1. KATA PENGANTAR
Puji syukur khadirat Allah SWT. atas berkat dan rahmat-Nya penulis telah dapat
menyelesaikan penulisan makalah ini
Dengan selesainya penulisan makalah ini, maka penulis menyadari bahwa masih
banyak kekurangan dan kekeliruan untuk itu kritik dan saran sangat penulis terapkan guna
kesempurnaan makalah ini.
Atas bantuanya tak lupa penulis ucapkan terima kasih.
Tulang Bawang, 21 Oktober 2012
Penulis
NOVIYANTI
NPM. 090401012
2. BAB I
PENDAHULUAN
a. Latar belakang
Sebuah masalah dapat terjadi apabila ada suatu hal yang mendasari masalah itu,
pembahasan tentang hakikat dasar dan kajian Ilmu Antropologi juga begitu, oleh karena
itu pembahasan tentang itu semua baik itu konsep-konsepnya maupun jalan keluar atau
penyelesaian tercantum dalam makalah ini. Adapun tentang ruang lingkup dan apa yang
terkait tentang dalam administrasi akan tercantum beserta penjelasan dalam makalah ini.
b. Rumusan masalah
Menjelaskan tentang Ruang lingkup perkembangan Antropologi ?
c. Tujuan
Kita dapat mengetahui tentang :
Perkembangan ruang lingkup Antropologi.
3. BAB II
PEMBAHASAN
A. Ruang lingkup perkembangan Antropologi
Antropologi merupakan sebuah ilmu yang mempelajari umat manusia (anthropos).
Secara etimologi, antropologi berasal dari kata anthropos berarti manusia dan logos
berarti ilmu. Antropologi memandang manusia sebagai sesuatu yang kompleks dari segi
fisik, emosi, sosial, dan kebudayaannya. Antropologi sering pula disebut sebagai ilmu
tentang manusia dan kebudayaannya.
Antropologi mulai dikenal banyak orang sebagai sebuah ilmu setelah
diselenggarakannya simposium International Symposium on Anthropologi pada tahun
1951, yang dihadiri oleh lebih dari 60 tokoh antropologi dari negara-negara di kawasan
Ero-Amerika dan Uni Soviet. Simposium ini menghasilkan buku antropologi berjudul
“Anthropology Today” yang di redaksi oleh A.R. Kroeber (1953), “An Appraisal of
Anthropology Today” yang di redaksi oleh S. Tax, dkk. (1954), “Yearbook of
Anthropology” yang di redaksi oleh W.L. Thomas Jr. (1955), dan “Current
Anthropology” yang di redaksi oleh W.L. Thomas Jr. (1956). Setelah simposium ini, di
beberapa wilayah berkembang pemikiran-pemikiran antropologi yang bersifat teoritis,
sedangkan di wilayah yang lain antropologi berkembang dalam tataran fungsi praktisnya.
Dilihat dari perkembangannya, sejarah antropologi dapat dibagi ke dalam 5 fase yaitu
fase pertama bercirikan adanya bahan-bahan deskripsi suku bangsa yang ditulis oleh para
musafir, penjelajah dan pemerintah jajahan. Fase kedua, sampai fase keempat merupakan
kelanjutannya di mana antropologi semakin berkembang baik mencangkup teori maupun
metode kajiannya. Fase ke lima merupakan tahap terbaru yang menunjukkan
perkembangan antropologi setelah tahun 1970-an.
Koentjaraningrat telah membagi perkembangan antropologi dalam 4 fase :
FASE PERTAMA ( sebelum 1800 )
Awal perkembangan ilmu antropologi terjadi ketika orang-orang Eropa Barat mulai
menjelajah ke berbagai benua.
4. Bersama penjelajahan tersebut mulai terkumpul suatu himpunan besar mengenai kisah
perjalanan, laporan dan semacamnya yang merupakan tulisan dan buah tangan para
musafir, pelaut, pendeta penyiar agama Nasrani, penerjemah kitab Injil dan pegawai
pemerintah jajahan.
Himpunan tersebut mulai menarik perhatian orang Eropa karena perbedaaan yang
menarik dari berbagai suku bangsa yang ada.Himpunan tersebut berisi diskripsi tentang
bangsa-bangsa, adat istiadat,susunan masyarakat,bahasa dan ciri-ciri dan suku di bangsa
Afrika, Asia,India, Pribumi benua Amerika ,Oseania namun sifatnya kabur , tidak teliti
dan biasanya hanya memperhatikan hal-hal yang menurut orang Eropa aneh dan menarik
untuk ditulis.
