk sementara kita pergunakan saja dahulu definisi yang masih kasar itu. Sedangkan penggunaan definisi-definisi yang lebih tajam untuk analisis yang lebih mengkhusus dan mendalam, kita serahkan kepada para ahli psikologi. 1. Unsur- Unsur Kepribadian a. Kepribadian Individu Mempelajari materi setiap unsur kepribadian (baik yang berupa pengetahuan maupun yang berupa perasaan, sasaran dari kehendak, keinginan, dan emosi seseorang) adalah tugas ilmu psikologi. Dalam hal itu diperhatikan satu macam materi yang menyebabkan satu tingkah laku berpola, yaitu suatu kebiasaan (habit) dan berbagai macam materi yang menyebabkan timbulnya kepribadian (personality), serta segala macam tingkah laku berpola dari individu bersangkutan
  • 42. 42 b. Kepribadian Umum endekatan dalam penelitian kepribadian dari suatu kebudayaan juga dilakukan dengan metode lain yang didasarkan pada suatu pendirian dalam ilmu psikologi. Pendirian tersebut menyatakan bahwa benih dari ciri-ciri dari unsur watak telah tertanam dalam jiwa seorang individu sejak ia masih anak- anak. Pembentukan watak dalam jiwa individu banyak dipengaruhi oleh pengalamannya ketika anak-anak ia diasuh orang-orang dalam lingkungannya, yaitu: ibunya, ayahnya, kakak-kakakn ya, dan in d iv id u -in individu lain yang biasa mengerumuninya pada waktu itu. Watak juga sangat ditentukan oleh cara-cara ia sewaktu kecil diajar makan, diajar kebersihan, disiplin, diajar main dan bergaul dengan anak-anak lain dan sebagainya. Oleh karena dalam tiap kebudayaan cara pengasuhan anak didasarkan pada adat dan norma-norma tertentu, maka beberapa unsur watak yang seragam akan tampak menonjol pada banyak individu yang telah menjadi dewasa itu. Berdasarkan konsepsi psikologi tersebut, para ahli antropologi berpendirian bahwa dengan mempelajari adat-istiadat pengasuhan anak yang khas itu, akan dapat diduga adanya berbagai unsur kepribadian pada sebagian besar warga masyarakat. Hal itu merupakan akibat dari pengalaman-pengalaman sejak masa anak-anak. Metode penelitian kepribadian umum dengan cara mempelajari adat-istiadat pengasuhan anak-anak dalam suatu kebudayaan, terutama dikembangkan oleh ahli antropologi terkenal, Margaret Mead, tidak hanya di antara suku-suku bangsa di daerah Melanesia, (khususnya Papua Nugini) tetapi juga di Bali. P c. Kepribadian Barat dan Kepribadian Timur Dalam banyak tulisan tentang masalah kebudayaan sering dibicarakan masalah perbedaan antara kepribadian manusia yang berasal dari kebudayaan Barat, dan kepribadian manusia yang berasal dari kebudayaan Timur. Pembicaraan seperti itu pada mulanya tercantum dalam tulisan- tulisan para sarjana sejarah kebudayaan, para pengarang karya sastra dan para penyair Eropa Barat, ketika mereka menyinggung pandangan hidup manusia yang hidup dalam kebudayaan-kebudayaan Asia, seperti kebudayaan Islam, Hindu, Budha, dan Cina yang lokasi geografinya semua memang di sebelah timur Eropa. Kemudian ketika para pengarang Eropa
  • 43. 43 berkenalan dengan kebudayaan-kebudayaan lain di Asia seperti kebudayaan Parsi, kebudayaan Thai, kebudayaan Jepang, atau kebudayaan Indonesia, maka pandangan hidup dan kepribadian manusia yang hidup di dalam kebudayaan-kebudayaan tersebut itu dinamakan kepribadian Timur. Selanjutnya, semua kebudayaan bukan Eropa Barat disebut pandangan hidup dan kepribadian Timur. Dengan demikian timbul dua konsep yang kontras, yaitu Kepribadian Timur dan Kepribadian Barat.
