SlideShare a Scribd company logo
1 of 33
SIDANG TESIS
PEMENUHAN HAK ANAK KORBAN PEMERKOSAAN
MELALUI PELAKSANAAN RESTITUSI DI WILAYAH
HUKUM KEJAKSAAN NEGERI LEBONG
Oleh
SELVI UTAMI
NPM. B2A019041
PROGRAM PASCASARJANA ILMU HUKUM
UNIVERSITAS BENGKULU
2022
DAMPAK PEMERKOSAAN
STRES PASCA KEJADIAN
LEVEL RINGAN LEVEL BERAT
Kesakitan secara fisik, rasa
bersalah, takut, cemas malu,
marah dan tidak berdaya
STRES JANGKA PANJANG
Trauma, kurang percaya diri,
negative thingking, menutup diri
dari pergaulan, dan reaksi somatik
POST TRAUMATIC STRESS DISORDER
Mimpi buruk, sulit tidur, kehilangan
nafsu makan, depresi, ketakutan
dan gangguan emosi
Tindak pidana perkosaan termasuk salah satu kejahatan terhadap kesusilaan yang diatur
dalam Pasal 285 KUHP, yang berbunyi :
“Barangsiapa dengan kekerasan atau dengan ancaman kekerasan memaksa seorang wanita
bersetubuh dengan dia di luar pernikahan, diancam karena melakukan perkosaan, dengan
pidana penjara paling lama dua belas tahun”.
I. LATAR BELAKANG
Pemerintah telah menerbitkan berbagai regulasi atau
instrumen hukum sebagai bentuk perhatian terhadap anak,
salah satunya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak. Dalam Pasal 3 Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak menyebutkan bahwa:
Perlindungan anak bertujuan untuk menjamin terpenuhinya
kebutuhan anak agar dapat hidup, tumbuh dan berkembang
serta berpartisipasi secara optimal sesuai harkat dan
martabat kemanusiaan, serta mendapatkan perlindungan
dari kekerasan dan diskriminasi demi terwujudnya anak
Indonesia yang berkualitas, berakhlak mulia dan sejahtera.
UU No 13 Tahun 2006 tentang Perlindungan
Saksi dan Korban, yang telah mengalami perubahan
beberapa pasal dengan diundangkannya Undang-Undang
Nomor 31 Tahun 2014. Dalam Pasal 7 ayat (1) UU No 31
Tahun 2014 tentang Perlindungan Saksi dan Korban, korban
melalui Lembaga Perlindungan Saksi Korban berhak
mengajukan ke pengadilan berupa:
1. hak kompensasi dalam kasus pelanggaran hak asasi
manusia yang berat;
2. hak atas restitusi atau ganti kerugian yang menjadi
tanggung jawab pelaku tindak pidana.
Berkaitan dengan anak yang menjadi korban tindak
pidana/kejahatan, pemerintah mengatur aturan pelaksana
dengan diterbitkannya Peraturan Pemerintah
Nomor 43 Tahun 2017 tentang Pelaksanaan Restitusi
Bagi Anak Yang Menjadi Korban Tindak Pidana. Peraturan
Pemerintah Nomor 43 Tahun 2017 ini menjadi panduan
pelaksanaan restitusi sesuai perintah Pasal 71 D Undang-
Undang Nomor 35 tahun 2014 tentang Perlindungan Anak.
Dengan lahirnya Peraturan Pemerintah ini, diharapkan
keadilan dan hak-hak bagi anak korban dapat terpenuhi dan
dilaksanakan sepenuhnya.
Dalam hukum acara
pidana, negara hanya
fokus pada tersangka
yaitu orang yang
melakukan pidana.
Yang menjadi masalah,
hak korban itu apa.
Permasalahan korban
inilah, khususnya anak
yang menjadi korban
tindak pidana, yang
mencetuskan
pemikiran tentang
aturan restitusi.
DATA PENANGANAN PERKARA PIDUM KEJAKSAAN NEGERI LEBONG
240
New firms
Average income
67%
Expansion of the sector
0
2
4
6
8
10
12
14
2019 2020 2021 2022
Perkara yang putus
tanpa restitusi = 26
Perkara
perkara yang
mencantumkan
restitusi = 1 Perkara
Sumber : Data Diolah
INDENTIFIKASI MASALAH
Belum optimalnya penerapan hak restitusi
bagi anak korban tindak pidana
pemerkosaan.
Belum adanya kesadaran penuh dari Jaksa
Penuntut Umum dalam menerapkan hak
restitusi pada tuntutan korban perkara
pemerkosaan anak.
Belum adanya lembaga perlindungan saksi
dan korban yang ada di daerah, sehingga
menyulitkan koordinasi dalam perhitungan
pemenuhan hak restitusi.
RUMUSAN MASALAH
Bagaimana
pemenuhan hak anak
korban pemerkosaan
melalui pelaksanaan
restitusi di wilayah
hukum Kejaksaan
Negeri Lebong ?
Apa hambatan yang
dihadapi Jaksa dalam
pemenuhan hak anak
korban pemerkosaan
melalui restitusi di
Kejaksaan Negeri
Lebong?
Apa upaya
mengoptimalkan dalam
pemenuhan hak anak
korban pemerkosaan
melalui pelaksanaan
restitusi di wilayah
hukum Kejaksaan
Negeri Lebong ?
 Untuk mengetahui dan mendeskripsikan pemenuhan hak
anak korban pemerkosaan melalui pelaksanaan restitusi di
wilayah hukum Kejaksaan Negeri Lebong.
 Untuk mengetahui hambatan Jaksa dalam hal pemenuhan
hak anak korban pemerkosaan melalui pelaksanaan
restitusi di wilayah hukum Kejaksaan Negeri Lebong.
 Untuk mengetahui upaya optimal dalam pemenuhan hak
anak korban pemerkosaan melalui pelaksanaan restitusi di
wilayah hukum Kejaksaan Negeri Lebong.
TUJUAN PENELITIAN
MANFAAT PRAKTIS
 Memberikan informasi
kepada masyarakat
tentang bagaimana
pemenuhan hak anak
apabila menjadi korban
pemerkosaan
 sumbangan pemikiran
bagi para penegak hukum,
khususnya JPU dalam hal
pemenuhan hak restitusi
terhadap anak korban
pemerkosaan
KEGUNAAN PENELITIAN
MANFAAT TEORITIS
perkembangan ilmu
pengetahuan dalam bidang
Ilmu Hukum, khususnya
yang berkaitan dengan
masalah perlindungan anak
KEASLIAN PENELITIAN
Pemenuhan Hak
Restitusi Bagi Anak
Korban Kejahatan
Seksual (Studi
Kasus Makassar
Tahun 2018-2019)
Pemenuhan Restitusi
Anak Korban
Kekerasan Seksual
Berdasarkan
Peraturan Pemerintah
Nomor 43 Tahun 2017
Kompensasi dan
restitusi Bagi Korban
Pelanggaran Hak
Asasi Manusia Yang
Berat.
KERANGKA TEORI
TEORI IMPLEMENTASI/
PENERAPAN
PERATURAN
TEORI PERLINDUNGAN
HUKUM TERHADAP
ANAK
TEORI OPTIMALISASI
PENERAPAN PERATURAN
PERUNDANG-UNDANGAN
TEORI HAMBATAN
DALAM PENEGAKAN
HUKUM
Eugen Ehrlich :
Hukum positif
mempunyai daya
berlaku yang
efektif jika sejalan
dengan hukum
yang hidup di
masyarakat. Pusat
hukum terdapat
pada masyarakat
itu sendiri.
Menurut Soerjono
Soekanto, faktor2 yang
mempengaruhi penegakan
hukum :
1. Faktor Hukum
2. Faktor Penegak Hukum
3. Sarana/Fasilitas
Pendukung
4. Masyarakat
Roscoe Pound mengamati
dan menguraikan hukum
untuk membedakan law in
the books dan law in
action, optimalisasi
tercapai apabila tujuan2
hukum dapat terwujud
KERANGKA KONSEPTUAL
KONSEP KEKERASAN
SEKSUAL TERHADAP ANAK
KONSEP RESTITUSI
Menurut UU No 31 Tahun 2014 tentang
Perlindungan Saksi dan Korban, restitusi
adalah ganti kerugian yang diberikan
kepada korban/keluarganya oleh pelaku
atau pihak ketiga.
Menurut Undang Undang Nomor 35