Dikalangan terpelajar Eropa Barat kemudian muncul 3 sikap bertentangan orang-orang
Asia ,Afrika, Osenian,dan Indiapun begitu yaitu
1. Beranggapan bahwa sebenarnya orang-orang tersebut bukan manusia akan tetapi
semacam iblis,dan lain-lain.untuk para kaum Pribumi
2. Mengenal kaum pribumi sebagai masrakat baru yang masih murni, belum mengenal
kejahatan seperti pada bangsa Eropa Barat pada saat itu.
3. Pandangan tentang hasil kebudayaan masyarakat pribumi yang menurutnya aneh
bisa dimanfaatkan untuk berdirinya museum untuk mengumpulkan segala hasil
budaya segala bangsa.
FASE KEDUA ( pertengahan abad ke 19 )
Fase ini merupakan fase ketika upaya mengintegrasikan bahan etnografi mulai dilakukan
dengan sungguh-sungguh.
Dalam fase kedua ini dapat dianggap bahwa penelitian etnografi mulai berkembang
menjadi ilmu antropologi.
Himpunan deskripsi bangsa-bangsa ( etnografi ) mulai dibuatkan karangan ilmiah dengan
pendekatan evolusi manusia.
Menurut orang Eropa adanya keanekaragaman adat berbagai suku bangsa sangat
dipengaruhi oleh evolusi atau perkembangan kebudayaan manusia, mulai yang primitif
sampai yang modern, hanya saja para peneliti yaitu orang-orang Eropa Barat
5. menempatkan dirinya sebagai golongan orang yang modern dan diluar mereka dianggap
orang primitif yang memiliki kebudayaan yang unik.
Dalam fase ini antropologi masih bersifat ilmu akademis, artinya tidak mempunyai suatu
tujuan secara langsung yang bersifat penerapan praktis dan hanya dipelajari oleh
kalangan sarjana di akademi maupun universitas dengan menganggap keunikan budaya
bangsa-bangsa yang ada sebagai keprimitifan yang perlu dikaji.
FASE KETIGA ( permulaan abad ke 20 )
Pada fase ini antropologi mulai menjadi suatu ilmu praktis yang bertujuan
mempelajari masyarakat dan kebudayaan suku-suku bangsa di luar Eropa untuk
kepentingan pemerintah kolonial.
FASE KEEMPAT ( sesudah tahun 1930 )
Pada masa ini antropologi mengalami perkembangan yang paling luas, dengan
ditandai dua peristiwa besar yaitu musnahnya bangsa-bangsa primitif atau bangsa-bangsa
jajahan pasca perang dunia II dan diadakannya simposium internacional antropologi
yang dihadiri oleh lebih dari 60 ahli antropologi dari berbagai bangsa.
Dalam fase ini antropologi tidak hanya bersifat akademis ataupun praktis saja tetapi
antropologi memiliki kedua sifat tersebut yakni akademis dan praktis.
Secara akademis antropologi bertujuan untuk mencapai pengertian tentang makhluk
manusia pada umumnya dengan mempelajari aneka warna bentuk fisik, masyarakat dan
kebudayaannya.
Secara praktis antropologi mempunyai tujuan mempelajari manusia dalam aneka warna
masyarakat suku bangsa guna membangun masyarakat suku bangsa tersebut.
Menurut Kontjaraningrat, antropologi di Indonesia hampir tidak terikat oleh tradisi
antropologi manapun dan belum mempunyai tradisi yang kuat. Oleh karena itu seleksi
dan kombinasi dari beberapa unsur atau aliran dapat dipilih sesuai dengan kebutuhan
masalah-masalah kemasyarakatan yang dihadapi.
6. A. PERKEMBANGAN ANTROPOLOGI MASA KINI
Pebedaan-Perbedaan di Berbagai Pusat Ilmiah. Uraian mengenai keempat fase
perkembangan ilmu antropologi di atas tadi adalah perlu untuk suatu pengertian
tentang tujuan dan ruang-lingkupnya.