  • 44. 44 BAB IV KEBUDAYAAN A. Kebudayaan 1. Pengertian kebudayaan dijabarkan oleh beberapa tokoh, diataranya : a) Ralph Linton Kebudayaan memiliki berbagai aspek, yang meliputi cara-cara berlaku, kepercayaan-keper cayaan, sikap-sikap dan hasil dari kegiatan manusia yang khas untuk suatu masyarakat atau kelompok penduduk tertentu. b) Koetjaraningrat Kebudayaan Keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar. Menurut ilmu antropologi, “kebudayaan” adalah Keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam kehidupan rasyarakatyang dijadikan milik dirt manusia dengan belajar. Hal tersebut berarti bahwa hampir seluruh tindakan manusia dalah “kebudayaan” karena hanya sedikit tindakan manusia dalam ehidupan masyarakat yang tidak perlu dibiasakan dengan belajar, yaitu hanya beberapa tindakan naluri, beberapa refleks, beberapa tindakan akibat proses fisiologi, atau kelakuan membabi buta. Bahkan berbagai tindakan manusia yang merupakan kemampuan naluri yang terbawa dalam gen bersama kelahirannya (seperti makan, minum, atau berjalan dengan kedua kakinya), juga dirombak olehnya menjadi tindakan berkebudayaan. Manusia makan pada waktu-waktu tertentu yang dianggapnya wajar dan pantas, ia makan dan minum dengan alatalat, cara-cara dan sopan santun atau protokol yang sering kali sangat rumit, harus dipelajarinya dahulu dengan susah payah. Manusia berjalan tidak hanya menurut wujud biologisnya yang telah ditentukan oleh alam, tetapi merombak cara berjalannya dengan gaya seperti prajurit, berjalan dengan gaya lemah lembut, berjalan seperti peragawati dan sebagainya, yang semuanya harus dipelajarinya dahulu.
  • 45. 45 B. Kebudayaan, Culture dan Peradaban Kata “kebudayaan” berasal dari kata Sanskerta buddhayah, yaitu untuk jamak dari buddhi yang berarti “budi” atau “akal”. Dengan smikian ke-budaya- an dapat diartikan: “hal-hal yang bersangkutan engan akal”. Ada sarjana lain yang mengupas kata budaya sebagai aatu perkembangan dari kata majemuk budi-daya, yang berarti “daya an budi”, Karena itu mereka membedakan “budaya” dan kebudayaan”. Demikianlah “budaya” adalah “daya dan budi” yang erupa cipta, karsa, dan rasa. Sedangkan “kebudayaan” adalah hasil ari cipta, karsa, dan rasa itu.7 Dalam istilah “antropologi-budaya” erbedaan itu ditiadakan. Kata “budaya” di sini hanya dipakai sebagai uatu singkatan saja dari “kebudayaan” dengan arti yang sama. Kata culture merupakan kata asing yang sama artinya dengan kebudayaan”. Berasal dari kata Latin colere yang berarti “mengolah, nengerjakan,” terutama mengolah tanah atau bertani. Dari arti ini berkembang arti culture sebagai “segala daya upaya serta tindakan nanusia untuk mengolah tanah dan mengubah alam.” Di samping istilah “kebudayaan” ada pula istilah “peradaban”. ~Ial yang terakhir adalah sama dengan istilah Inggris civilisation. Istilah ersebut biasa dipakai untuk menyebut bagian dan unsur dari kebudayaan rang halus, maju, dan indah, misalnya: kesenian, ilmu pengetahuan, idat sopan-santun pergaulan, kepandaian menulis, organisasi kenegaraan Jan sebagainya. Istilah “peradaban” sering juga dipakai untuk menyebut suatu kebudayaan yang mempunyai sistem teknologi, ilmu pengetahuan, seni bangunan, seni rupa, dan sistem kenegaraan dari masyarakat kota yang maju dan kompleks. C. Empat Wujud Kebudayaan Menurut Koentjaraningrat terdapat empat wujud kebudayaan, yaitu a) Lingkaran paling luar melambangkan kebudayaan sebagai artefacs atau benda