Tahun 2014 Pasal 1 ayat (15) huruf a,
Kekerasan adalah setiap perbuatan
terhadap anak yang berakibat timbulnya
kesengsaraan atau penderitaan secara
fisik, psikis, seksual, dan/atau
penelantaran, termasuk ancaman untuk
melakukan perbuatan, pemaksaan, atau
perampasan kemerdekaan secara
melawan hukum.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
B. PERLINDUNGAN HUKUM THDP HAK ANAK KORBAN PEMERKOSAAN
1. Hak-Hak Anak
2. Definisi Korban
3. Prinsip Perlindungan Hukum Terhadap Anak Korban
4. Tugas dan wewenang Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban
A. TINJAUAN TENTANG TP PERKOSAAN SBG DELIK KESUSILAAN
1. Keadilan Bagi Anak Korban Pemerkosaan
2. Peran Kejaksaan Sebagai Unsur Penegak Hukum
C. PENEGAKAN HUKUM BAGI ANAK KORBAN PEMERKOSAAN
1. Tinjauan Umum Tentang Delik Kesusilaan
2. Uraian Tentang Tindak Pidana Perkosaan
3. Tindak Pidana Perkosaan Terhadap Anak
PENDEKATAN
PENELITIAN
BAB III
METODE PENELITIAN
JENIS
PENELITIAN
Penelitian Yuridis
Empiris
Menganalisis dan
mengkaji bekerjanya
hukum di masyarakat
SUMBER
DATA
TEKNIK
PENENTUAN
SAMPEL
Deskriptif Preskriptif
Penelitian deskriptif preskriptif bermaksud
untuk melukiskan, menggambarkan,
membahas dan menguraikan suatu perkara
serta mendapatkan saran-saran dalam
upaya optimalisasi pemenuhan hak anak
korban pemerkosaan melalui pelaksanaan
restitusi di wilayah hukum Kejaksaan
Negeri Lebong.
1. Data Primer
2. Data Sekunder
1. Populasi
LPSK, Jaksa, Hakim
2. Sampel
 Aiman Noveri,SH.MH
 Johan Satya Adhiyaksa,SH.MH
 Husnul Kholifah,SH
 Hendro Hezkiel Siboro,SH
 Anisa Roshda Diana, SH
Metode Pengumpulan
Data
1. Pengumpulan Data
Primer
2. Pengumpulan Data
Sekunder
Metode Pengolahan Data
Data yang telah diperoleh
akan diolah dengan tahapan
Editing dan Coding
Metode Analisis Data
Data dianalisis kualitatif, dengan menggunakan metode deduktif, yaitu kerangka
berpikir dengan cara menarik kesimpulan dari data yang bersifat umum kedalam
data yang bersifat khusus dan data yang diperoleh dari responden ditarik untuk
menggambarkan populasi dengan menggunakan metode induktif yaitu kerangka
berpikir dengan menarik kesimpulan dari data-data yang bersifat khusus ke data-data
yang bersifat umum.
BAB IV HASIL PENELITIAN
DAN PEMBAHASAN
A. Pemenuhan hak anak korban pemerkosaan melalui
pelaksanaan restitusi di wilayah hukum Kejaksaan Negeri
Lebong
DASAR PEMENUHAN
Psl 28B ayat (2), setiap anak berhak atas kelangsungan hidup tumbuh,
berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi
Pasal 7a ayat (1) korban tindak pidana berhak memperoleh restitusi
berupa:
1. Ganti kerugian atas kehilangan kekayaan/penghasilan
2. Ganti kerugianyang ditimbulkan akibat penderitaan yang
berkaitan langsung dengan TP
3. Penggantian biaya perwatan medis/psikologis
Pasal 71 D setiap anak yang menjadi korban, berhak mengajukan ke
pengadilan berupa hak atas restitusi yang menjadi tanggungjawab pelaku
kejahatan
UUD 1945
UU 23 TAHUN 2002
UU 35 TAHUN 2014
UU 13 TAHUN 2006
UU 31 TAHUN 2014
Perlindungan
anak
Perlindungan
Saksi dan
Korban
PP 43 TAHUN 2017
KEPJA No:KEP-24/E/Ejp/2019 tentang Standar
Operasional Prosedur Penanganan Perkara
Tindak Pidana Umum (SOP 17.L/Restitusi
PP 7 TAHUN 2018
Ketentuan Umum, Tata Cara Pengajuan Permohonan Restitusi,
Tata Cara Pemberian Restitusi
Bab II, Bagian Kedua : Pemberian Restitusi
Setiap perkara dimana anak menjadi korban
pemerkosaan, dapat diterapkan restitusi sepanjang
ada permohonan dari keluarga yang mewakili korban
untuk didampingi oleh LPSK, Sehingga permintaan
restitusi tersebut dimasukkan dalam amar tuntutan
dan dilampirkan untuk diserahkan ke majelis hakim
agar mengabulkan tuntutan yang memuat restitusi
tersebut.
Restitusi bisa dikabulkan oleh Hakim sepanjang
ada rekomendasi penghitungan yang jelas oleh
LPSK, memenuhi ketentuan baik itu dari surat
permohonan, surat kuasa, rincian biayanya dan
tidak keluar dari ketentuan Pasal 7A ayat (1) PP
No 43 Tahun 2017 & Pasal 19 PP No 7 Tahun
2018.
SKEMA TAHAP PRA PENUNTUTAN
Perkara a.n. Rozid Gunawan Bin Saidin Ali
SPDP No : SPDP/02/I/2021/Reskrim
Berkas Perkara No: B/51/I/2021/Reskrim
P-18 No : B-125/L.7.17/Eku.1/02/2021
P-19 No : B-187/L.7.17/Eku.1/02/2021
Permohonan Restitusi oleh Keluarga Korban
Pengiriman Berkas Perkara Kembali
No : B/156/III/2021/Reskrim
15 Januari 2021
27 Januari 2021
03 Februari 2021
04 Februari 2021
26 Februari 2021
09 Maret 2021
P-21 : B – 276/L.7.17/EKU.2/03/2021
Disangkakan Psl 81 ayat (1) Jo Psl 76
D ayat(3) UU RI No. 35 Tahun 2014
Penelitian BP dan koordinasi dg
penyidik
Petunjuk Jaksa Peneliti untuk
melengkapi berkas dengan
permohonan restitusi
Dinyatakan lengkap,
SKEMA TAHAP PENUNTUTAN
Perkara a.n. Rozid Gunawan Bin Saidin Ali
P-16 A No : Print -03/L.7.17/Eku.2/03/2021
Laporan Penilaian Restitusi
No : 0138/P.BPP-LPSK/II/2021
P-31 No : APB-02/L.7.17/Eku.2/03/2021
P-42 No : PDM-03/LBG/02/2021
Putusan PN : 16/Pid.Sus/2021/PN.Tub
10 Maret 2021
16 Maret 2021
17 Maret 2021
08 April 2021
06 Mei 2021
18 Mei 2021
P-48 : Print – 05/L.7.17/Eku.3/05/2021
Kajari menunjuk JPU
Dasar JPU untuk mencantumkan
dalam tuntutannya
Proses sidang, pemeriksaan saksi,
terdakwa dan bb serta ahli
Pidana Penjara, denda, pembayaran
restitusi
idem
Bab III PP 43 Th 2017 tentang cara
pemberian restitusi
SERAH TERIMA PEMBAYARAN RESTITUSI
OLEH KELUARGA TERPIDANA KEPADA ANAK KORBAN
PADA TANGGAL 18 MEI 2021
SESUAI Putusan PN : 16/Pid.Sus/2021/PN.Tub
B. Hambatan yang dihadapi Jaksa dalam pemenuhan hak anak
korban pemerkosaan melalui restitusi di Kejaksaan Negeri
Lebong
Kejaksaan selaku unsur penegak hukum, merupakan garda
terdepan dalam penerapan hukum. Dalam pemenuhan hak anak
korban pemerkosaan melalui restitusi, terdapat hambatan-
hambatan yang dialami Jaksa selaku Penuntut Umum sehingga
menyebabkan pemenuhan hak anak korban tidak sepenuhnya
dapat terpenuhi.
1. Jaksa selaku penuntut umum menjadi wajib mencantumkan
restitusi dalam tuntutan jika ada permohonan restitusi dari LPSK
yang mewakili anak korban. Sepanjang tidak ada permohonan
restitusi dari yang mewakili korban, penuntut umum hanya
berperan mensosialisasikan hak-hak korban yang bisa
diperjuangkan. (Husnul Kholifah, SH)
