SlideShare a Scribd company logo
1 of 18
RIZKY AULIA FITRI, S.H., M.H.
 Arti “kesusilaan” berarti perihal susila. Kesusilaan mempunyai pengertian ttg budi
bahasa, sopan santun, kesopanan. Keadaban, adat istiadat dan tertib yg baik.
 Dlm prespektif masyarakat kesusilaan itu adalah kelakuan yg benar atau salah,
khususnya dlm hal yg berhubungan dgn kejadian seksual.
 Delik kesusilaan diatur dalam Bab XIV buku II KUHP dengan judul “kejahatan
terhadap kesusilaan” yang dimulai dengan pasal 281 KUHP sampai dengan Pasal 297
KUHP.
 Perbuatan yg dapat dikatagorikan sbg delik ini sangat sulit untuk dirumuskan secara
tegas, kejahatan thdp kesusilaan pd kenyataannya tidak hanya menyangkut masalah
seksual saja, nilai kesusilaan tidak hanya terdpt dlm hubungan pribadi saja, ttpi jg
dlm hubungan pergaulan rumah tangga, kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara, seperti kejahatan yg terbaru, yaitu kejahatan dunia maya Informasi dan
Teknologi Informasi (ITE).
Kejahatan thdp Kesusilaan adalah kejahatan mengenai kejahatan norma-norma dlm
kehidupan sehari-hari / kesusilaan yg berhubungan atau ada sangkut pautnya dlm
kesusilaan.
1. Perkosaan, baik masih berupa percobaan maupun yang sudah merupakan
tindakan nyata
2. Surat-surat, telepon dan benda-benda yang bersifat seksual yang tidak
diinginkan. (fetish)
3. Desakan untuk melakukan tindakan seksual yang tidak diinginkan
4. Desakan untuk berkencan
5. Sentuhan, sandaran, penyudutan atau cubitan yang tidak diinginkan
6. Pandangan atau Gerakan-Gerakan yang bersifat seksual dan tidak
diinginkan
7. Olok-olok, gurauan, pernyataan atau pertanyaan yang bersifat seksual dan
tidak diinginkan
1. Melanggar Kesusilaan di Depan Umum
Kejahatan yang melanggar kesusilaan dirumuskan dalam Pasal 281 KUHP yang
berbunyi:
1e. Barangsiapa dengan sengaja secara terbuka melanggar kesusilaan;
2e. Barangsiapa dengan sengaja dihadapan orang lain yang ada disitu bertentangan
dengan kehendaknya, melanggar kesusilaan.
Unsurnya:
- di muka umum
- Ada orang yang merasa risih dengan perbuatan itu.
2. Kejahatan Pornografi
Kejahatan pornografi dimuat dalam Pasal 282 KUHP. Rumusan kejahatan pada ayat (1)
dan ayat (2). Sedangkan pada ayat (3) dirumuskan tentang alasan pemberatan pidana
dari kejahatan pornografi dalam ayat (1).
Tiga bentuk kejahatan pornografi pada ayat (1) Pasal 282 KUHP, yaitu:
1. Orang yang melakukan perbuatan menyiarkan, mem-pertunjukkan atau menempelkan
di muka umum tulisan, gambar atau benda yang diketahuinya melanggar kesusilaan;
2. Orang yang dengan maksud untuk disiarkan, dipertunjukkan atau ditempelkan di muka
umum, melakukan perbuatan membuat tulisan, gambar, atau membuat benda,
memasukkan-nya ke dalam negeri, atau memiliki persediaan tulisan, gambar atau benda
yang diketahuinya melanggar kesusilaan;
3. Orang yang secara terang-terangan atau dengan menyiarkan tulisan, gambar atau benda
tanpa diminta, menawarkannya atau menunjukkannya sebagai bisa diperoleh yang
diketahuinya isinya melanggar kesusilaan.
Perbedaan kejahatan pornografi pada ayat (1) dan ayat (2) Pasal 282 KUHP yaitu pada unsurnya; ayat
(1) dengan unsur “kesengajaan” atau “dolus”. Sedangkan ayat (2) karena unsur “kelalaian” atau
“culpa”.
Kejahatan kesusilaan dalam hal persetubuhan dimuat dalam 5 pasal, yaitu:
 Pasal 284 tentang perzinahan (adultery)
 Pasal 285 tentang perkosaan (rape)
 Pasal 286 tentang bersetubuh dengan perempuan bukan isterinya dalam
keadaan pingsan
 Pasal 287 tentang bersetubuh dengan perempuan yang belum berumur 15
tahun yang bukan isterinya
 Pasal 288 tentang bersetubuh dalam perkawinan dengan perempuan yang
belum waktunya dikawini.
Kejahatan zina dirumuskan dalam Pasal 284 ayat (1) terdiri dari empat macam
larangan:
 Seorang laki-laki yang telah kawin melakukan zina;
 Seorang perempuan yang telah kawin melakukan zina;
 Seorang laki-laki turut berzina dengan seorang perempuan yang diketahuinya telah
kawin;
 Seorang perempuan yang turut berzina dengan seorang laki laki yang diketahuinya
telah kawin
Jadi seorang laki-laki atau perempuan dikatakan melakukan kejahatan zina menurut
Pasal 284 KUHP apabila memenuhi tiga syarat pokok, yaitu:
 Melakukan persetubuhan dengan perempuan atau laki-laki bukan suami atau
bukan isterinya;
 Bagi dirinya berlaku Pasal 27 BW (terikat perkawinan)
Kejahatan perkosaan (verkrachting) dirumuskan dalam Pasal 285 KUHP yang
rumusannya adalah sebagai berikut: ”Barang siapa dengan kekerasan atau ancaman
kekerasan memaksa seorang perempuan bersetubuh dengan dia di luar perkawinan,
diancam karena melakukan perkosaan dengan pidana penjara paling lama dua belas
tahun”.
Rumusan Pasal 285 KUHP unsur-unsurnya sebagai berikut:
a. Perbuatannya memaksa
b. Caranya: 1) dengan kekerasan
2) ancaman kekerasan
c. Objek: seorang perempuan bukan istrinya
d. bersetubuh dengan dia
Persetubuhan ini diatur dalam Pasal 286 yang berbunyi ”Barangsiapa bersetubuh