  • 46. 46 benda fisik Bangunan-bangunan megah seperti candi, benda-benda bergerak, komputer, piring, gelas, kancing baju. Semua benda hasil karya manusia bersifat kongkret dan dapat diraba serta difoto. Disebut sebagai kebudayaan fisik. b) Melambangkan kebudayaan sebagai sistem tingkah laku dan tindakan berpola Menggambarkan wujud tingkah laku manusia seperti menari, berbicara, tingkah laku dalam melakukan pekerjaan. Disebut sebagai sistem sosial. c) Melambangkan kebudayaan sebagai system gagasan Menggambarkan wujud gagasan dari kebudayaan dan tempatnya dalam kepala masing-masing individu yang menjadi warga suatu ke budayaan yang dibawa ke mana pun mereka pergi. Wujud ke budayaan ini abstrak, tidak dapat difoto. Disebut sebagai sistem budaya. d) Melambangkan kebudayaan sebagai sistem gagasan yang ideologis Gagasan- gagasan yang telah dipelajari oleh warga suatu kebudayaan sejak usia dini dan sukar diubah. Disebut sebagai nilai-nilai budaya. Penulis setuju sekali dengan pendapat seorang ahli sosiologi, lcott Parsons bersama dengan seorang ahli antropologi A.L. Kroeber rnah menganjurkan untuk membedakan wujud kebudayaan sebagai atu sistem dari ide dan konsep dari wujud kebudayaan sebagai suatu tigkaian tindakan dan aktivitas manusia yang berpola.10 Serupa dengan . Honigmann yang dalam buku pelajaran antropologinya, berjudul be World o f Man (1959: him. 11-12) membedakan adanya tiga “gejala budayaan”, yaitu (1) ideas, (2) activities, dan (3) artifacts, pengarang pendirian bahwa kebudayaan itu ada tiga wujudnya, yaitu: Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide, gagasan, nilai, norma, peraturan dan sebagainya. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas serta tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat. Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia. Wujud pertama adalah wujud ideal dari kebudayaan. Sifatnya abstrak, tidak dapat diraba atau difoto. Lokasinya ada di dalam kepala atau dengan perkataan
  • 47. 47 lain, dalam alam pikiran warga masyarakat tempat kebudayaan bersangkutan itu hidup. Kalau warga masyarakat menyatakan gagasan mereka tadi dalam tulisan, maka lokasi dari kebudayaan ideal sering berada dalam karangan dan bukubuku hasil karya para penulis warga masyarakat bersangkutan. Sekarang kebudayaan ideal juga banyak tersimpan dalam disket, arsip, koleksi microfilm dan microfish, kartu komputer, silinder, dan pita komputer. Ide dan gagasan manusia banyak yang hidup bersama dalam suatu masyarakat, memberi jiwa kepada masyarakat itu. Gagasan itu satu dengan yang lain selalu berkaitan menjadi suatu sistem. Para ahli antropologi dan sosiologi menyebut sistem ini sistem budaya atau cultural system. Dalam