2. Hambatan dalam hal menerapkan tuntutan ganti rugi untuk anak
korban pemerkosaan, disebabkan karena banyak kasus pelaku
dari tindak pidana perkosaan ini adalah keluarga ataupun orang
terdekat korban sehingga keluarga korban tidak mengajukan
permohonan restitusi. Selain itu pelaku merupakan masyarakat
yang kurang mampu secara finansial, sehingga kesulitan
membayar ganti kerugian yang akan dibebankan kepadanya.
(Johan Satya Adhiyaksa, SH.MH)
3. Kesadaran hukum bagi korban agar dapat mengajukan tuntutan
restitusi kepada tersangka atau terdakwa sehingga pemenuhan
hak anak korban melalui restitusi dapat terpenuhi. (Aiman
Noveri, SH.MH)
1. kesanggupan pelaku dalam hal pembayaran restitusi itu
nantinya. Majelis Hakim tidak menghendaki putusannya
menjadi non-executable, karena pelaku tidak
melaksanakan pembayaran restitusi sesuai dengan amar
putusan. Seperti yang diketahui bahwa tidak ada akibat
hukum atau sanksi apapun apabila pelaku tidak membayar
restitusi tersebut.
2. Tidak ada sanksi bagi Hakim apabila tidak menerapkan
restitusi dalam putusan perkara anak korban pemerkosaan.
Namun adanya restitusi atau tidak bergantung kepada
tuntutan Jaksa Penuntut Umum. Kemudian dikabulkannya
tuntutan terkait restitusi tersebut, juga mempertimbangkan
aspek-aspek ketentuan yang telah diatur. Sepanjang sesuai
ketentuan, pada prinsipnya Majelis Hakim akan
mengabulkan permohonan ganti kerugian terhadap anak
korban melalui restitusi.
1) Penghitungan restitusi tidak masuk ke dalam
tuntutan JPU karena:
a.JPU beralasan tidak memiliki dasar hukum
untuk menuntut restitusi kepada terdakwa.
b.JPU beralasan mengetahui ketidakmampuan
terdakwa dalam membayar restitusi kepada
korban atau terdakwa bukanlah sebagai
pelaku utama tindak pidana.
1) Penghitungan restitusi tidak dikabulkan Hakim
karena:
a.Hakim tidak mendalami kerugian yang
dialami korban.
b.Hakim tidak memiliki perspektif Korban.
c.Hakim menilai terdakwa tidak memiliki
kemampuan membayar restitusi.
C. Upaya optimal dalam pemenuhan hak anak korban
pemerkosaan melalui pelaksanaan restitusi di wilayah
hukum Kejaksaan Negeri Lebong
Sosialisasi dan pemahaman terkait substansi hukum
tentang hak anak korban tindak pidana kekerasan seksual
untuk mendapatkan restitusi menjadi sangat penting
karena permohonan restitusi harus diajukan oleh anak
korban dan/atau keluarganya terlebih dahulu dan tidak
serta merta didapatkan.
a. Perlu kesepahaman penyidik, penuntut umum dan
hakim agar menerima restitusi sebagai bagian
hak korban tindak pidana yang dapat masuk
dalam proses peradilan.
b. Perlunya segera diwujudkan Peraturan
Mahkamah Agung yang mengatur penetapan
restitusi terhadap perkara yang sudah
berkekuatan hukum tetap yang belum
mendapatkan restitusi.
c. Perlunya dibuat peraturan mengenai sita asset
pelaku guna kepastian pembayaran restitusi.
d. Agar pelaku memenuhi hak korban atas restitusi,
jaksa penuntut umum dan hakim dalam putusan
sebaiknya memberatkan hukuman pelaku
e. Perlu ditingkatkan pengetahuan tentang hak-hak
saksi/korban dan pengenalan LPSK kepada
polisi, jaksa dan hakim
Upaya agar pemenuhan hak anak korban
pemerkosaan dapat terpenuhi dengan
optimal adalah bagaimana keaktifan LSPK
dalam hal pemberian informasi dan
sosialisasi terkait dengan adanya hak
restitusi bagi anak korban pemerkosaan.
Selain itu diharapkan kedepannya terdapat
kantor LPSK di daerah, sehingga
memudahkan. koordinasi dan konsultasi
dalam hal pengajuan restitusi.
1. Pemenuhan hak anak korban pemerkosaan melalui pelaksanaan restitusi pada Wilayah
Hukum Kejaksaan Negeri Lebong, belum diterapkan secara efektif dan maksimal. Persentase
yang berhasil hanya 0,037% dari 27 perkara pemerkosaan anak yang sudah ditangani. Untuk
keberhasilan pemenuhan hak anak korban pemerkosaan yang berhasil dimulai dengan
koordinasi pada proses prapenuntutan, penuntutan dan eksekusi. Jaksa Penuntut Umum
berperan sebagai fasilitator dan eksekutor sehingga terpidana bersedia membayar denda
restitusi sesuai putusan Hakim.
2. Hambatan yang dihadapi Jaksa Penuntut Umum :
a. Jaksa Penuntut Umum terkendala dalam hal koordinasi dan konsultasi kepada LPSK, karena LPSK
berlokasi di Jakarta.
b. Kurangnya orientasi Jaksa Penuntut Umum terhadap perlindungan anak korban pemerkosaan.
c. Kurangnya pengetahuan pihak korban tentang hak restitusi.
d. Banyak kasus pelaku biasanya berasal dari keluarga dan orang terdekat korban.
e. Ketidakmampuan finansial pelaku membayar restitusi.
3. Upaya optimal agar pemenuhan hak anak korban pemerkosaan dapat terpenuhi adalah :
a. Adanya peran aktif LSPK dalam hal pemberian informasi dan sosialisasi terkait hak restitusi bagi anak
korban pemerkosaan.
b. Adanya kantor LPSK di daerah, sehingga memudahkan koordinasi dan konsultasi dalam hal
pengajuan restitusi.
c. Adanya kesepahaman aparat penegak hukum dalam hal ini Penyidik, Penuntut Umum dan Hakim
dalam memenuhi restitusi sebagai salah satu hak korban pemerkosaan.
d. Memaksimalkan hukuman pelaku yang tidak membayar restitusi.
1. Diharapkan Jaksa Penuntut Umum mengoptimalkan penerapan Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun
2017 tentang Pelaksanaan Restitusi Bagi Anak Korban Tindak Pidana dalam tuntutannya dan berupaya
maksimal mengeksekusi sesuai dengan tugas tupoksinya sebagai eksekutor perkara terhadap pelaksanaan
putusan yang sudah incracht.
2. Diharapkan ada koordinasi yang baik antara aparat penegak hukum dalam hal penanganan perkara
pemerkosaan anak dengan mempedomani Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2017 tentang
Pelaksanaan Restitusi Bagi Anak Korban Tindak Pidana, sehingga anak korban mendapatkan ganti
kerugian pasca terjadinya tindak pidana pemerkosaan.
3. Diharapkan aparat penegak hukum mengefektifkan peran LPSK dalam hal pemenuhan hak anak korban
pemerkosaan, sehingga LPSK dapat melakukan penghitungan kerugian pada setiap perkara
pemerkosaan anak.
4. Diharapkan adanya Kantor Perwakilan LPSK di daerah, sehingga memudahkan Jaksa dalam hal
koordinasi dan konsultasi pengajuan restitusi untuk anak korban pemerkosaan.
restitusi fix terhadap korban pemerkosaan  di I ndonesia