Di Amerika Serikat ilmu antropologi telah memakai dan mengintegrasikan seluruh
warisan bahan dan metode dari ilmu antropologi dalam fasenya yang pertama, kedua,
ketiga, ditambah dengan berbagai spesialisasi guna mendapatkan pengertian tentang
dasar-dasar dari keanekaragaman wujud dari masyarakat dan kebudayaan manusia
yang ada sekarang.
Di Inggris serta negara-negara yang ada di bawah pengaruhnya, seperti Australia,
Ilmu antropologi dalam fase perkembangannya yang ketiga masih dilakukan,tetapi
dengan hilangnya daerah-daerah jajahan Inggris sifatnya pasti akan berubah juga.
Pada waktu daerah seperti Papua Niugini dan kepalauan Malanesia masih jadi daerah
jajahannya, daerah tersebut kemudian di pelajari dan digunakan sebagai keperluan
pemerintah setempat.
Di Eropa Tengah seperti Jerman, Austria dan swiss, hingga hanya kira-kira 15 tahun
yang lalu ilmu antropologi di sana masih bertujuan mempelajari bangsa-bangsa di
luar Eropa untuk mencapai pengertian tentang sejarah.
Di Eropa Utara, di negara-negara Skandinavia, ilmu antropologi untuk sebagian
bersifat akademikal seperti di Jerman dan Austria.
Di Rusia ( Uni Soviet ) perkembangan ilmu antropologi tidak banyak dikenal di
pusat-pusat ilmiah lain di dunia, karena Rusia hingga kira-kira sekitar tahun 1960
memang seolah-olah mengisolasikan diri dari dunia lainnya.
Di Indonesia sekarang telah dikembangkan tentang ilmu Antropologi yang khas di
Indonesia, dalam menentukan dasar antropologi kita tidak terikat atas tradisi
sehingga dalam mengembangkan itu kita dapat mengkombinasikan dan memilah
yang mana untuk mengembangkan Negara lain, dan diselaraskan kepada masalah
yang ada di masyarakat Indonesia.
7. Perbedaan istilah yang ada diberbagai Negara untuk dipergunakan, berikut ini akan
dijelaskan istilah yang lazim dipakai beserta artinya,
Ethnography (pelukisan atau deksripsi tentang bangsa-
bangsa) digunakan di Eropa Barat.
Ethnology ( Ilmu bangsa-bangsa )
Digunakan di Amerika & Inggris
Voelkerkunde (Ilmu bangsa-bangsa )
dipakai Di Eropa Tengah sampai sekarang.
Kulturkunde ( Ilmu kebudayaan dipakai di Amerika Anthropology (Ilmu tentang
manusia ) yang merupakan pergantian makna yang mana dahulu merupakan arti
dari ilmu tentang ciri-ciri tubuh manusia, dipakai di inggris & amerika , Di Eropa
Barat & Eropa Tengah Diartikan sebagai ilmu tentang Ras manusia dipandang dari
ciri-ciri fisiknya.
Cultural Anthropology (Ilmu tentang tubuh manusia) dipakai di Amerika dan Di
Indonesia dipakai dalam arti tentang kebudayaan.
B. ILMU-ILMU BAGIAN DARI ANTROPOLOGI
Menurut Koentjaraningrat (1997) setelah diadakan kajian ulang, maka batas lapangan
penelitiannya hanya meliputi 5 masalah penelitian khusus, yaitu:
a. masalah sejarah asal dan perkembangan manusia/evolusi manusia secara
biologis
b. masalah sejarah terjadinya aneka warna makhluk manusia di pandang dari
sudut cirri-ciri tubuhnya.
c. masalah sejarah asal, perkemabnagan dan penyebaran aneka warna bahasa
yang diucap manusia di muka bumi
d. masalah perkembangan, penyebaran, dan terjadinya aneka warna kebudayaan
manusia di seluruh muka bumi
e. masalah mengenai asas-asas kebudayaan manusia dalam kehidupan
masyarakat dari semua suku bangsa yang tersebar di muka bumi masa kini.
8. Dengan pengkajian masalah khusus tersebut yang kemudian diimbangi oleh
ketajaman model penelitian dan analisis datanya, maka muncullah ilmu-ilmu bagian
antropologi:
a. Paleoantropologi, ilmu bagian yang membahas soal asal-usul atau terjadi dan
evolusi manusia dengan mempergunakan bahan-bahan penelitian berupa sisa-
sisa tubuh yang telah membatu (fosil).
b. Antropologi fisik, mencoba mencari sesuatu pengertian tentang sejarah
terjadinya aneka warna makhluk hidup dipandang dari sudut cirri-ciri
tubuhnya, ex. Warna kulit, bentuk rambut, volume tengkorak, golongan darah.