bahasa Indonesia terdapat juga istilah lain yang sangat tepat untuk menyebut wujud ideal dari kebudayaan ini, yaitu adat atau adat-istiadat untuk bentuk jamaknya. Wujud kedua dari kebudayaan disebut sistem sosial atau social system, mengenai tindakan berpola dari manusia itu sendiri. Sistem sosial ini terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia yang berinteraksi, berhubungan, dan bergaul satu sama lain dari detik ke detik, dari hari ke hari, dan dari tahun ke tahun, selalu menurut pola-pola tertentu yang berdasarkan adat tata kelakuan. Sebagai rangkaian aktivitas manusia-manusia dalam suatu masyarakat, sistem sosial itu bersifat konkret, terjadi di sekeliling kita sehari-hari, bisa diobservasi, difoto, dan didokumentasi. Wujud ketiga dari kebudayaan disebut kebudayaan flsik. Berupa seluruh hasil fisik dan aktivitas, perbuatan, dan karya semua manusia dalam masyarakat. Sifatnya paling konkret dan berupa benda-benda atau hal-hal yang dapat diraba, dilihat, dan difoto. Ada benda-benda yang sangat besar seperti pabrik baja: ada benda-benda yang amat kompleks dan canggih, seperti komputer berkapasitas tinggi; atau benda-benda yang besar dan bergerak, suatu kapal tangki minyak; ada bangunan hasil seni arsitek seperti suatu candi yang indah; atau ada pula benda-
  • 48. 48 benda kecil seperti kain batik, atau yang lebih kecil lagi, yaitu kancing baju. D. Unsur- Unsur Kebudayaan Unsur- Unsur Kebudayaan menurut Koentjaraningrat, menjabarkan tujuh unsur kebudayaan, yaitu : a) Bahasa, terdiri dari bahasa lisan dan tulisan b) Sistem pengetahuan, terdiri dari :Pengetahuan tentang sekitar alam, Pengetahuan tentang alam flora, Pengetahuan tentang zat-zat dan bahan mentah, Pengetahuan tentang tubuh manusia, Pengetahuan tentang kelakuan sesama manusia dan Pengetahuan tentang ruang waktu dan bilangan. c) Organisasi sosial, terdiri dari : Sistem kekerabatan, Sistem kesatuan hidup setempat, Asosiasi dan perkumpulan, serta Sistem kenegaraan d) Sistem paralatan dan teknologi, terdiri dari : Alat-alat produktif, Alat alat distributuf dan transport, Wadah-wadah dan tempat-tempat untuk menaruh, Makanan dan minuman, Pakaian dan perhiasan, Tempatberlindung dan perumahan dan Senjata. e) Sistem mata pencaharian hidup, terdiri dari: Berburu dan meramu, Perikanan, Bercocok tanam diladang, Bercocok tanam menetap, Peternakan serta Perdagangan. f) Sistem religi, terdiri dari : Sistem kepercayaan, kesusateraan suci, sisem upacara keagamaan, kelompok ke agamaan, ilmu gaib, nilai dan pandangan hidup. g) Kesenian, terdiri dari : Seni patung, seni relief, seni lukis dan gambar, seni rias, seni vokal, seni instrumen, seni kesusasteraan, dan seni drama E. Keterkaitan antara unsur budaya dan wujud kebudayaan Fungsi unsur kebudayaan, menurut M E Spiro, yang pertama adalah Menerangkan “fungsi” sbg hubungan antara suatu hal dgn tujuan tertentu, yang kedua ialah Menerangkan kaitan antara satu hal dgn hal lain dan yang ketiga adalah Menerangkan hubungan yang terjadi antara satu hal dgn hal yang lain dalam satu sistem yang terintergrasi.