dengan perempuan yang bukan istrinya, sedang diketahuinya bahwa perempuan itu
pingsan atau tidak berdaya dihukum penjara selama-lamanya 9 tahun.”
Unsur-unsur Pasal 286 KUHP adalah sebagai berikut:
Unsur-unsur Objektif:
 Perbuatannya: bersetubuh
 Objeknya: seorang perempuan bukan istrinya
 Dalam keadaan pingsan atau tidak berdaya
Kejahatan yang dimaksudkan di atas dirumuskan dalam Pasal 287, yang selengkapnya
sebagai berikut:
(1) Barang siapa bersetubuh dengan seorang perempuan di luar perkawinan, padahal
diketahuinya atau sepatutnya harus diduga bahwa umur belum 15 tahun, atau
kalau umurna tidak jelas, bahwa ia belum waktunya untuk dikawin, diancam
dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun.
(2) Penuntutan hanya dilakukan atas pengaduan, kecuali jika umur perempuan itu
belum sampai dua belas tahun atau jika ada salah satu hal berdasarkan Pasal 291
dan Pasal 294.
Apabila rumusan Pasal 287 ayat (1) dirinci terdapat unsur-unsur sebagai berikut:
Unsur-unsur Objektif:
a. Perbuatannya: bersetubuh
b. Objek: dengan perempuan di luar kawin
c. Yang umurnya belum 15 tahun; atau jika umurnya tidak jelas belum waktunya
dikawin.
Kejahatan persetubuhan ini, dirumuskan dalam Pasal 288 KUHP pada ayat (1),
sedangkan ayat (2) dan ayat (3) merumuskan dasar pemberatan pidananya. Kejahatan
pada ayat (1) terdapat unsur-unsur sebagai berikut:
Unsur-unsur Objektif:
a. Perbuatannya: bersetubuh
b. Objek: dengan perempuan istrinya yang belum waktunya dikawin;
c. Menimbulkan akibat luka-luka
DARI PERSPEKTIF UU PERLINDUNGAN ANAK:
1. UU NO 23 TAHUN 2002 TTG Perlindungan Anak
2. UU NO 35 TAHUN 2014 TTG Perubahan atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002
Tentang Perlindungan Anak
3. UU NO 17 TAHUN 2016 TTG Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-
Undang Nomor 1 Tahun 2016 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor
23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak Menjadi Undang-Undang
Pasal 76 huruf D UU NO 35/2014
“Setiap Orang dilarang melakukan Kekerasan atau ancaman Kekerasan memaksa Anak
melakukan persetubuhan dengannya atau dengan orang lain.”
PERSETUBUHAN PADAANAK
Pasal 76 huruf D UU NO 35/2014
“Setiap Orang dilarang melakukan Kekerasan atau ancaman Kekerasan memaksa Anak
melakukan persetubuhan dengannya atau dengan orang lain.”
BAGAIMANA KALAU CARA TIDAK DAPAT
UNSUR SUBJEKTIF UNSUR OBJEKTIF CARA
Setiap orang
Persetubuhan dengannya
atau orang lain
Ancaman kekerasan,
Kekerasan.
Perkosaan / persetubuhan Pasal 285 KUHP
“Barang siapa dengan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa seorang wanita
bersetubuh dengan dia di luar perkawinan, diancam karena melakukan perkosaan dengan
pidana penjara paling lama dua belas tahun.”
PENCABULAN PADAANAK
Pasal 76 huruf E UU NO 35/2014
“Setiap Orang dilarang melakukan Kekerasan atau ancaman Kekerasan, memaksa,
melakukan tipu muslihat, melakukan serangkaian kebohongan, atau membujuk Anak
untuk melakukan atau membiarkan dilakukan perbuatan cabul.”
BAGAIMANA KALAU CARA TIDAK DAPAT DIBUKTIKAN ?
UNSUR SUBJEKTIF UNSUR OBJEKTIF CARA
Setiap orang
Pencabulan atau
membiarkan pencabulan
Ancaman kekerasan,
Kekerasan, tipu muslihat,
kebohongan, membujuk.
Pencabulan
Pasal 289 KUHP :
“Barang siapa dengan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa seorang untuk
melakukan atau membiarkan dilakukan perbuatan cabul, diancam karena melakukan
perbuatan yang menyerang kehormatan kesusilaan, dengan pidana penjara paling lama
sembilan tahun.”
PENCABULAN PADAANAK
Katagorinya pencabulan:
- Meraba
- Memegang alat vital/kelamin anak
- Penciuman
- Tindakan yang menyerang organ produksi anak (baik non fisik)
Ancaman Pidana: Minimal 5 tahun
- Pasal 81 ayat (1) Persetubuhan Maksimal 15 tahun
- Pasal 82 ayat (1) Pencabulan Denda Maks Rp. 5 Miliar
Bagaimana pembuktiannya ?
KEKHUSUSAN ALAT BUKTI
PENCABULAN DAN PERSETUBUHAN
PADAANAK:
1. DAPAT MENGGUNAKAN ASSEMENT
DARI SEORANG
PSIKOLOG/KONSELOR
2. ATAU KETERANGAN DARI SEORANG
GURU/PENDAMPING ANAK/ORANG
TUA
3. KETERANGAN ANAK ITU SENDIRI
MESKIPUN BELUM BERUSIA 15
TAHUN (KUHAP DAN UU NO 11/2012
TTG SPPA
ALAT BUKTI (PASAL 184 KUHAP) :
1. KETERANGAN SAKSI
2. SURAT
3. KETERANGAN AHLI
4. PETUNJUK
5. KETERANGAN TERDAKWA
6. INFORMASI/ DOKUMEN
ELEKTRONIK (PASAL 5 UU ITE)
ASAS “UNUS TESTIS NULLUS
TESTIS”
ALAT BUKTI (PASAL 184 KUHAP) :
1. KETERANGAN SAKSI
2. SURAT
3. KETERANGAN AHLI
4. PETUNJUK
5. KETERANGAN TERDAKWA
PERUBAHAN DEFINISI “SAKSI” DALAM
PASAL 1 ANGKA 26 KUHAP SETELAH
PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NO
65/PUU-VIII/2010
“Saksi tidak hanya mereka yang melihat,
mendengar, mengalami sendiri peristiwa
pidana, melainkan juga mereka yang
memiliki pengetahuan tentang suatu
peristiwa pidana, sekalipun orang tersebut
tidak melihat, mendengar, atau mengalami
sendiri peristiwa pidana dimaksud.”
“SAKSI DE AUDITU”
Saksi yang memberikan keterangan yang dia peroleh dari orang lain
TINDAK PIDANA TERHADAP KEHORMATAN.pptx