More Related Content

Similar to restitusi fix terhadap korban pemerkosaan di I ndonesia

Salinan_UU_Nomor_12_Tahun_2022 TPKS.pdf
Salinan_UU_Nomor_12_Tahun_2022 TPKS.pdfSalinan_UU_Nomor_12_Tahun_2022 TPKS.pdf
Salinan_UU_Nomor_12_Tahun_2022 TPKS.pdfIrawan Setyabudi
 
Sosiologi Hukum - Penghakiman Massa
Sosiologi Hukum - Penghakiman MassaSosiologi Hukum - Penghakiman Massa
Sosiologi Hukum - Penghakiman Massamuces
 
UU no12 TPKS-2022
UU no12 TPKS-2022UU no12 TPKS-2022
UU no12 TPKS-2022LennyS12
 
Salinan PP Nomor 70 Tahun 2020
Salinan PP Nomor 70 Tahun 2020Salinan PP Nomor 70 Tahun 2020
Salinan PP Nomor 70 Tahun 2020CIkumparan
 
KEBIJAKAN PEMERINTAH MENJAMIN HAK ANAK dalam KASUS KEKERASAN SEKSUAL
KEBIJAKAN PEMERINTAH  MENJAMIN HAK ANAK dalam KASUS KEKERASAN    SEKSUALKEBIJAKAN PEMERINTAH  MENJAMIN HAK ANAK dalam KASUS KEKERASAN    SEKSUAL
KEBIJAKAN PEMERINTAH MENJAMIN HAK ANAK dalam KASUS KEKERASAN SEKSUALRizkiKurniawati8
 
PROKER FH SUMPUR KUDUS.pptx
PROKER FH SUMPUR KUDUS.pptxPROKER FH SUMPUR KUDUS.pptx
PROKER FH SUMPUR KUDUS.pptxgirlaesthetic
 
Pers release pernyataan sikap ecpat indonesia terhadap kasus perundungan di...
Pers release  pernyataan sikap  ecpat indonesia terhadap kasus perundungan di...Pers release  pernyataan sikap  ecpat indonesia terhadap kasus perundungan di...
Pers release pernyataan sikap ecpat indonesia terhadap kasus perundungan di...ECPAT Indonesia
 
STOP KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK (3).ppt
STOP KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK (3).pptSTOP KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK (3).ppt
STOP KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK (3).pptBidangPPdanPA
 
stopkekerasanterhadapperempuandananak3-230718105752-6df0840f (1).pdf
stopkekerasanterhadapperempuandananak3-230718105752-6df0840f (1).pdfstopkekerasanterhadapperempuandananak3-230718105752-6df0840f (1).pdf
stopkekerasanterhadapperempuandananak3-230718105752-6df0840f (1).pdfJayaSaragih3
 
Salinan Perpres Nomor 101 Tahun 2022
Salinan Perpres Nomor 101 Tahun 2022Salinan Perpres Nomor 101 Tahun 2022
Salinan Perpres Nomor 101 Tahun 2022CIkumparan
 
dokfor-perkosaan-kekerasan-dalam-rumah-tangga.ppt
dokfor-perkosaan-kekerasan-dalam-rumah-tangga.pptdokfor-perkosaan-kekerasan-dalam-rumah-tangga.ppt
dokfor-perkosaan-kekerasan-dalam-rumah-tangga.pptyunimamaIrdinakelas7
 
Perlindungan dan penegakan hukum terhadap kasus kekerasan seksual pada anak
Perlindungan dan penegakan hukum terhadap kasus kekerasan seksual pada anakPerlindungan dan penegakan hukum terhadap kasus kekerasan seksual pada anak
Perlindungan dan penegakan hukum terhadap kasus kekerasan seksual pada anakTrini Handayani
 
TINDAK PIDANA TERHADAP KEHORMATAN.pptx
TINDAK PIDANA TERHADAP KEHORMATAN.pptxTINDAK PIDANA TERHADAP KEHORMATAN.pptx
TINDAK PIDANA TERHADAP KEHORMATAN.pptxRizkyAulia61
 
Bantuan hukum golongan tidak mampu
Bantuan hukum golongan tidak mampuBantuan hukum golongan tidak mampu
Bantuan hukum golongan tidak mampuindra wijaya
 
SRA_LAMPUNG TENGAH.pptx
SRA_LAMPUNG TENGAH.pptxSRA_LAMPUNG TENGAH.pptx
SRA_LAMPUNG TENGAH.pptxB4ngiman
 
Naskah akademik
Naskah akademikNaskah akademik
Naskah akademikasmadibeny
 
Pertimbangan hakim dalam penjatuhan sanksi pidana terhadap anak pelaku tindak...
Pertimbangan hakim dalam penjatuhan sanksi pidana terhadap anak pelaku tindak...Pertimbangan hakim dalam penjatuhan sanksi pidana terhadap anak pelaku tindak...
Pertimbangan hakim dalam penjatuhan sanksi pidana terhadap anak pelaku tindak...MAfrizal5
 
Perda 2 2017 ttg PPA PPB.pdf
Perda 2  2017 ttg PPA PPB.pdfPerda 2  2017 ttg PPA PPB.pdf
Perda 2 2017 ttg PPA PPB.pdfHerlita5
 

Similar to restitusi fix terhadap korban pemerkosaan di I ndonesia (20)

Analisis uu
Analisis uu Analisis uu
Analisis uu
 
Salinan_UU_Nomor_12_Tahun_2022 TPKS.pdf
Salinan_UU_Nomor_12_Tahun_2022 TPKS.pdfSalinan_UU_Nomor_12_Tahun_2022 TPKS.pdf
Salinan_UU_Nomor_12_Tahun_2022 TPKS.pdf
 
Sosiologi Hukum - Penghakiman Massa
Sosiologi Hukum - Penghakiman MassaSosiologi Hukum - Penghakiman Massa
Sosiologi Hukum - Penghakiman Massa
 
kocag.pptx
kocag.pptxkocag.pptx
kocag.pptx
 
UU no12 TPKS-2022
UU no12 TPKS-2022UU no12 TPKS-2022
UU no12 TPKS-2022
 
Salinan PP Nomor 70 Tahun 2020
Salinan PP Nomor 70 Tahun 2020Salinan PP Nomor 70 Tahun 2020
Salinan PP Nomor 70 Tahun 2020
 
KEBIJAKAN PEMERINTAH MENJAMIN HAK ANAK dalam KASUS KEKERASAN SEKSUAL
KEBIJAKAN PEMERINTAH  MENJAMIN HAK ANAK dalam KASUS KEKERASAN    SEKSUALKEBIJAKAN PEMERINTAH  MENJAMIN HAK ANAK dalam KASUS KEKERASAN    SEKSUAL
KEBIJAKAN PEMERINTAH MENJAMIN HAK ANAK dalam KASUS KEKERASAN SEKSUAL
 
PROKER FH SUMPUR KUDUS.pptx
PROKER FH SUMPUR KUDUS.pptxPROKER FH SUMPUR KUDUS.pptx
PROKER FH SUMPUR KUDUS.pptx
 
Pers release pernyataan sikap ecpat indonesia terhadap kasus perundungan di...
Pers release  pernyataan sikap  ecpat indonesia terhadap kasus perundungan di...Pers release  pernyataan sikap  ecpat indonesia terhadap kasus perundungan di...
Pers release pernyataan sikap ecpat indonesia terhadap kasus perundungan di...
 