  • 49. 49 F. UNSUR- UNSUR KEBUDAYAAN Para sarjana antropologi yang biasa m enanggapi suatu >udayaan (misalnya kebudayaan Minangkabau, kebudayaan Bali, atau >udayaan Jepang) sebagai suatu keseluruhan yang terintegrasi, ketika idak menganalisis membagi keseluruhan itu ke dalam unsur-unsur ;ar yang disebut “unsur-unsur kebudayaan universal” atau cultural versals. Istilah universal itu menunjukkan bahwa unsur-unsur tadi rsifat universal, jadi unsur-unsur tadi ada dan bisa didapatkan di am semua kebudayaan dari semua bangsa di mana pun di dunia. ingenai definisi culturaluniversals itu, ada beberapa pandangan yang berbeda di antara para sarjana antropologi. Berbagai pandangan yang berbeda itu serta alasan perbedaannya diuraikan oleh C. Kluckhohn dalam sebuah karangan berjudul Universal Categories o f Culture (1953).14 Dengan mengambil sari dari berbagai kerangka tentang unsur-unsur kebudayaan universal yang disusun oleh beberapa sarjana antropologi itu, maka penulis berpendapat bahwa ada tujuh unsur kebudayaan yang dapat ditemukan pada semua bangsa di dunia. Ketujuh unsur yang dapat kita sebut sebagai isi pokok dari tiap kebudayaan di dunia itu adalah: 1. BAHASA Suatu sistem komunikasi yang menggunakan suara yang di hubungkan satu sama lain menurut seperangkat aturan. Bahasa dalam kerangka budaya, Disebut sebagai etnolinguistik, merp segala aspek dari struktur dan penggunaan bahasa yang ada hubungannya dgn masy, kebudayaan dan perilaku Bahasa di bagi menjadi dua yaitu bahasa verbal dan non verbal, bahasa verbal ialah suatu bentuk komunikasi yang disampaikan oleh komunikator kepada komunikan dengan menggunakan cara tertulis atau dengan cara lisan atau suatu jenis dari kegiatan percakapan atau
  • 50. 50 penyampaian pesan maupun informasi yang dilakukan seseorang kepada orang lain, baik itu disampaikannya secara lisan maupun secara tulisan maupun verbal. Sedangkan nonverbal ialah adalah kebalikan dari verbal yaitu suatu proses dari komunikasi yang dimana penyampaian informasi atau pesannya tidak memakai kata- kata komunikasi ini sering disebut juga dengan bahasa isyarat. Bentuk dari komunikasi nonverbal ini memakai gerakan seperti misalnya: bahasa tubuh, ekspresi wajah, dengan kontak mata dan lain sebagainya atau satu cara penyampaian pesan atau informasi kepada orang lain tanpa menggunakan ucapan atau kata-kata, akan tetapi caranya menggunakan gerakan atau isyarat. Jenis-Jenis Komunikasi Non Verbal / Bahasa Non verbal Menurut Duncan menyebutkan terdapat beberapa jenis pesan non-verbal, yaitu: 1)Pesan kinesik merupakan pesan yang menggunakan gerakan tubuh yang berarti. Pesan ini terdiri dari tiga komponen utama yaitu: a) Pesan fasial Pesan ini menggunakan air muka untuk menyampaikan makna tertentu. b) Pesan gestural Menunjukkan gerakan sebagian anggota badan seperti mata dan tangan untuk mengkomunikasikan berbagai makna. Menurut Galloway, pesan ini berfungsi untuk mengungkapkan: Mendorong/membatasi, menyesuaikan/ mempertentangkan, Responsif/tak responsif, Perasaan positif/negatif, Memperhatikan/tidak memperhatikan, Melancarkan/tidak reseptif serta Menyetujui/menolak. c) Pesan postural Berkaitan dengan keseluruhan anggota badan. Mehrabian menyebutkan tiga makna yang dapat disampaikan postur, yaitu Immediacy Merupakan ungkapan kesukaan atau ketidaksukaan terhadap individu yang lain. Postur yang condong kearah lawan bicara menunjukkan kesukaan atau penilaian positif. Yang kedua Power mengungkapkan status yang tinggi pada diri komunikator. Yang ketiga Responsiveness merupakan individu yang mengkomunikasikannya bila ia