More Related Content

What's hot

Trademarks in online medium
Trademarks in online mediumTrademarks in online medium
Trademarks in online mediumRajeshPatil191
 
Jurisdiction in cyberspace
Jurisdiction in cyberspaceJurisdiction in cyberspace
Jurisdiction in cyberspaceDr. Arun Verma
 
Protecting children in cyberspace
Protecting children in cyberspace Protecting children in cyberspace
Protecting children in cyberspace Karnika Seth
 
Edited rape law lectures
Edited  rape law lecturesEdited  rape law lectures
Edited rape law lecturesJoyCee8
 
Violence Against Women and Children
Violence Against Women and ChildrenViolence Against Women and Children
Violence Against Women and ChildrenMirea Mizushima
 
Introduction to Cyber Crimes
Introduction to Cyber CrimesIntroduction to Cyber Crimes
Introduction to Cyber Crimesatuljaybhaye
 
Cyber Law & Crime (Information Technology Act, 2000)
Cyber Law & Crime (Information Technology Act, 2000)Cyber Law & Crime (Information Technology Act, 2000)
Cyber Law & Crime (Information Technology Act, 2000)Swant Anand
 
PPT on cyber LAW And ACT Of INDIA
PPT on cyber LAW And ACT Of INDIAPPT on cyber LAW And ACT Of INDIA
PPT on cyber LAW And ACT Of INDIAHardik Solanki
 
Rape law lectures
 Rape law lectures Rape law lectures
Rape law lecturesJoyCee8
 
Police Reforms in Pakistan
Police Reforms in PakistanPolice Reforms in Pakistan
Police Reforms in PakistanDaily 10 Minutes
 
Cyberspace jurisdiction meaning and concept
Cyberspace jurisdiction meaning and conceptCyberspace jurisdiction meaning and concept
Cyberspace jurisdiction meaning and conceptgagan deep
 
Bangladesh Cyber Security Status in Global Perspective
Bangladesh Cyber Security Status in Global PerspectiveBangladesh Cyber Security Status in Global Perspective
Bangladesh Cyber Security Status in Global PerspectiveFakrul Alam
 

What's hot (20)

Female Criminality
Female CriminalityFemale Criminality
Female Criminality
 
Trademarks in online medium
Trademarks in online mediumTrademarks in online medium
Trademarks in online medium
 
Jurisdiction in cyberspace
Jurisdiction in cyberspaceJurisdiction in cyberspace
Jurisdiction in cyberspace
 
Protecting children in cyberspace
Protecting children in cyberspace Protecting children in cyberspace
Protecting children in cyberspace
 
Edited rape law lectures
Edited  rape law lecturesEdited  rape law lectures
Edited rape law lectures
 
Cyber crime against children
Cyber crime against childrenCyber crime against children
Cyber crime against children
 
Violence Against Women and Children
Violence Against Women and ChildrenViolence Against Women and Children
Violence Against Women and Children
 
Introduction to Cyber Crimes
Introduction to Cyber CrimesIntroduction to Cyber Crimes
Introduction to Cyber Crimes
 
Title i and title ii of the rpc
Title i and title ii of the rpcTitle i and title ii of the rpc
Title i and title ii of the rpc
 
Cyber Law & Crime (Information Technology Act, 2000)
Cyber Law & Crime (Information Technology Act, 2000)Cyber Law & Crime (Information Technology Act, 2000)
Cyber Law & Crime (Information Technology Act, 2000)
 
ABETMENT
ABETMENTABETMENT
ABETMENT
 
Presentation on Mens-rea
Presentation on Mens-reaPresentation on Mens-rea
Presentation on Mens-rea
 
CrPC BARE ACT -1898 BANGLA.pdf
CrPC BARE ACT -1898  BANGLA.pdfCrPC BARE ACT -1898  BANGLA.pdf
CrPC BARE ACT -1898 BANGLA.pdf
 
Cyber crimes
Cyber crimesCyber crimes
Cyber crimes
 
PPT on cyber LAW And ACT Of INDIA
PPT on cyber LAW And ACT Of INDIAPPT on cyber LAW And ACT Of INDIA
PPT on cyber LAW And ACT Of INDIA
 
Rape law lectures
 Rape law lectures Rape law lectures
Rape law lectures
 
Cyber law in bangladesh
Cyber law in bangladeshCyber law in bangladesh
Cyber law in bangladesh
 
Police Reforms in Pakistan
Police Reforms in PakistanPolice Reforms in Pakistan
Police Reforms in Pakistan
 
Cyberspace jurisdiction meaning and concept
Cyberspace jurisdiction meaning and conceptCyberspace jurisdiction meaning and concept
Cyberspace jurisdiction meaning and concept
 
Bangladesh Cyber Security Status in Global Perspective
Bangladesh Cyber Security Status in Global PerspectiveBangladesh Cyber Security Status in Global Perspective
Bangladesh Cyber Security Status in Global Perspective
 

Similar to TINDAK PIDANA TERHADAP KEHORMATAN.pptx

Tugas kelompok delik tertentu dlm kuhp
Tugas kelompok delik tertentu dlm kuhpTugas kelompok delik tertentu dlm kuhp
Tugas kelompok delik tertentu dlm kuhpIndah Maulidiyah MSK
 
KONSEKUENSI HUKUM UU TPKS DAN ANAK.pptx
KONSEKUENSI HUKUM UU TPKS DAN ANAK.pptxKONSEKUENSI HUKUM UU TPKS DAN ANAK.pptx
KONSEKUENSI HUKUM UU TPKS DAN ANAK.pptxjoevarenzmr
 
restitusi fix terhadap korban pemerkosaan di I ndonesia
restitusi fix terhadap korban pemerkosaan  di I ndonesiarestitusi fix terhadap korban pemerkosaan  di I ndonesia
restitusi fix terhadap korban pemerkosaan di I ndonesiazielfernanda21
 
Revisi UU ITE dan Masa Depan Demokrasi di Indonesia
Revisi UU ITE dan Masa Depan Demokrasi di Indonesia Revisi UU ITE dan Masa Depan Demokrasi di Indonesia
Revisi UU ITE dan Masa Depan Demokrasi di Indonesia Damar Juniarto
 
