Dokumen tersebut membahas tiga model pembelajaran kelas rangkap menurut Katz (1992), yaitu combined grades, continuous progress, dan mixed age grouping. Model combined grades dinilai paling cocok untuk diterapkan di Indonesia karena hanya melibatkan tingkatan kelas yang berdekatan dan sesuai dengan kurikulum serta interaksi sosial antar siswa.
1. TUGAS
INOVASI PENDIDIKAN DASAR
3 MODEL PEMBELAJARAN KELAS RANGKAP
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Inovasi Pendidikan
Dasar
Dosen Pengampu : Herdi Mulyana, M.Pd.
Oleh :
Rofiani Intan Widuri Cahyaningrat
NIM. 15842018
Kelas A Semester 7
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
(STKIP) – GARUT
2018
2. 1
1. Katz (1992), menegaskan bahwa kelas rangkap dilaksanakan tidak hanya
karena alasan-alasan letak gegorafis, kekurangan murid, atau kekurangan
tenaga guru, akan tetapi lebih dari itu adalah bagaimana meningkatkan mutu
pendidikan melalaui fasilitasi yang tinggi bagi perkembangan dan potensi
siswa. Oleh karena itu dia mengembangkan tiga jenis kelas rangkap dalam
rangka pembelajaran; 1) Combined grades, 2) Continuous progress, 3) Mixed
age/multiage grouping.
a. Model pertama Combine grades; atau juga dikatakan sebagai combined
classess, dimana dalam satu kelas terdapat lebih dari satu tingkatan kelas
anak. Membagi kelas menjadi beberapa bagian sesuai dengan tuntutan
kurikulum untuk beberapa tingkatan atau hanya dua tingkatan. Tujuan
utamanya adalah untuk memaksimalkan kemampuan siswa dan
pemahaman lingkungan juga meningkatkan sikap dan pengalaman dalam
kelompok-kelompok umur yang berbeda.
b. Model kedua Continuous progrees; model ini berupa kelompok anak
dengan pencapaian kurikulum yang tinggi dimana proses belajar mengajar
melihat keberlanjutan pengalaman dan tingkat perkembangan anak, dalam
model ini setiap anak berkesempatan untuk terus berkelanjutan dalam
mengikuti setiap tingkatan kelas sesuai dengan lama sekolah, tujuannya
adalah setiap anak berkesempatan untuk memperoleh keuntungan dari
perbedaan umur dan perbedaan sikap dan kemampuan ketika belajar
bersama.
3. 2
c. Model ketiga Mixed age/multiage grouping; dimana proses pembelajaran
dan praktek kurikulum memaksimalkan keuntungan dari berinteraksi dan
bekerjasama dari beragam umur. Dalam model ini grup dibuat secara
fleksibel atau proses re-gruping anak dibuat dalam kelompok umur, jenis
kelamin, kemampuan, mungkin terjadi satu guru mengajar untuk lebih dari
satu tahun.
Alasan dengan menggunakan model berbagai tingkatan umur ini multiage
grouping ini adalah:
a. Memberikan kesempatan kepada anak untuk belajar tanpa rasa takut
dan salah.
b. Siswa disediakan kegiatan dengan berbagai jenis.
c. Dengan model ini memungkinkan anak dapat belajar tentang aspek
sosial, pemahaman tentang diri dan orang lain, kepercayaan diri dan
konsep diri, partisipasi anak dalam kelompok, pada akhirnya dapat
meningkatkan hubungan sosial dan pertemanan.
d. Tidak ada titik signifikansi antara kelompok umur tertentu dengan
beragam umur dalam pencapaian prestasi di kelas.
4. 3
2. a. Persamaan:
1) Seorang guru mengajar dalam satu ruangan kelas atau lebih, dalam
saat yang sama, dan menghadapi dua atau lebih tingkat kelas yang
berbeda.
2) Menangani alasan geografis yang sulit dijangkau, demografis,
kekurangan guru, terbatasnya ruang kelas, banyak guru yang
berhalangan hadir, kekurangan siswa, psikologis siswa, dan faktor
keamanan seperti di daerah pengungsi.