STOP KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK (3).ppt
STOP KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK (3).pptSTOP KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK (3).ppt
STOP KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK (3).ppt
 
stopkekerasanterhadapperempuandananak3-230718105752-6df0840f (1).pdf
stopkekerasanterhadapperempuandananak3-230718105752-6df0840f (1).pdfstopkekerasanterhadapperempuandananak3-230718105752-6df0840f (1).pdf
stopkekerasanterhadapperempuandananak3-230718105752-6df0840f (1).pdf
 
Salinan Perpres Nomor 101 Tahun 2022
Salinan Perpres Nomor 101 Tahun 2022Salinan Perpres Nomor 101 Tahun 2022
Salinan Perpres Nomor 101 Tahun 2022
 
dokfor-perkosaan-kekerasan-dalam-rumah-tangga.ppt
dokfor-perkosaan-kekerasan-dalam-rumah-tangga.pptdokfor-perkosaan-kekerasan-dalam-rumah-tangga.ppt
dokfor-perkosaan-kekerasan-dalam-rumah-tangga.ppt
 
Perlindungan dan penegakan hukum terhadap kasus kekerasan seksual pada anak
Perlindungan dan penegakan hukum terhadap kasus kekerasan seksual pada anakPerlindungan dan penegakan hukum terhadap kasus kekerasan seksual pada anak
Perlindungan dan penegakan hukum terhadap kasus kekerasan seksual pada anak
 
TINDAK PIDANA TERHADAP KEHORMATAN.pptx
TINDAK PIDANA TERHADAP KEHORMATAN.pptxTINDAK PIDANA TERHADAP KEHORMATAN.pptx
TINDAK PIDANA TERHADAP KEHORMATAN.pptx
 
Bantuan hukum golongan tidak mampu
Bantuan hukum golongan tidak mampuBantuan hukum golongan tidak mampu
Bantuan hukum golongan tidak mampu
 
SRA_LAMPUNG TENGAH.pptx
SRA_LAMPUNG TENGAH.pptxSRA_LAMPUNG TENGAH.pptx
SRA_LAMPUNG TENGAH.pptx
 
Naskah akademik
Naskah akademikNaskah akademik
Naskah akademik
 
Pertimbangan hakim dalam penjatuhan sanksi pidana terhadap anak pelaku tindak...
Pertimbangan hakim dalam penjatuhan sanksi pidana terhadap anak pelaku tindak...Pertimbangan hakim dalam penjatuhan sanksi pidana terhadap anak pelaku tindak...
Pertimbangan hakim dalam penjatuhan sanksi pidana terhadap anak pelaku tindak...
 
Perda 2 2017 ttg PPA PPB.pdf
Perda 2  2017 ttg PPA PPB.pdfPerda 2  2017 ttg PPA PPB.pdf
Perda 2 2017 ttg PPA PPB.pdf
 

Recently uploaded

interpretasi literal and purposive .pptx
interpretasi literal and purposive .pptxinterpretasi literal and purposive .pptx
interpretasi literal and purposive .pptxekahariansyah96
 
materi hukum perbankan di Indonesia untuk perguruan tinggi
materi hukum perbankan di Indonesia  untuk perguruan tinggimateri hukum perbankan di Indonesia  untuk perguruan tinggi
materi hukum perbankan di Indonesia untuk perguruan tinggissuser8b8170
 
aspek hukum ttg kepailitan, pkpu, pengadilan niaga
aspek hukum ttg kepailitan, pkpu, pengadilan niagaaspek hukum ttg kepailitan, pkpu, pengadilan niaga
aspek hukum ttg kepailitan, pkpu, pengadilan niagaastrinovianti699
 
Potensi Pelanggaran pemilu 2024 kesiapan
Potensi Pelanggaran pemilu 2024 kesiapanPotensi Pelanggaran pemilu 2024 kesiapan
Potensi Pelanggaran pemilu 2024 kesiapanDIVISIPENCEGAHAN
 
materi hukum bisnis hukum persaingan usaha
materi hukum bisnis hukum persaingan usahamateri hukum bisnis hukum persaingan usaha
materi hukum bisnis hukum persaingan usahayunitahatmayantihafi
 
pilihan hukum dan perjanjian internasional dan pilihan forum
pilihan hukum dan perjanjian internasional dan pilihan forumpilihan hukum dan perjanjian internasional dan pilihan forum
pilihan hukum dan perjanjian internasional dan pilihan forumekahariansyah96
 
PPT-UEU-Manajemen-Logistik-Pelayanan-Kesehatan-Pertemuan-5.pptx
PPT-UEU-Manajemen-Logistik-Pelayanan-Kesehatan-Pertemuan-5.pptxPPT-UEU-Manajemen-Logistik-Pelayanan-Kesehatan-Pertemuan-5.pptx
PPT-UEU-Manajemen-Logistik-Pelayanan-Kesehatan-Pertemuan-5.pptxmuhammadrezza14
 

Recently uploaded (7)

interpretasi literal and purposive .pptx
interpretasi literal and purposive .pptxinterpretasi literal and purposive .pptx
interpretasi literal and purposive .pptx
 
materi hukum perbankan di Indonesia untuk perguruan tinggi
materi hukum perbankan di Indonesia  untuk perguruan tinggimateri hukum perbankan di Indonesia  untuk perguruan tinggi
materi hukum perbankan di Indonesia untuk perguruan tinggi
 
aspek hukum ttg kepailitan, pkpu, pengadilan niaga
aspek hukum ttg kepailitan, pkpu, pengadilan niagaaspek hukum ttg kepailitan, pkpu, pengadilan niaga
aspek hukum ttg kepailitan, pkpu, pengadilan niaga
 
Potensi Pelanggaran pemilu 2024 kesiapan
Potensi Pelanggaran pemilu 2024 kesiapanPotensi Pelanggaran pemilu 2024 kesiapan
Potensi Pelanggaran pemilu 2024 kesiapan
 
materi hukum bisnis hukum persaingan usaha
materi hukum bisnis hukum persaingan usahamateri hukum bisnis hukum persaingan usaha
materi hukum bisnis hukum persaingan usaha
 
pilihan hukum dan perjanjian internasional dan pilihan forum
pilihan hukum dan perjanjian internasional dan pilihan forumpilihan hukum dan perjanjian internasional dan pilihan forum
pilihan hukum dan perjanjian internasional dan pilihan forum
 