Ceramah Pernak Pernik Kdrt
Ceramah Pernak Pernik KdrtCeramah Pernak Pernik Kdrt
Ceramah Pernak Pernik KdrtPeople Power
 
PPT-KENAKALAN-REMAJA 2023
PPT-KENAKALAN-REMAJA 2023PPT-KENAKALAN-REMAJA 2023
PPT-KENAKALAN-REMAJA 2023smpbusurakarta1
 
PPT-KENAKALAN-REMAJA.ppt
PPT-KENAKALAN-REMAJA.pptPPT-KENAKALAN-REMAJA.ppt
PPT-KENAKALAN-REMAJA.pptDimasAriy1
 
- Dr. D.S. Dewi - Mengadili Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak.pptx
- Dr. D.S. Dewi - Mengadili Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak.pptx- Dr. D.S. Dewi - Mengadili Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak.pptx
- Dr. D.S. Dewi - Mengadili Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak.pptxssuser1519bc
 
UU no12 TPKS-2022
UU no12 TPKS-2022UU no12 TPKS-2022
UU no12 TPKS-2022LennyS12
 
PPT Hoax dalam kacamata hukum pidana.pptx
PPT Hoax dalam kacamata hukum pidana.pptxPPT Hoax dalam kacamata hukum pidana.pptx
PPT Hoax dalam kacamata hukum pidana.pptxRayya14
 
Undang-Undang (UU) No 5 Tahun 2018 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme
Undang-Undang (UU) No 5 Tahun 2018 tentang Pemberantasan Tindak Pidana TerorismeUndang-Undang (UU) No 5 Tahun 2018 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme
Undang-Undang (UU) No 5 Tahun 2018 tentang Pemberantasan Tindak Pidana TerorismeIndriany ,
 
UU Nomor 5 Tahun 2018.pdf
UU Nomor 5 Tahun 2018.pdfUU Nomor 5 Tahun 2018.pdf
UU Nomor 5 Tahun 2018.pdfAdrianus Henok
 
PROKER FH SUMPUR KUDUS.pptx
PROKER FH SUMPUR KUDUS.pptxPROKER FH SUMPUR KUDUS.pptx
PROKER FH SUMPUR KUDUS.pptxgirlaesthetic
 
Pengaturan Tindak Pidana ITE Pasal 28 ayat (2)
Pengaturan Tindak Pidana ITE Pasal 28 ayat (2)Pengaturan Tindak Pidana ITE Pasal 28 ayat (2)
Pengaturan Tindak Pidana ITE Pasal 28 ayat (2)Nada Salsabila
 

Similar to TINDAK PIDANA TERHADAP KEHORMATAN.pptx (20)

Tugas kelompok delik tertentu dlm kuhp
Tugas kelompok delik tertentu dlm kuhpTugas kelompok delik tertentu dlm kuhp
Tugas kelompok delik tertentu dlm kuhp
 
KONSEKUENSI HUKUM UU TPKS DAN ANAK.pptx
KONSEKUENSI HUKUM UU TPKS DAN ANAK.pptxKONSEKUENSI HUKUM UU TPKS DAN ANAK.pptx
KONSEKUENSI HUKUM UU TPKS DAN ANAK.pptx
 
restitusi fix terhadap korban pemerkosaan di I ndonesia
restitusi fix terhadap korban pemerkosaan  di I ndonesiarestitusi fix terhadap korban pemerkosaan  di I ndonesia
restitusi fix terhadap korban pemerkosaan di I ndonesia
 
Revisi UU ITE dan Masa Depan Demokrasi di Indonesia
Revisi UU ITE dan Masa Depan Demokrasi di Indonesia Revisi UU ITE dan Masa Depan Demokrasi di Indonesia
Revisi UU ITE dan Masa Depan Demokrasi di Indonesia
 
Ceramah Pernak Pernik Kdrt
Ceramah Pernak Pernik KdrtCeramah Pernak Pernik Kdrt
Ceramah Pernak Pernik Kdrt
 
Uu no 21_2007
Uu no 21_2007Uu no 21_2007
Uu no 21_2007
 
PPT-KENAKALAN-REMAJA 2023
PPT-KENAKALAN-REMAJA 2023PPT-KENAKALAN-REMAJA 2023
PPT-KENAKALAN-REMAJA 2023
 
Ppm iswi-kdrt
Ppm iswi-kdrtPpm iswi-kdrt
Ppm iswi-kdrt
 
PPT-KENAKALAN-REMAJA.ppt
PPT-KENAKALAN-REMAJA.pptPPT-KENAKALAN-REMAJA.ppt
PPT-KENAKALAN-REMAJA.ppt
 
Document1
Document1Document1
Document1
 
- Dr. D.S. Dewi - Mengadili Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak.pptx
- Dr. D.S. Dewi - Mengadili Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak.pptx- Dr. D.S. Dewi - Mengadili Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak.pptx
- Dr. D.S. Dewi - Mengadili Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak.pptx
 
UU no12 TPKS-2022
UU no12 TPKS-2022UU no12 TPKS-2022
UU no12 TPKS-2022
 
PPT Hoax dalam kacamata hukum pidana.pptx
PPT Hoax dalam kacamata hukum pidana.pptxPPT Hoax dalam kacamata hukum pidana.pptx
PPT Hoax dalam kacamata hukum pidana.pptx
 
Uu perdaganngan orang
Uu perdaganngan orangUu perdaganngan orang
Uu perdaganngan orang
 
Undang-Undang (UU) No 5 Tahun 2018 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme
Undang-Undang (UU) No 5 Tahun 2018 tentang Pemberantasan Tindak Pidana TerorismeUndang-Undang (UU) No 5 Tahun 2018 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme
Undang-Undang (UU) No 5 Tahun 2018 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme
 
UU Nomor 5 Tahun 2018.pdf
UU Nomor 5 Tahun 2018.pdfUU Nomor 5 Tahun 2018.pdf
UU Nomor 5 Tahun 2018.pdf
 