3) Sesuai pada prisnsip yang mendasari Pembelajaran Kelas Rangakap,
yaitu: Terjadinya keserempakan kegiatan pembelajaran, kadar tinggi
waktu keaktivan akademik, murid harus aktiv/student centered, kontak
psikologis guru dan murid yang berkelanjutan, dan terjadi pemanfaatan
sumber secara efisien.
4) Anak belajar secara berkelompok, yang membiasakan murid belajar
secara mandiri.
5) Untuk meningkatkan mutu pendidikan melalui fasilitas yang tinggi
bagi perkembangan dan potensi siswa.
b. Perbedaan:
Terdapat pada tujuan utamanya dan pada pola pelaksanaan
pembelajarannya.
Model pertama Combine grades. Tujuan utamanya adalah untuk
memaksimalkan kemampuan siswa dan pemahaman lingkungan juga
meningkatkan sikap dan pengalaman dalam kelompok-kelompok umur
yang berbeda.
Pembelajarannya hanya dilaksanakan disatu ruangan yang terdiri dari
dua kelas/tingkatan. Misalnya kelas 1 dengan kelas 2, dan seterusnya.
5. 4
Model kedua Continuous progrees. Tujuannya adalah setiap anak
berkesempatan untuk memperoleh keuntungan dari perbedaan umur
dan perbedaan sikap dan kemampuan ketika belajar bersama.
Pembelajaran dilaksanakan secara berlanjut yang mendasarkan/melihat
pada kemampuan anak.
Misalnya, anak kelas 1 dapat mempelajari mata pelajaran kelas 2
dalam kurun waktu yang relatif singkat apabila anak tersebut sudah
mencapai tujuan dari kompetensi setiap mata pelajaran/sudah terkuasai
begitu juga seterusnya.
Bisa disebut dengan akselerasi/percepatan.
Model ketiga Mixed age/multiage grouping. Tujuan utamanya adalah
dimana proses pembelajaran dan praktek kurikulum memaksimalkan
keuntungan dari berinteraksi dan bekerjasama dari beragam umur.
Pembelajaran berdasarkan kelompok yang heterogen, yaitu berbagai
umur, jenis kelamin, dan kemampuan.
Misalnya, umur 7 tahun disatukan dengan umur 9 dan 11 tahun.
Pembelajaran dapat berlangsung secara fleksibel, tergantung pada apa
yang telah didapatkan dan yang harus didapatkan untuk mencapai
tujuan kurikulum.
Oleh karenanya beberapa perbedaan yang terdapat pada siswa dilebur
menjadi satu kelompok maka, satu guru mengajar untuk lebih dari satu
tahun.
3. Menurut saya, yang lebih cocok diterapkan di Indonesia adalah model
pertama, combine grades.
Beberapa alasannya:
a. Karena, Pembelajaran Kelas Rangkap (PKR) hanya efektif dengan
mempertimbangakan level kelas, misalnya kelas 1 dengan kelas 2, kelas 2
dengan kelas 3, dan seterusnya.
6. 5
b. Anak memiliki sikap yang wajar dan baik sesuai dengan umurnya (umur
tidak terlalu berbeda jauh). Artinya sikap tersebut tidak jauh
berbeda/mencolok dengan “adik kelas” atau “kakak kelasnya” karena
hanya berbeda satu tingkatan, dan sesuai dengan alam interaksi (bahasa
dan gaya komunikasi) mereka.
c. Hal ini tidak terlepas pada kurikulum di Indonesia saat ini. Pelajaran akan
jauh lebih bermaka, memudahkan guru dalam menyampaikan pelajaran,
dan mencakup kompetensi pengetahuan, sikap, dan psikomotoriknya.
Karena dalam model combine grades tujuan utamanya adalah untuk
memaksimalkan kemampuan siswa dan pemahaman lingkungan juga
meningkatkan sikap dan pengalaman dalam kelompok-kelompok umur
yang berbeda.
d. Anak-anak dapat belajar dan mengkonstruksi pengetahuan yang telah
didapatnya, dengan mempelajari kembali tingkatan sebelum dan
sesudahnya, agar kemampuannya maksimal. Untuk anak kelas 1 misalnya,
belajar dengan anak kelas 2, maka nanti anak kelas 1 sudah memperoleh
pengetahuan. Untuk anak kelas 2, mereka akan memahami kembali
pelajaran-pelajaran selama di kelas 1. Ini memudahkan guru dalam
penyampaikan pelajaran.