Mengelompokan atas cirri khusus ini kemudian memunculkan konsep tentang
„ras‟.
c. Etnolinguistik, mempelajari tentang artikulasi dan fenomena keragaman
manusia dari aspek keragaman manusia dari aspek bahasa, tata bahasa, dan
cirri bahasa dari manusia selaku pendukung kebudayaan.
d. Prehistori, mempelajari tentang sejarah perkembangan dan penyebaran semua
kebudayaan manusia di bumi sejak belum mengenal huruf
e. Etnologi, mencoba mencari pengertian tentang pengertian mengenai asas-asas
manusia dengan mempelajari aneka warna kebudayaan yang ada dalam
kehidupan manusia. Etnologi mendeskripsikan bangsa dan dasar ras dan
kebudayaan, menjelaskan tentang penyebarannya masa kini dan masa lampau
serta difusi atau penyebaran kebudayaan manusia. Terdapat 2 aliran kajian
dalam etnologi :
Descriptive integration, mengolah dan mengintegrasikan menjadi 1 hasil-
hasil penelitian dan hanya 1 daerah tertentu saja
Generalizing approach (sincronikpantropologi social), mengolah dan
m,engintegrasikan menjadi 1 hasil-hasil penelitian dari sebanyak mungkin
daerah kemudian dicari persamaan dan perbedaannya.
9. C. HUBUNGAN ANTARA ANTROPOLOGI BUDAYA ATAU SOSIAL DAN
SOSIOLOGI
Sosiologi merupakan salah satu ilmu yang sangat dekat dengan antropologi, seperti
yang kita ketahui antropologi-sosial berusaha mencari unsur-unsur persamaan aneka
warna masyarakat dan bedudayaan masyarakat dimuka bumi, dengan tujuan untuk
mencapai pengertian tentang azas-azas hidup masyarakat dan kebudayaan manusia
pada umumnya. Hal tersebut akhir-akhir ini menjadi tujuan dari ilmu sosiologi,
sehingga dilihat dari tujuannya kedua ilmu ini seolah-olah sama. tetapi ada hal yang
mendasar yang berbeda dari kedua disiplin ilmu tersebut. Perbedaannya yaitu :
a) Kedua ilmu tersebut mempunyai asal mula dan sejarah perkembangan yang
berbeda. Ilmu antropologi dimulai sebagai himpunan bahan keterangan
tentang masyarakat dan kebudayaan penduduk pribumi di daerah luar Eropa
untuk menjadi suatu ilmu khusus karena kebutuhan masyarakat Eropo untuk
mendapat pengertian tentang tingkatan-tingkatan permulaan dalam sejarah
dan perkembangan masyarakat dan kebudayaannya sendiri. Sebaliknya,
sosiologi dimulai sebagai suatu filsafat yang menjadi suatu ilmu filsafat yang
menjadi ilmu khusus karena krisis masyarakat Eropa menyebabkan orang
eropa memerlukan suatu ilmu pengetahuan yang lebih mendalam mengenai
azas-azas masyarakat dan kebudayaannya sendiri.
b) Asal mula sejarah yang berbeda menyebabkan adanya suatu perbedaan
pengkhususan kepada pokok dan bahan penelitian dari kedua ilmu tersebut.
Sejarah perkembangan ilmu antropologi telah menyebabkan bahwa ilmu ini
sejak awal hingga sekarang terutama kepada pokok kajian dalam berbagai
masyarakat dan kebudayaan suku-suku bangsa yang hidup diluar kebudayaan
bangsa Eropa dan AS. Sebaliknya sosiologi sejak awal telah menyebabkan
ilmu ini hingga kini ditujukan kepada objek penelitian dalam masyarakat dan
kebudayaan serta bangsa-bangsa yang hidup dalam lingkungan kebudayaan
Ero-As, walaupun sekarang telah ada orientasi yang juga memfokus objeknya
pada masyarakat pribumi diluar bangsa eropa-AS. Dan untuk masa sekarang
perbedaan tersebut telah memudar mengingat adanya kecenderungan analisis
dan penelitian terbalik, yaitu yang semula sosiologi terkesan seolah penelitian
10. kota, mengarah kepada pedesaan sehingga muncul disiplin ilmu sosiologi
pedesaan. Dan antropologi yang semula lebih kepada daerah pedesaan
sekarang telah merambah ke masyarakat perkotaan.
c) Metode ilmiah dari antropologi social dan sosiologi. Antropologi memiliki
pengalaman yang lama dalam penelitian kebudayaan suku-suku bangsa.