Edi yuhermansyah
Edi yuhermansyah Edi yuhermansyah
Edi yuhermansyah
 
Uu no.21 tahun 2007
Uu no.21 tahun 2007Uu no.21 tahun 2007
Uu no.21 tahun 2007
 
PROKER FH SUMPUR KUDUS.pptx
PROKER FH SUMPUR KUDUS.pptxPROKER FH SUMPUR KUDUS.pptx
PROKER FH SUMPUR KUDUS.pptx
 
Pengaturan Tindak Pidana ITE Pasal 28 ayat (2)
Pengaturan Tindak Pidana ITE Pasal 28 ayat (2)Pengaturan Tindak Pidana ITE Pasal 28 ayat (2)
Pengaturan Tindak Pidana ITE Pasal 28 ayat (2)
 

More from RizkyAulia61

PPT Diskusi ttg UU 7 Tahun 2017 ttg Pemilu.pptx
PPT Diskusi ttg UU 7 Tahun 2017 ttg Pemilu.pptxPPT Diskusi ttg UU 7 Tahun 2017 ttg Pemilu.pptx
PPT Diskusi ttg UU 7 Tahun 2017 ttg Pemilu.pptxRizkyAulia61
 
1. SOP Perkuliahan Mahasiswa Prodi Doktoral
1. SOP Perkuliahan Mahasiswa Prodi Doktoral1. SOP Perkuliahan Mahasiswa Prodi Doktoral
1. SOP Perkuliahan Mahasiswa Prodi DoktoralRizkyAulia61
 
6. SOP SEMINAR USULAN penelitian kepada prodi
6. SOP SEMINAR USULAN penelitian kepada prodi6. SOP SEMINAR USULAN penelitian kepada prodi
6. SOP SEMINAR USULAN penelitian kepada prodiRizkyAulia61
 
PPT SEMINAS PROPOSAL TESIS MUHAMMAD NIZAR.pptx
PPT SEMINAS PROPOSAL TESIS MUHAMMAD NIZAR.pptxPPT SEMINAS PROPOSAL TESIS MUHAMMAD NIZAR.pptx
PPT SEMINAS PROPOSAL TESIS MUHAMMAD NIZAR.pptxRizkyAulia61
 
link web giat pripollllllllllllllllll.pdf
link web giat pripollllllllllllllllll.pdflink web giat pripollllllllllllllllll.pdf
link web giat pripollllllllllllllllll.pdfRizkyAulia61
 
JURNALLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLL SKM BIK 2022.pdf
JURNALLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLL SKM BIK 2022.pdfJURNALLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLL SKM BIK 2022.pdf
JURNALLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLL SKM BIK 2022.pdfRizkyAulia61
 
Undang-Undang Tindak Pidana Pencucian Uang NARKOBA.ppt
Undang-Undang Tindak Pidana Pencucian Uang NARKOBA.pptUndang-Undang Tindak Pidana Pencucian Uang NARKOBA.ppt
Undang-Undang Tindak Pidana Pencucian Uang NARKOBA.pptRizkyAulia61
 
PAPARAN UNTUK FIQIH LALU LINTAS 2021.pptx
PAPARAN UNTUK FIQIH LALU LINTAS 2021.pptxPAPARAN UNTUK FIQIH LALU LINTAS 2021.pptx
PAPARAN UNTUK FIQIH LALU LINTAS 2021.pptxRizkyAulia61
 
NARKOBA 2 MARET 2021.pptx
NARKOBA 2 MARET 2021.pptxNARKOBA 2 MARET 2021.pptx
NARKOBA 2 MARET 2021.pptxRizkyAulia61
 
Negara_dan_Konstitusi_PPT.pptx
Negara_dan_Konstitusi_PPT.pptxNegara_dan_Konstitusi_PPT.pptx
Negara_dan_Konstitusi_PPT.pptxRizkyAulia61
 
5. BAB 3 DAMPAK MASIF KORUPSI.ppt
5. BAB 3 DAMPAK MASIF KORUPSI.ppt5. BAB 3 DAMPAK MASIF KORUPSI.ppt
5. BAB 3 DAMPAK MASIF KORUPSI.pptRizkyAulia61
 

More from RizkyAulia61 (11)

PPT Diskusi ttg UU 7 Tahun 2017 ttg Pemilu.pptx
PPT Diskusi ttg UU 7 Tahun 2017 ttg Pemilu.pptxPPT Diskusi ttg UU 7 Tahun 2017 ttg Pemilu.pptx
PPT Diskusi ttg UU 7 Tahun 2017 ttg Pemilu.pptx
 
1. SOP Perkuliahan Mahasiswa Prodi Doktoral
1. SOP Perkuliahan Mahasiswa Prodi Doktoral1. SOP Perkuliahan Mahasiswa Prodi Doktoral
1. SOP Perkuliahan Mahasiswa Prodi Doktoral
 
6. SOP SEMINAR USULAN penelitian kepada prodi
6. SOP SEMINAR USULAN penelitian kepada prodi6. SOP SEMINAR USULAN penelitian kepada prodi
6. SOP SEMINAR USULAN penelitian kepada prodi
 
PPT SEMINAS PROPOSAL TESIS MUHAMMAD NIZAR.pptx
PPT SEMINAS PROPOSAL TESIS MUHAMMAD NIZAR.pptxPPT SEMINAS PROPOSAL TESIS MUHAMMAD NIZAR.pptx
PPT SEMINAS PROPOSAL TESIS MUHAMMAD NIZAR.pptx
 
link web giat pripollllllllllllllllll.pdf
link web giat pripollllllllllllllllll.pdflink web giat pripollllllllllllllllll.pdf
link web giat pripollllllllllllllllll.pdf
 
JURNALLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLL SKM BIK 2022.pdf
JURNALLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLL SKM BIK 2022.pdfJURNALLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLL SKM BIK 2022.pdf
JURNALLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLL SKM BIK 2022.pdf
 
Undang-Undang Tindak Pidana Pencucian Uang NARKOBA.ppt
Undang-Undang Tindak Pidana Pencucian Uang NARKOBA.pptUndang-Undang Tindak Pidana Pencucian Uang NARKOBA.ppt
Undang-Undang Tindak Pidana Pencucian Uang NARKOBA.ppt
 
PAPARAN UNTUK FIQIH LALU LINTAS 2021.pptx
PAPARAN UNTUK FIQIH LALU LINTAS 2021.pptxPAPARAN UNTUK FIQIH LALU LINTAS 2021.pptx
PAPARAN UNTUK FIQIH LALU LINTAS 2021.pptx
 
NARKOBA 2 MARET 2021.pptx
NARKOBA 2 MARET 2021.pptxNARKOBA 2 MARET 2021.pptx
NARKOBA 2 MARET 2021.pptx
 