PPT-UEU-Manajemen-Logistik-Pelayanan-Kesehatan-Pertemuan-5.pptx
PPT-UEU-Manajemen-Logistik-Pelayanan-Kesehatan-Pertemuan-5.pptxPPT-UEU-Manajemen-Logistik-Pelayanan-Kesehatan-Pertemuan-5.pptx
PPT-UEU-Manajemen-Logistik-Pelayanan-Kesehatan-Pertemuan-5.pptx
 

restitusi fix terhadap korban pemerkosaan di I ndonesia

  • 1. SIDANG TESIS PEMENUHAN HAK ANAK KORBAN PEMERKOSAAN MELALUI PELAKSANAAN RESTITUSI DI WILAYAH HUKUM KEJAKSAAN NEGERI LEBONG Oleh SELVI UTAMI NPM. B2A019041 PROGRAM PASCASARJANA ILMU HUKUM UNIVERSITAS BENGKULU 2022
  • 2. DAMPAK PEMERKOSAAN STRES PASCA KEJADIAN LEVEL RINGAN LEVEL BERAT Kesakitan secara fisik, rasa bersalah, takut, cemas malu, marah dan tidak berdaya STRES JANGKA PANJANG Trauma, kurang percaya diri, negative thingking, menutup diri dari pergaulan, dan reaksi somatik POST TRAUMATIC STRESS DISORDER Mimpi buruk, sulit tidur, kehilangan nafsu makan, depresi, ketakutan dan gangguan emosi Tindak pidana perkosaan termasuk salah satu kejahatan terhadap kesusilaan yang diatur dalam Pasal 285 KUHP, yang berbunyi : “Barangsiapa dengan kekerasan atau dengan ancaman kekerasan memaksa seorang wanita bersetubuh dengan dia di luar pernikahan, diancam karena melakukan perkosaan, dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun”. I. LATAR BELAKANG
  • 3. Pemerintah telah menerbitkan berbagai regulasi atau instrumen hukum sebagai bentuk perhatian terhadap anak, salah satunya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. Dalam Pasal 3 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak menyebutkan bahwa: Perlindungan anak bertujuan untuk menjamin terpenuhinya kebutuhan anak agar dapat hidup, tumbuh dan berkembang serta berpartisipasi secara optimal sesuai harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapatkan perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi demi terwujudnya anak Indonesia yang berkualitas, berakhlak mulia dan sejahtera.
  • 4. UU No 13 Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban, yang telah mengalami perubahan beberapa pasal dengan diundangkannya Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2014. Dalam Pasal 7 ayat (1) UU No 31 Tahun 2014 tentang Perlindungan Saksi dan Korban, korban melalui Lembaga Perlindungan Saksi Korban berhak mengajukan ke pengadilan berupa: 1. hak kompensasi dalam kasus pelanggaran hak asasi manusia yang berat; 2. hak atas restitusi atau ganti kerugian yang menjadi tanggung jawab pelaku tindak pidana. Berkaitan dengan anak yang menjadi korban tindak pidana/kejahatan, pemerintah mengatur aturan pelaksana dengan diterbitkannya Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2017 tentang Pelaksanaan Restitusi Bagi Anak Yang Menjadi Korban Tindak Pidana. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2017 ini menjadi panduan pelaksanaan restitusi sesuai perintah Pasal 71 D Undang- Undang Nomor 35 tahun 2014 tentang Perlindungan Anak. Dengan lahirnya Peraturan Pemerintah ini, diharapkan keadilan dan hak-hak bagi anak korban dapat terpenuhi dan dilaksanakan sepenuhnya. Dalam hukum acara pidana, negara hanya fokus pada tersangka yaitu orang yang melakukan pidana. Yang menjadi masalah, hak korban itu apa. Permasalahan korban inilah, khususnya anak yang menjadi korban tindak pidana, yang mencetuskan pemikiran tentang aturan restitusi.
  • 5.
  • 6. DATA PENANGANAN PERKARA PIDUM KEJAKSAAN NEGERI LEBONG 240 New firms Average income 67% Expansion of the sector 0 2 4 6 8 10 12 14 2019 2020 2021 2022 Perkara yang putus tanpa restitusi = 26 Perkara perkara yang mencantumkan restitusi = 1 Perkara Sumber : Data Diolah
  • 7. INDENTIFIKASI MASALAH Belum optimalnya penerapan hak restitusi bagi anak korban tindak pidana pemerkosaan. Belum adanya kesadaran penuh dari Jaksa Penuntut Umum dalam menerapkan hak restitusi pada tuntutan korban perkara pemerkosaan anak. Belum adanya lembaga perlindungan saksi dan korban yang ada di daerah, sehingga menyulitkan koordinasi dalam perhitungan pemenuhan hak restitusi.
  • 8. RUMUSAN MASALAH Bagaimana pemenuhan hak anak korban pemerkosaan melalui pelaksanaan restitusi di wilayah hukum Kejaksaan Negeri Lebong ? Apa hambatan yang dihadapi Jaksa dalam pemenuhan hak anak korban pemerkosaan melalui restitusi di Kejaksaan Negeri Lebong? Apa upaya mengoptimalkan dalam pemenuhan hak anak korban pemerkosaan melalui pelaksanaan restitusi di wilayah hukum Kejaksaan Negeri Lebong ?
  • 9.  Untuk mengetahui dan mendeskripsikan pemenuhan hak anak korban pemerkosaan melalui pelaksanaan restitusi di wilayah hukum Kejaksaan Negeri Lebong.  Untuk mengetahui hambatan Jaksa dalam hal pemenuhan hak anak korban pemerkosaan melalui pelaksanaan restitusi di wilayah hukum Kejaksaan Negeri Lebong.  Untuk mengetahui upaya optimal dalam pemenuhan hak anak korban pemerkosaan melalui pelaksanaan restitusi di wilayah hukum Kejaksaan Negeri Lebong. TUJUAN PENELITIAN
  • 10. MANFAAT PRAKTIS  Memberikan informasi kepada masyarakat tentang bagaimana pemenuhan hak anak apabila menjadi korban pemerkosaan  sumbangan pemikiran bagi para penegak hukum, khususnya JPU dalam hal pemenuhan hak restitusi terhadap anak korban pemerkosaan KEGUNAAN PENELITIAN MANFAAT TEORITIS perkembangan ilmu pengetahuan dalam bidang Ilmu Hukum, khususnya yang berkaitan dengan masalah perlindungan anak
  • 11. KEASLIAN PENELITIAN Pemenuhan Hak Restitusi Bagi Anak Korban Kejahatan Seksual (Studi Kasus Makassar Tahun 2018-2019) Pemenuhan Restitusi Anak Korban Kekerasan Seksual Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2017 Kompensasi dan restitusi Bagi Korban Pelanggaran Hak Asasi Manusia Yang Berat.
  • 12. KERANGKA TEORI TEORI IMPLEMENTASI/ PENERAPAN PERATURAN TEORI PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK TEORI OPTIMALISASI PENERAPAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN TEORI HAMBATAN DALAM PENEGAKAN HUKUM Eugen Ehrlich : Hukum positif mempunyai daya berlaku yang efektif jika sejalan dengan hukum yang hidup di masyarakat. Pusat hukum terdapat pada masyarakat itu sendiri. Menurut Soerjono Soekanto, faktor2 yang mempengaruhi penegakan hukum : 1. Faktor Hukum 2. Faktor Penegak Hukum 3. Sarana/Fasilitas Pendukung 4. Masyarakat Roscoe Pound mengamati dan menguraikan hukum untuk membedakan law in the books dan law in action, optimalisasi tercapai apabila tujuan2 hukum dapat terwujud