Pengalaman meneliti masyarakat dalam skala kecil ini telah memberikan
kesempatan kepada para ahli antropologi untukmengembangkan berbagai
metode penelitian yang bersifat mendalam, seperti misalnya metode
wawancara. Dengan demikian kerangka analisisnya menggunakan pola
kualitatif. Sebaliknya, ilmu sosiologi lebih memusatkan perhatiannya pada
unsure-unsur dan gejala khusus dalam masyarakat dengan menganalisis
kelompok-kelompok social yang bersifat khusus saja, hubungan antara
kelompok-kelompok atau individu atau proses yang terdapat dalam kehidupan
suatu masyarakat. Jadi sosiologi banyak menggunakan metode penelitian
yang bersifat penelitian meluas, seperti menggunakan metode angket dengan
kerangka analisis kualitatif.
D. HUBUNGAN ANTROPOLOGI DAN ILMU-ILMU LAIN.
antropologi bukanlah satu-satunya ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang
manusia. Dibawah ini diuraikan hubungan beberapa ilmu lain dengan antropologi.
1) Ilmu geologi dan antropologi
Bantuan Ilmu geologi dalam mempelajari tentang cirri-ciri lapisan bumi serta
perubahan-perubahannya, sangat dibutuhkan oleh subilmu paleoantropologi
dan prehistori dalam menetapkan umur relative dari fosil-fosil makhluk primat
dan fosil manusia dari zaman dahulu, serta artefak atau barang-barang hasil
kebudayaan tempo dulu yang digali dari dalam bumi.
2) ilmu paleoantropologi dan antropologi
bantuan ilmu ini yang mengkaji tentang fosil makhluk hidup dari zaman
dahulu bertujuan untuk membuat suatu rekonstruksi tentang proses evolusi
bentuk makhluk-makhluk yang pernah ada dimuka bumi merupakan ilmu
11. Bantu yang sangat penting bagi antropologi. Fosildapat berupa sisa bagian
tubuh manusia atau tumbuhan yang terkubur di dalam tanah.
3) ilmu anatomi dan antropologi
ilmu ini diperlukan oleh antropoloi dalam usaha untuk mendapatkan
pengertian tentang soal asal mula dan penyebaran manusia serta hubungan
antar ras-ras didunia. Melalui kajian penelitian tentang cirri-ciri dari berbagai
tengkorak dan bagian tubuh manusia pada umumnya (yang pada dasarnya
menjadi dasar ilmu anatomi)
4) ilmu kesehatan masyarakat dan antropologi
antropologi memberikan kepada dokter kesehatan masyarakat yang akan
bekerja di berbagai daerah dengan aneka warna kebudayaan, metode dan cara
untuk mengerti dan menyesuaikan diri dengan kebudayaan dan adapt istiadat
setempat.
5) ilmu psikiatris dan antropologi
ilmu ini menjebatani kajian kebudayaan dan kepribadian dalam menelaah
suatu kelompok suku bangsa.
6) ilmu linguistic dan antropologi
ilmu linguistic sangat dibutuhkan karena merupakan suatu hal yang mustahil
apabila antropolog mengadakan openelitian tanpa mengenal dn memahami
bahasa suku bangsa yang akan diteliti
7) ilmu arkeologi dan antopologi
ilmu ini diperlukan oleh sub ilomu prehistori yang bermaksud mengetahui
sejarah perkembangan kebudayaan manusia dan suku-suku bangsa sejak
sebelum mengenal tulisan sampai kepada masa sekarang.
8) ilmu sejarah dan antopologi
merupakan ilmu Bantu yang penting karena kaitannya dengan mengenal
sejarah awal perkembangan nya suatu suku bangsa yang dijadikan objek
kajian/penelitian.