Negara_dan_Konstitusi_PPT.pptx
Negara_dan_Konstitusi_PPT.pptxNegara_dan_Konstitusi_PPT.pptx
Negara_dan_Konstitusi_PPT.pptx
 
5. BAB 3 DAMPAK MASIF KORUPSI.ppt
5. BAB 3 DAMPAK MASIF KORUPSI.ppt5. BAB 3 DAMPAK MASIF KORUPSI.ppt
5. BAB 3 DAMPAK MASIF KORUPSI.ppt
 

Recently uploaded

Sesi 3 MKDU 4221 PAI 2020 Universitas Terbuka
Sesi 3 MKDU 4221 PAI 2020 Universitas TerbukaSesi 3 MKDU 4221 PAI 2020 Universitas Terbuka
Sesi 3 MKDU 4221 PAI 2020 Universitas TerbukaYogaJanuarR
 
Luqman Keturunan Snouck Hurgronje dari istri pertama
Luqman Keturunan Snouck Hurgronje dari istri pertamaLuqman Keturunan Snouck Hurgronje dari istri pertama
Luqman Keturunan Snouck Hurgronje dari istri pertamaIndra Wardhana
 
HUKUM PERDATA di Indonesia (dasar-dasar Hukum Perdata)
HUKUM PERDATA di Indonesia (dasar-dasar Hukum Perdata)HUKUM PERDATA di Indonesia (dasar-dasar Hukum Perdata)
HUKUM PERDATA di Indonesia (dasar-dasar Hukum Perdata)ErhaSyam
 
BPN Sesi 3 - Hukum Perkawinan.ppppppppptx
BPN Sesi 3 - Hukum Perkawinan.ppppppppptxBPN Sesi 3 - Hukum Perkawinan.ppppppppptx
BPN Sesi 3 - Hukum Perkawinan.ppppppppptxendang nainggolan
 
Sosiologi Hukum : Sebuah Pengantar dan Pendahuluan
Sosiologi Hukum : Sebuah Pengantar dan PendahuluanSosiologi Hukum : Sebuah Pengantar dan Pendahuluan
Sosiologi Hukum : Sebuah Pengantar dan PendahuluanIqbaalKamalludin1
 
pembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan ppt
pembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan pptpembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan ppt
pembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan pptJhonatanMuram
 
Etika Profesi-CYBER CRIME n CYBER LAW.ppt
Etika Profesi-CYBER CRIME n CYBER LAW.pptEtika Profesi-CYBER CRIME n CYBER LAW.ppt
Etika Profesi-CYBER CRIME n CYBER LAW.pptAlMaliki1
 
5E _ Kel 4 _ Merger, Akuisisi, dan Konsolidasi.pptx
5E _ Kel 4 _ Merger, Akuisisi, dan Konsolidasi.pptx5E _ Kel 4 _ Merger, Akuisisi, dan Konsolidasi.pptx
5E _ Kel 4 _ Merger, Akuisisi, dan Konsolidasi.pptxYudisHaqqiPrasetya
 
Pengertian & Prinsip-Prinsip Anti Korupsi.pptx
Pengertian & Prinsip-Prinsip Anti Korupsi.pptxPengertian & Prinsip-Prinsip Anti Korupsi.pptx
Pengertian & Prinsip-Prinsip Anti Korupsi.pptxEkoPriadi3
 
pengantar Kapita selekta hukum bisnis
pengantar    Kapita selekta hukum bisnispengantar    Kapita selekta hukum bisnis
pengantar Kapita selekta hukum bisnisilhamsumartoputra
 
Kelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptx
Kelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptxKelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptx
Kelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptxbinsar17
 

Recently uploaded (11)

Sesi 3 MKDU 4221 PAI 2020 Universitas Terbuka
Sesi 3 MKDU 4221 PAI 2020 Universitas TerbukaSesi 3 MKDU 4221 PAI 2020 Universitas Terbuka
Sesi 3 MKDU 4221 PAI 2020 Universitas Terbuka
 
Luqman Keturunan Snouck Hurgronje dari istri pertama
Luqman Keturunan Snouck Hurgronje dari istri pertamaLuqman Keturunan Snouck Hurgronje dari istri pertama
Luqman Keturunan Snouck Hurgronje dari istri pertama
 
HUKUM PERDATA di Indonesia (dasar-dasar Hukum Perdata)
HUKUM PERDATA di Indonesia (dasar-dasar Hukum Perdata)HUKUM PERDATA di Indonesia (dasar-dasar Hukum Perdata)
HUKUM PERDATA di Indonesia (dasar-dasar Hukum Perdata)
 
BPN Sesi 3 - Hukum Perkawinan.ppppppppptx
BPN Sesi 3 - Hukum Perkawinan.ppppppppptxBPN Sesi 3 - Hukum Perkawinan.ppppppppptx
BPN Sesi 3 - Hukum Perkawinan.ppppppppptx
 
Sosiologi Hukum : Sebuah Pengantar dan Pendahuluan
Sosiologi Hukum : Sebuah Pengantar dan PendahuluanSosiologi Hukum : Sebuah Pengantar dan Pendahuluan
Sosiologi Hukum : Sebuah Pengantar dan Pendahuluan
 
pembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan ppt
pembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan pptpembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan ppt
pembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan ppt
 
Etika Profesi-CYBER CRIME n CYBER LAW.ppt
Etika Profesi-CYBER CRIME n CYBER LAW.pptEtika Profesi-CYBER CRIME n CYBER LAW.ppt
Etika Profesi-CYBER CRIME n CYBER LAW.ppt
 
5E _ Kel 4 _ Merger, Akuisisi, dan Konsolidasi.pptx
5E _ Kel 4 _ Merger, Akuisisi, dan Konsolidasi.pptx5E _ Kel 4 _ Merger, Akuisisi, dan Konsolidasi.pptx
5E _ Kel 4 _ Merger, Akuisisi, dan Konsolidasi.pptx
 
Pengertian & Prinsip-Prinsip Anti Korupsi.pptx
Pengertian & Prinsip-Prinsip Anti Korupsi.pptxPengertian & Prinsip-Prinsip Anti Korupsi.pptx
Pengertian & Prinsip-Prinsip Anti Korupsi.pptx
 
pengantar Kapita selekta hukum bisnis
pengantar    Kapita selekta hukum bisnispengantar    Kapita selekta hukum bisnis
pengantar Kapita selekta hukum bisnis
 
Kelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptx
Kelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptxKelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptx
Kelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptx
 

TINDAK PIDANA TERHADAP KEHORMATAN.pptx

  • 1. RIZKY AULIA FITRI, S.H., M.H.
  • 2.  Arti “kesusilaan” berarti perihal susila. Kesusilaan mempunyai pengertian ttg budi bahasa, sopan santun, kesopanan. Keadaban, adat istiadat dan tertib yg baik.  Dlm prespektif masyarakat kesusilaan itu adalah kelakuan yg benar atau salah, khususnya dlm hal yg berhubungan dgn kejadian seksual.  Delik kesusilaan diatur dalam Bab XIV buku II KUHP dengan judul “kejahatan terhadap kesusilaan” yang dimulai dengan pasal 281 KUHP sampai dengan Pasal 297 KUHP.  Perbuatan yg dapat dikatagorikan sbg delik ini sangat sulit untuk dirumuskan secara tegas, kejahatan thdp kesusilaan pd kenyataannya tidak hanya menyangkut masalah seksual saja, nilai kesusilaan tidak hanya terdpt dlm hubungan pribadi saja, ttpi jg dlm hubungan pergaulan rumah tangga, kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, seperti kejahatan yg terbaru, yaitu kejahatan dunia maya Informasi dan Teknologi Informasi (ITE). Kejahatan thdp Kesusilaan adalah kejahatan mengenai kejahatan norma-norma dlm kehidupan sehari-hari / kesusilaan yg berhubungan atau ada sangkut pautnya dlm kesusilaan.
  • 3. 1. Perkosaan, baik masih berupa percobaan maupun yang sudah merupakan tindakan nyata 2. Surat-surat, telepon dan benda-benda yang bersifat seksual yang tidak diinginkan. (fetish) 3. Desakan untuk melakukan tindakan seksual yang tidak diinginkan 4. Desakan untuk berkencan 5. Sentuhan, sandaran, penyudutan atau cubitan yang tidak diinginkan 6. Pandangan atau Gerakan-Gerakan yang bersifat seksual dan tidak diinginkan 7. Olok-olok, gurauan, pernyataan atau pertanyaan yang bersifat seksual dan tidak diinginkan
  • 4. 1. Melanggar Kesusilaan di Depan Umum Kejahatan yang melanggar kesusilaan dirumuskan dalam Pasal 281 KUHP yang berbunyi: 1e. Barangsiapa dengan sengaja secara terbuka melanggar kesusilaan; 2e. Barangsiapa dengan sengaja dihadapan orang lain yang ada disitu bertentangan dengan kehendaknya, melanggar kesusilaan. Unsurnya: - di muka umum - Ada orang yang merasa risih dengan perbuatan itu.
  • 5. 2. Kejahatan Pornografi Kejahatan pornografi dimuat dalam Pasal 282 KUHP. Rumusan kejahatan pada ayat (1) dan ayat (2). Sedangkan pada ayat (3) dirumuskan tentang alasan pemberatan pidana dari kejahatan pornografi dalam ayat (1). Tiga bentuk kejahatan pornografi pada ayat (1) Pasal 282 KUHP, yaitu: 1. Orang yang melakukan perbuatan menyiarkan, mem-pertunjukkan atau menempelkan di muka umum tulisan, gambar atau benda yang diketahuinya melanggar kesusilaan; 2. Orang yang dengan maksud untuk disiarkan, dipertunjukkan atau ditempelkan di muka umum, melakukan perbuatan membuat tulisan, gambar, atau membuat benda, memasukkan-nya ke dalam negeri, atau memiliki persediaan tulisan, gambar atau benda yang diketahuinya melanggar kesusilaan; 3. Orang yang secara terang-terangan atau dengan menyiarkan tulisan, gambar atau benda tanpa diminta, menawarkannya atau menunjukkannya sebagai bisa diperoleh yang diketahuinya isinya melanggar kesusilaan. Perbedaan kejahatan pornografi pada ayat (1) dan ayat (2) Pasal 282 KUHP yaitu pada unsurnya; ayat (1) dengan unsur “kesengajaan” atau “dolus”. Sedangkan ayat (2) karena unsur “kelalaian” atau “culpa”.
  • 6. Kejahatan kesusilaan dalam hal persetubuhan dimuat dalam 5 pasal, yaitu:  Pasal 284 tentang perzinahan (adultery)  Pasal 285 tentang perkosaan (rape)  Pasal 286 tentang bersetubuh dengan perempuan bukan isterinya dalam keadaan pingsan  Pasal 287 tentang bersetubuh dengan perempuan yang belum berumur 15 tahun yang bukan isterinya  Pasal 288 tentang bersetubuh dalam perkawinan dengan perempuan yang belum waktunya dikawini.
  • 7. Kejahatan zina dirumuskan dalam Pasal 284 ayat (1) terdiri dari empat macam larangan:  Seorang laki-laki yang telah kawin melakukan zina;  Seorang perempuan yang telah kawin melakukan zina;  Seorang laki-laki turut berzina dengan seorang perempuan yang diketahuinya telah kawin;  Seorang perempuan yang turut berzina dengan seorang laki laki yang diketahuinya telah kawin Jadi seorang laki-laki atau perempuan dikatakan melakukan kejahatan zina menurut Pasal 284 KUHP apabila memenuhi tiga syarat pokok, yaitu:  Melakukan persetubuhan dengan perempuan atau laki-laki bukan suami atau bukan isterinya;  Bagi dirinya berlaku Pasal 27 BW (terikat perkawinan)
  • 8. Kejahatan perkosaan (verkrachting) dirumuskan dalam Pasal 285 KUHP yang rumusannya adalah sebagai berikut: ”Barang siapa dengan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa seorang perempuan bersetubuh dengan dia di luar perkawinan, diancam karena melakukan perkosaan dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun”. Rumusan Pasal 285 KUHP unsur-unsurnya sebagai berikut: a. Perbuatannya memaksa b. Caranya: 1) dengan kekerasan 2) ancaman kekerasan c. Objek: seorang perempuan bukan istrinya d. bersetubuh dengan dia