  • 13. KERANGKA KONSEPTUAL KONSEP KEKERASAN SEKSUAL TERHADAP ANAK KONSEP RESTITUSI Menurut UU No 31 Tahun 2014 tentang Perlindungan Saksi dan Korban, restitusi adalah ganti kerugian yang diberikan kepada korban/keluarganya oleh pelaku atau pihak ketiga. Menurut Undang Undang Nomor 35 Tahun 2014 Pasal 1 ayat (15) huruf a, Kekerasan adalah setiap perbuatan terhadap anak yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, psikis, seksual, dan/atau penelantaran, termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan secara melawan hukum.
  • 14. BAB II TINJAUAN PUSTAKA B. PERLINDUNGAN HUKUM THDP HAK ANAK KORBAN PEMERKOSAAN 1. Hak-Hak Anak 2. Definisi Korban 3. Prinsip Perlindungan Hukum Terhadap Anak Korban 4. Tugas dan wewenang Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban A. TINJAUAN TENTANG TP PERKOSAAN SBG DELIK KESUSILAAN 1. Keadilan Bagi Anak Korban Pemerkosaan 2. Peran Kejaksaan Sebagai Unsur Penegak Hukum C. PENEGAKAN HUKUM BAGI ANAK KORBAN PEMERKOSAAN 1. Tinjauan Umum Tentang Delik Kesusilaan 2. Uraian Tentang Tindak Pidana Perkosaan 3. Tindak Pidana Perkosaan Terhadap Anak
  • 15. PENDEKATAN PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN JENIS PENELITIAN Penelitian Yuridis Empiris Menganalisis dan mengkaji bekerjanya hukum di masyarakat SUMBER DATA TEKNIK PENENTUAN SAMPEL Deskriptif Preskriptif Penelitian deskriptif preskriptif bermaksud untuk melukiskan, menggambarkan, membahas dan menguraikan suatu perkara serta mendapatkan saran-saran dalam upaya optimalisasi pemenuhan hak anak korban pemerkosaan melalui pelaksanaan restitusi di wilayah hukum Kejaksaan Negeri Lebong. 1. Data Primer 2. Data Sekunder 1. Populasi LPSK, Jaksa, Hakim 2. Sampel  Aiman Noveri,SH.MH  Johan Satya Adhiyaksa,SH.MH  Husnul Kholifah,SH  Hendro Hezkiel Siboro,SH  Anisa Roshda Diana, SH
  • 16. Metode Pengumpulan Data 1. Pengumpulan Data Primer 2. Pengumpulan Data Sekunder Metode Pengolahan Data Data yang telah diperoleh akan diolah dengan tahapan Editing dan Coding Metode Analisis Data Data dianalisis kualitatif, dengan menggunakan metode deduktif, yaitu kerangka berpikir dengan cara menarik kesimpulan dari data yang bersifat umum kedalam data yang bersifat khusus dan data yang diperoleh dari responden ditarik untuk menggambarkan populasi dengan menggunakan metode induktif yaitu kerangka berpikir dengan menarik kesimpulan dari data-data yang bersifat khusus ke data-data yang bersifat umum.
  • 17. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pemenuhan hak anak korban pemerkosaan melalui pelaksanaan restitusi di wilayah hukum Kejaksaan Negeri Lebong
  • 18. DASAR PEMENUHAN Psl 28B ayat (2), setiap anak berhak atas kelangsungan hidup tumbuh, berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi Pasal 7a ayat (1) korban tindak pidana berhak memperoleh restitusi berupa: 1. Ganti kerugian atas kehilangan kekayaan/penghasilan 2. Ganti kerugianyang ditimbulkan akibat penderitaan yang berkaitan langsung dengan TP 3. Penggantian biaya perwatan medis/psikologis Pasal 71 D setiap anak yang menjadi korban, berhak mengajukan ke pengadilan berupa hak atas restitusi yang menjadi tanggungjawab pelaku kejahatan UUD 1945 UU 23 TAHUN 2002 UU 35 TAHUN 2014 UU 13 TAHUN 2006 UU 31 TAHUN 2014 Perlindungan anak Perlindungan Saksi dan Korban PP 43 TAHUN 2017 KEPJA No:KEP-24/E/Ejp/2019 tentang Standar Operasional Prosedur Penanganan Perkara Tindak Pidana Umum (SOP 17.L/Restitusi PP 7 TAHUN 2018 Ketentuan Umum, Tata Cara Pengajuan Permohonan Restitusi, Tata Cara Pemberian Restitusi Bab II, Bagian Kedua : Pemberian Restitusi
  • 19. Setiap perkara dimana anak menjadi korban pemerkosaan, dapat diterapkan restitusi sepanjang ada permohonan dari keluarga yang mewakili korban untuk didampingi oleh LPSK, Sehingga permintaan restitusi tersebut dimasukkan dalam amar tuntutan dan dilampirkan untuk diserahkan ke majelis hakim agar mengabulkan tuntutan yang memuat restitusi tersebut. Restitusi bisa dikabulkan oleh Hakim sepanjang ada rekomendasi penghitungan yang jelas oleh LPSK, memenuhi ketentuan baik itu dari surat permohonan, surat kuasa, rincian biayanya dan tidak keluar dari ketentuan Pasal 7A ayat (1) PP No 43 Tahun 2017 & Pasal 19 PP No 7 Tahun 2018.
  • 20. SKEMA TAHAP PRA PENUNTUTAN Perkara a.n. Rozid Gunawan Bin Saidin Ali SPDP No : SPDP/02/I/2021/Reskrim Berkas Perkara No: B/51/I/2021/Reskrim P-18 No : B-125/L.7.17/Eku.1/02/2021 P-19 No : B-187/L.7.17/Eku.1/02/2021 Permohonan Restitusi oleh Keluarga Korban Pengiriman Berkas Perkara Kembali No : B/156/III/2021/Reskrim 15 Januari 2021 27 Januari 2021 03 Februari 2021 04 Februari 2021 26 Februari 2021 09 Maret 2021 P-21 : B – 276/L.7.17/EKU.2/03/2021 Disangkakan Psl 81 ayat (1) Jo Psl 76 D ayat(3) UU RI No. 35 Tahun 2014 Penelitian BP dan koordinasi dg penyidik Petunjuk Jaksa Peneliti untuk melengkapi berkas dengan permohonan restitusi Dinyatakan lengkap,
  • 21. SKEMA TAHAP PENUNTUTAN Perkara a.n. Rozid Gunawan Bin Saidin Ali P-16 A No : Print -03/L.7.17/Eku.2/03/2021 Laporan Penilaian Restitusi No : 0138/P.BPP-LPSK/II/2021 P-31 No : APB-02/L.7.17/Eku.2/03/2021 P-42 No : PDM-03/LBG/02/2021 Putusan PN : 16/Pid.Sus/2021/PN.Tub 10 Maret 2021 16 Maret 2021 17 Maret 2021 08 April 2021 06 Mei 2021 18 Mei 2021 P-48 : Print – 05/L.7.17/Eku.3/05/2021 Kajari menunjuk JPU Dasar JPU untuk mencantumkan dalam tuntutannya Proses sidang, pemeriksaan saksi, terdakwa dan bb serta ahli Pidana Penjara, denda, pembayaran restitusi idem Bab III PP 43 Th 2017 tentang cara pemberian restitusi
  • 22. SERAH TERIMA PEMBAYARAN RESTITUSI OLEH KELUARGA TERPIDANA KEPADA ANAK KORBAN PADA TANGGAL 18 MEI 2021 SESUAI Putusan PN : 16/Pid.Sus/2021/PN.Tub
  • 23. B. Hambatan yang dihadapi Jaksa dalam pemenuhan hak anak korban pemerkosaan melalui restitusi di Kejaksaan Negeri Lebong Kejaksaan selaku unsur penegak hukum, merupakan garda terdepan dalam penerapan hukum. Dalam pemenuhan hak anak korban pemerkosaan melalui restitusi, terdapat hambatan- hambatan yang dialami Jaksa selaku Penuntut Umum sehingga menyebabkan pemenuhan hak anak korban tidak sepenuhnya dapat terpenuhi.