9) ilmu administrasi dan antopologi
ilmu ini sangat dibutuhan terutama agar data-data penelitian yang diperoleh
dapat terhimpun dalam suatu kumpulan yang baik sehingga dapat
memudahkan dalam kajian-kajian di masa yang akan dating.
10) ilmu politik dan antopologi
12. dalam penulisan sebuah deskripsi etnografi tentang masyarakat suatu suku
bangsa akan seorang peneliti antropologi akan berhadapan dengan kekuatan
dan proses politik setempat.
11) ilmu geografi dan antopologi
geologi adalah ilmu tantang alam dunia yang memebrikan lukisan tentang
bumi serta cirri-ciri dari segala bentuk hidup yang menduduki muka bumi.
Antropologi yang membahas tentang manusia sebagai salah satu mahluk di
bumi sangat memerlukan bantuan ilmu ini.
12) ilmu ekonomi dan antopologi
ilmu ekonomi mempunyai hubungan yang timbale balik dengan antropologi.
Mengkaji bagaimana prilaku ekonomi suatu masyarakat suku bnagsa tidak
akan lepas dari bagaimanakah sikap dasar masyarakat, struktur suatu
masyarakat, cara berfikir, dan cara pandang dan sebagaimana.
13) ilmu hukum adat dan antopologi
metode penelitian antropologi banyak dipergunakan oleh peneliti hokum adapt
sejak permulaan abat-20. antropologi penting karena hokum adapt bukan
merupakan suatu system hokum yang telah diabstaksikan sebagai aturan-
aturan dalam kitab undang-unsang melainkan timbul dan hidup langsung dari
masalah perdata yang berasal dalam aktivitas.
14) Hubungan antara ilmu administrasi dan antropologi.
Ilmu administrasi tentu akan menghadapi masalah-masalah yang sama seperti
ilmu ekonomi.
15) Hubungan antara ilmu politik dan antropologi.
Ilmu politik telah melebarkan perhatiannya ke masalah-masalah yang
menyangkut latar belakang sosial budaya dari kekuatan-kekuatan politik.
16) Ilmu gabungan mengenai tingkah laku manusia.
Tingkah laku dan tindakan manusia tidak hanya diteliti antropologi melainkan
juga oleh berbagai ilmu sosial sepertisosiologi dan psikologi.
13. E. METODE ILMIAH DARI ANTROPOLOGI BUDAYA ATAU SOSIAL DAN
SOSIOLOGI
Metode Ilmiah. Adalah semua cara yang dapat digunakan dalam ilmu tersebut untuk
mencapai suatu kesatuan pengetahuan. Kesatuan pengetahuan dapat dicapai dalam
ilmu yang bersangkutan melalui tiga tingkat, yaitu:
1. Pengumpulan fakta
Pengumpulan fakta. Dalam kenyataan, aktivitas pengumpulan fakta disini terdiri
dari berbagai metode observasi, mencatat, mengolah, dan mendeskripsi fakta-
fakta yang terjadi dalam suatu masyarakat yang hidup.
Metode-metode pengumpulan fakta dalam ilmu pengetahuan dapat
dibagi dalam tiga golongan yang mempunyai perbedaan pokok, yaitu:
1. Penelitian di lapangan
2. Penelitian di laboratorium
3. Penelitian perpustakaan
2. Penentuan ciri-ciri umum dan system
Penentuan ciri-ciri umu dan system. Merupakan suatu tahap dalam cara berpikir
ilmiah, yang bertujuan untuk menentukan ciri-ciri umum dan system yang
digunakan untuk menganalisa fakta-fakta yang telah terkumpul dalam suatu
penelitian. Induktif yaitu dari pengetahuan tentang peristiwa-peristiwa dan fakta-
fakta yang nyata,kepada konsep-konsep mengenai ciri-ciri umum yang lebih
abstrak. Mengenai kehidupan masyarakat dan kebudayaan, disamping
pengetahuan yang berupa kaidah-kaidah sosial budaya.
3. Verifikasi
Dilakukan dalam kenyataan alam atau dalam masyarakat yang hidup, terhadap
kaidah-kaidah yang telah dirumuskan atau kaidah-kaidah yang dimaksudkan
untuk memperkuat suatu pengertian yang telah ada. Secara deduktif, yaitu dari
perumusan umum ke fakta-fakta yang ada. Metode verivikasi yang bersifat
kualitatif. Untuk memperkuat pengertian dengan cara menerapkannya secara rinci
pada kenyataan, yaitu pada beberapa masyarakat yang ada.