  • 9. Persetubuhan ini diatur dalam Pasal 286 yang berbunyi ”Barangsiapa bersetubuh dengan perempuan yang bukan istrinya, sedang diketahuinya bahwa perempuan itu pingsan atau tidak berdaya dihukum penjara selama-lamanya 9 tahun.” Unsur-unsur Pasal 286 KUHP adalah sebagai berikut: Unsur-unsur Objektif:  Perbuatannya: bersetubuh  Objeknya: seorang perempuan bukan istrinya  Dalam keadaan pingsan atau tidak berdaya
  • 10. Kejahatan yang dimaksudkan di atas dirumuskan dalam Pasal 287, yang selengkapnya sebagai berikut: (1) Barang siapa bersetubuh dengan seorang perempuan di luar perkawinan, padahal diketahuinya atau sepatutnya harus diduga bahwa umur belum 15 tahun, atau kalau umurna tidak jelas, bahwa ia belum waktunya untuk dikawin, diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun. (2) Penuntutan hanya dilakukan atas pengaduan, kecuali jika umur perempuan itu belum sampai dua belas tahun atau jika ada salah satu hal berdasarkan Pasal 291 dan Pasal 294. Apabila rumusan Pasal 287 ayat (1) dirinci terdapat unsur-unsur sebagai berikut: Unsur-unsur Objektif: a. Perbuatannya: bersetubuh b. Objek: dengan perempuan di luar kawin c. Yang umurnya belum 15 tahun; atau jika umurnya tidak jelas belum waktunya dikawin.
  • 11. Kejahatan persetubuhan ini, dirumuskan dalam Pasal 288 KUHP pada ayat (1), sedangkan ayat (2) dan ayat (3) merumuskan dasar pemberatan pidananya. Kejahatan pada ayat (1) terdapat unsur-unsur sebagai berikut: Unsur-unsur Objektif: a. Perbuatannya: bersetubuh b. Objek: dengan perempuan istrinya yang belum waktunya dikawin; c. Menimbulkan akibat luka-luka
  • 12. DARI PERSPEKTIF UU PERLINDUNGAN ANAK: 1. UU NO 23 TAHUN 2002 TTG Perlindungan Anak 2. UU NO 35 TAHUN 2014 TTG Perubahan atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak 3. UU NO 17 TAHUN 2016 TTG Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang- Undang Nomor 1 Tahun 2016 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak Menjadi Undang-Undang Pasal 76 huruf D UU NO 35/2014 “Setiap Orang dilarang melakukan Kekerasan atau ancaman Kekerasan memaksa Anak melakukan persetubuhan dengannya atau dengan orang lain.”
  • 13. PERSETUBUHAN PADAANAK Pasal 76 huruf D UU NO 35/2014 “Setiap Orang dilarang melakukan Kekerasan atau ancaman Kekerasan memaksa Anak melakukan persetubuhan dengannya atau dengan orang lain.” BAGAIMANA KALAU CARA TIDAK DAPAT UNSUR SUBJEKTIF UNSUR OBJEKTIF CARA Setiap orang Persetubuhan dengannya atau orang lain Ancaman kekerasan, Kekerasan. Perkosaan / persetubuhan Pasal 285 KUHP “Barang siapa dengan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa seorang wanita bersetubuh dengan dia di luar perkawinan, diancam karena melakukan perkosaan dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun.”
  • 14. PENCABULAN PADAANAK Pasal 76 huruf E UU NO 35/2014 “Setiap Orang dilarang melakukan Kekerasan atau ancaman Kekerasan, memaksa, melakukan tipu muslihat, melakukan serangkaian kebohongan, atau membujuk Anak untuk melakukan atau membiarkan dilakukan perbuatan cabul.” BAGAIMANA KALAU CARA TIDAK DAPAT DIBUKTIKAN ? UNSUR SUBJEKTIF UNSUR OBJEKTIF CARA Setiap orang Pencabulan atau membiarkan pencabulan Ancaman kekerasan, Kekerasan, tipu muslihat, kebohongan, membujuk. Pencabulan Pasal 289 KUHP : “Barang siapa dengan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa seorang untuk melakukan atau membiarkan dilakukan perbuatan cabul, diancam karena melakukan perbuatan yang menyerang kehormatan kesusilaan, dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun.”
  • 15. PENCABULAN PADAANAK Katagorinya pencabulan: - Meraba - Memegang alat vital/kelamin anak - Penciuman - Tindakan yang menyerang organ produksi anak (baik non fisik) Ancaman Pidana: Minimal 5 tahun - Pasal 81 ayat (1) Persetubuhan Maksimal 15 tahun - Pasal 82 ayat (1) Pencabulan Denda Maks Rp. 5 Miliar Bagaimana pembuktiannya ?
  • 16. KEKHUSUSAN ALAT BUKTI PENCABULAN DAN PERSETUBUHAN PADAANAK: 1. DAPAT MENGGUNAKAN ASSEMENT DARI SEORANG PSIKOLOG/KONSELOR 2. ATAU KETERANGAN DARI SEORANG GURU/PENDAMPING ANAK/ORANG TUA 3. KETERANGAN ANAK ITU SENDIRI MESKIPUN BELUM BERUSIA 15 TAHUN (KUHAP DAN UU NO 11/2012 TTG SPPA ALAT BUKTI (PASAL 184 KUHAP) : 1. KETERANGAN SAKSI 2. SURAT 3. KETERANGAN AHLI 4. PETUNJUK 5. KETERANGAN TERDAKWA 6. INFORMASI/ DOKUMEN ELEKTRONIK (PASAL 5 UU ITE) ASAS “UNUS TESTIS NULLUS TESTIS”
  • 17. ALAT BUKTI (PASAL 184 KUHAP) : 1. KETERANGAN SAKSI 2. SURAT 3. KETERANGAN AHLI 4. PETUNJUK 5. KETERANGAN TERDAKWA PERUBAHAN DEFINISI “SAKSI” DALAM PASAL 1 ANGKA 26 KUHAP SETELAH PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NO 65/PUU-VIII/2010 “Saksi tidak hanya mereka yang melihat, mendengar, mengalami sendiri peristiwa pidana, melainkan juga mereka yang memiliki pengetahuan tentang suatu peristiwa pidana, sekalipun orang tersebut tidak melihat, mendengar, atau mengalami sendiri peristiwa pidana dimaksud.” “SAKSI DE AUDITU” Saksi yang memberikan keterangan yang dia peroleh dari orang lain