  • 24. 1. Jaksa selaku penuntut umum menjadi wajib mencantumkan restitusi dalam tuntutan jika ada permohonan restitusi dari LPSK yang mewakili anak korban. Sepanjang tidak ada permohonan restitusi dari yang mewakili korban, penuntut umum hanya berperan mensosialisasikan hak-hak korban yang bisa diperjuangkan. (Husnul Kholifah, SH) 2. Hambatan dalam hal menerapkan tuntutan ganti rugi untuk anak korban pemerkosaan, disebabkan karena banyak kasus pelaku dari tindak pidana perkosaan ini adalah keluarga ataupun orang terdekat korban sehingga keluarga korban tidak mengajukan permohonan restitusi. Selain itu pelaku merupakan masyarakat yang kurang mampu secara finansial, sehingga kesulitan membayar ganti kerugian yang akan dibebankan kepadanya. (Johan Satya Adhiyaksa, SH.MH) 3. Kesadaran hukum bagi korban agar dapat mengajukan tuntutan restitusi kepada tersangka atau terdakwa sehingga pemenuhan hak anak korban melalui restitusi dapat terpenuhi. (Aiman Noveri, SH.MH)
  • 25. 1. kesanggupan pelaku dalam hal pembayaran restitusi itu nantinya. Majelis Hakim tidak menghendaki putusannya menjadi non-executable, karena pelaku tidak melaksanakan pembayaran restitusi sesuai dengan amar putusan. Seperti yang diketahui bahwa tidak ada akibat hukum atau sanksi apapun apabila pelaku tidak membayar restitusi tersebut. 2. Tidak ada sanksi bagi Hakim apabila tidak menerapkan restitusi dalam putusan perkara anak korban pemerkosaan. Namun adanya restitusi atau tidak bergantung kepada tuntutan Jaksa Penuntut Umum. Kemudian dikabulkannya tuntutan terkait restitusi tersebut, juga mempertimbangkan aspek-aspek ketentuan yang telah diatur. Sepanjang sesuai ketentuan, pada prinsipnya Majelis Hakim akan mengabulkan permohonan ganti kerugian terhadap anak korban melalui restitusi.
  • 26. 1) Penghitungan restitusi tidak masuk ke dalam tuntutan JPU karena: a.JPU beralasan tidak memiliki dasar hukum untuk menuntut restitusi kepada terdakwa. b.JPU beralasan mengetahui ketidakmampuan terdakwa dalam membayar restitusi kepada korban atau terdakwa bukanlah sebagai pelaku utama tindak pidana. 1) Penghitungan restitusi tidak dikabulkan Hakim karena: a.Hakim tidak mendalami kerugian yang dialami korban. b.Hakim tidak memiliki perspektif Korban. c.Hakim menilai terdakwa tidak memiliki kemampuan membayar restitusi.
  • 27. C. Upaya optimal dalam pemenuhan hak anak korban pemerkosaan melalui pelaksanaan restitusi di wilayah hukum Kejaksaan Negeri Lebong Sosialisasi dan pemahaman terkait substansi hukum tentang hak anak korban tindak pidana kekerasan seksual untuk mendapatkan restitusi menjadi sangat penting karena permohonan restitusi harus diajukan oleh anak korban dan/atau keluarganya terlebih dahulu dan tidak serta merta didapatkan.
  • 28. a. Perlu kesepahaman penyidik, penuntut umum dan hakim agar menerima restitusi sebagai bagian hak korban tindak pidana yang dapat masuk dalam proses peradilan. b. Perlunya segera diwujudkan Peraturan Mahkamah Agung yang mengatur penetapan restitusi terhadap perkara yang sudah berkekuatan hukum tetap yang belum mendapatkan restitusi. c. Perlunya dibuat peraturan mengenai sita asset pelaku guna kepastian pembayaran restitusi. d. Agar pelaku memenuhi hak korban atas restitusi, jaksa penuntut umum dan hakim dalam putusan sebaiknya memberatkan hukuman pelaku e. Perlu ditingkatkan pengetahuan tentang hak-hak saksi/korban dan pengenalan LPSK kepada polisi, jaksa dan hakim
  • 29. Upaya agar pemenuhan hak anak korban pemerkosaan dapat terpenuhi dengan optimal adalah bagaimana keaktifan LSPK dalam hal pemberian informasi dan sosialisasi terkait dengan adanya hak restitusi bagi anak korban pemerkosaan. Selain itu diharapkan kedepannya terdapat kantor LPSK di daerah, sehingga memudahkan. koordinasi dan konsultasi dalam hal pengajuan restitusi.
  • 30. 1. Pemenuhan hak anak korban pemerkosaan melalui pelaksanaan restitusi pada Wilayah Hukum Kejaksaan Negeri Lebong, belum diterapkan secara efektif dan maksimal. Persentase yang berhasil hanya 0,037% dari 27 perkara pemerkosaan anak yang sudah ditangani. Untuk keberhasilan pemenuhan hak anak korban pemerkosaan yang berhasil dimulai dengan koordinasi pada proses prapenuntutan, penuntutan dan eksekusi. Jaksa Penuntut Umum berperan sebagai fasilitator dan eksekutor sehingga terpidana bersedia membayar denda restitusi sesuai putusan Hakim.
  • 31. 2. Hambatan yang dihadapi Jaksa Penuntut Umum : a. Jaksa Penuntut Umum terkendala dalam hal koordinasi dan konsultasi kepada LPSK, karena LPSK berlokasi di Jakarta. b. Kurangnya orientasi Jaksa Penuntut Umum terhadap perlindungan anak korban pemerkosaan. c. Kurangnya pengetahuan pihak korban tentang hak restitusi. d. Banyak kasus pelaku biasanya berasal dari keluarga dan orang terdekat korban. e. Ketidakmampuan finansial pelaku membayar restitusi. 3. Upaya optimal agar pemenuhan hak anak korban pemerkosaan dapat terpenuhi adalah : a. Adanya peran aktif LSPK dalam hal pemberian informasi dan sosialisasi terkait hak restitusi bagi anak korban pemerkosaan. b. Adanya kantor LPSK di daerah, sehingga memudahkan koordinasi dan konsultasi dalam hal pengajuan restitusi. c. Adanya kesepahaman aparat penegak hukum dalam hal ini Penyidik, Penuntut Umum dan Hakim dalam memenuhi restitusi sebagai salah satu hak korban pemerkosaan. d. Memaksimalkan hukuman pelaku yang tidak membayar restitusi.
  • 32. 1. Diharapkan Jaksa Penuntut Umum mengoptimalkan penerapan Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2017 tentang Pelaksanaan Restitusi Bagi Anak Korban Tindak Pidana dalam tuntutannya dan berupaya maksimal mengeksekusi sesuai dengan tugas tupoksinya sebagai eksekutor perkara terhadap pelaksanaan putusan yang sudah incracht. 2. Diharapkan ada koordinasi yang baik antara aparat penegak hukum dalam hal penanganan perkara pemerkosaan anak dengan mempedomani Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2017 tentang Pelaksanaan Restitusi Bagi Anak Korban Tindak Pidana, sehingga anak korban mendapatkan ganti kerugian pasca terjadinya tindak pidana pemerkosaan. 3. Diharapkan aparat penegak hukum mengefektifkan peran LPSK dalam hal pemenuhan hak anak korban pemerkosaan, sehingga LPSK dapat melakukan penghitungan kerugian pada setiap perkara pemerkosaan anak. 4. Diharapkan adanya Kantor Perwakilan LPSK di daerah, sehingga memudahkan Jaksa dalam hal koordinasi dan konsultasi pengajuan restitusi untuk anak korban pemerkosaan.