14. Pada metode-metode kuantitatif verfikasi dilakukan dengan cara mengumpulkan
sebanyak mungkin fakta dari kejadian-kejadian dan gejala-gejala sosial budaya
yang sama atau menunjukkan persamaan yang mendasar, yang disebut metode
statistik.
F. TENAGA AHLI, LEMBAGA, MAJALAH & PRASARANA ANTROPOLOGI
Kehidupan ilmiah. Suatu cabang pengetahuan dapat dikatakan “hidup” apabila para
ahli dalam bidang ilmu pengetahuan tersebut melakukan kegiatan-kegiatan penelitian
untuk memecahkan berbagai macam masalah. Karena suatu penelitian biasanya
memerlukan pendanaan yang besar, maka untuk menyokong kegiatan-kegiatan
peneltian itu diperlukan kehadiran badan-badan yang dapat menompang kegiatan-
kegiatan, yaitu perguruan-perguruan tinggi dan yayasan-yayasan.
Tugas lembaga ilmiah pada umumnya adalah menyelenggarakan pertemuan dan
kongres-kongres dan menerbitkan majalah ilmiah dan membiayai proyek penelitian.
Kegiatan ilmiah biasanya dilakukan oleh tenaga ahli dan sarjana yang telah dilatih
dalam mengembangkan masalah-masalah dalam lapangan suatu cabang ilmiah dan
dalam hal meneliti masalah-masalah tadi.
Dalam melakukan penelitian biasanya memerlukan biaya yang tidak sedikit, sehingga
harus ada badan-badan atau lembaga yang mendorong untuk melakukan kegiatan
penelitian para ahli tersebut. Badan atau lembaga tersebut biasanya adalah perguruan-
perguruan tinggi, disamping bertugas mengerjakan, juga berusaha mengembangkan
berbagai macam cabang ilmiah.
Majalah merupakan sarana yang penting untuk membantu kelancaran kegiatan
penelitian, maka dari itu tenaga ahli atau sarjana yang sedang melakukan kegiatan
penelitian harus mempunyai majalah yang berkaitan tentang kegiatan penelitian
tersebut.
15. BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Antropologi mulai dikenal banyak orang sebagai sebuah ilmu setelah
diselenggarakannya simposium International Symposium on Anthropologi pada tahun
1951, yang dihadiri oleh lebih dari 60 tokoh antropologi dari negara-negara di kawasan
Ero-Amerika dan Uni Soviet. Simposium ini menghasilkan buku antropologi berjudul
“Anthropology Today” yang di redaksi oleh A.R. Kroeber (1953), “An Appraisal of
Anthropology Today” yang di redaksi oleh S. Tax, dkk. (1954), “Yearbook of
Anthropology” yang di redaksi oleh W.L. Thomas Jr. (1955), dan “Current
Anthropology” yang di redaksi oleh W.L. Thomas Jr. (1956). Setelah simposium ini, di
beberapa wilayah berkembang pemikiran-pemikiran antropologi yang bersifat teoritis,
sedangkan di wilayah yang lain antropologi berkembang dalam tataran fungsi praktisnya.
Dilihat dari perkembangannya, sejarah antropologi dapat dibagi ke dalam 5 fase yaitu
fase pertama bercirikan adanya bahan-bahan deskripsi suku bangsa yang ditulis oleh para
musafir, penjelajah dan pemerintah jajahan. Fase kedua, sampai fase keempat merupakan
kelanjutannya di mana antropologi semakin berkembang baik mencangkup teori maupun
metode kajiannya. Fase ke lima merupakan tahap terbaru yang menunjukkan
perkembangan antropologi setelah tahun 1970-an.
16. DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka
Cipta.
Hardjanti, Kartika S. 2007. Materi Ajaran Antropologi pada Suspan Sesko Angkatan 2007.
Dikutip dari Http:// www.wodpress.com. (diakses pada tanggal 12-02-2010 pukul 21.50
WIB).
Ihromi,T.Q. 2006. Pokok-Pokok Antropologi Budaya. Jakarta : Yayasan obor Indonesia
Universitas Indonesia.
Kontjaraningrat. 1981. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta : Rineka Cipta.
Koentjaraningrat.2002. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta : Rineka Cipta.