  • 51. 51 bereaksi secara emosional pada lingkungan, baik positif maupun negatif. a) Olfaksi atau Penciuman Bau-bauan telah digunakan manusia untuk berkomunikasi secara sadar maupun tidak sadar. Saat ini orang-orang telah mencoba menggunakan bau-bauan buatan seperti parfum untuk menyampaikan pesan. b) Sensitivitas kulit Pesan sentuhan dan bau- bauan ( tactile and olfactory messages ) termasuk pesan nonverbal, nonvisual dan nonvokal. Alat penerima sentuhan adalah kulit, yang mampu menerima dan membedakan berbagai emosi yang disampaikan orang melalui sentuhan. Berbagai pesan atau perasaan dapat disampaikan melalui sentuhan, tetapi yang paling sering dikomunikasikan antara lain : tanpa perhatian (detached), kasih sayang (mothering), takut (fearful), marah (angry), dan bercanda (playful). c) Pesan artifaktual Pesan ini diungkapkan melalui penampilan, body image, pakaian, kosmetik. Umumnya pakaian kita pergunakan untuk menyampaikan identitas kita, yang berarti menunjukkan kepada orang lain bagaimana perilaku kita dan bagaimana orang lain sepatutnya memperlakukan kita. Selain itu pakaian juga berguna untuk mengungkapkan perasaan (misal pakaian hitam berarti duka cita) dan formalitas (misal sandal untuk situasi informal dan batik untuk situasi formal) d) Prosemik Prosemik adalah pesan yang disampaikan melalui pengaturan jarak dan ruang. Edward T. Hall membagi interaksi sosial dalam 4 zona spasial: • Jarak intim (personal space) Merupakan jarak akrab, dengan jarak 0-18 inch. Individu menerima dengan jelas masukan pancaindera (pengelihatan, panas tubuh orang, suara, bau dan tarikan napas). Jarak 0-6 inch (jarak intimate lovers), merupakan jarak yang terjadi pada saat bercinta,olahraga gulat, saling melindungi. Individu dapat dengan jelas melihat tekstur kulit, kerut,
  • 52. 52 cacat, warna mata, mulut. • Jarak Pribadi/Personal distance Jarak 1,5-4 kaki. Terdiri dari 2 fase: Fase dekat (1,5-2,5 kaki) Terjadi pertukaran sentuhan, bau, pandangan dan isyarat lainnya. Fase ke dua yaitu Fase jauh (2,5-4 kaki) individu dapat saling menyentuh dengan mengulurkan tangan. • Jarak sosial/Social distance Jarak 4-25 kaki. Susunan bangku dan perabotan kantor disusun berdasarkan jarak sosial. Jarak ini dibagi menjadi 2 : Jarak sosial (dekat) 4-7 kaki serta Jarak sosial (jauh) 7-12 kaki • Jarak public Jarak 12-25 kaki 2. Sistem Kekerabatan 1. Pengertian Sistem Kekerabatan Pengertian kelompok kekerabatan merupakan deskripsi mengenai suku bangsa tertentu, Perkawinan merupakan unsur universal yang dilakukan oleh masyarakat di dunia, Perkawinan bukan termasuk kedalam kebudayaan universal saja tetapi di perinci dalam kompleks budaya, dan kompleks sosial sprt, lamaran, upacara pernikahan, perayaan, mas kawin, harta pembawaan pengantin wanita, adat menetap sesudah menikah. 2. Komunitas Komunitas merupakan kesatuan sosial yang terjadi bukan karena adanya ikatan kekerabatan tetapi krn ikatan tempat kehidupan a) in-group dan out-group In-group adalah kelompok sosial dimana individu mengidentifikasi dirinya dalam kelompok tersebut, biasa disebut dengan ”kita”. Sifat in- group biasanya didasarkan pada faktkor simpati dan kedekatan dengan anggota kelompok. Sedangkan Out-group adalah kelompok yang diartikan oleh individu sebagai lawan in-groupnya, biasanya dikenal dengan “mereka”. b) kelompok primer dan sekunder kelompok primer adalah kelompok kecil yang anggotanya memiliki hubungan dekat, personal, dan langgeng. Serta kelompok sekunder